Perawatan Ibu Postpartum Menurut Budaya Aceh Di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Masa Postpartum (Nifas)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. (Saifudin,2002)

B. Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas

Selama hamil terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Setelah kelahiran bayi dan pada pengeluaran plasenta, Menurut Ball 1994, Hytten,1995 ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya. (Nurjannah, dkk, 2013).

Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Perubahan sistem reproduksi

a. Uterus

Involusio uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian rangkaian preparat ergot (Ergotrate, Methergine), yang hanya mempunyai efek jangka


(2)

pendek. Akan tetapi, menyusui akan mempercepat proses involusi. Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membran terdiri dari zona basalis dan bagian lapisan zona spongiosa desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan desidua parietalis (melapisi bagian uterus). Desidua sisa ini mengalami reorganisasi menjadi dua lapisan sebagai akibat invasi leukosit: lapisan superfisial degeneratif dan nekrotik, yang akan terlepas sebagai bagian dari rabas lokia, dan lapisan dalam yang fungsional serta sehat di dekat miometrium. Lapisan dalam terdiri dari sisa kelenjar endometrium basilar dalam lapisan zona basalis. Endometrium mengalami regenerasi melalui proliferasi epitel kelenjar ini. Regenerasi endometrium lengkap pada pertengahan atau akhir minggu ketiga pascapartum kecuali pada sisi plasenta.

Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan waktu hampir 6 minggu. Epitel tumbuh pada tempat perlekatan tersebut dari samping dan dari sekitar lapisan uterus, dan ke atas dari bawah tempat perlekatan plasenta. Pertumbuhan endometrium ini membuat pembuluh darah yang mengalami pembekuan pada tempat perlekatan tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam bentuk lokia.

Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000g. Berat uterus menurun sekitar 500g pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70g pada minggu kedelapan pascapartum. (Varney, dkk.2008)


(3)

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri (TFU) sekitar pertengahan simfisis pubis dan umbilikus. Setelah 24 jam tonus segmen bawah uterus telah pulih kembali sehingga mendorong fundus keatas menjadi setinggi umbilikus. Pada hari pertama dan kedua TFU satu jari dibawah umbilikus, hari ke 5 TFU setinggi 7 cm diatas simfisis atau setengah simfisi-pusat, pada hari ke 10 tidak teraba lagi. Fundus turun 1-2 cm setiap 24 jam. (Sulistyawati,2009)

b. Lochea

Lochea adalah sekresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. (Sulistyawati,2009),

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya seperti berikut ini: Lochea rubra ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpasrtum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.


(4)

Lochea sanguinolenta ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. Pada hari ke- 8 mulai keluar lochea serosa yang berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Dan setelah hari ke 14, Lochea mulai berwarna putih yang mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (Varney,2008)

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpasrtum adalah bentuk serviks yang akan membuka seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak kareana robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis servikalis. Pada serviks terbentuk otot-otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena hiperpalpasi ini dan karena retralsi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada


(5)

retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks. (Nurjannah,dkk,2013)

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Nurjannah,dkk,2013)

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Tipe penurunan tonus otot dan motilitas traktus intestinal berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan motilitas otot. (Nurjannah,dkk,2013)

f. Payudara

Payudara juga akan mengalami perubahan meliputi, terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah melahirkan. Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada hari ke-3 atau ke-4 pasca persalinan.


(6)

Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1-2 hari. Didalam payudara prolaktin menstimulasi, bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontuksilitas sel-sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini dikenal sebagai reflek let-down, jumlah rata-rata ASI yang dihasilkam selama 24 jam meningkat pada minggu pertama 6-10 ons, 1-4 minggu 20 ons dan setelah 4 minggu 30 ons.

2. Perubahan sistem endokrin

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke- 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (Minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Sulistyawati,2009).

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang


(7)

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. (Sulistyawati,2009).

4. Perubahan sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal pada ibu selama masa pemulihan/post partum termasuk penyebab relaksasi dan kemudian hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat gravitasi. Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 wanita melahirkan. 5. Perubahan sistem integumen

Melanin menurun bertahap setelah persalinan, menyebabkan penurunan hyperpigmentasi (namun warnanya tidak akan kembali ke keadaan sebelum hamil), perubahan vaskuler kehamilan yang tampak akan hilang dengan penurunan kadar estrogen (Stright,2001)

6. Perubahan Sistem perkemihan

Distensi yang berlebihan pada kantung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan disekitar uretra, dan hilangnya sesuai terhadap tekanan yang


(8)

meningkat. Kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan pasca partum, distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin, pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. Laju filtrasi glomerulus (GFR) tetap meningkat kira-kira 7 hari setelah melahirkan. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali kekeadaan sebelum hamil dalam 6-10 minggu setelah melahirkan. (Cunningham,2004)

C. Perawatan Ibu Masa Nifas

Perawatan nifas adalah perawatan ibu yang telah selesai melahirkan, dimana perawatan ini membantu ibu dalam pemulihan tubuh setelah melahirkan, perawatan nifas yang meliputi: perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi (Reeder, et, al) 1. Perawatan perineum

Beberapa metode untuk merawat daerah perineum yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode untuk ibu antara lain : terapi panas dingin, perawatan perineum, dan cara duduk.

2. Perawatan payudara

Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Tujuan perawatan payudara adalah untuk: Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI


(9)

Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu: 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari (Anggraini,2010).

Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara: menjaga payudara agar tetap bersih, dan kering, terutama puting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara, mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar sekitar puting susu apabila puting susu lecet dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet, mengistirahatkan payudara apabila lecet berat selama 24 jam, minum paracetamol 1 tablet selama 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri, melakukan pengompresan dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, mengurut payudara dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting. ASI sebagian dikeluarkan dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak, bayi disusui setiap 2-3 jam dan apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan lalu meletakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui (Saifuddin, 2005)

D. Kebutuhan Ibu Masa Nifas 1. Nutrisi

Untuk memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan ibu harus mendapatkan diet yang bermutu tinggi dan cukup kalori, protein, cairan, serta banyak makan buah-buahan dan sayuran. Karena makanan yang


(10)

baik akan mempercepat proses penyembuhan ibu, makanan juga akan sangat mempengaruhi produksi ASI.(Wijayanegara,1999)

2. Istirahat dan tidur

Kehadiran bayi dalam rumah tangga pasti akan mengurangi waktu tidur ibu, inilah yang menjadikan alasan kelelahan sebagai alasan nomor satu bagi ibu-ibu baru, ada beberapa cara untuk mengatasi lelah, antara lain, makan dengan baik karena nutrisi yang tepat bisa meningkatkan energi ibu, cobalah tidur disaat bayi juga tidur, usahakan tidur lebih cepat daripada biasanya, sebelum tidur jangan makan terlalu banyak atau minum minuman yang mengandung kafein. Kelelahan akan menjadi lebih mudah dilawan jika membuat urutan kegiatan setiap hari, ibu dan bayi akan merasa rileks, dengan menetapkan jadwal tidur, mandi, memberi minum, dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya. (Wyeth,2007) 3. Ambulasi

Sehabis melahirkan ibu merasa lelah karena ibu harus istirahat dan tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trhombosis dan tromboemboli (Mochtar,1998).

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinanusai. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat. Ambulasi dini (Early ambulation) adalah kebijakan


(11)

untuk selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.

4. Mandi

Mandi teratur minimal 2 kali sehari. Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, mengganti pakaian dan alas tempat tidur, serta lingkungan dimana ibu tinggal, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae dilanjutkan dengan perawatan perineum. (Nurjannah,dkk,2013)

5. Eliminasi BAB/BAK

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ekstraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. (Nurjannah,dkk,2013)

6. Latihan dan aktifitas

Setelah bayi melewati lubang vagina, liang vagina menjadi rata (sebelumnya bergelembung), bengkak dan melar, sehingga membuka selama 2-3 hari, namun selama 34 hari kemudian akan menyusut kembali, walaupun tidak seperti semula. Agar otot vagina pulih kembali bisa dilakukan dengan latihan kegel sesering mungkin, yakni menggerakkan


(12)

otot-otot vagina dan dubur seperti menahan kencing, latihan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa membutuhkan tempat khusus, bisa pada waktu berjalan, berdiri, duduk, bahkan ketika waktu berbaring. (Musbikin, 2007)

Pernafasan diagfragma dilakukan dengan cara letakkan tangan ibu diatas perut sehingga ibu dapat merasakan perut yang menggembung saat menarik nafas melalui hidung, kencangkan otot-otot perut saat menghembuskan nafas melalui mulut. Mulailah perlahan dengan dua atau tiga kali tarikan nafas panjang dalam setiap latihan untuk menghindari hiperventilasi.

Sikap tubuh ibu setelah melahirkan akan berubah akibat ligamen atau jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot, melemah, dan meregang, tulang-tulang semakin mudah bergerak, ligamen mudah mengalami gangguan, akibatnya ibu setelah melahirkan akan mengalami sakit punggung, untuk menghindari gangguan punggung setelah melahirkan lakukan tindakan :

a. Ketika menyusui duduklah bersandar pada kursi atau bantal yang telah disusun, selipkan bantal kecil di punggung bagian bawah sebagai pengganjal. Jika menyusui ditempat tidur naikkan kaki ditempat tidur, dengan posisi semacam ini punggung ibu tidak mendapat beban yang bisa menimbulkan penyakit

b. Memandikan, posisi bak mandi juga harus mendapatkan perhatian, usahakan tidak terlalu rendah yang membuat ibu harus membungkuk pada saat memandikan bayi


(13)

c. Jika ibu mengganti popok lakukan di tempat yang tidak membuat ibu membungkukkan badan, misalnya diatas meja yang sejajar dengan bagian pinggang ibu, jika ditempat rendah berlututlah sampai posisi bayi berada sejajar dengan pinggang ibu. (Musbikin,2007)

7. Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, inilah saat yang aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan ibu siap.

Beberapa pasangan yang sudah melewati tiga minggu masa postpartum dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi, walaupun ibu belum mendapatkan masa ovulasi ataupun masa subur, karena kontrasepsi merupakan cara yang tepat untuk menunda kehamilan. Pasangan suami istri bila memilih alat kontrasepsi yang diinginkan ataupun alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh ibu. (Sulistyawati,2009).

E. Konsep Budaya Dalam Perawatan Postpartum 1. Definisi Budaya.

Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2009).


(14)

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003). Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas


(15)

(syafrudin. 2009). Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim (Syafrudin, 2009).

Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat (Syafrudin, 2009). F. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis


(16)

dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. (Moelong,2005)

Penelitian dalam pandangan fenemenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moelong,2005). Fenemenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenemenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moelong,2005). Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka. (Polit,et,al. 2001)

G. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip,


(17)

meliputi: pertama, Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua, Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas, dimana hasil penelitian tersebut nantinya harus memiliki kekonsistenan terhadap data yang dikumpulkan, dianalisis dan pada saat dilakukan kesimpulan. Ketiga, confimability yaitu keyakinan akan kebenaran terhadap data yang diperoleh. Dengan meminta bantuan kepada orang lain yang berkompeten untuk memeriksa hasil dan mengoreksi hasil penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Keempat, transferability yaitu: mengandung makna apakah hasil penelitian ini nantinya akan dapat dipergunakan pada situasi yang lain.


(1)

otot-otot vagina dan dubur seperti menahan kencing, latihan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa membutuhkan tempat khusus, bisa pada waktu berjalan, berdiri, duduk, bahkan ketika waktu berbaring. (Musbikin, 2007)

Pernafasan diagfragma dilakukan dengan cara letakkan tangan ibu diatas perut sehingga ibu dapat merasakan perut yang menggembung saat menarik nafas melalui hidung, kencangkan otot-otot perut saat menghembuskan nafas melalui mulut. Mulailah perlahan dengan dua atau tiga kali tarikan nafas panjang dalam setiap latihan untuk menghindari hiperventilasi.

Sikap tubuh ibu setelah melahirkan akan berubah akibat ligamen atau jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot, melemah, dan meregang, tulang-tulang semakin mudah bergerak, ligamen mudah mengalami gangguan, akibatnya ibu setelah melahirkan akan mengalami sakit punggung, untuk menghindari gangguan punggung setelah melahirkan lakukan tindakan :

a. Ketika menyusui duduklah bersandar pada kursi atau bantal yang telah disusun, selipkan bantal kecil di punggung bagian bawah sebagai pengganjal. Jika menyusui ditempat tidur naikkan kaki ditempat tidur, dengan posisi semacam ini punggung ibu tidak mendapat beban yang bisa menimbulkan penyakit

b. Memandikan, posisi bak mandi juga harus mendapatkan perhatian, usahakan tidak terlalu rendah yang membuat ibu harus membungkuk pada saat memandikan bayi


(2)

c. Jika ibu mengganti popok lakukan di tempat yang tidak membuat ibu membungkukkan badan, misalnya diatas meja yang sejajar dengan bagian pinggang ibu, jika ditempat rendah berlututlah sampai posisi bayi berada sejajar dengan pinggang ibu. (Musbikin,2007)

7. Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, inilah saat yang aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan ibu siap.

Beberapa pasangan yang sudah melewati tiga minggu masa postpartum dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi, walaupun ibu belum mendapatkan masa ovulasi ataupun masa subur, karena kontrasepsi merupakan cara yang tepat untuk menunda kehamilan. Pasangan suami istri bila memilih alat kontrasepsi yang diinginkan ataupun alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh ibu. (Sulistyawati,2009).

E. Konsep Budaya Dalam Perawatan Postpartum

1. Definisi Budaya.

Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2009).


(3)

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003). Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas


(4)

(syafrudin. 2009). Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim (Syafrudin, 2009).

Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat (Syafrudin, 2009).

F. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis


(5)

dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. (Moelong,2005)

Penelitian dalam pandangan fenemenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moelong,2005). Fenemenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenemenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moelong,2005). Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka. (Polit,et,al. 2001)

G. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip,


(6)

meliputi: pertama, Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua, Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas, dimana hasil penelitian tersebut nantinya harus memiliki kekonsistenan terhadap data yang dikumpulkan, dianalisis dan pada saat dilakukan kesimpulan. Ketiga, confimability yaitu keyakinan akan kebenaran terhadap data yang diperoleh. Dengan meminta bantuan kepada orang lain yang berkompeten untuk memeriksa hasil dan mengoreksi hasil penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Keempat, transferability yaitu: mengandung makna apakah hasil penelitian ini nantinya akan dapat dipergunakan pada situasi yang lain.