Perawatan Ibu Postpartum Menurut Budaya Aceh Di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah

(1)

PERAWATAN IBU POST PARTUM MENURUT

BUDAYA ACEH DI DESA GAROT

KECAMATAN DARUL IMARAH

KABUPATENACEH BESAR

NOZA SARY

NIM : 145102046

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan. Adapun judul yang diambil penulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Perawatan Ibu Postpartum Menurut Budaya Aceh Di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian besar harapan penulis kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan penulis mengenai Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua pelaksana program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara

3. Ibu Nur Afi Darti, SKp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini 4. Seluruh staf dosen pengajar D IV Bidan Pendidik yang telah bayak memberikan

ilmu pengetahuan dan arahan selama penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah ini 5. Secara khusus dan teristimewa kepada Orang tua saya yang terkasih, Ayah dan


(8)

baik secara moril maupaun material sekaligus kasih sayang yang sangat besar kepada peneliti dalam pemyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini

5. Teman-teman D IV Bidan Pendidik yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis tidak lupa mendoakan semua pihak agar selalu dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin

Medan, 03 Juli 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN. ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN... ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum.. ... 3

2. Tujuan Khusus. ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

1. Praktik Kebidanan.. ... 3

2. Penelitian Kebidanan. ... 3

3. Pendidikan Kebidanan. ... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Nifas ... 5

B. Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas ... 5

1. Perubahan Sistem Reproduksi... 5

2. Perubahan Sistem Endokrin ... 10

3. Perubahan Sistem Pencernaan... 11

4. Perubahan Sistem Muskoskeletal. ... 11

5. Perubahan Sistem Integumen. ... 12

6. Perubahan Sistem Perkemihan. ... 12

C. Perawatan Ibu Nifas. ... 13

1. Perawatan Perineum. ... 13

2. Perawatan Payudara. ... 13

D. Kebutuhan Ibu Masa Nifas. ... 14

1. Nutrisi. ... 14

2. Istirahat dan Tidur. ... 15

3. Ambulasi. ... 15

4. Mandi. ... 16

5. Eliminasi BAB/BAK. ... 16

6. Latihan dan Aktifitas. ... 16

7. Seksualitas dan Penggunaan Alat Kontrasepsi. ... 18

E. Konsep Budaya Dalam Perawatan Postpartum. ... 19

1. Definisi Budaya. ... 19

2. Aspek Budaya Dalam Masa Nifas. ... 20

F. Metode Penelitian Kualitatif. ... 21


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian ... 24

B. Partisipan ... 24

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

D. Pertimbangan Etik ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Pengumpulan Data ... 26

G. Tingkat Keabsahan Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan. ... 28

B. Pembahasan ... 49

C. Keterbatasan Penelitian. ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 61

B. Saran. ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan. ... 28 Tabel 4.2 Tema dan Sub Tema Perawatan Ibu Postpartum Menurut


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian Lampiran 2 : Lembar Panduan Wawancara Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Instrumen Penelitian Lampiran 4 : Transkrip Wawancara

Lampiran 5 : Line Wawancara Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator kurang berhasilnya program kesehatan reproduksi adalah tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi Angka Kematian Ibu (AKI) di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ibu meninggal per 100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan), Thailand (8-10/100.000), Vietnam (50/100.000). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2007 menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 akan tetapi kembali naik menjadi 380 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 dan kembali menurun menjadi 358 per 100.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2010).

Berbagai faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu masih tinggi di Indonesia, diantaranya oleh hipertensi dalam kehamilan (32%), infeksi pasca persalinan (31%), PPB (20%), abortus (4%), APB (3%), kelainan amnion (2%), partus lama (1%), dan penyebab lainnya penyebab obstetrik langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (7%). (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2010).

Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis) berpengaruh juga terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat masih banyak menjadi pertentangan dalam masalah


(14)

kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad,1996). Misalnya pada ibu hamil dan keluarga di sejumlah daerah di Indonesia yang menyambut masa-masa kehamilan, sangat sering dilakukan upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (Syafrudin, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wuryanto dan Winaryati tahun 2007, Banyak hal dilakukan ibu nifas berkenaan dengan pantangan yang harus dilakukan oleh ibu nifas, karena budaya yang berlaku di masyarakat lebih kental. Ada 4l orang (63,1%) ibu nifas melakukan beberapa pantangan aktifitas, disebabkan oleh budaya yang telah turun temurun, karena bila tidak dilakukan tidak elok/tidak baik, yang akan berdampak pada ibu dan anaknya. Sedang pantangan pada makanan tertentu lebih cenderung demi kesehatan ibunya, agar segera cepat pulih kembali.

Suryawati (2007) juga menuturkan hasil penelitiannya bahwa Dalam hal praktek perawatan selama masa nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan sekitar 35-40 hari) terdapat beberapa aturan seperti minum jamu, pantangan mengkonsumsi daging, ikan serta pijat badan untuk mengembalikan kebugaran tubuh setelah bersalin.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dengan mewawancarai 1 orang ibu nifas, ibu nifas masih menjalankan semua kebiasaan dan tradisi perawatan masa nifas sesuai dengan adat dan budaya Aceh dimana ibu melakukan kompres panas pada perut dengan meletakkan batu yang sudah dipanasi, Setelah melahirkan ibu dan bayinya harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel, membilas vagina dengan air sirih, mengurut daerah perut oleh tukang rahim yang dipercaya dapat mengembalikan peranakan ke tempat


(15)

semula, dan menjaga kerampingan tubuh dan perut ibu dengan memakai bangkung/stagen. Hal ini tentunya masih menjadi pertentangan dikarenakan seharusnya untuk memastikan involusi uterus berjalan normal tanpa adanya intervensi seperti peletakan batu yang sudah dipanasi karena hal itu tentunya akan menggangu proses involusi uterus. (Anggraini,2010)

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa masih perlu dilakukan pengkeksplorasian yang jauh untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana perawatan nifas ibu postpartum menurut budaya Aceh di desa Garot Kecamatan Darul Imarah.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi perawatan nifas pada ibu postpartum di desa Garot Kecamatan Darul Imarah.

C. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini berguna untuk : 1. Praktik Kebidanan

Sebagai masukan bagi para tenaga kesehatan untuk mengadaptasikan perawatan nifas berdasarkan budaya ke perawatan nifas yang sesuai standar kesehatan.

2. Penelitian Kebidanan

Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan data dasar untuk penelitian lain yang meneliti tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya aceh di desa garot kecamatan darul imarah.

3. Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi institusi pendidikan kebidanan tentang perawatan nifas yang berhubungan


(16)

(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Masa Postpartum (Nifas)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. (Saifudin,2002)

B. Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas

Selama hamil terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Setelah kelahiran bayi dan pada pengeluaran plasenta, Menurut Ball 1994, Hytten,1995 ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya. (Nurjannah, dkk, 2013).

Adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Perubahan sistem reproduksi

a. Uterus

Involusio uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian rangkaian preparat ergot (Ergotrate, Methergine), yang hanya mempunyai efek jangka


(18)

pendek. Akan tetapi, menyusui akan mempercepat proses involusi. Desidua yang tersisa di dalam uterus setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membran terdiri dari zona basalis dan bagian lapisan zona spongiosa desidua basalis (pada tempat perlekatan plasenta) dan desidua parietalis (melapisi bagian uterus). Desidua sisa ini mengalami reorganisasi menjadi dua lapisan sebagai akibat invasi leukosit: lapisan superfisial degeneratif dan nekrotik, yang akan terlepas sebagai bagian dari rabas lokia, dan lapisan dalam yang fungsional serta sehat di dekat miometrium. Lapisan dalam terdiri dari sisa kelenjar endometrium basilar dalam lapisan zona basalis. Endometrium mengalami regenerasi melalui proliferasi epitel kelenjar ini. Regenerasi endometrium lengkap pada pertengahan atau akhir minggu ketiga pascapartum kecuali pada sisi plasenta.

Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan waktu hampir 6 minggu. Epitel tumbuh pada tempat perlekatan tersebut dari samping dan dari sekitar lapisan uterus, dan ke atas dari bawah tempat perlekatan plasenta. Pertumbuhan endometrium ini membuat pembuluh darah yang mengalami pembekuan pada tempat perlekatan tersebut rapuh sehingga meluruh dan dikeluarkan dalam bentuk lokia.

Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000g. Berat uterus menurun sekitar 500g pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70g pada minggu kedelapan pascapartum. (Varney, dkk.2008)


(19)

Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri (TFU) sekitar pertengahan simfisis pubis dan umbilikus. Setelah 24 jam tonus segmen bawah uterus telah pulih kembali sehingga mendorong fundus keatas menjadi setinggi umbilikus. Pada hari pertama dan kedua TFU satu jari dibawah umbilikus, hari ke 5 TFU setinggi 7 cm diatas simfisis atau setengah simfisi-pusat, pada hari ke 10 tidak teraba lagi. Fundus turun 1-2 cm setiap 24 jam. (Sulistyawati,2009)

b. Lochea

Lochea adalah sekresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. (Sulistyawati,2009),

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya seperti berikut ini: Lochea rubra ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpasrtum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.


(20)

Lochea sanguinolenta ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. Pada hari ke- 8 mulai keluar lochea serosa yang berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Dan setelah hari ke 14, Lochea mulai berwarna putih yang mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (Varney,2008)

c. Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpasrtum adalah bentuk serviks yang akan membuka seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak kareana robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis servikalis. Pada serviks terbentuk otot-otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena hiperpalpasi ini dan karena retralsi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada


(21)

retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks. (Nurjannah,dkk,2013)

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Nurjannah,dkk,2013)

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Tipe penurunan tonus otot dan motilitas traktus intestinal berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan motilitas otot. (Nurjannah,dkk,2013)

f. Payudara

Payudara juga akan mengalami perubahan meliputi, terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah melahirkan. Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada hari ke-3 atau ke-4 pasca persalinan.


(22)

Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1-2 hari. Didalam payudara prolaktin menstimulasi, bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontuksilitas sel-sel miopitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini dikenal sebagai reflek let-down, jumlah rata-rata ASI yang dihasilkam selama 24 jam meningkat pada minggu pertama 6-10 ons, 1-4 minggu 20 ons dan setelah 4 minggu 30 ons.

2. Perubahan sistem endokrin

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke- 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (Minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Sulistyawati,2009).

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang


(23)

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. (Sulistyawati,2009).

4. Perubahan sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal pada ibu selama masa pemulihan/post partum termasuk penyebab relaksasi dan kemudian hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat gravitasi. Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 wanita melahirkan. 5. Perubahan sistem integumen

Melanin menurun bertahap setelah persalinan, menyebabkan penurunan hyperpigmentasi (namun warnanya tidak akan kembali ke keadaan sebelum hamil), perubahan vaskuler kehamilan yang tampak akan hilang dengan penurunan kadar estrogen (Stright,2001)

6. Perubahan Sistem perkemihan

Distensi yang berlebihan pada kantung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan disekitar uretra, dan hilangnya sesuai terhadap tekanan yang


(24)

meningkat. Kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan pasca partum, distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin, pengosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. Laju filtrasi glomerulus (GFR) tetap meningkat kira-kira 7 hari setelah melahirkan. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali kekeadaan sebelum hamil dalam 6-10 minggu setelah melahirkan. (Cunningham,2004)

C. Perawatan Ibu Masa Nifas

Perawatan nifas adalah perawatan ibu yang telah selesai melahirkan, dimana perawatan ini membantu ibu dalam pemulihan tubuh setelah melahirkan, perawatan nifas yang meliputi: perawatan perineum, perawatan payudara, pemulihan kesehatan, seksualitas dan pemilihan alat kontrasepsi (Reeder, et, al) 1. Perawatan perineum

Beberapa metode untuk merawat daerah perineum yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi resiko infeksi, beberapa metode untuk ibu antara lain : terapi panas dingin, perawatan perineum, dan cara duduk.

2. Perawatan payudara

Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Tujuan perawatan payudara adalah untuk: Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara, melenturkan dan menguatkan puting susu, memperlancar produksi ASI


(25)

Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu: 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari (Anggraini,2010).

Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara: menjaga payudara agar tetap bersih, dan kering, terutama puting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara, mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar sekitar puting susu apabila puting susu lecet dan menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet, mengistirahatkan payudara apabila lecet berat selama 24 jam, minum paracetamol 1 tablet selama 4-6 jam untuk menghilangkan nyeri, melakukan pengompresan dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, mengurut payudara dari pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting. ASI sebagian dikeluarkan dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak, bayi disusui setiap 2-3 jam dan apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan lalu meletakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui (Saifuddin, 2005)

D. Kebutuhan Ibu Masa Nifas 1. Nutrisi

Untuk memulihkan tenaga ibu setelah melahirkan ibu harus mendapatkan diet yang bermutu tinggi dan cukup kalori, protein, cairan, serta banyak makan buah-buahan dan sayuran. Karena makanan yang


(26)

baik akan mempercepat proses penyembuhan ibu, makanan juga akan sangat mempengaruhi produksi ASI.(Wijayanegara,1999)

2. Istirahat dan tidur

Kehadiran bayi dalam rumah tangga pasti akan mengurangi waktu tidur ibu, inilah yang menjadikan alasan kelelahan sebagai alasan nomor satu bagi ibu-ibu baru, ada beberapa cara untuk mengatasi lelah, antara lain, makan dengan baik karena nutrisi yang tepat bisa meningkatkan energi ibu, cobalah tidur disaat bayi juga tidur, usahakan tidur lebih cepat daripada biasanya, sebelum tidur jangan makan terlalu banyak atau minum minuman yang mengandung kafein. Kelelahan akan menjadi lebih mudah dilawan jika membuat urutan kegiatan setiap hari, ibu dan bayi akan merasa rileks, dengan menetapkan jadwal tidur, mandi, memberi minum, dan menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya. (Wyeth,2007) 3. Ambulasi

Sehabis melahirkan ibu merasa lelah karena ibu harus istirahat dan tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian ibu boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trhombosis dan tromboemboli (Mochtar,1998).

Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinanusai. Aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat. Ambulasi dini (Early ambulation) adalah kebijakan


(27)

untuk selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.

4. Mandi

Mandi teratur minimal 2 kali sehari. Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, mengganti pakaian dan alas tempat tidur, serta lingkungan dimana ibu tinggal, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mammae dilanjutkan dengan perawatan perineum. (Nurjannah,dkk,2013)

5. Eliminasi BAB/BAK

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ekstraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan. (Nurjannah,dkk,2013)

6. Latihan dan aktifitas

Setelah bayi melewati lubang vagina, liang vagina menjadi rata (sebelumnya bergelembung), bengkak dan melar, sehingga membuka selama 2-3 hari, namun selama 34 hari kemudian akan menyusut kembali, walaupun tidak seperti semula. Agar otot vagina pulih kembali bisa dilakukan dengan latihan kegel sesering mungkin, yakni menggerakkan


(28)

otot-otot vagina dan dubur seperti menahan kencing, latihan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa membutuhkan tempat khusus, bisa pada waktu berjalan, berdiri, duduk, bahkan ketika waktu berbaring. (Musbikin, 2007)

Pernafasan diagfragma dilakukan dengan cara letakkan tangan ibu diatas perut sehingga ibu dapat merasakan perut yang menggembung saat menarik nafas melalui hidung, kencangkan otot-otot perut saat menghembuskan nafas melalui mulut. Mulailah perlahan dengan dua atau tiga kali tarikan nafas panjang dalam setiap latihan untuk menghindari hiperventilasi.

Sikap tubuh ibu setelah melahirkan akan berubah akibat ligamen atau jaringan yang menghubungkan tulang dengan otot, melemah, dan meregang, tulang-tulang semakin mudah bergerak, ligamen mudah mengalami gangguan, akibatnya ibu setelah melahirkan akan mengalami sakit punggung, untuk menghindari gangguan punggung setelah melahirkan lakukan tindakan :

a. Ketika menyusui duduklah bersandar pada kursi atau bantal yang telah disusun, selipkan bantal kecil di punggung bagian bawah sebagai pengganjal. Jika menyusui ditempat tidur naikkan kaki ditempat tidur, dengan posisi semacam ini punggung ibu tidak mendapat beban yang bisa menimbulkan penyakit

b. Memandikan, posisi bak mandi juga harus mendapatkan perhatian, usahakan tidak terlalu rendah yang membuat ibu harus membungkuk pada saat memandikan bayi


(29)

c. Jika ibu mengganti popok lakukan di tempat yang tidak membuat ibu membungkukkan badan, misalnya diatas meja yang sejajar dengan bagian pinggang ibu, jika ditempat rendah berlututlah sampai posisi bayi berada sejajar dengan pinggang ibu. (Musbikin,2007)

7. Seksualitas dan penggunaan alat kontrasepsi

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, inilah saat yang aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan ibu siap.

Beberapa pasangan yang sudah melewati tiga minggu masa postpartum dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi, walaupun ibu belum mendapatkan masa ovulasi ataupun masa subur, karena kontrasepsi merupakan cara yang tepat untuk menunda kehamilan. Pasangan suami istri bila memilih alat kontrasepsi yang diinginkan ataupun alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh ibu. (Sulistyawati,2009).

E. Konsep Budaya Dalam Perawatan Postpartum 1. Definisi Budaya.

Budaya berasal dari sangskerta (buddhayah) yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”atau “akal” semua hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Syafrudin, 2009).


(30)

Kebudayaan adalah sebuah konsep yang defininya sangat beragam. Kebudayan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan music, yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan lmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan (Usman, 2003). Variasi biasa terlihat diantara kultur. Variasi eksis dengan kultur. Variasi ini sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Efek dari perbedaan kultur dan individual pada perawatan kesehatan. Persalinan merupakan tantangan bagi perawat untuk mengevaluasi kembali harapan tentang pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui isu-isu dari berbagai macam-macam kultur dalam memberikan pelayanan kesehatan serta meletakkan perhatian pada kompetensi kultural berupa keterampilan dan pengetahuan penting untuk memahami dan mengapresiasikan perbedaan kultur dan dapat mengaplikasikan keterampilan praktek klinik (Arlene & Gloria, 2001).

2. Aspek Budaya Dalam Perawatan Masa Nifas

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas (Syafrudin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan disamping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas


(31)

(syafrudin. 2009). Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).

Pada masyarakat Maluku, pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak ada bercak putih, nenas, mangga tidak bagus untuk rahim (Syafrudin, 2009).

Dari berbagai adat istiadat terlihat bahwa, upacara, penanganan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas berbeda-beda setiap wilayah dan menjadi gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakat sangat penting dipahami oleh seorang bidan dalam menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada digaris depan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda. pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh seorang bidan akan berkaitan dengan cara pendekatan untuk merubah prilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak sehat, menjadi masyarakat yang berprilaku sehat (Syafrudin, 2009).

F. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang. Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis


(32)

dan tipe subjek yang ditemui. Istilah fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. (Moelong,2005)

Penelitian dalam pandangan fenemenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moelong,2005). Fenemenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenemenologis ialah aspek subjektif dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk kedalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Moelong,2005). Percakapan yang mendalam antara peneliti dan partisipan. Peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidup. Selanjutnya, dalam percakapan mendalam, peneliti berusaha menambahkan jalan kepada partisipan untuk mendapatkan akses penuh tentang pengalaman hidup mereka. (Polit,et,al. 2001)

G. Tingkat Keabsahan Data

Hasil penelitian diharapkan mempunyai data yang akurat dan dapat dipercaya, sehingga hasil penelitian tersebut benar-benar dapat menjadi sebuah karangan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa adanya manipulasi atau pemalsuan data. Untuk itu perlu adanya cara agar penelitian tersebut memenuhi keabsahan data. Ada beberapa kriteria yang dipenuhi, sebagaimana menurut Lincoln dan Guba (1985) bahwa tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegangan pada empat prinsip,


(33)

meliputi: pertama, Credibility yaitu apakah hasil penelitian dapat dipercaya atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi, member cek, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus (prologed engangment), kedua, Dependability yaitu apakah hasil penelitian memiliki kendala atau realbilitas, dimana hasil penelitian tersebut nantinya harus memiliki kekonsistenan terhadap data yang dikumpulkan, dianalisis dan pada saat dilakukan kesimpulan. Ketiga, confimability yaitu keyakinan akan kebenaran terhadap data yang diperoleh. Dengan meminta bantuan kepada orang lain yang berkompeten untuk memeriksa hasil dan mengoreksi hasil penelitian yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti. Keempat, transferability yaitu: mengandung makna apakah hasil penelitian ini nantinya akan dapat dipergunakan pada situasi yang lain.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini akan menggunakan desain kualitatif femenologi. Femenologi adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman hidup seseorang (Polit&Hungler,1997) dengan tujuan untuk menelaah dan mendiskripsikan sebuah fenomena sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh manusia dalam hidupnya sehari-hari seperti melahirkan (Asih, 2005). hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin mengidentifikasi pengalaman perawatan nifas yang dilakukan oleh ibu dengan budaya Aceh.

B. Partisipan

Pada penelitian kualitiatif, jumlah partisipan tidak ditentukan dari awal tetapi dengan menggunakan saturasi data. Apabila informasi baru yang didapatkan sama dengan informasi sebelumnya maka data dikatakan telah sampai pada titik jenuh dan pengambilan partisipan berikutnya dihentikan. Penelitian kualitatif menggunakan partisipan dalam jumlah yang sedikit dan tidak acak. Jumlah sampel (partisipan) dari penelitian kualitatif kurang lebih 10 orang. (Polit & Beck,2012).

Pengambilan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (Moelong,2005). Metode purposive sampling adalah metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria sampel secara sengaja dan dengan terlebih dahulu mempelajari ciri khas dari


(35)

populasi masalah yang diteliti (Saryono, Anggraini, 2013). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu Suku Aceh yang sedang menjalani perawatan nifas/ dan masih melakukan praktik nifas berdasarkan apa yang diajarkan oleh orang tua maupun berdasarkan tradisi

2. Dapat berbahasa Indonesia

3. Melahirkan secara spontan/normal

4. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini C.Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari dan akan dilaksanakan di Desa Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan pertimbangan kenaturalisasian data dan masih dilaksanakannya perawatan nifas sesuai budaya dan tradisi Aceh di daerah tersebut.

D.Pertimbangan Etik

Pada penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon partisipan penelitian tentang makna dan tujuan penelitian. Apabila calon partisipan bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan dipersilahkan untuk mendatangani lembar persetujuan atau informed consent yang sebelumnya sudah dibaca oleh partisipan dan mengerti isinya. Peneliti tidak akan memaksa jika partisipan menolak untuk diwawancarai dan tetap menghargai haknya. Penelitian ini juga tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi partisipan, baik risiko fisik maupun psikis. Selanjutnya, untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, lembar pengumpulan data (kuesioner) hanya diberi nomor kode yang hanya diketahui oleh peneliti sehingga kerahasiaan identitias semua informasi yang diberikan tetap terjaga.


(36)

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu:

a. Kuesioner data demografi berisi tentang data umum partisipan pada lembar pengumpulan data (Kuesioner) yakni: usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman berdasarkan penyuluhan, bantuan persalinan, perawatan nifas, dan lokasi persalinan

b. Panduan wawancara mendalam (depth interview) berupa pertanyaan seputar perawatan dan kebiasaan yang dilakukan selama masa nifas dan tujuannya. F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan USU dan meminta izin kepada bidan Sumi untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara awal sebagai pilot studi dan membicarakan hasilnya dengan pembimbing untuk melihat teknik wawancara yang dilakukan peneliti mulai dari probling sampai analisis data sudah benar dan bisa dipakai untuk penelitian. Kemudian peneliti melakukan prolog engagement dengan cara pendekatan dan memperkenalkan diri kepada partisipan dan menjelaskan hal–hal yang terkait serta tujuan dari penelitian ini sehingga peneliti dan pertisipan dapat saling mengenal dan patisipan dapat mempercayai peneliti sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Partisipan terlebih dahulu diminta mengisi kuesioner data demografi, setelah itu memulai wawancara sebanyak 2 kali, dan atas kesediaan partisipan peneliti merekam proses wawancara.

Setelah itu hasil wawancara ditulis dalam bentuk transkip dan dibaca berulang-ulang. Peneliti menganalisa data yang telah dilakukan dan mengelompokkan data lalu menguraikannya kedalam bentuk narasi. Peneliti


(37)

membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang telah dilakukan. Jika ada hal yang kurang jelas maka peneliti akan melakukan wawancara ulang terhadap partisipan sampai data yang dibutuhkan terpenuhi sehingga memperoleh saturasi data setelah itu wawancara dihentikan. Dan peneliti mengadakan member chek terhadap data yang diperoleh.

G. Analisa Data

Analisa data didahului dengan proses transkripsi hasil wawancara secara verbatim. Kemudian setiap transkripsi diberi identitas, diperiksa keakuratannya, kemudian dianalisa.

Menurut metode Collaizi (1978) hal ini meliputi :

1. Membaca transkrip berulang-ulang agar dapat menyaru dengan data 2. Merumuskan pernyataan-pernyataan spesifik

3. Menformulasikan makna dari pernyataan spesifik 4. Menformulasikan tema dan kluster tema

5. Membuat deskrpsi lengkap dengan cara memberikan deskripsi kepada partisipan. (Asih,2005)

H.Tingkat Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua prinsip dan kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan data, yaitu:

a. Prinsip creadibility karena untuk memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member check. Member checking merupakan suatu teknik untuk mempertahankan kepercayaan data dengan cara pertisipan memferifikasi dan menguraikan data yang diperoleh. Jadi dengan cara ini peneliti mengklarifikasi kembali data yang telah diperoleh kepada partisipan untuk


(38)

mengetahui kesesuainnya. Member checking di lakukan peneliti dengan bertanya kembali kepada partisipan mengenai jawaban yang telah diberikan.

b. Prinsip confirmability karena untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam penelitian kualitatif fenomenologi, dan mendiskusikan kembali hasil wawancara dan proses member checking yang telah dilakukan dengan dosen pembimbing.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian perawatan ibu postpartum

menurut budaya Aceh di Desa Garot, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh besar. yang telah dilaksanakan pada tanggal 15 Januari sampai 25 Maret 2015. Penelitian fenomenologi ini bertujuan mengetahui dan mengeksplor secara mendalam bagaimana tentang perawatan ibu postpartum menurut budaya Aceh. Lima orang partisipan dalam penelitian ini berdomisili di Desa Garot, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh besar. Dalam pengumpulan data peneliti melakukan wawancara mendalam dengan para partisipan.

A. Karakteristik Partisipan

Lima orang partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta mau menandatangani perjanjian sebelum wawancara dimulai. Partisipan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai pengalaman post partum, bersuku Aceh dan tinggal di desa Garot. Umur kelima partisipan berkisar antara 20-50 tahun. Rata-rata umur partisipan adalah 35 tahun.

kelima partisipan beragama Islam. Bersuku Aceh. Mayoritas partisipan bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu empat orang, dua partisipan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, satu orang partisipan bekerja sebagai wiraswasta. Tiga orang partisipan pendidikan terakhirnya SMP, dua orang SMA dan dua orang Perguruan Tinggi. Kelima partisipan menceritakan bagaimana perawatan bayi baru lahir menurut budaya Aceh. Data demografi dapat dilihat di Tabel 4.1.


(40)

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

B. Perawatan Ibu Postpartum Menurut Budaya Aceh

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap sepuluh partisipan yang telah melakukan perawatan ibu post partum menurut budaya Aceh, maka peneliti menemukan delapan tema dalam upaya perawatan pada ibu postpartum dan telah disebutkan oleh partisipan tersebut adalah: (1) Kebiasaan-kebiasaan / Ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin, (2) Nutrisi pada ibu postpartum, (3) Menyusui, (4) Personal hygiene pada ibu postpartum, (5) Aktifitas pada ibu postpartum, (6) Istirahat/ Tidur ibu postpartum, (7) Perawatan pada ibu selama postpartum, (8) Pencegahan penyakit pada ibu postpartum

Tabel 4.2 Tema dan Sub Tema Perawatan Ibu Postpartum Menurut Budaya Aceh

No Tema Sub Tema

1. Kebiasaan-kebiasaan / Ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin

1.1Larangan keluar rumah sebelum 40 hari

1.2Larangan berhubungan intim

1.3Larangan untuk tidur sekamar dengan suami selama masa postpartum

2. Nutrisi pada ibu postpartum 2.1Pemberian telur merah dan madu 2.2Banyak mengkonsumsi sayuran. 2.3Hanya boleh makan tahu dan

tempe.

2.4Larangan makan telur bebek dan ikan laut.

2.5Larangan makan makanan padat sesudah magrib.

3. Upaya memperlancar ASI 3.1Pemijatan pada payudara 3.2Minum air sari daun-daunan.


(41)

3.3Minum air abu. 3.4Makan tape. 4. Personal hygiene pada ibu

postpartum

4.1Memandikan ibu segera setelah bersalin dengan siraman dengan ie boh kruet (jeruk purut)

4.2Menggunakan air sirih saat cebok 5. Aktifitas pada ibu postpartum 5.1Pembatasan gerak dan mobilisasi

ibu

5.2Larangan bekerja pada ibu postpartum

5.3Saat jalan kaki ibu harus rapat dan melangkah sepelan mungkin

5.4Pemakaian bangku atau duduk saat BAB

5.5Berbicara dengan suara yang kecil. 6. Perawatan pada ibu selama

masa postpartum

6.1Pemberian ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daunpacar (gaca), unseumpung (ur ang-aring).

6.2Pemberian ramuan, dari kunyit. 6.3Mengkonsumsi jamu.

6.4Peletakkan batu panas di perut dan di peumadeung (disale).

6.5Membalurkan ramuan jeruk nipis diatas perut

6.6Muka dan badan ibu diberi bedak dingin

6.7Ibu harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel

6.8memakai stagen atau gurita. 7. Pencegahan penyakit pada ibu

postpartum

7.1Minum segelas saripati kunyit 7.2Memakai sandal kemanapun ibu

pergi

1. Kebiasaan-kebiasaan/ ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin Setelah ibu melewati masa kritis pada saat persalinan, ibu mulai memasuki masa pemulihan/ masa postpartum. Pada masa ini ibu memulihkan diri sendiri dengan cara istirahat menunggu semua alat alat reproduksi ibu kembali normal seperti semula. Akan tetapi pada masa ini


(42)

ibu juga mendapatkan dukungan penuh baik dari suami maupun keluarga. Termasuk didalamnya perawatan ibu selama masa postpartum. Diantara sekian banyak perawatan yang harus ibu lakukan, ada kebiasaan- kebiasaan/ ritual yang harus ibu patuhi dan laksanakan. Ibu pospartum suku Aceh meyakini bahwa kebiasaan-kebiasaan ini harus dilaksanakan demi kebaikan ibu sendiri karena sesuai dengan perintah agama. Diantaranya adalah larangan untuk keluar rumah sebelum 40 hari, larangan tidak diperbolehkan berhubungan intim, serta larangan untuk tidur satu kamar dengan suami selama ibu masa postpartum.

1.1Larangan keluar rumah sebelum 40 hari

Larangan keluar rumah sebelum 40 hari diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan yang mengatakan bahwa keluar rumah sebelum 40 hari, Ibu tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun diluar rumah. Ibu suku Aceh sangat meyakini bahwa selama ibu masih dalam keadaan kotor karena darah postpartum, haram hukumnya menginjak bumi walaupun ibu hanya berada di halaman depan rumah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

kepercayaan orang Aceh ya kalau belum 100 hari kalau bisa jangan keluar rumah dulu. Yang belum 44 hari jangan keluar sama sekali.itu mungkin karena badan kita kan belum bersih, trus kan jangan kena matahari juga. Matahari pagi sih tidak apa. Tapi ditakutkan kena angin nanti jadi mudah sakit.

(Partisipan a) Kalau adat Aceh dek 40 hari itu ga boleh kemana mana dulu. Belum suci kan badan kita, haram injak bumi kalau kata orang tua.


(43)

Kalau darahnya tidak habis habis artinya kakak tidak bisa keluar rumah kan dek.,

(Partisipam c)

Selama belum 40 hari, jangan keluar rumah. Menginjak halaman depanpun jangan.

(Partisipan d) Badan masih belum suci, jadi sebaiknya dirumah saja dulu. Tunggu sampai 40 hari. Baru keluar rumah.

(Partisipan e)

1.2Larangan berhubungan intim

Larangan berhubungan intim diketahui berdasarkan hasil wawancara dari keempat partisipan yang mengatakan bahwa berhubungan intim hanya akan menambah dosa karena melanggar perintah agama Islam. Akan tetapi ini akan menjadi larangan yang bersifat sementara bagi ibu postpartum selama ibu masih belum bersih dari darah postpartum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Agama melarang berhubungan badan, nanti aja kalau udah habis masa postpartumnya.

(Partisipan b) Tidak berhubungan suami istri juga, Orang menstruasi aja tidak.

(Partisipan c) Gak boleh tidur sekamar dan berhubungan badan dengan suami juga.

(Partisipan d) Saya juga tidak berhubungan intim dengan suami saya, karena belum bersih kan....

(Partisipan e)


(44)

Larangan untuk tidur sekamar dengan suami selama masa postpartum diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan yang mengatakan bahwa untuk tidur sekamar dengan suami selama masa postpartum sangat dipantang. Ibu akan dipindahkan ke kamar bagian paling belakang rumah dan akan tidur bersama orang tuanya (dalam hal ini ibunya). Karena ditakutkan jika mereka sekamar istri akan cepat memiliki anak lagi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Suami dan saya tidak tidur satu kamar, dipantang sama orang tua, cepat berisi lagi katanya...

(Partisipan a) Tapi selama saya nifas, saya jadi agak kurang juga komunikasi sama suami saya. Karena kami tidurnya terpisah juga ya mau bagaimana lagi. Saya kan gamau cepat cepat kasih si adek bayi adek lagi.

(Partisipan b) kakak selama nifas tidurnya terpisah dari suami...

(Partisipan c) Gak boleh tidur sekamar dan berhubungan badan dengan suami juga.

(Partisipan d) Saya tidur sama mama. Katanya kalau suami tidur sama saya nanti saya cepat hamil lagi. Begitulah dek kalau menurut adat Aceh.

(Partisipan e) 2. Nutrisi pada ibu postpartum

Salah satu upaya untuk mengembalikan tenaga ibu yang terkuras selama bersalin dengan cepat adalah dengan pemilihan jenis makanan yang tepat pada masa postpartum. Adapun upaya tersebut ialah: pemberian telur merah dan madu, mengkonsumsi banyak sayuran, makan tahu tempe


(45)

tanpa garam dan tanpa digoreng, dan larangan untuk makan telur bebek dan ikan laut.

2.1Pemberian telur merah

Pemberian telur merah yang diketahui berdasarkan hasil wawancara dari ketiga partisipan yang mengatakan bahwa mengonsumsi telur merah setelah melahirkan akan mengembalikan tenaga. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Kemudian saya difooding juga sama telur ayam kampung.

(Partisipan a) Telur merah itu bagus kalau kita habis lahiran dek. Fooding...

(Partisipam c)

Sesaat setelah saya melahirkan, saya langsung diberi telur untu diteguk...

(Partisipan e)

2.2Ibu dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran.

Ibu dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran yang diketahui berdasarkan hasil wawancara berdasarkan dari keempat partisipan menyebutkan bahwa sayuran sangat banyak manfaatnya. Sayur adalah pilihan makanan wajib selama ibu postpartum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Trus harus banyak makan sayur yang pasti. Sayurnya direbus Setiap hari satu mangkuk.

(Partisipan a) Sayuran juga wajib hukumnya kalau untuk ibu menyusui. Harus banyak makan sayur yang pasti dek


(46)

Saya hanya boleh makan nasi dengan sayur... biar banyak asi katanya sayuran khasiatnya sangat besar.

(Partisipan c) saya lebih banyak makan sayur.mengurangi minyak dan garam...

(Partisipan e) 2.3Hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa digarami makanan harus

disangan/dibakar.

Hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa digarami makanan harus disangan/dibakar yang diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan menyebutkan bahwa ibu hanya boleh makan tahu dan tempe yang tidak digoreng atau digarami. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Saya hanya boleh makan tahu tempe sebagai lauknya kawan nasi. Gaboleh pakai minyak

(Partisipam a) Saya Cuma boleh makan tahu tempe saja dek...

(Partisipan b) tidak boleh makan banyak, tahu tempe aja yang hambar, minum air banyak,

(Partisipan c) Saya hanya boleh makan nasi dengan sayur dan tahu atau tempe yang dibakar bukan yang digoreng dengan minyak dan ga pake garam.

(Partisipan d) Mengurangi minyak dan garam, protein yang saya makan pun berasal dari telur, tahu, dan tempe...

(Partisipan e)

2.4Larangan makan telur bebek dan ikan laut

Larangan makan telur bebek dan ikan laut diketahui berdasarkan hasil wawancara dari keempat partisipan menyebutkan bahwa makan telur


(47)

bebek dan ikan laut akan menyebabkan cairan yang keluar semakin banyak dari vagina dan bau darah ibu akan menjadi amis dan ibu menjadi gatal-gatal. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

adat istiadatnya maksudnya tidak boleh makan telur bebek gitu... atau ikan laut yang bikin alergi katanya gatal-gatal...telur bebek katanya sih larangan aja saya gatau juga gimana tapi katanya rahimnya ga bagus nanti cairannya keluar aja trus nanti juga bikin bau badan.

(Partisipan a) pada dasarnya orang Aceh ini makan nasinya harus ada ikan, tapi kata orang tua, kalau saya makan ikan nanti darah saya amis.

(Partisipan b) Saya hanya boleh makan nasi dengan sayur dan tahu atau tempe. Telur juga boleh. Tapi tidak dengan telur bebek serta ikan laut.

(Partisipan d) tapi saya ga makan daging atau ikan.

(Partisipan e)

3. Upaya Memperlancar ASI

Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebanyak 700 kkal/hari yang digunakan untuk kebutuhan produksi ASI dan untuk aktifitas ibu sendiri. Produksi ASI sangat erat kaitannya juga dengan perawatan payudara ibu, apa yang ibu konsumsi, serta upaya-upaya yang ibu lakukan sehingga ASI lancar dan tidak ada masalah. Berbagai upaya turut diberikan oleh orang tua/keluarga kepada ibu untuk mempercepat pengeluaran ASI dan memperbanyaknya seperti : pemijatan pada payudara, minum air sari daun-daunan seperti daun kates,


(48)

daun kacang panjang, daun katuk, dan juga ibu menyusui dianjurkan untuk makan tape.

3.1Pemijatan pada payudara

Pemijatan pada payudara diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan menyebutkan bahwa ibu postpartum suku Aceh meyakini bahwa pijat tidak hanya digunakan untuk orang patah tulang dan cedera akan tetapi juga digunakan pada ibu postpartum. Pada ibu postpartum, tukang pijit akan dipanggil kerumah ibu untuk dilakukannya pemijatan. Khusus pada payudara, pemijatan bertujuan untuk mempercepat produksi ASI pada ibu pasca salin, dan memperbanyak produksi ASI pada ibu postpartum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

payudara saya juga dipijat khusus supaya asinya cepat keluar

(Partisipan a) ya satu badan. Paha juga. Payudara juga. Supaya air susunya keluar dan begitu diurut payudaranya pasti akan langsung keluar airnya.

(Partisipan b) itulah dek, yang pas badan dipijat, payudara juga dipijat khusus,

(Partisipan c) Ada orang tua ahli kusuk kerumah, untuk kusuk badan sekalian payudara juga

(Partisipan d) Kan sesudah melahirkan kita capek. Payudara juga dipijat sekalian. hari hari pertama belum keluar ASI. Nah tujuan pijatan ini biar ASI nya cepat keluar.

(Partisipan e) 3.2 Minum air sari daun-daunan seperti daun kates, daun kacang panjang,


(49)

Minum air sari daun-daunan seperti daun kates, daun kacang panjang, daun katuk, dan lain-lain diketahui berdasarkan hasil wawancara dari ketiga partisipan menyebutkan bahwa sayuran juga merupakan salah satu sumber ASI terbaik selain energi yang dibutuhkan oleh ibu postpartum dari karbohidrat. Banyaknya kandungan didalam sayur membuat produksi ASI menjadi lancar. Ibu postpastum suku Aceh diwajibkan untuk mengkonsumsi sayuran setiap harinya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Untuk memperbanyak ASI saya makan daun katuk, kates juga...

(Partisipan b) Untuk memperbanyak ASI, kakak harus makan banyak sayuran, daun daunan seperti daun katuk,

(Partisipan c) Biar banyak asi katanya sayuran khasiatnya besar. Daun kates, sayur-sayuran hijau...

(Partisipan d)

3.3 Minum abu dari dapur yang dicampur dengan air.

Minum abu dari dapur yang dicampur dengan air diketahui berdasarkan hasil wawancara dari ketiga partisipan menyebutkan bahwa pada masa postpartum, ibu harus minum abu dari dapur yang dicampur dengan air, kemudian disaring, dicampur garam dan asam lalu diminumkan kepada si ibu supaya ASI banyak. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Minum ramuan dari abu dapur yang udah disaring juga supaya ASInya banyak dek

(Partisipan c) Trus ada juga ramuan yang dari abu dapur untuk diminum. Abu dapurnya disaring kemudian ditambah dengan garam dan asam.


(50)

(Partisipan d) Saya ada juga dek disuruh minum air abu yang udah disaring ditambahin asam sama madu kalau ga salah saya...

(Partisipan e)

3.4 Ibu yang menyusui juga dianjurkan untuk makan tape.

Ibu yang menyusui juga dianjurkan untuk makan tape ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dari ketiga partisipan menyebutkan bahwa pada masa postpartum Ibu postpartum suku Aceh meyakini bahwa mengonsumsi tape akan meningkatkan produktivitas dari pada ASI. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Saya dianjurkan makan tape sebagai selingan karena bagus untuk ASI.

(Partisipan a) Ya, makan tape biar air susunya banyak

(Partisipan b) Harus makan sayuran, daun katuk, kates, makan tape, supaya ASInya tetap banyak

(Partisipan c) 4. Personal hygiene pada ibu postpartum

Ibu suku Aceh sangat mengutamakan kebersihan diri mereka. Terlebih lagi saat mereka pada masa postpartum. Karena mereka meyakini dengan menjaga kebersihan maka akan semakin cepat pulalah pemulihan mereka. Banyak cara yang mereka lakukan seperti segera mandi setelah bersalin menggunakan air jeruk purut atau dengan menggunakan air sirih setiap kali mereka cebok.

4.1Memandikan ibu segera setelah bersalin yang siraman terakhirnya diikuti dengan siraman dengan ie boh kruet (jeruk purut).


(51)

Memandikan ibu segera setelah bersalin yang siraman terakhirnya diikuti dengan siraman dengan ie boh kruet (jeruk purut) ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima partisipan menyebutkan bahwa setelah melahirkan, dengan bantuan ibu/keluarga, ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram dengan ie boh kruet (jeruk purut) guna menghilangkan bau amis. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

saya langsung dimandikan menggunakan air hangat yang ada jeruk purutnya juga di akhir oleh keluarga saya.

(Partisipan a) Setelah melahirkan, saya disuruh mandi oleh mama saya. Airnya sudah dicampur dengan jeruk purut...

(Partisipan b) Setelah melahirkan, saya langsung dibantu ke kamar mandi oleh kakak dan mama saya untuk mandi....

(Partisipan c) Setelah melahirkan 1 hari, besok pulang kerumah dimandiin sama air jeruk purut dan daun-daunan.

(Partisipan d) Kemudian saya langsung dimandikan...

(Partisipan e)

4.2Menggunakan air sirih saat cebok.

Menggunakan air sirih saat cebok ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dari ketiga partisipan menyebutkan bahwa setiap kali ibu cebok baik sesudah buang air kecil maupun mengganti pembalut, ibu menggunakan air sirih sebagai air untuk mencebok. Ada juga yang hanya menggunakan air hangat saja, atau ada juga yang membatasi penggunaan air sirih ini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:


(52)

ya setiap kali cebok kita pakai air sirih dan air hangat untuk cucinya.

(Partisipan b) Cebok bersih menggunakan air hangat. Bisa diselingi dengan air sirih sesekali.

(Partisipan c) hari ke dua ada memakai air daun sirih di ceboin.

(Partisipan d)

5. Aktifitas pada ibu postpartum

Ibu postpartum suku Aceh akan diperlakukan bak seorang ratu pasca melahirkan seorang bayi. Keluarga sangat bersyukur dan berbahagia atas pemberian anggota keluarga barunya yakni seorang bayi. Sebagai rasa syukur mereka, Ibu postpartum suku Aceh akan dipenuhi segala kebutuhannya dan keinginannya seperti kebutuhan harian ibu. Keluarga akan menemani dan mengurus kebutuhan selama ibu postpartum. Ibu hanya diperbolehkan jalan apabila ke kamar mandi dan menyusui, larangan bekerja, larangan untuk membaca dan menjahit, pemakaian bangku atau wc duduk saat ibu BAB, ibu juga harus jalan sepelan mungkin, ibu juga tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan suara yang keras.

5.1Ibu hanya diperbolehkan jalan apabila ke kamar mandi dan untuk menyusui.

Ibu hanya diperbolehkan jalan apabila ke kamar mandi dan untuk menyusui ini diketahui dari hasil wawancara dengan kedua partisipan yang menyebutkan bahwa ibu hanya diperbolehkan untuk bergerak hanya dalam keadaan darurat atau kebutuhan ibu yang sangat mendesak. Seperti ke kamar mandi atau kebutuhan menyusui bayinya. Selain daripada itu,


(53)

kebutuhan dan keperluan ibu akan dilayani dan disediakan oleh keluarga. Bahkan, pada saat jadwal makan tiba, makanan ibu akan diantarkan ke kamar ibu dan ibu makan didalam kamarnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Gak tidak diperbolehkan jalan aja kecuai ke kamar mandi atau mengambil bayi yang nangis.

(Partisipan a) Kalau dulu ibu nifas itu tidak boleh banyak bergerak. Tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu, hanya sebatas ke kamar mandi atau menyusui. Makan minumpun ditempat tidur.

(Partisipan b)

5.2 Larangan bekerja pada ibu postpartum

Larangan bekerja pada ibu postpartum ini diketahui dari hasil wawancara dengan ketiga partisipan yang menyebutkan bahwa ibu postpartum suku Aceh dilarang bekerja selama masa postpartum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Tidak banyak aktifitas yang saya lakukan, saya lebih banyak istirahat....

(Partisipan a) Kalau dulu ibu nifas itu tidak boleh banyak bergerak. Tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu,

(Partisipan b) tidak boleh mengangkat barang-barang berat... nanti rahimnya keluar.

(Partisipan d)

5.3 Saat jalan kaki ibu harus rapat dan melangkah sepelan mungkin

Saat jalan kaki ibu harus rapat dan melangkah sepelan mungkin ini diketahui dari hasil wawawncara dengan ketiga partisipan yang


(54)

menyebutkan bahwa Ibu postpartum suku Aceh apabila berjalan harus dengan langkah kecil dan pelan serta kaki ibu harus rapat. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Jalannya harus sepelan mungkin...

(Partisipan a) Kalau Jalan harus rapat kakinya dan pelan-pelan.

(Partisipan c) Tidak boleh jalan cepat harus pelan-pelan jalan...

(Partisipan d)

5.4 Larangan membaca buku dan menjahit

Larangan membaca buku dan menjahit ini diketahui dari hasil wawancara dengan kedua partisipan yang menyebutkan bahwa selama masa postpartum, ibu tidak boleh membaca maupun menjahit. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

orang postpartum tidak boleh baca buku, tidak boleh menjahit, nanti matanya rabun.

(Partisipan d) Ibu nifas ga bole membaca atau menjahit dulu, nanti otot-otot matanya capek karena kerja keras

(Partisipan e)

5.5Pemakaian bangku atau duduk saat buang air besar (BAB)

Pemakaian bangku atau duduk saat BAB ini diketahui dari hasil wawancara dengan kedua partisipan yang menyebutkan bahwa Ibu postpartum suku Aceh akan menggunakan wc duduk atau bangku kecil pada wc jongkok jika ibu ingin buang air besar. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

trus kalau kita buang air besar ga boleh jongkok lebar lebar itu mesti pake bangku atau secara duduk.


(55)

(Partisipan a) Kalau mau BAB, Harus di WC duduk biar gak keluar anusnya.

(Partisipan d)

5.6Berbicara dengan suara yang kecil.

Berbicara dengan suara yang kecil ini diketahui dari hasil wawancara dengan partisipan yang menyebutkan bahwa ibu tidak boleh berbicara dengan suara yang lantang dan keras. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Mama saya marah kalau suara saya besar-besar, nanti putus pita suara saya katanya. Apalagi habis melahirkan, gak sama kayak orang sehat...

(Partisipan c) Kalau bicara suaranya ga boleh besar.

(Partisipan d)

6. Perawatan pada ibu selama masa postpartum

Berbagai macam upaya dilakukan oleh ibu postpartum suku Aceh dalam mempercepat pemulihan dan kondisi tubuh ibu agar kembali normal ke sedia kala. Mulai dari pemberian ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring), Pemberian ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada, Mengkonsumsi jamu, Peletakkan batu panas di perut dan di peumadeung (disale), Membalurkan ramuan jeruk nipis diatas perut, Muka dan badan ibu diberi bedak dingin, Ibu harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel, dan memakai stagen atau gurita.


(56)

7.1Pemberian ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring).

Pemberian ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring) diketahui dari hasil wawancara dengan partisipan yang menyebutkan bahwa ibu diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daunpeugaga, daun pacar (gaca), un seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air lalu diminum. Hal tersebut berkhasiat untuk membersihkan darah kotor. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :

Dianjurkan minum air rebusan daun 44 isinya ada 44 macam daun rebusan untuk diminum. Salah satunya daun peugaga, daun pacar, urang-aring, sebaiknya setiap kali haus minum ini lebih bagus lagi.

(Partisipan a) Saya dikasih obat/minuman yang dibuat sendiri. Isinya banyak daun daunan obat pacar, urang-aring dan ada lagi isi lainnya...

(Partisipan e)

7.2 Pemberian ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada.

Pemberian ramuan, dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada ini diketahui dari hasil wawancara dengan kedua partisipan bahwa ibu diberikan ramuann yang terbuat dari dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada, kemudian semua bahan ini ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah madu dan kuning


(57)

telur. Khasiatnya menambah darah dan membersihkan darah kotor. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

Ada, kunyit atau induk kunyit trus jinten trus pakai gula merah, asam jawa, kemudian buah mangkeng, dan bahan bahan yang lain dihaluskan ditambah madu dan diminum dalam keadaan hangat.

(Partisipan a) Dikasih ramuan dari kunyit, gula merah, asam jawa, jeura eungkot, kencur dan lada. Semua bahan ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah dengan madu dan kuning telur untuk diminum.

(Partisipan c) Buat sendiri isinya kunyit, telur ayam kampung, madu, asam jawa, kencur, lada, ditumbuk halus diminum setiap pagi

(Partisipan e)

7.3 Mengkonsumsi jamu.

Mengkonsumsi jamu ini diketahui dari hasil wawancara dengan ketiga partisipan yang menyebutkan ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi jamu. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :

Kalau malam saya minumnya jamu.malam harinya sebelum makan

(Partisipan a) Jamu yang dijual di pasar yang siap minum. Tiap pagi minum jamu.

(Partisipan d) Minum jamu atau kunyit setiap pagi...

(Partisipane)

7.4 Peletakkan batu panas (tot batee) di perut dan di peumadeung (disale). Peletakkan batu panas (tot batee) di perut dan di peumadeung (disale) ini diketahui dari hasil wawancara dengan kelima partisipan yang


(58)

menyebutkan bahwa ibu mulai dari hari pertama diletakkan batu panas di perut dan dipeumadeung (disale). Ibu tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya dihidupkan api. Kebiasaan tot batee dan sale ini 30 sampai 40 hari. Hal ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan otot dan merampingkan tubuh. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :

kebetulan itu disebuah rakit atau dipan tapi ga pake alas. Karena kalau pake alas ditakutkan terbakar dengan uap. Jadi gitu aja. Rasanya seperti di steam. Kayak kita pergi ke tempat sauna. Banyak keluar keringat kalau disale itu..

(Partisipan a) Kemudian ada sale juga selama 20 hari. Sesudahnya dibakar batunya diletakkan diatas perut. Kita alas berupa kain supaya tidak langsung membakar kulit.

(Partisipan b) Bakar batunya dari hari kesebelas sampai dua puluh, disalenya dari hari kedua puluh sampai ketiga puluh

(Partisipan c) Ada juga cara sale (panasin badan), di uapinlah istilahnya orang Aceh.

(Partisipan d) Kemudian hari keduanya langsung bakar arang (sale). Diatas tempat tidur khusus dari bambu. Proses berlangsung sampai sebulan atau lebih kalau tidak tahan 15-20 hari saja.

(Partisipan e) 7.4 Membalurkan ramuan jeruk nipis diatas perut

Membalurkan ramuan jeruk nipis diatas perut ini diketahui dari hasil wawancara dengan partisipan yang menyebutkan bahwa, jeruk nipis dicampurkan dengan kapur dan oen lawah kleng kemudian dibalurkan diatas perut. Tujuannya untuk mengencangkan perut, menghilangkan


(59)

bekas striae pada daerah perut. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini :

kita balurkan di atas perut. Dicapurkan dengan kapur terlebih dahulu. Jeruk nipis itu pada dasarnya panas. Kemudian kita campurkan dengan oen lawah juga. Kita balurkan di atas perut seperti jamu. Kita tutup dengan kertas. Untuk menghilangkan bekas parutan di perut, mengencangkan juga.

(Partisipan b) Banyak bekas pelebaran kulit sesudah melahirkan, disana saya balurkan jeruk nipis yang dicampur dengan kapur.

(Partisipan d)

7.5 Muka dan badan ibu diberi bedak dingin

Muka dan badan ibu diberi bedak dingin ini diketahui dari hasil wawancara dengan partisipan yang menyebutkan bahwa selama dalam masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan sebagai berikut :

Pada hari kelima selesai kusuk, badan dan muka mulai dibalurkan bedak dingin ...

(Partisipan a) Kemudian dipakaikan bedak dingin juga

(Partisipan d)

7.6 Ibu harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel Ibu harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel ini diketahui dari hasil wawancara dengan kelima partisipan yang menyebutkan bahwa setelah melahirkan ibu harus dipijat atau diurut, diberi pilis atau lerongan dan tapel. Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan sebagai berikut:


(60)

Makanya dikusuk. Dulu saat saya melahirkan anak terakhir 3 hari baru lahir. Badan entah sudah diapa apakan. Sakit setelahnya. Makanya habis itu dikusuk. Kemudian diberi pilis, param, untuk di kepala, badan... (Partisipan b) sesudah 5 hari kita panggil tukang urut. Untuk mengurut badan. Kemudian dibalurkan badan kita dengan ramuan ramuan untuk bagian luarnya. Nanti ada obat minum ada juga. Yang oles ada juga.

(Partisipan c) Saya dipakaikan pilis dan param. Kemudian Ada juga melakukan kusuk, panggil orang tua ahli kusuk ke rumah. Kusuk dilakukan setelah 5 hari melahirkan secara selang seling, selama postpartum pokoknya 7 hari.

(Partisipan d) Ada dukun kampung yang sudah dipercaya, badan kita dikusuk semua untuk mengembalikan kesegaran tubuh kita.

(Partisipan e) 7.7 Memakai stagen atau gurita.

Memakai stagen atau gurita ini diketahui dari hasil wawancara dengan satu partisipan yang menyebutkan bahwa Ibu harus memakai stagen atau udet (centing). Hal tersebut didukung oleh pernyataan partisipan sebagai berikut:

Kalau dalam istiadat kami itu 100 hari harus betul-betul tidak boleh tidak pake mangkung atau gurita seperti itu.

(Partisipan a) 7. Pencegahan penyakit pada ibu postpartum

Ada berbagai cara dan upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan pada ibu nifas. Diantaranya adalah, minum segelas saripati kunyit, memakai sandal kemanapun ibu pergi, dan larangan makan makanan yang padat sesudah magrib. Untuk lebih jelasnya kita lihat hasil paparan berikut ini.


(61)

8.1Minum segelas saripati kunyit

Minum segelas saripati kunyit ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan pada keempat partisipan yang menyebutkan bahwa ibu akan minum saripati kunyit setiap harinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :

Kunyit dihaluskan kemudian, dicampur semua bahannya ditambahkan madu kemudian diminum dengan air hangat

(Partisipan a) Air kunyit bikinan sendiri setiap pagi saya minum...

(Partisipan b) Kemudian saya minum sari kunyit jadi minuman harian saya setiap pagi supaya tidak cepat hamil lagi.

(Partisipan d) Ibu mertua saya membuatkan saya air kunyit untuk diminum setiap hari selama 44 hari

(Partisipan e) 8.2Memakai sandal kemanapun ibu pergi

Memakai sandal kemanapun ibu pergi diketahui dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa sandal merupakan suatu kewajiban pemakaiannya kemanapun ibu melangkah. ibu memakai sandal kemanapun ibu pergi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini :

Jauh dekat, saya harus pakai sandal

(Partisipan c) Sandal jadi alas kaki wajib dirumah selama saya postpartum supaya tidak masuk angin

(Partisipan e)


(62)

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang diperoleh dari partisipan sesuai dengan teori yang berhubungan yaitu mengenai perawatan ibu postpatum menurut Budaya Aceh dimana meliputi meliputi: kebiasaan-kebiasaan/ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin, nutrisi pada ibu postpartum, menyusui, personal hygiene pada ibu postpartum, aktifitas ibu postpartum, Istirahat/ Tidur ibu postpartum, perawatan pada ibu selama masa postpartum, serta pencegahan penyakit pada ibu postpartum.

Di antara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat Indonesia ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan bagi status kesehatan. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan postpartum. Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa postpartum sangat beragam menurut adat istiadat daerah masing-masing (Syafrudin, 2009).

Oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial kemasyarakatan sangat penting dipahami oleh seorang bidan sebagai petugas kesehatan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar belakang agama, budaya pendidikan dan adat istiadat yang berbeda (Syafrudin, 2010).

Hal ini dapat kita lihat dari informan suku Aceh bahwa pada suku Aceh masih mempertahankan tradisi adat istiadat walaupun sudah berbaur dengan kelompok-kelompok masyarakat dari suku-suku lainnya yang memiliki kultur yang berbeda tetapi dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa masyarakat Aceh


(63)

masih memegang erat tradisi dan filosofi suku Aceh terhadap perawatan ibu postpartum yang diketahui berdasarkan hasil wawancara dari kelima informan yang menyatakan bahwa kebiasaan maupun pantangan perilaku yang dilakukan pada ibu postpartum berhubungan dengan pengalaman dan adat-istiadat orang terdahulu. Hal ini munculnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Aceh dalam merawat ibu postpartum.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat nilai-nilai yang mendasari praktek budaya Aceh dalam perawatan ibu postpartum yang terdiri delapan ketegori yaitu, kebiasaan-kebiasaan/ ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin, nutrisi pada ibu postpartum, menyusui, personal hygiene pada ibu postpartum, aktifitas ibu postpartum, Istirahat/ Tidur ibu postpartum, perawatan pada ibu selama masa postpartum, serta pencegahan penyakit pada ibu postpartum yang dilakukan sesuai tradisi suku Aceh tersebut.

1. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Masa postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil). Masa postpartum berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa postpartum adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya. (Saifudin, 2002).

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis yang sebenarnya sebagian besar merupakan perubahan yang fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan perawatan masa postpartum yang baik tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan yang patologis. Oleh


(64)

sebab itu, masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. (Nurjannah, 2013).

1.1Kebiasaan-kebiasaan/ ritual yang dilakukan setelah ibu bersalin

Dari hasil penelitian partisipan menyebutkan bahwa mereka yang melakukan kebiasaan-kebiasaan/ ritual setelah ibu bersalin yaitu larangan keluar rumah sebelum 40 hari, larangan berhubungan intim, larangan untuk tidur sekamar dengan suami selama masa postpartum.

Kebiasaan-kebiasaan/ritual yang ibu lakukan setelah ibu bersalin ibu lakukan dikarenakan keharusan dari pihak keluarga maupun orang tua seperti larangan keluar dari rumah dan tidur sekamar dengan suami serta larangan dari agama ibu postpartum yang mayoritas beragama Islam yang melarang berhubungan suami istri selama masa postpartum. Keluar dari rumah menjadi larangan bagi ibu yang masih dalam keadaan kotor sehingga ditakutkan akan banyaknya jin atau makhluk halus yang menganggu ibu.

Ibu postpartum suku Aceh diharuskan tidur terpisah dengan suami selama masa postpartum masih berlangsung, ketergantungan ibu terhadap orang tua menyebabkan peran suami dimasa ini menjadi kurang berperan. Keberadaan suami yang terlalu sering ditakutkan akan menimbulkan hawa nafsu serta lebih cepatnya ibu hamil lagi sedangkan pemulihan kondisi ibu yang belum sempurna. Padahal, dukungan dan perhatian dari suami akan membuat psikologis ibu semakin baik dan menghindarkan ibu pada keadaan post partum blues atau depresi postpartum.


(1)

45 Kepercayaan orang aceh banyak pantang, orang nifas tidak boleh P :4, L 43-45 46 baca buku, tidak boleh menjahit, katanya mata kita cepat kabur.

47 Jadi harus kita hindari. Tidak boleh jalan cepat harus pelan-pelan P :4, L 47 48 jalan, tidak boleh mengangkat barang-barang berat. Tidak boleh P :4, L 48 49 keluar rumah sebelum badan bersih dari darah nifas, gak boleh P :4, L 48-49 50 tidur sekamar dan berhubungan badan dengan suami juga. P :4, L 49-50 51 Saya hanya boleh makan nasi dengan sayur dan tahu atau tempe. P :4, L 51-52 52 Telur juga boleh. Tapi tidak dengan telur bebek serta ikan laut. P :4, L 52 53 biar banyak asi katanya sayuran khasiatnya sangat besar. Daun P :4, L 53-55 54 kates, sayur-sayuran hijau, kalau ikan laut nanti bikin amis darah

55 nifasnya. Oh ya, kalau udah malam juga ga boleh makan lagi. Nanti P :4, L 55-56 56 gendut. Trus ada juga ramuan yang dari abu dapur untuk diminum

57 Abu dapurnya disaring kemudian ditambah madu sebelum P :4, L 57-58 58 diminum. Tapi saya Cuma minum sekali aja. Gakuat sama rasanya.

59 Enaklah badan saya, karena sudah kembali seperti awal lagi. Seperti 60 awal lagi. Seperti belum melahirkan, badan saya lebih fit. Kita setelah 61 melahirkan banyak darah keluar, badan lemah. Tapi setelah saya jalanin 62 perawatan ini insyaallah kembali seperti belum melahirkan. Istilahnya 63 kalau orang bilang kembali muda lagi.

64 ya paling selama nifas gaboleh kerja. Ngangkat yang berat-berat, P :4, L 64 65 kalau mau BAB juga harus di wc duduk biar gak keluar anusnya. P :4, L 65 66 Ga boleh banyak gerak juga selain ke kamar mandi. Kemudian P :4, L 66 67 saya ada minum juga sari kunyit supaya ga cepat hamil. Ya sebagai P :4, L 67-68 68 penunda kehamilan yang alami lah.

69 kan kalau sudah melahirkan masih banyak bekas pelebaran pada kulit

70 kan, disana saya balurkan jeruk nipis yang dicampur dengan P :4, L 70-71 71 kapur. Di area perut aja. Kemudian saya pakai bedak dingin juga


(2)

Partisipan : E

Line Hasil Wawancara Kata

Significant 1. Setelah saya melahirkan di rumah saya diberi teluar ayam P :E, L 1-2 2. kampung setengah matang untuk saya teguk langsung, kemudian

3. saya dimandikan dengan air hangat supaya badan saya kembali P :E, L 3-4 4. segar.

5. satu jam sesudahnya

6. Dibantu jalan sama mama dan kakak saya. Kemudian hari keduanya P :E, L 6-7 7. langsung bakar arang (sale).

8. ada tempat tidur khusus yang terbuat dari bambu. Kemudian bakar 9. arang dibawahnya. Kita tidur disitu selama proses sale berlangsung. 10. ada yang sebulan. Menurut keadaan dan kondisi badan. Kalau tidak 11. tahan ada yang 15 atau 20 hari saja.

12. 24 jam. Tidak pindah pindah. Mungkin sebentar pada saat menyusui 13. aja. Tapi terkadang juga menyusui diatas dipan.

14. mandi ya setiap hari. Sekali sehari.

15. saya lebih banyak makan sayur. Mengurangi minyak dan garam, P :E, L 15-17

16. protein yang saya makan pun berasal dari telur, tahu, tempe, tapi 17. saya ga makan daging atau ikan.

18. saya kurang tau, tapi yang namanya ibu nifas ini pasti ada larangan dan

19. pantangannya. Tidak boleh keluar rumah kan karena badan P :E, L 19-20

20. masih rentan, nanti cepat masuk angin. Saya tidak berhubungan P :E, L 20-21

21. intim dengan suami juga karena masih belum bersih kan. Tapi 22. kalau menurut adat istiadat aceh, suami tidak boleh sekamar juga 23. sama saya.

24. kalau orang aceh biasanya sesudah melahirkan, saya pindah ke kamar 25. bagian belakang rumah dek. Suami tetap di kamar saya yang biasa.

26. Saya tidur sama mama. Katanya kalau suami tidur sama saya nanti P :E, L 26-27

27. saya cepat hamil lagi. Begitulah dek kalau menurut adat aceh. 28. minum jamu atau kunyit

29. buat sendiri. Isinya kunyit, telur ayam kampung, madu, asam P :E, L 29-30

30. jawa, kencur, lada. Ditumbuk halus ditambah dengan air 31. diminum setiap hari pada pagi hari.

32. selama 44 hari 33. ya sama saja

34. beli dipasar. Yang mereknya air mancur tadi. Ada pilis, param P :E, L 34-35

35. juga.

36. Pilis dipakai dari habis melahirkan sampai 40 hari bagusnya. P :E, L 36 37. Param di badan. Bedak dingin untuk di badan juga bisa P :E, L


(3)

37-39 38. untuk mencegah penglihatan kabur, masuk angin, menghilangkan 39. bekas melahirkan juga.

40. ya tidak enak saja. Tidak sesegar biasanya.

41. kebetulan saya tidak terlalu patuh. Karena saya tidak tahan dengan 42. hawa panasnya.

43. katanya supaya badan kita tetap awet, langsing. 44. Kusuk.

45. ada dukun kampung yang sudah dipercaya. Badan kita dikusuk P :E, L 45-47

46. semuanya untuk mengembalikan kesegaran tubuh kita. Kan

47. sesudah melahirkan kita capek. Payudara juga dipijat sekalian. P :E, L 47-49

48. Kan hari hari pertama belum keluar ASI. Nah tujuan pijatan ini 49. biar ASI nya cepat keluar.

50. selama 7 hari. Hanya 15 menit setiap harinya

51. seperti biasa dek, asi saja tanpa saya kasih pisang atau yang lain kak. 52. Harus sering sering juga.

53. ada, paling saya lebih banyak minum air putih, sayur semangkuk P :E, L 53-54

54. setiap kali makan, atau saya pakai sandal supaya saya ga masuk x P :E, L 54-55

55. setiap bayinya juga bisa ditularkan melalui ASI 56. tidak ada. Saya rasa itu saja.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Noza Sary

Tempat/Tgl lahir : Tanjong, 26 Oktober 1992

Agama : Islam

Alamat : Jln Garot Lr Barona Desa Garot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, Aceh

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 9 Banda Aceh, Tahun 1998 – 2004 MTs Darul ‘Ulum Banda Aceh, Tahun 2004-2007 MAN Model Banda Aceh, Tahun 2007-2010

AKBID Muhammadyah Banda Aceh, Tahun 2010-2013 D-IV Bidan Pendidik FKep USU, Tahun 2014-Sekarang


(5)

(6)