Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-Bulan: Dari Karet Rakyat Ke Pertanian (1980-2000)

Desa Sibulan-bulan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum
pemekaran, desa ini merupakan bagiandari Kecamatan Pahae Jae, jarak
Kecamatan Pahae Jae sekitar 5 Kilometer menuju Kecamatan Purbatua, Akan
tetapi sekarang desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Purbatua. Desa Sibulanbulan merupakan desa yang paling jauh jaraknya dari Kabupaten Tapanuli Utara.
Apabila menuju Desa Sibulan-bulan dari jalan lintas Sumatera Kota Tarutung
harus menempuh waktu sekitar 2 jam ke arah perbatasan Kabupaten Tapanuli
Selatan dan melewati berbagai kecamatan dan desa. Salah satu desa yang dilalui
untuk menuju ke Desa Sibulan-bulan ialah Kecamatan Simangumban Desa
Sipetang kemudian berbelok sebelah kanan untuk memasuki area Sungai Sipetang
dan menuju ke Desa Sibulan-bulan serta menjadi jalan alternatif satu-satunya
menuju ke Desa Sibulan-bulan.
Letak Desa Sibulan-bulan antara lain:
~ Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sipetang,
~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah,
~ Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidua Bahal dan,
~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Jarak Desa Sibulan-bulan dengan Ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara
Tarutung sekitar 52 kilometer dan ± 12 kilometer dari ibu kota Kecamatan
Purbatua. Desa Sibulan-bulan memiliki luas keseluruhan sekitar 825 hektar.
Penggunaan tanah di Desa Sibulan-bulan berdasarkan pemanfaatannya ialah 85

hektar tanah sawah, 700 hektar tanah kering, 5 hektar pemukiman dan 35 hektar

21

lainnya. Terletak pada ketinggian 400 sampai 1000 meter diatas permukaan laut 4.
Berdasarkan ketinggian tersebut, Desa Sibulan-bulan memiliki iklim tropis serta
memiliki suhu yang hangat dan lembab.
Desa Sibulan-bulan memiliki dua musin yaitu musim kemarau yang berada pada
bulan Januari sampai dengan Agustus dan musim hujan berada pada bulan
September sampai dengan Desember.
Sruktur tanah di desa ini mempunyai berbagai jenis bentuk, ada yang berbetuk
landai dan sebagiannya datar kemudian ke arah sebelah Barat berbentuk
perbukitan yang didalamnya terdapat sungai-sungai kecil atau masyarakat Desa
Sibulan-bulan sering menyebutnya dengan istilah “aek bondar” dari sumber mata
air pegunungan tersebut.
Untuk

mencapai

Desa


Sibulan-bulan,

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan perahu dari Desa Sipetang sekitar 3 menit untuk melewati sungai
Sipetang kemudian berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 30 menit untuk
mencapai ke Desa Sibulan-bulan dengan jalan setapak yang berbatuan dan
berbelok-belok, sebelah kanan keadaan jalannya sedikit terjal dan sebelah kiri
terdapat perbukitan.
Dari keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Desa Sibulanbulan merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari kantor Kecamatan Purbatua,
letak Desa Sibulan-bulan berada pada ujung Kecamatan Purbatua sebelah Selatan.
Desa ini merupakan desa terpencil karena tidak memiliki jalur akses yang
memadai. Adapun sungai Sipetang sukar untuk dilewati, apalagi untuk masyarakat
pendatang yang belum terbiasa dengan alat transportasi air yaitu berupa perahu
4


Kantor Camat Purbatua, 2000

22

yang sederhana. Prasarana di desa ini pada saat itu belum memadai karena posisi
Desa yang jauh dari pusat Ibu kota Tapanuli Utara Tarutung, dan desa ini berada
di perbatasan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Akibat letak ini jangkauan serta perhatian dari Pemerintah Daerah sangat
berkurang terhadap desa ini.
Pola perkampungan Desa Sibulan-bulan umumnya mengelompok, artinya
rumah-rumah penduduk berdekatan satu sama lain. Adapun rumah tersebut
terbuat dari bahan seperti papan, kayu dan juga batu serta berlantaikan papan
karena masih berbentuk rumah panggung. Atap rumah yang masih terbuat dari
ijuk dan rumbia. Di desa ini belum ditemukan rumah yang semi permanen dan
kebanyakan berada mengikuti alur jalan utama desa tersebut. Disekitar
pekarangan rumah penduduk ditanami jenis tanaman seperti sayur-sayuran, cabai,
pinang, dan jenis buah-buahan lainnya.
Sebelum masyarakat desa Sibulan-bulan bermata pencaharian petani padi,
jenis tanaman yang tumbuh dilahan desa itu adalah berupa tanaman karet yang

diperkirakan sudah berusia sekitar 100 tahun. Adapun tanaman-tanaman lain yang
tumbuh di lahan tersebut berupa tanaman keras seperti rotan, coklat, kopi,
kemenyan, durian, pinang dan tanaman liar lainya tetapi yang paling dominan
adalah tanaman karet. Tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan termasuk jenis
tanah yang subur karena berbagai jenis tanaman dapat tumbuh di lahan ini dengan
sendirinya. Jenis tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan memiliki banyak
kandungan unsur hara dan struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir
tanah tidak terlalu padat dan tidak terlalu renggang, cukup mengandung air yang

23

berguna untuk melarutkan unsur hara yang mempunyai garam-garaman dalam
jumlah banyak sehingga tanah di desa ini cukup bagus.
2.2Keadaan Penduduk
Sebelum tahun 1980, penduduk yang mendiami desa Sibulan-bulan tidak
banyak, hanya beberapa orang saja. Perekonomian di desa ini juga sangat
berkurang, sehingga tidak menarik masyarakat pendatang untuk bermigrasi ke
daerah Sibulan-bulan. Akan tetapi pada masa pemerintahan Kolonial Belanda,
penduduk Tapanuli yang tidak ingin dijajah oleh Belanda sehingga mereka
mengasingkan diri dan salah satu tempat pengasingan itu adalah Desa Sibulanbulan. Di desa inilah mereka belajar untuk bertahan hidup dan memanfaatkan apa

yang ada di sekitarnya. Salah seorang tokoh masyarakatyang bernama Agussalim
Sitompul Desa Sibulan-bulan mendirikan sekolah (1930-an) yang dinamakan
Sekolah Dasar Madrasahsebagai tempat belajar mengajar penduduk desa Sibulanbulan.

Jumlah penduduk pada tahun 1979 dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 2.2
Jumlah penduduk Desa Sibulan-bulan
24

No

Jenis Kelamin

Jumlah

1

Laki-laki

155 Jiwa


2

Perempuan

161 Jiwa

Jumlah

316 Jiwa

Sumber: Arsip Kepala Desa Sibulan-bulan.
Sebelum dibukanya lahan pertanian padi,jumlah penduduk di Desa
Sibulan-bulanmasih tergolong sedikit. Akan tetapiberdasarkan hasil sensus
penduduk 1979, penduduk Desa Sibulan-bulan berjumlah 316 Jiwa, yang terdiri
atas 155 jiwa laki-laki dan 161 jiwa perempuandengan jumlah35 kepala keluarga,
dari jumlah penduduk ini, jumlah perempuan lebih banyak.
Penduduk yang tinggal di desa ini adalah sukuBatak Toba. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sibulan-bulan, suatu interaksi sosial yang
dilakukan dalam berkomunikasi antara sesama masyarakat desa tersebut dengan

menggunakan logat Angkola Tapanuli Selatan, karena Desa Sibulan-bulan
berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan yang menggunakan logat Angkola
Tapanuli Selatan. Hubungan kerjasama sesama masyarakat Desa Sibulan-bulan
saling menjaga dan saling menghormati satu sama lain serta mempunyai tujuan
yang sama dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Mayoritas penduduk Desa
Sibulan-bulan Beragama Islam, sebanyak 80%, dan yang beragama Kristen
Protestan sebanyak 20%.5 Hal ini disebabkan karena Desa Sibulan-bulan
berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan, wilayah yang mayoritas beragama
5

Kantor Kepala Desa/kelurahan Sibulan-bulan

25

Islam, sehingga kepercayaan tersebut semakin gampang menyebar luas ke
berbagai pedesaan termasuk ke Desa Sibulan-bulan.
Dalam suatu tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki masyarakat Sibulanbulan sangat menghormati leluhur atau nenek moyang yang lebih dahulu
meninggalkan mereka, mereka selalu mengajarkan ataupun menurunkan budaya
tersebut kepada anak dan cucu mereka hingga pada saat ini, sehingga tradisi adatistiadat di desa ini masih sangat kental. Adapun adat-istiadat di desa ini berupa
adat Toba, dimana adat Toba yang selalu ditanamkan dengan “Dalihan Natolu”

artinya Tungku yang berkaki tiga, tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan
keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari kaki ketiga tersebut rusak, maka tungku
tidak dapat digunakan, dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu
konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama,
diantaranya:
~ Pertama, Somba Marhula-hula (hormat kepada keluarga pihak Istri).
~ Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk atau mengayomi wanita).
~ Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati terhadap teman
semarga).
Ketiga istilah dalam Dalihan Natolu diatas melekat pada diri setiap orang
Batak. Setiap orang Batak pada suatu waktu akan berposisi sebagai salah satu
diantara hula-hula, atau berposisi sebagai boru dan berposisi sebagai dongan tubu.
Hal itu tergantung sebagai apa posisinya dalam adat pada waktu sebuah pesta adat
dilaksanakan ataupun pesta pernikahan.
Lokasi pemukiman penduduk Desa Sibulan-bulan, beradaditepi jalan lintas
desa yang di ikuti oleh rumah-rumah penduduk sesuai dengan alur jalan desa

26

tersebut dan terdapat perbukitan di sekitar rumah penduduk serta dikelilingi oleh

sungai Sipetang yang menjadi batas wilayah dengan desa lainnya. Adapun
sebagian rumah penduduk yang dibangun didaerah desa ini tidak jauh dari lahan
perkebunan mereka. Mereka bergotong-royong untuk membangun pemukiman
rumah mereka dengan cara tanahnya diratakan dan didirikan rumah dalam bentuk
yang sederhana. Tujuannya agarlahan yang mereka milikitidak jauh dari lahan
perkebunankaret apabila hendak melakukan proses pengolahan tanaman karet.
Sebelum masuknya pertanian padi di Desa ini, wilayah tersebut masih
terisolasi dikarenakan akses serta transportasi ke Desa Sibulan-bulan belum
memadai dan sangat jarang sekali masyarakat desa sekitarnya berkunjung ke
daerah ini. Seiring dengan perkembangan tersebut, serta dibukanya lahan
pertanian maka perlahan-lahan desa ini semakin maju dan semakin berkembang,
akan tetapi jalur transportasi masih menggunakan sarana air berupa perahu.
Dalam usaha untuk memahami perkembangan lingkungan, diharapkan
masyarakat dapat mengenali unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh terhadap
kehidupannya, baik unsur fisik atau alam maupun unsur sosial.Unsur lingkungan
fisik disebut sebagai kondisi bentuk geografis, sedangkan unsur lingkungan
sosial lebih mengarah kepada kondisi penduduk yang dipengaruhi kondisi pada
geografisnya. Oleh karena itu keterkaitan antara kondisi geografis dengan kondisi
penduduknya sangat erat. Kondisi dari geografis dan penduduk tiap wilayah
berbeda-beda, hal ini tergantung kepada kuantitas dan kualitas unsur pendukung

lingkungan yang ada pada suatu wilayah terkhususnya pada wilayah Desa
Sibulan-bulan.
2.3 Mata Pencaharian Penduduk

27

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari corak
kehidupan penduduk setempat berdasarkan ciri yang dimiliki pada wilayah
masing-masing. Salah satu pilihan hidup masyarakat Desa Sibulan-bulan dalam
mata pencahariannya adalah berkebun karet karena pada saat itu hanya inilah
alternatif yang dapat mereka lakukan, mereka dapat memanfaatkan hutan karet
peninggalan nenek moyang mereka yang akan di olah sebagai sumber penghasilan
utama bagi masyarakat. Pada saat itu pola pikir mereka masih sederhana dan
terbatas, adapun sebagian kecil pekerjaan sampingan masyarakat Desa Sibulanbulan ialah menanam sayur-sayuran, beternak ayam, berburu hewan liar serta
memanfaatkan Sungai Sipetang sebagai sumber tangkapan ikan untuk dikonsumsi
mereka setiap harinya, akan tetapi itu semua tidak berpengaruh besar terhadap
penghasilan sehari-hari. Masyarakat memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari
seperti beras, pakaian dan kebutuhan lainnya dari hasil penjualan getah karet yang
akan dijual ke toke atau pemborong tersebut dan hasilnya untuk membeli

kebutuhan hidup dari pasar.
Peningkatan status sosial masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak terlihat dari
segi kemajuan ataupun perkembangan. Hal ini disebabkan karena mereka hanya
memikirkan ketahanan hidup dalam keberlangsungan hidup keluarga masingmasing, pekerjaan yang dilakukan mereka hanya menghantarkan untuk
mendapatkan kebutuhan hidup dalam sehari dan untuk hari-hari berikutnya
mereka akan bekerja kembali. Masyarakat Desa Sibulan-bulan rutin dalam
melakukan pekerjaannya setiap hari sebagai penyadap getah karet. Apabila

28

mereka selesai dalam menyadap pohon karet, maka mereka mengambil kayu
bakar yang berada didalam hutan karet tersebut yang digunakan untuk memasak.
Sebelum tahun 1980, aktivitas yang rutin dilakukan oleh masyarakat Desa
Sibulan-bulan ialah berkebun karet, karena dari berkebun inilah mereka bisa
mempertahankan kehidupan mereka untuk mencukupi kebutuhan dalam rumah
tangga. Dalam pekerjaan yang dilakukan masyarakat Sibulan-bulan dengan
mengolah tanaman karet sebagai sumber penghasilan utama dalam kebutuhan
sehari-hari serta menjadi salah satu yang mendasari ketahanan dalam
keberlangsungan hidup tentu membutuhkan peralatan dalam memproduksi getah
karet tersebut.
Adapun alat-alat sederhana yang disediakan dalam proses pengolahan
pohon karet antara lain:
~ Babat, fungsinya untuk membersihkan keseluruhan lahan dari rumput-rumput
yang ada pada perkebunuan. Biasanya dilakukan ketika penyadapan telah selesai.
~ Parang, fungsinya untuk membersihkan alang-alang yang berada disekitar
batang pohon karet tersebut.
~ Pisau sadap, fungsinya untuk menyayat atau menyadap kulit batang pohon karet
dengan cara tertentu untuk menghasilkan getah karet.
~ Talang, biasanya terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya 8
sampai 10 cm. Pemasangan talang getah karet dengan cara ditancapkan dari titik
ujung terendah irisan sadapan. fungsinya untuk mengalirkan getah karet yang di
sadap dari kulit batang pohon karet kedalam mangkuk atau tempurung kelapa

29

yang telah disediakan dan biasanya mereka membuat talang dengan menggunakan
daun.
~ Mangkuk atau tempurung kelapa, fungsinya untuk menampung getah karet yang
mengalir

dari

batang irisan

melalui

talang.

Masyarakat

Sibulan-bulan

menggunakan tempurung kelapa dengan alasan mudah didapat.
~ Ember, fungsinya sebagai alat penyimpanan getah yang di kumpulkan dari
mangkuk hasil dari keseluruhan getah karet yang telah di sadap tersebut.
~ Cincin mangkuk, fungsinya sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap. Bahan
yang sering digunakan adalah kawat
Kendala

yang

sering

dihadapi

masyarakat

Sibulan-bulan

dalam

pengolahan karet apabila terjadi musim hujan, maka masyarakat Desa Sibulanbulan tidak bisa bekerja untuk mengolah karet tersebut. Apabila batang pohon
karet terkena air ataupun basah, maka getah karet itu sendiri tidak akan mengalir
dari talang sadap ataupun pancuran yang telah dibuat, melainkan getah karet
tersebut akan terbuang ke bawah batang pohon karet bersamaan dengan air hujan
yang mengaliri batang pohon tersebut dan getahnya tidak akan terkumpul pada
mangkok yang telah disediakan sesuai dengan yang di inginkan. Adapun
penghasilan dari getah karet tersebut tidak maksimal disebabkan dari kondisi
tanaman karet yang sudah tua serta tidak ada pemupukan ataupun parawatan
terhadap tanaman itu sendiri sehingga produksi dari tanaman karet tidak maksimal
dan mata pencaharian setiap harinya hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari
dalam keluarga.
Dalam penghasilan tanaman karet sebelum tahun 1980,yang diperoleh
setiap harinya dalam satu hektarmencapai 19 sampai dengan 20 kilogram getah

30

karet per kepala keluarga danpada umumnya rata-rata masyarakat memiliki
perkebunan karet rakyat satu hektar per kepala keluarga serta dijual kepada toke
(pemborong) dengan harga Rp 80 /kilogram.6
Toke karet berperan memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat
Sibulan-bulan, baik sebagai kekeluargaan maupun pemberi pinjaman kepada
masyarakat yang kurang mampu, sehingga keterkaitan hubungan mereka sangat
erat. Masyarakat tidak pernah terlibat langsung dalam penjualan hasil kebun
karetnya ke berbagai pabrik, mereka harus melalui toke karet tersebut karena
sudah ada keterkaitan hubungan kerjasama mereka.
Pada kehidupan masyarakat Sibulan-bulan dari tahun ke tahun semakin
lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil dari perkebunan
tersebut, karena anak-anak mereka semakin bertambah dan semakin banyak
kebutuhan yang diperlukan termasuk bahan pangan, pendidikan dan lain
sebagainya.Kehidupan mereka menghantar kepada kemiskinan dan mengalami
kesulitan. Keadaan yang rendah dan tingkat perekonomian akan mengancam
kelangsungan hidup masyarakat apabila tidak menambah solusi yang tepat dan
menambah mata pencaharaian lain yang mampu meningkatkan kehidupan
ekonomi masyarakat. Akibat dari masyarakat yang hanya mampu memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak kepada anak-anak mereka
yang tidak bisa memperoleh pendidikan, bahkan untuk tingkat Sekolah Dasar saja
sangat kesulitan dalam membiayai anak-anak mereka serta anak yang dibawah
umur saja sudah di bawa untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup
mereka.

6

Wawancara, Saenuddin Simatupang, Desa Sibulan-bulan, 28 Agustus 2015

31

Keterbatasan ekonomi dan kemajuan di Desa Sibulan-bulan ini sangat
jelas dan terlihat pada tingkat pendidikan yang rendah, sebelum tahun 1980
pendidikan di Desa Sibulan-bulan ini masih sangat rendah, masyarakat Desa
Sibulan-bulan menyekolahkan anak-anaknya hanya sebatas tingkat Sekolah
Dasar, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA belum ada. Untuk tingkat
kesehatan juga tidak memadai, apabila Masyarakat mengalami berbagai macam
penyakit, maka mereka lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional
karena lebih murah dan semampu mereka.7
Penduduk Sibulan-bulan yang bermata pencaharian dalam bidang
perkebunan karet rakyat dapat menjadi salah satu contoh akan pentingnya suatu
perubahan dan mencari alternatif lain untuk merubah kehidupan yang lebih
sejahtera. Setelah adanya pergeseran alih fungsi lahan perkebunan ke pertanian di
Desa Sibulan-bulan sebagai penopang kegiatan perekonomian penduduk yang
sebagian besar bergantung kepada pertanian padi tersebut, maka kehidupan
mereka semakin terarah kepada masa depan desa yang lebik baik. Akan tetapi
masyarakat sangat banyak melewati berbagai rintangan dan masalah selama
keberlangsungan pertanian padi termasuk dalam hal permodalan, karakter
masyarakat yang harus dituntut untuk bekerja keras, kerajinan dalam perawatan
pertanian dan juga infrastruktur yang belum memadai.
Mata pencaharian penduduk Desa Sibulan-bulan merupakan bagiandari
kegiatan ekonomi yang berlangsung di Desa Sibulan-bulan sebagai akibat dari
perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.Dinamika
kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah atau desa

7

Wawancara, Muslilin Napitupulu, Desa Sibulan-bulan, 28 agustus 2015

32

tertentu, dimana pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat
kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk suatu desa adalah peningkatan
atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.Pertumbuhan
penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah
mengalami penurunan yang bisa disebabkan olehbanyak hal termasuk kematian
dan perpindahan penduduk kesuatu daerah tertentu.

BAB III
PERALIHAN SISTEM KARET RAKYAT KE PERTANIAN DI DESA
SIBULAN-BULANTAHUN 1980-2000
3.1 Latar belakang peralihan sistem karet rakyat ke pertanian di Desa
Sibulan-bulan

33