Dinamika Kehidupan Masyarakat Desa Sibulan-Bulan: Dari Karet Rakyat Ke Pertanian (1980-2000)

(1)

71 Alamat : Desa Sibulan-bulan 3. Nama : Burhan Tambunan

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 4. Nama : Humala Simatupang

Umur : 62 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 5. Nama : Ramli Siregar

Umur : 70 Tahun Pekerjaan : Pertani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 6. Nama : Paido Sihombing

Umur : 55 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 7. Nama : Surung Aritonang

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 8. Nama : Sakkot Simanjuntak

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Pertani


(2)

72 Alamat : Desa Sibulan-bulan 9. Nama :Marjuasa Lubis

Umur :61 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 10.Nama : Pangihutan Ritonga

Umur :59 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 11.Nama : Panangaran Tambunan

Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 12.Nama : Muslimin Napitupulu

Umur : 50 Tahun Pekerjaan :Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 13.Nama : Sainuddin Simatupang

Umur : 58 Tahun

Pekerjaan : Petani dan Tokoh Ulama Alamat : Desa Sibulan-bulan 14.Nama : Saroha Nababan

Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Petani


(3)

73 Alamat : Desa Sibulan-bulan 15.Nama : Togar Sihombing

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 16.Nama : Wardi Sihombing

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan

Lampiran: 1


(4)

74 Sumber: Koleksi penulis, 23 Agustus 2015

Lampiran: 2


(5)

75 Sumber: Koleksi penulis, 25 Agustus 2015

Lampiran: 3


(6)

76 Sumber: Koleksi penulis, 27 Agustus 2015

Rumah Penduduk Desa Sibulan-bulan yang dibangun Tahun 1975


(7)

77 Sumber: Koleksi penulis, 11 September 2015

Kantor Kecamatan Purbatua yang dibangun tahun 2000


(8)

78 Sumber: Koleksi penulis, 17 September 2015

Wawancara dengan Bapak Burhan Tambunan

Sumber: Koleksi penulis, 24 September 2015

Lampiran: 6


(9)

79 Sumber: Koleksi penulis, 25 September 2015

Bibit persemaian yang siap untuk ditanam

Sumber: Koleksi penulis, 25 September 2015

Lampiran: 7


(10)

80 Sumber: Koleksi penulis, 25 September 2015

Irigasi persawahan yang diperoleh dari Pemda


(11)

81 Sumber: Koleksi penulis, 27 September 2015

Padi yang sudah siap untuk dipanen

Sumber: Koleksi penulis, 12 Oktober 2015

Lampiran: 9


(12)

82 Sumber: Koleksi penulis, 13 Oktober 2015


(13)

69

Dakung,Sugiarto. Teknologi Pertanian Tradisional Sebagai Tanggapan Aktif Masyarakat Terhadap Lingkungan di Daerah Pekalongan. Jakarta: UI Pres 1989.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah,terjemahan Nugroho Notosusanto.Jakarta: IU Press,1985.

H.M Oudejans, Jan. Perkembangan Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity, 2006.

HR, Sugeng.Bercocok Tanam Padi, Semarang: Aneka Ilmu, 1998.

Noor, Mohammad. Padi Lahan Marginal. Jakarta: PT Penebar Swadaya, 1996. Saadah, Sri. Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sembilan dan Kesempatan

Kerja, Jakarta: UI Pres 1990.

Samedi, Pujo, Pembangunan Ekonomi(Pasar) Terhadap Kehidupan Social

Budaya Masyarakat”Study Kasus, Pertanian Salak Dampak Pondoh Desa Bangunkerto”Yogyakarta: Gadjah Mada University 1995.

Simon, Hasanu. Hutan Jati dan Kemakmuran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar UH III, 2006.

Siregar, Hadrian. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Jakarta:PT.Sastra Hudaya, 1980.

______________. Membangun Desa Hutan .Yogyakarta: UGM-Press, 2004.

Soekartawi.

Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI-Press, 1984

______________.,Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

Soetomo,Greg. Kekalahan Manusia Petani “Dimensi Manusia dalam Pembangunan Pertanian” Yogyakarta: Kanisius, 1997.

Suharso, Pujo. Tanah Petani Politik Pedesaan. Solo: Pondok Edukasi, 2002. Suratiah, Ken. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya, 2011.


(14)

70

Sutedjo, Mul Mulyani dkk.Budi Daya Tanaman Padi(di Lahan Pasang Surut),

Jakarta:Bina Aksara,1988.

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Abman Simatupang

Umur : 58 Tahun Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Sibulan-bulan 2. Nama : Binsar Ritonga

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Petani


(15)

34

Pada umumnya penduduk masyarakat yang tinggal di suatu desa yang terisolasi akan mengalami ketertinggalan dan keterbatasan. Hal ini disebabkan keberadaan wilayah tersebut jauh dari pusat pemerintahan sehingga perhatian pemerintah berkurang terhadap desa tersebut. Demikian juga kehidupan masyarakat desa Sibulan-bulan mengalami ketertinggalan, antara lain karena infrastruktur yang tidak terpenuhi sehingga masyarakat tersebut sulit untuk bergerak ke arah yang lebih maju serta pola pikir mereka yang masih monoton.

Sebelum tahun 1980, Masyarakat Desa Sibulan-bulan belum mempunyai lahan pertanian dalam bentuk persawahan. Mereka hanya mengkelolah kebun karet yang diwariskan nenek moyang mereka. Dari kebun karet inilah, masyarakat Desa Sibulan-bulan memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari adalah mengolah kebun karet yang diwariskan kepada mereka serta bekerja untuk memperoleh penghasilan bagi keberlangsungan hidup. Oleh karena kebun merupakan tanaman keras, maka pengolahan kebun ini langsung ditangani oleh orangtua(anak yang sudah cukup dewasa), sementara anak-anak yang lainnya ikut serta hanya bersifat membantu dalam melakukan pekerjaan berkebun walaupun usia mereka masih dibawah umur. Hal ini dimungkinkan karena jumlah anak-anak dalam satu keluarga biasanya mencapai 6 sampai 7 orang. Hal ini sesuai dengan filosofi mereka bahwa banyak anak banyak rezeki. Artinya setiapanak-anak memiliki rezekimasing-masing dan pada saat itu mereka tidak terfikirkan terhadap kesehatan anak-anaknya sehingga mereka tidak ambil pusing untuk merawat atau membesarkan anak serta para orang tua tidak memikirkan masa depan dan pendidikan anaknya karena mereka hanya memikirkan keberlangsungan hidup bersama anak-anaknya.


(16)

35

Dalam kehidupan sehari-hari, apabilapekerjaan yang dilakukan oleh ibunya baik itu berupa pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan lainnya, maka anaknya perempuan yangselalu berperan dalam membantu pekerjaan tersebut dan sebaliknya apabila pekerjaan berkebun yang dikerjakan oleh ayahnya, maka anaknya laki-laki yang berperan dalam membantu ayahnya dan biasanya anak yang sudah mampu membantu pekerjaan orangtuanya berada pada usia 10 tahun ke atas, sehingga anak-anak mereka berperan dalam membantu serta memudahkan pekerjaan yang dilakukan orangtuanya termasuk dalam pengolahan perkebunan karet.

Minimnya tingkatpendidikan di desa Sibulan-bulan, mendorong pada peran anak seperti adanya anak yang seharusnya bersekolah dan menuntut ilmu. Orang tua pun tidak menghiraukankarena keterbatasan ekonomi dan tidak berpeluang mengembangkan diri karena keterbatasan tersebut.Anak-anak di desa Sibulan-bulan sebagian besartidak bersekolah sehingga kesibukan ataupun kegiatan anak tidak ada,oleh karena itu para orang tua mengarahkan anaknya ikut serta untuk membantu pekerjaannya sehari-hari. Akan tetapisetiap tahun kebutuhan ekonomi semakin banyak diperlukan dalam kehidupan masyarakat desa Sibulan-bulan. Hal ini disebabkan karena jumlah anak semakin banyak sehingga pertumbuhan penduduk semakin bertambah, Begitu juga dengan kebutuhan pangan, semakin banyak diperlukan. Anak-anak mereka yang semakinbertumbuh besar dan dewasa tentu membutuhkan suplai makanan yang semakin besar, begitu pula kebutuhan lain.Sebagian besar anak-anak merekaikut bekerja dengan orangtuanya dalam mencari nafkah serta banyaknya jumlah anak mengakibatkat tingkat pengangguran semakin banyak, maka sebagian kecil


(17)

anak-36

anak mereka memutuskan untuk merantau keberbagai penjuru kota untuk mencari kehidupan yang lebih layak.

Tekanan ekonomi yang lemah pada masyarakat desa Sibulan-bulan mendorong kearah kemiskinan serta mereka tidak dapat memperkirakan akan masa depan anak-anaknya ataupun generasi penerus mereka pada jenjang yang lebih baik.Berdampak kepada nasib keluarga dan juga anak-anak merekayang semakin melarat,sehinggakesejahteraan masyarakat didesa ini yang kian tertinggal, maka desa yang lain tidaktertarik untuk kerjasama ataupun berkunjung ke desa ini kalau bukan karena hubungan kekerabatan.

Pengolahan perkebunan karet tersebut dikerjakan dengan semangatdan menjadi tuntutan dalam mempertahankan hidup. Apabila keadaan cuaca cerah, mereka memulai penyadapan tanaman karet dipagi hari sampai pada tahap penyelesaian sekitar jam 11:00 Wib kemudian mereka mengumpulkan getah-getah karet yang disadap tersebut satu per satu dari antara batang-batang pohon karet dan mereka menjual getah karet tersebut ke berbagai toke karet untuk memperoleh penghasilan dalam kebutuhan hidup. Setelah mereka selesai melakukan pekerjaanya sebagai penyadap karet, sebagian mereka bersantai istirahat bersama keluarga untuk menghabiskan sisa waktu yang ada dan melakukan pekerjaan seperti biasanya pada esok harinya. Akan tetapi setiap tahunnya penghasilan dari perkebunan ini semakin merosot dan harga karet yang tidak stabil begitu juga dengan kondisi perkebunan yang tidak ada upaya masyarakat untuk meremajakan tanaman karet tersebut, sehingga menyebabkan hasil produksi dari perkebunan ini tidak maksimal. Perkebunan tersebut tidak


(18)

37

menjanjikan untuk kebutuhan ekonomi keluarga serta masa depan anak-anak mereka dalam memperoleh pendidikan.8

Penghasilan masyarakat Sibulan-bulan dari perkebunan karet tersebut hanya untuk kebutuhan per harinya dan hasil inilah dicukup-cukupkan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, keadaan initidak mengarah kepada pembangunan ekonomi suatu desa yang lebih baik, karena mereka tidak mampuuntuk merenovasi tempat tinggal mereka melainkan mengalami kemerosotan. Pada saat itu hanya ada setapak jalur akses untuk keluar masuk dari Desa Sibulan-bulan dan belum ditemukan alat transportasi berupa sepeda motor di desa ini karena masyarakat juga tidak mampu untuk membeli sepeda motor tersebut, sehingga mereka hanya menggunakan tenaga saja untuk memikul atau membawa hasil dari getah karet ituke berbagai toke yang ada Desa Sibulan-bulan maupun yang duluar desa tersebut.Setelah mereka menjual getah karet tersebut kemudian mereka membeli beras untuk makanan pokok sehari-hari, mereka membeli dari berbagai pusat pasar yang jaraknya cukup jauh dari Desa Sibulan-bulan hingga menempuh puluhan Kilometer.

Akibat dari pendapatan daerahDesa Sibulan-bulan sangat minim, sehingga desa ini sangat jarang di kunjungi oleh masyarakat desa lainnya untuk melakukan hubungan kerja sama seperti barter dan lain sebagainya. Adapun keadaan rumah penduduk di desa ini tidak mengalami inovasi dari segi bentuk maupun dari perkembangan rumah penduduk. Hal ini disebabkan karena pendapatan masyarakat desa ini sangat lemah sehingga mereka tidak mampu untuk membangun ataupun merenovasi rumahnya, sedangkan untuk kebutuhan pangan

8


(19)

38

saja mereka sudah berjuang dalam mendapatkannya. Mereka bersabar dalam menjalani hidup yang penuh dengan penderitaan tanpa ada bantuan dari pemerintah setempat karena pada saat itu mereka belum memikirkan bagaimana cara untuk memperbaiki ekonomi masyarakatnya dan menjamin masa depan yang lebih sejahtera.

3.2 Pembukaan lahan pertanian.

Pada tahun 1980 masyarakat Desa Sibulan-bulan mencari solusi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih layak dan salah seorang keluarga ataupun kerabat yang berkunjung ke Desa Sibulan-bulan mengetahui bahwa kehidupan yang berlangsung di Desa Sibulan-bulan sangat memprihatinkan, sehingga keluarga atau kerabat termotivasi untuk memberikan solusi kepada masyarakat desa Sibulan-bulan untuk mencoba beralih keberuntungan dari berkebun karet ke bertani padi sawah. Solusi tersebut disambut positif oleh masyarakat Desa Sibulan-bulan untuk dijadikan lahan mereka menjadi alih fungsi.

Pada saat itu salah seorang tokoh masyarakat yang bernama Jon Asril Siregar dari Desa Sibulan-bulan memusyawarahkan masyarakatnya untuk beralih dari perkebunan karet ke pertanian padi sawah, mereka di arahkan untuk melakukan gotong-royong dalam proses permulaan pertanian padi sawah. Sarana dan prasarana yang digunakan mereka adalah hasil dari modal mereka sendiri dengan niat yang baik karena mereka tidak memiliki modal yang cukup besar untuk melakukan proses pertanian padi sawah ini. Sebelum perkebunan dibuka untuk lahan pertanian padi, maka diperlukan persiapan-persiapan untuk meliputipemilihan lahan pertanian yang strategis dan memperhatikan sumber pengairan serta mata air yang dapat mengalir secara terus menerus ketika terjadi


(20)

39

musim kemarau supaya nantinya tidak berdampak terjadinya gagal panen akibat kekeringan dalam proses pertanian.

Dalam pembukaan lahan pertanian padi, luas keseluruhan tanah yang akan dijadikan sebagai lahan pertanian padi sawah sekitar 20 Hektar.Tahap awal yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sibulan-bulan dengan penebangan tanaman karet dan tanaman lainnya kemudian membakar hutan atau kayu itu dengan posisi yang sudah kering agar lebih mudah terbakar.Masyarakat mengerjakannya secara bertahap-tahap dan belum menggunakan alat-alat yang modern seperti tenaga mesin sengso sehingga peralatan yang digunakan untuk penggarapan tanah dengan menggunakan alat-alat sederhana berupa kapak, parang, cangkul dan babat.

Terdapat banyakkesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam melakukan penggarapan tanah antara lain:

~ Meratakan perbukitan-perbukitan yang terlalu curam, ~ Menyingkirkan bebatuan-bebatuan yang berskala besar,

~ Menyingkirkan Bekas-bekas fosildari batang dan akar pohon yang ditumbang dalam berskala besar,

Hal ini disebabkan karena bekas lahan dari tanaman-tanaman keras tersebut, sehingga proses pengolahan lahan pertanian memerlukan waktu yang cukup lama hingga berbulan-bulan. Dalam pengolahan satu hektar lahan membutuhkan waktu sekitar dua minggu sesuai dengan keberadaan masyarakat dalam bergotong-royong.Adapun mereka masih bergantung kepada perkebunan karet sebagai sumber mata percaharian mereka sebelum adanya penghasilan dari


(21)

40

pertanian padi tersebut. Hari demi hari mereka mengerjakannya dengan semangat dan penuh kesabaran, baik itu keluarga, para orang tua dan anak-anaknya untuk saling bekerjasama dalam pengolahan lahan pertanian tersebut. Kemudian masyarakat mengolah lahan dengan membabat dan mencangkul tanah hingga pada tahap penyelesaian. Masyarakat Sibulan-bulan membuat irigasi pengairan yang sederhana pada lahan persawahan yang telah ditentukan, fungsinya untuk menggemburkan tanah lahan padi sawah tersebut dan pada saat itu belum ada bantuan dari Pemerintah Daerah untuk pembangunan irigasi persawahan.9

Tenaga kerja dalam usahatani keluarga biasanya terdiri atas petani beserta keluarga dan semuanya berperan dalam usahatani, petani berperan sebagai manajer, juru tani dan manusia biasa yang hidup dalam masyarakat. Dalam kenyataannya, untuk memilih usaha yang akan dilakukan, terdapat kompromi antara bapak dan ibu tani. Hal tersebut penting dalam penyuluhan, jika ingin yang disuluhkan dapat segera mengena maka pendekatannya kepada keduanya, yaitu bapak dan ibu taninya. Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atasdiri dan keluarganya. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat sekelilingnya.10

3.3Perolehan bibit

Dalam perolehan bibit, terlebih dahulu yang dilakukan ialah pemilihan benih atau bibit padi yang bagus. Masyarakat Desa Sibulan-bulan memperolehan bibit padi sawah dari keluarga maupun kerabat mereka dari berbagai penjuru,

9

Wawancara, Burhan Tambunan, Desa Sibulan-bulan, 01 September 2015 10


(22)

41

mereka memilih bibit atau benih padi dengan cara pengambilan benih di sawah pada waktu padi sudah menguning. Para petani dahulu mengenal cara pembuatan bibit padi berdasarkan pemilihan, padi ini dapat diambil pada waktu panen dan menurut mereka padi yang tua dan berisi dengan warna yang kuning bersih biasanya bagus dijadikan bibit untuk penanaman. Hal ini dapat dilihat dengan tanda padi itu merunduk lebih rendah dibandingkan dengan pohon padi disekitarnya.

Adapun jenis bibit atau benih yang mereka peroleh antara lain:

~ Saherang ~ Siramos ~ Sipalembang ~ Padi merah ~ Sipuloraja ~ Padi pulut

Berdasarkan hasil penelitian, cara yang dilakukanmasyarakat Desa Sibulan-bulandalam pertanian padi sawah sangat sederhana dan menggunakan alat-alat tradisional seperti cangkul, babat dan parang, dimana mereka belum mengerti cara-cara melakukan perawatan ataupun pemupukan padi, begitu juga pada saat itu belum ada toko-toko yang menjual pupuk untuk pendukung pertumbuhan tanaman padi disekitar desa tersebut, sehingga mereka hanya melakukan pencabutan rumput pada sekitar batang-batang pohon padi tersebut dan mengairi sesuai dengan kebutuhan tanaman padi.11

11


(23)

42

Dalam melakukan tahap permulaan pertanian padi, masyarakat terlebih dahulu mencangkul tanah kemudian digemburkan dengan cara digenangi air danmembuat petak persawahan supaya air dapat bertahan lama di lahan tersebut. Lamanya penggenangan petak sawah sesuai kondisi tanah, pekerjaan mengolah lahan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan tergantung pada luas lahan yang di kerjakan petani. Pada saat itu masyarakat Sibulan-bulan belum menghasilkan produksipanen yang maksimal karena dalam melakukan pertanian padi, masyarakat Desa Sibulan-bulan belum memahami dalam proses pengolahan pertanian padi, sehingga perubahan masyarakat Desa Sibulan-bulan belum terlihat dari suatu peningkatan perekonomian dalam rumah tangga.

Pada tahun 1990, masyarakat Desa Sibulan-bulan mulai memahami cara penanaman atau proses pertanian padi sawah yang baik karena mereka memperoleh masukan-masukan atau pendapat dari keluarga ataupun orang lain sesuai dengan berkembangnya zaman. Hal ini dapat dilihat dari segi cara mereka memilih bibit atau benih yang sudah tua dan berisi, tidak hanya itu saja, mereka juga sudah memilih bibit yang diambil dari pohon padi yang letaknya di tengah, paling kurang 1 meter dari pematang. Pemilihan tersebut dimaksudkan agar bibit yang dipilih dapat benar-benar murni, artinya tidak dipilih padi yang tangkainya panjang dan masih berpelepah, sehingga bibit murni dapat di sebut bibit unggulan.

Bibit yang baik adalah harus bebas dari penyakit, masaknya bulir padi bersamaan dalam satu waktu dan mempunyai tenaga tumbuh yang baik.Dalam menyeleksi bibit atau benih yang bagus untuk ditanam biasanya yang mereka lakukan dengan cara merendamnya dengan air. Bibit unggulan yang di buat tidak semuanya dikatakan bagus, tentu saja ada beberapa bibit yang mengapung ketika


(24)

43

direndam di dalam air dan dikatakan ini bibit yang tidak bagus, namun bibit yang tenggelam di dalam air disebut bibit yang sudah bagus. Dengan demikian para petani merasa puas dan berharap bahwa bibit yang ditanam akan mendatangkan hasil yang memuaskan.12

3.4Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usaha tani. Menurut Vink, benda-benda termasuk tanah yang dapat mendatangkan pendapatan dianggap sebagai modal. Dalam usahatani keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dan alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan belum ada pemisahan yang jelas antar modal usaha dan modal pribadi. Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja ialah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan subtitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia.13

Pada tahun 1980, masyarakat Desa Sibulan-bulan menggunakan sistem permodalandengan cara “marsiadapari” artinya selama proses pertanian padi, mereka yang berkelompok secara bergantian untuk bekerja dalam pemeliharaan dan perkembangan tanaman padi mereka masing-masing hingga pada masa panen melalui jadwal yang sudah ditentukan.Dalam membuka lahan pertanian, masyarakat hanya menggunakan tenaga sebagai modal utama dalam melakukan pengolahan lahan, seperti penebangan hutan dan pembakaran. Mereka hanya menggunakan alat sederhana dan tenagasaja sebagai sarana utama, dalam proses kerja yang mereka gunakan sangat tradisional dan membutuhkan waktu yang

12

Wawancara, Panagaran Tambunan, Desa Sibulan-bulan, 05 september 2015 13


(25)

44

cukup lama. Dalampemodalan di Desa Sibulan-bulan tidak membutuhkan biaya yang banyak karena dalam pembuatan irigasi mereka hanya bergotong-royong danmembutuhkan tenaga dan pikiran saja. Tetapi ini berlangsung sampai tahun 1989 karena melihat unsur hara pada tanah lumayan bagus, akan tetapi perlu juga menggunakan pupuk dalam pendukungperkembangan tanaman padi sawah tersebut sehingga membutuhkan modal yang cukup.

Dalam pengambilan bibit yang mereka gunakan dalam penanaman padi ialahyang diambil sendiri dari hasil panen yang diperoleh dari keluarga, selain itu jika ada bibit dari kerabat petani diminta saja atau diganti dengan hasil panennya yanglain atau disebut dengan barter. Pembibitan, penyerakan bibit persemaian hingga penanaman bibit dilahan persawahan hanya menggunakan modal tenaga dan biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh kaum wanita.Dalam proses pertanian, mereka sangat berhati-hati dalam pembibitan dan penanaman benih karena masyarakat kawatir ketika hujan turun dengan curah hujan yang sangat tinggi, dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap bibit serta dalam penanaman pada lahan persawahan, kerena jikalau curah hujan tinggi maka padi atau bibit yang hendak ditanam disawah akan tergenang air, dan mengakibatkan pengulangan kembali bibit yang sudah ditanam. Salah satu cara yang digunakan para petani dalam penanaman apabila hujan turun supaya padi tidak mudah rusak, maka bibit padi tersebut di tuakan untuk mencegah curah hujan dan air yangberlebihan dalam lahan persawahan.

3.5Hasil Panen

Pada tahun 1980 sampai dengan 1990 proses pertanian padi masih sederhana, penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun, antara bulan


(26)

45

Januari dan bulan Juli karena pasca panen hanya dua kali dalam setahun, dimana umur tanaman padi hanya 6 bulan dari penanaman hingga mencapai pemanenan. Tenaga kerja yang digunakan ialah tenaga kerja masyarakat atau keluarga yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, ibu dan anaknya. Adapun pembagian kerja dalam proses pertanian padi ialah peran ayah dalam pengerjaan pertanian padi pada saat itu yakni mencangkul tanah supaya merata dan lembut kemudian peran istri atau ibuuntuk menanam bibit padi yang diambil dari persamaian dan peran anak yang membantu orangtua dalam pekerjaan yang lebih ringan.

Sistem penanaman bibit padi pada masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak terlalu memperhatikan jarak antara bibit yang satu dengan bibit yang lainnya, mereka tidak memperhatikan tumbuh kembangnya padi tersebut. Setelah tanaman padi semakin besar, mereka tidak pernah melakukan pemupukan dan penyemprotan untuk membasmi hama penyakit pada tanaman padi dan mereka hanya membiarkan begitu saja. Hal ini sangat mempengaruhi faktor berkurangnya hasil panen padi terhadap masyarakat tersebut, sehingga pada tahun 1980 mereka hanya memperoleh hasil panen mencapai 1 sampai2 Ton/Hektar dan mereka menjualnya kepada toke dengan harga Rp60 / kilogram. Hasil panen ini bisa dikatakan hasil yang kurang maksimal jika dilihat dari keberadaan unsur hara tanah yang cukup bagus terhadap persawahan.14

Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 2000 terjadi peningkatan penghasilan masyarakat, dimana merekatelahmempelajari cara penanaman padi sawah yang baik dan benar serta mulai menggunakan alat modern untuk mengolah lahan pertanian seperti Traktor ataupun biasa disebut dengan Jetor. Ketika sudah

14


(27)

46

mulai muncul alat modern seperti Traktor, maka untukpenggemburan dan percampuran tanah lebih merata serta efisien. Penggunaan Traktor ini bisa dilakukan dengan sendiri tanpa gotong-royong, sehingga membantu mempermudah dalam pengerjaan tanah, namun tidak semuabisa memiliki alat Traktor tersebut hanya beberapa orang saja karena tidak semuamasyarakat sanggup untuk membelinya sehingga mereka menggunakan Traktor ini secara bergantian.

Sebelum lahan persawahan di traktor, biasanya masyarakat mengumpulkan jerami atau rumput-rumput yang ada dan dikumpulkan dalam satu wadah kemudian dijadikan sebagai pupuk ketika rumput dan jerami tersebut sudah dibakar, biasanya pupuk ini dibuat untuk tanaman sayur-sayuran dan tanaman lainnya. Sebelum dilakukan pembajakan sawah harus digenangi air terlebih dahulu supaya tanah-tanah yang akan dibajak memiliki kandungan didalam tanah bercampur dan menjadi rata serta agar lebih mudah untuk di traktor. Setelah dilakukan pembajakan, dengan tujuan lapisan tanah bagian bawah diangkat untuk membongkar endapan mineral atau hara yang sulit diraih akar, memperlancar sirkulasi udara, oksigen dimasukkan dan gas-gas yang dapat meracuni tanaman melalui perakaran yang dikeluarkan dan rumput-rumput atau benih-benih gulma dan sisa-sisa tumbuhan lainnya dibenamkan memperkaya bahan organik tanah serta meratakan lahan agar tinggi permukaan air seragam di pertanaman. Setelah selesai pembajakan sawah, tanah yang sudah bercampur dan tanah sudah menjadi rata, maka penanaman akan menjadi lebih efektif.

Dalam proses pembibitan padi, dipersiapkanair yang telah di isi sejumlah garam danbenih padi dimasukkan kedalam air tersebut, maka akan diperoleh


(28)

47

kondisi benih yang tenggelam, melayang dan mengapung.Kemudian benih yang tenggelam dibilas kembali dengan air bersih sesegera mungkin sampai tidak ada garam yang tersisa pada benih. Rendam selama 48 jam kemudian tiriskan dan peram atau bungkus selama 24 jam.Masyarakat membutuhkan benih 10 kilogram / hektar,persemaian dilakukan dengan menyebar benih padi secara merata pada petak tempat yang sudah dibuat untuk persemaian dengan kandungan air yang jenuh tetapi tidak menggenang.

Dalam tiga atau empat hari benih padi sudah berkecambah, kemudian bibit akan dicabut pada umur 30 sampai 40 hari, cara yang mereka lakukan ialah dengan memegang 8 sampai 9 batang bibit dipegang menjadi satu kemudian dicabut keatassupaya tidak menjadikan batang bibit tersebut terputus.Pada saat itu masyarakat Sibulan-bulan sudahmempelajari dan memahami dengan teliti dalam melakukan proses penanaman padi,mereka melakukan dengan sistem larikan15 dengan sistem menggunakan tali fungsinya untuk mengatur jarak antara bibit padi dengan bibit lainnya yang berjarak 20 cm, sehingga terlihat rapi dan penyerapan unsur hara dalam tanah dapat merata.

Setelah penaman padi selesai, perawatan padi pun dilakukan untuk pertumbuhannya. Setelah padi berumur dua bulan, kemudian diberi pupuk kimia, biasanya para petani menggunakanpupuk urea yang digunakan ± 100Kilogram/Hektar, tetapi pemakaian pupuk ini tidaklah mutlak karena tergantung pada jenis tanah yang memerlukan pupuk. Masyarakat juga melakukan penyemprotan dengan menggunakan alat Hand sprayer16 yang terbuat dari besi stainless berbentuk tabung yang fungsinya untuk penyemprotanterhadap hama

15

Larikan merupakan sistem menggunakan tali fungsinya untuk mengatur jarak antara bibit padi dengan bibit lainnya

16


(29)

48

penyakit tanaman padi. Apabila padi mulai mengeluarkan buahnya, atau masyarakat sering menyebutnya dengan boltock17maka mereka akan melakukan penjagaan dari serangan burung dan tikus.Masyarakat sangat memperhatikan perkembangan padi tersebut karena pengalaman dari hasil panen sebelumnya yang kurang memuaskan.

Apabila padi sudah mulai menguning, para petani mulai sibuk mengurus panennya dan mereka bergotong-royong untuk melakukan pemanenan. Adapun masyarakat yang datang untuk memanen di Desa Sibulan-bulan datang dari berbagai desa sekitarnya untuk ikut membantu karena masyarakat yang berada di daerah tersebut tidak mampu menyelesaikan hasil pemanenan dengan cepat, baik melalui gotong - royong.Pada tahun 1991 mereka yang datang memanen padi tersebut ialah semua kaum wanita dan pria. Alat yang digunakan masyarakatdalam memanen sudah menggunakan sabit yang terbuat dari besi fungsinya untuk memotong padi sawah tanpa terkecuali, dalam menyelesaikan 1 hektar padi yang di panen membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari, sesuai dengan banyaknya masyarakat yang datang bekerjasama. Karena belum ditemukan alat yang modern dan cepat untuk beroperasi dalam bekerjamemanen seperti di Negara Jepang yang sudah menggunanakan tenaga mesin untuk pemanenan.

Setelah padi diambil dari batang yang telah dipotong dengan menggunakan sabit tersebut, para petani akan mengumpulkan gabahnya dan dirontokkan dengan dua cara yaitu dengan membanting dan menginjak-injak. Cara membanting padi dibuat berupa meja dengan permukaan menggunakan bambu yang diberikan alas seperti tikar, bambu tersebut dibuat dengan jarak

17


(30)

49

sekitar 3 cm, fungsinya supaya bilur-bilur padi akan lepas dari gabah padi.Cara perontokan menginjak-injak, untuk pekerjaan ini harus disediakan terlebih dahulu alas tikar tempat pemotongan tangkai gabah. Selanjutnya di injak-injak sehingga gabah-gabah terlepas dari tangkainya dan kemudian dipisahkan dari gabahnya.

Dapat juga dibuat meja perontokan dengan menggunakan meja ukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter, bagian atasnya diberi lubang-lubang dan sisanya agak ditinggikan untuk menahan gabah berjatuhan kebawah sampai dibawah meja disiapkan tikar atau lembar anyaman bambu sebagai penampung gabah-gabah yang berjatuhan melalui lubang-lubang tersebut. Potongan-potongan cabang padi ditempatkan diatas meja lalu di injak-injak sehingga gabah terlepas dan jatuh kebawah melalui lubang-lubang meja, dengan cara demikian sekaligus dapat memisahkan antara gabah-gabah dengan jerami. Kemudian dilakukan pemisahan padi antara padi yang padat atau bagus dengan padi yang kosong atau hampa.

Dalam perawatan dan perkembangan pertanian padi, pendapatan masyarakat Sibulan-bulan mengalami peningkatan dalam hasil panen tersebut, pada tahun 2000 masyarakat memperoleh hasil panennya mencapai 3 sampai 4 ton/Hektar dan menjualnya keberbagai toke dengan harga Rp1600/kilogram pada gabah kering dan Rp2500/kilogram pada beras. Kemudian masyarakat Sibulan-bulan berlomba-lomba untuk membuka lahan baru untuk area persawahan dan memperoleh perkembangan pertanian padi yang baik di Desa Sibulan-bulan dari tahun ke tahun hingga pada sekarang ini.18

3.6Pemasaran

18


(31)

50

Petani gabah sering melibatkan lembaga pemasaran didalam menjual produksinya, disamping itu terdapat pula golongan yang membantu kegiatan distribusi seperti alat transportasi, gudang, penjemuran dan lain sebagainya dengan adanya lembaga pemasaran, beberapa proses pemasaran dapat dialih tugaskan dari petani sehingga tugas petani menjadi lebih terbatas pada usaha tani saja. Tetapi perlu diperhitungkan pula didalam pemasaran agar bagian yang diterima para petani tidak terlalu kecil. Pada pemasaran hasil pertanian padi sawah, sering terjadi pendugaan didalam pemasaran yaitu banyak sedikitnya keuntungan yang diterima petani tergantung pada panjang pendeknya rantai pemasara. Adapun lembaga pemasaran ini adalah toke atau tengkulak merupakan satu badan yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan.

Masyarakat Sibulan-bulan melakukan pemanenan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Setelah para petani sudah mengumpulkan hasil panennya, maka mereka akan menjualnya ke Toke atau tengkulak yang berada di sekitar Desa Sibulan-bulan dan Toke inilah yang akan menampung hasil panen padi di Desa Sibulan-bulan. Toke akan melakukan penjemuran padi, setelah padinya kering kemudian dilakukan pengangkutan ke luar Desa Sibulan-bulan melalui jalur akses yang sederhana dengan transportasi air dan setelah dikumpulkan di seberang sungai kemudian di angkut melalui kendaraan mobil truck yang sudah disiapkan ke berbagai penjuru terkhususnya ke Kabanjahe karena di Kabanjahe harga padi cukup tinggi.

Masyarakat pedagang Kabanjahe memprosesnya untuk dibawa ke kilang padi, pedagang kilang padi umumnya berada di ibukota kabupaten dan mempunyai wilayah pembelian beberapa kecamatan. Perusahaan kilang padi yang


(32)

51

besar di Sumatera Utara pada umumnya didominasi oleh warga negara Indonesia keturunan cina. Dalam proses pembelian gabah, pedagang kilang mengklasifikasikan mutu gabah untuk menentukan tingkat harga. Mutu gabah diperiksa hanya berdasarkan hasil penglihatan dan pegangan tangan terutama mengenai kelompok gabah padi, kadar air, kandungan kotoran dan gabah yang hampa.Kemudian hasil gabah padi yang telah diproses menjadi beras, akan dijual ke berbagai toko-toko yang menjual bahan pangan di daerah kabupaten,kecamatan termasuk ke daerahpasar-pasar yang ada di kota Medan.

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat lebih memilih untuk mengantarkan hasil panennya ke kilang padi untuk diproses, karena pada umumnya kilang padi mempunyai kualitas lebih baik dibanding dengan beras penggilingan lokal, beras penggilingan lokal tidak digunakan lagi di desa ini karena mutu yang kurang baik terutama persentase beras pecah dan kandungan kotoran lain serta cara pengeringan, dimana mereka mengeringkan hanya dengan keberadaan sinar mataharisehingga proses pengeringan membutuhkan waktu yang cukup lama dan sangat tergantung kepada cuaca, sehingga masyarakat lebih memilih ke kilang padi walaupun jaraknya untuk menempuh kilang padi cukup jauh tetapi masyarakat merasa puas dengan produksi kilang padi.

Sebagian dari hasil panen pertanian padi masyarakat Sibulan-bulan akan dibawa ke kilang padi tersebut yang pada tahun 1985 telah ada kilang padi tetapi Pjaraknya cukup jauh dari Desa Sibulan-bulan, mereka berjalan sambil membawa padi yang telah dimasukkan ke dalam karung. Adapun tujuan masyarakat Sibulan-bulan mengantarkan kepada kilang padi ini dengan memperoleh beras untuk kebutuhan pangan mereka sehari-hari. Setiap tahun mereka menekuni pekerjaan


(33)

52

ini dan meningkatkan sumber bahan pangan dan juga ekonomi dalam keluarga, sehingga Desa ini mulai sejahtera dan menumbuhkan semangat para petani untuk melakukan pekerjaannya sehari-hari.19

Sebagian kecil Desa Sibulan-bulan berperan menjadi sumber pokok bahan pangan di berbagai kota-kota yang ada di Sumatera Utara walaupun tidak berpengaruh besar terhadap kota-kota yang ada di Indonesia tetapi mereka sangat bangga serta merasa puas bahwa pemasaran padi mereka dapat menembus ke berbagai daerah dan kota yang ada di Sumetera Utara.Dengan keberadaanpertanian padi tersebut, maka desa ini menjadi desa yang banyak diminati masyarakat lain untuk berkunjung dan juga tinggal di desa Sibulan-bulan.

19


(34)

53

BAB IV

PENGARUH PERTANIAN PADI BAGIKEHIDUPAN MASYARAKAT DESA SIBULAN-BULAN

4.1 Tingkat Pendapatan

Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi yang lebih besar agar memperoleh pendapatan yang besar. Untuk itu petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Ada kalanya produksi yang diperoleh justru lebih kecil dan sebaliknya ada kalanya produksi yang diperoleh lebih besar. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya.20

Tingkat pendapatan masih menjadi indicator pada tingkat kesejahteraan suatu Desa, masyarakat Desa Sibulan-bulan mempunyai tingkat ekonomi dan sosial. Hakikatnya manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dan mengembangkan harkat kehidupan sosialnya. Mereka didorong oleh hasrat untuk hidup lebih baik sesuai dengan harkat manusia sebagai makhluk individu dan

20


(35)

54

sosial.Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya cenderung untuk mencari dari berbagai sumber yang ada, terutama berkaitan dengan potensi di sekitar mereka hidup dan bertempat tinggal.Dari pertanian padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sibulan-bulan banyak membawa perubahan. Seiring dengan perkembangan padi di desa Sibulan-bulan, maka mereka memperluas lahan persawahan untuk lebih meningkatkan lagi hasil produksi pertanian padi sawah supaya peningkatan ekonomi semakin berkembang dan semakin sejahtera.

Mengenai perolehan hasil produksi panen padi sangat bervariasi, mulai dari Saherang, Siramos, Sipalembang, Padi merah, Sipuloraja dan Padi pulut. Besar kecilnya hasil panen padi tersebut tergantung pada luas lahan padi yang dimiliki petani. Lahan yang luas tentu saja mendapat hasil panen yang banyak, begitu juga dengan lahan yang sempit akan mendapat hasil panen padi yang lebih sedikit. Pada setiap akhir panen, petani akan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan penanaman padi tersebut kemudian akan dikurangi dari hasil panen yang sudah didapat. Setelah biaya tersebut dikurangkan maka petani bisa melihat berapa hasildan keuntungan yang di dapatkan dari pertanian padi tersebut. Karena untuk menanam padi tidak menggunakan modal yang besar pada saat itu hanya menggunakan modal tenaga untuk memproduksi hasil yang maksimal.

Dari pertanian padi sawah di Desa Sibulan-bulan, pendapatan masyarakat semakin meningkat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat terjadi perubahan di dalam kehidupan petani padi. Ini bisa kita lihat dari pola hidup dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan rumah tangga bukan hanya kebutuhan pangan saja melainkan masih banyak kebutuhan yang


(36)

55

harus dipenuhibaik jasmani maupun rohani, hal ini akan dipenuhi dengan adanya aktivitas masyarakat. Masyarakat Desa Sibulan-bulan yang mempunyai mata pencaharian utama mengharapkan segala kebutuhan mereka dapat dipenuhi dari hasil pertanian padi. Sebagian kecil mereka tidak menjual hasil pertanian padi yang ditanam, melainkan hanya untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Untuk selainnya mereka menjual untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka untuk bersekolah dan kebutuhan rumah tangga lainya.

Keberadaan sayur-sayuranan dan buah-buahan tidak perlu mengeluarkan biaya karena mereka juga menanam sayuran di pinggir-pinggir sawah mereka sendiri dan juga di pekarangan rumahnya, hanya untuk konsumsi keluarga saja. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak seperti ayam, bebek, kambing dan lain sebagainya. Hanya pada acara tertentu saja mereka menyembelih hewan peliharaan mereka. Secara umum, untuk kebutuhan pangan mereka tidak banyak mengeluarkan biaya sehingga pendapatan yang mereka terima tetap bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang lain.

Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Sibulan-bulan dari pertanian padi, sangat banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah yang mereka tempati. Sebelum pertanian padi ada di Desa Sibulan-bulan, bentuk pemukiman rumah-rumah penduduk bisa dikatakan sangat sederhana dan bahkan ada yang tidak layak huni. Masyarakat masih menghuni rumah-rumah panggung. Masyarakat tidak ada yang tinggal dirumah yang bagus karena belum ada rumah yang bagus pada saat itu, semuanya hanya memililiki rumah sederhana yang terbuat dari rumbia dan kayu-kayu sederhana. Ketika pendapatan meningkat, masyarakat mulai memperbaiki rumah mereka, ada


(37)

56

yang mempunyai rumah semi permanen dan ada juga yang sudah permanen. Rumah-rumah panggung sudah jarang ditemui di Desa ini. Sekalipun ada beberapa rumah panggung di jumpai di Desa tidak banyak lagi hanya sebagian kecil saja. Perubahan bentuk rumah ini lebih memudahkan masyarakat menyimpan padi mereka untuk kebutuhan mereka kedepannya, dan kendaraan mereka untuk mudah masuk ke kedalam rumah. Perubahan bentuk rumah ini juga seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan teknologi.Masyarakat bisa melihat bentuk rumah permanen, semi permanen melalui sarana komunikasi seperti televisi.

Bukan hanya dalam bentuk rumah yang mengalami perubahan, masyarakat juga tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan primer namun mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier.Bisa di lihat dari barang-barang yang ada di rumah penduduk masyarakat Sibulan-bulan.Dulu televisi adalah sebuah barang mewah untuk masyarakat Desa ini. Masyarakat yang mempunyai televisi hanyalah beberapa orang saja. Namun, ketika munculnya pertanian padi pada masyarakat Desa ini membuat barang mewah tersebut bisa di beli oleh mereka dan hampir seluruh masyarakat Desa sudah mempunyai televisi pada tahun 2000.Bukan hanya pada televisi saja, namun masih banyak barang lainnya yang dianggap mewah oleh masyarakat pada saat itu yang bisa dibeli masyarakat, seperti radio, tape, telepon genggam dan mesin ketik.Dalam pola hidup masyarakat Desa Sibulan-bulan mengalami perubahan.Pemikiran masyarakat untuk lebih maju dan tidak mau kalah dengan masyarakat lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan adanya persaingan di Desa tersebut, persaingan yang terjadi yaitu ketika salah satu petani sudah bisa menyekolahkan anaknya ke


(38)

57

perguran tinggi maka masyarakat lainnya juga akan mengikut dan tidak mau kalah. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi masyarakat sehingga masyarakat lebih giat lagi untuk bekerja.

Masyarakat petani padi di Desa Sibulan-bulan pendapatannya mulai meningkat sudah bisa membeli alat transportasi. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya sarana transportasi. Komunikasi lalu lintas sangat penting bagi kehidupan manusia dan merupakan sarana yang sangat penting dalam kelancaran roda perekonomian. Pada tahun 2000, Pengangkutan hasil pertanian padi sudah menggunakan sarana transportasi kendaraan roda empat karena pada saat di bukanya akses jalan dan jembatan penghubung ke Desa Sibulan-bulan ini maka masyarakat berpikir untuk mempermudah pekerjaan dalam pengangkutan hasil panen padi tersebut.

Masyarakat di Sibulan-bulan sudah memiliki kendaraan pribadi walaupun tidak keseluruhan dan sudah ada peran pemerintah dalam hal perbaikan jalan. Angkutan umum di Desa ini belum memadai, hanya ada beberapa angkutan umum saja sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi. Masyarakat yang mempunyai mobil seperti mobil pick up hanyalah digunakan untuk mengangkut hasil pertanian padi. Sarana transportasi yang ada di Desa ini bukan hanya untuk akses penduduk ke Desa lain, namun juga untuk kelancaran distribusi pertanian padi. Ketika padi sudah siap dipasarkan tentu saja dibutuhkan sarana transportasi untuk dapat mengangkut padi keluar dari Desa tersebut.Sarana transportasi yang ada bukan hanya untuk mengangkut hasil pertanian yang didapatkan oleh penduduk dari sawah maupun untuk memasarkan namun juga


(39)

58

untuk mengangkut alat-alat yang dipakai untuk perawatan padi tersebut seperti mengangkut pupuk, bibit,dll.

4.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu pembelajaran dan pengetahuan yang sangat penting, dalam kebiasaan sekolompok orang yang diturunkan dari satu generasi kegenarasi berikutnya, melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa. Pendidikan umumnya dibagi menjadi beberapa tahap seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan kemudian Perguruan tinggi. Adapun tujuan pendidikan tidak lain hanya untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa terkhususnya masyarakat Desa Sibulan-bulan.Pendidikan ini menjadi penting bagi setiap bangsa, khususnya di Desa Sibulan-bulan seiring dibukanya lahan pertanian padi di daerah tersebut maka timbullah kesadaran masyarakat Desa Si bulan-bulan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mensejahterakan kehidupan. Pendidikan dapat menjadikan masyarakat berpikir lebih maju dan mewujudkan masyarakat yang cerdas, masyarakat yang cerdas mempunyai pola pikir yang lebih maju, sehingga dapat memajukan tempat sekitarnya sendiri.Akan tetapi untuk mewujudkan hal tersebut harus dibarengi dengan adanya sekolah. Pembangunan sarana pendidikan akan meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya suatu pendidikan terhadap anak-anaknya.


(40)

59

Jumlah tingkat pendidikan pada penduduk Desa Sibulan-bulam tahun 1990 dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 4.2

Tingkatpendidikan pada penduduk Desa Sibulan-bulan

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Jiwa)

1 Belum Sekolah (anak usia dini) 55JIwa

2 Tidak sekolah 72 Jiwa

3 Tamat SD 102 Jiwa

4 Tamat SMP 60 Jiwa

5 Tamat SMA 49 Jiwa

6 Tamat Perguruan Tinggi 5 Jiwa

Jumlah 343 Jiwa

Sumber: Arsip Kepala Desa Sibulan-bulan.

Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan yang ada di desa Sibulan-bulan paling tinggi ialah tamat SD 102 Jiwa,kemudian yang kedua disusul tidak bersekolah 72 Jiwa, kemudian yang ketiga disusul belum sekolah (anak usia dini) 55 Jiwa, selanjutnya disusul tamat SMP 60 Jiwa dan tamat SMA 49 Jiwa dan


(41)

60

yang terahir tamat Perguruan Tinggi 5 Jiwa. Tingkat pendidikan yang ada di desa ini masihrendah, karena sebagian besar masih tamat SD, bahkan terdapat beberapa penduduk yang tidak tamat SD.Tingkat pendidikan yang belum bersekolah ialah anak-anak yang belum mencukupi umur untuk duduk dibangku sekolah. Walaupun tingkat pendidikan pada penduduk desa Sibulan-bulan masih dominan tamatan SD, akan tetapi penduduk yang tamat SMA sebanyak 49 Jiwa dan tamatan dari Perguruan Tinggi 5 Jiwa. Berarti tingkat pendidikan penduduk di desa Sibulan-bulan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan penduduk sejak bertani padi sawah.

Pada tahun 1980 di Desa Sibulan-bulan sangat sulit untuk memperoleh pendidikan karena hanya ada beberapa sekolah di daerah tersebut seperti Sekolah Dasar hanya terdiri dari satu SekolahDasar Swasta Madrasah, dan untuk Sekolah Menengah Pertama hanya terdiri dari satu sekolah swasta yang disebut sekolah satu atapdanuntuk tingkat SMA belum ada hingga pada saat ini. Pada tahun 2000, sekolah mulai bertambah di Desa Sibulan-bulan dan dibangun sesuai dengan pentingnya suatu pendidikan dalam suatu Desa, diantaranya ialah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3.

Meskipun demikian tidak mengurangi semangat para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka melanjutkan pendidikan selanjutnya dan banyak juga anak-anak mereka yang disekolahkan diluar daerah seperti tarutung, balige, Medan, dan lainnya. Pada awalnya para orang tua yang ada di Desa Sibulan-bulan berpikiran bahwa setelah selesai sekolah tingkat SMA, para orang tua mengharapkan anak-anak mereka langsung bekerja diperusahaan, ataupun


(42)

61

langsung bekerja di instansi swasta, tanpa melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan tinggi lainnya yang siap menampung anak-anak mereka bekerja. Masyarakat Sibulan-bulan hanya berharap bahwa, bagi mereka yang ada didaerah Sibulan-bulan pendidikan bukanlah hal yang paling utama bagi mereka karena bagi mereka pendidikan tingkat SMA itu merupakan pendidikan yang sangat tinggi, kerena setelah tamat SMA prinsip mereka kalau tidak merantau dan bekerja ada yang langsung menikah.21

Masyarakat Desa Sibulan-bulan banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena kekurangan biaya, mengingat biaya pendidikan sangat mahal. Pada saat masyarakat Desa Sibulan-bulan melakukan kegiatannya sebagai berkebun, memang belum ada yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA. Namun setelah melakukan pertanian padi timbullah kesadaran masyarakat Desa Sibulan-bulan, Adapun masyarakat yang berani menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi itu harus rela menjual tanah mereka untuk biaya kuliah. Namun, ada juga beberapa masyarakat yang tidak rela melakukan hal tersebut, dikarenakan pemikiran serta kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan. Banyak masyarakat yang belum berani untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA.

Masyarakat yang tinggal di Desa Sibulan-bulan memiliki kesadaran bahwa pendidikan itu sangat penting mamfaatnya dan ada juga beberapa masyarakat menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting, tetapi pemikiran-pemikiran tersebut dihilangkan secara perlahan-lahan, walaupun banyak masyarakat yang mengganggap bahwa pendidikan itu tidak penting dan hanya bisa menghabiskan

21


(43)

62

uang untuk membayar biaya sekolah, dan sebagian masyarakat Sibulan-bulan berprinsif setelah tamat tingkat SMA langgung bekerja diperusahaan atau intansi swasta lainnya.Upaya untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan, masyarakatberuhasa untuk membiayai sekolah anak-anaknya dengan cara bekerja keras dan semangat untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Pada tahun 2000, masyarakat berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya dengan berbagai harapan agar nasib kehidupan anak mereka tidak lagi seperti nasib kehidupan para orang tua.Masyarakat beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi sebagai petani. Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi menahan panasnya terik matahari dan dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Sibulan-bulan berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka dan mereka rela menguras tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke Perguruan tinggi.

4.3 Kesehatan

Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Demikian juga dengan faktor-faktor yang lain, secara statistik tidak berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di suatu Desa karena variasinya kecil. Usia dan penyakit cenderung meningkatkan pelayanan kesehatan. Gejala ini wajar karena semakin tua seseorang maka kondisi kesehatannya semakin menurun sehingga masyarakat cenderung lebih banyak melakukan akses terhadap pelayanan kesehatan. Demikian juga semakin banyak jenis penyakit yang diderita oleh masyarakat, akan meningkat pula akses


(44)

63

pelayanan kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan tujuan tersebut dapat diharapkan akan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang baik pada kelanjutannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif.

Sebelum dibukanya pertanian padi di Desa Sibulan-bulan, masyarakat tidak terlalu mengenal akan pengobatan melalui rumah sakit, puskesmas, ataupun balai pengobatan lainnya. Sistem pengobatan yang ada pada saat itu masih bersifat tradisional, tingkat kepercayaan masyarakat desa terhadap petugas kesehatan masih rendah karena mereka masih percayadukun serta mengandalkan dukun beranak tersebut. Obat-obatan yang diambil dari tumbuh-tumbuhan dan dikumpulkankemudian dimasak sebagai sumber kesehatan. Masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak terlalu memperhatikan kesehatan bagi diri mereka masing-masing. Hal ini mempengaruhi karena tingkat pendidikan pada saat itu masih rendah, sehingga dengan tingkat pendidikan tersebut masyarakat Sibulan-bulan belum terdorong bahwa faktor kesehatan adalah sangat penting.

Seiring dengan perkembangan pertanian padi di Desa Sibulan-bulan, banyak anak-anak masyarakat yang melanjutkan sekolah dan perkuliahan di berbagai perguruan tinggi dan ada juga di Akademi Kesehatan seperti, dokter, Bidan, Perawat, dan setelah selesai kuliah mereka pulang ke kampung halamannya dan memilih untuk membuka klinik dan praktek sendiri dan mulai didirikan balai-balai pengobatan yang bertujuan untuk melayani kesehatan masyarakat di Desa Sibulan-bulan.Adapun balai-balai pengobatan tersebut dalam bentuk Rumah-rumah penduduk dan beberapa tempat praktek bidan yang


(45)

64

seluruhnya bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang ada di Desa Sibulan-bulan.

Dalam suatu pencapaian anak-anak para petani yang telah memperoleh pendidikan, maka gerenasi muda atau anak-anak mampu memberikan ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang membangun semangat masyarakat desa ini dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung. Generasi muda yang memperoleh pendidikan dalam bidang kesehatan, dapat meningkatkanpartisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana terutama dalam bidang kesehatan.

Pada tahun 2000, masyarakat telah merasakan manfaat balai pengobatanyang sudah dibangun pada saat itu, mereka tidak lagi percaya akan hal pengobatan seperti dukun beranak dan dukun pengobatan tradisional lainnya. Hal ini disebabkan karena keberadaan anak-anak mereka yang sudah memperoleh pendidikan dalam bidang kesehatan sehingga telah mengajari orang tuanya sendiri maupun orang lain untuk menjaga kesehatan serta cara pengobatan dalam menangani orang yang sakit.22

Jika dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Purbatua, Desa Sibulan-bulan termasuk desa yang belum memiliki fasilitas lembaga kesehatan yang cukup. Di desa ini hanya terdapat balai pengobatanyang dibuat dirumah penduduk kerena pada saat itu belum ada pembangunan seperti gedung untuk pelayanan kesehatan. Belum ditemukan puskesmas di desa ini yang berperan menangani kasus-kasus penyakit seperti batuk, pilek, demam, dan lainnya. Hanya ada balai pengobatan danteradapat 1 bidan yang berperan untuk mengobati pasien. Pasilitas

22


(46)

65

kesehatan di balai pengobatan ini masih terbatas, balai pengobatan ini memiliki beberapa sarana berupa: alat timbangan, alat tensi, 1 kamar beserta tempat tidur untuk pasien, dan juga obat-obatan untuk kasus-kasus ringan. Untuk kasus yang lebih berat maka masyarakat di Desa Sibulan-bulan harus datang ke puskesmas indukatau Rumah Sakit yang berjarak 10 Kilimeter dari desa ini.

Pada balai pengobatan umunya memberikan pelayanan kesehatan terutama pengobatan dah penyuluhan kepada pasien agar tidak terjadi penularan dan komplikasi penyakit. Serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan. Dalam balai pengobatan hanya terdapat data mengenai data-data kesehatan yang meliputi obat, data penyakit yang diderita dan penduduk belum menggunakan jaminan asuransi kesehatan. Untuk penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat adalah lambung, infeksi saluran napas atas, nyeri sendi, Sebagian besar warga desa belum menggunakan asuransi untuk biaya kesehatan dan untuk program BPJS belumada di desa Sibulan-bulan.Akan tetapi setiap tahun terjadi peningkatan dan kemajuan dalam bidang kesehatan serta dengan berkembangnya jaman sehingga kewajiban yang diperoleh masyarakat dalam kehidupan yang sehat dan terjaga.


(47)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Desa Sibulan-bulan pada awalnya sebuah Desa kecil yang dihuni oleh masyarakat yang sederhana dan memiliki mata pencaharian sebagai berkebun. Masyarakat yang tinggal di Desa Sibulan-bulan hanya mampu melakukan pekerjaannya sebagai berkebun karet dan belum ada kehidupan yang sejahtera pada saat itu. Ekonomi masyarakat Desa Sibulan-bulanmasih lemah dan untuk biaya hidup sehari-hari sangat sulit dipenuhi dan hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja.

Setelah dibukanya lahan pertanian di Desa Sibulan-bulan, dari tahun ke tahun semakin berkembang dan masyarakat yang ada di desa tersebut semakin bertambah dan semakin sejahtera dari segi pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Pertanian yang dilakukan oleh masyarakat di Desa ini berkembang dan membawa pengaruh besar terhadap perekonomian di desa ini.Kemajuan kehidupan masyarakat DesaSibulan-bulan terjadi setelah dibukanya lahan pertanian padi dan berdampak positif dari pertanian padi yang ada di desa ini.

Pada kehidupan masyarakat Desa Sibulan-bulan, sebelum tahun 1980 aktivitas sehari-hari masyarakat desa ini adalah berkebun, Akan tetapi mulai tahun 1980 sampai sekarang ini terjadi pergeseran dinamika kehidupan masyarakat Desa Sibulan-bulan dari berkebun karet menjadi bertani padi sawah dikarenakan oleh berbagai masalah terutama masalah ekonomi yang melanda masyarakat Desa Sibulan-bulan. Dengan terjadinya peralihan ini maka peningkatan pembangunan di desa ini dari tahun ke tahun semakin membaik dan semakin meningkat. Hal ini


(48)

67

dapat dilihat dari segi pembangunan, renovasi rumah-rumah penduduk desa, akses jalan serta dari aspek kehidupan dan pola pikir yang semakin maju, dan juga anak-anak dari para petani ini sudah bisa bersekolah mengejar cita-citanya masing-masing. pola pikir di Desa ini tidak hanya disitu saja melainkan mereka sudah berpikir kedepan untuk masa depan anak-anaknya dan bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan pendidikan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.

5.2 Saran

Dalamprogram peningkatan pendapatan pertanian padi sawah, perlu diadakan penyuluhan tentang pengolahan tanaman padi dalam meningkatkan pendapatan petani. Petani harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman dalam perawatan dan tumbuh kembangnya tanaman padi supaya produksi lebih maksimal.

Dari semua hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka peneliti berharap memberikan saran antara lain:

 Diharapkan agar pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan sumbangan berupa pembangunan sumber Irigasi agar petani bisa memproleh hasil panen yang maksimal.

 Diharapkan agar masyarakat petani padi lebih bisa mengupayakan serta meningkatkan teknik pertanian yang bisa mendorong meningkatnya produksi tanaman padi.

 Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memberi bantuan seperti bibit padi,subsidipupuk atau pemberian penyuluhan tentang teknik pertanian yang baik untuk masyarakat yang melakukan pertanian padi.


(49)

68

 Diharapkan kepada petani padi agar lebih respon terhadap inovasi barutentang cara atau teknik pengolahan lahan padi agar produksi tanaman padi dapat meningkat dan mutu padi yang dihasilkan lebih bagus lagi.

 Diharapkan agar pemerintah memberikan sumbangan pembangunan jembatan dan jalan aspal agar sarana pengangkutan hasil padi dalam pemasaran semakin mudah dan terorganisir.

DAFTAR PUSTAKA

C.Scott, James, Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES, 1981.

______________. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah, (bentuk-bentuk perlawanan sehari-hari kaum tani), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.


(50)

21

Desa Sibulan-bulan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan bagiandari Kecamatan Pahae Jae, jarak Kecamatan Pahae Jae sekitar 5 Kilometer menuju Kecamatan Purbatua, Akan tetapi sekarang desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Purbatua. Desa Sibulan-bulan merupakan desa yang paling jauh jaraknya dari Kabupaten Tapanuli Utara. Apabila menuju Desa Sibulan-bulan dari jalan lintas Sumatera Kota Tarutung harus menempuh waktu sekitar 2 jam ke arah perbatasan Kabupaten Tapanuli Selatan dan melewati berbagai kecamatan dan desa. Salah satu desa yang dilalui untuk menuju ke Desa Sibulan-bulan ialah Kecamatan Simangumban Desa Sipetang kemudian berbelok sebelah kanan untuk memasuki area Sungai Sipetang dan menuju ke Desa Sibulan-bulan serta menjadi jalan alternatif satu-satunya menuju ke Desa Sibulan-bulan.

Letak Desa Sibulan-bulan antara lain:

~ Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sipetang,

~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, ~ Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidua Bahal dan,

~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Jarak Desa Sibulan-bulan dengan Ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung sekitar 52 kilometer dan ± 12 kilometer dari ibu kota Kecamatan Purbatua. Desa Sibulan-bulan memiliki luas keseluruhan sekitar 825 hektar. Penggunaan tanah di Desa Sibulan-bulan berdasarkan pemanfaatannya ialah 85 hektar tanah sawah, 700 hektar tanah kering, 5 hektar pemukiman dan 35 hektar


(51)

22

lainnya. Terletak pada ketinggian 400 sampai 1000 meter diatas permukaan laut4. Berdasarkan ketinggian tersebut, Desa Sibulan-bulan memiliki iklim tropis serta memiliki suhu yang hangat dan lembab.

Desa Sibulan-bulan memiliki dua musin yaitu musim kemarau yang berada pada bulan Januari sampai dengan Agustus dan musim hujan berada pada bulan September sampai dengan Desember.

Sruktur tanah di desa ini mempunyai berbagai jenis bentuk, ada yang berbetuk landai dan sebagiannya datar kemudian ke arah sebelah Barat berbentuk perbukitan yang didalamnya terdapat sungai-sungai kecil atau masyarakat Desa Sibulan-bulan sering menyebutnya dengan istilah “aek bondar” dari sumber mata air pegunungan tersebut.

Untuk mencapai Desa Sibulan-bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan perahu dari Desa Sipetang sekitar 3 menit untuk melewati sungai Sipetang kemudian berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 30 menit untuk mencapai ke Desa Sibulan-bulan dengan jalan setapak yang berbatuan dan berbelok-belok, sebelah kanan keadaan jalannya sedikit terjal dan sebelah kiri terdapat perbukitan.

Dari keseluruhan desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Desa Sibulan-bulan merupakan desa yang jaraknya paling jauh dari kantor Kecamatan Purbatua, letak Desa Sibulan-bulan berada pada ujung Kecamatan Purbatua sebelah Selatan. Desa ini merupakan desa terpencil karena tidak memiliki jalur akses yang memadai. Adapun sungai Sipetang sukar untuk dilewati, apalagi untuk masyarakat pendatang yang belum terbiasa dengan alat transportasi air yaitu berupa perahu

4


(52)

23

yang sederhana. Prasarana di desa ini pada saat itu belum memadai karena posisi Desa yang jauh dari pusat Ibu kota Tapanuli Utara Tarutung, dan desa ini berada di perbatasan antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Akibat letak ini jangkauan serta perhatian dari Pemerintah Daerah sangat berkurang terhadap desa ini.

Pola perkampungan Desa Sibulan-bulan umumnya mengelompok, artinya rumah-rumah penduduk berdekatan satu sama lain. Adapun rumah tersebut terbuat dari bahan seperti papan, kayu dan juga batu serta berlantaikan papan karena masih berbentuk rumah panggung. Atap rumah yang masih terbuat dari ijuk dan rumbia. Di desa ini belum ditemukan rumah yang semi permanen dan kebanyakan berada mengikuti alur jalan utama desa tersebut. Disekitar pekarangan rumah penduduk ditanami jenis tanaman seperti sayur-sayuran, cabai, pinang, dan jenis buah-buahan lainnya.

Sebelum masyarakat desa Sibulan-bulan bermata pencaharian petani padi, jenis tanaman yang tumbuh dilahan desa itu adalah berupa tanaman karet yang diperkirakan sudah berusia sekitar 100 tahun. Adapun tanaman-tanaman lain yang tumbuh di lahan tersebut berupa tanaman keras seperti rotan, coklat, kopi, kemenyan, durian, pinang dan tanaman liar lainya tetapi yang paling dominan adalah tanaman karet. Tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan termasuk jenis tanah yang subur karena berbagai jenis tanaman dapat tumbuh di lahan ini dengan sendirinya. Jenis tanah yang berada di Desa Sibulan-bulan memiliki banyak kandungan unsur hara dan struktur tanahnya baik, artinya susunan butir-butir tanah tidak terlalu padat dan tidak terlalu renggang, cukup mengandung air yang


(53)

24

berguna untuk melarutkan unsur hara yang mempunyai garam-garaman dalam jumlah banyak sehingga tanah di desa ini cukup bagus.

2.2Keadaan Penduduk

Sebelum tahun 1980, penduduk yang mendiami desa Sibulan-bulan tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Perekonomian di desa ini juga sangat berkurang, sehingga tidak menarik masyarakat pendatang untuk bermigrasi ke daerah Sibulan-bulan. Akan tetapi pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, penduduk Tapanuli yang tidak ingin dijajah oleh Belanda sehingga mereka mengasingkan diri dan salah satu tempat pengasingan itu adalah Desa Sibulan-bulan. Di desa inilah mereka belajar untuk bertahan hidup dan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Salah seorang tokoh masyarakatyang bernama Agussalim Sitompul Desa Sibulan-bulan mendirikan sekolah (1930-an) yang dinamakan Sekolah Dasar Madrasahsebagai tempat belajar mengajar penduduk desa Sibulan-bulan.

Jumlah penduduk pada tahun 1979 dapat dilihat berdasarkan tabel berikut: Tabel 2.2


(54)

25

No Jenis Kelamin

Jumlah

1 Laki-laki 155 Jiwa

2 Perempuan 161 Jiwa

Jumlah 316 Jiwa

Sumber: Arsip Kepala Desa Sibulan-bulan.

Sebelum dibukanya lahan pertanian padi,jumlah penduduk di Desa Sibulan-bulanmasih tergolong sedikit. Akan tetapiberdasarkan hasil sensus penduduk 1979, penduduk Desa Sibulan-bulan berjumlah 316 Jiwa, yang terdiri atas 155 jiwa laki-laki dan 161 jiwa perempuandengan jumlah35 kepala keluarga, dari jumlah penduduk ini, jumlah perempuan lebih banyak.

Penduduk yang tinggal di desa ini adalah sukuBatak Toba. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sibulan-bulan, suatu interaksi sosial yang dilakukan dalam berkomunikasi antara sesama masyarakat desa tersebut dengan menggunakan logat Angkola Tapanuli Selatan, karena Desa Sibulan-bulan berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan yang menggunakan logat Angkola Tapanuli Selatan. Hubungan kerjasama sesama masyarakat Desa Sibulan-bulan saling menjaga dan saling menghormati satu sama lain serta mempunyai tujuan yang sama dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Mayoritas penduduk Desa Sibulan-bulan Beragama Islam, sebanyak 80%, dan yang beragama Kristen Protestan sebanyak 20%.5 Hal ini disebabkan karena Desa Sibulan-bulan berdekatan dengan wilayah Tapanuli Selatan, wilayah yang mayoritas beragama

5


(55)

26

Islam, sehingga kepercayaan tersebut semakin gampang menyebar luas ke berbagai pedesaan termasuk ke Desa Sibulan-bulan.

Dalam suatu tradisi dan adat-istiadat yang dimiliki masyarakat Sibulan-bulan sangat menghormati leluhur atau nenek moyang yang lebih dahulu meninggalkan mereka, mereka selalu mengajarkan ataupun menurunkan budaya tersebut kepada anak dan cucu mereka hingga pada saat ini, sehingga tradisi adat-istiadat di desa ini masih sangat kental. Adapun adat-adat-istiadat di desa ini berupa

adat Toba, dimana adat Toba yang selalu ditanamkan dengan “Dalihan Natolu”

artinya Tungku yang berkaki tiga, tungku yang berkaki tiga sangat membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari kaki ketiga tersebut rusak, maka tungku tidak dapat digunakan, dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama, diantaranya:

~ Pertama, Somba Marhula-hula (hormat kepada keluarga pihak Istri). ~ Kedua, Elek Marboru (sikap membujuk atau mengayomi wanita). ~ Ketiga, Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati terhadap teman semarga).

Ketiga istilah dalam Dalihan Natolu diatas melekat pada diri setiap orang Batak. Setiap orang Batak pada suatu waktu akan berposisi sebagai salah satu diantara hula-hula, atau berposisi sebagai boru dan berposisi sebagai dongan tubu. Hal itu tergantung sebagai apa posisinya dalam adat pada waktu sebuah pesta adat dilaksanakan ataupun pesta pernikahan.

Lokasi pemukiman penduduk Desa Sibulan-bulan, beradaditepi jalan lintas desa yang di ikuti oleh rumah-rumah penduduk sesuai dengan alur jalan desa


(56)

27

tersebut dan terdapat perbukitan di sekitar rumah penduduk serta dikelilingi oleh sungai Sipetang yang menjadi batas wilayah dengan desa lainnya. Adapun sebagian rumah penduduk yang dibangun didaerah desa ini tidak jauh dari lahan perkebunan mereka. Mereka bergotong-royong untuk membangun pemukiman rumah mereka dengan cara tanahnya diratakan dan didirikan rumah dalam bentuk yang sederhana. Tujuannya agarlahan yang mereka milikitidak jauh dari lahan perkebunankaret apabila hendak melakukan proses pengolahan tanaman karet.

Sebelum masuknya pertanian padi di Desa ini, wilayah tersebut masih terisolasi dikarenakan akses serta transportasi ke Desa Sibulan-bulan belum memadai dan sangat jarang sekali masyarakat desa sekitarnya berkunjung ke daerah ini. Seiring dengan perkembangan tersebut, serta dibukanya lahan pertanian maka perlahan-lahan desa ini semakin maju dan semakin berkembang, akan tetapi jalur transportasi masih menggunakan sarana air berupa perahu.

Dalam usaha untuk memahami perkembangan lingkungan, diharapkan masyarakat dapat mengenali unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupannya, baik unsur fisik atau alam maupun unsur sosial.Unsur lingkungan fisik disebut sebagai kondisi bentuk geografis, sedangkan unsur lingkungan sosial lebih mengarah kepada kondisi penduduk yang dipengaruhi kondisi pada geografisnya. Oleh karena itu keterkaitan antara kondisi geografis dengan kondisi penduduknya sangat erat. Kondisi dari geografis dan penduduk tiap wilayah berbeda-beda, hal ini tergantung kepada kuantitas dan kualitas unsur pendukung lingkungan yang ada pada suatu wilayah terkhususnya pada wilayah Desa Sibulan-bulan.


(57)

28

Mata pencaharian merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan penduduk setempat berdasarkan ciri yang dimiliki pada wilayah masing-masing. Salah satu pilihan hidup masyarakat Desa Sibulan-bulan dalam mata pencahariannya adalah berkebun karet karena pada saat itu hanya inilah alternatif yang dapat mereka lakukan, mereka dapat memanfaatkan hutan karet peninggalan nenek moyang mereka yang akan di olah sebagai sumber penghasilan utama bagi masyarakat. Pada saat itu pola pikir mereka masih sederhana dan terbatas, adapun sebagian kecil pekerjaan sampingan masyarakat Desa Sibulan-bulan ialah menanam sayur-sayuran, beternak ayam, berburu hewan liar serta memanfaatkan Sungai Sipetang sebagai sumber tangkapan ikan untuk dikonsumsi mereka setiap harinya, akan tetapi itu semua tidak berpengaruh besar terhadap penghasilan sehari-hari. Masyarakat memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari seperti beras, pakaian dan kebutuhan lainnya dari hasil penjualan getah karet yang akan dijual ke toke atau pemborong tersebut dan hasilnya untuk membeli kebutuhan hidup dari pasar.

Peningkatan status sosial masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak terlihat dari segi kemajuan ataupun perkembangan. Hal ini disebabkan karena mereka hanya memikirkan ketahanan hidup dalam keberlangsungan hidup keluarga masing-masing, pekerjaan yang dilakukan mereka hanya menghantarkan untuk mendapatkan kebutuhan hidup dalam sehari dan untuk hari-hari berikutnya mereka akan bekerja kembali. Masyarakat Desa Sibulan-bulan rutin dalam melakukan pekerjaannya setiap hari sebagai penyadap getah karet. Apabila


(58)

29

mereka selesai dalam menyadap pohon karet, maka mereka mengambil kayu bakar yang berada didalam hutan karet tersebut yang digunakan untuk memasak.

Sebelum tahun 1980, aktivitas yang rutin dilakukan oleh masyarakat Desa Sibulan-bulan ialah berkebun karet, karena dari berkebun inilah mereka bisa mempertahankan kehidupan mereka untuk mencukupi kebutuhan dalam rumah tangga. Dalam pekerjaan yang dilakukan masyarakat Sibulan-bulan dengan mengolah tanaman karet sebagai sumber penghasilan utama dalam kebutuhan sehari-hari serta menjadi salah satu yang mendasari ketahanan dalam keberlangsungan hidup tentu membutuhkan peralatan dalam memproduksi getah karet tersebut.

Adapun alat-alat sederhana yang disediakan dalam proses pengolahan pohon karet antara lain:

~ Babat, fungsinya untuk membersihkan keseluruhan lahan dari rumput-rumput yang ada pada perkebunuan. Biasanya dilakukan ketika penyadapan telah selesai. ~ Parang, fungsinya untuk membersihkan alang-alang yang berada disekitar batang pohon karet tersebut.

~ Pisau sadap, fungsinya untuk menyayat atau menyadap kulit batang pohon karet dengan cara tertentu untuk menghasilkan getah karet.

~ Talang, biasanya terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya 8 sampai 10 cm. Pemasangan talang getah karet dengan cara ditancapkan dari titik ujung terendah irisan sadapan. fungsinya untuk mengalirkan getah karet yang di sadap dari kulit batang pohon karet kedalam mangkuk atau tempurung kelapa


(59)

30

yang telah disediakan dan biasanya mereka membuat talang dengan menggunakan daun.

~ Mangkuk atau tempurung kelapa, fungsinya untuk menampung getah karet yang mengalir dari batang irisan melalui talang. Masyarakat Sibulan-bulan menggunakan tempurung kelapa dengan alasan mudah didapat.

~ Ember, fungsinya sebagai alat penyimpanan getah yang di kumpulkan dari mangkuk hasil dari keseluruhan getah karet yang telah di sadap tersebut.

~ Cincin mangkuk, fungsinya sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap. Bahan yang sering digunakan adalah kawat

Kendala yang sering dihadapi masyarakat Sibulan-bulan dalam pengolahan karet apabila terjadi musim hujan, maka masyarakat Desa Sibulan-bulan tidak bisa bekerja untuk mengolah karet tersebut. Apabila batang pohon karet terkena air ataupun basah, maka getah karet itu sendiri tidak akan mengalir dari talang sadap ataupun pancuran yang telah dibuat, melainkan getah karet tersebut akan terbuang ke bawah batang pohon karet bersamaan dengan air hujan yang mengaliri batang pohon tersebut dan getahnya tidak akan terkumpul pada mangkok yang telah disediakan sesuai dengan yang di inginkan. Adapun penghasilan dari getah karet tersebut tidak maksimal disebabkan dari kondisi tanaman karet yang sudah tua serta tidak ada pemupukan ataupun parawatan terhadap tanaman itu sendiri sehingga produksi dari tanaman karet tidak maksimal dan mata pencaharian setiap harinya hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.

Dalam penghasilan tanaman karet sebelum tahun 1980,yang diperoleh setiap harinya dalam satu hektarmencapai 19 sampai dengan 20 kilogram getah


(60)

31

karet per kepala keluarga danpada umumnya rata-rata masyarakat memiliki perkebunan karet rakyat satu hektar per kepala keluarga serta dijual kepada toke (pemborong) dengan harga Rp 80 /kilogram.6

Toke karet berperan memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat Sibulan-bulan, baik sebagai kekeluargaan maupun pemberi pinjaman kepada masyarakat yang kurang mampu, sehingga keterkaitan hubungan mereka sangat erat. Masyarakat tidak pernah terlibat langsung dalam penjualan hasil kebun karetnya ke berbagai pabrik, mereka harus melalui toke karet tersebut karena sudah ada keterkaitan hubungan kerjasama mereka.

Pada kehidupan masyarakat Sibulan-bulan dari tahun ke tahun semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil dari perkebunan tersebut, karena anak-anak mereka semakin bertambah dan semakin banyak kebutuhan yang diperlukan termasuk bahan pangan, pendidikan dan lain sebagainya.Kehidupan mereka menghantar kepada kemiskinan dan mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah dan tingkat perekonomian akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila tidak menambah solusi yang tepat dan menambah mata pencaharaian lain yang mampu meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Akibat dari masyarakat yang hanya mampu memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak kepada anak-anak mereka yang tidak bisa memperoleh pendidikan, bahkan untuk tingkat Sekolah Dasar saja sangat kesulitan dalam membiayai anak-anak mereka serta anak yang dibawah umur saja sudah di bawa untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

6


(61)

32

Keterbatasan ekonomi dan kemajuan di Desa Sibulan-bulan ini sangat jelas dan terlihat pada tingkat pendidikan yang rendah, sebelum tahun 1980 pendidikan di Desa Sibulan-bulan ini masih sangat rendah, masyarakat Desa Sibulan-bulan menyekolahkan anak-anaknya hanya sebatas tingkat Sekolah Dasar, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA belum ada. Untuk tingkat kesehatan juga tidak memadai, apabila Masyarakat mengalami berbagai macam penyakit, maka mereka lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional karena lebih murah dan semampu mereka.7

Penduduk Sibulan-bulan yang bermata pencaharian dalam bidang perkebunan karet rakyat dapat menjadi salah satu contoh akan pentingnya suatu perubahan dan mencari alternatif lain untuk merubah kehidupan yang lebih sejahtera. Setelah adanya pergeseran alih fungsi lahan perkebunan ke pertanian di Desa Sibulan-bulan sebagai penopang kegiatan perekonomian penduduk yang sebagian besar bergantung kepada pertanian padi tersebut, maka kehidupan mereka semakin terarah kepada masa depan desa yang lebik baik. Akan tetapi masyarakat sangat banyak melewati berbagai rintangan dan masalah selama keberlangsungan pertanian padi termasuk dalam hal permodalan, karakter masyarakat yang harus dituntut untuk bekerja keras, kerajinan dalam perawatan pertanian dan juga infrastruktur yang belum memadai.

Mata pencaharian penduduk Desa Sibulan-bulan merupakan bagiandari kegiatan ekonomi yang berlangsung di Desa Sibulan-bulan sebagai akibat dari perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik.Dinamika kependudukan adalah perubahan kependudukan untuk suatu daerah atau desa

7


(62)

33

tertentu, dimana pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran dan kematian. Pertumbuhan penduduk suatu desa adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan olehbanyak hal termasuk kematian dan perpindahan penduduk kesuatu daerah tertentu.

BAB III

PERALIHAN SISTEM KARET RAKYAT KE PERTANIAN DI DESA SIBULAN-BULANTAHUN 1980-2000

3.1 Latar belakang peralihan sistem karet rakyat ke pertanian di Desa Sibulan-bulan


(63)

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan sebagian dari Kecamatan Pahae Jae, akan tetapi sekarang desa ini menjadi bagian dari Kecamatan Purbatua. Letak Desa Sibulan-bulan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sipetang, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidua Bahal dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Jarak Desa Sibulan-bulan dengan kota Tarutung sekitar 52 Km.

Sebelum tahun 1980, tanaman karet yang berada di Desa Sibulan-bulan telah ada, bahkan sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Menurut salah seorang informan, Wardi Sihombing, tanaman karet tersebut sudah ada sejak mereka dilahirkan. Mereka hanya mengetahui bahwa hutan yang ada disekitar desa mereka adalah milik mereka yang terwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya sekaligus dipesankan agar dijagadan dimanfaatkan sebaik-baiknya.1Masyarakat Desa Sibulan-bulan belum mempunyai lahan pertanian padi sawah, mereka masih mengelolah hasil kebun dari peninggalan nenek moyang mereka berupa tanaman karet. Setiap tahunnya keadaan penghasilan dari perkebunan ini semakin menurun karena tanaman karet yang semakin tua sehingga kualitas hasil panennya semakin memburuk. Begitu pula dengan harga, sejak tahun 1980-an terus mengalami kemerosotan.jKondisi ini membuat

1


(1)

6. Kepada kedua orang tua saya ayah, almarhum N.Sipahutar dan ibu saya R.Hutabarat yang selama ini telah banyak memberikan dukungan, baik materi dan doa yang tak pernah putus serta selalu mendukung penulis dalam setiap langkah. Semangat yang diberikan kepada penulis sebagai anaknya untuk terus belajar dan menggapai pendidikan setinggi-tingginya dan juga ketulusah serta kekuatan hati dalam mendidik penulis adalah nilai yang sangat berharga sebagai penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada keluarga yang banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis,.terkhusus kepada abangda Hendra M.E Sipahutar S.Th dan Arswendo Sipahutar Amd terimakasih atas semangat, nasehat dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga menjadi salah satu pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Lisken Rosiana Angkat S.Sn yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat saya Stepanus Marsel Perangin-angin Barnes dan Ginanjar serta terkhusus Stambuk 2010 yang selalu mengiringi canda tawa dan doa bagi saya, kalian adalah keluarga yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada semua informan yang telah membantu saya memberi informasi yang berguna bagi tulisan saya ini.

11.Kepada semua yang tidak tersebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis sehingga


(2)

Penulis menyadari bahwa skripsi sejarah ini tidak begitu sempurna, sehingga kritik historis yang ilmiah serta objektif sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tulisan ini dalam usaha melakukan rekonstruksi sejarah. Sebagai penutup penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak, semoga skripsi ini dapat menambah referensi dan perbendaharaan tulisan sejarah.

Medan, Desember 2015 Penulis,


(3)

DAFTAR ISI KATA

PENGANTAR... i

UCAPAN

TERIMAKASIH... iii

DAFTARISI... vi

ABSTRAK...viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

masalah... 1

1.2 Rumusan

masalah... 6

1.3 Tujuan dan mamfaat

penelitian...7

1.4 Tinjauan

pustaka... 8

1.5 Metode

penelitian... 9

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIBULAN-BULAN SEBELUM TAHUN 1980


(4)

2.2 Keadaan Penduduk... 15

2.3 Mata Pencaharian Penduduk... 19

BAB III PERALIHAN SISTEM KARET RAKYAT KE PERTANIAN DI DESA SIBULAN-BULANTAHUN 1980-2000

3.1Latar belakang peralihan sistem karet rakyat ke pertanian di Desa

Sibulan-bulan... 25

3.2Pembukaan lahan pertanian... 29

3.3Perolehan bibit... 32

3.4Modal... ..35

3.5Hasil Panen... 36

3.6Pemasaran... 42

BAB IV PENGARUH PERTANIAN PADI BAGI KEHIDUPAN


(5)

4.1 Tingkat pendapatan... 45

4.2 Tingkat pendidikan... 50

4.3

Kesehatan... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan... 58

5.2 Saran... 59

DAFTAR

PUSTAKA...61

DAFTAR

INFORMAN...63

LAMPIRAN

ABSTRAK

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peralihan mata pencaharian yang berada di Desa Sibulan-bulan mulai dari mata pencaharian sebagai berkebun berubah menjadi kemata pencaharian sebagai petani padi. Selain


(6)

masyarakat Desa Sibulan-bulan, maka pertanian padi di desa ini semakin maju dan berkembang, desa ini menjadi lebih baik dibidang kehidupan masyarakat yang sejahtera dan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian mengungkap perubahan yang terjadi di Desa Sibulan-bulan baik dibidang pendapatan, pendidikan maupun bidang kesehatan.

Dari hasil penelitian ini akhirnya diketahui bahwa sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi di suatu dearah pedesaan, selainnya desa yang mulai maju dan berkembang yang terjadi akibat pertanian padi di Desa Sibulan-bulan, baik dibidang pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Hal ini dengan dibukanya lahan pertanian padi yang membawa dampak positif dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Ahirnya masyarakat Desa Sibulan-bulan bisa merasakan keberhasilan dari suatu kerja keras mereka dalam melakukan usaha bertani padi di desa mereka dan masyarakat Desa Sibulan-bulan akan terus memperbaiki dan meningkatkan usaha yang mereka lakukan demi masa depan anak dan cucu mereka hingga pada masa yang akan datang.