Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Ni Huta 1 Tahun 1980-2000

(1)

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP. 195406031983032001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000

Yang Diajukan Oleh:

Nama : EVI KRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U Tanggal, 11 April 2013 NIP. 195406031983032001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum

NIP. 196409221989031001 Tanggal, 11 April 2013

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NI HUTA 1 TAHUN 1980-2000 SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

NAMA: EVIKRISTINA SIBURIAN NIM : 080706005

Pembimbing,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP. 195406031983032001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001


(6)

Lembar pengesahan skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :24 April 2013 Hari :Rabu

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.195110131976031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ( )

2. Dra. Nurhabsyah, M. Si ( )

3. Dra. Fitriaty Harahap, S.U ( )

4. Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ( )


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sejak awal hingga penyelesaian.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan di dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bidang Ilmu Sejarah.

Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000), sejak dari masa studi hingga penyelesaian program pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, banyak rintangan maupun hambatan yang dialami penulis. Akan tetapi dalam penyelesaian skripsi ini, penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar Departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar tulisan ini berguna bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi yang memiliki pembahasannya yang sama ke depannya.

Medan, April 2013

Penulis,

(EVIKRISTINA SIBURIAN)


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini bukan semata-mata kerja keras penulis sendiri. Namun, banyak pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dalam bentuk dukungan materi maupun moril. Oleh karenanya, penulis di sini berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka, yaitu:

1. Kepada orangtua saya tercinta, S. Siburian, dan H. Br. Silaban, yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang tulus kepada penulis mulai dari proses selama kuliah sampai selesainya penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan selalu menyertai dan memberikan umur yang panjang kepada kedua orangtua saya. Terima kasih atas dukungan moril dan material serta doa-doanya. 2. Kepada saudara-saudara saya yaitu Kak Lulu, alm. Kak Yessa, Abang

Rodison, adik-adik tersayang Cici, Roy, Metha dan Andri , yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

3. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara, Dr.Syahron Lubis, M. A.

4. Bapak PD I Dr. M. Husnan Lubis, M.A, PD II Drs. Samsul Tarigan, PD III Drs.Yudi Adrian Muliadi, M.A, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara.

5. Ketua Departemen Sejarah, Drs. Edi Sumarno, M. Hum, dan Sekretaris Departemen Sejarah, Dra. Nurhabsyah, M.Si yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

6. Dosen pembimbing dan dosen wali penulis, Dra. Fitriaty Harahap, S.U dan

Dra. Hj. Haswita, M.Sp yang telah memotivasi penulis.

7. Dosen Departemen Sejarah dan pegawai yang telah memberikan amal ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.

8. Abang Ampera yang juga telah memberi masukan serta motivasi selama penulis menjalankan perkuliahan di departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.


(9)

9. Kak Vina Sembiring yang selalu setia menemani saya dan memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

10.Sahabat saya Glorika Panjaitan, Rizma Trully Hutasoit, Cahaya br. Hutabarat, Erni Friska Nababan, Puspita SariSaragih, Hotman Siagian, Kuasa Agustino Saragih, yang telah memberikan motivasi kepada penulis dan setia menemani penulis dalam penyelesaian skripsi.

11.Teman-teman SMA saya (Izogeaby) : Mei, Norawaty, Desry, Gokma, Nelly

makasih buat semangat dan dukungannya.

12.Seluruh responden dan pihak yang telah memberikan data untuk penulisan skripsi ini yang namanya tidak bisa penulis tuliskan secara satu per satu. Semua motivasi, pengarahan dan berbagai bentuk dukungan yang telah diberikan kepada saya tentunya tidak dapat dibalas langsung oleh penulis. Namun kiranya Tuhan Yang Maha Esa akan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada seluruh teman, sahabat dan rekan yang telah ikut memberikan dukungan dan semangat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2013

Penulis,

(EVIKRISTINA SIBURIAN)


(10)

ABSTRAK

Desa Sabungan Nihuta 1 terletak di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan daerah yang subur tanahnya dalam hal pertanian yang ada di Tapanuli Utara. Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Desa terbentuk karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi satu kelompok masyarakat baik secara struktural, ekonomi, sosio-kultural maupun politisi yang umumnya terjalin teratur berdasarkan kebiasaan-kebiasaannya. Situasi atau peristiwa merupakan dasar utama terjadinya masyarakat, sehingga lahirlah apa yang dikenal masyarakat desa. Masyarakat desa tidak terlepas dari kegiatan pertanian. Demikian halnya dengan Desa Sabungan Nihuta 1 yang masyarakatnya sejak dahulu telah melakukan kegiatan pertanian. Pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 awalnya hanya bersifat subsistensial, hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup.

Pemikiran masyarakat yang seperti ini mengakibatkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hanya menanam tanaman palawija. Namun karena berbagai pengaruh perkembangan zaman yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi, serta kurang suburnya lahan di Desa Sabungan Nihuta 1 untuk ditanami tanaman palawija. Kondisi ini menyebabkan beralihnya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mulai beralih ketanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis terutama tanaman nanas. Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakatnya. Pertanian nanas ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 maka timbullah keinginan keturunan masyarakat desa tersebut untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi pertanian nanas. Semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat juga mempengaruhi pola hidup masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertanian nanas terhadap perekonomian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Oleh karena itu penulis menjelaskan secara naratif mengenai awal pertanian, kondisi serta pengaruh pertanian nanas bagi masyarakat di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar.

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan beberapa metode sejarah yang umum yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam heuristik, sumber tentang pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 didapat dengan mengumpulkan sumber tertulis dan menggunakan penelitian lapangan melalui wawancara. Untuk kritik sumber digunakan agar keabsahan data tersebut dapat dinilai keobjektifannya melalui kritik intern dan kritik ekstern. Untuk metode interpretasi digunakan agar memastikan hasil penelitian dengan cara membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Dalam historiografi dilakukan penyusunan hasil penelitian ke dalam karya tulis sejarah yang deskriptif analisis.


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...ii

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang……….1

1.2Rumusan Masalah………3

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian………...4

1.4Tinjauan Pustaka……….5

1.5Metode Penelitian ...6

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA 1 KECAMATAN SIPAHUTAR 2.1 Kondisi Geografis………8

2.2 Keadaan Penduduk...10

2.3 Latar Belakang Historis ...16


(12)

BAB III PERKEMBANGAN PERTANIAN NANAS DI DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000

3.1 Awal Mula Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ...27

3.2 Proses Pertanian Nanas Tahun 1980-2000 ...33

3.3 Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran…...37

BAB IV PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000 4.1 Tingkat Pendapatan ...45

4.2 Kehidupan Sosial Masyarakat ...48

4.3 Pendidikan ...49

4.4 Kesehatan ...52

4.5 Pola Hidup ...53

4.6 Sarana Transportasi ...56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. KomposisiPenduduk Menurut Jenis Kelamin ...10

Tabel 2. Komposisi Penduduk Menurut Etnik ...11

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...12

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Agama ...14

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...15

Tabel 6. Perkembangan Jumlah Petani dan Luas Lahan yang Digunakan...32

Tabel 7. Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 Berdasarkan Jumlah Tanaman pada Tahun 2000...39

Tabel 8. Perkembangan Tingkat Pendapatan Petani Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 pada Periode 1980-2000...46


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Desa terbentuk karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi satu kelompok masyarakat baik secara struktural, ekonomi, sosio-kultural maupun politisi yang umumnya terjalin teratur berdasarkan kebiasaan-kebiasaannya. Situasi atau peristiwa merupakan dasar utama terjadinya masyarakat, sehingga lahirlah apa yang dikenal dengan “masyarakat desa”.1

Pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 awalnya hanya bersifat subsistensial hasil pertanian diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Pemikiran masyarakat yang seperti ini mengakibatkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hanya Masyarakat desa tidak terlepas dari kegiatan pertanian. Demikian halnya dengan Desa Sabungan Nihuta 1 yang masyarakatnya sejak dahulu telah hidup dalam bidang pertanian.

Pertanian sudah dikenal masyarakat desa sejak zaman dahulu. Kegiatan mengolah tanah telah diperkenalkan oleh nenek moyang dan diwariskan kepada anak cucunya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan masyarakat agraris yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan pertanian.

1

Andar Asmara, “Sejarah Perkembangan Desa Baja Ronggi Ditinjau Dari Sudut Sosial Ekonomis 1965-1983”, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1985, hal 1.


(15)

menanam tanaman palawija. Namun karena berbagai pengaruh seperti perkembangan zaman dan teknologi yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ekonomi, serta kurang suburnya lahan di Desa Sabungan Nihuta 1 untuk ditanami tanaman palawija.

Kondisi ini menyebabkan beralihnya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 kepada tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomis terutama tanaman nanas. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mulai beralih ke tanaman hortikultura pada tahun 1980.

Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 memberikan pengaruh yang besar bagi masyarakatnya. Pertanian nanas ini mampu menaikkan tingkat pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 maka timbullah keinginan keturunannya agar lebih baik lagi. Semakin meningkatnya tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat juga mempengaruhi pola hidup masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000). Tahun 1980 sebagai periode awal dari penelitian ini merupakan periode dimulainya budidaya pertanian nanas oleh masyarakat Desa Sabungan Ni Huta 1.2

2

Wawancara, dengan Bapak Juni Simanjuntak pada tanggal 13 Februari 2012 di Kantor Kepala Desa Sabungan Ni Huta 1.

Tahun 2000 sebagai akhir dari penelitian ini. Selama kurun waktu dua puluh tahun telah banyak sekali peningkatan dan perubahan yang terjadi pada pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1, jumlah masyarakat penanam nanas semakin banyak, lahan yang digunakan, sistem permodalan, pembududayaan hingga ke


(16)

pemasarannya yang semakin terorganisir. Skop spasial dari penelitian ini adalah pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

Atas dasar pemikiran di atas, maka penulisan ini diberi judul “Pengaruh Pertanian Nanas Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 (1980-2000)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan untuk mempermudah penulis menghasilkan penulisan yang objektif maka penulis membuat rumusan masalah yang berisi tentang batasan-batasan masalah penelitian dan ruang lingkup studi atau fokus penelitan baik itu waktu, tempat, dan pelaku sehingga penulis mampu menghasilkan penulisan yang maksimal dan objektif.

Adapun rumusan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana awal pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1?

2. Bagaimana kondisi pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1980-2000? 3. Bagaimana pengaruh pertanian nanas terhadap perekonomian masyarakat Desa

Sabungan Nihuta 1?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dari penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah. Demikian halnya dengan penelitian ini bertujuan untuk:


(17)

1. Mengetahui awal pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

2. Mengetahui kondisi pertanian Nanas di Desa sabungan Nihuta 1 selama tahun 1980-2000.

3. Mengetahui pengaruh dari pertanian Nanas bagi masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna dan dapat memberi wawasan tentang latar belakang pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

2. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, kondisi petani di daerahnya, khususnya daerah yang jauh dari pusat pemerintahan seperti Desa Sabungan Nihuta 1.

3. Menambah literatur dalam penulisan sejarah pertanian khususnya pertanian nanas.

1.4 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk mendekatkan konsep-konsep teori yang diajukan dalam penelitian ini dan diharapkan mampu mendekatkan dengan pokok permasalahan yang ada.

Adapun salah satu buku yang digunakan adalah “Pengantar Ekonomi Pertanian” karya Mubyarto. Buku ini berisi tentang kelahiran ilmu pertanian, sifat ilmu pertanian. Buku ini juga membahas tentang ekonomi pertanian Indonesia dan persoalan-persoalan ekonomi pertanian di Indonesia.


(18)

Menurut Sumeru Ashari dalam bukunya Hortikultura Aspek Budidaya, mengemukakan mengenai sejarah tanaman nanas, manfaat dan sifat-sifat tanaman ini. Selain itu juga dijelaskan bahwa nanas merupakan salah satu buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu meningkatkan taraf hidup petani nanas. Populasi tanaman nanas juga semakin lama semakin meningkat, namun hal tersebut belum mampu untuk memenuhi harapan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan para petani dalam menanam nanas yang benar. Buku ini banyak memberikan informasi kepada peneliti mengenai tanaman nanas dan cara budidayanya, dan menjadi sarana pembanding antara budidaya petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 dengan petani nanas di daerah lain.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu hal yang penting, sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian ini menggunakan metode sejarah Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode sejarah adalah sebagai berikut.

Langkah pertama adalah heuristik yaitu tahap pencarian sumber-sumber yang relevan dengan penelitian ini. Ada dua teknik yang digunakan dalam tahap ini yaitu melalui studi kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan sumber-sumber primer maupun sekunder berupa arsip,laporan dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang dikaji. Sumber ini diperoleh dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dari Kantor Kepala Desa Sabungan Nihuta 1. Selain itu peneliti juga menggunakan sumber lisan yang dilakukan dengan melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah pada orang-orang yang dapat memberikan informasi untuk penelitian ini. Informan yang dipilih yaitu masyarakat


(19)

Desa Sabungan Nihuta 1 khususnya petani nanas, Kepala Desa Sabungan Nihuta 1, pegawai Kantor Kecamatan Sipahutar.

Langkah kedua adalah kritik sumber. Mengharapkan peneliti agar bisa mendapatkan keaslian sumber dan kebenaran data yang diperoleh dan menilai layak atau tidak layaknya data yang didapat. Kritik internal yaitu meneliti kebenaran data yang diperoleh dan menilai layak atau tidak layaknya data yang didapat. Kritik eksternal adalah menguji keaslian data yang diperoleh baik itu dari wawancara secara langsung maupun dari buku.

Langkah ketiga adalah interpretasi. Disini, penulis menafsirkan data yang diperoleh, kemudian dianalisis agar menghasilkan yang bersifat alamiah..

Langkah yang terakhir ialah historiografi, yakni penyusunan kesaksian atau sumber-sumber yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau penulisan sejarah. Dalam tahap ini peneliti menjabarkan hasil penelitian sekaligus rangkaiannya secara kronologis dan sistematis dalam bahasa tulisan sehinngga menghasilkan sebuah karya Ilmiah Sejarah. kajian yang menarik dan berarti secara kronologis dan rasional. Setelah penelitian, dituliskan kedalam skripsi dan menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan mudah dimengerti.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA SABUNGAN NIHUTA I KECAMATAN SIPAHUTAR

2.1 Kondisi Geografis.

Kecamatan Sipahutar merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara.3 Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu dari 23 desa yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sipahutar.4 Desa Sabungan Nihuta 1 berada jauh di pedalaman Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sekitar 23 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara (Tarutung). Jarak dari Desa Sabungan Nihuta 1 ke pusat kecamatan yakni Sipahutar yaitu sekitar 1 km, sedangkan ke pusat provinsi Sumatera Utara (Medan) yaitu sekitar 315 km.5

3

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki 15 kecamatan yaitu; Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Garoga, Kecamatan Muara, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Pahae jae, Kecamatan Pahae julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Purba Tua, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Simangunban, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, kecamatan Sipoholon dan Kecamatan Tarutung

4

Kecamatan Sipahutar memiliki 23 desa yaitu; Desa Aek nauli I , Desa Aek nauli II, Desa Aek nauli III, Desa Aek nauli IV, Desa Onan Runggu I, Desa Onan Runggu II, Desa Onan Runggu III, Desa Onan Runggu IV, Desa Sabungan Nihuta I, Desa Sabungan Nihuta II, Desa Sabungan Nihuta III, Desa Sabungan Nihuta IV, Desa Siabal Abal I, Desa Siabal Abal II, Desa Siabal Abal III, Desa Siabal Abal IV, Desa Sipahutar I, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar II, Desa Sipahutar III, Desa Sipahutar IV, Desa Tapian Nauli I, Desa Tapian Nauli II, Desa Tapian Nauli II

5

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2000.

Pada masa penelitian ini berlangsung telah ada sarana transportasi yang menghubungkan Desa Sabungan Nihuta 1 dengan beberapa daerah seperti angkutan pedesaan


(21)

yakni Muara Nauli, Moria, sepeda motor serta kendaraan pribadi. Angkutan pedesaan ini menghubungkan Desa Sabungan Nihuta 1 dengan Sipahutar dan Tarutung. Angkutan umum di Desa Sabungan Nihuta 1 sangat terbatas sehingga ruang gerak keluar daerah bagi masyarakat sangatlah sempit. Hal ini menyebabkan perkembangan daerah ini sedikit terganggu. Terbatasnya sarana transportasi ini seringkali menyebabkan untuk melakukan akses ke daerah lain baik itu untuk keperluan menjual hasil bumi, memperoleh kebutuhan sehari-hari maupun untuk bersekolah, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 harus berjalan kaki. Jadi tidak mengherankan apabila ditemukan seseorang yang berjalan di jalan raya dengan memikul barang menuju ke tempat tujuannya.

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Sabungan Nihuta II.

• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Sipahutar I.

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Sipahutar II.

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Onan Runggu III, dan Onan Runggu IV. Secara geografis Desa Sabungan Nihuta 1 berada pada 98° BT- 99° BS dan 20° LU - 41° LS. Desa Sabungan Nihuta 1 ini berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 1,9 km2 atau sekitar 1,50 % dari luas Kecamatan Sipahutar.

Suhu udara di Desa Sabungan Nihuta 1 yaitu 18° - 24°C. Desa Sabungan Nihuta 1 ini termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki tiga musim yaitu musim hujan, musim kemarau dan musim pancaroba. Waktu berlangsungnya ketiga musim ini tidak dapat diprediksi lagi karena setiap tahunnya terjadi perubahan.


(22)

2.2Keadaan Penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 disebabkan karena angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan desa kecil yang penduduknya cukup banyak. Berdasarkan data dari Kepala Desa Sabungan Nihuta 1 pada tahun 1980 kepala keluarga (KK) di desa ini berjumlah 66 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 283 jiwa.6

No

Tabel 1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 148

2. Perempuan 135

Jumlah 283

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1980

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yang lebih banyak adalah yang berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 143 jiwa dan perempuan 135 jiwa. Jumlah tersebut adalah gabungan dari balita, remaja, dan dewasa yang termasuk sebagai penduduk Desa Sabungan Nihuta 1.

6


(23)

Dari total jumlah penduduk tersebut terdapat beragam etnik dan sub-etnik antara lain: etnik Batak yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, dan etnik Jawa. Desa Sabungan Nihuta 1 tidak banyak berbaur dengan etnik-etnik lain di luar etnik asli yaitu etnik Toba. Mayoritas masyarakatnya berasal dari sub-etnik Toba dan pada umumnya masih memiliki ikatan kekerabatan yang sangat erat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini pada dasarnya masih berasal dari satu nenek moyang yaitu keturunan marga Sipahutar.7

No

Untuk melihat persentase dari masing-masing etnik yang mendiami Desa Sabungan Nihuta 1 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2

Komposisi Penduduk Menurut Etnik

Etnik Jumlah Persentase (%)

1 Toba 354 97%

2 Nias 23 2,8%

3 Jawa 3 0,2%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa sub-etnik Toba merupakan etnik mayoritas yang mendiami Desa Sabungan Nihuta 1. Etnik Toba merupakan etnik asli di desa ini. Etnik pendatang seperti Batak Karo dan Jawa yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 sangatlah sedikit. Meskipun etnik Toba mayoritas di Desa Sabungan Nihuta1 , masyarakat tidak pernah

7

Marga Sipahutar merupakan salah satu sub-marga yang ada pada rnasyarakat Desa Sabungan Nihuta 1.


(24)

membeda-bedakan status sosialnya.

Sesuai dengan keadaan alamnya yang subur dan banyaknya lahan kosong, sebagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 adalah masyarakat yang kehidupannya bertumpu pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan jika penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 mayoritas hidup sebagai petani. Di samping pertanian, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga memiliki mata pencaharian yang lain seperti pedagang, pegawai, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

I Petani 98 93,2%

2 Jasa Pemerintahan (PNS) 34 3,2%

3 Berdagang 58 3,6%

Jumlah 290 100%

Sumber : Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000.

Dengan memperhatikan Tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk desa ini mayoritas bermatapencaharian sebagai bertani dengan jumlah persentasenya sebanyak 93,2% adapun petani yang termasuk ke dalam 93,2% ini adalah bukan petani nanas saja tetapi petani-petani tanaman muda juga seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan, padi, jagung, kopi


(25)

dan lain-lain. Mata pencaharian lainnya seperti bidang jasa pemerintahan (PNS) 3,2% dan berdagang hanya 3,6% saja. Banyaknya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bergelut di dalam bidang pertanian tidak terlepas dari kondisi wilayahnya yang penuh dengan lahan-lahan kosong dan subur sehingga sanagat memungkinkan untuk dijadikan sebagai lahan-lahan pertanian.

Sebelum tahun 1980 kondisi pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini masih jauh dari harapan, karena sistem pertanian yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 pada masa itu adalah sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional yang dimaksud adalah peralatan-peralatan yang digunakan oleh masyarakat belum modern atau berupa mesin. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan seperti cangkul, sabit, beko, parang, dan lain-lain. Sistem tanaman yang ditanam oleh masyarakat adalah sistem tanaman muda. Adapun tanaman-tanaman yang dimaksud adalah seperti sayur-sayuran, padi, kacang-kacangan, jagung. Sistem pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 ini sulit untuk berkembang karena Desa Sabungan Nihuta 1 ini jauh dari pusat pemerintahan dan pusat pasar. Jalur transportasi juga tidak memungkinkan karena transportasi yang sampai ke desa ini sangat minim. Hal ini menyebabkan masyarakat desa ini cukup kesulitan untuk melakukan transaksi baik dalam penjualan hasil pertanian maupun pembelian barang untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Sampai tahun 1980 masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih melakukan sistem pertanian yang sebelumnya yaitu sistem tanaman muda, hingga akhirnya pada tahun 1980 salah seorang masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bermarga Sipahutar mencoba untuk menanam tanaman holtikultura (tanaman keras) yaitu menanam nanas dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengubah nasib perekonomian rumah tangganya. Bibit yang diperoleh pertama sekali dari salah seorang warga dari Kecamatan


(26)

Pangaribuan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganut beragam agama. Ada beberapa agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1, yaitu agama Kristen Protestan, Katolik, dan Islam.

Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Kristen Protestan 354 88%

2 Katolik 23 8,4%

3 Islam 3 3.6%

Jumlah 400 100%

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 2000.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 88%. Agama Katolik sekitar 8,4% dan agama Islam sekitar 3,6%. Dari penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang menganut agama Kristen Protestan adalah bukan.masyarakat etnik Toba saja atapun etnik Karo, bahkan etnik Jawa juga ada yang memeluk agama Kristen Protestan. Begitu juga dengan penduduk Desa Sabungan Nihuta 1 yang beragama Islam bukan etnik Jawa saja bahkan etnik Toba juga ada yang menganut agama tersebut.


(27)

mengecap pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari tidak adanya sarana pendidikan seperti gedung sekolah di daerah tersebut. Untuk menempuh pendidikan seorang anak harus bersekolah di desa tetangga seperti ke Desa Sipahutar 1. Sekolah Dasar Inpres di Desa Sabungan Nihuta 1 baru dibangun pada tahun 1985 sehingga masyarakat dapat memperoleh pendidikan. 8

No

Pada tahun 1995 tingkat pendidikan di Desa Sabungan Nihuta 1 juga beragam mulai dari yang tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Diploma 3 (D3), dan Sarjana (S1). Adapun persentase dari tingkat pendidikan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini tertera di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 37

2 Tidak Tamat SD 46

3 SD 130

4 SMP 50

5 SMA 40

6 Dip. III 10

7 S-1 5

Jumlah 318

8

Wawancara dengan Jamuara Sipahutar di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar, pada tanggal 23 Juli 2012.


(28)

Sumber : Arsip Pemerintah Desa Sabungan Nihuta 1 tahun 1990.

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 adalah Sekolah Dasar (SD), sementara itu untuk S-1 hanya lima orang. Tingkat pendidikan yang tidak sekolah ini adalah gabungan dari masyarakat yang buta huruf dan balita. Untuk masyarakat yang tamatan S-2 dan S-3 di Desa Sabungan Nihuta 1 sampai pada tahun 1995 belum ada.

2.3 Latar Belakang Historis

Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki latar belakang historis atau sejarah. Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sipahutar Kabupaten Toba Samosir.

Dahulu Sipahutar berasal dari Kabupaten Tapanuli Utara di Sumatera Utara. Semua marga mempunyai cerita, silsilah dan sejarah masing-masing. Demikian juga halnya dengan marga Sipahutar mempunyai sejarah tersendiri. Sipahutar mempunyai nenek moyang yang bernama

pertama yang membawa marga Sipahutar sampai saat ini. Menurut sejarah dari para sesepuh

mata yang terletak di

tengah-tengah kening.

Sejak kecil, Mata Sopiak Langit sudah belajar hal-hal tentang perdukunan. Dengan kesaktiannya, beliau sangat dikenal dan sangat ditakuti oleh orang banyak.. Karena pengaruh kekuatannya ini juga Mata Sopiak Langit berkenalan dengan putri tulangnya (Pariban) yang


(29)

bernama Giring Panaitan Boru Hasibuan. Adapun tulangnya bernama Hasibuan Daturara dari kampung Janji Matogu Porsea. Putri tulangnya ini yang dikemudian hari dipinang menjadi istrinya.

Konon tanah kelahiran Si Danau Toba, di sekitar kota Porsea. Ayah dari mempunyai beberapa orang saudara yang berasal dari satu Bapak (Datu Dalu).

Adapun nama saudara-saudar

1. Pasaribu (Habeahan, Bondar, Gorat) 2. Batubara

3.

4. Matondang 5. Tarihoran 6. Harahap 7. Gurning 8. Saruksuk 9. Parapat 10.Tanjung


(30)

Hutabalian tidak mempunyai keturunan. Menurut cerita, Hutabalian dihukum oleh bapaknya (Raja Sipahutar). Ia ditiup oleh bapaknya sampai ke Bukit Simanuk-manuk. Ini semua dikarenakan sikap Hutabalian yang tidak terpuji.

2. Namora Sohataon (Tengah)

Namora Sohataon adalah anak kedua dari Sipahutar sampai saat ini.

3.Daulay (Bungsu)

Daulay adalah anak ketiga dari Selatan (Mandailing).

Setelah Sopiak Langit menghukum anak sulungnya (Hutabalian), Sopiak Langit sering merenung dan menyesali perbuatannya. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan Sopiak Langit pergi jauh dari kampungnya untuk melupakan kejadian menyedihkan tersebut. Ketika dia pergi dari kampungnya, dia meninggalkan istrinya, Boru Hasibuan. Namun kedua anaknya yang lain turut dibawanya (Namora Sohataon dan Daulay).

Mereka bertiga berpetualang selama berhari-hari menelusuri jalan dan daerah yang tak bertuan dan tak bernama. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka berhenti di suatu tempat dan mendirikan para-para (menara kayu) sebagai tempat untuk mereka tinggal.


(31)

Disanalah ia berladang sambil membesarkan kedua anaknya. Kampung inilah yang kemudian bernama Desa Sipahutar (sekarang Kecamatan bergelar Mata Sopiak Langit-lah yang merintisnya.

Setelah kedua anaknya dewasa, si bungsu, Daulay merantau ke daerah Tapanuli Selatan (Sipirok, Angkola, sampai ke Mandailing). Dari daerah inilah kemudian berkembang luas Marga Daulay sampai saat ini. Sedangkan si anak kedua, Namora Sohataon menetap di kampung itu. Sampai akhirnya dia menikah dan memiliki 2 orang anak, yaitu :

1. Namora Tongguon (Sulung) 2. Paung Bosar (Bungsu)

Dalam perjalanan hidup Sopiak Langit selama di kampung cerita dan dongeng. Ada yang menggambarkan jika ia memiliki kekuatan yang tak tertandingi, Ia memiliki ilmu kebal. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah Dukun Sakti Mandraguna, yang dapat mengobati beragam penyakit. Dan masih banyak juga pekerjaan-pekerjaan positif lainnya. Tetapi dibalik kehebatannya itu, ada juga pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan atau sikap-sikapnya yang kurang terpuji. Seperti mengambil istri orang lain untuk menjadi istrinya melalui kekuatan yang dimilikinya.

Sopiak Langit meninggal karena sakit di Desa Sipahutar. Di kemudian hari di tahun 1971 oleh keturunan Sipahutar dibuatlah makam resmi beserta tulang-belulang istrinya, Boru Hasibuan yang diambil dari desa Janji Matogu, Porsea.


(32)

Adapun cerita dari kedua cucu Sopiak Langit yang bernama Namora Tongguon dan Paung Bosar beserta keturunannya pada akhirnya meninggalkan desa tersebut untuk mencari tempat hidup yang lebih baik. Mereka meninggalkan tanah dan harta warisan yang dititipkan ke Marga Silitonga.. Hal inilah yang di kemudian hari sampai dengan hari ini tidak ada lagi keturunan Sipahutar di desa tersebut, melainkan diganti dengan keturunan Silitonga.

Keturunan dari Namora Tongguon ada 5 orang :

1.

2.

3.

4.

5.

Keturunan dari Paung Bosar ada 4 orang, yaitu :

1.

2.

3.

4.

Keturunan dari Paung Bosar bermukim di daerah : Tarutung, Parsingkaman, Silangkitang, Sipan/Sihaporas (Sibolga), Pinangsori, Batangtoru, dan daerah-daerah lain. Sejak saat itulah marga Sipahutar semakin berkembang sampai masa sekarang dan nama


(33)

Sipahutar diabadikan menjadi nama kecamatan yaitu Kecamatan Sipahutar.9 Dengan latar belakang historis tersebut maka terbentuklah kecamatan Sipahutar dan terbentuklah desa-desa di Sipahutar termasuk Desa Sabungan Nihuta 1.

2.4 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya setiap masyarakat harus melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini harus dilakukan karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain. Hal ini juga tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi yang harus dipenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya bekerja dengan mengolah tanahnya yakni bertani. Namun di samping bertani masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ada juga yang bekerja sebagai guru, berdagang atau dalam bidang usaha jasa.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengenal adanya stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial ini tidak jelas terlihat. Stratifikasi sosial ini berdasarkan perbedaan tingkat umur, perbedaan tingkat pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian dan status kawin.10

9

Wawancara dengan Ompung Sarni Sipahutar di Kecamatan Sipahutar tanggal 19 Desember 2012.

10

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2004, hal. 110.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan perbedaan umur tampak dalam perbedaan hak dan


(34)

kewajiban terutama dalam upacara adat. Perbedaan berdasarkan umur ini juga berlaku dalam hal pembagian warisan.

Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan pangkat dan jabatan sangat jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 terdahulu. Lapisan yang paling tinggi adalah lapisan raja-raja, keturunan raja-raja dan kepala-kepala wilayah. Sistem pelapisan sosial yang berdasarkan sifat keaslian tampak dalam perbedaan antara raja huta atau pendiri kampung dengan penduduk yang datang kemudian. Pada umumnya masyarakat yang masuk ke dalam kategori raja huta ini memiliki tanah yang lebih luas dari pada penduduk yang datang kemudian.

Dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 khusunya dan masyarakat Toba pada umumnya dikenal sistem kekerabatan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu11, yang dijadikan patokan untuk bisa saling menghormati satu sama lain. Dalihan Na Tolu, terdiri dari hula-hula, dongan tubu dan boru 12

Seperti yang telah disebutkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat karena adanya hubungan kekeluargaan yang masih sangat

. Perbedaan status sosial seorang hula-hula, dongan tubu atau boru ini tidak hanya berlaku di dalam acara adat. Status sosial ini tidak dipandang dari kekayaan atau kekuasaan seseorang tetapi berdasarkan kapasitasnya dalam sebuah upacara adat. Apabila sesorang memiliki jabatan lebih tinggi di pemerintahan misalnya sebagai bupati, namun jika di dalam upacara adat dia berperan sebagai boru maka beliau harus menghormati hula-hulanya meskipun memiliki jabatan yang lebih rendah.

11

Dalihan Na Tolu artinya tungku yang berkaki tiga yang sangat membutuhkan keseimbangan agar tetap kokoh.

12

Pertama, Somba Marhula-hula/sembah/hormat kepada keluarga pihak

Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga). Ketiga, Elek Marboru (sikap membujuk /mengayomi wanita atau saudara perempuan).


(35)

dekat dan yang telah diuraikan penulis pada paragraf terdahulu bahwa masyarakat yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan keturunan marga Simanjuntak. Dan bagi masyarakat Batak Toba bahwa semua marga yang ada dalam etnik Batak Toba merupakan raja yang harus dihormati atau disegani.

Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup bermasyarakat sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus hidup saling tolong menolong sesama manusia dalam masyarakat.13

Salah satu contoh aktivitas gotong royong yang diadakan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yakni dalam memperbaiki jalan menuju areal pertanian dan membuat kamar mandi umum . Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama membersihkan jalan dengan membawa peralatan masing-masing. Dengan demikian jalan menuju areal

Seperti halnya desa-desa lain di Indonesia masih memegang teguh sistem gotong-royong. Sistem gotong-royong ini masih dijalankan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menerapkan sistem gotong-royong dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya dalam membangun infrastruktur desa seperti membangun kamar mandi umum, membersihkan jalan dan lain sebagainya.

Aktivitas gotong-royong dalam masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya diakomodir oleh kepala desa dan perangkat-perangkat desa lainnya. Para perangkat desa biasanya lebih dahulu membuat pengumuman sebelum dilakukannya gotong-royong. Apabila kegiatan gotong-royong berlangsung biasanya setiap anggota masyarakat yang memiliki keinginan untuk menyumbangkan sebagian rejekinya maka ia akan menyediakan minuman dan makanan kecil untuk masyarakat tersebut.

13


(36)

pertanian lebih mudah untuk dilalui dan masyarakat bisa menggunakan kamar mandi umum secara bersama-sama. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bersama-sama mengelola dan merawat fasilitas-fasilitas umum dengan menjaga kebersihan. Gotong-royong juga dilakukan dalam pekerjaan lain seperti memperbaiki jalan di kampung dan membersihkan desa.

Akvitas gotong-royong yang dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 secara spontanitas yang bersifat kekeluargaan, hal itu terlihat apabila ada masyarakat yang mengalami musibah kemalangan. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akan memberikan bantuan berupa materi ataupun tenaga. Dalam hal ini masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 tidak pernah memandang agama, suku maupun status sosialnya. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menganggap bahwa mereka adalah satu keluarga yang seharusnya saling membantu. Hal seperti ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Ni huta 1 dapat hidup berdampingan secara rukun, meskipun kadang-kadang terjadi konflik-konflik kecil antar sesama tetangga.

Demikian juga apabila salah satu dari warganya yang baru mendapatkan kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluargannya, maka masyarakat Sabungan Nihuta 1 terutama kaum ibu akan datang ke rumah tersebut untuk memberikan ucapan selamat. Biasanya banyak ibu-ibu yang berkunjung, mereka menginap dengan tujuan untuk merawat si anak sampai kondisi ibunya sudah membaik dan juga masyarakat Desa Sabungan Nihuta turut merasakan kebahagian kehadiran si anak.

Selain itu apabila salah satu masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengadakan upacara pernikahan, maka semua tetangga akan menghadiri pesta tersebut untuk mengucapkan selamat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 juga akan membantu si penyelenggara pesta dalam hal tenaga untuk mempersiapkan acara tersebut dan juga dalam


(37)

hal dana karena biasanya pada saat pesta diadakan setiap keluarga akan memberikan dana sukarela.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang mayoritasnya adalah etnik Toba dapat hidup berdampingan secara damai dengan etnik pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 merupakan masyarakat yang terbuka dan memiliki rasa toleransi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari beberapa hal seperti apabila ada masyarakat yang sakit atau tertimpa musibah, maka masyarakat akan saling mengunjungi dan memberikan bantuan semampunya.

Penduduk asli Desa Sabungan Nihuta 1 dan penduduk pendatang dapat hidup berdampingan secara harmonis. Adanya pernikahan antara penduduk asli dengan penduduk pendatang sangat mendukung keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya pernikahan ini menyebabkan terjalinnya hubungan kekeluargaan antara satu sama lain sehingga timbul rasa saling memiliki dan menghormati.

Aktivitas gotong-royong yang bersifat ekonomi di Desa Sabungan Nihuta 1 juga terlihat dalam kehidupan masyarakat petani. Dalam suku Batak Toba kegiatan gotong-royong yang dilakukan untuk kegiatan pertanian disebut marsidapari.14

14

Marsidapari adalah istilah yang dipakai masyarakat etnik Batak Toba yang berarti gotong-royong pada masa panen.

Kelompok marsidapari ini pada dasarnya berasaskan kekeluargaan. Kelompok marsidapari biasanya bekerja di ladang ataupun di sawah secara berkelompok. Mereka terlebih dahulu mengerjakan sawah yang perlu dikerjakan lalu kemudian sawah berikutnya hingga seluruh sawah atau ladang setiap anggota kelompok selesai dikerjakan. Namun akibat perkembangan teknologi dan dorongan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan rasa kebersaman antara mereka semakin


(38)

berkurang dan mengakibatkan sistem kerja marsidapari lambat laun mengarah pada sistem pengupahan.

Dalam bidang pola tanam dan tertib tanam, seperti halnya masyarakat Batak Toba pada umumnya, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat lemah dalam hal mengantisipasi kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilihat dari contoh berikut, ketika harga sayur di pasaran mahal maka masyarakat kemudian menanamnya secara bersamaan yang akhirya kelebihan produk dan menyebabkan harga turun. Ketika tanaman pertaniannya tidak menguntungkan, tanpa pikir panjang para petani menggantinya dengan tanaman lain.

Walaupun bagi sebahagian besar masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 bertani adalah mata pencaharian utama namun untuk sebahagian orang, bertani merupakan pekerjaan sampingan. Hal ini karena mereka memiliki pekerjaan lain seperti berdagang, usaha jasa terutama dalam bidang transportasi, guru dan pegawai di kantor-kantor pemerintahan. Biasanya mereka mengolah lahannya pada saat waktu senggang atau setelah pulang dari bekerja.


(39)

BAB III

PERKEMBANGAN PERTANIAN NANAS DI DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000

3.1Awal Mula Pertanian Nanas Di Desa Sabungan Nihuta 1

Seperti yang telah dijelaskan mayoritas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hidup sebagai petani, dan kegiatan pertanian ini sudah berlangsung sejak lama. Dalam mengolah lahan pertaniannya dilakukan dengan cara sederhana yang masih bersifat tradisional. Alat-alat yang digunakan biasanya belum menggunakan Alat-alat-Alat-alat yang terbuat dari mesin tetapi masih menggunakan alat-alat tradisional seperti cangkul, babat, dan sabit disamping mengandalikan tenaga fisik manusia. Hasil pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada awalnya masih bersifat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pokok keluarga, baru selebihnya dijual untuk kebutuhan lainnya. Pola pemikiran yang seperti itu menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada awalnya hanya menanam tanaman palawija (tanaman yang berumur pendek). Ada beberapa jenis tanaman yang biasanya ditanam oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada saat itu seperti sayur-sayuran, padi, ubi, jagung, cabe, buncis, kentang, kopi, kacang-kacangan.

Pada tahun 1980 terjadi perubahan pada sistem pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Perubahan pertanian terjadi dari pertanian palawija (tanaman berumur pendek) kepada pertanian holtikultura (tanaman keras). Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem pertanian di Desa Sabungan Nihuta 1 seperti alasan ekonomis (harga), kepraktisan dalam mengelola dan masalah kesuburan tanah.


(40)

menanam buah yakni Nanas.15 Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta terkenal dengan petani nanas. Jenis nanas yang mereka budidayakan adalah . NanasCayenne merupakan salah satu jenis nanas yang dibudidayakan di Indonesia. Nanas memiliki nama Latin yaitu Ananas comosus (L.)Merr.16

Nanas termasuk dalam jenis buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan memberi penghasilan yang tidak sedikit, artinya bila diusahakan secara sungguhsungguh dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di samping itu nanas merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh manusia yang setiap hari mutlak dibutuhkan dan makin digemari masyarakat. Budidaya pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini pada awalnya dilakukan oleh salah seorang masyarakat desa.17

15

Nanas merupakan jenis buah-buahan yang berserat dan memiliki kulit buah yang bersisik. Ada dua jenis tanaman nanas yaitu :Pertama, nanas cayenne adalah jenis nanas yang biasanya digunakan untuk pengalengan dan pembuatan selai nanas, buahnya berwarna kuning pucat dan rasanya agak masam. Kedua,

nanasqueen adalah jenis nanas yang biasanya untuk dikonsumsi atau dimakan langsung, buahnya berwarna kuning kemerahan dan rasanya manis.

16

Sumeru Ashari, Hortikultura Aspek Budidaya, Jakarta: UI Press, 1995, hal.364.

17

Wawancara dengan Tiurma Sipahutar, di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar, pada tanggal 23 Juli 2012.

Budidaya pertanian nanas dimulai pada tahun 1980. Awalnya budidaya tanaman nanas ini dengan menanam 600 buah. Ketertarikan masyarakat untuk menanam nanas ini setelah melihat keberhasilan petani-petani nanas di berbagai daerah yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Percobaan dalam menggeluti usaha bertani nanas ternyata membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Hal ini kemudian membangkitkan minat masyarakat Desa Sabungan Nihuta1 untuk menanam nanas. Tanaman ini dianggap sebagai tanaman komersil oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang dapat meningkatkan taraf hidupnya.


(41)

Pertanian Nanas tentunya membutuhkan lahan yang dapat digunakan dalam jangka panjang karena tanaman ini termasuk jenis tanaman yang berumur panjang. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 pada umumnya memiliki lahan sendiri, oleh karena itu memungkinkan untuk menanam nanas.

Ananas comosus (L.) Merr atau nanas ini awalnya berasal dari Amerika Selatan, yakni Brazil, Argentina, dan Peru.18

Nanas dapat ditanam di daerah antara 30° LU dan 30° LS. Tanaman nanas jenis Cayenne dapat tumbuh dari ketinggian 100 hingga 1.100 m di atas permukaan laut. Tanaman ini tahan kekeringan, karena mempunyai sel penyimpan air yang efektif. Di daerah beriklim Di Indonesia sejarah tanaman nanas ini tidak begitu dikenal. Tanaman nanas yang ada sekarang adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Pada saat ini, nanas telah tersebar ke seluruh dunia terutama di Indonesia. Tanaman nanas sangat populer dan banyak ditanam di Indonesia.

Nanas adalah tanaman tahunan, tingginya antara 90-100 cm; sebaran daun seluas 130-150 cm. Batang nanas pendek 20-25 cm. Daun nanas berurat sejajar dari pangkal sampai ujung dan berserabut, tebal, panjangnya antara 38-80 cm dan pada pinggir daun tumbuh duri tajam ke arah ujung daun. Nanas menghasilkan buah setelah berumur 15 bulan sampai 24 bulan. Produksi optimal terjadi di daerah dengan curah hujan 500-2.000 mm/tahun tetapi masih tergantung dengan iklim, jenis tanaman, jarak tanam, dan perawatan nanas tersebut Kualitas dan kuantitas nanas juga ditentukan oleh ketinggian lahan, suhu udara, curah hujan, radiasi matahari, kecepatan angin, serta tipe dan kualitas tanah.

18


(42)

kering tanaman nanas masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanah antara 50-150 cm, tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi, tanaman nanas tidak tahan terhadap genangan air, buahnya peka terhadap sinar matahari terik karena mudah terbakar. Tanaman nanas ditanam pada jarak antara 75-90 cm, 2 baris setiap bedengan dengan kepadatan tanaman berkisar antara 4.0000-5.0000 tanaman per ha, setelah 4 minggu sesudah tanam. Tanaman nanas diberi pupuk dan diulangi lagi setelah 8 minggu sesudah tanam. Pemeliharaan selanjutnya membersihkan rumput atau gulma terutama alang-alang, adanya gulma dan alang-alang pada tanaman nanas dapat menurunkan hasil buah antara 20-40%. Selain gulma dan alang-alang, hama dan penyakit juga menyerang tanaman nanas, serangga yang mengisap tanaman dan mengeluarkan cairan beracun sehingga menyebabkan tanaman nanas layu.

Ananas comosus(L.) Merr atau Nanas dapat tumbuh subur di daerah dengan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun dengan Ph tanah antara 5 - 6,5. Pada ketinggian 1400 di atas permukaan laut. Tanaman nanas dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Ketinggian tempat yang tidak memenuhi syarat sering menimbulkan kendala sendiri. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka akan berpengaruh terhadap kualitas buah. Misalnya, rasa buah yang tadinya manis berubah menjadi masam ataupun pahit.

Tanaman nanas memerlukan sinar matahari yang penuh agar proses pertumbuhan dan produksi nanas dapat berkembang dengan baik. Ini berarti sinar matahari mempunyai peranan yang sangat penting pada tanaman nanas. Dengan semakin bertambahnya ketinggian suatu tempat, maka semakin bertambah pula intensitas sinar. Oleh karena itu tanaman nanas yang ditanam di daerah dataran tinggi seperti Desa Sabungan Nihuta 1 akan memiliki


(43)

kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada ketinggian lebih rendah.

Curah hujan yang cocok untuk tanaman nanas ini adalah antara 1.000 mm sampai 2.000 mm per tahun. Curah hujan yang lebih rendah dari 1.000 mm per tahun mengakibatkan perkembangan bunga dan buah terganggu. Sedangkan jika curah hujan lebih tinggi dari 2.000 mm tidak hanya menyebabkan perkembangan bunga dan buah yang terganggu tetapi juga menimbulkan banyaknya cendawaan.

Tanaman nanas ini bisa tumbuh dengan baik di Desa Sabungan Nihuta 1 karena daerah ini memiliki tanah yang subur dan ph tanahnya cocok untuk pembudidayaan tanaman nanas. Tanaman nanas dapat ditanam di berbagai jenis tanah mulai dari tanah pasir kasar hingga tanah liat berat, dan tanah pun tidak boleh tergenang air. Tanah yang baik untuk tanaman nanas yaitu bila berasal dari tanah endapan yang subur, cukup dalam dan tidak bergaram.

Sejak pembudidayaan tanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang menghasilkan keuntungan yang cukup maksimal menimbulkan ketertarikan masyarakat di sekitar untuk mengikuti jejaknya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 sejak tahun 2000 tentunya berpengaruh pada bertambahnya jumlah petani nanas sekaligus lahan pertanian yang digunakan.


(44)

Peningkatan ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 6

Perkembangan Jumlah Petani, dan Luas Lahan Yang Digunakan

No Tahun Jumlah Petani Nanas

Luas Lahan

1 1980 1 kk 2 ha

2 1985 25 kk 57ha

3 1990 38 kk 112ha

4 1995 67 kk 224 ha

5 2000 78 kk 289 ha

Sumber: Arsip Pemerintahan Desa Sabungan Nihuta 1 Tahun 2000

Dari tabel di atas tampak bahwa hingga tahun 2000 masih terjadi perluasan penanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 tersebut untuk menanam nanas semakin bertambah.

Terdapat beberapa alasan mengapa penanaman nanas mengalami perkembangan yang cukup pesat di Desa Sabungan Nihuta 1 sejak tahun 1980 hingga tahun 2000. Pertama, sifat tanaman nanas yang cocok dengan kondisi lahan, ketinggian dan iklim di Desa Sabungan Nihuta 1. Kedua, penanaman dan perawatannya yang relatif mudah. Ketiga, proses penanaman nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tidak merubah pola pertanian penduduk, karena dapat dilakukan bersama-sama dengan tanaman-tanaman palawija lainnya. Keempat,


(45)

proses produksi dan pemasarannya yang relatif lebih mudah. Para pedagang besar ataupun kecil siap membeli langsung dari tangan petani. Kelima, bibit nanas sangat mudah diperoleh. Pada awalnya bibit nanas diperoleh di pasar-pasar tradisional terdekat ataupun dari sanak saudara yang tinggal di kampung-kampung yang ada di Desa Sabungan Nihuta 1. Setelah masyarakat membudidayakan nanas dan menghasilkan sendiri bibit, maka pembelian bibit tidak perlu lagi keluar dari Desa Sabungan Nihuta 1.

3.2Proses Pertanian Nanas Tahun 1980-2000

Tanaman nanas yang mempunyai nama latin Ananas comosus (L.) Merr ini termasuk komoditi buah-buahan terpenting di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya minat masyarakat untuk mengkonsumsi buah ini yang berpengaruh pada perluasan areal pertanian nanas untuk meningkatkan produksi.

Penanaman nanas oleh. masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, tanaman nanas ditanam dengan tanaman muda lainnya secara berdampingan. Cara seperti ini sering disebut dengan sistem tumpang sari. Penanaman tanaman muda ini dimaksudkan untuk menambah kesuburan tanah sekaligus menambah penghasilan keluarga. Tanaman nanas sudah dapat dipanen setelah berumur lima tahun. Oleh karena waktu lima tahun cukup lama untuk menunggu hasil panen sehingga petani seringkali menambah pemasukan dengan menanam tanaman-tanaman muda tersebut di antara tanaman nanas. Kedua, nanas ditanam khusus datam satu lahan secara tersendiri, artinya nanas ditanam tanpa adanya tanaman-tanaman lain di sampingnya.


(46)

berbagai cara. Cara pertarna yaitu dengan membeli bibit nanas yang siap tanam di pasar-pasar tradisional. Bibit yang dijual di pasar-pasar tradisional ini berasal dari berbagai daerah seperti dari Kecamatan Sipahutar sendiri, Balige maupun daerah-daerah lain di luar Sumatera Utara. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dapat memperoleh bibit nanas dengan harga per satu tanaman yang siap ditanam. Cara kedua yaitu dengan memperoleh dari sanak saudara yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman nanas ini. Dengan cara kedua ini bibit nanas itu diperoleh dengan cara pembibitan kemudian setelah umurnya cukup baru di-stek oleh petani tersebut. Bibit nanas ini diperoleh dari kebun-kebun nanas milik masyarakat yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman nanas ini.

Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ditanam dengan jarak yang berbeda-beda. Nanas ditanam pada jarak 60 cm x 60 cm dan jarak antara dua baris 150 cm. Namun, nanas dapat pula ditanam pada jarak 150 cm x 150 cm. Makin rapat jarak tanamnya, makin kecil buah yang dihasilkan. Untuk kebutuhan industri pengalengan (canning) biasanya diperlukan buah yang berukuran kecil (jarak tanam 30 x 40 cm) silindris. Pupuk kandang yang diperlukan 5-10 kg per lubang tanam. Pupuk buatan yang digunakan yaitu 5-100 kg urea, 200 kg TSP, dan 100 kg KCl per hektar.

Pupuk buatan itu diberikan dua kali, yaitu pada umur 4 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam. Walaupun demikian, pemberian pupuk urea yang berlebihan dapat mendorong terjadinya mahkota ganda (mulptiple crown) yang menyebabkan buahnya menjadi kecil dan adakalanya buah ganda.

Pemeliharaan tanaman nanas ini dilakukan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dengan cara yang sederhana. Pemeliharaan selanjutnya ialah pembersihan rumput atau gulma, terutama alang-alang (Imperata cylindrica L.). Adanya gulma pada pertanaman nanas


(47)

dapat menurunkan hasil buah antara 20-42%. Pembuatan saluran-saluran drainase yang baik sangat dianjurkan untuk mencegah serangan penyakit busuk akar dan busuk hati (titik tumbuh).

Hama yang menyerang tanaman nanas yang penting ialah kutu merah, kutu sisik (Diaspis bromeliae Kerner), kutu tepung atau kutu putih (Dysmicoccus brevipes) dan binatang kaki seribu (Scutigerella immaculata Newp) serta nematoda Pratylenchus yang menyebabkan terjadinya bintil-bintil pada akarnya.

Penyakit yang berbahaya ialah cendawan Phytophthora cinnamomi Rand yang menyebabkan busuk hati (titik tumbuh) dan busuk buah bakteri Erwinia chrysanthemi.

Pada pertanaman nanas yang drainasenya tidak baik atau tergenang air, penyakit busuk akar cendawan Phytophthora parasitica mengancam. Selain itu, ada penyakit virus yang menyebabkan daun nanas mengecil dan bergaris kuning yang disebut Emilia sonchifolia (L.) DC. Virus ini disebarluaskan oleh gurem Thrips tabaci Lind. Oleh karena itu, dalam usaha tani komersial yang berskala besar, adanya hama dan penyakit tersebut perlu dicegah sebelum menyerang tanaman.

Adapun peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat dalam perawatan penanaman nanas adalah seperti cangkul, pompa, arit, dan babat. Cangkul ini biasa digunakan untuk membersihkan lahan-lahan yang ada di sekitar tanaman nanas tersebut. Pompa, ini digunakan untuk menyemprot nanas tersebut. Arit dan babat memiliki fungsi yang sama, biasanya arit dan babat digunakan untuk memotong rumput yang tumbuh di sekitar tanaman nanas.

Nanas pada umumnya bisa menghasilkan buah dan dapat dipanen ketika sudah mencapai usia lima tahun. Tanaman nanas ini dapat dipanen sebanyak dua kali setahun. Biasanya waktu panen tidak dapat ditentukan, tetapi pada umumnya nanas akan


(48)

menghasilkan buah yang lebih banyak dari biasanya. Buah nanas harus dipanen setelah tua benar atau matang pohon. Tanda buah dapat dipanen ialah matanya telah datar dan tampak jarang, apabila dipukul (diketuk) akan mengeluarkan suara menggema. Buah nanas yang mulai matang akan mengeluarkan aroma khas. Bulan-bulan panen besar ialah Desember, Januari dan Juli. Produksi nanas di Indonesia tahun 2000 adalah 601.450 ton dari areal 18.840 ha.

Tidak seperti pohon karet yang waktu panen getah (penyadapan) yang harus dilakukan pada pagi hari agar menghasilkan getah yang maksimal, pemetikan buah nanas ini tidak mengenal waktu tertentu. Pemetikan buah nanas dapat dilakukan kapan saja, baik itu pagi hari, siang ataupun sore. Dalam hal pemetikan buah nanas, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 mengusahakan cara yang terbaik agar buah tersebut tidak rusak. Untuk itu dipekerjakanlah orang yang sudah terbiasa, melakukan hal tersebut.

Pemetikan buah nanas dapat dilakukan oleh keluarga atau oleh tenaga kerja upahan. Pemetikan buah oleh keluarga dilakukan apabila jumlah tanaman nanas hanya sedikit atau pada saat harga sedang rendah. Pemetikan oleh tenaga kerja keluarga ini umumnya dilakukan dengan cara yang sangat berhati-hati. Pemetik buah nanas upahan dilakukan apabila tenaga kerja keluarga tidak dapat memetik buah nanas mereka karena jumlah tanaman yang dimiliki sangat banyak dan pada saat harga nanas tinggi. Berbeda dengan tenaga kerja keluarga, tenaga upahan selalu melakukannya dengan cara yang kurang hati-hati, sehingga banyak buah nanas yang berlobang akibat salah pemetikan, cabang yang patah dan sebagainya. Cara ini dilakukan karena tenaga kerja cenderung memetik buah nanas dengan cepat agar pekerjaan lekas selesai sehingga dapat segera pulang.


(49)

harga nanas rendah, pemetikan buah nanas dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan, hasil panen tidak cukup untuk membayar upah tenaga kerja upahan. Pemetikan buah nanas pada saat harga rendah seringkali menyebabkan kerugian pada si petani, namun meskipun demikian pemetikan harus tetap dilakukan agar buah nanas tidak rusak.

3.3Pembiayaan, Tenaga Kerja dan Pemasaran

Dalam menjalankan sebuah kegiatan tentunya tidak terlepas dari biaya atau modal, karena tanpa adanya modal maka kegiatan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Demikian halnya dengan kegiatan budidaya pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 tentunya sangat memerlukan modal. Modal yang dipergunakan untuk pertanian nanas ini sangatlah besar, hal ini sesuai dengan hasil yang dicapai apabila nanas yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan harga yang lumayan.

Pertanian nanas membutuhkan modal sejak awal dari kegiatan ini dilakukan. Modal dibutuhkan sejak pengolahan lahan, mendapatkan tenaga kerja, bibit, perawatan sampai kepada memetik hasil panen. Pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 diawali dari pengolahan lahan. Dalam hal mengolah lahan ini sebagian masyarakat menggunakan tenaga kerja upahan. Hal ini sering terjadi karena tenaga kerja keluarga tidak dapat mengerjakan semua lahan yang harus dibersihkan sehingga membutuhkan tenaga kerja upahan agar pekerjaan tersebut cepat selesai. Dalam hal inilah modal diperlukan dalam hal pengolahan tanah yakni untuk biaya tenaga kerja. Tenaga kerja ini tidak hanya diperlukan pada saat pengolahan lahan tetapi juga pada saat penanaman, perawatan tanaman nanas hingga pada pemanenan. Dengan demikian biaya yang harus dikeluarkan oleh seorang petani nanas untuk tenaga kerja diperlukan sejak pengolahan lahan hingga panen. Tanaman nanas tentunya


(50)

membutuhkan perawatan yang maksimal agar menghasilkan kualitas dan kuantitas nanas yang memuaskan. Perawatan nanas ini meliputi pemberian kompos, pupuk, penyemprotan dengan pestisida, pemangkasan cabang, penyiangan rumput dan sebagainya. Dalam seluruh kegiatan ini biayanya harus dikeluarkan yaitu biaya untuk membeli kompos, pupuk dan pestisida.

Pemerolehan modal untuk kegiatan pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini sangatlah beragam. Sebahagian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menggunakan modal sendiri namun tidak jarang juga ada yang meminjam dari orang lain, bank ataupun dengan cara-cara lain. Biasanya cara seperti ini dilakukan oleh petani nanas yang berpenghasilan menengah ke bawah. Keterbatasan modal yang tersedia mengakibatkan sebagian masyarakat harus terlebih dahulu meminjam modal dari orang lain. Biasanya modal ini dikembalikan setelah jangka waktu kesepakatan yang telah dibuat. Modal yang dikembalikan ada yang beserta bunga atau ada yang hanya modal pokok, hal ini tergantung cara peminjaman dan kesepakatan awal antara peminjam dan si pemberi modal. Modal yang digunakan untuk pertanian nanas ini tentunya juga beragam tergantung pada luas lahan, banyaknya tenaga kerja upahan yang digunakan, kondisi lahan, iklim dan cuaca, perawatan dan sebagainya.

Di bawah ini penulis membuat perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh petani nanas per tahun sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar biaya yang diperlukan untuk kegiatan pertanian nanas. Untuk memperoleh data mengenai biaya ini penulis berusaha mengumpulkan informasi dari para petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

Meskipun data ini bukanlah informasi yang bersifat akurat namun membantu. penulis memberikan gambaran mengenai biaya untuk budidaya pertanian. Perbandingan biaya


(51)

tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 7

Perbandingan Biaya Budidaya Pertanian Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 Berdasarkan Jumlah Tanaman Pada Tahun 200019

No

. Jumlah Tanaman Biaya Yang Dikeluarkan Per

Tahun

1 200 Rp.500.000

2 300 Rp. 1.000.000

3 400 Rp. 1.500.000

4 500 Rp. 2000.000

Dalam mengelola usaha pertanian tentunya tidak terlepas dari tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam usaha pertanian karena tanpa adnya tenaga kerja maka kegiatan pertanian akan terbengkalai. Terdapat dua jenis tenaga kerja yang terlibat dalam pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1, yakni dari dalam keluarga petani dan dari luar keluarga atau yang biasa disebut tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya berasal dari penduduk setempat dan terkadang dari luar desa tersebut. Pada pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 hampir semua kebutuhan akan tenaga kerja ini diperlukan pada saat panen.

Tenaga kerja keluarga biasanya diperlukan mulai sejak membersihkan lahan, penanaman, perawatan hingga kepada saat panen buah nanas. Meskipun demikian masih ada

19

Sumber: Wawancara, dengan Tiur br. Silalahi dan Jakob Barus di Desa Sabungan Nihuta Kecamatan Sipahutar ( 23 September 2012).


(52)

petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang menggunakan tenaga kerja upahan sejak dimulainya pengolahan lahan untuk menanam nanas.

Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan dalam hal tenaga untuk mengurus pertanian mereka. Biasanya alasan untuk menggunakan tenaga kerja upahan beragam, pertama karena petani tersebut memiliki pekerjaan lain di luar bertani. Semakin banyak seorang pemilik terlibat dalam aktifitas mata pencaharian lain, semakin mungkin tenaga kerja upahan digunakan. Alasan kedua yaitu apabila musim panen tiba. Biasanya pada musim panen, buah nanas melonjak drastis, untuk itu diperlukan tenaga kerja yang banyak dalam memanennya. Alasan ketiga adalah apabila jumlah pohon nanas yang dimiliki seorang petani sangat banyak sehingga tidak dapat dikerjakan oleh tenaga kerja keluarga. Untuk mengatasi hal tersebut maka biasanya diperlukan tenaga kerja upahan. Dalam pengumpulan tenaga kerja itu biasanya tergantung dalam sistem penjualan nanas tersebut. Jika penjualan nanas dijual dengan sistem borong maka dalam pengumpulan tenaga kerja itu biasanya dilakukan oleh si pembeli dan jika nanas tersebut dijual dengan sistem per kilo maka yang mengumpulkan tenaga kerjanya biasanya pemilik nanas tersebut.

Tenaga kerja ini pasti mendapatkan upah dari pekerjaannya tersebut. Dalam hal ini upah ada yang diberikan oleh petani nanas ataupun oleh si pembeli (tokeh) tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak (pembeli dan petani). Pembayaran upah tenaga kerja ini dibayarkan setelah nanas selesai dipanen dan dikepak dalam kemasan.

Upah yang diterima oleh tenaga kerja ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelum bekerja. Jumlah upah yang diterima pemetik jeruk sejak tahun 1980 hingga tahun 2000 tidak diketahui dengan pasti. Namun menurut keterangan beberapa masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang bergelut dalam pertanian nanas dan dari keterangan beberapa tenaga


(53)

kerja yang sering ikut dalam pemetikan nanas bahwa pada tahun 1980-2000, upah yang diterima seorang pemetik nanas yakni Rp. 15.000,00 per hari20

Perdagangan nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 dilakukan dengan cara yang beragam. Adapun cara memasarkan hasil panen nanas yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sabungan . Selain menerima upah tenaga kerja ini juga menerima fasilitas lain seperti makan siang dan rokok untuk kaum tenaga kerja laki-laki, meskipun fasilitas diberikan namun untuk upah yang diterima hingga penelitian ini selesai dilakukan tidak mengalami peningkatan. Untuk setiap petani yang akan memanen nanasnya harus menyediakan makan siang bagi orang-orang yang turut dalam memetik hasil panen.

Nanas asal Kecamatan Sipahutar sudah dikenal oleh banyak orang baik oleh penduduk lokal maupun penduduk di luar daerah Kecamatan Sipahutar. Hal ini tidak terlepas, dan kualitas rasanya yang cukup disukai oleh konsumen. Nanas asal Kecamatan Sipahutar sudah sampai ke berbagai daerah di luar Sumatera seperti Jawa, bahkan sampai ke luar negeri (Singapore). Demikian juga, nanas asal Desa Sabungan Nihuta 1 yang juga berada di Kecamatan Sipahutar ini sudah diekspor ke berbagai penjuru.

Nanas-nanas hasil pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini tentunya harus dipasarkan karena tujuannya bukan untuk konsumsi keluarga saja. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang memiliki kebun nanas tentunya sudah memikirkan kemana saja hasil panen ini akan dipasarkan dan bagaimana cara memasarkannya, karena pemasaran hasil panen merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum memulai penanaman.

20

Wawancara dengan Saulina Panggabean di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar pada tanggal 12 November 2012.


(54)

Nihuta 1 yaitu, pertama dengan menjual langsung nanas hasil panennya ke pedagang. Dari cara pertama ini bisa dibagi lagi yakni si petani langsung menjualnanasnya kepada pedagang yang lazim disebut tokeh, biasanya dengan cara seperti ini nanas dijual langsung tanpa adanya calo atau agen, dengan dernikian harga akan lebih mahal, dan si petani nanas memasarkan langsung nanas-nanasnya ke berbagai daerah seperti Medan, Pulau Jawa dan sebagainya.

Cara seperti inibiasanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki relasi di berbagai daerah dan memiliki modal yang cukup besar. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang memasarkan hasil nanasnya dengan cara seperti ini biasanya memiliki lahan nanas yang luas serta memiliki alat transportasi sendiri.

Kedua, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 biasanya menjual nanasnya melalui agen-agen yang ada di kampung tersebut. Biasanya hal ini dilakukan apabila jumlah panen nanasnya tidak terlalu banyak sehingga cukup dijual kepada agen nanas tersebut.

Ketiga, masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 sebagian ada juga memilih untuk menjual nanasnya langsung ke pusat pasar karena menurut mereka harga di pusat pasar lebih mahal daripada penjualan di ladang. Jadi, masyarakat lebih memilih untuk menjual ke pasar.

Cara pembayaran nanas-nanas yang sudah dijual juga cukup beragam. Ada beberapa cara pembayarannya seperti dibayar sebelum dipanen dengan cara memborong, dan dibayar setelah nanas tersebut diserahkan langsung kepada pembeli. Cara pembayaran pertama ini sangat sering dilakukan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Biasanya nanas yang sudah besar dan mulai matang sudah ditawar oleh pedagang.

Nanas dibayar dengan cara memborong, artinya nanas tersebut tidak perlu ditimbang berapa beratnya. Seorang pembeli biasanya cukup menaksir berapa banyak buah nanas yang


(55)

bisa dihasilkan dari jumlah tanaman yang ada kemudian menentukan harganya. Dengan cara memborong seperti ini kerugian dalam hal menaksir merupakan resiko si pembeli. Apabila jumlah yang dihasilkan jauh lebih rendah dari yang ditaksirkan maka pembeli tersebut tidak dapat menuntut si petani, demikian sebaliknya apabila jumlah nanas yang dihasilkan lebih banyak dari hasil taksiran maka si petani tidak dapat menuntut pembeli tersebut.

Cara pembayaran yang kedua adalah pembayaran langsung. Pembeli akan membayarkan sejumlah uang tunai kepada si petani setelah nanas berpindah tangan. Setelah selesai dipanen nanas dimasukkan ke dalam keranjang kemudian ditimbang, baru diserahkan kepada pembeli. Harga dari nanas tersebut merupakan hasil kesepakatan antara pembeli dan petani. Pembeli membayar uang sesuai dengan jumlah berat nanas yang dikalikan dengan jumlah harga yang telah disepakati bersama.

Dalam hal pemasaran nanas tentunya diperlukan sarana pengangkutan. Sarana, pengangkutan ini diperlukan mulai dari mengangkut tenaga kerja ke kebun. Tenaga kerja yang diangkut ini terutama tenaga kerja upahan dari luar Desa Sabungan Nihuta 1. Transportasi ini juga diperlukan dalam pengangkutan nanas mulai dari kebun sampai ke tangan si pembeli. Sarana transportasi yang biasanya digunakan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini adalah truk, mobil dengan bak terbuka dan juga sepeda.

Biaya pengadaan sarana pengangkutan ini harus ada kesepakatan antara petani nanas dengan pembeli. Biaya pengangkutan ini juga terkait dengan cara yang digunakan dalam memasarkan hasil panen nanas tersebut. Pengangkutan diperlukan terutama jika ladang atau lokasi nanas yang hendak dipanen tidak berada di pinggir jalan raya, karena apabila lokasi nanas berdampingan dengan jalan raya maka biaya untuk pengangkutan tidak perlu dikeluarkan.


(56)

Ada beberapa cara yang digunakan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 dalam hal penetapan tanggung jawab biaya pengangkutan. Pertama, jika lokasi nanas yang hendak dipanen itu cukup jauh dari jalan raya maka si pembeli dan si pemilik nanas membuat kesepakatan untuk biaya transportasi. Setelah adanya kesepakatan maka pihak yang sudah diserahkan tanggung jawab harus melaksanakannya. Kedua, jika lokasi berada di bukit-bukit maka nanas diangkut dengan cara dipikul kemudian dikumpulkan di lokasi yang bisa dijangkau oleh truk atau pick-up. Biaya untuk orang yang memikul nanas tersebut dikenakan kepada si pemilik nanas.


(57)

BAB IV

PENGARUH PERTANIAN NANAS TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA SABUNGAN NIHUTA 1 TAHUN 1980-2000

Pertanian nanas yang sudah mulai dilakukan oleh masyarakat Desa Sabungan Nihuta sejak tahun 1980 itu ternyata sangat berpengaruh terhadap berbagai sendi kehidupan masyarakatnya maupun terhadap perkembangan desa tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 semakin banyak yang mengikuti budidaya tanaman nanas ini karena mereka telah melihat banyaknya keberhasilan yang diraih oleh petani-petani nanas sebelumnya. Ada beberapa hal dalam kehidupan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang sangat banyak mengalami perubahan dan merupakan pengaruh dari pertanian nanas tersebut. Perubahan ini terjadi pada beberapa hal seperti, tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan pola hidup.

4.1. Tingkat Pendapatan

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat juga tidak terlepas dari faktor pengaruh yang datang dari luar masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini ada yang sedikit dan juga ada yang sangat menyolok, ada yang lambat dan ada juga yang cepat. Perubahan tersebut hanya akan diketahui apabila dilakukan penelitian terhadap suatu masyarakat pada satu waktu dan membandingkannya dengan susunan kehidupan masyarakat tersebut dalam waktu lampau. Pertanian nanas di Desa Sabungan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini dapat


(58)

dilihat dari peningkatan pemasukan per tahun. Adapun garis besar dari peningkatan tingkat pendapatan petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 8

Perkembangan Tingkat Pendapatan Petani Nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 Pada Periode 1980-200021

No

.

Tahun Jumlah Pendapatan Petani Nanas/ Tahun

1 1980 Rp 0,00

2 1985 Rp 24.000.000,00

3 1990 Rp 35.000.000,00

4 1995 Rp 66.000.000,00

5 2000 Rp 90.000.000,00

Dari tabel di atas tampak jelas bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 ini sangat berperan pada peningkatan pendapatan para petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1.

Kemajuan suatu desa pada umumnya bergantung pada faktor sikap mental masyarakatnya. Pertanian nanas di desa ini sangat banyak mempengaruhi perkembangan suatu daerah dan juga perkembangan masyarakatnya. Pertanian nanas di Desa Sabungan

21

Sumber: Wawancara, Saut Simorangkir di Desa Sabungan Nihuta 1 Kecamatan Sipahutar ( 29 Oktober 2012).


(59)

Nihuta 1 ternyata mampu meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Hal ini tampak dari segi bangunan fisik perumahan yang semakin mengalami kemajuan.

Sejak masyarakat menggeluti budidaya pertanian nanas, bangunan-bangunan perumahan yang dahulunya hanya merupakan bangunan sederhana yaitu perumahan yang beratapkan ijuk, berdinding bambu dan berlantai tanah kini telah berubah dengan bangunan semi permanen dan permanen.

Meningkatnya pendapatan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat konsumsinya. Hal ini terjadi karena seseorang tersebut telah memiliki uang untuk membeli apa yang diinginkan. Demikian halnya dengan petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang tingkat pendapatannya semakin meningkat, yang turut mempengaruhi tingkat konsumsinya. Pada awalnya pertanian masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 hanya untuk kebutuhan pokok keluarga saja, namun setelah adanya pertanian nanas, maka hasil pertanian ini tidak hanya ditujukan pada kebutuhan pokok keluarga tetapi juga kepada kebutuhan sekunder seperti membeli televisi dan peralatan rumah tangga lainnya, membangun rumah, membeli tanah dan sebagainya.

Peningkatan pendapatan para petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 memungkinkan masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersier. Adapun kebutuhan- kebutuhan tersier tersebut antara lain angkutan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Semakin meningkatnya pemasukan seseorang memungkinkan semakin terpenuhinya dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Tidak sedikit petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 yang telah berhasil memenuhi ketiga jenis kebutuhan pokok yakni kebutuhan primer, sekunder dan juga tersier.


(60)

4.2. Kehidupan Sosial Masyarakat

Peningkatan pendapatan petani nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakatnya yang juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dalam berbagai hal seperti meningkatnya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yang mengadakan ulaon adat (pesta adat) semakin rajin masyarakat desa ini mendatangi pesta setiap tahunnya. Dulunya sebelum adanya pertanian nanas masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat jarang yang melaksanakan pesta perkawinan ataupun pesta yang lainnya. Ini dikarenakan masih rendahnya kehidupan ekonomi masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akibatnya banyak masyarakat disana hanya menikah dengan pemberkatan saja tetapi pesta adatnya tidak ada, dan biasanya ini disebut pamasu-masuan. Setelah berkembangnya pertanian nanas di Desa Sabungan Nihuta 1 berpengaruh pula pada masyarakat yang mengadakan pesta pernikahan semakin lebih baik.

Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 khususnya etnik Batak Toba masih terikat dengan namanya adat-istiadat. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini memiliki kebiasaan apabila salah seorang penduduk yang akan mengadakan suatu pesta maka masyarakat lainnya akan ikut membantu baik dalam tenaga maupun dana yang biasanya diberikan uang pada saat pesta berlangsung secara sukarela. Dengan meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini maka niat masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 ini untuk menghadiri pesta dan jumlah uang dikeluarkan juga semakin meningkat.

Masyarakat juga memiliki satu kebudayaan yang dilaksanakan setiap tahunnya begitu juga dengan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 yaitu pesta kerja tahun (pesta gotilon) yang biasa disebut dalam bahasa Indonesia adalah pesta tahunan. Dalam kerja tahun ini


(61)

biasanya masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 melaksanakannya pada setiap pertengahan tahun. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa interaksi masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih sangat erat meskipun kehidupan mereka sudah meningkat setelah memiliki tanaman nanas.

4.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan dan berbagai belenggu sosial yang menghambat tercapainya kesejahteraan bersama.22 Pendidikan dapat diperoleh dari keluarga, penduduk sekelilingnya serta pengalamannya sendiri yang diperoleh dari sekolah atau pendidikan yang bersifat formal lainnya bukanlah suatu masalah, karena semua orang memerlukan pendidikan dan cara-cara yang praktis untuk mencapai tingkat perkembangan yang dikehendaki dan zaman ke zaman tidak sama serta kehidupan hidup setiap waktu demikian pula.23

Pendidikan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan berbekal pendidikan yang cukup maka manusia dapat meningkatkan kehidupannya. Biasanya tingkat pendidikan suatu masyarakat dapat diketahui berdasarkan tindakannya sehari-hari. Namun bukan berarti bahwa pendidikan merupakan syarat mutlak untuk mencapai sesuatu atau berbagai tujuan hidup akan tetapi perubahan tata cara kerja, kemampuan untuk berbuat dapat dilihat dari pendidikan yang diperoleh sebelumnya. Antara masyarakat dan pendidikan selalu terdapat

22

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo (ed.), Sejarah Pendidikan Di Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983, hal. 10.

23


(62)

suatu kaitan yang bersifat dialektis, yaitu bahwa pendidikan merupakan produk masyarakat dan dalam berbagai hal pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan perubahan masyarakat.24

Biaya seringkali membuat seseorang yang pada akhimya tidak bisa mendapatkan pendidikan. Hal ini sering terjadi pada masyarakat yang memiliki pendapatan menengah ke

Besarnya manfaat pendidikan bagi kehidupan seseorang menyebabkan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 menyadari bahwa pendidikan itu merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 sadar bahwa pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk, kepentingan dirinya juga lingkungannya.

Pandangan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 akan pentingnya pendidikan tersebut menyebabkan setiap orang tua berusaha untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kehidupan anak-anaknya kelak jauh lebih baik dari orang tuanya.

Keinginan masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 untuk menyekolahkan anak-anaknya tentu harus didukung oleh sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang dimaksud adalah seperti tersedianya gedung sekolah, guru, bahkan sarana dan prasarana lainnya yang dapat menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang baik.

Untuk menempuh pendidikan tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini diperlukan sejak anak mulai masuk sekolah seperti biaya seragam, buku, uang saku dan sebagainya. Untuk itu tidak mengherankan apabila masyarakat menganggap bahwa pendidikan itu merupakan, sesuatu yang sangat mahal.

24


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Ashari, Sumeru, Hortikultura Aspek Budidaya, Jakarta: UI Press, 1995.

Asmara, Andar,”Sejarah Perkembangan Desa Baja Ronggi Ditinjau Dari Sudut Sosial Ekonomis 1965-1983”, Skripsi S-I, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1985. Bangun, Payung, Tradisi dan Perubahan, Medan: Monora, 1998.

Gilarso, T, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

Gootschalk,Louis, Understanding History, Mengerti Sejarah, (Terj) Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press,1985.

Jumin, Hasan Basri, Dasar-dasar Agronomi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2004. Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Masjkuri dan Sutrisno Kutoyo(ed.), Sejarah Pendidikan di Sumatera Utara, Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.

Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES, 1989.

Satraatmadja, Entang, Ekonomi Pertanian Indonesia ( Masalah, Gagasan, Strategi ), Bandung: Angkasa, 1991.

Sjahrir, Analisis dan Metodologi Ekonomi Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Sunarjono,Hendro, Prospek Berkebun Buah, Jakarta: Penebar Swadaya, 2000.


(2)

62 Tambunan, Tulus T.H, Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia (Beberapa Isu

Penting), Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Tri Cahyono, Bambang, Kebijakan Pertanian, Andi Offset.


(3)

(4)

66 Lampiran I

Gambar Peta Kabupaten Tapanuli Utara


(5)

Lampiran II

Gambar Peta Kecamatan Sipahutar


(6)

68 Lampiran III

Gambar Perkebunan Nanas Desa Sabungan Nihuta I