Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kebiasaan Makanan Ikan Batak (Neolissochilus Sumatranus) Di Sungai Asahan Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
danau terluas yaitu Danau Toba yang mengalirkan airnya ke sungai Asahan.
Sungai Asahan digunakan sebagai tempat untuk pembangkit tenaga listrik dan
juga berperan sebagai habitat bagi ikan yang khas bagi masyarakat Sumatera
Utara. Salah satu ikan yang ditemukan di sungai Asahan dan anak sungai Asahan
adalah ikan batak (Neolissochilus sumatranus).
Sungai Asahan merupakan perairan lotik yang mempunyai kecepatan arus
yang tinggi. Secara geografis terletak pada 2056’46,2” LU dan 99051’51,4” BT
dan merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera Utara, Indonesia. Sungai ini
mengalir dari mulut Danau Toba, melintasi Kota Tanjung Balai dan berakhir di
Teluk Nibung, Selat Malaka. Daerah ini dibatasi oleh kontur ketinggian yang
mengelilingi danau dan melintasi desa Porsea. Sungai Asahan sepanjang 150 km
mengalirkan air keluar dari Danau Toba (Loebis, 1999).
Ada 4 jenis ikan batak yang ditemukan di Sungai Asahan yaitu :
Neolissochilus sumatranus, Tor soro, Tor douronensis dan Tor tambroides. Ikan


batak (Neolissochilus sumatranus) merupakan anggota Famili Cyprinidae dengan
karakteristik morfologi lebar badan 3,1-3,5 kali lebih pendek dari panjang
standard; memiliki 7-8 sisik di depan sirip punggung dan 4 baris pori-pori pada
masing-masing sisi moncong dan dibawah mata; alur dibagian belakang sampai
ke bibir bawah terputus dibagian tengah. Wilayah penyebaran

ikan batak

(Neolissochilus sumatranus) di Indonesia ada di Sumatera (Kottelat et al., 1993).
Ikan batak memiliki nilai ekonomis dan budaya penting khususnya bagi
suku batak. Ikan batak merupakan jenis ikan yang dimakan pada waktu upacara
adat oleh masyarakat suku Batak dari Sumatera Utara. Ikan ini telah lama
dipercaya mempunyai nilai khusus, baik sebagai obat berbagai penyakit yang
tergolong berat maupun yang sulit disembuhkan. Selain itu ikan batak juga

Universitas Sumatera Utara

dipercaya dapat membawa keberkahan dalam kehidupan. Oleh karena itu ikan
batak digunakan untuk berbagai macam upacara adat, baik untuk perkawinan
maupun pesta adat lainnya. Pada saat ini untuk mendapatkan ikan ini tidaklah

mudah karena jumlahnya yang semakin berkurang. Ancaman yang sangat serius
adalah

karena

kualitas

habitatnya

menurun

terutama

disebabkan

oleh

penggundulan yang mempertinggi kekeruhan air, pencemaran oleh zat kimia
seperti pestisida, awetan kayu, dan perubahan aliran sungai (Tjahjo et al., 1995)
Ikan batak adalah ikan sungai yang tersebar luas di Sumatera Utara,

sehingga kualitas air sungai sangat menentukan keberadaan ikan batak. Menurut
Lloyd (1980), air sebagai lingkungan tempat hidup organisme perairan harus
mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan organisme tersebut. Kualitas air
tidak hanya menentukan bagaimana ikan akan tumbuh tetapi juga bagaimana
bertahan hidup. Air bukanlah hanya air saja, tetapi juga mengandung berbagai
bahan kimia lain, apakah dalam bentuk yang larut atau dalam bentuk partikel.
Kualitas air sangat penting, tidak hanya untuk ikan tetapi juga untuk semua
kehidupan yang ada di dalam perairan. Pada perairan alami, kualitas air
mempengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tumbuhan air, ikan, plankton
dan sebagainya). Beberapa parameter fisika dan kimia perairan yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan adalah suhu, oksigen terlarut, karbondioksida
bebas, nitrogen-fosfat dan pH.
Populasi ikan di perairan ditentukan oleh faktor makanan yang tersedia.
Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi ikan
tersebut

antara lain jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya

tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi
tersebut. Makanan yang telah digunakan oleh ikan tadi akan mempengaruhi

pertumbuhan, kematangan bagi setiap individu ikan serta keberhasilan hidupnya.
Keberadaan makanan dalam perairan sungai sangat terpengaruh oleh kondisi
biotik dan ditentukan pula oleh kondisi abiotik lingkungan (Effendie, 1997).
Populasi ikan batak yang cenderung menurun dapat menyebabkan
berkurangnya populasi akhirnya dapat menyebabkan kepunahan. Strategi
pengelolaan yang tepat diperlukan untuk menghindari kepunahan ikan batak.

Universitas Sumatera Utara

Untuk pengembangbiakan ikan batak agar keberadaannya tetap terjaga baik di
perairan umum maupun kolam masyarakat, perlu terlebih dahulu dilakukan kajian
tentang lingkungannya seperti faktor fisika, kimia dan apa yang biasa dimakan
(food habit) oleh ikan batak tersebut sehingga dapat dijadikan dasar dalam kajian
pembudidayaannya. Untuk menggali informasi yang lebih mendalam maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan batak
(Neolissochilus sumatranus), aspek biologi yang meliputi hubungan panjang berat
serta faktor kondisi dan kualitas perairan habitat ikan batak (Neolissochilus
sumatranus)

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kebiasaan makanan ikan batak (Neolissochilus sumatranus) di
Sungai Asahan?
2. Bagaimana kualitas perairan di Sungai Asahan?
3. Bagaimana hubungan antara kualitas perairan dengan kebiasaan makanan
ikan batak (Neolissochilus sumatranus)?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kebiasaan makanan ikan batak (Neolissochilus
sumatranus) di Sungai Asahan.

2. Untuk mengetahui kualitas perairan di Sungai Asahan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas perairan dengan kebiasaan
makanan ikan batak (Neolissochilus sumatranus).

1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan

informasi

tentang


kebiasaan

makanan

ikan

batak

(Neolissochilus sumatranus) di Sungai Asahan.
2. Memberikan informasi tentang kualitas perairan di Sungai Asahan.
3. Memberikan informasi tentang hubungan antara kualitas perairan dengan
kebiasaan makanan ikan batak (Neolissochilus sumatranus).

Universitas Sumatera Utara