Sistem Pengolahan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Universitas Hkbp Nomensen Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dibawah
pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama yakni
membantu perguruan tinggi tersebut.
Pengertian perpustakaan perguruan tinggi menurut Sjahrial (2000,4) “adalah
perpustakaan tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang
berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi,
perpustakaan sekolah tinggi”.
Dengan demikian, perpustakaan dapat diartikan secara luas sebagai salah
satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis, untuk di
gunakan oleh pemakaisebagai sumber informasi sekaligus sebagai sumber sarana
belajar yang menyenangkan.
Menurut ( UU NO 43. TAHUN 2007 )
Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang berada atau didirikan di suatu perguran tinggi
baik berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, dan perguruan tinggi

lainnya yang sederajat untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan
kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peranan yang penting dalam mencapai
tujuan perguruan tinggi dimana perpustakaan tersebut bernaung sehingga sudah
semestinya setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki perpustakaan yang dapat
dimanfaatkan secara maksimal.Sebagai bagian integral dari suatu perguruan
tinggi, perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk
menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Darma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat.

4
Universitas Sumatera Utara

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpusnas RI (2000,4)
perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan yaitu:
1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara
mengumpulkan , mengelola, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan

informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai demgam kurikulum yang berlaku.
2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan,
mengelola, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para
peneliti.
3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui
kegiatan megumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebar
luaskan informasi bagi masyarakat.

2.1.3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu tugas yang harus
dilaksanakan dalam perpustakaan tersebut.Sebagai unsur penunjang perguruan
tinggi dalam mencapai visi dan misinya.
Fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pusat pelestarian ilmu pengetahuan.
2. Pusat belajar.
3. Pusat pengajaran.
4. Pusat penelitian.
5. Pusat penyebaran informasi. (Perpusnas RI 2000,5)
Perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Edukasi. Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas

akademika.
2. Fungsi Informasi. Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah
diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset. Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder
yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Fungsi Rekreasi. Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna
untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna
perpustakaan

5
Universitas Sumatera Utara

5. Fungsi Publikasi. Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas
akademik dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit. Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan
pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interpretasi. Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan
memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya

untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. (Depdiknas 2004,3).
Berdasarkan uraian tersebut maka fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai
fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi,
fungsi deposit dan fungsi interpretasi bagi pengguna perpustakaan dalam
mencapai visi dan misi perguruan tinggi.

2.1.4 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Tugas perpustakaan merupakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan
untuk dilakukan di perpustakaan Setiap perpus memiliki tugas yang diberi oleh
lembaga induk yang menaunginya.
Tugas perpustakaan adalah menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara
dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana dan
pemanfaatannya, dan melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan
informasi dan bahan bacaan (Sutarno 2006,53).
Selain itu dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2000,5),
“Tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.
2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam
rangka studinya.

3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang
diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha
menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang di perlukan bagi pra peneliti.
4. Memuktahirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik
berupa tercetak maupun tidak tercetak. Berdasarkan uraian diatas maka tugas

6
Universitas Sumatera Utara

perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan, merawat dan mengadakan
bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna untuk menyelesaikan semua
kinerja yang dibutuhkan.

2.2 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka
Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat
menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai
peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang
sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyegarkan dan menyenangkan.
Perpustakaan member kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu
pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan

akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat di peroleh data atau
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.
Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta
mengolahnya agar dapat di sajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka
tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka
dilayankan kepada pengguna terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis
untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Kegiatan pengolahan bahan pustaka ialah kegiatan yang diawali sejak
koleksi diterima meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan,
pengemasan agar tersusun rapi, mudah di telusuri kembali(temu balik informasi)
dan di akses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan
mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap
dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengolah dalam
pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan
konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi. (Suwarno, Wiji
2007:46)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan bahan
pustaka adalah suatu kegiatan diperpustakaan yaitu proses pengolahan,
penyusunan, penyimpanan, dan perawatan bahan pustaka guna untuk menjalankan
tugas atau kinerja diperpustakaan.


7
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Tujuan Pengolahan Bahan Pustaka
Sebelum membahas lebih dalam tentang pengolahan bahan pustaka di
perpustakaan, ada baiknya dipaparkan terlebih dahulu tujuan utama dari
pengolahan bahan pustaka. Adapun tujuan utama dari pengolahan bahan pustaka
adalah:
1. Untuk mempermudah pengaturan koleksi yang ada agar siap pakai dan berdaya
guna secara optimal.
2. Agar semua koleksi dapat ditemukan/ditelusur dan dipergunakan dengan
mudah oleh pemakai, karena pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan yang
berurutan, mekanis dan sistematik.

2.2.2 Fungsi Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka memiliki fungsi sebagai prosedur yang
mengolah koleksi bahan pustaka, dengan adanya pengolahan bahan pustaka, suatu
perpustakaan akan menjadi lebih berstruktur. Oleh karena itu juga setiap bahan
pustaka atau informasi yang dibutuhkan oleh pengguna sedapat mungkin harus

disediakan olehperpustakaan. Disamping itu perpustakaan harus mampu
menjamin bahwa setiap informasi atau koleksi yang berbentuk apapun mudah
diakses oleh masyarakat pengguna yang membutuhkan.
Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan dapat dimanfaatkan
atau ditemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan sistem pengolahan
dengan baik dan sistematis yang biasa disebut dengan kegiatan pengolahan
(processing of library materials) atau pelayanan teknis (technical service).

2.3 Tahapan Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka suatu kegiatan yang meliputi Inventarisasi,
Katalogisasi, klasifikasi dan pelabelan serta penyampulan bahan pustaka.

8
Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Inventarisasi
Inventarisasi adalah pencatatan atau pendaftaran milik kantor (sekolah,
rumah tangga dan lain-lain) yang dipakai dalam melaksanakan tugas. Pengertian
lainnya, pencatatan atau pengumpulan data tentang kegiatan, hasil yang dicapai
dan lain-lain.

Bahan pustaka baik buku maupun majalah, koran atau yang lainnya yang
telah ada diperpustakaan perlu diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya
guna bagi pemakai. Pemesanan dan penerimaan bahan pustaka merupakan
kegiatan awal yang harus dilakukan dan serangkaian kegiatan diperpustakaan.
Bahan pustaka yang diterima diperpustakaan dapat berasal dari pembelian, tukar
menukar, maupun sebagai hadiah.
Menurut Sutarno (2006) kegiatan Inventarisasi merupakan kegiatan yang
terdiri dari pemeriksaan dan pengecekan bahan pustaka atau koleksi yang datang
ke Perpustakaan dan pembubuhan stempel Perpustakaan pada bagian atau lembar
tertentu pada seetiap buku milik Perpustakaan. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa inventarisasi adalah sutu proses pemberian identitas atau
nomor induk untuk setiap buku yang datang keperpustakaan dimana setiap buku
memiliki identitas yang berbeda.
Kegiatan inventarisasi terutama bertujuan agar pepustakaan dapat
mengontrol pemiliknya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat
laporan, menyusun statistik, menerima khasanah bahan pustaka yang dimiliki atau
mengetahui bahan pustaka yang belum atau sudah dimiliki. Selain itu dapat
diketahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan pada kurun
waktu tertentu dan mengetahui bahan pustaka yang hilang.
Pada intinya, kegiatan inventarisasi bahan pustaka ini adalah pencatatan semua

bahan pustaka milik perputakaan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan atau
pustakawan.
Adapun langkah-langkah menginventarisasi buku adalah:
1. Pemberian stempel buku
Semua buku yang sudah masuk diperpustakaan harus perlu dibubuhi stempel.
Tempat-tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu: dibalik halaman judul, bagian

9
Universitas Sumatera Utara

tengah halaman, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir,
dan pada halaman yang dianggap rahasia.
Stempel itu ada bermacam-macam. Ada stempel inventaris dan stempel identitas
perpustakaan. Stempel inventaris dibubuhkan dibubuhkan dibalik halaman judul
yang memuat nama perpustakaan, kolom tanggal, serta nomor inventaris.
Sedangkan nomor inventaris perpustakaan yang bersangkutan diletakkan dibagian
yang dianggap perlu. Misalnya pada halaman judul, ditengah-tengah buku, dan
dibagian akhir buku.
2. Pemberian nomor buku.
Setiap buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan, yang harus disusun

dirak buku harus diberikan nomor. Pemberian nomor tidak hanya nomor induk
saja,
tetapi juga pemberian nomor berdasarkan klasifikasi (call number). Nomor induk
adalah nomor urut buku yang sudah ada dari nomor satu sampaii nomor terakhir
menunjukkan nomor buku. Nomor induk menandai setiap buku dalam
perpustakaan dan sangat berguna untuk membedakan buku-buku dengan judul
yang sama atau buku-buku yang dibeli lebih dari satu. Dalam buku induk, data
yang perlu dicatat adalah:
a) Nomor induk
b) Tanggal pembelian/pencatatan
c) Penulis
d) Judul ( tidak perlu seluruh kalimat judul perlu dicatat)
e) Darimana buku diperoleh (toko buku, penyalur, badan penyumbang)
f) Harga
g) Catatan lain ( jumlah halaman, keterangan)

2.3.2 Katalogisasi
Pengguna perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan dengan
bermacam-macam keperluan. Untuk mengetahui buku-buku apa saja yang
dimiliki oleh suatu perpustakaan diperlukan alat bantu yang disebut dengan
katalog perpustakaan. katalog merupakan istilah umum yang sering diartikan

10
Universitas Sumatera Utara

sebagai suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada benda tertentu. Sebagai
istilah umum catalog ini sering dijumpai pada penerbit, tempat pameran, toko
buku, perpustakaan bahkan supermarket sekalipun katalog-katalog tersebut
biasanya memuat informasi-informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat
umum. Sebagai contoh katalog penerbit, merupakan informasi daftar pustaka yang
telah atau akan diterbitkan oleh suatu atau beberapa penerbit yang berisi informasi
tentang pengarang, judul bahan pustaka,edisi, tahun terbit dan harga bahan
pustaka tersebut.
Menurut Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti (2010: 215) “katalog adalah
daftar susunan alfabetis (atau dengan cara lain) tentang suatu barang, item, atau
bahanlain dengan tambahan informasi singkat dari bahan atau item ini,, termasuk
ukuran, warna, atau bahkan harga”.
Sedangkan menurut Siahaan (2013:1) Katalog merupakan sistem temu balik
informasi yang utama diperpustakaan. Tanpa katalog pengguna akan mengalami
kesulitan untuk melakukan pencarian terhadap sumber daya informasi yang
tersedia diperpustakaan, katalog perpustakaan berisi uraian ringkas dari data-data
fisik dari sebuah bahan pustaka.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa katalogisasi merupakan
proses pengambilan keputusan

yang

menuntuk

kemampuan

menginterpresentasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal
penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.

Ada beberapa macam bentuk fisik katalog sesuai dengan perkembangan
perpustakaan saat ini yaitu:

1. Katalog cetak atau katalog buku ( printed catalog)
Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustaka yang ditulis atau
dicetak pada lembaran lembaran yang berbentuk buku.
Keuntungannya:
1. Biaya pembuatannya lebih murah
2. Mudah dicetak
3. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain

11
Universitas Sumatera Utara

4. Mudah dibawa kemana-mana
5. Dapat dibuat dalam jumlah eksemplar yang cukup banyak
Kelemahannya:
Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah
dilakukan.
2. Katalog kartu (card catalog)
Bentuk katalognya menggunakan kartu berukuran 7,5 cm x 12,5 cm
Kelebihan katalog berbentuk kartu ini adalah
1. Awet dan tahan lama
2. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak
diperlukan mudah dilaksanakan
3. Ringkas, yaitu hemat dalam tempat
4. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa
pengguna sekaligus
5. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Kartu katalog pengarang, kartu katalog
judul, dan kartu katalog subjek.
6. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat
7. Ekonomis, tidak memerlukan biaya tinggi pada pembuatannya
Kelemahannya:
Satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna harus
antri menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang
sama. Sulitmenggunakannya jika pada jumlah yang besar, karena harus memilahmilah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya.
3. Katalog COM (Computer Output Microform)
Dalam COM rekaman bibliografisnya dibuat dengan microfilm atau mikrofis
sehingga biayanya mahal. Dan untuk dapat menggunakan katalog ini, diperlukan
alat khusus yaitu microreader.
Keuntungannya:
1. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah disbanding katalog buku.
2. Biaya pemeliharaannya lebih murah dari katalog kartu.
3. Bentuknya ringkas dan mudah penyimpanannya
Kelemahannya:

12
Universitas Sumatera Utara

Menggunakan microreader, dan banyak para pelanggan menemukan versi
microfiche tidak menyenangkan digunakan.
4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog)
Sering disebut dengan OPAC (Online Public Access Catalogue). Program aplikasi
yang digunakan diperpustakaan seperti CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Tinlib, dll
Keuntungannya:
1. Penelusuran informasi dapaat dilakukan secara cepat dan tepat
2. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling
mengganggu
3. Jajaran tertentu tidak perlu di file
4. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan
sekaligus, misalnya lewat judul, pengarang, subjek, tahun terbit, penerbit dsb,
yaitu dengan memanfaatkan penelusuran Bolean Logic.
5. Rekaman bibliografis yang dimasukkan kedalam entri katalog tidak terbatas
6. Penelusuran dapat dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi
perpustakaan, yaitu dengan menggunakan sistem jaringan LAN (Local Area
Network) dan WAN (Wide Area Network) (Siahaan 2013 : 4)
Dari beberapa macam bentuk katalog seperti yang tercantum diatas dapat
disimpulkan bahwa setiap bentuk katalog perpustakaan mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam melakukan sistem temu balik informasi.

2.3.2.1 Deskripsi Biblografi
Deskripsi biblografi disebut juga dengan katalogisasi deskriftif yang
merupakan tahap kegiatan dari pencatatan data dari buku atau pemberian identitas
setiap bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam penyusunan deskripsi biblografi di
butuhkan suatu standar agar orang atau pengguna yang membutuhkan informasi
dapat mencari dan menelusur informasi yang dibutuhkan.
Menurut Siahaan, (2013: 5), “Katalogisasi deskriptif adalah kegiatan mencatat
identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran
tentang bahan pustaka yang bersangkutan”.

13
Universitas Sumatera Utara

Seperti yang dinyatakan oleh siahaan (2013: 9) deskrifsi bibliografi buku adalah
sebagai berikut:
1. Sumber informasi utama deskripsi buku adalah

Tabel 2.1 DAERAH

SUMBER INFORMASI UTAMA

Judul dan pernyataan tanggung jawab

Halaman judul

Edisi

Halaman judul, halaman lain, kolofon

Publikasi

Halaman judul, halaman lain, kolofon

Deskripsi fisik

Terbitan yang bersangkutan

Seri

Halaman judul seri, halaman judul, kulit
buku, bagian dari publikasi
Sumber apa saja
Sumber apa saja

Catatan
Nomor standart dan harga

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sumber informasi utama deskripsi
buku adalah daerah judul dan penanggung jawab, edisi, publikasi, deskripsi fisik,
seri, catatan, nomor standar dan harga.

2. Tanda baca
Dalam peraturan katalogisasi deskriftif digunakan tanda baca yang setiap
daerah deskripsi nya telah ditentukan. Berikut ini adalah penggunaan tanda baca
terhadap susunan deskripsi seperti yang dituliskan (Siahaan, 2013 : 10)
a. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab
Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Judul utamaa = judul pararel : judul lain
atau anak judul / pernyataan kepengarangan yang pertama , pernyataan
kepengarangan yang kedua dan selanjutnya ; pernyataan kepengarangan
berikutnya yang berbeda peran dan kontribusinya
b. Daerah edisi
Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi
,-- Pernyataan edisi / pernyataan tanggung jawab ; pernyataan tanggung jawab
kedua dan selanjutnya sesuai dengan edisi
c. Daerah terbitan dan publikasi
Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi

14
Universitas Sumatera Utara

.-- Tempat terbit : nama penerbit , tahun terbit
d. Daerah deskripsi fisik
Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi
Jumlah halaman : pernyataan iliustrasi ;ukuran + bahan yang disertakan
e. Daerah seri
Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi
.--pernyataan seri : pernyataan anak seri ; nomor seri
f. Daerah catatan
Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru
g. Daerah nomor standar dan harga
Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru

2.3.2.2 Penentuan Tajuk Entri Utama
Dalam proses katalogisasi, hal yang dilakukan adalah membuat konsep
entri utama, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu buku atau karya.
Tajuk entri utama adalah uraian lengkap katalog dari sebuah buku yang dibuat
sebagai dasar untuk pembuatan entri-entri lainnya. Tajuk entri utama biasanya
merupakan entri pengarang, yaitu uraian katalog dengan tajuk biasanya berupa
nama pengarang. Menurut Siahaan (2013 : 31) “Tajuk entri utama adalah kata
pertama yang dicantumkan dalam katalog utama, disebut juga sebagai tajuk
(heading) suatu karya (bahan pustaka)”.
Menurut Siregar (2013 : 43) tujuan dari pada pendekataan pada pengarang
adalah untuk mengetahui:
a. Apakah bahan pustaka tertentu dapat diketahui pengarangnya ada dalam koleksi
perpustakaan.
b. Bahan pustaka apa saja dari pengarang tertentu ada dalam koleksi
perpustakaan.
A. Cara menentukan tajuk badan korporasi menurut jenis karyanya
Menurut Siahaan, (2013 : 31) badan korporasi ditetapkan sebagai tajuk entri
utama pada suatu karya, apabila karya tersebut memuat/ berhubungan dengan

15
Universitas Sumatera Utara

a. Administrasi yang berhubungan dengan badan korporasi yang bersangkutan,
misalnya: laporan tahunan, kebijaksanaan, kegiatan, keuangan, personalia, hak
milik, dsb
b. Suatu hukum atau kumpulan, peraturan administrasi, perjanjian
c. Suatu laporan panitia, komisi
d. Suatu teks liturgy gereja, sekte
e. Suatu koleksi makalah yang disajikan pada suatu konferensi seperti prosiding.
B. Menurut Siregar (2013 : 43) ada beberapa jenis dari karya, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Karya pengarang tunggal
Karya pengarang tunggal adalah karya yang disusun atau dikarang oleh seorang
pengaraang.
2. Karya pengarang ganda
Karya pengarang ganda adalah karya dua orang atau lebih, yang bersama-sama
menciptakan suatu karya.
3. Karya redaktur
Karya redaktur yang dimaksud disini adalah hanya karya pengarang ganda yang
terdiri dari tiga pengarang dan berada dibawah pimpinan seorang redaktur.
4. Karya campuran
Karya campuran yang dimaksud disini adalah karya terjemahan, saduran, dan
sebagainya.
5. Karya anonim.
2.3.2.3.Mengindeks/ Menentukan Tajuk Subjek
Penentuan tajuk subjek adalah suatu kegiatan menentukan subjek (isi)
buku dalam bentuk kata. Tajuk subjek dapat ditentukan dari judul, daftar isi,
pendahuluan atau timbangan buku. Penentuan tajuk subjek berguna untuk
mengetahui masalah yang akan dibicarakan dalam suatu terbitan dan untuk
memudahkan bahan pustaka yang membahas suatu pokok masalah tertentu yang
sedang dicari oleh pengguna.
Menurut Siregar, (2014 : 21).Fungsi daftar tajuk subjek adalah:
1. Mencatat istilah-istilah yang digunakan dalam katalog, indeks, atau pangkalan
data.(daftar hendak untuk istilah indeks) kata-kata indeks dan bentuknya.
16
Universitas Sumatera Utara

2. Member rekomendasi menguasai pembuatan acuan, untuk memandu pemakai
dalam hal istilah yang berkaitan (menunjukkan hubungan semantik khusus nya).
Dalam penentuan tajuk subjek ada beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh
perpustakaan untuk menjaga keseragaman dalam mengindeks, seperti yang
dikemukakan oleh (Perpustakaan Nasional, 1994: 22).
Untuk menentukan tajuk subjek suatu buku biasanya dipergunakan beberapa
pedoman yaitu:
1. Library Of Congress Subject Heading (LCSH)
Pedoman ini digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam
jumlah besar, dipergunakan untuk menentukan subjek buku ini secara detail.
2. Sears Lists Subject Headings
Pedoman penentuan subjek secara umum, biasanya digunakan pada perpustakaan
yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
3. Medical Subjek Headings (MeSH)
Pedoman ini digunakan khusus untuk bidang kesehatan dan kedokteran.
4. Pedoman tajuk subjek untuk perpustakaan, yang diterbitkan oleh pusat
pembinaan perpustakaan departemen pendidikan dan kebudayaan
2.3.3 klasifikasi
Klasifikasi merupakan suatu pengelompokan yang sistematis dari
sejumlah objek, gagasan, buku atau benda-benda lain kedalam kelas atau
golongan tertentu berdasarkan cirri-ciri yang sama.
Menurut Siregar, dalam temu kembali informasi yang didalam hal ini
disebut kelas adalah kelompok dokumen yang paling sedikit mempunyai cirri
yang sama. Kegiatan pengelompokan atau pembentukan kelas disebut klasifikasi,
yang dalam kaitannya dengan temu kembali informasi sering disebut klasifikasi
perpusataan (library classification) atau klasifikasi bibliografi (bibliographic
classification) (Siregar, 2013 : 27).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi perpustakaan
adalah proses pengelompokan bahan pustaka menurut nomor kelas dan subjek
guna untuk menyajikan sistem temu balik informasi lebih relevan.
Secara umum klasifikasi terbagi dalam dua jenis, seperti yang dikemukakan oleh
Suwano (2007 : 66) yaitu:
17
Universitas Sumatera Utara

1. Klasifikasi artificial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka
berdasarkan sifat-sifat yang secar kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut.
Misalnya, bahan pustaka berdasarkan warna kulit buku: buku yang berwarna
merah dikelompokkan dengan warna merah, warna kuning dengan warna kuning
dan sebagainya.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan
pustaka berdasarkan isi atau objek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka
meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah.
Dari kedua jenis klasifikasi diatas, dapat diketahui kegunaan klasifikasi bagi
perpustakaan yaitu:
1. Untuk menyusun buku-buku dalam penyimpanannya dirak. Untuk kepentingan
ini, buku yang diberi label untuk tanda buku yang salah satu unsurnya adalah
notasi klasifikasi.
2. Untuk menyusun katalog berdasarkan nomor klasifikasi (clsified catalog).
(Suwarno 2007 :67)
Sistem klasifikasi umum mencakup semua cabang ilmu pengetahuan. Sistem
klasifikasi khususnya mencakup beberapa subjek. Sistem klasifikasi umum yang
banyak digunakan seperti yang dikemukakan (Suwarno 2007 : 76)
1. DDC (Dewy Decimal Classification)
2. UDC ( Universal Decimal Classificaton)
3. LC (Library of Congress Classification)

1. DDC (Dewey Decimal Classification)
DDC merupakan sistem klasifikasi yang paling popular dan paling banyak
pemakainya saat ini. Sistem klasifikasi ini menggunakan desimal dalam
mengembanhkan notasinya dengan menggunakan angka Arab. Sistem klasifikasi
ini telah dikembangkan sejak tahun 1873 oleh seorang pustakawan Amherst
Collage yang bernama Melvil Dewey. Pada garis besarnya sistem klasifikasi ini
menyediakan bagan yang meliputi seluruh bidang pengetahuan yang dibagi
menjadi 10 bidang.
2. UDC (Universal Decimal Classification)

18
Universitas Sumatera Utara

UDC seharusnya merupakan ekstensi dari DDC, deterbitkan pertama kali
tahun 1905 dengan nama Classification Decimal.
3. LCC (Library of Congress Classification)
LCC melai dikembangkan pada awal tahun 1899 dan terbit pertama kali pada
tahun 1901. Adanya sistem klasifikasi ini terutama karena kepentingan
perpustakaan “Congress” Amerika yang begitu besar koleksinya dan dirasa
kurang sesuai jika menggunakan system klasifikasi yang lain.
Leksmono (2009) menyebutkan apa yang menjadi keunggulan DDC?
a) Paling banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di dunia.
b) Pembagian bagannya sistematis.
c) Bersifat universal, mencakup semua bidang ilmu pengetahuan.
d) Bersifat fleksibel, dapat menampung subyek-subyek baru.
e) Pembagian kelas logis dan konsisten.
f) Bagan merupakan notasi atau kode yang mudah diingat karena menggunakan
angka murni.
g) Notasi klas dapat digunakan secara sederhana / secara lengkap sesuai dengan
kebutuhan perpustakaan
h) Memiliki indeks agar memudahkan penggunanya.
i) Ada badan / lembaga khusus yang mengawasi perkembangan skema klasifikasi.
j) Pembagian kelas berlaku dari subjek yang umum ke khusus secara hirarki
2.3.3.1 Bagan Klasifikasi DDC
DDC membagi ilmu pengetahuan dari subyek umum ke subyek khusus.
DDC membagi subyek ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas besar atau disebut
juga dengan 10 kelas utama (dijelaskan pada bagan di bawah ini). Selanjutnya
dari masing-masing kelas utama dibagi lagi kedalam 10 bagian yang disebut
divisi, dari masing-masing divisi diperinci lagi ke dalam 10 bagian yang disebut
subdivisi,dan lebih diperinci lagi menjadi bagan lengkap.
Menurut Suwarno Wiji (2007 : 90)
pengelompokan pertama dalam sistem DCC yaitu:
000 – Karya utama
100 – Filsafat
200 – Agama
19
Universitas Sumatera Utara

300 – Ilmu sosial
400 – Bahasa
500 – Ilmu murni
600 – Ilmu Terapan
700 – Kesenian
800 – Kesusasteraan
900 – Sejarah dan Geografi
Pengelompokan 10 sub divisi dari divisi pertama
300 – Imu-Ilmu Sosial
310 – Statistik
320 – Politik
330 – Ekonomi
340 – Hukum
350 – Administrasi Umum
360 – Masalah Sosial dan Pelayanan Sosial
370 – Pendidikan
380 – Perdagangan, Komunikasi dan Transfortasi
390 – Adat Istiadat, Cerita Rakyat
Pengelompokan 10 seksi dari sub divisi
370 – Pendidikan
371 – Faktor-Faktor Pendidikan
372 – Pendidikan Dasar
373 – Pendidikan Menengah
374 – Pendidikan Dewasa
375 – kurikulum
376 – Pendidikan Wanita
377 – Sekolah dan Agama
378 – Pendidikan Tinggi
379 – Pendidikan dan Negara

2.3.4 Pelabelan dan Penyampulan
Menurut Qalyubi (2007 : 67) “pelabelan adalah kegiatan pemasangan
kelengkapan bahan pustaka sebagai identitas buku seperti label buku, dan
lembaran tanggal kembali”.

20
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Suwarno (2010 : 140) bahwa : Pelabelan adalah pemasangan
label pada punggung buku yang berisi call number sesuai dengan yang tertulis
dalam Katalog. Pelabelan ini sebaiknya diketik pada kertas label putih, ataupada
kertas HVS biasa yang digunting satu ukuran (seragam), sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pelabelan suatu kinerja
memberikan perlengkapan terhadap suatu bahaan pustaka sebelum disusun dan
disediakan di rak perpustakaan. Pelabelan dilakukan untuk memudahkan
pengguna mengenali bahan pustaka. Dengan kata lain pelabelan merupakan suatu
pekerjaan memberi perlengkapan pada buku yang terutama juga untuk
dipergunakan sebagai alat perlengkapan dalam tugas perpustakaan melayani
peminjaman dan pengembalian buku.
Dengan demikian sebelum label distempel pada punggung buku, terlebih dahulu
dibuat nomor panggil yang memuat keterangan nomor kelas, tiga huruf nama
tajuk entri utama, nama pengarang utama, dan satu huruf pertama dari judul buku
dengan huruf kecil. Label tersebut ditempatkan pada punggung buku kira-kira 2,5
cm dari bawah dalam posisi buku berdiri, agar jika buku dijajarkan akan tampak
rapi. Contoh label buku Gambar 2.1 Label Buku
375

523

213

221

Nah

Olm

Bas

Jun

J

b

L

k

Menurut Sutarno ( 2005 : 107) pembuatan perlengkapan koleksi bahan pustaka
antara lain:
Label
Kartu buku
Kantong buku
Slip buku
Slip tanggal
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, perlengkapan pada
buku adalah berupa bahan-bahan berupa label, kartu buku, kantong buku, slip
buku, slip tanggal yang dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan kepada
petugas didalam mengolah bahan pustaka (buku).

21
Universitas Sumatera Utara

Bahan pustaka yang telah selesai di bubuhi label harus diberi sampul plastik
dengan tujuan supaya bahan pustaka lebih terawat dan terhindar dari serangga
atau segala jenis perusak bahan pustaka.
2.3.4.1 Penyusunan Buku
Penyusunan buku atau bahan pustaka adaalah suatu proses pengolahan
bahan pustaka, dimana buku atau bahan pustaka yang sudah selesai di katalog, di
klasifikasi dan di beriperlengkapan seperti label di dususun didalam rak sesuai
dengan urutan nomor klas buku atau bahan pustaka.

Menurut Sutarno (2005 : 107) penyusunan bahan pustaka dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1. Penempatan tetap maksudnya bahwa setiap koleksi yang sudah ditempatkan
pada suatu tempat seterusnya berada ditempat tersebut, tidak berubah, jika ada
penambahan disusun pada urutan selanjutnya
2. Penempatan tidak tetap artinya bahwa penematan koleksi bias dipindahkan atau
digeser jika ada enembahan atau pengurangan koleksi dengan yang sama atau
berdekatan.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan
bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penempatan tetap dan
penempatan tidak tetap dengan tujuan agar pengguna lebih nyaman dalam
menelusur bahan pustaka. Menempatkan buku-buku yang sudah diolah dan telah
dilengkapi dengan label didalam rak atau lemari. Buku diatur sesuai dengan sandi
buku yang merupakan kode kelompok subjek atau isi buku.
Dengan demikian dalam penyusunan buku dirak diperhatikan nomor
panggil buku karena fungsinya sebagai petunjuk tempat dan nomor urut dimana
buku harus ditempatkan.
Pada saat menyusun buku atau bahan pustaka, rak tidak boleh diisi terlalu penuh
karena buku akan rusak jika suatu saat pengguna menarik buku dari rak
kemungkinan besar akan merusak bagian depan dan bagian samping buku dan
juga pegawai perpustakaan akan sulit untuk menyususn buku atau biasa di sebut
Shelving.

22
Universitas Sumatera Utara

Setiap tingkat pada rak sebaiknya diisi setengah atau tiga perempatnya
agar buku atau bahan pustaka baru mudah untuk di susun. Tingkat paling bawah
dari setiap rak sebaiknya tidak diisi dengan buku agar tambahan buku mudah
ditempatkan. Karena koleksi umumnya bertambah dengan cepat, mengosongkan
satu tingkat dari setiap rak akan menghindarkan pegawai dalam menggeser
susunan buku terlalu sering. Setiap rak buku harus diberi label yang dapat
membantu pengguna mencari buku atau bahan pustaka dengan mudah dan cepat.
Apabila ada kelompok buku yang sama, maka diurutkan 3 huruf dari nama
pengarang utama mulai dari huruf pertama, kedua dan selanjutnya, maka
diurutkan adalah huruf yang terakhir berbeda. Jika satu huruf pertama dari judul
semua sama, maka yang diurutkan adalahurutan nomor berbeda yang masih ada
tercantum dalam label. Penyusunan buku ini adalah kegiatan yang terakhir dari
pengolahan bahan pustaka.

23
Universitas Sumatera Utara