Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

(1)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

T E S I S

Oleh

CHANDRA WIJAYA 107003006 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CHANDRA WIJAYA 107003006 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

Judul Tesis : DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH SEKITARNYA

Nama Mahasiswa : Chandra Wijaya Nomor Pokok : 107003006

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA)

Ketua Anggota

(Dr. Rujiman, SE, MA)

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)

Direktur,


(4)

Tanggal Lulus : 04 Agustus 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 04 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA Anggota : 1. Dr. Rujiman, SE, MA

2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si 3. Ir. Supriadi, MS


(5)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

ABSTRAK

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di kota ini serta memiliki skala pelayanan yang regional. Keberadaan suatu institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah, profil usaha kecil yang berkembang di sekitar Kampus serta menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tata ruang di wilayah peletian berkembang secara interstisial serta kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis (Zahnd, 1999). Usaha kecil pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana di dominasi oleh jasa fotocopy dan penjilidan (30%) dimana sebagian besar usaha memiliki jumlah karyawan sebanyak 2 (dua) orang (40%). Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa usaha kecil yang berada di sekitar kampus telah lama memiliki usaha yaitu berkisar 6-10 tahun (43,33%) , serta sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya tersebut (56,67%). Dari sisi status bangunan, sebagian besar unit usaha kecil merupakan milik sendiri yang diperoleh dari warisan orangtua (63,33%). Keberadaan Kampus UHN berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha di sekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan saat masa libur semester.

Kata Kunci : Dampak, Kampus, Pengembangan Wilayah, Pendapatan, Usaha Kecil.


(6)

THE IMPACT OF THE EXISTENCE OF UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR TO THE INCOME OF SMALL

SCALE BUSINESS AND THE PATTERN OF SPACE IN THE SURROUNDING AREA

ABSTRACT

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar is one of the universities having the biggest number of students in this city and regional-scale service. The existence of a university is expected to be able to be “the symbol or the face” of a city/region. This shows that educational sector can be an identity of a city as well as one of the generators of urban economy in the framework of regional development.

The purpose of this study was to identify and analyze the pattern of regional spatial structure, the profile of small businesses developing in the vicinity of the campus, and to analyze the impact of the existence UHN Campus on the income of small businesses in its vicinity by comparing the level of income during active school days and during semester holiday.

The result of this study showed that the pattern of space in the research location had developed interstitially and the impression of urban space formed was neutral or harmonious (Zahnd, 1999). The small businesses in the research location included in micro business category are dominated by photocopy and bookbinding services (30%) and most of the businesses had 2 (two) employees (40%). 43.33% of the small businesses around the campus have been run for about 6 – 10 years. Most of the business owners (56.67%) domicile in the location of their business and 63.33% of these businesses are obtained from the parents’ legacy. The existence of UHN Campus had a positive impact to the increase of the income of the businesses in its vicinity indicated by the higher income generated during the active school days compared to that generated during semester holiday.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah dan rahmat-Nya, penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Tesisi berjudul “Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya”, dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Konsentrasi Perencanaan Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara (USU).

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE sebagai Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dalam penyusunan tesis ini

3. Bapak Dr. Rujiman , MA sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penyusunan tesis ini

4. Bapak Dr.Ir.Rahmanta, MS sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

5. Bapak Ir. Supriadi, MS selaku Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

6. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran serta masukan dalam penyempurnaan tesis ini

7. Bapak/Ibu dosen di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan

8. Bapak/Ibu Staf Administrasi Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi serta semangat

9. Kedua orangtua beserta adik-adik saya sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’a.

10.Teman-Teman Seperjuangan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 yang selalu hidup dalam suka dan duka

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.


(8)

Akhirnya dengan berserah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tesis ini dipersembahkan kepada semua pihak yang memerlukannya dengan harapan dapat memberi koreksi yang konstruktif sebab tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Medan, Agustus 2012 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Chandra Wijaya dilahirkan di Kota Pematangsiantar pada tanggal 27 Oktober 1986. Anak pertama dari pasangan Bapak Drs.Tuahman Saragih dan Ibu Ir.Dameria Damanik dengan memiliki empat (4) orang saudara. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada SD Sultan Agung Kota Pematangsiantar Tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama pada SMP Cinta Rakyat I Kota Pematangsiantar Tahun 2001, Sekolah Menengah Atas pada SMA Budi Mulia Kota Pematangsiantar Tahun 2004. Memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Diponegoro Jurusan Teknik Sipil Tahun 2010.

Pada bulan September 2010 mengikuti pendidikan lanjutan di Sekolah Pascasarjana Progran Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) dengan Konsentrasi Perencanaan Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara (USU).


(10)

ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... RIWAYAT HIDUP ... .. DAFTAR ISI ... .. DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ...

1.1.Latar Belakang ... 1.2.Perumusan Masalah ... 1.3.Tujuan Penelitian ... 1.4.Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1.Pengembangan Wilayah Kota ... 2.2.Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota ... 2.3.Pola dan Struktur Ruang Perkotaan ... 2.4.Tata Guna Lahan Perkotaan ... 2.5.Peran Institusi Pendidikan Sebagai Sektor Penggerak

Ekonomi ... 2.6.Sektor Kegiatan Pendidikan Dalam Pandangan Teori

Lokasi ... 2.7.Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro ... 2.8.Penelitian Sebelumnya ... 2.6.Kerangka Pemikiran ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1.Lokasi Penelitian ... 3.2.Jenis dan Sumber Data ... 3.3.Populasi dan Sampel ... 3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 3.5.Teknik Analisa Data ... 3.6.Defenisi Operasional ...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...

4.1.Sejarah Singkat Kampus HKBP Nommensen (UHN) ... 4.2.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 4.2.1 Wilayah Administrasi ... 4.2.2 Karakteristik Kependudukan ... 4.3.Pola dan Struktur Ruang Kota ...

Halaman DAFTAR ISI i ii iii v vi viii ix x 1 5 6 6 6 8 8 12 17 19 22 23 27 29 30 32 32 32 32 33 34 36 37 37 39 39 41 45


(11)

4.4.Tata Guna Lahan dan Jaringan Jalan ... 4.5.Gambaran Aktivitas Ekonomi Masyarakat ... 4.5.1 Gambaran Perekonomian Wilayah Penelitian ... 4.5.2.Profil Usaha Kecil di Sekitar Kampus UHN ... 4.6.Analisa Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap

Pendapatan Usaha Kecil Di Sekitarnya ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1.Kesimpulan ... 5.2.Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

49 53 53 54 56 61 61 62 63


(12)

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 Halaman DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Luas Wilayah Per Kelurahan Di Kec. Siantar Timur ... Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kelurahan Di Kec. Siantar Timur ... Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ... Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ... Banyaknya Rumah Tangga Miskin Penerima BLT Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ... Jumlah Fasilitas Industri Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur ... Analisa Frekuensi Karakteristik Usaha Kecil Berdasarkan Jenis Usaha ... Rata-Rata Pendapatan Pelaku Usaha Kecil Di Sekitar Kampus Pada Saat Aktif Perkuliahan Dengan Pada Masa Libur Semester ... Tabel Output Analisis SPSS ...

41 42 43 43 44 53 54 57 59


(13)

2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 Halaman DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005) .. Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd,1999) ... Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal (Zahnd,1999) ... Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan ... Bagan Alir Kerangka Pemikiran ... Peta Wilayah Administrasi ... Rencana Pola Ruang Kota Pematangsiantar ... Struktur Ruang Kota Pematangsiantar ... Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar ... Jaringan Jalan Kota Pematangsiantar ... Sebagian Jenis Usaha Yang Berada Di Sekitar Lokasi Kampus ...

11 15 16 19 31 40 47 48 51 52 55


(14)

1 2 3

4 5 6

Halaman DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Formulir Daftar Pertanyaan Penelitian (Kuisioner) ... Tabel Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17 ... Tabel Analisa Frekuensi Karakteristik Usaha Kecil

Berdasarkan Jumlah Karyawan, Lama Usaha, Tempat Domisili Pemilik, Status Bangunan ... Tabel Distribusi t ... Analisa Foto Skala Perkotaan ... Dokumentasi Foto Hasil Survei Lapangan ...

66 71

72 74 75 76


(15)

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) PEMATANGSIANTAR TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL SERTA POLA RUANG DI WILAYAH

SEKITARNYA

ABSTRAK

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar merupakan salah satu institusi perguruan tinggi yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di kota ini serta memiliki skala pelayanan yang regional. Keberadaan suatu institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah, profil usaha kecil yang berkembang di sekitar Kampus serta menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tata ruang di wilayah peletian berkembang secara interstisial serta kesan ruang kota yang terbentuk adalah netral atau harmonis (Zahnd, 1999). Usaha kecil pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori usaha mikro dimana di dominasi oleh jasa fotocopy dan penjilidan (30%) dimana sebagian besar usaha memiliki jumlah karyawan sebanyak 2 (dua) orang (40%). Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa usaha kecil yang berada di sekitar kampus telah lama memiliki usaha yaitu berkisar 6-10 tahun (43,33%) , serta sebagian besar pemilik usaha berdomisili pada tempat lokasi usahanya tersebut (56,67%). Dari sisi status bangunan, sebagian besar unit usaha kecil merupakan milik sendiri yang diperoleh dari warisan orangtua (63,33%). Keberadaan Kampus UHN berdampak positif pada peningkatan pendapatan usaha di sekitarnya, hal ini ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat pendapatan usaha kecil pada saat masa aktif perkuliahan dibandingkan saat masa libur semester.

Kata Kunci : Dampak, Kampus, Pengembangan Wilayah, Pendapatan, Usaha Kecil.


(16)

THE IMPACT OF THE EXISTENCE OF UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR TO THE INCOME OF SMALL

SCALE BUSINESS AND THE PATTERN OF SPACE IN THE SURROUNDING AREA

ABSTRACT

Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar is one of the universities having the biggest number of students in this city and regional-scale service. The existence of a university is expected to be able to be “the symbol or the face” of a city/region. This shows that educational sector can be an identity of a city as well as one of the generators of urban economy in the framework of regional development.

The purpose of this study was to identify and analyze the pattern of regional spatial structure, the profile of small businesses developing in the vicinity of the campus, and to analyze the impact of the existence UHN Campus on the income of small businesses in its vicinity by comparing the level of income during active school days and during semester holiday.

The result of this study showed that the pattern of space in the research location had developed interstitially and the impression of urban space formed was neutral or harmonious (Zahnd, 1999). The small businesses in the research location included in micro business category are dominated by photocopy and bookbinding services (30%) and most of the businesses had 2 (two) employees (40%). 43.33% of the small businesses around the campus have been run for about 6 – 10 years. Most of the business owners (56.67%) domicile in the location of their business and 63.33% of these businesses are obtained from the parents’ legacy. The existence of UHN Campus had a positive impact to the increase of the income of the businesses in its vicinity indicated by the higher income generated during the active school days compared to that generated during semester holiday.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak kota di Indonesia bahkan di dunia yang tumbuh dan berkembang dimana struktur perekonomian kota/wilayahnya di dukung dari sektor pendidikan. Bahkan pada beberapa kota, keberadaan suatu Institusi Pendidikan diharapkan dapat menjadi menjadi “simbol ataupun wajah” suatu kota/ wilayah tersebut. Sebagai contoh kecil Kota Surakarta dengan Universita Negeri Solo (UNS), Kota Malang dengan Universitas Brawijaya (UNIBRAW), Kota Manado dengan Universitas Sam Ratulangi dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai identitas suatu kota dan sekaligus diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi perkotaan dalam rangka pengembangan wilayah.

Dari sisi pengembangan wilayah keberadaan sebuah lembaga pendidikan yang cukup besar merupakan salah satu daya tarik atau merupakan salah satu alasan terjadinya proses urbanisasi pada suatu wilayah. Dimana peningkatan jumlah populasi sebagai akibat langsung proses urbanisasi menjadi peluang pasar baru bagi kegiatan ekonomi masyarakat seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan barang-barang kebutuhan. Selain hal tersebut terkonsentrasinya populasi pada satu titik lokasi tentunya juga akan membawa dampak bagi pola tata ruang di wilayah tersebut.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal khususnya pendidikan tinggi, menjadikan perguruan tinggi sebagai sektor


(18)

strategis yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Keadaan persaingan yang cukup kompetitif antarperguruan tinggi menuntut lembaga pendidikan memperhatikan mutu pendidikan dan kelembagaan sehingga mampu serta unggul dalam persaingan tersebut. Perguruan tinggi harus melakukan langkah antisipasi guna menghadapi persaingan yang semakin kompetitif serta bertanggung jawab untuk menggali dan meningkatkan segala aspek pelayanan yang dimiliki. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Pasal 1 Tahun 2003 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi semua negara, baik negara berkembang atau pun negara maju sehingga menjadi budaya bagi masyarakat untuk terus menerus meningkatkan diri melalui berbagai sarana pendidikan yang tersedia. Taylor menyatakan bahwa mutu pendidikan tinggi harus didasarkan pada empat pilar pokok sumber daya di bidang pendidikan tinggi yaitu sumber daya fisik/physical resources, keuangan/financial resources, informasi/information resources, dan sumber daya manusia/human resources (Semiawan, 1998).

Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tentunya harus menyelaraskan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut yang secara implisit menekankan pada pentingnya kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan selain aspek pemerataan pendidikan, dan aspek-aspek lainnya. Sebagai


(19)

konsekuensinya perguruan tinggi dituntut memiliki kualitas yang memadai pula, sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada. Tidak dapat disangkal lagi bahwa upaya peningkatan keunggulan kompetitif tersebut berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang notabene tidak bisa lepas dari peran pendidikan di Indonesia.

Hakikatnya, pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah atau lembaga pendidikan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia seyogyanya menjadi salah satu fokus utama dalam sistem pendidikan nasional, terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan proses pendidikan oleh lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Lulusan perguruan tinggi yang berkualitas dan terserap dalam dunia kerja tentunya memiliki implikasi pada terciptanya keungulan kompetitif secara nasional. Tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi sebagai salah satu bagian dari ruang kota semakin berat. Perguruan tinggi harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang senantiasa tumbuh dan mampu memfasilitasi kegiatan belajar dengan standar yang terus meningkat.

Menurut Richardson (1972), proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersedian fasilitas, maka investasi di wilayah ini pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisiensi usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Pelaksanaan suatu usaha atau program pembangunan ekonomi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap keadaan ekonomi peserta/pelaksana usaha tersebut, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah/masyarakat secara keseluruhan. Adanya kegiatan


(20)

atau usaha/program pembangunan ekonomi dalam suatu lingkup perekonomian yang semakin luas/berkembang akan menciptakan keterkaitan yang semakin kuat dan dinamis diantara berbagai sektor ekonomi.

Di wilayah Kota Pematangsiantar, Universitas HKBP Nommensen merupakan universitas favorit dilihat dari sisi jumlah mahasiswanya dibandingkan dengan universitas lain yang ada di Kota Pematangsiantar. Dari jumlah populasi mahasiswa, karyawan dan dosen ditambah dengan sejarah panjang yang telah dilalui tentunya cukup memberikan indikasi bahwa kondisi tersebut seyogianya akan mempunyai dampak terhadap proses perkembangan wilayah di sekitarnya.

Sejak didirikan 1 September 1962 sampai dengan sekarang, UHN merupakan salah satu perguruan tinggi yang menjadi favorit para calon mahasiswa di wilayah Kota Pematangsiantar. Keberadaan UHN sebagai lembaga pendidikan formal telah banyak melahirkan lulusan yang berkualitas dengan berbagai bidang disiplin ilmu yang saat ini banyak berkecimpung di bidang pemerintahan, swasta dan kewirausahaan. Keberadaan kampus ini diharapkan mampu untuk menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena hanya melalui pendidikan pembangunan bangsa ini dapat terlaksana.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal khususnya perguruan tinggi, menjadikan perguruan tinggi sebagai sektor strategis yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu. Selain itu kehadiran suatu institusi/lembaga pendidikan seperti UHN ini diharapkan dapat pula memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat yaitu selain meningkatnya kualitas SDM tetapi juga


(21)

adanya multiplier effect dari keberadaan UHN ini terhadap masyarakat sekitarnya. Melihat kondisi wilayah di sekitar kampus UHN menunjukkan bahwa beberapa kegiatan ekonomi yang berkembang antara lain adalah unit-unit usaha percetakan, jasa perumahan atau rumah-rumah kos, rumah makan serta jasa-jasa lain.

Pembangunan pada suatu wilayah dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang positif atau juga manfaat yang negatif, terutama kepada masyarakat yang tinggal di dekat sekitar kegiatan lokasi pembangunan sebagai penerima akibat. Dalam hal ini komunitas lokal harus mencari peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Anwar, 1995). Oleh sebab itu berdasarkan dari beberapa uraian tersebut, penelitian tentang Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya menjadi perlu dilakukan guna mengetahui potensi serta masalah yang ada sebagai bentuk interaksi antara keberadaan Kampus UHN dengan wilayah sekitarnya.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dilihat oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu

a. Bagaimana Gambaran Pola Tata Ruang Wilayah Di Sekitar Kampus UHN?

b. Bagaimana Profil Usaha Kecil Yang Berkembang Di Sekitar Kampus UHN?


(22)

c. Bagaimana Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Di Sekitarnya?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola tata ruang wilayah di sekitar Kampus UHN

b. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis profil usaha kecil yang berkembang di sekitar Kampus UHN

c. Untuk menganalisa dan mengkaji dampak keberadaan Kampus UHN terhadap pendapatan usaha kecil di sekitarnya dengan membandingkan tingkat pendapatan pada masa aktif perkuliahan dan pada masa libur semester.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak kampus dalam rangka perencanaan dan pengembangan kampus ke depan sehingga memiliki kontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya

b. Sebagai reverensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam perencanaan bidang pendidikan yang berkaitan dengan keberadaan institusi pendidikan pada suatu wilayah


(23)

c. Membuka peluang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan dan lebih mendalam yang berkaitan dengan keberadaan suatu institusi pendidikan terhadap pengembangan wilayah sekitarnya


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Wilayah Kota

Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang matrealistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Beberapa aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi , dan pusat pemerintahan. Ditinjau dari hirarki tempat, kota itu memiliki tingkat atau rangking yang tertinggi, walaupun demikian menurut sejarah perkembangannya kota itu berasal dari tempat-tempat pemukiman sederhana.

Kota juga memiliki banyak ikon yang memungkinkan terjadinya perubahan dan perkembangan, sehingga kita dapat menemukan pola yang pasti untuk menentukan perencanaan pembangunan yang lebih terarah. Sehingga sudah semestinya jika perbedaan-perbedaan yang penting antara satu kota dengan kota lainnya akan menarik perhatian untuk dikaji lebih jauh. Misalnya ada perbedaan mengenai penulisan tema kota diharapkan akan memperkaya pengetahuan dan wawasan kita tentang keadaan kota yang dikaji itu secara lebih kompleks.

Di dalam pembangunan ekonomi, perencanaan wilayah sangat perlu untuk menetapkan suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga


(25)

kebutuhan fasilitasnya pun berbeda. Pada dasarnya untuk melihat apakah daerah itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Menurut Robinson Tarigan (2005:158-159) fasilitas perkotaan atau fungsi perkotaan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pusat perdagangan, yang digunakan untuk melayani masyarakat kota itu sendiri, melayani masyarakat kota dan daerah pinggiran, melayani beberapa kota kecil (pusat kabupaten), melayani pusat provinsi dan pusat beberapa provinsi sekaligus

2. Pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa perusahaan

3. Tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air minum, pelayanan sampah, sistem drainase, taman kota, atau pasar

4. Pusat penyediaan fasilitas sosial atau seperti prasarana pendidikan (universitas, akademi, SLTP, SD), prasarana kesehatan, tempat ibadah, prasarana olahraga, prasarana sosial seperti gedung pertemuan, dan lain-lain

5. Pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan turut mempercepat tumbuhnya suatu kota karena banyak masyarakat yang perlu datang ke tempat itu untuk urusan pemerintahan

6. Pusat komunikasi dan transportasi 7. Lokasi pemukiman yang tertata

Menurut Wibowo, dkk, (1999), pengembangan wilayah merupakan suatu usaha mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan


(26)

interaksi antarsistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat lingkungan hidup dan sember daya alam. Kondisi ini dapat diterjemahkan dalam bentuk pengembangan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, kselerasan dan kesesuaian.

Menurut Sirojuzilam (2005), pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/prasana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azas/dasar berdasarkan tujuan penerapan masing-masing teori. Berbagai paradigma teori pengambangan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut (Purboyo, 2001),

1. Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah (local prosperity)

2. Teori yang menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam yang dinilai dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok penganut teori ini sering disebut sangat peduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat lokal, sehingga kajian teori ini


(27)

terfokus kepada good governance yang bisa bertanggungjawab dan berkinerja bagus

4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal di suatu lokasi (people prosperity)

Menurut Misra (1977), pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar (tetraploid discipline) yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana dimana aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi maupun teori lokasi. Oleh karena itu, menurut Budiharsono (2005), pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar, yaitu (1) aspek biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek sosial budaya; (4) aspek

kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.

Gambar 2.1 Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah (Budiharsono, 2005)

Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan terhadap pengembangan wilayah yaitu aspek biogeofisik melindungi kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan aspek ekonomi meliputi

Pengembangan Wilayah

Aspek Kelembagaan

Aspek Lokasi

Aspek Lingkungan Aspek

Biogeofisik

Aspek Sosial

Aspek Ekonomi


(28)

kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, polotik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia, budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antar wilayah yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak.

Aspek pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari aspek ekonomi dan aspek lokasinya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat unsur pendapatan masyarakat sekitar dan didalam aspek lokasi terdapat unsur keterkaitan antara keberadaan lokasi kegiatan jasa pendidikan dengan wilayah sekitarnya.

2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota

Sebuah perguruan tinggi yang berdiri di suatu kota mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kota secara fisik dan juga secara non fisik. Dampak kota secara non fisik adalah perekonomian khususnya harga perumahan, sosial (kelompok-kelompok perumahan permanen berganti fungsi menjadi pemondokan sementara), jumlah penduduk kelas menengah, budaya (selera yang seragam serta penyediaan layanan). Dampak secara fisik adalah alih fungsi bangunan (Allison, 2006).

Dampak fisik dan non fisik tersebut mempunyai pengaruh yang cukup signifikan bagi kehidupan penduduk asli dari suatu kota perguruan tinggi.


(29)

Perguruan tinggi sering didefinisikan sebagai mesin pembangunan ekonomi. Perguruan tinggi merupakan suatu bisnis yang menguntungkan bagi pemerintah setempat. Dengan adanya perguruan tinggi, suatu kota dapat menarik minat siswa untuk datang dan pada akhirnya mendatangkan pendapatan bagi kota tersebut. Ada multiplier effect dari perguruan tinggi terhadap kawasan sekitar, disamping peluang bisnis yang menguntungkan juga prestige yang didapatkan jika memiliki Pendidikan Tinggi yang prestige (Bromley, 2006).

Adanya pendidikan tinggi juga mempengaruhi kota, dalam hal ini daya tarik kota sebagai kawasan perguruan tinngi. Hal ini akan mengakibatkan adanya migrasi yang masuk bukan saja melanjutkan studi tetapi juga mencari kesempatan dan peluang kerja. Selain itu juga akan memberi dampak terhadap pelayanan infrastruktur yang ada seperti jaringan air bersih, jalan dan drainase (Purcahyono, 2002).

Keberadaan perguruan tinggi memberi pengaruh pada kawasan sekitarnya khususnya kawasan yang berbatasan langsung dengan perguruan tinggi tersebut. Hal ini akan memberi dampak peningkatan kepadatan bangunan dan jumlah penduduk. Perubahan ini akan mempengaruhi pola penggunaan lahan dan fungsi rumah sebagai kegiatan sosial. Adanya alih fungsi rumah tinggal menjadi rumah dengan kegiatan ekonomi (sewa/kontrak kamar), perubahan/penambahan ruang dan bangunan guna menambah kapasitas (Riyanto, 2002).

Menurut Krier dan Trancik (Zahnd, 2002) ruang perkotaan atau urban space terdiri atas street/jalan dan square/ruang, sehingga keberadaan gedung-gedung dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang berbentuk massa bangunan dan koridor jalan akan turut memberi pengaruh pada kesan morfolois kota secara


(30)

keseluruhan. Secara lebih rinci deskripsi tentang ruang kota dapat dilihat dari sisi fisik morfologis, fungsi dan kepemilikan. Dari sisi fisik morfologis kota dipandang sebagai susunan dari street dan square. Secara fungsi, aktifitas yang berlangsung di ruang perkotaan adalag aktifitas sosial, aktifitas pergerakan dan aktifitas ekonomi. Dari segi kepemilikan, suatu ruang perkotaan dapat secara penuh dimiliki suatu publik, yangmana dalam hal ini adalah pemerintah daerah setempat.

Dalam pandangan Zahnd, kota dapat dianalisis sebagai suatu produk fisik yang terdiri atas street dan square dimana secara teoritis dapat dipahami sebagai berikut:

a. Teori Figure/Ground

Teori ini dipahami melalui pola perkotaan dengan hubungan antara bentuk yang dibangun dan ruang terbuka.

b. Teori Linkage

Teori ini dipahami dari segi dinamika rupa perkotaan yang dianggap sebagai generator kota.

c. Teori Place

Teori ini dipahami dari segi seberapa besar kepentingan tempat-tempat perkotaan yang terbuka terhadap sejarah, budaya dan sosialisasinya. Dalam pandangannya, Zahnd (1999) menyimpulkan bahwa pola perkembangan dasar fisik kota dikenal dengan tiga istilah teknis yaitu :

1. Perkembangan Horizontal dimana cara perkembangannya mengarah keluar, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama. Perkembangan dengan cara ini


(31)

sering terjadi di pinggir kota dimana lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota.

2. Perkembangan Vertikal dimana cara perkembangannya mengarah keatas, artinya daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap sama sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan di pusat-pusat perdagangan yang memiliki potensi ekonomi.

3. Perkembangan Interstisial dimana cara perkembangannya dilangsungkan kedalam, artinya daerah dan ketinggian bangunan rata-rata tetap sama sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan antara pusat dan pinggir kota yang kawasannya sudah dibatasi dan hanya dapat dipadatkan.

Gambar 2.2 Pola Perkembangan Dasar Dalam Kota (Zahnd,1999)

Proses perkembangan fisik kota akan membentuk skala perkotaan yang akan menciptakan kesan terhadap konteks suatu kota. Skala perkotaan merupakan perbandingan hubungan antara lebar/panjang dan tinggi ruang pada suatu tempat dan McClusky dalam Zahnd (1999) memberikan suatu standar umum skala

Perkembangan Interstisial

Perkembangan Horizontal

Perkembangan Vertikal


(32)

perkotaan yang dapat menciptakan 3 kategori kesan, yaitu kesan sempit, kesan netral atau harmonis dan kesan luas atau sunyi.

Gambar 2.3 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal (Zahnd,1999)

Ruang perkotaan merupakan tempat berkumpulnya sebagian besar masyarakat ketika berada di dalam bangunan (Madanipour,1996). Inti dari ruang perkotaan adalah kegiatan dan ruang pedesaan, oleh sebab itu perencanaan fisik kota merupakan suatu pemikiran sistematis mengenai penataan ruang sehubungan dengan adanya kegiatan manusia dan kebutuhannya. Kebutuhan ruang akan selalu meningkat sejalan dengan perkembangan aktivitas masyarakat pada suatu


(33)

wilayah, sedang keberadaan dan ketersediaan ruang bersifat bebas. Dalam menyeimbangkan kebutuhan (demand) dan ketersedian (supply) lahan agar mendekati kondisi optimal, maka perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan ruang yang komprehensif melalui perpaduan pendekatan sektoral dan pendekatan regional.

2.3. Pola dan Struktur Ruang Perkotaan

Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang didalamnya memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia, maka ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 (tiga) proses utama, yakni :

a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Disamping sebagai “guidance of future actions” RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan (development sustainability)

b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri

c. Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya.


(34)

Dengan demikian, selain merupakan proses untuk mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan produk yang memiliki landasan hukum (legal instrument) untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah. Chapin (dalam Soekonjono, 1998) mengemukakan ada 2 hal yang mempengaruhi tuntutan kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan perubahan penggunaan lahan yaitu adanya perkembangan penduduk dan perekonomian serta pengaruh sistem aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan.

Rencana pola ruang merupakan elemen penting dalam rencana tata ruang wilayah kota, dimana didalamnya ditunjukkan alokasi ruang bagi berbagai kegiatan perkotaan. Rencana pola ruang ini dirumuskan sesuai dengan hasil analisis serta dengan mempertimbangkan arahan kebijakan dari stakeholders Kota.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (Pasal 1 UU No. 27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang). Perencanaan struktur ruang diarahkan untuk menentukan hirarki dan fungsi pusat-pusat permukiman serta sistem jaringan prasarana dan sarana, sehingga dapat menciptakan tingkat perkembangan fisik, ekonomi dan sosial yang diinginkan selama kurun waktu perencanaan. Suatu kota pada dasarnya terbentuk dari pusat-pusat kegiatan yang membentuk hirarki dan pola keterkaitan satu dengan lainnya. Karena itu rencana sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan menentukan hirarki serta fungsi setiap pusat kegiatan berdasarkan pertimbangan tertentu.


(35)

Sesuai Permen PU No. 17/PRT/M/2009, rencana sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan kriteria:

a. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan

b. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan

c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem

Gambar 2.4 Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan

2.4. Tata Guna Lahan Perkotaan

Perkembangan suatu kota oleh jaringan transportasi otomatis akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mencapai lokasi di pusat kota. Pusat kota akan semakin padat dengan bertambahnya manusia yang menempati lokasi tersebut. Dan ketika manusia sudah tidak memperoleh tempat lagi di pusat kota, maka mereka akan menempati lokasi-lokasi di dekat pusat kota agar tetap

Gambar. 6.4.

TEORI-TEORI POLA PERKEMBANGAN / PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN

IV III II I Loop V Central Business District (CBD) Zone in transition Zone of workmens homes Residential zone Commuters zone The Concentric Zone Theory

of Metropolitan Growth

1. Central Business District (CBD) 2. Wholesale light manufacturing 3. Low-class residential 4. Medium-class residential 5. High-class residential 6. Heavy manufacturing 7. Outlying business district 8. Residential sub-urban 9. Industrial sub-urban 10. Commuters zone

Multiple Nuclei Theory of Urban Growth

5 4 3 3 2 3 6 9 8 1 7 10 10

1. Central Business District (CBD) 2. Wholesale light manufacturing 3. Low-class residential 4. Medium-class residential 5. High-class residential

Sector Theory of Urban Growth

` 3 3 III 2 2 3 3 1 4 4 5 3 Gambar 3.1


(36)

bisa mencapai pusat kota dengan mudah. Selanjutnya perkembangan ini akan menimbulkan dampak dalam penggunaan lahannya. Lokasi di sepanjang tepi jalan merupakan lokasi yang strategis untuk melakukan aktivitas. Lokasi tersebut memiliki aksesibilitas yang tinggi karena mudah dijangkau. Dengan semakin banyaknya aktivitas di tempat tersebut, maka lahan yang jumlahnya terbatas akan diperebutkan agar manusia tetap bisa memperoleh keuntungan yang maksimal. Persaingan tersebut secara langsung akan menjadikan nilai lahan perkotaan menjadi meningkat. Nilai lahan adalah suatu penilaian atas lahan yang didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya (Drabkin dalam Yunus, 2000 : 89). Nilai lahan merupakan nilai ruang secara horizontal (distance decay principle from the center) berdasarkan Urban Growth Model (Brotosunaryo, 2005 : 6).

Teori mengenai nilai lahan sudah ada sejak abad 19. Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori mengenai nilai lahan adalah David Ricardo (1821) dalam bukunya “Principle of Political Economy and Taxation”. Teori Ricardo merujuk pada sewa lahan (land rent) yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah dan mengabaikan faktor lokasi dari pusat kota. Selanjutnya teori nilai lahan dikembangkan oleh Von Thunen (1826). Von Thunen menyatakan bahwa pola penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya transportasi yang dikaitkan dengan jarak dan sifat barang dagangan khususnya hasil pertanian. Von Thunen mengkondisikan ada empat hal yang harus dipenuhi, yaitu : (1) isolated state; (2) uniform plain; (3) “transportation costs” berbanding lurus dengan jarak; dan (4) maximise profits (Yunus, 2002 : 90 - 91). Dari sinilah maka muncul istilah “Location Rent”. Teori Von Thunen ini memiliki banyak kekurangan, yang antara


(37)

lain bahwa semua kota tidak memiliki kondisi fisik lingkungan yang sama (uniform plain). Sehingga kota akan memiliki pola penggunaan lahan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

Menurut Kurdinanto, (Cholis 1995, dalam Luky 1997) nilai tanah terbentuk oleh faktor - faktor yang mempunyai hubungan, pengaruh serta daya tarik yang kuat terhadapnya yang diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu :

1. Faktor - faktor terukur (tangible factors)

Faktor terukur adalah faktor pembentuk harga tanah yang bisa diolah secara ilmiah menggunakan logika – logika akademik. Faktor ini kemunculannya terencana dan bentuk fisiknya ada di lapangan, misalnya aksesbilitas (jarak dan transportasi) dan jaringan infrastruktur (sarana dan prasarana kota seperti jalan, listrik, perkantoran dan perumahan).

2. Faktor - faktor tak terukur (intangible factors)

Faktor tak terukur adalah faktor pembentuk harga tanah yang muncul tiba – tiba/dengan sendirinya dan tidak bisa dikendalikan di lapangan. Oleh Wilcox (1983) dalam Luky (1997), faktor tak terukur ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Faktor adat kebiasaan (custom) dan pengaruh kelembagaan (institutional factors)

b. Faktor estetika, kenikmatan dan kesenangan (esthetic amenity factors) seperti tipe tetangga dan kesenangan

c. Faktor spekulasi (speculation motives), seperti antisipasi perubahan penggunaan lahan, pertimbangan pada perubahan moneter


(38)

2.5. Peran Institusi Pendidikan Sebagai Sektor Penggerak Ekonomi

Jasa pelayanan pendidikan skala regional merupakan pasar potensial bagi kegiatan sektor ekonomi lain yang terkait dengannya. Peningkatan jumlah populasi sebagai akibat migrasi karena pendidikan berarti peningkatan akan permintaan barang-barang kebutuhan. Menurut Pappas dan Hirschey (1995), permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang mampu dibeli oleh para pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu. Dengan kata lain, permintaaan adalah jumlah total yang mampu dibeli oleh para pelanggan.

Untuk kegiatan ekonomi lainnya yang berorientasi pasar fokus utamanya adalah pada permintaan pasar, tetapi semata-mata merupakan gabungan dari permintaan individu atau pribadi dan gagasan tentang hubungan permintaan pasar yang diperoleh dengan memahami sifat permintaan individual. Terdapat dua model dasar untuk permintaan individual yaitu, pertama, yang dikenal sebagai tokoh perilaku konsumen yang berkaitan dengan permintaan langsung untuk produk-produk konsumsi pribadi.

Kedua, barang dan jasa yang diperoleh bukan karena nilai konsumsi langsung mereka melainkan karena merupakan masukan penting dalam pembuatan atau distribusi produk. Barang dan jasa yang diminta bukan untuk konsumsi pribadi akhir secara langsung tetapi untuk penggunaan mereka dalam menyediakan barang dan jasa lain.


(39)

2.6. Sektor Kegiatan Pendidikan Dalam Pandangan Teori Lokasi

Teori Ekonomi Wilayah mencakup didalamnya teori lokasi sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (Tarigan, 2006). Dalam pandangan teori ekonomi wilayah, suatu institusi pendidikan dikategorikan sebagai salah satu aktivitas ekonomi sektor jasa yang memiliki kontribusi terhadap penyediaan tenaga kerja terdidik sebagai produknya dan juga sekaligus sebagai pasar potensial bagi kegiatan ekonomi lainnya apabila suatu institusi pendidikan memiliki jumlah populasi yang cukup besar.

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang turut mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat menudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain disekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

Keberadaaan institusi pendidikan dilihat dari sisi permintaan dianggap sebagai suatu pasar. Lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjualan semakin mahal.


(40)

Institusi pendidikan adalah pasar, dengan keberadaannya maka wilayah sekitarnya merupakan lokasi produksi dimana mahasiswa datang ke “pasar” untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan minum, tempat kos, fotocopy, warnet, wartel dan bahkan membeli segala kebutuhan kuliahnya. Untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa, masyarakat membuka usaha di sekitar institusi pendidikan agar mahasiswa dapat lebih mudah mendapatkan segala kebutuhannya.

Selain hal tersebut diatas, dalam pandangan teori basis ekonomi secara umum dan sederhana dijelaskan oleh Bendavid-Vall bahwa basis ekonomi daerah diartikan sebagai sektor atau sektor-sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu daerah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sektor ekonomi yang pokok di suatu daerah yang dapat menghidupi daerah tersebut beserta masyarakatnya.

Teori basis ekonomi (economic base theory) adalah suatu teori atau pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan daerah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu daerah secara khusus merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya memimpin dan menentukan perkembangan daerah secara keseluruhan, sementara aktivitas-aktivitas lainnya yang non-basis adalah secara sederhana merupakan konsekuensi dari keseluruhan perkembangan daerah tersebut menurut Hoover and Giarratni dalam Sirojuzilam (2006). Dengan demikian perekonomian daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas-aktivitas basis dan aktivitas-aktivitas-aktivitas-aktivitas non-basis.

Inti dari teori basis ekonomi adalah proposisinya yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah pada akhirnya tergantung kepada permintaan


(41)

(demand) dari luar terhadap produk-produknya, Suatu daerah tumbuh dan menurun serta tingkat perkembangannya ditentukan oleh aktivitas basisnya sebagai pengekspor terhadap daerah-daerah lain. Produk-produk daerah yang diekspor ke daerah-daerah lain bisa berbentuk barang-barang dan jasa-jasa, termasuk tenaga kerja mengalir ke luar daerah, atau dalam bentuk bahan-bahan dagangan yang dibeli oleh orang-orang di luar daerah yang bersangkutan.

Dari pembahasan diatas, maka terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan suatu institusi pendidikan yang memiliki skala pelayanan regional dapat menjadi sektor basis bagi pertumbuhan wilayah sekitarnya dimana produk yang dihasilkan adalah sumber daya manusia yang terdidik yang nantinya akan dikirim ke daerah lain. Dalam proses memproduksi sumber daya manusia terdidik tersebut membawa pengaruh kepada munculnya sektor kegiatan ekonomi ikutan sebagai pendukung dalam proses pendidikan pada suatu instansi pendidikan. Dengan adanya ketergantungan sektor kegiatan ikutan terhadap sektor basis juga menimbulkan multiplier effect bagi sektor kegiatan ekonomi lainnya.

Konsep multiplier didasarkan pada perputaran uang dan pendapatan dalam suatu sistem kota atau daerah. Uang akan mengalir dari suatu kota sebagai pengembalian dari penjualan dan pada waktu yang sama, uang mengalir ke luar kota, misalnya sebagai upah buruh dari luar daerah. Perputaran uang ini berhubungan dengan pembelian barang dan jasa dari daerah lain yang erat kaitannya dengan aktivitas sektor ekonomi tertentu. Efek multiplier tidak dengan sendirinya terjadi secara terus-menerus tanpa batas, tetapi semakin lama nilainya semakin kecil. Alasan ini ditunjukkan dengan adanya kebocoran dalam sistem


(42)

ekonomi regional. Adanya uang yang mengalir keluar masuk wilayah dengan bebas turut mempengaruhi besarnya kebocoran ini.

Ada tiga efek multiplier yang dihasilkan dalam suatu sistem perekonomian yaitu pengaruh langsung (direct multiplier), pengaruh tidak langsung (indirect multiplier), dan total effect. Yang dimaksud dengan pengaruh langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap suatu sektor secara langsung yaitu pengaruh kenaikan permintaan terhadap sektor itu sendiri. Pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap sektor lain akibat kenaikan permintaan di suatu sektor. Jumlah dari pengaruh ini dinamakan pengaruh total (Herawati, 1993).

Kegiatan basis merupakan kegiatan yang pertumbuhannya akan mendorong dan menetukan pola pembangunan daerah secara keseluruhan, sedangkan kegiatan non-basis merupakan kegiatan yang perkembangannya diakibatkan oleh pembangunan daerah secara keseluruhan. Menurutnya teori ekonomi basis dapat berfungsi untuk melihat peranan suatu sektor di dalam efek tenaga kerja maupun efek pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sektor itu merupakan sektor basis atau bukan (Sirojuzilam, 2008). Disamping itu, ekonomi basis dapat digunakan untuk :

1. Mengindentifikasi kegiatan daerah yang bersifat ekspor

2. Meramal pertumbuhan yang mungkin terjadi dalam aktivitas basis

3. Mengevaluasi pengaruh kegiatan ekspor tambahan terhadap kegiatan bukan basis


(43)

2.7. Pengertian Pendapatan, Usaha Kecil dan Mikro

Menurut Maryatmo dan Susilo (1996), pendapatan merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu dan biasanya dalam satu tahun. Pendapatan masyarakat dengan demikian adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima pada satu tahun tertentu baik itu dari hasil produksi pertanian maupun dari hasil produksi industri dan perdagangan serta sektor-sektor lainnya.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikutsertakan modal atau keterampilan yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, pada akhirnya akan mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Kasasyono, 1988).

Menurut Djojohadikusumo (1960), bila pendapatan ditinjau dari sudut penerimaan, maka yang termasuk pendapatan adalah (a) upah/gaji, (b) sewa rumah dan sewa tanah, (c) laba perusahaan, (d) bunga yang diterima dari pinjaman, saham, obligasi. Sedangkan menurut Todaro (1998), yang termasuk dala pendapatan adalah gaji, bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiah atau warisan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah defenisi dari Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yaitu

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau


(44)

b. memiliki hasi penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah)

Usaha mikro diartikan sebagai model usaha yang paling kecil, biasanya dilakukan di rumah (Wikipedia, 2008). Jika dikaitkan dengan jumlah pekerja, usaha mikro menurut defenisi Amerika dan Eropa sama yaitu jumlah pekerja dibawah 10 pekerja. Usaha mikro termasuk dalam kategori usaha kecil, sedangkan usaha kecil didefenisikan sebagai usaha dengan pekerja kecil. Defenisi kecil bervariasi menurut negara dan industri, namun biasanya dibawah 100 pekerja untuk Amerika dan dibawah 50 pekerja untuk Eropa. Contoh usaha kecil adalah toko kecil, salon, pedagang, ahli hukum, akuntan, restoran, penginapan, fotografer, dan lain sebagainya.


(45)

2.8. Penelitian Sebelumnya

Hariyani (2006), dengan judul Tesis “Pengaruh Kampus Terhadap Ruang Urban: Kasus Ruang Urban Pada Akses Masuk Kampus Universitas Gajah Mada”. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah keberadaan kampus UGM berpengaruh terhadap terbentuknya ruang urban oleh deretan bangunan yang mengapit akses-aksesnya, tetapi tidak menciptakan karakter enclosure. Rasio ruang yang terbentuk oleh lebar bangunan terhadap tinggi bangunan adalah 1,6 : 1 hingga 2,5 : 1. Ruang urban yang terbentuk di sekitar kampus UGM memiliki grain halus karena pengguna ruang urban didominasi oleh mahasiswa yang memiliki keterbatasan pendapatan. Skala perkotaan yang terbentuk masih memiliki skala yang manusiawi dengan dibuktikan oleh lebar jarak antarbangunan dan tinggi bangunan yang rata-rata memiliki rasio 1,9 : 1 atau 23m : 12m.

Suharyanto (2007), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi keberadaan kampus IPB, khususnya kampus Darmaga dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan Kabupaten Bogor sangat dirasakan. Oleh karena itu, pengembangan wilayah perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan terutama masyarakat sekitar kampus, institusi IPB dan Pemerintah Kabupaten Bogor.

John Ester Lase (2010), dengan judul Tesis “Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Warung Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya”. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu keberadaan kampus USU berdampak positif pada peningkatan pendapatan


(46)

usaha dan warung kecil disekitarnya dimana pendapatan rata-rata usaha yang ada kurang lebih Rp.714.666 per hari atau sekitar Rp. 260.853.090 per tahun.

2.9. Kerangka Pemikiran

Berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar kampus (dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan jasa usaha kecil) bila ditinjau dari teori pendekatan pasar disebabkan karena letak lokasinya yang berada dalam daerah jangkauan pasar yaitu kampus UHN. Jangkauan pasar (range) adalah jarak yang diperlukan seseorang untuk mendapatkan jasa yang bersangkutan. Lebih jauh lagi dari jarak standar yang ditentukan maka orang akan mencari wilayah lain yang lokasinya lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama.

Menurut Hanafiah (1982), salah satu indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasi perkembangan suatu wilayah adalah jumlah perusahaan kecil, usaha kecil dan warung lainnya sehingga keterkaitan penelitian ini adalah kegiatan sektor informal yang termasuk dalam kategori indikator tersebut diatas. Dampak fisik keberadaan kampus UHN dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif daripada pola tata ruang wilayah yang ada di sekitar kampus UHN. Salah satu pandangan dalam teori perancangan kota (urban design), bahwa kota dilihat sebagai produk. Selanjutnya kerangka berpikir dijelaskan dalam bagan alir kerangka pemikiran dibawah ini :


(47)

Gambar 2.5 Bagan Alir Kerangka Pemikiran

KEBERADAAN KAMPUS UHN

TUMBUHNYA AKTIVITAS EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS

PENDAPATAN USAHA KECIL POLA TATA RUANG

Uji Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Analisis Deskriptif Pendapatan pada masa aktif

perkuliahan

Pendapatan pada masa libur semester

Dampak Keberadaan Kampus UHN Terhadap Wilayah


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada wilayah sekitar kampus yang berlokasi di sekitar pintu masuk/gerbang utama Kampus UHN yang didominasi oleh kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa serta berada dalam wilayah administratif Kelurahan Pahlawan Kecamatan Siantar Timur.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden dan pihak-pihak yang berkompeten terhadap permasalah yang ada melalui kuisioner, interview dan juga pengamatan/observasi langsung pada kawasan sekitar kapus yang menjadi objek studi. Data sekunder diperoleh dari berbagai data/laporan instansi seperti BPS, Bappeda, Dinas PU, Dinas Tata Kota, Kantor Camat serta instansi terkait lainnya.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang membuka kegiatan usaha di sekitar kampus UHN. Jumlah populasi yang dijadikan parameter dalam penelitian ini ditentukan sesuai dengan jumlah aktifitas yang ada di lokasi penelitian.

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2003), penetapan ukuran sampel didasarkan atas pertimbangan yang menyatakan, pertama, ukuran sampel yang


(49)

layak digunakan dalam penelitian sosial adalah antara 30 samapi 500 sampel. Kedua, bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil untuk mewakili seluruh populasi di lokasi penelitian yaitu 30 sampel mengingat kecilnya luasan wilayah penelitian. Berkaiatan dalam penelitian ini yang menjadi sampel atau responden dari kuisioner yang akan disebar adalah para pemilik atau pengelola usaha kecil yang ditemui di lapangan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Field Research dan Library Research.

a. Field Research adalah teknik pengumpulan data primer yang dilakukan dengan teknik menggunakan daftar isian tentang seluruh aspek pelayanan yang disusun dan digandakan sebanyak jumlah responden, untuk kemudian disebarkan dengan cara mendatangi langsung perguruan tinggi tersebut

b. Library Research adalah teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan dan dokumentasi dari berbagai instansi terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Catatan Sipil, Badan Pusat Statistik, instansi terkait lainnya, serta perpustakaan mengenai hasil-hasil penelitian terdahulu serta literatur yang mendukung studi ini.


(50)

3.5. Teknik Analisa Data

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikannya, menganalisanya serta menginterpretasikan sehingga mendapat gambaran yang lebih relevan dari objek-objek yang diteliti. Data yang diperoleh nantinya, selanjutnya akan diolah dan dianalisis sebagai berikut :

1. Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan dengan metode deskripif yaitu mendeskripsikan kondisi eksisting tata ruang wilayah sekitar Kampus UHN dan rencana tata ruang wilayah sekitar Kampus UHN berdasarkan kebijakan tata ruang Kota Pematangsiantar

2. Untuk menjawab permasalahan kedua dilakukan dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan profil usaha kecil yang ada di sekitar Kampus UHN

3. Sementara untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah pendapatan masyarakat pelaku usaha di sekitar kampus maka dilakukan dengan analisis statistik deskriptif (uji parametrik) melalui survei langsung kepada responden di lokasi penelitian dengan menggunakan kuisioner. Pembuktian hipotesis menggunakan analisis statistik deskriptif dengan metode Pengujian Sampel Berpasangan ( paired sampel T Test ), yaitu untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan. Dengan demikian maka pada penelitian ini pembuktian hipotesis dilakukan dengan pengujuan terhadap tingkat pendapatan masyarakat pada saat sedang melaksanakan aktifitas perkuliahan dan pendapatan masyarakat pada masa


(51)

libur semester. Metode ini dapat digunakan dengan rumus dibawah in ini (Sugiyono, 2007) :

Rumus :

�= ��2− ��1

��21

1 +

�22

�2 −2� � � 1

√�1�(

�2

√�2)

H0

H

= tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan masyarakat pelaku usaha kecil yang ada disekitar Kampus UHN pada saat masa perkuliahan dengan rata-rata pendapatan masyarakat pada masa libur semester

1

Dasar pengambilan keputusan pada uji sampel berpasangan (paired sample T test) bisa diperoleh dengan menggunakan t hitung dengan melakukan uji 2 sisi dengan tingkat signifikansi (α) adalah 5%, sedangkan t tabel dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 60-1=59.

= ada perbedaan antara rata-rata pendapatan masyarakat pelaku usaha kecil yang ada disekitar Kampus UHN pada saat masa perkuliahan dengan rata-rata pendapatan masyarakat pada masa libur semester

Adapun kriteria pengujian : H0

H

diterima jika t hitung ≤ t tabel atau Sig. > 0,05

1

Selanjutnya pengolahan data untuk pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences ) ver.17.


(52)

3.6. Definisi Operasional

1. Kampus UHN merupakan salah satu perguruan tinggi swasta

penyelenggara pendidikan formal yang ada di Kota Pematangsiantar yang dalam penelitian ini berlokasi di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar

2. Keberadaan Kampus UHN diartikan sebagai adanya aktivitas

mahasiswa/i, karyawan dan dosen pada masa aktif perkuliahan

3. Tata ruang wilayah sekitar adalah pola tata guna lahan, pola jaringan jalan dan pola bangunan yang menyangkut tempat berlangsungnya semua usaha kegiatan masyarakat di sekitar kampus

4. Aktivitas ekonomi masyarakat sekitarnya adalah segala bentuk kegiatan jual beli barang dan jasa yang berlangsung di sekitar Kampus UHN

5. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi

6. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu

7. Pengembangan wilayah adalah proses perkembangan kegiatan ekonomi usaha kecil yang didikuti dengan perubahan pola tata ruang wilayah di sekitar Kampus UHN


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat Kampus HKBP Nommensen (UHN)

Suara untuk mendirikan Universitas HKBP Nommensen pertama kali lahir di dan tugas pelayanan yang diemban. Sinode Agung menerima usulan tersebut dan membentuk suatu Panitia Persiapan Pendirian dengan jangka waktu kerja satu tahun. Pada mereka yang kemudian diterima dan disahkan oleh sinode tersebut. Selama dua tahun bekerja, panitia tersebut mempersiapkan alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan yaitu kompleks universitas (gedung untuk ruangan kuliah termasuk sidalamnya perumahan staf pengajar) di bekas Kompleks berakhir. Pada tanggal HKBP, Universitas HKBP Nommensen diresmikan. Waktu pembukaannya, universitas ini memiliki tiga (3) fakultas yaitu:

a. Fakultas Hukum dengan jumlah mahasiswanya delapan belas (18) orang. Karena kesulitan tenaga dosen, pada tahun 1955 fakultas ini terpaksa ditutup. Akan tetapi untuk memenuhi permintaan masyarakat, pada tahun 1980 fakultas ini dibuka kembali di kampus Medan.


(54)

c. 1978 fakultas ini sesuai dengan keputusa diasuh oleh pucuk pimpinan HKBP sebagai

Kemudian menyusul dibuka Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahum 1961, FKIP Tahun 1962, Fakultas Teknik Tahun 1975, Fakultas Peternakan Tahun 1976, Fakultas Pertanian Tahun 1984, Fakultas Bahasa dan Seni Tahun 1987, Fakultas Psikologi Tahun 2001, Program Pasca Sarjana Tahun 2003 dan Fakultas Kedokteran Tahun 2008.

Kampus UHN yang menjadi lokasi penelitian berlokasi di Kelurahan Pahlawan Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar yang menaungi Fakultas Keguruan dan Pendidikan dan Fakultas Pasca Sarjana untuk program Magister Manajemen (MM) dan Magister Pendidikan Bahasa Inggris.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) adalah salah satu dari Fakultas yang ada di lingkungan Universitas HKBP Nommensen yang berkedudukan di Pematang Siantar dan yang merupakan unsur pelaksana sebagian tugas pokok dan fungsi dari Universitas. Dalam hal ini yang khusus bertugas menghasilkan tenaga pengajar yang terampil dan bertanggung jawab dalam tugasnya sebagai guru, pendidik di sekolah lanjutan dalam berbagai bidang studi. Untuk tugas dan fungsi ini, FKIP harus melaksanakan, mengembangkan dan membina program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat menurut bidang ilmu pendidikan.

FKIP UHN didirikan pada tanggal 1 September 1962 dengan dua (2) jurusan, yaitu : Jurusan Pendidikan Umum dan Jurusan Sastra dan Bahasa Inggris. Pada tahun 1964 dibuka jurusan yang baru, yaitu Jurusan Civil/Hukum. Pada


(55)

tahun 1965 dibuka dua (2) jurusan lagi yaitu Jurusan Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Jurusan Sastra dan Bahasa Jerman. Pada tahun 1973 dibuka Jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia, dan pada tahun 1976 dibuka Jurusan Ekonomi. Pada tahun 2007 pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia menetapkan FKIP UHN sebagai salah satu Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan sesuai SK Nomor 057/O/2007 tanggal 13 Juli 2007. Kemudian pada bulan September 2007 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menetapkan FKIP Universitas HKBP Nommensen sebagai salah satu pemenang Hibah Sistem PPL dan Lab Microteaching melalui surat No. 2195/D/T/2007. Penandatanganan kontrak pengadaan peralatan Lab Microteaching telah dilaksanakan oleh pimpinan universitas dengan pihak Dirjen Dikti pada tanggal 19 September 2007 di Jakarta.

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.2.1 Wilayah Administrasi

Lokasi penelitian terletak antara 3.01’09” – 2.54’40” LU dan 99.06’23” – 99.01’10” BT dan berada 400m diatas permukaan laut. Secara administratif lokasi penelitian merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Siantar Timur yang memiliki 7 (tujuh) kelurahan dimana kelurahan yang menjadi lokasi penelitian adalah Kelurahan Pahlawan dengan luas wilayah 0,42 km2. Dari ketujuh kelurahan tersebut Kelurahan Kebun Sayur yang menjadi keluar terluas serta Kelurahan Merdeka yang menjadi kelurahan terkecil, sementara Kelurahan Pahlawan berada di posisi keempat dalam hal luas wilayah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 dibawah ini.


(56)

(57)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Per Kelurahan Di Kec. Siantar Timur No. Kelurahan Luas Wilayah

(km2

Persentase

) (%)

1 Kebun Sayur 0,375 8,29

2 Tomuan 0,910 20,13

3 Pahlawan 0,420 9,30

4 Siopat Suhu 1,870 41,37

5 Merdeka 0,230 5,09

6 Pardomuan 0,255 5,64

7 Asuhan 0,460 10,18

Sumber : Kecamatan Siantar Timur Dalam Angka, Tahun 2011

4.2.2 Karakteristik Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Siantar Timur berjumlah 38.454 jiwa dengan Kelurahan Siopat Suhu menyumbang penduduk terbesar yaitu 10.446 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.586 jiwa/Km2, sementara jumlah penduduk terkecil berada di Kelurahan Pahlawan dengan jumlah 2.390 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 5,690 jiwa/Km2

Dilihat dari jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Siantar Timur, Kelurahan Siopat Suhu memiliki jumlah rumah tangga yang terbesar yaitu 2.492, sementara yang terkecil yaitu Kelurahan Merdeka sebesar 671. Namun, dari segi rata-rata anggota per rumah tangga di Kecamatan Siantar Timur, setiap kelurahan . Dari sini dapat diartikan bahwa kepadatan penduduk berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan berbanding terbalik dengan luas wilayah. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan pada Kecamatan Siantar Timur dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.


(58)

memiliki jumlah anggota tiap rumah tangga yang relatif sama yaitu sekitar 4 jiwa/rumah tangga. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kelurahan pada Kecamatan Siantar Timur dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Dari data struktur penduduk menurut jenis kelamin, Kelurahan Siopat Suhu memiliki jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang terbesar yaitu 4.937 jiwa dan 5.509 jiwa, sementara yang terkecil yaitu Kelurahan Pahlawan yaitu 1.251 jiwa untuk laki-laki dan 1.139 jiwa untuk perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi laki-laki dan perempuan di wilayah Kecamatan Siantar Timur tidak terpaut jauh dan relatif seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kelurahan Di Kec. Siantar Timur

No Kelurahan

Luas Wilayah

(Km2

Jumlah Penduduk

) (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 Kebun Sayur 0,375 4.070 10.853

2 Tomuan 0,910 9.172 10.079

3 Pahlawan 0,420 2.390 5.690

4 Siopat Suhu 1,870 10.446 5.586

5 Merdeka 0,230 3.371 14.657

6 Pardomuan 0,255 4.243 16.639

7 Asuhan 0,460 4.762 10.352

Jumlah 4,520 38.454 73.856


(59)

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur

No Kelurahan

Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk (Jiwa) Rata-Rata Anggota Per Rumah Tangga

1 Kebun Sayur 979 4.070 4,2

2 Tomuan 2.018 9.172 4,5

3 Pahlawan 522 2.390 4,6

4 Siopat Suhu 2.492 10.446 4,2

5 Merdeka 671 3.371 5,0

6 Pardomuan 975 4.243 4,4

7 Asuhan 1.060 4.762 4,5

Jumlah 8.717 38.454 4,4

Sumber : Kecamatan Siantar Timur Dalam Angka, Tahun 2011

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur

No. Kelurahan Laki-Laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

1 Kebun Sayur 1.965 2.105 4.070

2 Tomuan 4.330 4.842 9.172

3 Pahlawan 1.251 1.139 2.390

4 Siopat Suhu 4.937 5.509 10.446

5 Merdeka 1.513 1.858 3.371

6 Pardomuan 2.017 2.226 4.243

7 Asuhan 2.386 2.376 4.762

Jumlah 18.399 20.055 38.454


(60)

Tingkat kemiskinan wilayah dapat dilihat dari masyarakat penerima BLT (Bantuan Langsung Tunai). Kelurahan Siopat Suhu merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk, luas wilayah serta masyarakat penerima BLT yang terbesar yaitu sebesar 428 rumah tangga. Ini artinya bahwa Kelurahan Siopat Suhu dengan penduduk yang besar masih terganjal oleh kemampuan ekonomi yang masih kecil. Namun, Kelurahan Pahlawan dengan jumlah penduduk serta luas wilayah yang relatif kecil memiliki jumlah rumah tangga penerima BLT yang relatif kecil diantara ketujuh kelurahan tersebut yaitu sebesar 77 rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5 Banyaknya Rumah Tangga Miskin Penerima BLT Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur

No. Kelurahan

Banyak Rumah Tangga

Rumah Tangga Penerima

BLT

Persentase (%)

1 Kebun Sayur 979 324 33,09

2 Tomuan 2.018 621 30,77

3 Pahlawan 522 77 14,75

4 Siopat Suhu 2.492 428 17,17

5 Merdeka 671 122 18,18

6 Pardomuan 975 363 37,23

7 Asuhan 1.060 262 24,72

Jumlah 8.717 2.197 25,20


(61)

4.3 Pola dan Struktur Ruang Kota

Rencana pola ruang merupakan elemen penting dalam rencana tata ruang wilayah kota, dimana didalamnya ditunjukkan alokasi ruang bagi berbagai kegiatan perkotaan. Rencana pola ruang ini dirumuskan sesuai dengan hasil analisis serta dengan mempertimbangkan arahan kebijakan dari stakeholders Kota Pematangsiantar.

Dalam rencana pola ruang, wilayah Kota Pematangsiantar dibagi menjadi beberapa satuan pola ruang. Penentuan satuan pola ruang tersebut disesuaikan dengan Permen PU No.17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, dimana dalam konteks Kota Pematangsiantar terdiri dari:

a. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung, yang mencakup kawasan sempadan sungai, hutan kota, taman kota, taman lingkungan perumahan, TPU (Tempat Pemakaman Umum)

b. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya, yang mencakup kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan pendidikan, kawasan kantor pemerintahan, kawasan pariwisata, kawasan militer, peribadatan, olahraga dan budaya, kesehatan, terminal, TPA (Tempat Pembuangan Akhir), kawasan pertanian lahan kering, kawasan pertanian lahan basah, lahan pemanfaatan lainnya (lahan outer ring road, sungai, jalan dan rel KA).

Rencana struktur ruang Kota Pematangsiantar terdiri dalam 2 bagian utama yaitu rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana dan sarana. Keduanya mencakup beberapa elemen yang masing-masing dijelaskan


(62)

secara spasial. Dengan mengacu pada Permen PU No. 17/PRT/M/2009, rencana sistem pusat kegiatan dan berdasarkan hasil analisis, maka berikut ini diuraikan pertimbangan dalam penentuan rencana sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar, yaitu:

a. Potensi dan pergeseran perekonomian kota, yang dicirikan dengan bertambahnya sektor-sektor perekonomian yang mendominasi perekonomian kota

b. Hasil identifikasi pada sistem pusat kegiatan Kota Pematangsiantar saat ini (existing), yang menunjukkan bahwa:

1) Pusat primer adalah Kawasan Jl. Sutomo – Jl. Merdeka

2) Pusat sekunder antara lain adalah Parluasan, USI, sentra kegiatan Jl. Asahan

3) Pusat lingkungan antara lain adalah Lapangan Bola Atas. c. Limitasi dan kendala pengembangan kota.

Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Kota Pematangsiantar ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.


(63)

(64)

(65)

4.4 Tata Guna Lahan dan Jaringan Jalan

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan disimpulkan bahwa kawasan ini didominasi oleh kawasan perumahan, perdagangan, jasa serta kawasan pendidikan. Berdasarkan nilai lahan sesuai teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat dikatakan bahwa nilai lahan yang berada di sekitar kampus tergolong tinggi dikarenakan faktor lokasi yang tepat berada di pusat kota, aksesibilitas, jaringan infrastruktur yang memadai serta terbukti dalam 3 tahun terakhir berdiri suatu kompleks perdagangan yang merupakan satu point sentral pergerakan ekonomi Kota Pematangsiantar yang dinamakan Kompleks Megaland. Peta Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini.

Selain itu faktor penyebab nilai lahan tinggi karena letak lokasi penelitian yang sangat strategis karena terletak di pusat kota dan merupakan suatu lahan yang akan dikembangkan pemerintah setempat untuk kawasan pendidikan. Sehingga dengan merujuk pada tiga cara perkembangan kota (Zahnd, 1999), maka perkembangan kota di lokasi penelitian mengikuti pola perkembangan Interstisial artinya bahwa daerah dan ketinggian bangunan rata-rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah.

Berdasarkan jenis dan fungsi bangunan di lokasi penelitian adalah mayoritas kawasan perumahan dan pertokoan/perdagangan terutama di sepanjang Jalan Sangnaulauh. Kondisi dan konstruksi bangunan merupakan bentuk dari keterkaitan aspek fisik dari suatu bangunan, dimana di lokasi peneltian hampir seluruhnya ditemukan kondisi bangunan sudah baik maupun sudah permanent


(66)

walaupun masih ada beberapa bangunan semi permanent yaitu berfungsi sebagai kios-kios saja.

Fungsi pelayanan jalan di daerah lokasi penelitian dikategorikan sebagai jalan nasional. Jika melihat aktivitas transportasi di lokasi penelitian, dapat dikatakan cukup tinggi dikarenakan volume lalu lintas yang ada melebihi daerah-daerah lain seperti akses jalan menuju perindustrian rokok, bisnis, dan sebagainya. Selain sebagai jalur lalu lintas dalam kota untuk kendaraan pribadi, juga banyaknya trayek angkutan umum dalam dan luar kota. Sistem transportasi dibentuk dari sistem kegiatan, sistem pergerakan, sistem bangkitan dan sistem tarikan dari keseluruhan wilayah kota yang memberi pengaruh di wilayah penelitian. Jaringan jalan yang menjadi akses utama dalam sistem kegiatan adalah Jalan Sangnaulauh. Peta jaringan jalan Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini.

Untuk pola dan hierarki jaringan jalan yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari jalan lokal dan jalan lingkungan. Berdasarkan hierarki jalan eksisting yang masuk dalam kategori jalan lokal adalah Jalan Sangnaualuh, sedangkan jalan lingkungan dikategorikan jalan-jalan kecil dan gang. Arah dan pola lalu lintas yang terdapat di lokasi penelitian seluruhnya menggunakan sisten 2 (dua) arah baik jalan lokal maupun jalan lingkungan.

Angkutan Umum yang beroperasi atau melintas di lokasi penelitian cukup banyak seperti Sinar Siantar, Bandar Jaya, Rama Indah, Serigala, Sinar Bangun, dan GMSS Jaya. Selain angkutan umum terdapat juga angkutan becak yang merupakan moda angkutan penumpang yang populer dengan sebutan nama Becak BSA (Birmingham Society Art).


(67)

(68)

(69)

4.5. Gambaran Aktivitas Ekonomi Masyarakat 4.5.1.Gambaran Perekonomian Wilayah Penelitian

Kegiatan ekonomi dalam kelompok industri di Kecamatan Siantar Timur terdiri dari kegiatan industri besar, kecil dan rumah tangga, namun pada umumnya kegiatan ekonomi industri ini didominasi oleh industri rumah tangga. Industri rumah tangga terbesar dimiliki oleh Kelurahan Siopat Suhu dengan 18 industri rumah tangga dengan jenis industri tenun ulos sementara terkecil dimiliki oleh Kelurahan Kebun Sayur dengan 7 industri rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari persebaran industri di Kecamatan Siantar Timur pada Tabel 4.6 dibawah ini.

Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Industri Per Kelurahan Di Kec.Siantar Timur

No. Kelurahan Jenis Industri Jumlah

Kecil Besar/Sedang Rumah Tangga

1 Kebun Sayur 2 0 7 9

2 Tomuan 7 2 12 21

3 Pahlawan 3 6 10 19

4 Siopat Suhu 5 3 18 26

5 Merdeka 5 2 10 17

6 Pardomuan 8 0 15 23

7 Asuhan 4 0 12 16

Jumlah 34 13 84 131

Sumber : Kecamatan Siantar Timur Dalam Angka, Tahun 2011

Sementara untuk wilayah penelitian, kegiatan perdagangan dan jasa merupakan kegiatan yang mendominasi di beberapa tempat seperti jasa foto copy, penerjemah, penyewaan komputer/internet, dan lain sebagainya.


(70)

4.5.2.Profil Usaha Kecil di Sekitar Kampus UHN

Berdasarkan hasil survei di lapangan, kegiatan usaha responden didominasi oleh usaha jasa fotocopy dan penjilidan, jasa penyewaan komputer dan/atau internet. Dari hasil tabulasi data menunjukkan bahwa kegiatan usaha jasa fotocopy merupakan sektor kegiatan yang dominan yaitu sebesar 30% disusul jasa penyewaan komputer dan/atau internet sebesar 20% dari total responden, sementara kegiatan lain-lain yaitu sebesar 16,67% dari total responden yang bukan merupakan sektor kegiatan dominan karena mewakili beberapa jenis kegiatan usaha antara lain : bengkel, pembuatan reklame, penyewaan vcd, studio musik, serta counter penjualan pulsa dan aksesories handphone ( lihat Tabel 4.7) serta gambar lokasi di sekitar kampus pada pagi hari (lihat Gambar 4.6).

Tabel 4.7 Analisa Frekuensi Karakteristik Usaha Kecil Berdasarkan Jenis Usaha

No. Jenis Usaha Jumlah Persentase (%)

1 Jasa Fotocopy dan Penjilidan 9 30

2 Jasa Penyewaan Komputer dan/atau Internet

6 20

3 Penjualan ATK (Alat Tulis Kantor) 2 6,67

4 Jasa Penerjemah dan Kursus Bahasa 1 3,33

5 Salon 1 3,33

6 Rumah Makan 4 13,33

7 Toko Kelontong Pemenuhan Sehari-Hari

2 6,67

8 Lain-lain 5 16,67

Total 30 100


(1)

Pengaruh Kampus UHN Dalam Penentuan Jenis Usaha Berdasarkan Jenis Usaha

No. Jenis Usaha

Pengaruh Kampus UHN Dalam Penentuan Jenis Usaha

Tidak Berpengaruh Berpengaruh

1 Jasa Fotocopy dan Penjilidan 0 9

2 Jasa Penyewaan Komputer

dan/atau Internet

0 6

3 Penjualan ATK (Alat Tulis Kantor)

0 2

4 Jasa Penerjemah dan Kursus Bahasa

0 1

5 Salon 1 0

6 Rumah Makan 1 3

7 Toko Kelontong Pemenuhan Sehari-Hari

0 2

8 Lain-lain 4 1

Total 6 24


(2)

Lampiran 4

Tabel Distribusi t


(3)

Foto Situasi Jalan Sangnaualuh Depan Kampus UHN Pematangsiantar

T


(4)

Lampiran 6 Dokumentasi Foto Hasil Survei Lapangan

Beberapa Jenis Usaha Yang Ada di Sekitar Kampus UHN Pematangsiantar

Jenis Usaha Jasa Fotocopy/Penjilidan Yang Membaur Di Daerah Kampus


(5)

Suasana Arus Lalu Lintas Pada Saat Aktif Perkuliahan

Transportasi Umum Yang Melintas Di Depan Kampus

Akses Masuk Kampus/ Gerbang Utama Kampus

Beberapa Tempat Jenis Usaha Menjadi Tempat Favorit Mahasiswa


(6)

Ketinggian Bangunan Yang Relatif Sama Di Sekitar Kampus


Dokumen yang terkait

Relevansi Ketersediaan Koleksi Dengan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Di Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan

10 92 64

Dampak Keberadaan Kampus Universitas Sumatera Utara Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Dan Warung Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

4 53 125

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 0 14

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 0 2

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 0 7

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 0 24

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 0 3

Dampak Keberadaan Kampus Universitas HKBP Nommensen (UHN) Pematangsiantar Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Serta Pola Ruang Di Wilayah Sekitarnya

0 1 13

DAMPAK KEBERADAAN KAMPUS UNIVERSITAS TRU

0 0 17

Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan Juara Simanjuntak (Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Univ. HKBP Nommensen) Gloria Joice M. Sianipar (Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Univ. HKBP Nomme

0 2 12