Komunikasi Nonverbal Tarian Serampang Dua Belas (Studi Semiotika Mengenai Komunikasi Nonverbal Dalam Tarian Serampang Dua Belas Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan. Jadi metodelogi penelitian ini adalah sekumpulan
peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku disiplin ilmu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlangsung dalam
lingkungan alami dan melakukan interaksi dengan narasumber sehingga peneliti
dapat melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi yang nantinya akan
diteliti semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Roland
Barthes.
Pada dasarnya penelitian kualitatif merupakan aktivitas mencari teori
bukan menguji teori. Penelitian kualitatif ini mempunyai setting yang alami
sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrument kunci. Demi
menjaga iklim penelitian, maka peneliti akan langsung ke lapangan berbaur
dengan informan. Dalam hal ini peneliti harus menjaga kredibilitas sebagai
peneliti yang bersifat netral demi menjaga sumber informasi yang di sampaikan
oleh informan, jika sumber informan ingin di rahasiakan ataupun tidak. Hal ini
disebabkan peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan
antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam

proses tersebut. Penelitian kualitatif biasanya secara observatif, partisipatif,
wawancara mendalam, dan melakukan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan wawancara, lalu observasi kemudian melakukan validitas
data tersebut dan mendokumentasikannya.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian memiliki peran sangat strategis karena pada subjek
penelitian, hal inilah yang menjadi sumber data yang akan diamati. Sehingga

48 

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

49 
 

subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif,
responden atau subjek penelitan disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang
memberikan informasi tentang pengumpulan data yang ingin diteliti yang

berkaitan dengan penelitian yang di jalankan. Dari uraian di atas peneliti akan
menentukan informan, seperti yang sudah dijelaskan pada metode penelitian.
Yang menjadi fokus informan yaitu penari aktif yang ada di sanggar tari LK USU
dan sebuah video yang bersal dari Youtube, akan tetapi peneliti akan mencari
perbedaan antar sanggar tari lainnya, kemudian para praktisi ilmu yang sudah
paham tentang Tari Serampang Dua Belas, dan terakhir budayawan yang ada di
sekitar Medan.
3.3

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor

atau ukuran yang berbeda dari setiap individu atau merupakan konsep yang diberi
lebih satu nilai (Nur Idrianto dan Bambang Supormo, 2007:56). Objek penelitian
ini menunjuk kepada Budayawan, Ahli praktisi tari Serampang Dua Belas di
wilayah Medan.
3.4 Kerangka Analisis
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy Moleong 2002:103) menjelaskan
bahwa analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini kerangka

analisis diperoleh melalui reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhana, pengabstrakkan, dan transformasi
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan (Miles & Huberman,
1992 : 16). Dalam penelitian kualitatif naturalistik ini merupakan kegiatan bersifat
kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu memeriksa dengan cermat apa hasil
yang ada di lapangan dari setiap kontak antara peneliti dan informan. Proses
reduksi data akan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data dan analisis

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

50 
 

data

secara

valid,


membuang

yang

tidak

perlu,

mengarahkan,

dan

mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan final dapat diverifikasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1.

Metode Observasi
Observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan

pengamatnya melalaui hasil kerja pancaindra mata dibantu dengan
pancaindra lainnya.Metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiantan pengamat baru
dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data peneliti apabila
memilki kriteria sebagai berikut
a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncakan
secara serius.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya
menarik perhatian
d. Pengamatan dapat di cek dan dikontrol mengenai keabsahaanya
(Bungin, 2008 : 115)
Dari hasil observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara
memecahkannya.

2.


Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi aadalah suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metode penelitian sosial.Pada intinya metode
dokumentasi sebuah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis.Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk suratsurat, catatan harian, cinderamata, laporan, dan lain-lainnya. Sifat
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal pernah
terjadi di waktu silam

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

51 
 

3.

3.6


Metode Penelitian Kepustakaan
Metode Penelitian Kepustakaan yaitu mengumpulkan semua catatan,
data yang bersumber dari literatur serta bahan bacaan yang relevan
dengan penelitian ini

Keabsahan Data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian

keabsahan data hasil penelitian. Sehingga banyak hasil kualitatif diragukan
tentang kebenarannya karena beberapa hal : (1) subjektifitas peneliti merupakan
hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, (2) alat peneliti yang diandalkan
adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika
dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi), (3)
sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi
penelitian.
Untuk itu perlu dibangun sebuah mekanisme dalam mengatasi keraguan
terhadap hasil penelitian kualitatif. Adapun beberapa teknik keabsahan data yang
dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Kehadiran peneliti dalam tahap penelitian kualitatif membantu peneliti

untuk memahami semua data yang dibuat dalam penelitian. Karena itu hampir
dipastikan peneliti kualitatif adalah orang langsung melakukan wawancara dan
observasi dengan informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti
memiliki waktu yang lama bersama informannya di lapangan, bahkan kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Moloeng (2006:327) mengatakan apabila peneliti
lebih lama di lapangan, maka ia akan membatasi; (1) gangguan dari dampak
peneliti pada konteks; (2) kekeliruan (biases) peneliti; (3) mengonpensasikan
pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesat.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

52 
 

2. Ketekunan Pengamatan
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting
yang ditempuh peneliti adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam
pengamatan dilapangan. Dengan meningkatan ketekunan dilapangan, maka
derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008:256). Pengamatan

bukan hanya mengandalkan pancaindra, akan tetapi menggunakan semua
pancaindra lainnya, termasuk pendengaran, perasaan intuisi peneliti. Dalam
ketekunanan pengamatan dilakukan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi relevan atau isu yang sedanng dicari dan kemudian memusatkan dari
pada hal-hal tersebut secara rinci.
3.7

Teknik Analisis Data
Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam

analisis data kualitatif, yaitu (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses
tersebut, (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi data, dan proses
suatu fenomena sosial itu.
Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis
semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan
dimana ia beroperasi. Hali ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia
mengulas cara-cara beragam unsur bekerja sama dan berinteraksi dengan
pengetahuan.

3.7.1 Analisis Leksia
Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang
akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa,
klausa ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya tanda-tanda
(gambar) dianggap penting dalam pemaknaan.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

53 
 

3.6.2. Kode Pembacaan
Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five
major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksia). Lima kode yang
ditinjau Barthes yaitu:
1. Kode Hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini
melihat tanda-tanda dalam suatu teks yang menimbulkan pertanyaa. Fungsi kode
ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks.
Misalnya : Mengapa ada sepasang muda-mudi masuk menari di iringi lagu ?

Mengapa tangan sang wanita di letakkan di atas dada ? Mengapa sang pria
tangannya di atas perut ?
2. Kode Proaiterik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak
dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode yang mengahasilkan makna
denotasi I yaitu pada level teks.
Misalnya: Tiga sepasang muda-mudi masuk di iringi yang menggelegar,
menarik perhatian penonton untuk melihat mereka menari dengan anggun dan
gagah, dan langsung memasuki panggung, dengan berformasi satu pasangan
ditengah dan dua pasangan berada sisi kiri dan kanan dibelakang.
3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali
karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan
makna konotasi I yang terdapat dalam teks.
Misalnya : Tiga pasangan penari berhadapan dengan tangan kanan ke atas dan
kebawah secara bergantian. Dan sang pria dengan gagah berani menghadapi
perempuan untuk berkenalan, kemudian sang wanita bersenyum malu tunduk
tersipu-sipu.
4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada
pengalaman-pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan denotasi II. Analisis
bekerja pada level konteks

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

54 
 

Misalnya: Tiga pasangan penari ini mempraktekkan tarian bagaimana sebuah
pertemuan terjadi, dengan tanda-tanda bahasa tubuh, pria yang ditampilkan gagah,
kemudian perempuan malu untuk berkenalan tapi tidak dapat menolaknya.
5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan
makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna
konotasi II, yaitu pada level konteks.
Misalnya: Ragam pertama permulaan tari dengan gerakan berputar sembari
melompat-lompat kecil yang menggambarkan pertemuan.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1

Deskripsi Data Penelitian

4.1.1

Jejak Pencipta Serampang Dua Belas
Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia sedang

bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Serampang Dua Belas pertama
kali ditampilkan pada pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9
April 1938 yang bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara.
Para seniman penari tentu sudah tak asing lagi dengan tarian “Serampang
Dua Belas”. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia
sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Pada masa itulah Sauti
menciptakan beberapa kreasi tari yang terkenal hingga sekarang termasuk Tari
Serampang Dua Belas.
Dari berbagai sumber, Serampang Dua Belas pertama kali ditampilkan pada
pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9 April 1938 yang
bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara. Sejak pegelaran pertama itu,
Sauti terus berproses dan menyempurnakan tarian ini.
Tahun 1941, tarian Serampang Dua Belas ditampilkan kembali yang kedua
kalinya untuk masyarakat Serdang dalam rangka malam dana dan amal untuk
membantu rakyat Serdang yang dilanda musibah banjir. Sejak saat itu, Sauti aktif
dalam berkesenian, dan aktif dalam mencermati kesenian Melayu dan mendirikan
kumpulan tari yang dipimpinnya sendiri. Pada tahun 1949, Sauti telah
merampungkan dan menyusun pola dasar tari Serampang Dua Belas dan tari-tari
lainnya seperti Lenggang Patah Sembilan, Melenggok Mak Inang, Tari Biasa dan
lain-lain.
Perjalanan tari Serampang Dua Belas dan Guru Sauti semakin luas dan
panjang. Pada dekade 50-an, Sauti dipercaya memimpin penampilan tari
Serampang Dua Belas untuk menyambut kedatangan Presiden Soekarno dan Ibu

55 

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

56 
 

Fatmawati. Sauti juga ditunjuk untuk memimpin duta seni Sumatera Utara ke
RRC, dan dipercaya menjadi bintang film Serampang Dua Belas pada tahun 1955.
Sauti lahir pada tahun 1903 di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Menurut penuturan Syahrial Felani, penari Melayu, pada awal perkembangannya,
Tari Serampang Dua Belas hanya boleh dibawakan oleh laki-laki. Karena, kondisi
masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi
memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman,
di mana perempuan sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala
kegiatan, maka Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara
berpasangan antara laki-laki dan perempuan.
Saat ini, Tari Serampang Dua Belas boleh dikatakan sangat berkembang
sampai di berbagai daerah di Indonesia selain Sumatera Utara, seperti Riau,
Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang Dua
Belas juga terkenal sampai mancanegara dan sering dibawakan di beberapa negara
tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong.
Namun, kata Dede Rasyid, penari Melayu dari Anjungan Sumatera Utara
TMII, banyak penari Serampang Dua Belas generasi sekarang ini yang tidak
mengerti makna tarian tersebut, bahkan tidak mengenal tokoh penciptanya.
Sungguh ironis, memang.
4.2 Ragam Gerak Tari Serampang Dua Belas
Nama Tari Serampang Dua Belas sebetulnya diambil dari dua belas ragam
gerakan tari yang bercerita tentang tahapan-tahapan proses pencarian jodoh
hingga memasuki tahap perkawinan.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

57 
 

4.2.1

Analisis Ragam I

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

58 
 

Gambar 4.3

Gambar 4.3

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

59 
 

Gambar 4.4

A.

Analisis Leksia
Ragam I adalah permulaan tari dengan gerakan berputar sembari melompat-

lompat kecil yang menggambarkan pertemuan pertama antara seorang laki-laki
dan perempuan. Gerakan ini bertutur tentang pertemuan sepasang anak muda yang
diselingi sikap penuh tanda tanya dan malu-malu. Di mulai dengan (Gambar 4.1)
penari masuk dengan tiga banjar sepasang laki-laki dan perempuan, laki-laki
tangan kanannya berada di tengah hulu hati sembari mengenggam jempolnya
keluar kesisi dalam, sedangkan tangan kirinya terletak di pinggang. Sedangkan
perempuan tangan kanannya sedikit menggengam tepat berada tengah dada, dan
tangan kanannya terletak di bawah pingang sedikit kebawah dengan jari
memegang kain songket berwarna keemasan (Gambar 4.2). Pada sepasang
kekasih ini dalam tarian mengkisahkan pertuman berjalan bersamaan, laki-laki
tersebut harus tampak gagah, sedangkan perempuan harus terlihat cantik atau
anggun.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

60 
 

Sepasang demi sepasang membuat formasi untuk dapat dilihat penonton,
dengan yang di tengah paling depan, satu pasang penari berada ditengah,
kemudian yang lainnya berada di belakang di sisi kiri-kanan sejajar. Pada
(Gambar 4.3). Dalam gerakan pertama ragam ini tangan mereka naik-turun di
mulai dengan tangan kanan pertama dan tangan kiri langsung jatuh kebawah.
Dalam tempo hitungan 8 ketukan tarian sembari menghadap pasangannya dapat
dilihat (Gambar 4.4) pada hitungan ke 7-8 mereka langsung menghadap pasangan
yang sudah ditentukan sewaktu tarian di mulai. Dan gerakan kakinya juga sama
seperti lengak-lenggok tangan sang penari tersebut.
B. Lima Kode Pembacaan
1.

Kode Hermeneutika
Mengapa ada 6 orang yang muncul untuk menari ? Mengapa mereka berjalan

berpasangan ? Mengapa tangan laki-laki berada di hulu hati sedangkan perempuan
berada tepat didada ? Mengapa mereka satu didepan dan dua yang lainnya berada
di belakang sisi kiri-kanan namun sejajar ?
2.

Kode Proaterik
Sepasang penari yang berjumlah tiga pasang sedang menarikan tarian

serampang dua belas dengan menggambarkan penari muda yang ingin mencari
jodoh, dengan mengapresiasikan tarian yang berarti laki-laki berpenampilan gagah
melambangkan pria harus wibawa, sedangkan perempuan berjalan dengan
gemulai nan indah dipandang melambang wanita berparas cantik.
3.

Kode Simbolik
Di mulai dengan (Gambar 4.1) penari masuk dengan tiga banjar sepasang

laki-laki dan perempuan, laki-laki tangan kanannya berada di tengah hulu hati
sembari mengenggam jempolnya keluar kesisi dalam, sedangkan tangan kirinya
terletak

di

pinggang.

Sedangkan

perempuan

tangan

kanannya

sedikit

menggengam tepat berada tengah dada, dan tangan kanannya terletak di bawah

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

61 
 

pingang sedikit kebawah dengan jari memegang kain songket berwarna keemasan
(Gambar 4.2). Pada sepasang kekasih ini dalam tarian mengkisahkan pertuman
berjalan bersamaan, laki-laki tersebut harus tampak gagah, sedangkan perempuan
harus terlihat cantik atau anggun.
4. Sepasang demi sepasang membuat formasi untuk dapat dilihat penonton,
dengan yang di tengah paling depan, satu pasang penari berada ditengah,
kemudian yang lainnya berada di belakang di sisi kiri-kanan sejajar. Pada
(Gambar 4.3). Dalam gerakan pertama ragam ini tangan mereka naikturun di mulai dengan tangan kanan pertama dan tangan kiri langsung
jatuh kebawah. Dalam tempo hitungan 8 ketukan tarian sembari
menghadap pasangannya dapat dilihat (Gambar 4.4) pada hitungan ke 7-8
mereka langsung menghadap pasangan yang sudah ditentukan sewaktu
tarian di mulai. Dan gerakan kakinya juga sama seperti lengak-lenggok
tangan sang penari tersebut.
5.

Kode Kultural
Laki-laki di gambarkan harus berwibawa dan tegap sembari berjalan tegas

dan lugas menggambarkan seorang pria yang harus memadu wanita dengan adat
melayu berpakaian rapi sehingga wanita ingin ia madu dengan memilhnya dengan
bermodalkan benih cinta pada pandangan pertama.
Perempuan di gambarkan harus gemulai elok dipandang, beraparas cantik
dengan senyuman menawan untuk memikat pria, wanita berjalan lengak-lenggok
gemulai melirik sang pria yang yang terlihat sekilas namun malu untuk
bersenyum tersipu malu, dalam arti kata tangannya yang lembut namun cekatan,
untuk memulai percintaan yang mungkin baginya untuk dipilihnya sebagai calon
suaminya kelak.
6.

Kode Semik
Sepasang kekasih yang berjumpa pada dasarnya menggambarkan mabuk

asrmara untuk memulai kehidupan yang baik untuk masa depan, namun dalam

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

62 
 

memastikan diselingi pertanyaan untuk mereka ‘apakah ia mau?’ begitu laki-laki
dan perempuannya tersebut, dengan penuh tanya mereka melihat pada pandangan
pertama yang masih penuh harapan. Dengan penuh harapan mereka berjalan
bagaikan sepasang kekasih di mabuk cinta.
4.2.2

Analis Ragam II

Gambar 4.5

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

63 
 

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

64 
 

A. Analisis Leksia
Ragam II adalah gerakan tari yang dilakukan sambil berjalan kecil, lalu
berputar dan berbalik ke posisi semula sebagai simbol mulai tumbuh benih-benih
cinta antara kedua insan. Ragam II ini bercerita tentang mulai tumbuhnya rasa
suka di antara dua hati, akan tetapi mereka belum berani untuk mengutarakannya.
Dimuali dengan (Gambar 4.5) semua penari saling membelakangi sembari di
mulai kaki kanan tumit berpijak ketanah dan jari-jari menghadap ke atas sebanyak
dua hitungan yang pertama menghadap kedepan gerakan selanjutnya saling
membelakangi, (Gambar 4.6) kemudian perempuan menghadap kedepan
sedangkan laki-laki menghadap membelakangi penonton sebanyak dua kali juga
sembari memutar badan mereka. Dan hitungan selanjutnya mereka kembali ke
posisi semula.
Pada saat mereka berputar para penari sedikit berdiri atau ¾ mata dan kaki
serempak ketika tumit berdiri tatapan semua penari ke arah bawah ketika jari
mereka memijak ke bawah mata mereka sedikit melirik keatas sambil berputar
menyeselesaikan dua (Gambar 4.7)kali tumit berdiri dan jari-jari jinjit mereka
langsung

berputar

saling

membelakangi

pasangan,

kemudian

laki-laki

membelakangi penonton dan perempuan menghadap ke depan, berputar kembali
ke posisi awal. Para penari laki-laki memegang pinggangnya dengan kedua
tangannya. Sedangkan perempuan tangan kiri memegan pinggang kiri dan tangan
kanan berada tepat di tengah dada dengan tangan seperti memegang kancing yang
tepat atas dadanya, dan kepalnya sama seperti penari laki-laki ber-irigan sewaktu
kaki tumit ke bawah jari ke atas melihat bawah, dan jari-jarinya jinjit berputar
kepala melirik sedikit ke atas sembari berputar.
B. Lima Kode Pembacaan
1.

Kode Hermenuetika
Mengapa para penari berjalan perlahan? Mengapa mereka berhadapan tapi

malu malu menatap ? Mengapa saling berjauhan ? Mengapa mereka mengerak-

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

65 
 

gerakan kakinya ? Mengapa mereka berputar laki-laki searah arah jarum jam dan
perempuan kebalikannya ? Mengapa penari laki-laki pada lengannya di letakkan
dipinggang ? Mengapa perempuan tidak sama dengan laki-laki? Mengapa semua
penari laki-laki maupun perempuan tidak berdiri tegan ?

2.

Kode Proaretik
Dalam ragam dua ini para penari menunjukkan perjalanan di awali dengan

perlahan sehingga memulai pendekatan di antara mereka. Dalam permulaan
percintaan mereka saling malu-malu sehingga mereka ragu untuk mendekati satu
antara lainnya, dalam melirik mereka hanya melakukan curi-curi pandang antar
lelaki dan wanita, pada awal perjumpaan mereka tidak selalu agresif sehingga
dimulai dengan pandangan yang berjauhan tetapi fokus terhadap tujuannya, dalam
menggerakan kakinya cerita awal dimula semua terjadi, ibaratkan perjumpaan
yang harus memutar waktu untuk mendekatinya. Seorang pria harus terlihat gagah
dan wibawa sedangkan perempuan harus elok dipandang. Seorang wanita harus
berbeda dengan pendapat lelaki jadi dia beputar menjauh untuk didekati oleh pria.
3.

Kode Simbolik
Dimuali dengan (Gambar 4.5) semua penari saling membelakangi sembari di

mulai kaki kanan tumit berpijak ketanah dan jari-jari menghadap ke atas sebanyak
dua hitungan yang pertama menghadap kedepan gerakan selanjutnya saling
membelakangi, (Gambar 4.6) kemudian perempuan menghadap kedepan
sedangkan laki-laki menghadap membelakangi penonton sebanyak dua kali juga
sembari memutar badan mereka. Dan hitungan selanjutnya mereka kembali ke
posisi semula. Pada saat mereka berputar para penari sedikit berdiri atau ¾ mata
dan kaki serempak ketika tumit berdiri tatapan semua penari ke arah bawah ketika
jari mereka memijak ke bawah mata mereka sedikit melirik keatas sambil berputar
menyeselesaikan dua (Gambar 4.7)kali tumit berdiri dan jari-jari jinjit mereka
langsung

berputar

saling

membelakangi

pasangan,

kemudian

laki-laki

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

66 
 

membelakangi penonton dan perempuan menghadap ke depan, berputar kembali
ke posisi awal. Para penari laki-laki memegang pinggangnya dengan kedua
tangannya. Sedangkan perempuan tangan kiri memegan pinggang kiri dan tangan
kanan berada tepat di tengah dada dengan tangan seperti memegang kancing yang
tepat atas dadanya, dan kepalnya sama seperti penari laki-laki ber-irigan sewaktu
kaki tumit ke bawah jari ke atas melihat bawah, dan jari-jarinya jinjit berputar
kepala melirik sedikit ke atas sembari berputar.
4.

Kode Kultural
Anak muda dalam mengawali percintaan di mulai dengan tatapan dan jatuh

kehati. Sehingga perlahan namun pasti untuk menjajaki percintaan melangkah
pasti namun perlahan dua insan ini awal mula perjumpaan. Dalam memadu cinta
pria digambarkan harus berani mendekati wanita yang ingin dimadunya, mereka
bertemu dengan hanya bermodalkan tatapan curi-curi pandang antara satu dengan
lainnya. Anak muda dihiasi dengan indahnya memadu cinta dalam melirik wanita
yang malu-malu untuk didekati hingga akhirnya itulah sebagai jodoh mereka.
Suka sama suka mereka saling malu-malu untuk mendekatinya.
5.

Kode Semik
Percintaan memanglah rumit untuk dikaji satu-satu dari awal, jodoh itu

memang dimulai dengan tatapan hingga menjadi benih-benih cinta yang tumbuh
diantara mereka. Pria memanglah harus bertampilan menarik untuk mendekati
wanita, dan wanita malu terhadap pria yang ingin dia dekati sehingga ada
keraguan dalam melangkah kedepannya.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

67 
 

4.2.3

Analisis Ragam III

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

68 
 

Gambar 4.9
A. Analisis Leksia
Ragam III memperlihatkan gerakan berputar (tari Pusing) sebagai simbol
sedang memendam cinta. Dalam tarian ini nampak pemuda dan pemudi semakin
sering bertemu, sehingga membuat cinta makin lama makin bersemi. Namun,
keduanya masih memendamnya tanpa dapat mengutarakannya. Gerakan dalam
tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang memendam rasa. Di awali
(Gambar 4.7) penari laki-laki memutar ½ beralawan dengan arah jarum jam di
ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat diposisi laki-laki, Gerakan ini
lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan dikepalkan dan posisi jatuh
tangannya kebawah sembari melihat wajah perempuan. Sedangkan perempuan
jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas hulu hati dan jatuh kembali kebawah
seiring musik yang di mainkan. Perempuan kembali kebelakang dan laki-laki
mundur ke posisi semula (Gambar 4.8), gerakan sewaktu mereka berputar (Tari
Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan mengepal tangannya . Dan
perempuan kembali berjalan gemulai sehingga menebar pesona untuk menabur
benih cintanya terhadap laki-laki, pada posisi itu laki-laki dan perempuan saling
menatap pada posisi berputar maju-mundur (Gambar 4.9).

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

69 
 

B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa mereka berputar ? Mengapa saat mereka berputar tidak pada satu
putaran ? Mengapa laki-laki melihat wajah perempuan ? Mengapa tangan meraka
tidak sama dalam bergerak ? Mengapa tangan laki-laki dikepal sedangakan
perempuan tidak ? Mengapa perempuan tidak melihat namun hanya melirik ?
Mengapa meraka maju-mundur ? Mengapa pada saat akhir ragam ini mereka
akhirnya melihat wajah satu dengan lainnya ?
2. Kode Proaretik
Dalam ragam tiga ini mereka malakukan berputar (tari Pusing) yang
mengartikan sedang memendam cinta antar dua insan yang mabuk dengan cinta.
Benih-benih cinta sudah mulai tampak di antara mereka sehingga mereka saling
ingin bertemu mendekat-menjauh antar satu dengan lainnya. Di sini laki-laki
sudah berani menatap wajah siperempuan sedangkan perempuan masih malu
untuk melihat. Dalam gerakan lelaki sebagai wajah berparas berani untuk
mendekati wanita dengan simbol tangan naik dan turun berjalan memutari
perempuan, sedangkan perempuan hanya malu-malu tersipu malu untuk
memulainya, letik tangannya sebagai perempuan yang berartikan bahwa ‘aku
perempuan idamanmu’ yang masih malu-malu. Gerakan maju-mundur sebagai
simbol penjajakan awal untuk saling mengenal satu dengan lainnya, yang
akhirnya perempuan sudah berani melihat wajah laki-laki.
3. Kode Simbolik
Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang
memendam rasa. Di awali (Gambar 4.7) penari laki-laki memutar ½ beralawan
dengan arah jarum jam di ikuti perempuan dibelakangnya namun pada saat
diposisi laki-laki, Gerakan ini lelaki laki-laki berdiri sempurna dengan tangan
dikepalkan dan posisi jatuh tangannya kebawah sembari melihat wajah
perempuan. Sedangkan perempuan jarinya dengan lentiknya naik tepat di atas

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

70 
 

hulu hati dan jatuh kembali kebawah seiring musik yang di mainkan. Perempuan
kembali kebelakang dan laki-laki mundur ke posisi semula (Gambar 4.8), gerakan
sewaktu mereka berputar (Tari Pusing) laki-laki berjalan dengan tegap dengan
mengepal tangannya . Dan perempuan kembali berjalan gemulai sehingga
menebar pesona untuk menabur benih cintanya terhadap laki-laki, pada posisi itu
laki-laki dan perempuan saling menatap pada posisi berputar maju-mundur
(Gambar 4.9).
4. Kode Kultural
Muda-mudi penuh dengan kejutan dalam memadu kasih sehingga dapat dilihat
dalam gerakan tarian ini, dalam memadu kasih mereka digambarkan sebagai
simbol awal mulanya cinta terjadi. Awal dengan berputar antara satu dengan
lainya melihat pasti untuk mendapatkan cinta yang ingi di tujunya. Kisah kasih
percintaan ini saling ingin bertemu mengenal lebih jauh berkenalan memendam
rasa suka sehingga ingin mengutarakan cintanya sebagai sepasang kekasih yang
memadu percintaan.
5. Kode Semik
Lahir sebagai sepasang kekasih memanglah indah dengan beparas gagah
berani memulai percintaan untuk memadu cinta, lelaki sebagai simbol harus
mendekati lebih awal didepan untuk berani mendekati wanita yang ingin dia kenal
memendam rasa penasaran untuk mendekati wanita yang ingin dia dekati, sedang
kan perempuan belum berani melihat wajahnya dengan mengartikan malu-malu
tapi mau hanya dengan meliriknya namun akhirnya melihatnnya dengan penuh
harapan.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

71 
 

4.2.4

Analisis Ragam IV

Gambar 4.10

Gambar 4.11

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

72 
 

A. Analasis Leksia
Ragam IV dilakukan dengan gerakan tarian seperti orang mabuk sebagai
simbol dari dua pasang kekasih yang sedang dimabuk kepayang. Gerak tari yang
dimainkan dengan melenggak-lenggok dan terhuyung-huyung seperti orang
mabuk. Pada ragam ini (Tahap IV) proses pertemuan jiwa sudah mulai mendalam
dan tarian ini menggambarkan kondisi kedua insan yang sedang dimabuk
kepayang karena menahan rasa yang tak kunjung padam. Disini gerakan dalam
Ragam IV pertemuan mereka sudah tidak terelakan lagi dalam gerakan laki-laki
melompat kecil kegirangan dan perempuan sudah berani menatapnya dan mulai
senyum sembari tangan dikepal dan jari jempol menunjuk langsung ke arah tepat
tengah di atas dadanya (Gambar 4.10). Sedangkan laki-laki maju mandur lompat
kecil kearah, degan tangan dikepal naik searah di atas hulu hati dan turun
kebawah, perempuan menatap pasti melihat perempuan pilihannya sembari
melenggak-lenggok

senyum berparas

cantik

sembari

melihat

silaki-laki

tersebut(Gambar 4.11), pada moment ini lah mereka sudah saling dekat dan
dimabuk kepayang. Tidak dapat dibendung dengan cinta yang mulai tumbuh di
antara mereka.
B. Lima Kode Pembahasan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa mereka berjalan seperti itu ? Mengapa laki-laki terus menatapi
perempuannya ? Mengapa gerakan laki-lakinya ada sedikit melompat ? Mengapa
laki-lakinya berjalan memutar perempuannya ? Mengapa perempuan berjalan
sembari memutar laki-lakinya ? Mengapa tangan laki-lakinya naik turun sambil
mengepal pergelangan tanganya ? Mengapa tangan perempuannya mengepal dan
ibu jarinya ke arah tengah atas dadanya ?
2. Kode Proaterik
Dalam Ragam IV ini penari berjalan seperti kegirangan sedikit melompat
senang dan seperti mabuk kepayang menatap perempuannya. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

73 
 

perempuannya berjalan menatap laki-laki sambil melenggak-lenggok menatap
dengan pasti sembari mereka saling berputar karena sudah terjadi memadu cinta
dan melihat sisi-sisi setiap masing pasangannya. Dan laki-laki digambarkan
kembali terlihat gagah berjalan memutar perempuan, sedangkan perempuan
berjalan lemah gemulai menatap pria idamannya sembari berbalas memutari lakilaki.
3. Kode Simbolik
Dalam Ragam IV pertemuan mereka sudah tidak terelakan lagi dalam gerakan
laki-laki melompat kecil kegirangan dan perempuan sudah berani menatapnya dan
mulai senyum sembari tangan dikepal dan jari jempol menunjuk langsung ke arah
tepat tengah di atas dadanya (Gambar 4.10). Sedangkan laki-laki maju mandur
lompat kecil kearah, degan tangan dikepal naik searah di atas hulu hati dan turun
kebawah, perempuan menatap pasti melihat perempuan pilihannya sembari
melenggak-lenggok

senyum berparas

cantik

sembari

melihat

silaki-laki

tersebut(Gambar 4.11), pada moment ini lah mereka sudah saling dekat dan
dimabuk kepayang. Tidak dapat dibendung dengan cinta yang mulai tumbuh di
antara mereka.
Laki-laki sebagai simbol bergerak tegap berjalan sembari tangan dikepal
menunjukkan dia berwibawa dalam berjalan memutari perempuan. Tangan
dikepal sebagai tanda berani maju menatap wanita yang sudah ia dapati dan
dipilihnya sebagai pendampingnya kelak sehingga berjalan gagah, sehingga
berjalan kegirangan sembari melompat kecil kegirangan telah mendapatkan
pasangannya. Sedangkan perempuan disimbolkan sebagai wanita yang enak
dilhiat oleh laki-laki berjalan lemah gemulai untuk mendapatkan pria idamannya.
Di sini mereka senang kegirangan karena sudah mabuk kepayang dikarenakan
cinta yang mendalam.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

74 
 

4. Kode Kultural
Dewasa ini kita melihat pada gerakan tari yang sudah memadu cinta antar
pasangannnya sang pria yang menunjukkan caranya untuk mendapatkna wanita
idamannya dengan berjalan mengeliling siwanitanya tersebut sembari balas
menatap antara satu dengan lainya, menunjukan kegiarangan dengan melompat
kecil yang sedang mabuk kepayang karena cinta yang sudah dia dapatkan. Saking
senangnya seperti orang mabuk tujuh hari tujuh malam kegirangan ia sudah
medapatkan wanitanya dengan bermodal tatapan pertama. Sedangkan perempuan
berjalan lenggak-lenggok terseyum manis dan ia juga menatap prianya dengan
penuh harapan, simbol tangan jempolnya di maksud ‘pilih lah aku’ sebagai
pendamping hidupmu kelak sembari tangan kirinya memegan kain songket
berjalan bak gemulai senang dan bahagia sudah mendapatkan cintanya.
5. Kode Semik
Percintaan memanglah indah dengan berpadu kata-kata yang tidak dapat
dituliskan dengan kata-kata maupun puisi serasa indah. Percintaan dimula dengan
menatap jatuh kehati hingga senang tidak dapat dibendung oleh siapapun yang
pernah menjalaninya, mata dibalas mata berjalan dibalas berjalan sehingga dapat
saling berkenalan atau melihat sisi sikapnya masing-masing

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

75 
 

4.4.5 Analisis Ragam V

Gambar 4.12

Gambar 4.13

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

76 
 

Gambar 4.14
A. Analisis Leksia
Ragam V dilakukan dengan cara berjalan melenggak-lenggok sebagai
simbol memberi isyarat. Pada ragam ini, perempuan berusaha mengutarakan rasa
suka dan cinta dengan memberi isyarat terhadap laki-laki, yaitu dengan gerakan
mengikuti pasangan secara teratur. Gerakan tari pada Ragam V ini sering juga
disebut dengan ragam gila. Dalam ragam ini perempuan memberikan isyarat pada
laki-laki dengan jalan melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan
kebawah tanpa melihat laki-laki namun hanya meliriknya, dengan berjalan dengan
anggun menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan (Gambar 4.12) namun
dengan tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya
meliriknya sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan
berusaha mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut
(Gambar 4.13). Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya
berlawannan dengan arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung
melirik kemudian sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum
jam di ikuti dengan penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

77 
 

menggenggam dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya,
dan tangan kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain
berwarna kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan
(Gambar 4.14)
B. Lima Kode Pembahasan

1. Kode Hermeneutika
Mengapa penari perempuan jalan melenggak-lenggok ? Mengapa
tangannya begitu gemulai ? Mengapa pada saat berjalan ber iringan dengan penari
laki-lakinya ? Mengapa penari perempuan tidak melihat penari laki-laki namun
hanya meliriknya ?
2. Kode Proaretik
Dalam Ragam V ini perempuan berusaha megutarakan rasa suka dan
cintanya terhadap penari laki-laki dengan berjalan melanggak-lenggok bak
mencari perhatian laki-laki dan mengikuti arah dari laki-laki mengikuti kemana
dia pergi. Disni penari perempuan malu untuk menatapnya namun hanya
meliriknya sebagai isyarat rasa sukanya terhadap laki-laki yang ia cintai.
3. Kode Simbolik
Dalam ragam ini perempuan memberikan isyarat pada laki-laki dengan jalan
melenggak-lenggok tangan perempuan naik ke atas dan kebawah tanpa melihat
laki-laki

namun

hanya

meliriknya,

dengan

berjalan

dengan

anggun

menggoyangkan pinggul kekiri dan kekanan (Gambar 4.12) namun dengan
tatapan yang malu perempuan membuang wajahnya namun hanya meliriknya
sehingga membuat laki-laki penasaran terhadapnya, perempuan berusaha
mengutarakan rasa suka dan cintanya terhadap laki-laki tersebut (Gambar 4.13).
Kemudian memutar kebelakang dan laki-laki mengikutinya berlawannan dengan

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

78 
 

arah jarum jam sebanyak 6 langkah kedepan dan langsung melirik kemudian
sedikit berjinjit, kemudian mundur kebelakang searah jarum jam di ikuti dengan
penari laki-laki dengan meletakkan tangan kanan ke atas dada menggenggam
dengan jempol menjulur keluar ke arah dalam dekat atas dadanya, dan tangan
kirinya memegang bawah pinggang dekat paha sembari memegan kain berwarna
kuning. Dengan sepuluh langkah mundur langsung menghadap kedepan (Gambar
4.14)
4. Kode Kultural
Perempuan adalah makhluk hidup diciptakan Tuhan YME untuk dijadikan
pasangan setiap manusia ciptaannya, sehingga memilki badan dan raut wajah
untuk dilihat laki-laki supaya kagum, dalam tarian ini sudah jelas dilihat dengan
memberikan satu isyarat yang besar untuk ia dekati dengan berjalan gemulai yang
enak di padang. Pada dasarnya kehidupan sehari-hari perempuan memang harus
tampil sempurna untuk dilihat.

5. Kode Semik
Kehidupan sehari-hari kita dapat mendapatkan rasa suka terhadap perempuan
yang dengan hanya melirik atau dengan rasa sayang yang ia berikan kepada kita
seperti hidup dengan ibu kita sendiri yang menunjukan rasa sayangnya terhadap
kita dengan mendidik kita dari kecil hingga dewasa.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

79 
 

4.4.6 Analisis Ragam VI

Gambar 4.15

Gambar 4.16

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

80 
 

Gambar 4.17

Gambar 4.18

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

81 
 

A. Analisis Leksia
Ragam VI merupakan gerakan tari dengan sikap goncet-goncet sebagai
simbol membalas isyarat dari kedua insan yang sedang dilanda cinta. Pada ragam
ini, digambarkan pihak laki-laki yang mencoba menangkap isyarat yang diberikan
oleh perempuan dengan menggerakkan sebelah tangan. Si pemuda dan pemudi
kemudian melakukan tarian dengan langkah yang seirama antara pemuda dan
pemudi. Setelah beberapa ragam di jelaskan ragam ini menjeleaskan tentang
penari laki-laki yang penasaran ingin berkenalan dan mencoba menangkap isyarat
yang diberikan oleh perempuan dengan melompat atau dalam tari Serampang Dua
Belas ini dinamakan tari sikap ‘Goncet-Goncet’ (Gambar 4.16) kemudian se
irama berputar mengilingi perempuan berirama sama dengan gerakan yang sama
kemudian seperti menerkam (Gambar 4.17) mencoba menangkap penari
perempuan yang ingin segera dia dekati lebih dalam lebih jauh. Dalam gerakan
selanjutnya penari sambil menatap dan melihat bergoyang mengikuti irama
mengahadap kedepan dan kemudian kebelakang sebanyak satu kali sesuai dengan
irama musik yang dimainkan (Gambar 4.18)
B. Analisis Lima Kode

1. Kode Hermeutika
Mengapa penari laki-laki melompat ? Mengapa penari laki-laki seperti ingin
menerkam ? Mengapa penari laki-laki menari mendekatkan diri kepenari
perempuan ? Mengapa penari laki-laki menari se irama dengan perempuan ?
2. Kode Proaretik
Dalam ragam ini di sini penari laki-laki lebih agresif mencoba menanggkap
isyarat dari perempuan yang sudah perempuan berikan pada Ragam V dan
mencoba memahami maksud dari perempuan. Dalam tarian Serampang Dua Belas
ini ada istilah tarian ‘Menerkam’ seperti ingin menangkap lawan penarinya

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

82 
 

sehingga mendapatkan perempuan tersebut. Kemudian ia mendekati penari
permpuan mencoba apa yang dimaksudnya sehingga dapat lebih percaya apa
isyarat yang di maksud. Kemudian mereka menari dengan se irama untuk
mengerti maksud dari isyarat perempuan tersebut dengan mendekatinya dan
melihatnya dengan seksama.
3. Kode Simbolik
Si pemuda dan pemudi kemudian melakukan tarian dengan langkah yang
seirama antara pemuda dan pemudi. Setelah beberapa ragam di jelaskan ragam ini
menjeleaskan tentang penari laki-laki yang penasaran ingin berkenalan dan
mencoba menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan melompat
atau dalam tari Serampang Dua Belas ini dinamakan tari sikap ‘Goncet-Goncet’
(Gambar 4.16) kemudian se irama berputar mengilingi perempuan berirama sama
dengan gerakan yang sama kemudian seperti menerkam (Gambar 4.17) mencoba
menangkap penari perempuan yang ingin segera dia dekati lebih dalam lebih jauh.
Dalam gerakan selanjutnya penari sambil menatap dan melihat bergoyang
mengikuti irama mengahadap kedepan dan kemudian kebelakang sebanyak satu
kali sesuai dengan irama musik yang dimainkan (Gambar 4.18) Ragam VI
menjeleskan setelah mendapatkan isyarat laki-laki melompat kegirangan setelah
mendapatkan isyarat dari perempuan supaya ia dekati, setelah itu gerakannya
seperti menerkam menjelaskan bahwa ingin mendapatkan segera perempuan
dengan semangat melompat ke arah penari perempuan tersebut. Setelah penari
laki-laki melakukan gerakan ‘Menerkam’ dia mendekati perempuan untuk
mengikuti gerakan perempuan dan mengenalnya lebih jauh.
4. Kode Kultural
Sebagai laki-laki kita harus lebih percaya diri supaya mendekatkan diri
mengenal perempuan untuk kita dapat sebagai pendamping kehidupan kelak.
Tarian ini mengajarkan ketika kita mendapat sebuah isyarat dari perempuan kita
harus berusaha mendapatknya untuk kita pinang dikelak hari nanti. Dengan

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

83 
 

gerakan yang lebih agresif walaupun ragu-ragu kita harus tetap mengikuti maksud
perempuan yang ingin kita dekati.
5. Kode Semik
Gerakan demi gerakan sudah peniliti telaah sehingga penulisan ini banyak
memaknai tahap proses pengenalan hingga berkenalan dengan seseorang hingga
tahap menangkap isyarat dari perempuan yang ingin kita dekati.
4.4.7 Analisis Ragam VII

Gambar 4.19

A. Analisis Leksia
Ragam VII dimulai dengan menggerakkan sebelah kaki kiri/kanan sebagai
simbol menduga. Hal ini menggambarkan terjadinya kesepahaman antara dua
pasang kekasih dalam menangkap isyarat yang saling diberikan. Dari isyarat ini
mereka telah yakin untuk melanjutkan kisah yang telah mereka rajut hingga
memasuki jenjang perkawinan. Setelah janji diucapkan, maka sepasang kekasih
yang sedang dimabuk asmara tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

84 
 

cerita indah selanjutnya. Dalam ragam ini laki-laki sambil memegang pinggang
berputar mengelilingi perempuan sebanyak delapan kali kekiri dan kekanan, pada
hitungan ke empat gerakan kekiri dan kekanan penari laki-laki tangannya tetap
dipinggang dan perempuan tetap tangan kanan diatas dekat dada, namun gerakan
ke lima dan ke tujuh tangan kanan di ayunkan ke arah depan tepatnya dekat perut,
perempuan tetap sama tangannya yang sebelah kiri di pinggang dan tangan
kanannya terletak di atas tengah dadanya.
B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika
Mengapa mereka menari kekiri dan kekanan ? Mengapa gerakannya se irama
? Mengapa gerakan satu sampai empat gerakan laki-laki tetap ? Mengapa gerakan
ke lima dah tujuh tangannya bergerak ?
2. Kode Proaterik
Ragam VII merupakan tahap dimana jenjang berikutnya berlanjut untuk
mengenal satu dengan lainnya dengan arti kata lain setelah mendapatkan isyarat,
mereka melanjutkan untuk kejengjang pernikahan. Gerakan seirama mengartikan
menarik rajut kisah mereka untuk kejengjang yang lebih serius dengan
menggerakan tari yang dinamakan gerakan ‘sebelah Kiri-Kanan’. Kemudian pada
tahap ini laki laki menunjukan tanpa menggerakan kedua tangannya dipinggang
yang berarti kesiapan untuk meminang perempuan. Gerakan kelima dan tujuh
sebagai tanya kesiapan perempuan supaya bersedia untuk dipinang.
3. Kode Simbolik
Ragam VII, laki-laki berputar ke arah kanan perempuan sambil membuka
tangannya membelakangi kemudian kembali berputar kehadapannya kemudian
seditik ‘mendak’ bahunya dan tangan kepinggang sampai tiga hitungan, kemudian
perempuan melenggak-lenggok berputar membelakangi laki-laki, setelah itu

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

85 
 

berhadapan sembari badan berputar satu kali perempuan meletakan tangan kanan
memegang sedikit atas dadanya dengan jempol menjulur sisi kedalam, tangan kiri
memegang pinggulnya berputar juga tiga kali (Gambar 4.19
4. Kode Kultural
Dalam tahap ragam ini setalah mendapatkan isyarat satu dengan lainnya
mereka mencoba saling mengenal lebih dalam sehingga dapat menjalani
kehubungan lebih lanjut kepernikahan. Dengan kata lain mereka yakin terhadap
satu dengan lainnya. Sepasang kekasih ini sudah mulai mabuk kepayang di
karenakan cinta, sehinnga mereka mengenal dengan yang lainnya.
5. Kode Semik
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat sepasang kekasih dalam
merajut kasih cinta sehingga mendapatkan keyakinan dan keperacayaan untuk
mengenal lebih dekat. Namun dalam gerakan ini menjelaskan persamaan gerakan
bermaksud untuk mengenal antara satu dengan lainnya untuk melanjutkan
keperkawinan.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

86 
 

4.4.8 Analsis Ragam VIII

Gambar 4.20

Gambar 4.21

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

87 
 

Gambar 4.22

Gambar 4.23
A. Analisis Leksida
Ragam VIII dilakukan dengan gerakan melonjak maju-mundur simbol
proses meyakinkan diri. Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

88 
 

kali (Gambar 4.20 & Gambar 4.21) yang dilakukan sembari maju-mundur,
pembahasan sebelumnya sudah diterapkan seperti gerakan pada (Ragam IV) dan
kembali penari laki-laki berjalan dengan gagah menunggu jawaban atau restu dari
kedua keluarga besarnya. Muda-mudi yang telah berjanji, mecoba kembali
meresapi dan mencoba meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan
selanjutnya. Gerakan tari dilakukan dengan gerak bersuka ria yang menunjukkan
sepasang kekasih sedang asik bersenda-gurau sambil mendekati penari perempuan
yang berada disisi kanannnya sambil mundur tiga langkah kebelakang memegang
pinggang (Gambar 4.22) dengan menggerakan kaki kiri dan kanan sebanyak tiga
kali untuk sembari penari lelaki terus mentapnya dengan penuh harapan untuk
mengenal satu di antara lainya sebelum memasuki jenjang pengenalan dengan
kedua keluarga besar. (Gambar 4.23) kembali menarikan ‘Tari Pusing’ yang
berada di (Ragam III).
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeunitik
Mengapa semua penari maju mundur ? Mengapa penari laki-laki selalu
menatap penari perempuan ? Mengapa laki-lakinya berjalan mundur sambil
dibelakang perempuannya ? Mengapa perempuan berjalan sembari memutar lakilakinya ?
2. Kode Proaretik
Dalam tarian ini nampak pemuda dan pemudi semakin sering bertemu,
sehingga membuat cinta makin lama makin bersemi. Namun, keduanya masih
menunggu jawaban. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua
insan yang memendam rasa. Para penari melakukan gerakan sebagai tanda
melonjak maju-mundur simbol proses meyakinkan diri untuk mendekati lebih
jauh.

Universitas Sumatera Utara 
Universitas Sumatera Utara

89 
 

3. Kode Simbolik
Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga kali (Gambar 4.20
& Gambar 4.21) yang dilakukan sembari maju-mundur, pembahasan sebelumnya
sudah diterapkan seperti gerakan pada (Ragam IV)
4. Kode Kultural
Sebuah ragam yang dapat dilihat dari sebuah gerakan awal perkenalan
hingga tahap demi tahap melakukannya, adalah sebagai simbol dimana setiap
tindakan yang kita awali harus mencapai sebuah target yang kita mau sehingga
dapat dilakukan secara bersamaam, Ragam VII mengajarkan sebuah pendeketan
yang akrab sehingga dapat bersenda gurau, namun mengharapkan pertemuan
antara keluarga besar kita.
5. Kode Semik
Gagasan dalam ragam ini menjelaskan sebagai manusia ciptaan tuhan
harus hidup berdampingan sehingga kita tidak salah pilih dengan segala
konsekuesinya. Menjalin sebuah perjalan cinta tidak lah mudah bagi kita yang
berliku-liku, namun bagaimanapun kita harus menjalaninya untuk mendapatkan
pasangan yang kita inginkan, dalam realita tarian ragam ini mejelaskan secara
tegas setelah semakin dekat, bersenda gurau kemudian mengharapkan pertemuan
antara keluarga besar mereka.

Universitas Sumatera Utara 
Un