Formulasi Bedak Kompak Menggunakan Ekstrak Buah Merah (pandanus conoideus lam.) Sebagai Pewarna

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Habitat tumbuhan
Buah merah termasuk tanaman endemik. Secara umum habitat asal
tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembap. Di wilayah
Papua, tanaman buah merah ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian
antara 2 – 2.300 meter di atas permukaan laut. Ini berarti bahwa tanaman buah
merah dapat tumbuh dimana saja di wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga
dataran tinggi. Beberapa sentra tanaman buah merah yang terkenal antara lain
Puncak Jaya, Timika, Tolikara, Sarmi, Manokwari, Jayawijaya dan Yahukimo
(Budi dan Paimin, 2005).
2.1.2

Morfologi tumbuhan
Tanaman buah merah mempunyai daun tunggal berbentuk lanset sungsang

(oblanceolate), berwarna hijau tua dan letaknya berseling. Ujung daun runcing
(acute). Pangkal daun memeluk batang. Permukaan daun licin. Tepi daun berduri
atau tidak berduri, tergantung jenisnya (Budi dan Paimin, 2005).

Batang tanaman bercabang banyak, tegak, bergetah, dan berwarna coklat
berbercak putih. Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan tinggi batang bebas
cabang 5 – 8 m diatas permukaan tanah (Budi dan Paimin, 2005).
Akar tanaman buah merah tergolong akar serabut dengan tipe perakaran
dangkal. Akar tanaman cenderung masuk hingga kedalaman tanah sekitar 94 cm.
Akar-akar tunjang muncul dari bagian batang dekat permukaan tanah. Diameter
akar terbesar berkisar 6,6 – 8 cm, sedangkan diameter akar terkecil sekitar 1,5 –
2,8 cm (Budi dan Paimin, 2005).

5
Universitas Sumatera Utara

Secara garis besar diketahui ada empat varietas

yang banyak

dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni jenis merah panjang, merah
pendek, coklat, dan warna kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masingmasing jenis berbeda-beda (Budi dan Paimin, 2005).
Varietas merah panjang memiliki buah berbentuk silindris, ujung tumpul,
dan pangkal meruncing. Panjang buah mencapai 96 – 102 cm dengan diameter

15 – 20 cm. Bobot buah mencapai 7 – 8 kg. Warna buah merah bata saat muda
dan merah terang setelah matang. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk
melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagian dari ujung (Budi
dan Paimin, 2005).
Buah merah atau kuansu yang disebut masyarakat Wamena Papua,
tersusun dari ribuan biji yang berbaris rapi membentuk kulit buah. Biji kecil
memanjang sepanjang 9 – 13 mm dengan bagian atas meruncing. Bagian pangkal
biji menempel pada bagian jantung, sedangkan ujungnya membentuk totol-totol
dibagian kulit buah. Biji berwarna hitam kecoklatan dibungkus daging tipis
berupa lemak. Warna daging kuning, coklat, atau merah bata, tergantung jenisnya
(Budi dan Paimin, 2005).
2.1.3 Kandungan kimia
Buah merah mengandung senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya
betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam
linolenat, dan asam dekanoat. Selain itu buah merah juga mengandung vitamin
dan mineral esensial yang cukup lengkap. Diantaranya kalsium, fosfor, besi,
vitamin B1, vitamin C dan nialin (Budi dan Paimin, 2005).

6
Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Sistematika tumbuhan
Taksonomi buah merah (Budi dan Paimin, 2005):
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Pandanales

Famili


: Pandanaceae

Genus

: Pandanus

Species

: Pandanus conoideus Lam.

Tabel 2.1 Kandungan senyawa aktif dalam sari buah merah
Senyawa Aktif

Kandungan

Total karotenoid

12.000 ppm


Total tokoferol

11.000 ppm

Betakaroten

700 ppm

Alfa-tokoferol

500 ppm

Asam oleat

58%

Asam linoleat

8,8%


Asam linolenat

7,8%

Dekanoat

2,0%

(Budi dan Paimin, 2005)
Beberapa sampel sari buah merah yang diteliti menunjukkan kadar
kandungan tokoferol dan betakaroten yang berbeda-beda. Jumlah kandungan dua
senyawa ini dipengaruhi oleh tempat tumbuh tanaman dan proses pembuatannya
(Mulyono dan Astuti, 2005).

7
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 Komposisi zat gizi per 100 gram buah merah
Senyawa Aktif


Kandungan

Energi

394.00 kalori

Protein

3.300,00 mg

Lemak

28.100,00 mg

Serat

20.900,00 mg

Kalsium


554.000,00 mg

Fosfor

30,00 mg

Besi

2,44 mg

Vitamin B1

0,90 mg

Vitamin C

25,70 mg

Nialin


1,80 mg

Air

34,90%

(Budi dan Paimin, 2005)

2.2 Kosmetik
2.2.1 Pengertian kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya keterampilan
menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang
diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku,
rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik,
melindungi, memperbaiki, sehingga penampilan lebih indah (Muliyawan dan
Suriana, 2013).
Kosmetika merupakan campuran bahan alami untuk perawatan, dekorasi,
dan wangi-wangian. Bahan alami yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan,
bahan dari hewan atau bahan yang terdapat di alam bebas di sekeliling kehidupan
manusia (Wasitaatmadja, 1997).


8
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha
untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan
sehingga

terlihat

lebih

menarik

dan

menutupi


kekurangan

yang

ada

(Wasitaatmadja, 1997).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi (Wasitaatmadja, 1997):
a. Kosmetik rias kulit (wajah)
b. Kosmetik rias bibir
c. Kosmetik rias rambut
d. Kosmetik rias mata
e. Kosmetik rias kuku
Pembagian kosmetik dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah
pipi, eye shadow dan lain-lain.
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat
rambut, dan pengeriting rambut.
2.2.3 Zat pewarna
Peran zat warna sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Pemakaian
kosmetik dekoratif lebih untuk alasan estetika dari pada kulit. Persyaratan
kosmetika dekoratif antara lain (Tranggono dan Latifah, 2007):

9
Universitas Sumatera Utara

a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan
lainnya.
Zat warna berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari alam dan sintesis.
Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih
sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah
diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga
lebih disukai oleh produsen dan konsumen (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam
beberapa kelompok yaitu:
a. Zat warna alam yang larut
Zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk
kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna
alam

larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan

pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh
zat warna alam yang larut adalah:
i. Alkalain, yaitu zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana
(Radix alcannae)

ii. Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang
telah dikeringkan
iii. Ekstrak klorofil daun-daun hijau, untuk menghasilkan warna hijau

10
Universitas Sumatera Utara

iv. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan
rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis.
v. Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman
tertentu yang mengandung zat warna kuning (Muliyawan dan Suriana,
2013).
a. Zat warna sintesis
Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa
senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal dengan sebutan anilina atau
Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain:

i. Intensitas warnanya sangat kuat
ii. Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya
iii. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat
daripada zat warna untuk kulit
iv. Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk
kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Muliyawan dan Suriana,
2013).
c. Pigmen-pigmen alam
Pigmen-pigmen alami itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah,
contohnya aluminium silikat. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat
pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Aman
digunakan untuk kulit, sehingga zat warna ini banyak dipakai untuk mewarnai
bedak, krim, dan kosmetik lainnya. Kelemahannya yaitu zat warna yang
dihasilkan tidak seragam, sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat
pemanasannya (Muliyawan dan Suriana, 2013).

11
Universitas Sumatera Utara

d. Pigmen-pigmen sintesis
Dewasa ini banyak juga ditemukan besi oksida sintesis yang sering
digunakan sebagai pengganti zat warna alam. Berikut adalah beberapa contoh
pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain:
i. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah
dan beragam warna violet
ii. Zinc oxide dan Titanium oxide (pigmen sintesis putih)
iii. Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara
iv. Bismuth carbonate sebagai pigmen putih
v. Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt
hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan
vi. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis
vii. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik
karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide.
viii. Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan
dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum
karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit
(Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3 Bedak
Bedak adalah jenis kosmetik yang telah digunakan sejak lama untuk
membuat wajah agar lebih menarik dan menutupi noda. Namun, seiring
perkembangan zaman, tujuan utama bedak kini menghapus kilau minyak karena
keringat, sebum dan menjaga riasan sehingga dapat bertahan lebih lama (Mitsui,
1997).

12
Universitas Sumatera Utara

Suatu bedak harus mencapai efek buram untuk dapat menutupi

atau

menyamarkan kekurangan pada kulit wajah, tapi hal ini tidak harus memberikan
efek seperti topeng. Selain itu, bedak harus bersifat tahan lama sehingga tidak
dibutuhkan pembedakan berulang kali. (Balsam dan Sagarin, 1972).
Hampir semua orang memiliki kerutan dan garis-garis yang menunjukkan
perubahan pada usia, tanda lahir yang kecil, pembesaran pori-pori, bekas jerawat,
luka akibat lesi kulit dan sebagainya. Kekurangan-kekurangan inilah yang ingin
ditutupi oleh seorang wanita agar penampilannya lebih menarik. Efek penutupan
ini dicapai dengan penggunaan bedak wajah, make-up cair (seperti foundation,
blush on, eye shadow) dan lainnya (Balsam dan Sagarin, 1972).

Ada dua bentuk bedak wajah, yaitu:
a. Bedak tabur (Loose powder )
Bedak tabur

merupakan produk bedak berupa bubuk dimana hampir

semua bahan baku serbuk dan tidak ada minyak yang digunakan. Bedak tabur
dapat mengurangi kilau pada wajah akibat kulit wajah yang berminyak,
mengurangi rasa lengket pada wajah serta menjaga riasan terlihat tetap baik dalam
waktu lama dengan mengontrol pengeluaran keringat dan sebum di wajah.
Pemakaian bedak tabur menggunakan spons agar bedak dapat tersebar merata
pada wajah. Bahan baku dasar bedak tabur adalah talkum. Selain itu ditambahkan
bahan-bahan lainnya seperti kaolin dan titanium oksida mempunyai kemampuan
menutupi yang baik, seng stearat dan seng miristat untuk adhesi yang baik, serta
kalsium karbonat dan magnesium karbonat untuk menyerap keringat dan sebum.
Pigmen pewarna dan pigmen mutiara digunakan untuk meningkatkan warna kulit
(Mitsui, 1997).

13
Universitas Sumatera Utara

b. Bedak kompak (Compact powder )
Bedak kompak adalah bubuk yang dikompres menjadi padatan.
Penggunaan bedak kompak biasanya dengan memakai spons bedak. Bedak
kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan
bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan
normal (Butler, 2000).
Bahan baku dasar bedak kompak sama seperti bahan dasar bedak tabur
namun, pada bedak kompak menggunakan pengikat agar bedak dapat dipress
memjadi padatan. Sifat dari pengikat yaitu, membantu dalam kompresi, adhesi
dan mengembangkan pewarna. Jika tingkat pengikatnya banyak, bedak akan
semakin mengeras sehingga menyebabkan bedak menjadi sukar untuk dipoleskan
pada wajah. Tingkat pengikat yang baik digunakan antara 3 hingga 10%,
tergantung pada variabel formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada
bedak kompak (Barel, 2001).
Komponen bedak (Balsam dan Sagarin, 1972; Butler, 2000):
a. Talkum
Secara kimiawi, talkum adalah magnesium silikat (3MgO. 4SiO₂.H₂O). Ini
merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi bedak modern, sifat dari
talkum adalah mudah menyebar, namun mempunyai daya menutupi yang rendah.
Untuk bedak wajah talkum harus putih, tidak berbau dan halus serta sifatnya yang
sangat mudah menyebar adalah hal yang sangat dibutuhkan. Ukuran partikel dari
talkum adalah salah satu kriteria untuk standar kualitasnya. Paling tidak 98%
harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak lebih besar dari 74 mikro).

14
Universitas Sumatera Utara

b. Seng oksida
Terdapat 2 bahan golongan oksida logam yang biasa digunakan dalam
formulasi bedak wajah yaitu seng oksida dan titanium dioksida. Penggunaan yang
berlebihan dapat menghasilkan efek seperti topeng dimana efek ini tidak
diinginkan, bila bahan yang digunakan sedikit bedak tidak dapat menempel pada
wajah. Diketahui bahwa seng oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan
membantu menutupi kekurangan pada kulit. Seng oksida memiliki kecenderungan
untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran
dengan bahan lain dalam formulasi.
c. Magnesium karbonat
Magnesium karbonat memiliki sifat absorben dan terbukti memiliki sifat
mendistribusi parfum yang baik. Penggunaan magnesium karbonat dalam jumlah
yang banyak dapat menyebabkan kulit kering.
d. Parfum
Parfum merupakan konstituen penting dari kebanyakan bedak wajah.
Tingkat aroma bedak wajah harus tetap rendah. Karena luas permukaan bedak
yang besar, oksidasi produk wewangian dapat terjadi. Oleh karena itu, penting
untuk menggunakan wewangian yang dirancang khusus mengandung bahan yang
tidak mudah teroksidasi.
e. Zat warna
Bahan pewarna adalah dasar dari bedak wajah yang menampilkan nuansa
bayangan yang diinginkan. Pewarna digunakan dalam variasi yang berbeda baik
pigmen organik ataupun anorganik. Jumlah dari pewarna yang dibutuhkan
tergantung besarnya derajat tipe yang digunakan dalam formula.

15
Universitas Sumatera Utara

f. Pengikat
Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam bedak wajah adalah
bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, terdapat 5 tipe dasar pengikat (Balsam dan
Sagarin, 1972):
i. Pengikat kering
Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat (Zn atau Mg) stearat
dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak kompak.
ii. Pengikat minyak
Minyak tunggal, seperti minyak mineral, isopropil miristat dan turunan lanolin,
dapat digunakan untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat.
iii. Pengikat larut air
Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti
tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum
dan juga dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi
pertumbuhan bakteri.
iv. Pengikat tidak larut air
Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak kompak. Minyak
mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan
dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat
yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk
menyeragamkan distribusi kelembaban bedak.
v. Pengikat emulsi
Karena kesulitan tercapainya keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air
dalam bedak kompak, peneliti telah mengembangkan bahan pengikat emulsi

16
Universitas Sumatera Utara

yang sekarang telah banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang
seragam baik pada fase minyak maupun fase air, dimana hal ini penting dalam
pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban
secepat pengikat tidak larut air. Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi
bertujuan untuk mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak
tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah.
f. Pengawet
Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk
selama

pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana

mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya,
baik dari tangan atau dari alat yang digunakan. Oleh karena itu, ditambahkan
pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba.

2.4 Kulit
Kulit adalah bagian tubuh yang paling luar yang berhubungan langsung
dengan lingkungan. Kulitlah yang pertama kali menghadapi berbagai dampak
buruk lingkungan seperti polusi, radiasi sinar UV, bakteri dan sebagainya.
Gangguan pada kulit juga disebabkan oleh penggunaan kosmetik yang tidak
sesuai (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu:
a. Lapisan epidermis atau kutikel
b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
c. Lapisan subkutis (hipodermis)
Lapisan epidermis ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis. Dari sudut kosmetik,

17
Universitas Sumatera Utara

epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada
epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke
dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama
(Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).
Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik
medik. Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapis subkutis
merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).
Secara umum, keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Tranggono dan
Latifah, 2007):
a. Kulit kering
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering, yaitu:
i. Kulit kusam dan bersisik
ii. Mulai tampak kerutan-kerutan
iii. Pori-pori tidak kelihatan
b. Kulit normal
Ciri-ciri fisik yang terlihat pada kulit normal, yaitu:
i. Kulit tampak segar dan cerah
ii. Bertekstur halus
iii. Pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar
iv. Kadang kelihatan berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung
c. Kulit berminyak
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit berminyak yaitu:
i. Tekstur kulit kasar dan berminyak

18
Universitas Sumatera Utara

ii. Pori-pori besar
iii. Mudah kotor dan berjerawat
Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna
merah, hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan, melanin yang
berwarna coklat, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit,
serta lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau
keabua-abuan. Karoten, suatu pigmen warna kuning yang sedikit sekali jumlah
dan efeknya, serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit
yang menebal dari telapak kaki bagian tumit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen
melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau
bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007).
Intensitas warna kulit secara fundamental ditentukan oleh:
a. Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit
b. Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit
c. Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit
Oleh karena itu dikenal 2 macam warna kulit:
a. Warna kulit konstitutif, yaitu yang secara genetik diturunkan tanpa dipengaruhi
faktor sinar ultraviolet dan hormon
b. Warna kulit fakultatif, yaitu warna kulit akibat pengaruh sinar ultraviolet dan
hormon. Warna ini jelas tampak pada bagian badan yang tidak tertutup pakaian
(Tranggono dan Latifah, 2007).

19
Universitas Sumatera Utara