Formulasi Bedak Kompak Menggunakan Ekstrak Buah Merah (pandanus conoideus lam.) Sebagai Pewarna

(1)

(2)

Lampiran 2 Bagan alir pembuatan ekstrak buah merah

Dicuci

Ditiriskan

Ditimbang 1500 gram

Dimasukkan dalam botol kaca

Dimaserasi dengan 1000 ml etanol 96% Ditutup dengan aluminium foil

Dibiarkan selama 5 hari sambil diaduk Disaring

Dicuci ampas dengan 500 ml etanol 96% hingga diperoleh 1500 ml

Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu

±40°C Difreeze dryer selama 48 jam pada suhu -40°C

dengan tekanan 2 atm Buah merah

Buah merah

Maserat

Ekstrak kental zat warna buah


(3)

(4)

Lampiran 3 (Lanjutan)

Buah merah


(5)

Frezee dryer

Alat kekerasan Rotary evaporator


(6)

Lampiran 5 Ekstrak buah merah dan gambar hasil uji homogenitas (konsentrasi 4%)

Ekstrak buah merah


(7)

Keterangan:

Sediaan F2 : Chamy pink Sediaan F3 : Silky white Sediaan F4 : Natural Sediaan F5 : Soft Beige Sediaan F6 : Beige


(8)

Lampiran 7 Gambar hasil uji daya sebar bedak kompak sebelum dan sesudah ditambahkan pemberat

Hasil uji daya sebar bedak kompak sebelum ditambahkan pemberat


(9)

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1% Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 2% Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 3% Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 4% Sediaan F5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 5%

F2

F3

F4


(10)

Lampiran 9 Perhitungan rendemen

% Rendemen = 100%

(gram) segar buah berat

(gram) kental ekstrak berat

= 100

1500 56 , 54


(11)

Seng stearat 2,5

Seng oksida 5

Kalsium karbonat 10

Titanium dioksida 1

Magnesium karbonat 2,5

Nipagin 0,1% 0,05

Parfum Oleum Rosae 5 tetes

Pengikat 3% 1,5

Talkum ad = 50 – 22,5

= 28,95 gram

- Formula bedak kompak dengan ekstrak buah merah 1%. Ekstrak buah merah 1% = 50 0,5

100 1

Nipagin = 50 0,05

100 1 , 0  

Seng stearat = 2,5

Seng oksida = 5

Kalsium karbonat = 10

Titanium dioksida = 1 Magnesium karbonat = 2,5 Parfum Oleum Rosae = 5 tetes

Pengikat 3% = 50 1,5

100 3

 

Talkum ad = 50 – (0,5+0,05+2,5+5+10+1+2,5+1,5) = 26,95


(12)

Lampiran 10 (Lanjutan)

- Formula bedak kompak dengan ekstrak buah merah 2%.

Ekstrak buah merah 2% 100 50 1 2    Nipagin 05 , 0 50 100 1 , 0   

Seng stearat = 2,5

Seng oksida = 5

Kalsium karbonat = 10

Titanium dioksida = 1 Magnesium karbonat = 2,5 Parfum Oleum Rosae = 5 tetes

Pengikat 3% 5 , 1 50 100 3   

Talkum ad = 50 – (1+0,05+2,5+5+10+1+2,5+1,5) = 26,45

- Formula bedak kompak dengan ekstrak buah merah 3%.

Ekstrak buah merah 3% 50 1,5 100

3

 

Nipagin 50 0,05

100 1 , 0   

Seng stearat = 2,5

Seng oksida = 5

Kalsium karbonat = 10

Titanium dioksida = 1 Magnesium karbonat = 2,5 Parfum Oleum Rosae 5 tetes

Pengikat 3% 50 1,5

100 3

  

Talkum ad = 50 – (1,5+0,05+2,5+5+10+1+2,5+1,5) = 25,95


(13)

Nipagin = 50 0,05 100 1 , 0   Seng stearat = 2,5

Seng oksida = 5

Kalsium karbonat = 10

Titanium dioksida = 1 Magnesium karbonat = 2,5 Parfum Oleum Rosae 5 tetes

Pengikat 3% = 50 1,5

100 3

 

Talkum ad = 50 – (2+0,05+2,5+5+10+1+2,5+1,5) = 25,45

- Formula bedak kompak dengan ekstrak buah merah 5%. Ekstrak buah merah 5% = 50 2,5

100 5

Nipagin = 50 0,05

100 1 , 0   Seng stearat = 2,5

Seng oksida = 5

Kalsium karbonat = 10

Titanium dioksida = 1 Magnesium karbonat = 2,5 Parfum Oleum Rosae 5 tetes

Pengikat 3% = 50 1,5

100 3

 

Talkum ad = 50 – (2,5+0,05+2,5+5+10+1+2,5+1,5) = 24,95


(14)

Lampiran 11 Format surat pernyataan untuk uji iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian dari Maria Renata Berhitu dengan judul penelitian Formulasi Bedak Kompak Menggunakan Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Sebagai Pewarna dan memenuhi kriteria sebagai panelis uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani 4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iriasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, saya tidak akan menuntut kepada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2014


(15)

dan intesitas warna bedak kompak saat dioleskan, berikanlah penilaian saudara terhadap lima sediaan uji berikut ini:

No. Nama Umur

Sediaan

1% 2% 3% 4% 5%

.

Keterangan: 5 (sangat suka) 4 (suka)

3 (cukup suka) 2 (kurang suka) 1 (tidak suka)


(16)

Lampiran 13 Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic Test)

Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:

P (�̅- (1.96 . s / √� ))≤ µ ≤ (�̅ + (1.96 . s / √� ))≅ 95%

Keterangan:

n : banyak panelis

S2 : keseragaman nilai kesukaan

1.96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95% : nilai kesukaan rata-rata

xi : nilai dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3,... n

s : simpangan baku nilai kesukaan P : tingkat kepercayaan


(17)

= 4 + 2 + 2 + 1 + … + 4 30

= 65 30 = 2.16

= ( 4 – 2.16)2 + ( 2 – 2.16 )2 + ( 2 - 2.16 )2 + … + ( 4 – 2.16)2 30

= 39.76 30 = 1.325

s = √�2

= 1.325 = 1.151

P ( �̅ - ( 1.96 ∙ S ∙ / √� ) ≤ µ ≤ ( �̅+ ( 1.96 ∙ S / √� 95%

P ( 2.16 - (1.96 . 1.151 / √30 ) ≤ µ ≤ ( 2.16 + 1.96 . 1.151 / √30 )) P ( 2.16 - 0.41 ) ≤ µ ≤ ( 2.16 + 0.41 )


(18)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Sediaan 2

= 2 + 1 + 1 + 4 + … + 3 30

= 68

30

= 2.26

= ( 2 – 2.26)2 + ( 1 – 2.26 )2 + ( 1 - 2.26 )2 + … + ( 3 – 2.26 )2 30

= 28.64 30 = 0.95

s = √�2 = 0.95

= 0.97

P ( �̅ - ( 1.96 ∙ S ∙ / √� ) ≤ µ ≤ ( �̅+ ( 1.96 ∙ S / √�

P ( 2.26 - (1.96 . 0.97 / √30 ) ≤ µ ≤ ( 2.26 + 1.96 . 0.97 / √30 ) P ( 2.26- 0.35 ) ≤ µ ≤ ( 2.26 + 0.35 )


(19)

= 3 + 4 + 3 + 2 + … + 1 30

= 96 30

= 3.2

= ( 3 – 3.2)2 + ( 4 – 3.2 )2 + ( 3 – 3.2 )2 + … + ( 1 – 3.2 )2 30

= 20,68 30 = 0.693

s = √�2 = 0.693 = 0.832

P ( �̅ - ( 1.96 ∙ S ∙ / √� ) ≤ µ ≤ ( �̅+ ( 1.96 ∙ S / √�

P ( 3.2 - (1.96 . 0.832 / √30 ) ≤ µ ≤ ( 3.2 + 1.96 . 0.832 / √30 ) P ( 3.2 - 0.295 ) ≤ µ ≤ ( 3.2 + 0.295 )


(20)

Lampiran 13 (Lanjutan)

Sediaan 4

= 5 + 3 + 4 + 5 + … + 5 30

= 121 30

= 4.03

= ( 5 – 4.03)2 + ( 3 – 4.03 )2 + ( 4 - 4.03 )2 + … + ( 5 – 4.03 )2 30

= 30.96 30 = 1.032

s = √�2 = 1.032 = 1.015

P ( �̅ - ( 1.96 ∙ S ∙ / √� ) ≤ µ ≤ ( �̅+ ( 1.96 ∙ S / √�

P ( 4.03 - (1.96 . 1.015 / √30 ) ≤ µ ≤ ( 4.03 + 1.96 . 1.015 / √30 ) P ( 4.03 - 0.36 ) ≤ µ ≤ ( 4.03 + 0.36 )


(21)

= 1 + 5 + 5 + 3 + … + 2 30

= 108 30 = 3.6

= ( 1 – 3.6 )2 + ( 5 – 3.6 )2 + ( 5 - 3.6 )2 + … + ( 2 – 3.6 )2 30

= 51.68 30 = 1.722

s = √�2 = 1.722 = 1.3122

P ( �̅ - ( 1.96 ∙ S ∙ / √� ) ≤ µ ≤ ( �̅+ ( 1.96 ∙ S / √�

P ( 3.6 - (1.96 . 1.3122 / √30 ) ≤ µ ≤ ( 3.6 + 1.96 . 1.3122 / √30 ) P ( 3.6 - 0.468 ) ≤ µ ≤ ( 3.6 + 0.468 )


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013)ᵃ. Inez Compact Powder. Diakses 8 Juli 2013. aufklarungofcuqiez.blogspot.com.

Anonim. (2013)ᵇ. Nourishing Two Way Cake Compact Powder. Diakses 9 Februari 2013. http://s1224.photobucket.com.

Andersen, O.M., Bernard, K. (2001). Chemistry, Analysis and Appication of Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruit and Vegetables. Diakses Mei 2011. http://www.Uib.no/makerereuib/201.htm-18.

Balsam, M.S., Sagarin, E. (1972). Cosmetics Science Technology. Second Edition. Volume 1. New York. Halaman 335, 337-341, 344-346.

Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Third Edition. New York. Halaman 490.

Budi, I.M., Paimin, F.R. (2005). Buah Merah, Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 21-26, 47-48.

Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics, and Soaps. Edisi kesepuluh. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Halaman 182, 184, 188-189. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 189-190.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla, A.K. (2002). Spreading of Semisolid Formulations. Diakses 20 September 2013. www. pharmtech. com/ pharmtech/data/articlestandard/pharmtech/362002/30365/article.pdf. Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York:

Drug and Cosmetic Industry. Halaman 153.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. First Edition. Amsterdam Elsevier Science. Halaman 375-376.

National Health Surveillance Agency. (2005). Cosmetic Products Stability. Guide Brazil: ANVISA. Halaman 19.

Muliyawan, D., Suriana, N. (2013). A-Z tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 141-142, 308-311.

Mulyono., Astuti. (2005). Pro dan Kontra Buah Merah: Pendapat Pakar dan Praktisi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 11.


(23)

Tandiarang, M. (2011). Kosmetik Bedak. Diakses 21 Mei 2012. http://mardiantitandiarrang.blogspot.com/2011/02/kosmetik bedak.html. Tranggono, R.I., Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.

Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 3, 8, 90, 167.

Wasitaatmadja, S. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 3-5, 46, 60, 122.

Yahya, H.M., Wiryanta, B. (2005) Khasiat & Manfaat Buah Merah: Si Emas Merah dari Papua. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 2.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. Second Edition. London. Halaman 75.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji kesukaan (hedonic test), dan uji stabilitas terhadap variasi sediaan yang dibuat dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Penelitian, laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cawan porselin, freeze dryer, kaca pembesar, kertas saring, lumpang, neraca analitik, lemari pengering, rotary evaporator, batang pengaduk, aluminium foil, pipet tetes, kertas perkamen, gunting, ayakan (mesh 60, 100), spatula, sudip, pot plastik, alat pencetak, hardness tester (Copley), lempeng kayu dan wadah bedak kompak. 3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: buah merah (Pandanus conoideus Lam.). Bahan kimia yang digunakan antara lain: etanol 96%, seng stearat, talkum, seng oksida, parfum, kalsium karbonat, magnesium karbonat, titanium dioksida, nipagin, gom arab, gliserin, akuades.

3.2 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif. Sampel yang digunakan adalah buah merah yang terdapat di pasar Jibama Kabupaten Wamena Papua.


(25)

identifikasi dapat dilihat pada lampiran I. 3.2.3 Pengolahan sampel

Buah merah yang telah dicuci dengan air bersih, ditiriskan, lalu ditimbang sebanyak 1500 gram.

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Merah

Sebanyak 1500 gram buah merah yang sudah dibersihkan, dimasukkan dalam botol kaca, dimaserasi dengan 1000 ml etanol 96% ditutup dengan aluminium foil, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, disaring dengan kertas saring, filtrat ditampung. Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan etanol 96% sebanyak 500 ml hingga diperoleh 1500 ml. Hasil yang diperoleh diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai pelarut tidak menguap lagi dan diperoleh hasil sebanyak 300 ml ekstrak cair, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm selama 48 jam sehingga didapatkan ekstrak kental buah merah sebanyak 54,56 gram yang berwarna merah orange.

3.4. Pembuatan Formula Bedak Kompak dengan Ekstrak Buah Merah Sebagai Pewarna dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1. Formula standar


(26)

R/ Seng stearat 5

Seng oksida 10

Kalsium karbonat 20

Talkum 58

Titanium dioksida 2

Magnesium karbonat 5 Parfum oleum rosae 5 gtt

Colouring 1 microspatula full

Dalam penelitian ini, dilakukan orientasi terhadap formula diatas untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Formula bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak buah merah dibuat dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%. formulasi bedak kompak sebagai berikut:

R/ Seng stearat 2,5

Seng oksida 5

Kalsium karbonat 10

Titanium dioksida 1

Magnesium karbonat 2,5

Zat warna x

Parfum 5 gtt

Nipagin 0,05

Pengikat 3%

Talk ad 50

x merupakan konsentrasi zat warna dari ekstrak buah merah. Dalam formulasi ini, pengikat yang digunakan adalah campuran gom arab 3%, gliserin


(27)

Tabel 3.1 Formula bedak kompak yang dibuat dengan ekstrak buah merah

Komposisi Sediaan

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Seng stearat (g) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Seng oxide (g) 5 5 5 5 5 5

CaCOΎ (g) 10 10 10 10 10 10

TiO΍ (g) 1 1 1 1 1 1

MgCOΎ (g) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Zat warna (g) 0 0,5 1 1,5 2 2,5

Parfum oleum rosae (gtt) 5 5 5 5 5 5

Nipagin (g) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Pengikat (g) 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

Talkum ad 50 50 50 50 50 50

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah

Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1% Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 2% Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 3% Sediaan F5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 4% Sediaan F6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 5%

3.4.2 Pembuatan bedak kompak

Masing-masing bahan serbuk seperti seng oksida, magnesium karbonat, kalsium karbonat, titanium dioksida dan seng stearat dihaluskan didalam lumpang. Ekstrak buah merah digerus didalam lumpang yang lain dan ditambahkan nipagin, talkum sedikit demi sedikit digerus hingga homogen. Ditambahkan kedalam bahan yang sudah digerus halus, kemudian dibasahkan dengan larutan pengikat digerus hingga diperoleh massa yang kompak. Kemudian ditambahkan oleum rosae lalu diayak dengan pengayak mesh 60 dan dikeringkan


(28)

100. Dikempa dengan menggunakan pencetak lalu dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.

3.5.1 Uji homogenitas

Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara merata maka bedak dikatakan homogen (Butler, 2000).

3.5.2. Uji poles

Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara dipoleskan pada punggung telapak tangan, hingga diperoleh warna yang jelas dan diamati warnanya (Keithler, 1956).

3.5.3 Uji daya sebar

Sebanyak 0,5 gram serbuk diletakkan ditengah-tengah kaca bulat ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, dkk., 2002).

3.5.4 Uji kekerasan

Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara menggunakan alat Hardness Tester (Copley). Sediaan diletakkan diantara anvil dan punch, tekan


(29)

Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada permukaan kayu 3 kali pada ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan (Butler, 2000).

3.6Uji Iritasi

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji terbuka (Open Test) dengan cara mengpoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut terhadap 10 orang panelis. Pembacaan hasil dilakukan setelah 48-72 jam untuk menilai hasil uji (Wasitaatmadja, 1997). Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema dan edema. Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985):

a. Wanita

b. Usia antara 20-30 tahun

c. Berbadan sehat jasmani dan rohani d. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

e. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.7 Uji Kesukaan (Hedonic Test)


(30)

meliputi warna bedak, tekstur dan mudah tidaknya bedak kompak dipoles. Kriteria panelis (Soekarto, 1980):

a. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi

b. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih diambil yang diambil secara acak

c. Berbadan sehat

d. Tidak dalam keadaan tertekan

e. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik

3.8 Uji stabilitas

Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan bedak kompak yang dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar selama 3 bulan (National Health Surveilance Agency, 2005).


(31)

4.1 Hasil Ekstraksi Buah Merah

Hasil maserasi dari 1500 gram buah merah di rotary, diperoleh 300 ml maserat kemudian di freeze dryer, selama 48 jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm menghasilkan 54,56 gram ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh yaitu 3,6%.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak

Standar warna formula bedak kompak dari ekstrak buah merah dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Standar warna (Anonim, 2013)a , (Anonim, 2013)b

No Warna

1

2

3

4

5


(32)

Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan pewarna ekstrak buah merah pada bedak kompak, diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 5% sediaan telah memberikan warna orange saat dipoleskan pada kulit punggung tangan. Setelah ditingkatkan konsentrasi menjadi 7,5% warna sulit keluar. Oleh karena itu, variasi konsentrasi ekstrak buah merah yang digunakan pada penelitian ini diubah menjadi 1, 2, 3, 4 dan 5%. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1% menghasilkan warna chamy pink, konsentrasi 2 % menghasilkan warna silky white, pada konsentrasi 3% menghasilkan warna natural, konsentrasi 4% menghasilkan warna soft beige dan konsentrasi 5% menghasilkan warna beige. Sebagai blanko juga dibuat sediaan bedak kompak tanpa menggunakan ekstrak buah merah. Aroma bedak kompak adalah aroma khas oleum rosae.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak 4.3.1 Hasil uji homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan bedak kompak yang berwarna soft beige terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata pada saat ditaburkan pada kertas putih.

4.3.2 Hasil uji poles

Sediaan bedak kompak menghasilkan polesan yang baik, jika sediaan memberikan warna yang merata dan homogen saat dipoleskan pada kulit punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa polesan yang baik adalah sediaan dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4%. Hal ini ditandai dengan satu kali polesan sediaan telah memberikan warna yang jelas pada kulit punggung tangan. Pada sediaan dengan konsentrasi 5% memberikan warna yang merata dan homogen dengan tiga kali polesan.


(33)

yang signifikan. Hasil uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak seperti yang terlihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak menggunakan ekstrak buah merah sebagai pewarna dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5%

Sediaan Keterangan Diameter ke 1 (cm)

Diameter ke 2 (cm)

Diameter ke 3 (cm)

Nilai diameter rata-rata (cm) Sebelum ditambah

pemberat

3 3 3 3

F1 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,1 3,1 3,1 3,1

Sebelum ditambah pemberat

3 3 3 3

F2 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,1 3,1 3,2 3,13

Sebelum ditambah pemberat

3,1 3,1 3,1 3,1

F3 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,2 3,2 3,2 3,2

Sebelum ditambah pemberat

3,1 3,1 3,1 3,1

F4 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,2 3,2 3,2 3,2

Sebelum ditambah pemberat

3 3 3 3

F5 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,1 3,1 3,1 3,1

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula dengan ekstrak buah merah 1% Sediaan F2 : Formula dengan ekstrak buah merah 2% Sediaan F3 : Formula dengan ekstrak buah merah 3% Sediaan F4 : Formula dengan ekstrak buah merah 4% Sediaan F5 : Formula dengan ekstrak buah merah 5%


(34)

Tabel 4.3Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak formula blanko dan sediaan bedak kompak pembanding

Sediaan Keterangan Diameter ke 1 (cm)

Diameter ke 2 (cm)

Diameter ke 3 (cm)

Nilai diameter rata-rata (cm) Sebelum ditambah

pemberat

2,9 2,9 2,9 2,9

F1 Setelah ditambah pemberat 50 g

3 3 3 3

Sebelum ditambah pemberat

3 3 3 3

F2 Setelah ditambah pemberat 50 g

3,1 3,1 3,1 3,1

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah

Sediaan F2 : Sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran (Sariayu) 4.3.4 Hasil uji keretakan

Hasil pemeriksaan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak dengan uji keretakan bahwa sediaan yang dibuat tidak pecah. Hasil uji keretakan seperti yang terlihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Data pemeriksaan uji keretakan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Hasil

F1 Tidak pecah

F2 Tidak pecah

F3 Tidak pecah

F4 Tidak pecah

F5 Tidak pecah

F6 Tidak pecah

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah

Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1% Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 2% Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 3% Sediaan F5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 4% Sediaan F6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 5% Sediaan F7 : Sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran (Sariayu)


(35)

banyaknya zat warna yang berfungsi sebagai pengikat. Sedangkan untuk sediaan yang dibuat pada konsentrasi 1 sampai 4% menunjukkan hasil yang sama. Untuk ukuran kekerasan tidak dapat dibuat terlalu keras, karena sediaan tidak dapat memberikan warna yang jelas. Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak seperti yang terlihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Data pemeriksaan uji kekerasan pada sediaan bedak kompak

Sediaan Hasil

F1 Tidak pecah

F2 Tidak pecah

F3 Tidak pecah

F4 Tidak pecah

F5 Tidak pecah

F6 Tidak pecah

Keterangan:

Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah

Sediaan F2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 1% Sediaan F3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 2% Sediaan F4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 3% Sediaan F5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 4% Sediaan F6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah merah 5% 4.3.6 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter iritasi yang diamati, yaitu adanya eritema dan edema. Pada uji iritasi digunakan sediaan bedak kompak ekstrak buah merah dengan konsentrasi yaitu 4%. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak kompak yang


(36)

Tabel 4.6 Data uji iritasi

Panelis Reaksi 24 jam 48 jam

Kulit Kulit

1 Eritema 0 0

Edema 0 0

2 Eritema 0 0

Edema 0 0

3 Eritema 0 0

Edema 0 0

4 Eritema 0 0

Edema 0 0

5 Eritema 0 0

Edema 0 0

6 Eritema 0 0

Edema 0 0

7 Eritema 0 0

Edema 0 0

8 Eritema 0 0

Edema 0 0

9 Eritema 0 0

Edema 0 0

10 Eritema 0 0

Edema 0 0

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2001) Eritema

Tidak eritema 0

Sangat sedikit eritema 1

Sedikit eritema 2

Eritema sedang 3

Eritema sangat parah 4 Edema

Tidak edema 0

Sangat sedikit edema 1

Sedikit edema 2

Edema sedang 3

Edema sangat parah 4

4.3.7 Hasil uji kesukaan (Hedonic Test)

Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan yaitu:


(37)

b. Sediaan 2% memiliki interval nilai kesukaan 1,91-2,61. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 1,91 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka).

c. Sediaan 3% memiliki interval nilai kesukaan 2,9-3,49. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,9 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

d. Sediaan 4% memiliki interval nilai kesukaan 3,66-4,39. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,66 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

e. Sediaan 5% memiliki interval nilai kesukaan 3,13-4,06. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,13 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).

Data hasil uji kesukaan dari 30 orang panelis, seperti yang terlihat pada Tabel 4.7. Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaannya 95%.

Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang disukai adalah sediaan bedak kompak dengan konsentrasi pewarna ekstrak buah merah


(38)

Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Panelis Sediaan

1 2 3 4 5

1 4 2 3 5 1

2 2 1 4 3 5

3 2 1 3 4 5

4 1 4 2 5 3

5 2 1 4 5 3

6 3 2 4 5 1

7 3 2 4 5 1

8 3 2 4 5 1

9 1 2 3 4 5

10 1 3 2 4 5

11 1 4 5 3 2

12 1 2 3 3 5

13 1 2 3 4 5

14 1 2 3 4 5

15 2 3 4 4 5

16 1 2 3 4 5

17 1 2 3 4 5

18 1 2 3 4 5

19 1 2 3 4 5

20 1 2 3 4 5

21 5 3 2 1 4

22 2 1 3 5 4

23 2 1 3 5 4

24 2 1 3 4 5

25 3 2 4 5 1

26 1 2 3 4 5

27 5 4 3 2 1

28 5 4 3 5 4

29 3 4 5 2 1

30 4 3 1 5 2

Total 65 68 96 121 107

Keterangan: 5 (sangat suka) 4 (suka) 3 (cukup suka) 2 (kurang suka) 1 (tidak suka)


(39)

bentuk, warna dan bau sediaan dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 60 hari. Hasil uji kestabilan seperti yang terlihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan Pengamatan Sediaan Hari

15 30 45 60 75 90

F1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik F2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Bentuk F3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik

F4 Baik Baik Baik Baik Baik Baik F5 Baik Baik Baik Baik Baik Baik F6 Baik Baik Baik Baik Baik Baik F1 Putih Putih Putih Putih Putih Putih F2 Chamy

Pink Chamy Pink Silky White Silky White

Putih Putih

Warna F3 Silky

White

Silky White

Silky White

Putih Putih Putih F4 Natural Natural Natural Ivory Putih Putih F5 Soft

Beige

Soft Beige

Soft Beige

Natural Ivory Putih F6 Beige Beige Beige Soft

Beige

Natural Putih

F1 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas

F2 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau

F3 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas

F4 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas

F5 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas

F6 Bau

khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas Keterangan:

Sediaan F1 : Formula tanpa ekstrak buah merah Sediaan F2 : Formula dengan ekstrak buah merah 1% Sediaan F3 : Formula dengan ekstrak buah merah 2%


(40)

Uji kestabilan menunjukkan, stabilitas sediaan bedak kompak untuk parameter bentuk dan bau tetap stabil. Sediaan yang dibuat dengan konsentrasi tinggi memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yaitu tidak mudah remuk dan pecah. Aroma bedak kompak adalah aroma khas oleum rosae.

Parameter warna menunjukkan adanya perubahan warna, dari warna awal pembuatan hingga penyimpanan selama 90 hari. Terjadinya perubahan warna tersebut disebabkan oleh faktor suhu, cahaya dan kelembaban terhadap kandungan ekstrak buah merah yang mudah teroksidasi.


(41)

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah merah yang digunakan dalam formulasi, menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Pada konsentrasi 1% menghasilkan chamy pink, konsentrasi 2% menghasilkan warna silky white, pada konsentrasi 3% menghasilkan warna natural, konsentrasi 4% menghasilkan warna soft beige dan konsentrasi 5% menghasilkan warna beige. Pada uji kesukaan, sediaan yang paling disukai adalah bedak kompak dengan konsentrasi zat warna ekstrak buah merah 4%.

b. Hasil penentuan mutu fisik sediaan bedak kompak terhadap bentuk dan bau stabil dalam penyimpanan selama 90 hari, kecuali warna terjadi perubahan kurang dari 60 hari.

c. Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis, menunjukkan bahwa sediaan bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.

5.2 Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat membuat formulasi sediaan kosmetik lainnya, seperti: krim pelembab dan krim anti-aging.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan

Buah merah termasuk tanaman endemik. Secara umum habitat asal tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembap. Di wilayah Papua, tanaman buah merah ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 2 – 2.300 meter di atas permukaan laut. Ini berarti bahwa tanaman buah merah dapat tumbuh dimana saja di wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Beberapa sentra tanaman buah merah yang terkenal antara lain Puncak Jaya, Timika, Tolikara, Sarmi, Manokwari, Jayawijaya dan Yahukimo (Budi dan Paimin, 2005).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tanaman buah merah mempunyai daun tunggal berbentuk lanset sungsang (oblanceolate), berwarna hijau tua dan letaknya berseling. Ujung daun runcing (acute). Pangkal daun memeluk batang. Permukaan daun licin. Tepi daun berduri atau tidak berduri, tergantung jenisnya (Budi dan Paimin, 2005).

Batang tanaman bercabang banyak, tegak, bergetah, dan berwarna coklat berbercak putih. Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan tinggi batang bebas cabang 5 – 8 m diatas permukaan tanah (Budi dan Paimin, 2005).

Akar tanaman buah merah tergolong akar serabut dengan tipe perakaran dangkal. Akar tanaman cenderung masuk hingga kedalaman tanah sekitar 94 cm. Akar-akar tunjang muncul dari bagian batang dekat permukaan tanah. Diameter akar terbesar berkisar 6,6 – 8 cm, sedangkan diameter akar terkecil sekitar 1,5 –


(43)

masing jenis berbeda-beda (Budi dan Paimin, 2005).

Varietas merah panjang memiliki buah berbentuk silindris, ujung tumpul, dan pangkal meruncing. Panjang buah mencapai 96 – 102 cm dengan diameter 15 – 20 cm. Bobot buah mencapai 7 – 8 kg. Warna buah merah bata saat muda dan merah terang setelah matang. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagian dari ujung (Budi dan Paimin, 2005).

Buah merah atau kuansu yang disebut masyarakat Wamena Papua, tersusun dari ribuan biji yang berbaris rapi membentuk kulit buah. Biji kecil memanjang sepanjang 9 – 13 mm dengan bagian atas meruncing. Bagian pangkal biji menempel pada bagian jantung, sedangkan ujungnya membentuk totol-totol dibagian kulit buah. Biji berwarna hitam kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Warna daging kuning, coklat, atau merah bata, tergantung jenisnya (Budi dan Paimin, 2005).

2.1.3 Kandungan kimia

Buah merah mengandung senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam dekanoat. Selain itu buah merah juga mengandung vitamin dan mineral esensial yang cukup lengkap. Diantaranya kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin C dan nialin (Budi dan Paimin, 2005).


(44)

2.1.4 Sistematika tumbuhan

Taksonomi buah merah (Budi dan Paimin, 2005): Divisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Pandanales Famili : Pandanaceae Genus : Pandanus

Species : Pandanus conoideus Lam.

Tabel 2.1 Kandungan senyawa aktif dalam sari buah merah

Senyawa Aktif Kandungan

Total karotenoid 12.000 ppm

Total tokoferol 11.000 ppm

Betakaroten 700 ppm

Alfa-tokoferol 500 ppm

Asam oleat 58%

Asam linoleat 8,8%

Asam linolenat 7,8%

Dekanoat 2,0%

(Budi dan Paimin, 2005)

Beberapa sampel sari buah merah yang diteliti menunjukkan kadar kandungan tokoferol dan betakaroten yang berbeda-beda. Jumlah kandungan dua senyawa ini dipengaruhi oleh tempat tumbuh tanaman dan proses pembuatannya (Mulyono dan Astuti, 2005).


(45)

Protein 3.300,00 mg

Lemak 28.100,00 mg

Serat 20.900,00 mg

Kalsium 554.000,00 mg

Fosfor 30,00 mg

Besi 2,44 mg

Vitamin B1 0,90 mg

Vitamin C 25,70 mg

Nialin 1,80 mg

Air 34,90%

(Budi dan Paimin, 2005)

2.2 Kosmetik

2.2.1 Pengertian kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilan lebih indah (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kosmetika merupakan campuran bahan alami untuk perawatan, dekorasi, dan wangi-wangian. Bahan alami yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan, bahan dari hewan atau bahan yang terdapat di alam bebas di sekeliling kehidupan


(46)

2.2.2 Kosmetik dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan menutupi kekurangan yang ada (Wasitaatmadja, 1997).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

a. Kosmetik rias kulit (wajah) b. Kosmetik rias bibir

c. Kosmetik rias rambut d. Kosmetik rias mata e. Kosmetik rias kuku

Pembagian kosmetik dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.

2.2.3 Zat pewarna

Peran zat warna sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan estetika dari pada kulit. Persyaratan kosmetika dekoratif antara lain (Tranggono dan Latifah, 2007):


(47)

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya.

Zat warna berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari alam dan sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Zat warna alam yang larut

Zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yang larut adalah:

i. Alkalain, yaitu zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana (Radix alcannae)

ii. Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah dikeringkan


(48)

iv. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis.

v. Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman tertentu yang mengandung zat warna kuning (Muliyawan dan Suriana, 2013).

a. Zat warna sintesis

Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal dengan sebutan anilina atau Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain:

i. Intensitas warnanya sangat kuat

ii. Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya

iii. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat daripada zat warna untuk kulit

iv. Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

c. Pigmen-pigmen alam

Pigmen-pigmen alami itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya aluminium silikat. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Aman digunakan untuk kulit, sehingga zat warna ini banyak dipakai untuk mewarnai bedak, krim, dan kosmetik lainnya. Kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam, sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(49)

pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain:

i. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet

ii. Zinc oxide dan Titanium oxide (pigmen sintesis putih) iii. Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara iv. Bismuth carbonate sebagai pigmen putih

v. Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan

vi. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis vii. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik

karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide.

viii. Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3Bedak

Bedak adalah jenis kosmetik yang telah digunakan sejak lama untuk membuat wajah agar lebih menarik dan menutupi noda. Namun, seiring perkembangan zaman, tujuan utama bedak kini menghapus kilau minyak karena


(50)

Suatu bedak harus mencapai efek buram untuk dapat menutupi atau menyamarkan kekurangan pada kulit wajah, tapi hal ini tidak harus memberikan efek seperti topeng. Selain itu, bedak harus bersifat tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali. (Balsam dan Sagarin, 1972).

Hampir semua orang memiliki kerutan dan garis-garis yang menunjukkan perubahan pada usia, tanda lahir yang kecil, pembesaran pori-pori, bekas jerawat, luka akibat lesi kulit dan sebagainya. Kekurangan-kekurangan inilah yang ingin ditutupi oleh seorang wanita agar penampilannya lebih menarik. Efek penutupan ini dicapai dengan penggunaan bedak wajah, make-up cair (seperti foundation, blush on, eye shadow) dan lainnya (Balsam dan Sagarin, 1972).

Ada dua bentuk bedak wajah, yaitu: a. Bedak tabur (Loose powder)

Bedak tabur merupakan produk bedak berupa bubuk dimana hampir semua bahan baku serbuk dan tidak ada minyak yang digunakan. Bedak tabur dapat mengurangi kilau pada wajah akibat kulit wajah yang berminyak, mengurangi rasa lengket pada wajah serta menjaga riasan terlihat tetap baik dalam waktu lama dengan mengontrol pengeluaran keringat dan sebum di wajah. Pemakaian bedak tabur menggunakan spons agar bedak dapat tersebar merata pada wajah. Bahan baku dasar bedak tabur adalah talkum. Selain itu ditambahkan bahan-bahan lainnya seperti kaolin dan titanium oksida mempunyai kemampuan menutupi yang baik, seng stearat dan seng miristat untuk adhesi yang baik, serta kalsium karbonat dan magnesium karbonat untuk menyerap keringat dan sebum. Pigmen pewarna dan pigmen mutiara digunakan untuk meningkatkan warna kulit (Mitsui, 1997).


(51)

kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal (Butler, 2000).

Bahan baku dasar bedak kompak sama seperti bahan dasar bedak tabur namun, pada bedak kompak menggunakan pengikat agar bedak dapat dipress memjadi padatan. Sifat dari pengikat yaitu, membantu dalam kompresi, adhesi dan mengembangkan pewarna. Jika tingkat pengikatnya banyak, bedak akan semakin mengeras sehingga menyebabkan bedak menjadi sukar untuk dipoleskan pada wajah. Tingkat pengikat yang baik digunakan antara 3 hingga 10%, tergantung pada variabel formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada bedak kompak (Barel, 2001).

Komponen bedak (Balsam dan Sagarin, 1972; Butler, 2000): a. Talkum

Secara kimiawi, talkum adalah magnesium silikat (3MgO. 4SiO₂.H₂O). Ini merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi bedak modern, sifat dari talkum adalah mudah menyebar, namun mempunyai daya menutupi yang rendah. Untuk bedak wajah talkum harus putih, tidak berbau dan halus serta sifatnya yang sangat mudah menyebar adalah hal yang sangat dibutuhkan. Ukuran partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar kualitasnya. Paling tidak 98% harus dapat melewati ayakan mesh 200 (tidak lebih besar dari 74 mikro).


(52)

b. Seng oksida

Terdapat 2 bahan golongan oksida logam yang biasa digunakan dalam formulasi bedak wajah yaitu seng oksida dan titanium dioksida. Penggunaan yang berlebihan dapat menghasilkan efek seperti topeng dimana efek ini tidak diinginkan, bila bahan yang digunakan sedikit bedak tidak dapat menempel pada wajah. Diketahui bahwa seng oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menutupi kekurangan pada kulit. Seng oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.

c. Magnesium karbonat

Magnesium karbonat memiliki sifat absorben dan terbukti memiliki sifat mendistribusi parfum yang baik. Penggunaan magnesium karbonat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kulit kering.

d. Parfum

Parfum merupakan konstituen penting dari kebanyakan bedak wajah. Tingkat aroma bedak wajah harus tetap rendah. Karena luas permukaan bedak yang besar, oksidasi produk wewangian dapat terjadi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan wewangian yang dirancang khusus mengandung bahan yang tidak mudah teroksidasi.

e. Zat warna

Bahan pewarna adalah dasar dari bedak wajah yang menampilkan nuansa bayangan yang diinginkan. Pewarna digunakan dalam variasi yang berbeda baik pigmen organik ataupun anorganik. Jumlah dari pewarna yang dibutuhkan tergantung besarnya derajat tipe yang digunakan dalam formula.


(53)

Sagarin, 1972): i. Pengikat kering

Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat (Zn atau Mg) stearat dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak kompak.

ii. Pengikat minyak

Minyak tunggal, seperti minyak mineral, isopropil miristat dan turunan lanolin, dapat digunakan untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat.

iii. Pengikat larut air

Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum dan juga dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri.

iv. Pengikat tidak larut air

Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak kompak. Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban bedak.

v. Pengikat emulsi


(54)

yang sekarang telah banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang seragam baik pada fase minyak maupun fase air, dimana hal ini penting dalam pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut air. Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi bertujuan untuk mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah.

f. Pengawet

Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik dari tangan atau dari alat yang digunakan. Oleh karena itu, ditambahkan pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba.

2.4Kulit

Kulit adalah bagian tubuh yang paling luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Kulitlah yang pertama kali menghadapi berbagai dampak buruk lingkungan seperti polusi, radiasi sinar UV, bakteri dan sebagainya. Gangguan pada kulit juga disebabkan oleh penggunaan kosmetik yang tidak sesuai (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: a. Lapisan epidermis atau kutikel

b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) c. Lapisan subkutis (hipodermis)

Lapisan epidermis ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis. Dari sudut kosmetik,


(55)

(Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).

Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapis subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).

Secara umum, keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kulit kering

Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering, yaitu: i. Kulit kusam dan bersisik

ii. Mulai tampak kerutan-kerutan iii. Pori-pori tidak kelihatan b. Kulit normal

Ciri-ciri fisik yang terlihat pada kulit normal, yaitu: i. Kulit tampak segar dan cerah

ii. Bertekstur halus

iii. Pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar

iv. Kadang kelihatan berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung c. Kulit berminyak


(56)

ii.Pori-pori besar

iii.Mudah kotor dan berjerawat

Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna merah, hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan, melanin yang berwarna coklat, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabua-abuan. Karoten, suatu pigmen warna kuning yang sedikit sekali jumlah dan efeknya, serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal dari telapak kaki bagian tumit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007).

Intensitas warna kulit secara fundamental ditentukan oleh:

a. Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit b. Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit

c. Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit Oleh karena itu dikenal 2 macam warna kulit:

a. Warna kulit konstitutif, yaitu yang secara genetik diturunkan tanpa dipengaruhi faktor sinar ultraviolet dan hormon

b. Warna kulit fakultatif, yaitu warna kulit akibat pengaruh sinar ultraviolet dan hormon. Warna ini jelas tampak pada bagian badan yang tidak tertutup pakaian (Tranggono dan Latifah, 2007).


(57)

1.1 Latar Belakang

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan hampir disetiap fase kehidupan seorang manusia, karena ingin selalu tampil bersih, wangi dan cantik. Menggunakan kosmetik dengan tepat membuat kulit tetap sehat dan cantik. Kosmetik yang tepat juga membantu dalam berbagai masalah kecantikan dan kesehatan kulit, seperti kulit wajah yang berminyak, jerawat dan flek hitam (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutupi kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono dan Latifah, 2007). Salah satu kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah bedak kompak.

Bedak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mempoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan waktu yang lama. Oleh karena itu tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Ditjen


(58)

Bedak padat adalah bedak kering yang diberi tekanan menjadi padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya mirip dengan bedak tabur, tetapi efeknya pada kulit berbeda. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih kecil daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal (Tandiarang, 2011).

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan seringkali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).

Pandanus conoideus atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai buah merah, tersebar dihampir seluruh wilayah Papua. Namun penyebaran paling dominan di Pegunungan Jayawijaya, Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika dan Sorong. Secara tradisional, masyarakat Papua telah mengkonsumsi buah merah, baik yang tinggal di daerah pantai maupun pegunungan. Selain sebagai sumber pangan, secara turun-temurun masyarakat Papua juga memanfaatkannya sebagai pewarna alami makanan dan bahan kerajinan. Yang membuat warna merah pada buah merah adalah karotenoid (Budi dan Paimin, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis telah mengekstraksi zat warna dari buah merah untuk digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak.


(59)

penelitian adalah:

a. Apakah ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak?

b. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? c. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam

formula bedak kompak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.

b. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


(60)

sebagai pewarna dalam formula bedak kompak dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan buah merah yaitu tidak hanya sebagai bahan pangan, bahan kerajinan, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam hal ini digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.


(61)

ABSTRAK

Bedak kompak adalah jenis kosmetik yang banyak digunakan dan warna bedak merupakan suatu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Pandanus conoideus Lam yang dikenal sebagai buah merah dari Papua, mempunyai warna merah yang menarik, dapat digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung karotenoid. Tujuan penelitian ini adalah memformulasi bedak kompak dengan menggunakan pewarna dari ekstrak buah merah.

Ekstraksi zat warna dari buah merah dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian ekstrak dipekatkan dengan alat rotary evaporator dan dilanjutkan dengan freeze dryer, sehingga diperoleh ekstrak kental. Formulasi sediaan bedak kompak dibuat dengan penambahan ekstrak buah merah sebagai pewarna dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5% dan sebagai blanko dilakukan pembuatan sediaan tanpa ekstrak buah merah. Kemudian dilakukan pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji kesukaan dan uji stabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah merah yang digunakan semakin jelas warna yang diperoleh yaitu dari merah muda sampai warna orange. Semua sediaan memberikan daya sebar yang merata, homogen dan mudah dipoles. Uji stabilitas menunjukkan, sediaan stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari kecuali warna, yang mulai berubah pada hari ke 45. Sediaan tidak retak dengan hasil uji kekerasan pada konsentrasi ekstrak 1 – 4 % adalah 0,2 kg sedangkan konsentrasi ekstrak 5% adalah 0,4 kg. Sediaan tidak menyebabkan iritasi dan pada uji kesukaan, sediaan yang disukai adalah sediaan bedak kompak dengan ekstrak buah merah konsentrasi 4%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.

Kata Kunci: Ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.), bedak kompak, pewarna.


(62)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING RED FRUIT EXTRACT (Pandanus conoideus Lam.) AS DYE

ABSTRACT

Compact powder is widely used types of cosmetic and powder color is an factor that affects consumer acceptance of the product. Pandanus conoideus Lam known as red fruit of Papua has a attractive red color, can be used as natural dyes because contain carotenoids. The purpose of this study was to formulate a powder compact by using dyes of red fruit extracts.

The extraction of the dye from the red fruit was done by maceration using ethanol 96%, and then extract concentrated by rotary evaporator, followed by freeze dryer to obtain a concentrated extract. Compact powder formulation was made with the addition of red fruit extract as a dye with a concentration of 1, 2, 3, 4, and 5% and as blank was made without red fruit extract. Then the physical quality preparation test, irritation test, hedonic test and the stability test was done. The results showed, that the higher concentrated of extract was used the clearer the color obtained from chamy pink to beige. All preparations have capacity to homogen disperse and easily to polish. Stability test showed, that preparations was stable in storage room temperature for 90 days except the color, began to change at 45th days. Preparation in 1 – 4% concentrations of extract, had not cracked in the hardness test results was 0.2 kg where as 5% concentration extract was 0.4 kg. The preparation had not caused irritation and hedonic preparation test showed was prefer in 4% concentration of red fruit extract. This research suggest that red fruit extract could be used as a dye in compact powder formulation.

Keywords: Red fruit extract (Pandanus conoideus Lam.), compact powder, dye


(63)

1.1 Latar Belakang

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan hampir disetiap fase kehidupan seorang manusia, karena ingin selalu tampil bersih, wangi dan cantik. Menggunakan kosmetik dengan tepat membuat kulit tetap sehat dan cantik. Kosmetik yang tepat juga membantu dalam berbagai masalah kecantikan dan kesehatan kulit, seperti kulit wajah yang berminyak, jerawat dan flek hitam (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutupi kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono dan Latifah, 2007). Salah satu kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah bedak kompak.

Bedak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mempoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan waktu yang lama. Oleh karena itu tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Ditjen


(64)

Bedak padat adalah bedak kering yang diberi tekanan menjadi padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya mirip dengan bedak tabur, tetapi efeknya pada kulit berbeda. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih kecil daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal (Tandiarang, 2011).

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan seringkali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).

Pandanus conoideus atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai buah merah, tersebar dihampir seluruh wilayah Papua. Namun penyebaran paling dominan di Pegunungan Jayawijaya, Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika dan Sorong. Secara tradisional, masyarakat Papua telah mengkonsumsi buah merah, baik yang tinggal di daerah pantai maupun pegunungan. Selain sebagai sumber pangan, secara turun-temurun masyarakat Papua juga memanfaatkannya sebagai pewarna alami makanan dan bahan kerajinan. Yang membuat warna merah pada buah merah adalah karotenoid (Budi dan Paimin, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis telah mengekstraksi zat warna dari buah merah untuk digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak.


(65)

penelitian adalah:

a. Apakah ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak?

b. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? c. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam

formula bedak kompak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.

b. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


(66)

sebagai pewarna dalam formula bedak kompak dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan buah merah yaitu tidak hanya sebagai bahan pangan, bahan kerajinan, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam hal ini digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.


(1)

FORMULASI BEDAK KOMPAK MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.)

SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Bedak kompak adalah jenis kosmetik yang banyak digunakan dan warna bedak merupakan suatu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Pandanus conoideus Lam yang dikenal sebagai buah merah dari Papua, mempunyai warna merah yang menarik, dapat digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung karotenoid. Tujuan penelitian ini adalah memformulasi bedak kompak dengan menggunakan pewarna dari ekstrak buah merah.

Ekstraksi zat warna dari buah merah dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian ekstrak dipekatkan dengan alat rotary evaporator dan dilanjutkan dengan freeze dryer, sehingga diperoleh ekstrak kental. Formulasi sediaan bedak kompak dibuat dengan penambahan ekstrak buah merah sebagai pewarna dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5% dan sebagai blanko dilakukan pembuatan sediaan tanpa ekstrak buah merah. Kemudian dilakukan pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi, uji kesukaan dan uji stabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak buah merah yang digunakan semakin jelas warna yang diperoleh yaitu dari merah muda sampai warna orange. Semua sediaan memberikan daya sebar yang merata, homogen dan mudah dipoles. Uji stabilitas menunjukkan, sediaan stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 90 hari kecuali warna, yang mulai berubah pada hari ke 45. Sediaan tidak retak dengan hasil uji kekerasan pada konsentrasi ekstrak 1 – 4 % adalah 0,2 kg sedangkan konsentrasi ekstrak 5% adalah 0,4 kg. Sediaan tidak menyebabkan iritasi dan pada uji kesukaan, sediaan yang disukai adalah sediaan bedak kompak dengan ekstrak buah merah konsentrasi 4%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.

Kata Kunci: Ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.), bedak kompak, pewarna.


(2)

FORMULATION OF COMPACT POWDER USING RED FRUIT EXTRACT (Pandanus conoideus Lam.) AS DYE

ABSTRACT

Compact powder is widely used types of cosmetic and powder color is an factor that affects consumer acceptance of the product. Pandanus conoideus Lam known as red fruit of Papua has a attractive red color, can be used as natural dyes because contain carotenoids. The purpose of this study was to formulate a powder compact by using dyes of red fruit extracts.

The extraction of the dye from the red fruit was done by maceration using ethanol 96%, and then extract concentrated by rotary evaporator, followed by freeze dryer to obtain a concentrated extract. Compact powder formulation was made with the addition of red fruit extract as a dye with a concentration of 1, 2, 3, 4, and 5% and as blank was made without red fruit extract. Then the physical quality preparation test, irritation test, hedonic test and the stability test was done. The results showed, that the higher concentrated of extract was used the clearer the color obtained from chamy pink to beige. All preparations have capacity to homogen disperse and easily to polish. Stability test showed, that preparations was stable in storage room temperature for 90 days except the color, began to change at 45th days. Preparation in 1 – 4% concentrations of extract, had not cracked in the hardness test results was 0.2 kg where as 5% concentration extract was 0.4 kg. The preparation had not caused irritation and hedonic preparation test showed was prefer in 4% concentration of red fruit extract. This research suggest that red fruit extract could be used as a dye in compact powder formulation.

Keywords: Red fruit extract (Pandanus conoideus Lam.), compact powder, dye


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan hampir disetiap fase kehidupan seorang manusia, karena ingin selalu tampil bersih, wangi dan cantik. Menggunakan kosmetik dengan tepat membuat kulit tetap sehat dan cantik. Kosmetik yang tepat juga membantu dalam berbagai masalah kecantikan dan kesehatan kulit, seperti kulit wajah yang berminyak, jerawat dan flek hitam (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutupi kekurangan pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono dan Latifah, 2007). Salah satu kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah bedak kompak.

Bedak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mempoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan waktu yang lama. Oleh karena itu tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Ditjen POM, 1985).


(4)

Bedak padat adalah bedak kering yang diberi tekanan menjadi padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya mirip dengan bedak tabur, tetapi efeknya pada kulit berbeda. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih kecil daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal (Tandiarang, 2011).

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan seringkali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).

Pandanus conoideus atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai buah merah, tersebar dihampir seluruh wilayah Papua. Namun penyebaran paling dominan di Pegunungan Jayawijaya, Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika dan Sorong. Secara tradisional, masyarakat Papua telah mengkonsumsi buah merah, baik yang tinggal di daerah pantai maupun pegunungan. Selain sebagai sumber pangan, secara turun-temurun masyarakat Papua juga memanfaatkannya sebagai pewarna alami makanan dan bahan kerajinan. Yang membuat warna merah pada buah merah adalah karotenoid (Budi dan Paimin, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis telah mengekstraksi zat warna dari buah merah untuk digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak.


(5)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah:

a. Apakah ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi bedak kompak?

b. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? c. Apakah ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam

formula bedak kompak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Ekstrak buah merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.

b. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat bedak kompak menggunakan ekstrak buah merah sebagai pewarna.


(6)

sebagai pewarna dalam formula bedak kompak dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui ekstrak buah merah yang digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan buah merah yaitu tidak hanya sebagai bahan pangan, bahan kerajinan, tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam hal ini digunakan sebagai pewarna dalam formula bedak kompak.