Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Area Sumatera Bagian Utara (SUMBAGUT)
70
Debitur
Objek Penelitian
PT. Bank BTPN Usaha
Rakyat Area Sumatera
Bagian Utara ( Sumbagut)
PT. Bank BNI (Persero) Tbk
Area Sumatera Utara (
Sumbagut)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen
harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
70
Universitas Sumatera Utara
71
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai
“agency relationship as a contract under which one or more person (the
principals) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(principal atau investor) memerintah orang lain (agen atau analisis kredit) untuk
melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut
mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka
diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan
prinsipal.
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari seratus persen Masdupi(2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung
bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan
perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency
cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah
dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap
agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam
rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari
pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar
diantara mereka.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi
dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran
71
Universitas Sumatera Utara
72
kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk
mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham
perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap
keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism,
yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program
mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen
salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow).
Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan
kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko
tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih
investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu
1. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership)
2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax)
3. Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang
4. Kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings).
Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan
meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan
manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham
sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan
72
Universitas Sumatera Utara
73
meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran
pemegang saham.
Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui
penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi
penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi,
perusahaan
memiliki
kewajiban
untuk
mengembalikan
pinjaman
dan
membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang
terlalu
besar
juga
akan
menimbulkan
konflik
keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan
hutang.
Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998)
menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders)
yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya
keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan
merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
menantang
keberadaan
manajemen,
maka
konsentrasi
atau
penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
2.1.2. Iceberg Model atau Model Gunung Es
The iceberg model atau model gunung es, yang dikemukakan oleh Spencer
and Spencer (1993) menjelaskan faktor-faktor yang membentuk kompetensi
seseorang. Secara keseluruhan kompetensi seseorang dikelompokkan dalam dua
bagian yaitu kompetensi yang tampak (visible competencies) dan bagian yang
tidak nampak (hidden competencies). Pendidikan yang tampak terbagi dua yaitu
73
Universitas Sumatera Utara
74
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pengetahuan merujuk pada
informasi yang dimiliki atau dikuasai seseorang dalam bidang tertentu dan
keterampilan merujuk kepada kemampuan untuk menyelesaikan tugas seperti
kemampuan analisis dan konsep berpikir atau sebuah pekerjaan fisik.
Sedangkan, pendidikan yang tidak tampak terbagi tiga yaitu konsep diri (self
concept), karakteristik pribadi (traits), dan tujuan (motives). Konsep diri mengacu
kepada sikap, nilai-nilai, dan citra diri seseorang, termasuk identitas diri dan
kepercayaan diri. Karakteristik pribadi mengacu kepada karakteristik fisik dan
mental yang berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam menghadapi situasi
tertentu, misalnya waktu bereaksi dan pengendalian emosi diri. Tujuan merupakan
pikiran atau hasrat yang menyebabkan tindakan khusus, yang mendorong kepada
tindakan pasti atau tujuan.
Gambar 2.1 The Iceberg Model
Selain itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin
luas wawasan dan pengetahuan dalam berbisnis untuk berpikir dan semakin besar
kemampuan yang dimiliki untuk mengaktualisasikan potensi dirinya termasuk
dalam kemampuan berbisnis dan mengelola usaha Thoha (2000). Tingkat
pendidikan yang rendah akan mengakibatkan daya serap pelaku debitur terhadap
74
Universitas Sumatera Utara
75
informasi dan pasar semakin lambat, sehingga usaha–usaha yang mengarah pada
peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak lamban pula. Sebaliknya,
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka semakin mudah menerima
serta
mengembangkan
wawasan
pengetahun
teknologi,
sehingga
akan
meningkatkan produktivitas yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan
diharapkan pembayaran angsuran kredit akan semakin lancar.
2.1.3. Keputusan Pemberian Kredit
Pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan, didominasi
oleh besarnya jumlah kredit. Demikian juga bila diamati dari sisi pendapatan bank
akan ditemukan bahwa pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga
dan proporsi kredit. Oleh sebab itu, terlihat bahwa aktivitas bank yang terbanyak
akan berkaitan erat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah
melalui rekeningnya, dan juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi
pembayaran antar nasabah juga akan menggunakan jasa-jasa pebankan, demikian
juga dengan kegiatan keuangan lainnya seperti Letter of credit(L/C), inkaso dan
sebagainya Sinungan (1990).
Dapat dirumuskan bahwa kredit mengandung 3 (tiga) poin utama yaitu :
1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan dapat juga barang yang
menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain, dengan harapan memberi
pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman
tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan.
75
Universitas Sumatera Utara
76
2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling
mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing.
3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang dan
bunga yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah
disepakati bersama.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabahnya, bank dihadapkan
pada masalah yang cukup kompleks seperti kepada siapa kredit diberikan, apakah
calon nasabah debitur mampu mengembalikan hutang pokonya dengan bunga
serta kewajiban lainnya, berapa jumlah (plafond, kredit maksimum) yang layak
untuk diberikan, apakah kredit yang akan diberikan cukup aman atau resikonya
kecil. Selain masalah-masalah umum yang harus dipecahkan oleh perbankan
dalam pemberian kredit, maka perbankan juga dihadapkan masalah-masalah yang
sifatnya sangat khusus yang menyangkut kegiatan usaha dan karakter dari calon
debitur. Perkreditan mempunyai masalah yang bersifat “kasuistis” yang artinya
masing-masing debitur mempunyai permasalahan yang sangat spesifik, oleh
karena itu diperlukan adanya pendekatan dan penanganan satu nasabah dengan
nasabah lainnya.
Menurut Muljono (2000) dalam pemberian kredit, pihak bank minimal
mengadakan analisa beberapa aspek dari calon debiturnya, yaitu:
a.
Aspek Yuridis
Dalam proses analisa suatu permohonan kredit, maka aspek yuridis (legal
aspect) mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang
terpenting diantara aspek-aspek lainnya. Karena walaupun semua aspek yang ada
cukup layak tetapi aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian kredit
76
Universitas Sumatera Utara
77
antara bank dengan debitur dapat gugur, dan pada akhirnya pihak bank akan
mengalami kesulitan dalam kredit yang telah diberikan.
b. Aspek Pemasaran
Pemasaran bagi setiap kegiatan usaha merupakan faktor yang sangat penting
untuk mencapai tujuannya dalam mendapatkan laba sesuai dengan yang
direncanakan. Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak
akanada artinya jika tidak ada kemampuan untuk memasarkannya, jadi “customer
oriented” lebih menonjol dibandingkan dengan “production oriented”.
c. Aspek Jaminan
Jaminan kredit (collateral) merupakan aspek yang paling penting dalam
analisa kredit, karena jaminan berfungsi untuk pengamanan apabila kredit yang
diberikan mengalami kegagalan. Oleh karena itu analis kredit harus mempunyai
ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijaminkan kepada bank. Dalam
penilaian ini ada dua sarana pokok yaitu nilai ekonomis dan nilai yuridis dari
barang jaminan tersebut, dan biasanya suatu bank telah mempunyai aturan tentang
penilaian barang jaminan.
d. Aspek Teknis
Semua jenis usaha yang akan melaksanakan kegiatannya selalu dihadapkan
pada suatu permasalahan yaitu kebutuhan akan serangkaian perangkat keras
(hardware) yang beraneka ragam bentuk dan kegunaannya. Mengingat sangat
bervariasinya perangkat keras yang dipakai untuk menunjang kegiatan usaha yang
akan dilakukan calon debitur, sehingga dibutuhkan seseorang atau tim ahli untuk
masing-masing bidang yang sering memerlukan keahlian dari berbagai disiplin
ilmu pengetahuan serta interdisiplin profesi.
77
Universitas Sumatera Utara
78
e. Aspek Keuangan
Analisa aspek keuangan dari calon debitur bertujuan untuk mengetahui
struktur kebutuhan modal, posisi keuangan seperti berapa besarnya rentabilitas,
solvabilitas, likuiditas dan prospek keuangan di waktuyang akan datang setelah
calon debitur tersebut menerima kredit dari bank. Demikian jugaanalisa aspek
keuangan digunakan untuk mengetahui estimasi cash flowserta rencana pelunasan
kredit yang telah diterima. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang
keuangan maka analis kredit memerlukan berbagai data yang bersumber dari
neraca dan laporan laba/rugi beberapa periode terakhir.
Keputusan pemberian kredit harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai
dengan aturan yang berlaku kepada semua calon debitur yang akan digunakan
sebagai modal kerja calon debitur. Untuk menghindari fasilitas kredit modal kerja
yang akan diberikan menjadi bermasalah, pihak bank harus selalu memperhatikan
prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit modal kerja. Prinsip-prinsip pemberian
fasilitas kredit modal kerja meliputi penganalisisan terhadap character, capacity,
capital, collateral and condition of economic yang dikenal dengan prinsip 5’C.
Kasmir (2002) menjelaskan sebagai berikut:
a. Character,adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuan
analisis untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari
calon debitur benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar
belakang calon debitur, latar belakang usaha yang dikelola maupun pribadi
seperti : cara hidup atau gaya hidup, keadaan keluarga, kesenangan (hobi) dan
status sosial. Karakter merupakan ukuran untuk menilai kemauan calon debitur
untuk mengembalikan fasilitas kredit yang telah diterimanya. Pribadi yang
78
Universitas Sumatera Utara
79
berkarakter baik akan berusaha untuk mengembalikan fasilitas kredit yang
telah diterima dengan cara yang wajar.
b. Capacity,untuk melihat kemampuan calon debitur dalam menyelesaikan
fasilitas kredit yang dikaitkan dengan kemampuan mengelola usaha dalam
menghasilkan
keuntungan.
Sehingga
pada
akhirnya
akan
terlihat
kemampuannya dalam melunasi seluruh kewajiban sehubungan dengan
penerimaan fasilitas kredit.
c. Capital,adala jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi
kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan mersa
lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank
sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam menjalankan
usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam
praktiknya, kemampuan capital ini diwujudkan dalm bentuk kewajiban untuk
menyediakan self-financing yang besarnya paling tidak 20% - 25% dari nilai
proyek/usaha. Ini berarti bank tidak akan membiayai seluruh nilai proyek
calon nasabah.
d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah fasilitas yang akan
diberikan pihak kreditur. Jaminan yang diterima kreditur harus dilihat aspek,
legalitasnya sehingga bila terjadi suatu masalah, jaminan dapat dengan mudah
dicairkan. Fungsi jaminan merupakan the second way out terhadap fasilitas
kredit, artinya jaminan akan dicairkan apabila berbagai cara untuk penyelesaian
kredit tidak berhasil dilakukan.
79
Universitas Sumatera Utara
80
Condition of Economic,dalam menilai pemberian kredit hendaknya juga
menilai kondisi ekonomi sekarang dan yang akan datang sesuai dengan sektor
ekonomi yang akan dibiayai. Dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil
sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu tidak diberikan dan bila
diberikan juga sebaiknya memperhatikan prospek usaha untuk yang akan datang
dengan ketat. Hal ini sejalan dengan semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga, maka akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi.
Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi yang semakin besar,sehingga
semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dalam keluarga maka akan semakin
besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga sebagian besar
dari jumlah pendapatan tersebut yang akan teralokasi untuk kebutuhan sehari –
hari bukan untuk memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit.
2.1.4. Karakter Debitur
W. B saunders (1997) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan
berbeda yang ditunjukkan oleh individu sejumlah atribut yang dapat diamamti
pada individu. Sedangkan menurut Gulo W (1982) menjabarkan bahwa karakter
adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral , misalnya
kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative
tetap. Kamisa(1997) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat- sifat kejiwaaan
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
watak. Berkarakter artinya mempunyai watak dan mempunyai kepribadian.
Karakter adalah sifat dan watak dari debitur (kejujuran, tanggungjawab,
integritas dan konsisten), baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
lingkungan usaha. Sifat dan watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
80
Universitas Sumatera Utara
81
benar-benar dapat dipercaya. Karakter menjadi hal yang penting karena hal ini
menyangkut aspek kepribadian, sifat atau watak serta kejujuran dari calon debitur.
Pihak bank harus mengetahui tentang karakter calon debitur, karenanya perlu
ketelitian dan kehati-hatian dalam memutuskan pemberian kredit. Tujuan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sifat atau watak dari
calon nasabah, seberapa besar kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sebagai alat
untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat
ditempuh melalui upaya antara lain:
a. Customer’s File atau Bank Record, yakni mencari informasi mengenai riwayat
hidup calon nasabah
b. Trade Checking, yakni meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan
usahanya
c. Bank Checking, yakni mencari informasi tentang calon debitur melalui bank to
bank information
d. BI Checking, yakni mencari informasi tentang nasabah debitur melalui Bank
Indonesia (Sistem Informasi Debitur)
e. Mencari informasi dari asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah
bergabung
f. Mencari Informasi apakah calon nasabah suka berjudi
g. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya
Adapun tujuan pemilihan karakter dalam memberikan kredit adalah untuk
meminimalisir terjadinya resiko kredit yang kemungkinan akan muncul pada saat
kredit sedang berjalan. Hal ini dapat dilihat dari contoh apabila seorang debitur
81
Universitas Sumatera Utara
82
dengan usaha yang lancar dan memiliki kemampuan untuk membayar, namun
tidak memiliki itikad yang baik maka akan menimbulkan permasalahan bagi pihak
bank di kemudian hari seperti timbulnya kredit bermasalah. Manfaat dari
penilaian karakter untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas
serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya calon
debitur. Oleh karena itu pemilihan karakter yang baik dan tepat merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan baik tidaknya kredit tersebut kelak.
2.1.5. Lama Usaha
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya
seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi
dan mampu dalam mengembalikan pinjaman.. Semakin lama menekuni bidang
usaha
akan
semakin cepat dalam mengembalikan pinjaman ke bank.
Keterampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis
maupun pelanggan yang berhasil di jaring Wicaksono (2011). Keahlian
keusahawaan
merupakan
kemampuan
yang
dimiliki
seseorang
untuk
mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat Sukirno (1994).
2.1.6. Sumber Daya Manusia (SDM) Debitur
Menurut Suparno (2001), kompetensi adalah kecakapan yang memadai
untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki ketrampilan dan kecakapan
yang diisyaratkan. Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai
82
Universitas Sumatera Utara
83
sebuah kombinasi antara keterampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
diamati, diukur, dan dievaluasi.
Sumber Daya Manusia (SDM) atau human resource merupakan orang yang
bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula disebut karyawan atau pegawai
Alwi(2006). Sedangkan, menurut Nawawi (2001) SDM adalah manusia atau
orang yang bekerja atau yang menjadi anggota suatu organisasi yang disebut
personil, pegawai, karyawan, tenaga kerja, dan lain-lain. Kompetensi SDM
diartikan
sebagai
kompetensi
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi
secara langsung terhadap kinerjanya Mangkunegara (2005). Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi SDM sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau
pekerjaan.
2.1.7. Pengalaman Debitur
Menurut Supriyono (2011) menilai usaha untuk perorangan dilihat dari
riwayat sekolah, bekerja dan riwayat usaha, mulai dari usaha pertama sampai
dengan usaha terakhir. Seberapa lama calon debitur mendalami usahanya saat ini,
seberapa besar pengalamannya dalam menghadapi kompetisi usaha sejenis.
Umumnya dengan pengalaman usaha minimal 3 tahun sudah dapat mengerti
karakteristik bidang usahanya Pengalaman debitur sangat diperhitungkan dalam
pemberian fasilitas kredit, karena untuk melihat sampai sejauh mana pengalaman
calon debitur dalam mengelola usaha, watak dan itikad baik debitur dalam
83
Universitas Sumatera Utara
84
mengelola usaha. Melalui penganalisisan terhadap pengalaman calon pimpinan
debitur akan dapat meyakinkan bank bahwa kredit yang diberikan dapat dikelola
dengan baik, dengan kata lain semakin lama seseorang mengelola perusahaan,
maka orang tersebut akan semakin mampu mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan.
Lama usaha berkaitan erat dengan pengalaman yang menunjang kegiatan
usaha. Pengalaman usaha yang semakin lama akan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam mengelola usaha dan menghindari risiko yang menyebabkan
kegagalan. Pengalaman usaha menurut Hermawan (2012) dalam Luh Ikka (2013)
bahwa pengalaman kerja akan mempengaruhi keterampilan karyawan dalam
melaksanakan tugas juga membuat kerja lebih efisien. Oleh karena itu, lama usaha
debitur diduga akan berpengaruh terhadap kemampuan membayar kredit secara
lancar karena pengalaman usaha yang kini semakin lama akan dapat
meningkatkan pemahaman kemampuan debitur dalam mengelola usahanya,
sehingga mendukung keberhasilan usaha.Dengan keberhasilan usaha tersebut
akan dapat menjamin perolehan pendapatan /keuntungan sebagai sumber biaya
hidup serta memberikan peluang kemampuan membayar kredit secara lancar.
2.2.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
84
Universitas Sumatera Utara
85
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
penelitian ini, sehingga dijadikan sebagai bahan rujukan karena dapat memberikan
tambahan informasi mengenai topik pembahasan penelitian yang akan dilakukan.
Firdausa (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu modal awal, lama usaha
dan jam kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah pendapatan
pedagang kios di Pasar Bintoro Demak diterima. Secara parsial variabel modal
usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara signifikan. Dari ketiga
variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah pendapatan
pedagang adalah variabel modal usaha
Sally (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel
lama usaha, kapasitas usaha, karakter debitur, sektor ekonomi yang dibiayai
berpengaruh terhadap keputusan kredit yang akan diambil dapat diterima. Secara
parsial hanya variabel kapasitas usaha berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan kredit sedangkan ketiga variabel lain, yakni: lama usaha,
karakter debitur, dan sektor ekonomi yang dibiayai tidak berpengaruh. Hal ini
dikarenakan kapasitas usaha bagi seorang Credit Analyst benar-benar menjadi
tolak ukur pada saat penilaian di lapangan.
Abadi
pengembalian
(2014)
hasil
penelitian
pinjaman disebabkan
menunjukkan
karakteristik
bahwakelancaran
debitur,
karakteristik
pinjaman, dan karakteristik usaha. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga,
Besar Pinjaman dan
Lama Usaha memiliki pengaruh
terhadap
tingkat
kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota. Hasil
analisis diperoleh Jumlah Tanggungan Keluarga lebih besar dari 4 orang, besar
85
Universitas Sumatera Utara
86
pinjaman kurang dari 6 juta rupiah, dan lama usaha kurang dari 7 tahun lebih
berpotensi menimbulkan masalah pengembalian pinjaman.
Afandi (2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa uji Mann-Whitney U
tes untukvariabel Character dan aspek Condition masing-masing diperoleh
Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,522 dan 0,028 lebih besar dari α = 0,05 sehingga
hasilnya tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan khusunya aspek
character danaspek condition sebagai faktor penentu dalam pemberian kredit
antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR Kridaarta Salatig. Untuk
aspek capacity, capital dan colleteral diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)masingmasing sebesar0,000 (untuk character), 0,007 (untuk capacity) dan 0,000
(untuk colleteral) lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hasilnya signifikanartinya
ada perbedaandalam implentasi 5 C sebagai penentu dalam pemberian kredit
antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR Kridaarta Salatiga khususnya
dari aspek Character, Capacity, Colleteral nasabah masing-masing nasabah BPR
PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR Kridaarta Salatiga.
Asana
(2013))
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwapengalaman
berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.
Koefisien regresi variabel pengalaman bernilai positif. Hal ini bermakna
bahwa auditor yang memiliki pengalaman akan memiliki tingkat sensitivitas
etika yang menguat. Komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika
auditor Kantor Akuntan Publik di Bali. Koefisien regresi variabel komitmen
profesional bernilai positif. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki
komitmen profesional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
86
Universitas Sumatera Utara
87
Hardinata (2014) ) hasil penelitian menunjukkan bahwafaktor-faktor yang
terdiri nilai agunan, umur usaha, omset usaha, dan jumlah tanggungan
keluarga
calon
nasabah
secara
bersama-sama
menjadi
faktor
yang
mempengaruhi keputusan pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun.Nilai agunan
dan omset usaha secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun. Omset usaha memiliki prioritas
tertinggi dan berikutnya adalah nilai agunan. Hal ini didasarkan pada analisis
bahwa omset usaha merupakan bentuk pengukuran kinerja usaha sebagai indikator
yang
mengarah langsung pada kemampuan calon
nasabah
dalam
mengembalikan. Sementara nilai agunan menjadi jaminan bagi pihak bank
untuk mengurangi resiko kredit jika mengarah pada NPL.
Budiawan (2008) hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut adalah tingkat suku bunga yang berpengaruh negatif dan
signifikan, NPL memiliki hubungan yang negative dan tidak signifikan yaitu
tidak mempengaruhi penyaluran kredit, tingkat kecukupan modal berpengaruh
positif dan signifikan, jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan.
Paradifta (2015) hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit
oleh
pedagang
di
pasar
Segamas
Kabupaten Purbalingga.Omzet
usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit
oleh pedagang di pasar Segamas Kabupaten Purbalingga
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Nama
Peneliti
Firdaus
a, 2012
Judul
Penelitian
Pengaruh
modal
Variabel
Penelitian
Variabel
penelitian
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen yaitu modal awal, lama usaha dan
87
Universitas Sumatera Utara
88
awal, lama
usaha dan
jam kerja
terhadap
pendapatan
pedagang
kios
di
pasar
bintaro
demak.
adalah
Pendapata
n
Pedagang,
Modal
Awal,
Lama
Usaha,
Jam Kerja.
jam kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap
jumlah pendapatan
pedagang kios di Pasar Bintoro Demak diterima. Secara
parsial variabel modal
usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara
signifikan. Dari ketiga
variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya
terhadap jumlah pendapatan
pedagang adalah variabel modal usaha.
Sally,
2011
Analisa
faktorfaktor yang
mempengar
uhi
keputusan
pemberian
kredit
mikro pada
PT. Bank
BTPN
Mitra
Usaha
Rakyat
Area
Sumatera
Utara
Bagian
Utara
(Sumbagut)
Variabel
penelitian
adalah
lama
usaha,
kapasitas
usaha,
karakter
debitur,
sektor
ekonomi
yang
dibiayai.
Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahu
i seberapa
besar
pengaruh
lama
usaha,
kapasitas
usaha,
karakter
debitur,
sektor
ekonomi
yang
dibiayai
terhadap
keputusan
pemberian
kredit
mikro.
Hasilpenelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variabel lama usaha, kapasitas usaha, karakter debitur,
sektor ekonomi yang dibiayai berpengaruh terhadap
keputusan kredit yang akan diambil dapat diterima. Secara
parsial hanya variabel kapasitas usaha berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan kredit sedangkan
ketiga variabel lain, yakni: lama usaha, karakter debitur,
dan sektor ekonomi yang dibiayai tidak berpengaruh. Hal
ini dikarenakan kapasitas usaha bagi seorang Credit
Analyst benar-benar menjadi tolak ukur pada saat penilaian
di lapangan.
Abadi,
2014
Analisis
pengaruh
karakteristi
k
peminjam,
besar
pinjaman,
jenis usaha,
dan lama
usaha
terhadap
Variabel
penelitian
adalah
karakterist
ik
peminjam,
besar
pinjaman,
jenis
usaha, dan
lama
Hasil penelitian menunjukkan kelancaran pengembalian
pinjaman
disebabkan karakteristik debitur, karakteristik pinjaman,
dan karakteristik usaha.
Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga, Besar Pinjaman
dan Lama Usaha memiliki
pengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian
KUR Mikro pada BRI Unit
Kendal Kota. Hasil analisis diperoleh Jumlah Tanggungan
Keluarga lebih besar dari 4
orang, besar pinjaman kurang dari 6 juta rupiah, dan lama
88
Universitas Sumatera Utara
89
tingkat
kelancaran
pengembali
an kredit
usaha
rakyat
(KUR)
Mikro
usaha,
tingkat
kelancaran
pengembal
ian kredit
usaha
rakyat
(KUR)
Mikro
Variabael
penelitian
ini adalah
karakter
kapasitas,
modal,
jaminan,
kondisi
ekonomi
usaha kurang dari 7 tahun
lebih berpotensi menimbulkan masalah pengembalian
pinjaman
Afandi,
2010
Analisis
implementa
si 5C Bank
BPR dalam
menentuka
n
kelayakan
pemberian
kredit pada
nasabah
BPR
Salatiga
dan
PT.
Bpr
Kridaharta
Salatiga
Hasil uji Mann-Whitney U tes untuk variabel
Character dan aspek Condition
masing-masing diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,522
dan 0,028 lebih besar
dari α = 0,05 sehingga hasilnya tidak signifikan
artinya tidak ada perbedaan
khusunya aspek character dan aspek condition sebagai
faktor penentu dalam
pemberian kredit antara PD BPR Bank Salatiga
dengan PT BPR Kridaarta
Salatiga.
2. Untuk aspek capacity, capital dan colleteral
diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)
masing-masing sebesar 0,000 (untuk character), 0,007
(untuk capacity) dan
0,000 (untuk colleteral) lebih kecil dari α = 0,05 sehingga
hasilnya signifikan
artinya ada perbedaan dalam implentasi 5 C sebagai
penentu dalam pemberian
kredit antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR
Kridaarta Salatiga
khususnya dari aspek Character, Capacity, Colleteral
nasabah masing-masing
nasabah BPR PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR
Kridaarta Salatiga.
Asana,
2013
Pengaruh
pengalama
n,
komitmen,
dan
orientasi
etika pada
sensitivitas
etika
auditor
kantor
akuntan
publik di
bali
Variabel
penelitian
ini adalah
pengalama
n,
komitmen,
dan
orientasi
etika .
Pengalaman berpengaruh
pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan
Publik di Bali. Koefisien regresi variabel pengalaman
bernilai positif. Hal
ini bermakna bahwa auditor yang memiliki pengalaman
akan memiliki
tingkat sensitivitas etika yang menguat. Komitmen
profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor
Kantor
Akuntan Publik di Bali. Koefisien regresi variabel
komitmen profesional
bernilai positif. Hal ini bermakna bahwa auditor yang
memiliki komitmen
profesional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang
menguat.
Hardina
ta, 2014
Analisis
keputusan
pemberian
kredit
modal kerja
terhadap
usaha kecil
Variabel
penelitian
ini adalah
keputusan
pemberian
kredit
kredit,
Faktor-faktor yang terdiri nilai agunan, umur usaha,
omset usaha, dan jumlah tanggungan
keluarga calon nasabah secara bersama-sama menjadi
faktor yang mempengaruhi keputusan
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun.
2. Nilai agunan dan omset usaha secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
89
Universitas Sumatera Utara
90
Budiaw
an,
2008
Pradifta
, 2015
dan
menegah
modal
kerja
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun. Omset usaha
memiliki prioritas tertinggi dan
berikutnya adalah nilai agunan. Hal ini didasarkan pada
analisis bahwa omset usaha merupakan
bentuk pengukuran kinerja usaha sebagai indikator yang
mengarah langsung pada kemampuan
calon nasabah dalam mengembalikan. Sementara nilai
agunan menjadi jaminan bagi pihak
bank untuk mengurangi resiko kredit jika mengarah pada
NPL.
Faktorfaktor yang
mempengar
uhi
penyaluran
kredit pada
BPR
Variabel
independe
n
yaitu
tingkat
suku
bunga,
kredit non
lancar,
tingkat
kecukupan
modal dan
jumlah
simpanan
masyaraka
t
Hasilnya
adalah
tingkat
suku
bungaberpengaruhnegatifdansignifikan,NPLmemilikihubu
nganyangnegatif dan
tidak signifikan yaitu tidak
mempengaruhi penyaluran kredit, tingkat kecukupan
modalberpengaruh positifdansignifikan, jumlahsimpanan
berpengaruhpositifdansignifikan.
Pengaruh
karakteristi
k usaha dan
karakteristi
k kredit
terhadap
tingkat
pengembali
an kredit
bank oleh
pedagang
di pasar
segamas
kabupaten
purbalingg
a
Variabel
dependenn
ya adalah
Penyalura
n kredit itu
sendiri
Variabel
penelitian
ini adalah
karakterist
ik usaha,
karakterist
ik kredit,
tingkat
pengembal
ian kredit
bank
Pengalaman usaha berpengaruh positif
terhadap kelancaran
pengembalian kredit oleh pedagang di
Kabupaten
Purbalingga.
Omzet usaha berpengaruh positif
terhadap kelancaran
pengembalian kredit oleh pedagang di
Kabupaten
Purbalingga.
dan signifikan
pasar Segamas
dan
signifikan
pasar Segamas
90
Universitas Sumatera Utara
Debitur
Objek Penelitian
PT. Bank BTPN Usaha
Rakyat Area Sumatera
Bagian Utara ( Sumbagut)
PT. Bank BNI (Persero) Tbk
Area Sumatera Utara (
Sumbagut)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen
harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
70
Universitas Sumatera Utara
71
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai
“agency relationship as a contract under which one or more person (the
principals) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(principal atau investor) memerintah orang lain (agen atau analisis kredit) untuk
melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen
membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut
mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka
diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan
prinsipal.
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari seratus persen Masdupi(2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung
bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan
perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency
cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah
dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap
agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam
rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari
pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar
diantara mereka.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi
dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran
71
Universitas Sumatera Utara
72
kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk
mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham
perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap
keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism,
yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program
mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen
salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow).
Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan
kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko
tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih
investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu
1. Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership)
2. Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax)
3. Meningkatkan sumber pendanaan melalui utang
4. Kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings).
Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. Pertama, dengan
meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan
manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham
sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan
72
Universitas Sumatera Utara
73
meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran
pemegang saham.
Kedua, dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui
penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi
penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi,
perusahaan
memiliki
kewajiban
untuk
mengembalikan
pinjaman
dan
membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang
terlalu
besar
juga
akan
menimbulkan
konflik
keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan
hutang.
Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998)
menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders)
yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya
keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan
merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
menantang
keberadaan
manajemen,
maka
konsentrasi
atau
penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
2.1.2. Iceberg Model atau Model Gunung Es
The iceberg model atau model gunung es, yang dikemukakan oleh Spencer
and Spencer (1993) menjelaskan faktor-faktor yang membentuk kompetensi
seseorang. Secara keseluruhan kompetensi seseorang dikelompokkan dalam dua
bagian yaitu kompetensi yang tampak (visible competencies) dan bagian yang
tidak nampak (hidden competencies). Pendidikan yang tampak terbagi dua yaitu
73
Universitas Sumatera Utara
74
keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Pengetahuan merujuk pada
informasi yang dimiliki atau dikuasai seseorang dalam bidang tertentu dan
keterampilan merujuk kepada kemampuan untuk menyelesaikan tugas seperti
kemampuan analisis dan konsep berpikir atau sebuah pekerjaan fisik.
Sedangkan, pendidikan yang tidak tampak terbagi tiga yaitu konsep diri (self
concept), karakteristik pribadi (traits), dan tujuan (motives). Konsep diri mengacu
kepada sikap, nilai-nilai, dan citra diri seseorang, termasuk identitas diri dan
kepercayaan diri. Karakteristik pribadi mengacu kepada karakteristik fisik dan
mental yang berhubungan dengan konsistensi seseorang dalam menghadapi situasi
tertentu, misalnya waktu bereaksi dan pengendalian emosi diri. Tujuan merupakan
pikiran atau hasrat yang menyebabkan tindakan khusus, yang mendorong kepada
tindakan pasti atau tujuan.
Gambar 2.1 The Iceberg Model
Selain itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin
luas wawasan dan pengetahuan dalam berbisnis untuk berpikir dan semakin besar
kemampuan yang dimiliki untuk mengaktualisasikan potensi dirinya termasuk
dalam kemampuan berbisnis dan mengelola usaha Thoha (2000). Tingkat
pendidikan yang rendah akan mengakibatkan daya serap pelaku debitur terhadap
74
Universitas Sumatera Utara
75
informasi dan pasar semakin lambat, sehingga usaha–usaha yang mengarah pada
peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak lamban pula. Sebaliknya,
semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka semakin mudah menerima
serta
mengembangkan
wawasan
pengetahun
teknologi,
sehingga
akan
meningkatkan produktivitas yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan
diharapkan pembayaran angsuran kredit akan semakin lancar.
2.1.3. Keputusan Pemberian Kredit
Pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan, didominasi
oleh besarnya jumlah kredit. Demikian juga bila diamati dari sisi pendapatan bank
akan ditemukan bahwa pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga
dan proporsi kredit. Oleh sebab itu, terlihat bahwa aktivitas bank yang terbanyak
akan berkaitan erat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah
melalui rekeningnya, dan juga penyetoran-penyetoran nasabah. Transaksi
pembayaran antar nasabah juga akan menggunakan jasa-jasa pebankan, demikian
juga dengan kegiatan keuangan lainnya seperti Letter of credit(L/C), inkaso dan
sebagainya Sinungan (1990).
Dapat dirumuskan bahwa kredit mengandung 3 (tiga) poin utama yaitu :
1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan dapat juga barang yang
menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain, dengan harapan memberi
pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman
tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan.
75
Universitas Sumatera Utara
76
2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling
mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing.
3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang dan
bunga yang akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah
disepakati bersama.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabahnya, bank dihadapkan
pada masalah yang cukup kompleks seperti kepada siapa kredit diberikan, apakah
calon nasabah debitur mampu mengembalikan hutang pokonya dengan bunga
serta kewajiban lainnya, berapa jumlah (plafond, kredit maksimum) yang layak
untuk diberikan, apakah kredit yang akan diberikan cukup aman atau resikonya
kecil. Selain masalah-masalah umum yang harus dipecahkan oleh perbankan
dalam pemberian kredit, maka perbankan juga dihadapkan masalah-masalah yang
sifatnya sangat khusus yang menyangkut kegiatan usaha dan karakter dari calon
debitur. Perkreditan mempunyai masalah yang bersifat “kasuistis” yang artinya
masing-masing debitur mempunyai permasalahan yang sangat spesifik, oleh
karena itu diperlukan adanya pendekatan dan penanganan satu nasabah dengan
nasabah lainnya.
Menurut Muljono (2000) dalam pemberian kredit, pihak bank minimal
mengadakan analisa beberapa aspek dari calon debiturnya, yaitu:
a.
Aspek Yuridis
Dalam proses analisa suatu permohonan kredit, maka aspek yuridis (legal
aspect) mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang
terpenting diantara aspek-aspek lainnya. Karena walaupun semua aspek yang ada
cukup layak tetapi aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian kredit
76
Universitas Sumatera Utara
77
antara bank dengan debitur dapat gugur, dan pada akhirnya pihak bank akan
mengalami kesulitan dalam kredit yang telah diberikan.
b. Aspek Pemasaran
Pemasaran bagi setiap kegiatan usaha merupakan faktor yang sangat penting
untuk mencapai tujuannya dalam mendapatkan laba sesuai dengan yang
direncanakan. Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak
akanada artinya jika tidak ada kemampuan untuk memasarkannya, jadi “customer
oriented” lebih menonjol dibandingkan dengan “production oriented”.
c. Aspek Jaminan
Jaminan kredit (collateral) merupakan aspek yang paling penting dalam
analisa kredit, karena jaminan berfungsi untuk pengamanan apabila kredit yang
diberikan mengalami kegagalan. Oleh karena itu analis kredit harus mempunyai
ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijaminkan kepada bank. Dalam
penilaian ini ada dua sarana pokok yaitu nilai ekonomis dan nilai yuridis dari
barang jaminan tersebut, dan biasanya suatu bank telah mempunyai aturan tentang
penilaian barang jaminan.
d. Aspek Teknis
Semua jenis usaha yang akan melaksanakan kegiatannya selalu dihadapkan
pada suatu permasalahan yaitu kebutuhan akan serangkaian perangkat keras
(hardware) yang beraneka ragam bentuk dan kegunaannya. Mengingat sangat
bervariasinya perangkat keras yang dipakai untuk menunjang kegiatan usaha yang
akan dilakukan calon debitur, sehingga dibutuhkan seseorang atau tim ahli untuk
masing-masing bidang yang sering memerlukan keahlian dari berbagai disiplin
ilmu pengetahuan serta interdisiplin profesi.
77
Universitas Sumatera Utara
78
e. Aspek Keuangan
Analisa aspek keuangan dari calon debitur bertujuan untuk mengetahui
struktur kebutuhan modal, posisi keuangan seperti berapa besarnya rentabilitas,
solvabilitas, likuiditas dan prospek keuangan di waktuyang akan datang setelah
calon debitur tersebut menerima kredit dari bank. Demikian jugaanalisa aspek
keuangan digunakan untuk mengetahui estimasi cash flowserta rencana pelunasan
kredit yang telah diterima. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang
keuangan maka analis kredit memerlukan berbagai data yang bersumber dari
neraca dan laporan laba/rugi beberapa periode terakhir.
Keputusan pemberian kredit harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai
dengan aturan yang berlaku kepada semua calon debitur yang akan digunakan
sebagai modal kerja calon debitur. Untuk menghindari fasilitas kredit modal kerja
yang akan diberikan menjadi bermasalah, pihak bank harus selalu memperhatikan
prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit modal kerja. Prinsip-prinsip pemberian
fasilitas kredit modal kerja meliputi penganalisisan terhadap character, capacity,
capital, collateral and condition of economic yang dikenal dengan prinsip 5’C.
Kasmir (2002) menjelaskan sebagai berikut:
a. Character,adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuan
analisis untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari
calon debitur benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar
belakang calon debitur, latar belakang usaha yang dikelola maupun pribadi
seperti : cara hidup atau gaya hidup, keadaan keluarga, kesenangan (hobi) dan
status sosial. Karakter merupakan ukuran untuk menilai kemauan calon debitur
untuk mengembalikan fasilitas kredit yang telah diterimanya. Pribadi yang
78
Universitas Sumatera Utara
79
berkarakter baik akan berusaha untuk mengembalikan fasilitas kredit yang
telah diterima dengan cara yang wajar.
b. Capacity,untuk melihat kemampuan calon debitur dalam menyelesaikan
fasilitas kredit yang dikaitkan dengan kemampuan mengelola usaha dalam
menghasilkan
keuntungan.
Sehingga
pada
akhirnya
akan
terlihat
kemampuannya dalam melunasi seluruh kewajiban sehubungan dengan
penerimaan fasilitas kredit.
c. Capital,adala jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.
Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi
kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan mersa
lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank
sebagai alat kesungguhan dan tanggung jawab nasabah dalam menjalankan
usahanya karena ikut menanggung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam
praktiknya, kemampuan capital ini diwujudkan dalm bentuk kewajiban untuk
menyediakan self-financing yang besarnya paling tidak 20% - 25% dari nilai
proyek/usaha. Ini berarti bank tidak akan membiayai seluruh nilai proyek
calon nasabah.
d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah fasilitas yang akan
diberikan pihak kreditur. Jaminan yang diterima kreditur harus dilihat aspek,
legalitasnya sehingga bila terjadi suatu masalah, jaminan dapat dengan mudah
dicairkan. Fungsi jaminan merupakan the second way out terhadap fasilitas
kredit, artinya jaminan akan dicairkan apabila berbagai cara untuk penyelesaian
kredit tidak berhasil dilakukan.
79
Universitas Sumatera Utara
80
Condition of Economic,dalam menilai pemberian kredit hendaknya juga
menilai kondisi ekonomi sekarang dan yang akan datang sesuai dengan sektor
ekonomi yang akan dibiayai. Dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil
sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu tidak diberikan dan bila
diberikan juga sebaiknya memperhatikan prospek usaha untuk yang akan datang
dengan ketat. Hal ini sejalan dengan semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga, maka akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi.
Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi yang semakin besar,sehingga
semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dalam keluarga maka akan semakin
besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga sebagian besar
dari jumlah pendapatan tersebut yang akan teralokasi untuk kebutuhan sehari –
hari bukan untuk memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit.
2.1.4. Karakter Debitur
W. B saunders (1997) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan
berbeda yang ditunjukkan oleh individu sejumlah atribut yang dapat diamamti
pada individu. Sedangkan menurut Gulo W (1982) menjabarkan bahwa karakter
adalah kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral , misalnya
kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative
tetap. Kamisa(1997) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat- sifat kejiwaaan
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat,
watak. Berkarakter artinya mempunyai watak dan mempunyai kepribadian.
Karakter adalah sifat dan watak dari debitur (kejujuran, tanggungjawab,
integritas dan konsisten), baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam
lingkungan usaha. Sifat dan watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
80
Universitas Sumatera Utara
81
benar-benar dapat dipercaya. Karakter menjadi hal yang penting karena hal ini
menyangkut aspek kepribadian, sifat atau watak serta kejujuran dari calon debitur.
Pihak bank harus mengetahui tentang karakter calon debitur, karenanya perlu
ketelitian dan kehati-hatian dalam memutuskan pemberian kredit. Tujuan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sifat atau watak dari
calon nasabah, seberapa besar kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sebagai alat
untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat
ditempuh melalui upaya antara lain:
a. Customer’s File atau Bank Record, yakni mencari informasi mengenai riwayat
hidup calon nasabah
b. Trade Checking, yakni meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan
usahanya
c. Bank Checking, yakni mencari informasi tentang calon debitur melalui bank to
bank information
d. BI Checking, yakni mencari informasi tentang nasabah debitur melalui Bank
Indonesia (Sistem Informasi Debitur)
e. Mencari informasi dari asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah
bergabung
f. Mencari Informasi apakah calon nasabah suka berjudi
g. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya
Adapun tujuan pemilihan karakter dalam memberikan kredit adalah untuk
meminimalisir terjadinya resiko kredit yang kemungkinan akan muncul pada saat
kredit sedang berjalan. Hal ini dapat dilihat dari contoh apabila seorang debitur
81
Universitas Sumatera Utara
82
dengan usaha yang lancar dan memiliki kemampuan untuk membayar, namun
tidak memiliki itikad yang baik maka akan menimbulkan permasalahan bagi pihak
bank di kemudian hari seperti timbulnya kredit bermasalah. Manfaat dari
penilaian karakter untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas
serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya calon
debitur. Oleh karena itu pemilihan karakter yang baik dan tepat merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan baik tidaknya kredit tersebut kelak.
2.1.5. Lama Usaha
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya
seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi
dan mampu dalam mengembalikan pinjaman.. Semakin lama menekuni bidang
usaha
akan
semakin cepat dalam mengembalikan pinjaman ke bank.
Keterampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis
maupun pelanggan yang berhasil di jaring Wicaksono (2011). Keahlian
keusahawaan
merupakan
kemampuan
yang
dimiliki
seseorang
untuk
mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat Sukirno (1994).
2.1.6. Sumber Daya Manusia (SDM) Debitur
Menurut Suparno (2001), kompetensi adalah kecakapan yang memadai
untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki ketrampilan dan kecakapan
yang diisyaratkan. Secara umum, kompetensi sendiri dapat dipahami sebagai
82
Universitas Sumatera Utara
83
sebuah kombinasi antara keterampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan
(knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat
diamati, diukur, dan dievaluasi.
Sumber Daya Manusia (SDM) atau human resource merupakan orang yang
bekerja dalam suatu organisasi yang sering pula disebut karyawan atau pegawai
Alwi(2006). Sedangkan, menurut Nawawi (2001) SDM adalah manusia atau
orang yang bekerja atau yang menjadi anggota suatu organisasi yang disebut
personil, pegawai, karyawan, tenaga kerja, dan lain-lain. Kompetensi SDM
diartikan
sebagai
kompetensi
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi
secara langsung terhadap kinerjanya Mangkunegara (2005). Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi SDM sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau
pekerjaan.
2.1.7. Pengalaman Debitur
Menurut Supriyono (2011) menilai usaha untuk perorangan dilihat dari
riwayat sekolah, bekerja dan riwayat usaha, mulai dari usaha pertama sampai
dengan usaha terakhir. Seberapa lama calon debitur mendalami usahanya saat ini,
seberapa besar pengalamannya dalam menghadapi kompetisi usaha sejenis.
Umumnya dengan pengalaman usaha minimal 3 tahun sudah dapat mengerti
karakteristik bidang usahanya Pengalaman debitur sangat diperhitungkan dalam
pemberian fasilitas kredit, karena untuk melihat sampai sejauh mana pengalaman
calon debitur dalam mengelola usaha, watak dan itikad baik debitur dalam
83
Universitas Sumatera Utara
84
mengelola usaha. Melalui penganalisisan terhadap pengalaman calon pimpinan
debitur akan dapat meyakinkan bank bahwa kredit yang diberikan dapat dikelola
dengan baik, dengan kata lain semakin lama seseorang mengelola perusahaan,
maka orang tersebut akan semakin mampu mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan.
Lama usaha berkaitan erat dengan pengalaman yang menunjang kegiatan
usaha. Pengalaman usaha yang semakin lama akan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam mengelola usaha dan menghindari risiko yang menyebabkan
kegagalan. Pengalaman usaha menurut Hermawan (2012) dalam Luh Ikka (2013)
bahwa pengalaman kerja akan mempengaruhi keterampilan karyawan dalam
melaksanakan tugas juga membuat kerja lebih efisien. Oleh karena itu, lama usaha
debitur diduga akan berpengaruh terhadap kemampuan membayar kredit secara
lancar karena pengalaman usaha yang kini semakin lama akan dapat
meningkatkan pemahaman kemampuan debitur dalam mengelola usahanya,
sehingga mendukung keberhasilan usaha.Dengan keberhasilan usaha tersebut
akan dapat menjamin perolehan pendapatan /keuntungan sebagai sumber biaya
hidup serta memberikan peluang kemampuan membayar kredit secara lancar.
2.2.Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
84
Universitas Sumatera Utara
85
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
penelitian ini, sehingga dijadikan sebagai bahan rujukan karena dapat memberikan
tambahan informasi mengenai topik pembahasan penelitian yang akan dilakukan.
Firdausa (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu modal awal, lama usaha
dan jam kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah pendapatan
pedagang kios di Pasar Bintoro Demak diterima. Secara parsial variabel modal
usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara signifikan. Dari ketiga
variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap jumlah pendapatan
pedagang adalah variabel modal usaha
Sally (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel
lama usaha, kapasitas usaha, karakter debitur, sektor ekonomi yang dibiayai
berpengaruh terhadap keputusan kredit yang akan diambil dapat diterima. Secara
parsial hanya variabel kapasitas usaha berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan kredit sedangkan ketiga variabel lain, yakni: lama usaha,
karakter debitur, dan sektor ekonomi yang dibiayai tidak berpengaruh. Hal ini
dikarenakan kapasitas usaha bagi seorang Credit Analyst benar-benar menjadi
tolak ukur pada saat penilaian di lapangan.
Abadi
pengembalian
(2014)
hasil
penelitian
pinjaman disebabkan
menunjukkan
karakteristik
bahwakelancaran
debitur,
karakteristik
pinjaman, dan karakteristik usaha. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga,
Besar Pinjaman dan
Lama Usaha memiliki pengaruh
terhadap
tingkat
kelancaran pengembalian KUR Mikro pada BRI Unit Kendal Kota. Hasil
analisis diperoleh Jumlah Tanggungan Keluarga lebih besar dari 4 orang, besar
85
Universitas Sumatera Utara
86
pinjaman kurang dari 6 juta rupiah, dan lama usaha kurang dari 7 tahun lebih
berpotensi menimbulkan masalah pengembalian pinjaman.
Afandi (2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa uji Mann-Whitney U
tes untukvariabel Character dan aspek Condition masing-masing diperoleh
Asymp. Sig.(2-tailed) = 0,522 dan 0,028 lebih besar dari α = 0,05 sehingga
hasilnya tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan khusunya aspek
character danaspek condition sebagai faktor penentu dalam pemberian kredit
antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR Kridaarta Salatig. Untuk
aspek capacity, capital dan colleteral diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)masingmasing sebesar0,000 (untuk character), 0,007 (untuk capacity) dan 0,000
(untuk colleteral) lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hasilnya signifikanartinya
ada perbedaandalam implentasi 5 C sebagai penentu dalam pemberian kredit
antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR Kridaarta Salatiga khususnya
dari aspek Character, Capacity, Colleteral nasabah masing-masing nasabah BPR
PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR Kridaarta Salatiga.
Asana
(2013))
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwapengalaman
berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan Publik di Bali.
Koefisien regresi variabel pengalaman bernilai positif. Hal ini bermakna
bahwa auditor yang memiliki pengalaman akan memiliki tingkat sensitivitas
etika yang menguat. Komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika
auditor Kantor Akuntan Publik di Bali. Koefisien regresi variabel komitmen
profesional bernilai positif. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki
komitmen profesional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
86
Universitas Sumatera Utara
87
Hardinata (2014) ) hasil penelitian menunjukkan bahwafaktor-faktor yang
terdiri nilai agunan, umur usaha, omset usaha, dan jumlah tanggungan
keluarga
calon
nasabah
secara
bersama-sama
menjadi
faktor
yang
mempengaruhi keputusan pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun.Nilai agunan
dan omset usaha secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun. Omset usaha memiliki prioritas
tertinggi dan berikutnya adalah nilai agunan. Hal ini didasarkan pada analisis
bahwa omset usaha merupakan bentuk pengukuran kinerja usaha sebagai indikator
yang
mengarah langsung pada kemampuan calon
nasabah
dalam
mengembalikan. Sementara nilai agunan menjadi jaminan bagi pihak bank
untuk mengurangi resiko kredit jika mengarah pada NPL.
Budiawan (2008) hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut adalah tingkat suku bunga yang berpengaruh negatif dan
signifikan, NPL memiliki hubungan yang negative dan tidak signifikan yaitu
tidak mempengaruhi penyaluran kredit, tingkat kecukupan modal berpengaruh
positif dan signifikan, jumlah simpanan berpengaruh positif dan signifikan.
Paradifta (2015) hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit
oleh
pedagang
di
pasar
Segamas
Kabupaten Purbalingga.Omzet
usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit
oleh pedagang di pasar Segamas Kabupaten Purbalingga
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Nama
Peneliti
Firdaus
a, 2012
Judul
Penelitian
Pengaruh
modal
Variabel
Penelitian
Variabel
penelitian
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen yaitu modal awal, lama usaha dan
87
Universitas Sumatera Utara
88
awal, lama
usaha dan
jam kerja
terhadap
pendapatan
pedagang
kios
di
pasar
bintaro
demak.
adalah
Pendapata
n
Pedagang,
Modal
Awal,
Lama
Usaha,
Jam Kerja.
jam kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap
jumlah pendapatan
pedagang kios di Pasar Bintoro Demak diterima. Secara
parsial variabel modal
usaha, lama usaha dan jam kerja berpengaruh secara
signifikan. Dari ketiga
variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya
terhadap jumlah pendapatan
pedagang adalah variabel modal usaha.
Sally,
2011
Analisa
faktorfaktor yang
mempengar
uhi
keputusan
pemberian
kredit
mikro pada
PT. Bank
BTPN
Mitra
Usaha
Rakyat
Area
Sumatera
Utara
Bagian
Utara
(Sumbagut)
Variabel
penelitian
adalah
lama
usaha,
kapasitas
usaha,
karakter
debitur,
sektor
ekonomi
yang
dibiayai.
Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahu
i seberapa
besar
pengaruh
lama
usaha,
kapasitas
usaha,
karakter
debitur,
sektor
ekonomi
yang
dibiayai
terhadap
keputusan
pemberian
kredit
mikro.
Hasilpenelitian menunjukkan bahwa secara simultan
variabel lama usaha, kapasitas usaha, karakter debitur,
sektor ekonomi yang dibiayai berpengaruh terhadap
keputusan kredit yang akan diambil dapat diterima. Secara
parsial hanya variabel kapasitas usaha berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan kredit sedangkan
ketiga variabel lain, yakni: lama usaha, karakter debitur,
dan sektor ekonomi yang dibiayai tidak berpengaruh. Hal
ini dikarenakan kapasitas usaha bagi seorang Credit
Analyst benar-benar menjadi tolak ukur pada saat penilaian
di lapangan.
Abadi,
2014
Analisis
pengaruh
karakteristi
k
peminjam,
besar
pinjaman,
jenis usaha,
dan lama
usaha
terhadap
Variabel
penelitian
adalah
karakterist
ik
peminjam,
besar
pinjaman,
jenis
usaha, dan
lama
Hasil penelitian menunjukkan kelancaran pengembalian
pinjaman
disebabkan karakteristik debitur, karakteristik pinjaman,
dan karakteristik usaha.
Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga, Besar Pinjaman
dan Lama Usaha memiliki
pengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian
KUR Mikro pada BRI Unit
Kendal Kota. Hasil analisis diperoleh Jumlah Tanggungan
Keluarga lebih besar dari 4
orang, besar pinjaman kurang dari 6 juta rupiah, dan lama
88
Universitas Sumatera Utara
89
tingkat
kelancaran
pengembali
an kredit
usaha
rakyat
(KUR)
Mikro
usaha,
tingkat
kelancaran
pengembal
ian kredit
usaha
rakyat
(KUR)
Mikro
Variabael
penelitian
ini adalah
karakter
kapasitas,
modal,
jaminan,
kondisi
ekonomi
usaha kurang dari 7 tahun
lebih berpotensi menimbulkan masalah pengembalian
pinjaman
Afandi,
2010
Analisis
implementa
si 5C Bank
BPR dalam
menentuka
n
kelayakan
pemberian
kredit pada
nasabah
BPR
Salatiga
dan
PT.
Bpr
Kridaharta
Salatiga
Hasil uji Mann-Whitney U tes untuk variabel
Character dan aspek Condition
masing-masing diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,522
dan 0,028 lebih besar
dari α = 0,05 sehingga hasilnya tidak signifikan
artinya tidak ada perbedaan
khusunya aspek character dan aspek condition sebagai
faktor penentu dalam
pemberian kredit antara PD BPR Bank Salatiga
dengan PT BPR Kridaarta
Salatiga.
2. Untuk aspek capacity, capital dan colleteral
diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)
masing-masing sebesar 0,000 (untuk character), 0,007
(untuk capacity) dan
0,000 (untuk colleteral) lebih kecil dari α = 0,05 sehingga
hasilnya signifikan
artinya ada perbedaan dalam implentasi 5 C sebagai
penentu dalam pemberian
kredit antara PD BPR Bank Salatiga dengan PT BPR
Kridaarta Salatiga
khususnya dari aspek Character, Capacity, Colleteral
nasabah masing-masing
nasabah BPR PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR
Kridaarta Salatiga.
Asana,
2013
Pengaruh
pengalama
n,
komitmen,
dan
orientasi
etika pada
sensitivitas
etika
auditor
kantor
akuntan
publik di
bali
Variabel
penelitian
ini adalah
pengalama
n,
komitmen,
dan
orientasi
etika .
Pengalaman berpengaruh
pada sensitivitas etika auditor Kantor Akuntan
Publik di Bali. Koefisien regresi variabel pengalaman
bernilai positif. Hal
ini bermakna bahwa auditor yang memiliki pengalaman
akan memiliki
tingkat sensitivitas etika yang menguat. Komitmen
profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor
Kantor
Akuntan Publik di Bali. Koefisien regresi variabel
komitmen profesional
bernilai positif. Hal ini bermakna bahwa auditor yang
memiliki komitmen
profesional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang
menguat.
Hardina
ta, 2014
Analisis
keputusan
pemberian
kredit
modal kerja
terhadap
usaha kecil
Variabel
penelitian
ini adalah
keputusan
pemberian
kredit
kredit,
Faktor-faktor yang terdiri nilai agunan, umur usaha,
omset usaha, dan jumlah tanggungan
keluarga calon nasabah secara bersama-sama menjadi
faktor yang mempengaruhi keputusan
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun.
2. Nilai agunan dan omset usaha secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap keputusan
89
Universitas Sumatera Utara
90
Budiaw
an,
2008
Pradifta
, 2015
dan
menegah
modal
kerja
pemberian kredit oleh BRI Kanca Sukun. Omset usaha
memiliki prioritas tertinggi dan
berikutnya adalah nilai agunan. Hal ini didasarkan pada
analisis bahwa omset usaha merupakan
bentuk pengukuran kinerja usaha sebagai indikator yang
mengarah langsung pada kemampuan
calon nasabah dalam mengembalikan. Sementara nilai
agunan menjadi jaminan bagi pihak
bank untuk mengurangi resiko kredit jika mengarah pada
NPL.
Faktorfaktor yang
mempengar
uhi
penyaluran
kredit pada
BPR
Variabel
independe
n
yaitu
tingkat
suku
bunga,
kredit non
lancar,
tingkat
kecukupan
modal dan
jumlah
simpanan
masyaraka
t
Hasilnya
adalah
tingkat
suku
bungaberpengaruhnegatifdansignifikan,NPLmemilikihubu
nganyangnegatif dan
tidak signifikan yaitu tidak
mempengaruhi penyaluran kredit, tingkat kecukupan
modalberpengaruh positifdansignifikan, jumlahsimpanan
berpengaruhpositifdansignifikan.
Pengaruh
karakteristi
k usaha dan
karakteristi
k kredit
terhadap
tingkat
pengembali
an kredit
bank oleh
pedagang
di pasar
segamas
kabupaten
purbalingg
a
Variabel
dependenn
ya adalah
Penyalura
n kredit itu
sendiri
Variabel
penelitian
ini adalah
karakterist
ik usaha,
karakterist
ik kredit,
tingkat
pengembal
ian kredit
bank
Pengalaman usaha berpengaruh positif
terhadap kelancaran
pengembalian kredit oleh pedagang di
Kabupaten
Purbalingga.
Omzet usaha berpengaruh positif
terhadap kelancaran
pengembalian kredit oleh pedagang di
Kabupaten
Purbalingga.
dan signifikan
pasar Segamas
dan
signifikan
pasar Segamas
90
Universitas Sumatera Utara