Strategi Kepemimpinan Organisasi Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Upward dan Downward dalam Kepemimpinan Organisasi PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Mana

(1)

STRATEGI KEPEMIMPINAN ORGANISASI PADA PT.BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.UNIT AREA SALES MANAGER

( Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan )

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Sepratih Surbakti 100922001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Sepratih Surbakti

NIM : 100922001

Judul Skripsi : Strategi Kepemimpinan Organisasi Pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager.

(Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Upward dan DownwardDalam Kepemimpinan Organisasi PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan)

Pembimbing Ketua Departemen

Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D Dra. Dayana, M.Si.

NIP: 19581205198931002 NIP:196007281987032002

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Nama : Sepratih Surbakti

NIM : 100922001

Tanda tangan :


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sepratih Surbakti

NIM : 100922001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumater Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Strategi Komunikasi Organisasi Up Ward dan Down Ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan ( Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Agustus 2014 Yang Menyatakan


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Fokus Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perspektif/Paradigma Kajian ... 6

2.2. Kajian Pustaka ... 7

2.2.1 Komunikasi ... 7

2.2.1.1 Karakterikstik Komunikasi ... 8

2.2.2 Komunikasi Organisasi ... 9

2.2.2.1 Proses Komunikasi Organisasi ... 10

2.2.2.2 Dimensi Komunikasi Dalam Kehidupan Organisasi ... 12

2.2.3 Kepemimpinan Organisasi ... 16

2.2.3.1 Teori-Teori Kepemimpinan ... 17

2.3. Model Teoritis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 23

3.1.1 Aspek Kajian ... 24

3.2. Objek Penelitian ... 24

3.3. Subjek Penelitian ... 26

3.4. Kerangka Analisis ... 26

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.6. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Awal Penelitian Lapangan ... 30

4.2. Hasil Temuan Peneliti ... 33

4.2.1 Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55


(6)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Johari Window 13

2.2 Model Teoritis 22


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(8)

SEPRATIH SURBAKTI ILMU KOMUNIKASI

STRATEGI KEPEMIMPINAN ORGANISASI PADA PT.BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.UNIT AREA SALES MANAGER

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Organisasi Up Ward dan Down Ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan ( Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membahas bagaimanakah strategi komunikasi organisasi antara atasan dan bawahan dalam bekerja. Metode yang dilakukan dalam poenelitian ini adalah Studi Kasus yaitu metode riset yang menggunakan sumber data sebanyak mungkin yang bisa digunakan untuk menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu secara sistematis. Informan peneliti adalah para pegawai yang merupakan bawahan dan satu orang atasan. Dalam menentukan informan, peneliti menetapkan kriteria yaitu minimal sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan tersebut. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Organisasi dan Kepemimpinan Organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit area sales manager Medan sudah cukup baik. Namun, terdapat beberapa faktor penghambat dalam penyampaian pendapat dari bawahan kepada atasan. Masih adanya rasa sungkan dan takut salah menjadi faktor utama. Walaupun dalam hal ini atasan sudah membuka kesempatan dalam penyampaian pendapat, masalah-masalah yang seharusnya disampaikan terkadang tidak tersampaikan secara lisan.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “STRATEGI KEPEMIMPINAN ORGANISASI PADA PT.BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.UNIT AREA SALES MANAGER” (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan). Alhamdulillahirabbil a’lamin...

Sebagai sebuah karya ilmiah, tentunya skripsi ini harus memenuhi berbagai kriteria yang disyaratkan, maka sesuatu yang harus dihadapi penulis berbagai kendala dan tantangan yang menyertainya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Berbagai pihak telah turut membantu, mengarahkan dan mendukung penulis berkenaan dengan skripsi ini, dan selama penulis menjalani studi di Program S-1 Ekstensi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Untuk perhatian yang telah diberikan tersebut, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis (Ayah dan Mamak), karena dengan doa, perhatian dan jerih payahnya selama ini, maka penulis mempunyai kekuatan untuk menyelesaikannya.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu Politik. 3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

4. Bapak Drs.Syafruddin Pohan, M.Si Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang begitu banyak kepada penulis selama masa perkuliahan.


(10)

6. Abangnda Julius Chandra, Yan Roberto dan Yan Fouradi yang selalu memberikan nasihat dan motivasi kepada penulis. Juga Kak Ena dan Kak Isni terimakasih atas doa dan perhatian yang diberikan.

7. Kak Maya yang membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi. 8. Kepada seluruh teman-teman Ekstensi Komunikasi 2010, terimakasih atas hari-hari yang

kita lalui selama perkuliahan.

9. Kepada seluruh pegawai PT.Bank Negara Indonesia ( Persero) Tbk Unit Area Sales Medan.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini sepenuhnya disadari oleh penulis dan untuk itu dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2014


(11)

SEPRATIH SURBAKTI ILMU KOMUNIKASI

STRATEGI KEPEMIMPINAN ORGANISASI PADA PT.BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.UNIT AREA SALES MANAGER

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Organisasi Up Ward dan Down Ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan ( Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membahas bagaimanakah strategi komunikasi organisasi antara atasan dan bawahan dalam bekerja. Metode yang dilakukan dalam poenelitian ini adalah Studi Kasus yaitu metode riset yang menggunakan sumber data sebanyak mungkin yang bisa digunakan untuk menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu secara sistematis. Informan peneliti adalah para pegawai yang merupakan bawahan dan satu orang atasan. Dalam menentukan informan, peneliti menetapkan kriteria yaitu minimal sudah bekerja lebih dari setahun di perusahaan tersebut. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Organisasi dan Kepemimpinan Organisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit area sales manager Medan sudah cukup baik. Namun, terdapat beberapa faktor penghambat dalam penyampaian pendapat dari bawahan kepada atasan. Masih adanya rasa sungkan dan takut salah menjadi faktor utama. Walaupun dalam hal ini atasan sudah membuka kesempatan dalam penyampaian pendapat, masalah-masalah yang seharusnya disampaikan terkadang tidak tersampaikan secara lisan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Konteks Masalah

BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.

kemudian pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah salah satu bank di Indonesia milik negara yang dituntut mampu memberikan layanan secara maksimal dan memuaskan kepada para nasabah. PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memiliki beberapa cabang di luar negeri seperti cabang di New York, London, Tokyo, Singapura dan Hongkong. Untuk dapat terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi dan jaman PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. harus jeli dalam melihat peluang bisnis yang ada. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Beberapa faktor eksternal yang harus diperhatikan adalah bagaimana perkembangan bank pesaing, apa yang diinginkan masyarakat dalam memudahkan transaksi, dan menjadi financial consultant yang baik dalam memberikan jasa kredit dan tabungan. Selain faktor eksternal, faktor internal di dalam perusahaan pun tidak kalah pentingnya. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memiliki susunan organisasi, seperti yang kita ketahui, dalam suatu organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan yang memungkinkan terdapat perbedaan posisi seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. Selain itu dalam organisasi terdapat pembagian kerja dimana setiap individu dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap bidang pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Berdasarkan hal tsb tentunya dalam unit organisasi PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. harus memiliki pemimpin yang baik yang dapat berkomunikasi


(13)

dengan para anggotanya melalui strategi kepemimpinan organisasi yang tepat sehingga atasan dan bawahan dapat bersinergi dalam membangun visi dan misi perusahaan.

Pemimpin yang baik adalah yang berkualitas. Kualitas yang dimaksud bukan yang diklaim (diakui) oleh seorang pimpinan atau oleh mereka yang akan dipromosikan atau mempromosikan diri duduk pada posisi itu, melainkan kualitas atas dasar pengakuan bawahan atau masyarakat. Bagaimana kualitas pimpinan yang diharapkan bawahan? Paling tidak ada lima karakteristik yang harus dipenuhi oleh pimpinan (Danim, 2004:65), yakni: 1) pertama, bawahan menginginkan agar pimpinannya mempunyai tujuan yang jelas; 2) kedua, bawahan menginginkan pemimpinnya membuat rencana yang baik dan dapat dijangkau; 3) ketiga, bawahan menginginkan pemimpin yang secara terus menerus menginformasikan kemajuan perusahaan atau organisasi kepadanya; 4) keempat, bawahan menghendaki agar pemimpinnya memperlakukan mereka sebagai manusia dan bukan seperti robot; 5) kelima, bawahan menuntut pemimpin yang mampu membawa kemajuan organisasi secara arif dan bijakasana.

Masalah kepemimpinan menyangkut bidang yang sangat luas dan memainkan hal yang sangat penting dalam bidang pemasaran, pendidikan, industri, organisasi sosial bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya seorang pemimpin maka tujuan organisasi yang dibuat tidak ada artinya karena tidak ada orang yang bertindak sebagai penyatu terhadap berbagai kepentingan yang ada.

Dalam kegiatan sehari-hari di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.khususnya di unit area sales manager dapat dilihat salah satu dari kegiatan strategi komunikasi organisasi yang berlangsung yaitu pada saat morning briefing oleh pemimpin. Keberhasilan kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pimpinan tidak terlepas dari bagaimana ia mampu menjalankan komunikasi secara benar tehadap para anggotanya. Secara luas kepemimpinannya didukung guna memberikan daya guna terhadap sesama anggota organisasi. Bahwa ia merupakan faktor penggerak dalam keberhasilan organisasi yang dipimpinnya secara menyeluruh, membangun kesamaan pandangan yang selanjutnya menjadi tujuan dalam proses komunikasi secara utuh dalam organisasi.

Alasan peneliti memilih PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.sebagai subjek yang diteliti karena PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sedang dalam pengembangan bisnis yang sangat pesat terbukti dari semakin diperluasnya jaringan bisnis retail dan juga kantor layanan nasabah di berbagai sudut kota Medan yang semakin bertambah. Peneliti memilih unit


(14)

area sales manager dikarenakan bidang pemasaran merupakan hal yang cukup menarik untuk diteliti strategi kepemimpinan dalam organisasinya, karena begitu banyak dan beragam tugas yang harus diselesaikan oleh seorang pemimpin maupun sales pemasaran. Mulai dari canvassing, presentasi, follow up calon debitur, input data, membuat event pameran dan lainnya.Tentu saja komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam unit tersebut.

Prestasi para pemimpin yang handal yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada bawahan juga dapat menciptakan kesatuan dalam menjalankan visi dan misi perusahaan. Namun tidak sedikit kita temui seorang bawahan sungkan mengutarakan pemikirannya kepada atasan yang didasari oleh sebab-sebab tertentu begitu pula sebaliknya yang juga dirasakan oleh atasan kepada bawahan dalam menyampaikan informasi tentu saja terdapat beberapa kendala-kendala yang menyebabkan komunikasi dalam organisasi tersebut kurang efektif. Berdasarkan pemikiran terseb- ut maka penulis ingin meneliti bagaimana strategi komunikasi organisasi up ward (atasan) dan down ward (bawahan) yang dijalankan di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. khususnya di unit area sales manager Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Strategi Komunikasi Organisasi Up Ward dan Down Ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan”

1.3. Fokus Masalah

Sesuai dengan penelitian yang dirumuskan diatas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksud dari pembatasan masalah ini adalah agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan tidak terlalu melebar sehingga terhindar dari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang diteliti adalah :

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus yakni penelitian yang dipusatkan secara intensif pada suatu subjek tertentu yang dipelajari sebagai kasus. Dalam hal ini adalah studi kasus Tentang Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan yang dijelaskan secara deskriptif.


(15)

2. Subjek penelitiannya adalah Area Sales Manager (atasan) Medan dan juga marketing (bawahan).

1.4. Tujuan Penelitian

a) Penelitian bertujuan untuk mengetahui Strategi Komunikasi Organisasi Up ward dan Down ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan.

b) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi Komunikasi Organisasi Up ward dan Down ward Dalam Kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan

1.5. Manfaat Penelitian

a) Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan lingkungan FISIP USU.

b) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya kajian komunikasi organisasi. c) Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti, serta para pemimpin perusahaan tentang pentingnya komunikasi organisasi di dalam kepemimpinan dan para bawahan agar mampu berkomunikasi dengan baik kepada atasan.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PERSPEKTIF/PARADIGMA KAJIAN

Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigm kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau interpretatif (constructivis, naturalistic or interpretative approach), atau perspektif post-modern (Hartono, 2004:16).

Paradigma ini menggunakan pendekatan induksi, yaitu sebagai suatu proses mengambil kesimpulan didasarkan satu atau lebih fakta atau bukti-bukti. Paradigma kualitatif menolak bentuk terstruktur dari penelitian. Pendekatan kualitatif juga menolak pengaturan-pengaturan penelitian secara artifisial. Penelitian dengan menggunakan kualitatif lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) dimana fenomena atau perilaku yang diamati akan terjadi. Pendekatan ini merupakan penelitian yang lebih terfokus dan mendalam (Hartono, 2004:16).

Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif yng memiliki tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti mulai berpikir secara induktif yaitu menangkap bebragai fakta atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2010:6).

Disini peneliti akan meneliti tetang bagaimanakah strategi kepemimpinan organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. khususnya unit area sales manajer Medan. Dalam hal ini peneliti mencari data dan menganalisisnya dari sudut pandang atasan (manajer) dan bawahan (marketing) sehingga akan terlihat bagaimana dinamika yang terjadi dalam komunikasi organisasi upward dan downward dalam lingkungan organisasi tsb.

Dengan demikian, peneliti mencoba menginterpretasikan temuan berdasarkan cara pandang yang digunakan atasan dan bawahan pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. unit area sales manajer Medan. Paradigma ini mengungkap bagaimana individu menyampaikan 6


(17)

informasi atau pendapat kepada individu lainnya dalam ruang lingkup organisasi khususnya antara atasan dan bawahan.

2.2 KAJIAN PUSTAKA

Dengan adanya kajian teori maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2007:9).

Dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori&Praktik” yang ditulis oleh Marhaeni Fajar, para ahli mendifinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masing-masing:

1. Sarah Trenholm da Arthur Jensen (1996:4) mendifinisikan komunikasi demikian: “A process by which source transmits a massage to a receiver through some channel.” (Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).

2. Hovlland (1948:371),Janis&Kelley (1953) mendifinisikan komunikasi demikian: ”The process by which an individual (the communicator) transmits stimult (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu.” (Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya). 3. Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan,

emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata , gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.

4. Gode (1959), komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

5. Barrlund (1964), komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

6. Ruesch (1957), komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan suatu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.

Dari definisi di atas dapat ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan diatas dengan tujuan yakni mengubah dan membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi.


(18)

Adapun karakteristik komunikasi itu sendiri adalah (Fajar 2009:33-34): 1. Komuniksi suatu proses.

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan secara berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor dan unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, hasil atau akibat yang terjadi.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai suatu tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secra sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendalikan bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berjalan dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis.

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang, misalnya: bahasa.

5. Komunikasi bersifat transaksional.

Komunkasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.

Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

2.2.2 Komunikasi Organisasi

Komunikasi sebagai penggerak organisasi, karena tujuan organisasi mustahil atau sulit dicapai tanpa adanya komunikasi. Menurut Sentot Imam Wahjono dalam bukunya “Perilaku Organisasi” komunikasi menjalankan empat fungsi utama dalam suatu kelompok/organisasi yaitu:

1. Fungsi kendali (kontrol/pengawasan): Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi semua aturan dan hirearki wewenang dalam organisasi.

2. Fungsi motivasi, yaitu dengan komunikasi dapat menjelaskan kepada para anggota apa yang harus dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja dengan baik.


(19)

3. Fungsi pengungkapan emosi, dengan komunikasi para anggota dapat mengungkapkan kekecewaan, atau rasa puas yang mereka rasakan.

4. Fungsi informasi, dengan komunikasi semua keputusan dapat diambil dan dapat diteruskan kepada semua anggota organisasi (Wahjono,2010:218).

Masyarakat tidaklah mungkin ada tanpa organisasi. Hidup manusia selalu berada dalam organisasi, mulai dari organisasi kecil seperti keluarga, hingga organisasi besar seperti perusahaan besar atau bahkan negara.

MenurutGoldhaber (1986)komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:

1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.

2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dengan cara efektif.

4. Mengadakan seleksi, pengembangan dan penilaian anggota organisasi

5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan orang untuk member kontribusi.

6. Mengendalikan prestasi.

Beberapa para ahli juga memiliki persepsi mengenai komunikasi organisasi (Amir Purba, dkk., 2010:118-119)

1. Persepsi Redding dan Sanborn

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman informasi dalam organisasi yang kompleks.

2. Persepsi Katz dan Kahn

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah suatu system terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energy ini menjadi produk atau servis kepada lingkungan.

3. Persepsi Zelko dan Dance

Zelko dan Damce mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu system yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal.


(20)

Thayer menggunakan pendekatan system secara umum dalam memandang komunikasi organisasi. Komunikasi sebagai arus dari yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam bebeerapa cara. Thayer memperkenalkan tiga sistem organisasi dalam organisasi yaitu:

a) Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas atau beroperasinya organisasi:

b) Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan; c) Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi, yang termasuk

bagian ini adalah hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan.

5. Persepsi Greenbaunm

Bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Greenbaunm membedakan komunikasi internal dan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinator pribadi dan tujuan organisasi masalah menggiatkan aktifitas.

2.2.2.1 Proses Komunikasi Organisasi

Proses komunikasi dalam organisasi melibatkan manajer dan bawahan dalam penyampaian informasi. Manajer memberikan pengarahan kepada bawahan agar tugas ataupun tujuan dapat tercapai. Dalam hal ini manajer dapat menggunakan komunikasi secara lisan maupun tulisan sebagai cara untuk berinteraksi.

Atasan harus berkomunikasi dengan bawahan dan sebaliknya juga antar sesama manajer dan sesama bawahan. Komunikasi yang berlangsung antara komunikator dengan komunikan menyangkut beberapa unsur yang terlibat dalam proses pesan sampai kepada umpan balik (Amir Purba, dkk., 2010: 120-121).

GANGGUAN

UMPAN BALIK

Pikiran Pengolahan

PENGIRIM

Penggunaan saluran untuk menyampaikan

informasi

Penerimaan Pengelolaan Pemahaman


(21)

Gambar 2.2.2.1

Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi

Pada dasarnya karyawan menginginkan informasi mengenai hal-hal secara mendasar yang ingin mereka ketahui, yaitu:

1. Posisi mereka dalam hubungannya terhadap struktur otoritas formal.Posisi mereka dalam hubungan organisasi informal dangan penghargaan terhadap kekuatan status individu, penerimaan dan lain sebagainya

2. Peristiwa yang berhubungan dengan keamanan ekonomi mereka untuk mengembangkan rasa bangga terhadap pekerjaan mereka.

3. Informasi operasional yang akan memampukan mereka untuk mengembangkan rasa bangga terhadap pekerjaan mereka.

2.2.2.2 Dimensi-dimensi Komunikasi Dalam Kehidupan Organisasi

Ada beberapa dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi yang dikutip dari Effendy (2006:122-130)

A. Komunikasi Internal

Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai:

“Interchange of ideas among the administrators and its particular structure (organization) and interchange of ideas horizontallyand vertically within the firm which gets work done (operation and management).” (Pertukaran gagasan diantara administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam perusahaan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (beroperasi dan manajemen).)

Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklarifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer atau administrator mengadakan peraturan sedemikian rupa sehingga ia tidak perlu berkomunikasi langsung dengan seluruh karyawan. Ia membuat kelompok-kelompok menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai penanggung jawab atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup berkomunikasi dengan penanggung jawab


(22)

kelompok. Dan jumlah kelompok serta besarnya kelompok bergantung pada besar kecilnya organisasi.

Untuk memperoleh kejelasan, komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis, yaitu:

a) Dimensi Komunikasi Internal

Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan horizontal. 1) Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal-balik (two-way traffic communication). Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada bawahannya. Dalam pada itu bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan.

Komunikasi dua arah secara timbal-balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi internal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon yang banyaknya bergantung pada besarnya dan kompleksnya organisasi. Akan tetapi, bagaimanapun, komunikasi vertikal yang aman, terbuka dan saling mengisi merupakan pencerminan sikap kepemimpinan yang demokratis, yakni jenis kepemimpinan yang paling baik diantara jenis-jenis kepemimpinan lainnya.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai hubungan komunikatif yang bagaimana yang sebaiknya antara pimpinan (komunikator) dengan staf atau bawahan (komunikan), kita dapat menelaah konsep yang telah dikembangkan oleh Profesor Harry Ingham, yaitu apa yang dikenal sebagai Johari Window. Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di berikut ini.


(23)

I II

OPEN AREA BLIND AREA

Known by ourselves and known by others Known by others not known by ourselves

III IV

HIDDEN AREA UNKNOWN AREA

Known by ourselves but not known by other Not known by ourselves and not known by

others

Gambar 2.1 Johari Window

Sumber : Pengantar Ilmu Komunikasi

Area I, yakni Open Area atau bidang terbuka menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didasari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain. Ini berarti adanya keterbukaan atau, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

Area II, yakni Blind Area atau bidang buta menggambarkan bahwa perbuatan seseorang diketahui oleh orang lain, tapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang dilakukannya.

Area III, yaitu Hidden Area atau Bidang Tersembunyi, adalah kebalikan dari Area II, yakni bahwa apa yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tapi orang lain tidak dapat mengetahuinya. Ini berarti bahwa orang ini bersikap tertutup. Ia merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak perlu diketahui orang lain.

Yang terakhir ialah Area IV,Unknown Area, Bidang Tak Dikenal yang menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak didasari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.

Seorang manajer atau administrator yang baik, dalam arti kata menyadari pentingnya mengembangkan komunikasi dengan bawahan, akan berusaha memperluas Area I karena semakin luas bidang ini akan semakin terjalin komunikasi yang sehat, terbuka, dan timbal-balik. Ia bersedia untuk mendengarkan pendapat dan saran, bahkan kritik dari staf atau bawahan


(24)

Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berada dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, komunikasi horizontal sering kali tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirsahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal tersebut kadang-kadang terjadi apa yang disebut komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal atau yang disebut komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain.

b) Jenis Komunikasi Internal

1) Komunikasi persona (personal communication)

Komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara: • Komunikasi tatap muka (face to face communication)

• Komunikasi bermedia (mediated communication) 2) Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil dapat juga besar, tetapi berapa orsang yang termasuk dalam jumlah kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk dalam kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Oleh karena itu dalam komunikasi kelompok dibedakan antara komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.

B. Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi.

Komunikasi eksternal terdiri atas dua jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi.


(25)

a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakuakan sedemikian rupa sehingga khalayak memiliki keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha memecahkan suatu masalah jika terjadi tanpa diduga.

Komunikasi dari organisasi kepada khalayak dapat melalui berbagai bentuk seperti: - Majalah organisasi

- Press release

- Artikel surat kabar atau majalah - Pidato radio

- Pidato televisi - Film dokumenter - Brosur

- Leaflet - Poster

- Konferensi pers

b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi

Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang disebar kepada khalayak itu menimbulkan efek yang sifatnya controversial (menyebabkan adanya yang pro dan yang kontra di kalangan khalayak), maka ini disebut opini publik (public opinion). Opini publik ini sering sekali merugikan organisasi. Karenanya harus dapat diusahakan agar segera dapat diatasi dalam arti kata tidak menimbulkan permasalahan.

2.2.3 Kepemimpinan Organisasi

Kepemimpinan berasal pemimpin yang berarti seorang pribadi yang mempunyai kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disuatu bidang sehingga dia mampu memepengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi pencapaian suatu maksud atau beberapa tujuan.(Kartono, 1993: 76)


(26)

Kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah kegiatan organisasi dan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi.

2.2.3.1 Teori- Teori Kepemimpinan

Menurut Komang Ardana, dkk., dalam buku “Perilaku Keorganisasian” terdapat beberapa teori kepemimpinan yaitu:

1. Teori Sifat (Traith Theory)

Bahwa pemimpin yang berhasil memiliki sifat-sifat tertentu. Ralph Stogdill (dalam Nimran,1999) mengidentifikasikan 6 klasifikasi sifat kepemimpinan, yaitu:

a) Karakteristik fisik (umur, penampilan, tinggi, berat badan, dll.) b) Latar belakang sosial (pendidikan, status sosial, mobilitas) c) Inteligensia.

d) Kepribadian (waspada, percaya diri, integritas pribadi).

e) Karakteristik hubungan tugas (kebutuhan prestasi tinggi, insiatif, orientasi tugas). f) Karakteristik sosial (pergaulan luas, aktif).

2. Teori Perilaku

Dari aspek ini ada dua dimensi yang menonjol pada persepsi seorang pemimpin yaitu, pertama inisiatifnya dalam menentukan dan mengorganisasikan struktur tugas yang harus dilaksanakan oleh anak buah. Disini gaya yang ditampilkannya adalah gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas. Kedua, tingkat atensi, apresiasi, dukungannya terhadap anak buah. Disini gaya kepemimpinannya berorientasi pada karyawan.

3. Teori Berdasarkan Onse-ciri Ciri-ciri teori ini adalah:

a. Pengetahuan yang luas. Ciri ini sangat penting karena dalam menjalankan fungsinya seorang pemimpin dituntut memahami secara tepat bukan hanya berbagai segi kegiatan dari organisasi yang dipimpinnya, tetapi juga apa yang terjadi di sekeliling organisasi, terutama hal-hal yang diperkirakan membawa dampak kuat terhadap organisasi yang bersangkutan, dari seorang pemimpin dituntut cara berpikir dan wawasan yang onsensu, integral dan komperhensif, berarti suatu totalitas digabungkan dengan faktor-faktor eklogis yang turut berpengaruh. Cara berpikir demikian menuntut pengetahuan yang luas.


(27)

b. Kemampuan bertumbuh dan berkembang. Salah satu faktor penyebab keberhasilan seorang pemimpin ialah sikap dan tindakannya yang sensus terhadap segala perubahan.yang terjadi sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi.

c. Sifat yang inkusitif. Yang dimaksud dengan sifat ini ialah rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang terjadi bukan hanya dalam lingkungan organisasi yang dipimpinnya akan tetapi sekelilingnya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan tersebut.

d. Kemampuan analitik. Berpikir dengan menggunakan daya kognitif dan daya nalar secara teratur dan intensif.

e. Daya ingat yang kuat. Apabila seorang pemimpin memiliki daya ingat yang kuat melebihi daya ingat bawahannya, sehingga ketergantungan informasi pada orang lain berkurang.

f. Kapasitas onsensusa. Peranan seorang pemimpin yang melihat kepentingan organisasi sebagai keseluruhan dan tidak terbataspada kepentingan satuan-satuan kerja yang terdapat didalamnya.

g. Keterampilan komunikasi secara efektif. Baik secara vertikal maupun horizontal diagonal, tingkat efektivitas sangat dipengaruhi oleh hal ini.

h. Keterampilan mendidik. Dalam hal ini seorang pendidik diharapkan mampu memberikan bimbingan dan pengarahan dan bukan bertindak dan bersikap onsensu. i. Rasionalitas. Dengan bermodalkan daya kognitif dan daya nalar yang tinggi disertai

dengan pendekatan yang situasional dalam memimpin suatu organisasi, diharapkan seorang pemimpin mampu berpikir dan bertindak secara rasional, terutama dalam melakukan dan menghadapi tindakan terhadap bawahan.

j. Objektifitas. Berkaitan erat dengan rasionalitas dalam berpikir, sehingga mampu bersikap objektif.

k. Pragmatisme. Bahwa seorang pemimpin mempunyai sikap yang onsensus dan memiliki idealisme sehingga bersikap onsensus dalam memimpin organisasi.

l. Kemampuan menentukan skala prioritas. Berkaitan erat dengan pandangan hidup yang onsensus dari setiap pemimpin dituntut kemampuan memberikan skala prioritas secara tajam.


(28)

m. Kemampuan membedakan yang urgent dan yang penting.

n. Rasa tepat waktu. Ialah kemampuan yang tinggi dan dimiliki secara naluriah untuk menentukan kapan bertindak dan kapan tidak melakukan sesuatu dalam mengahdapi berbagai situasi.

o. Rasa kohensi yang tinggi. Seorang pemimpin yang mampu dan menjaga kebutuhan pokok kerja para bawahannya.

p. Naluri relevansi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi, seharusnya mempunyai kegiatan langsung atau tidak langsung dengan usahan pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang diterapkan untuk dicapai pada suatu kurun waktu tertentu.

q. Keteladanan

r. Kesediaan menjadi pendengar yang baik.

s. Adaptabilitas. Sejauh mana seorang pemimpin mampu melakukan penyesuaian tertentu yang dituntut oleh suatu perubahan dalam lingkungan organisasi.

t. Fleksibilitas. Dalam diri seorang pemimpin diharapkan sikap yang luwes, mampu membaca situasi secara tepat menyesuaikan gaya manajerialnya dengan situasi yang dihadapi.

u. Ketegasan

v. Orientasi masa depan w. Sikap yang antisipatif

4. Teori Kontingensi model Fiedler

Menurut model ini ada tiga onsen dalam situasi kerja yang akan membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang paling efektif :

a. Hubungan pemimpin dengan anak buah. b. Struktur tugas

c. Kewibawaan posisi pimpinan

5. Teori Alur-Tujuan

Menurut teori ini bahwa tingkah laku seorang pemimpin itu dapat diterima bawahan sejauh mereka menganggapnya sebagai sumber kepuasan, entah kepuasan


(29)

langsung atau kepuasan masa depan. Artinya perilaku seorang pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu:

a. Membuat pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif.

b. Memberi pelatihan, bimbingan, dukungan, dan imbalan-imbalan yang perlu bagi kinerja efektif.

Maka menurut model ini perilaku kepemimpinan ada empat, yaitu: • Direktif/mengarahkan, member bimbingan.

• Suportif/mendukung, bersikap bersahabat, perhatian terhadap kebutuhan anak buah.

• Pertisipasif, berunding dan memamkai saran-saran bawahan.

• Berorientasi prestasi, mematok tujuan-tujuan yang menantang dan berharap bawahan untuk bekerja keras.

6. Teori Atribusi Kepemimpinan

Teori ini oleh Robbins dan Coulter (2004) dikatakan bahwa kepemimpinan itu sekedar sebuah keterangan yang dibuat orang mengenai individu-individu lain.

Dengan memakai kerangka kerja atribusi, para penelitian telah menemukan bahwa orang cenderung mencirikan kepemimpinan itu memiliki karakteristik seperti kecerdasan, kepribadian yang mudah bergaul, keterampilan verbal yang kuat, agresif, penuh pengertian dan rajin (Komang Ardana, dkk., 2008:95-96).

7. Teori Kepemimpinan Karismatik

Teori ini adalah merupakan perluasan dari teori atribusi.Beberapa karakteristik pemimpin kharismatik menurut J.A Conger dan R.N Kanungo yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) antara lain : keyakinan diri (akan kemampuan), visioner, kemampuan dalam mengartikulasikan visi, keyakinan yang kuat akan visi, perilaku yang lain dari yang biasa, penampilan sebagai agen (agen perubahan), dan kepekaan terhadap lingkungan.(Komang Ardana, dkk., 2008:96).

8. Teori Kepemimpinan Visioner

Pemimpin-pemimpin yang visioner oleh Sashkin yang dikutip oleh Robbins dan Coulter (2004) dikatakan mempunyai tiga sifat yang berkaitan dengan efektivitas dalam peran-peran visioner mereka yaitu: yang pertama adalah kemampuan untuk menjelaskan visi itu kepada orang lain. Yang kedua adalah kemampuan untuk mengungkapkan visi itu bukan


(30)

hanya secara verbal melainkan juga melalui perilaku. Yang ketiga adalah kemampuan memperluas atau menerapkan visi pada berbagai konteks kepemimpinan.

2.3 Model Teoritis

Model teoritis berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan.

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah:

PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.


(31)

Gambar 2.2 Model Teoritis Sumber: Modifikasi Peneliti

Strategi Komunikasi Organisasi Upward dan Downward

Pengumpulan data

Wawancara Observasi

Analisis Data

Reduksi Data

Menulis Laporan

Penyajian Data


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode merupakan proses, prinsip dan prosedur yang digunakan peneliti untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Dengan kata lain metodologi adalah sebuah pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Mulyana, 2001:145-146).

Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling yang lainnya. Hal yang lebih ditekankan adalah kualitas data bukan kuantitas data. Dalam riset kualitatif, peneliti adalah bagian integral dari data yang ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, peneliti adalah instrument riset yang harus terjun langsung di lapangan. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya kasuistik bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono, 2010:56-57).

Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentudengan cukup mendalam dan menyeluruh. Menurut Bungin (2010:229) studi kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus yang terjadi pada objek analisis. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenal subjek yang diteliti (Mulyana, 2001:201).


(33)

3.1.1 Aspek Kajian

Pada penelitian yang lebih memfokuskan kepada studi kasus ini, penelitian ini mengaju kepada aspek kajian yang akan diteliti. Adapun aspek kajian yang akan diteliti, yaitu :

1. Komunikasi Antar Pribadi a. Keterbukaan

b. Perilaku positif c. Manajemen interaksi d. Orientasi pada orang lain e. Profesionalisme

2. Komunikasi Kelompok

a. Dinamika Kelompok Kecil b. Dinamika Kelompok Menengah 3. Komunikasi Organisasi

a. Iklim organisasi di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.unit Area Sales Manajer.

b. Budaya organisasi di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.unit Area Sales Manajer.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Jadi apabila penelitian tentang strategi komunikasi organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. unit area sales manajer Medan, maka objek penelitiannya adalah strategi komunikasi organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. unit area sales manajer Medan, sedangkan informan penelitian adalah atasan(manajer) dan bawahan.


(34)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk unit Area Sales Manager saat ini berlokasi di Jl.Setiabudi No.238 AB Pasar III Tanjung Sari Medan. Pada awalnya unit Area Sales Manager ini berlokasi di Jalan Pemuda No.12 kemudian karena alasan operasional, pada tahun 2008 pindah ke jalan Kapten Maulana Lubis No.12, setelah itu pada tahun 2011 unit area sales manajer pindah ke kantor jalan setiabudi.

Kantor BNI terdapat tiga lantai, lantai pertama digunakan untuk pelayanan nasabah transaksi uang tunai dan pembukaan rekening. Suasana kantor sangat nyaman, para pegawai memakai seragam dan berpenampilan dengan rapi, satpam yang siaga membukakan pintu dan membantu mengambil nomor antrian nasabah, disediakan juga sofa dan sebuah televisi agar para nasabah tidak bosan saat menunggu antrian.

Di lantai kedua pusat kegiatan pegawai dengan jabatan marketing bekerja. Saat ini terdapat 10 orang marketing dan 1 orang manajer (ASM) yang berkantor di jalan setiabudi. Di lantai dua ini dikhususkan untuk nasabah-nasabah yang ingin mengajukan pinjaman kredit kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Nasabah tersebut dapat langsung menemui marketing di lantai ini. Di lantai dua ini juga terdapat beberapa fasilitas standar dalam bekerja seperti; meja dan kursi tempat pegawai duduk dan menyimpan berkas , satu ruangan manajer, enam unit komputer untuk menginput data dan keperluan surat menyurat, printer dan mesin fotokopi, satu unit sofa untuk menerima nasabah yang datang, musholla, pantry dan kamar mandi. Di lantai tiga hampir sama seperti di lantai dua namun di latai tiga tidak terdapat fasilitas komputer dan printer juga tidak ada ruangan manajer. Kenyamanan dan kebersihan sangat terjaga karena petugas office boy selalu cekatan dalam bekerja.

Kantor PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk unit Area Sales Manager berlokasi di Jl.Setiabudi No.238 AB Pasar III Tanjung Sari terletak di kawasan yang cukup strategis yaitu dekat dengan daerah Medan Sunggal,Medan Selayang,Medan Tuntungan dan Medan Padang Bulan. Banyak jalan alternatif yang bisa dipilih apabila nasabah ingin mengunjungi kantor layanan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Setiabudi. Arena parkir yang cukup luas dan dijaga oleh satpam dan tukang parkir menjamin keamanan kendaraan nasabah dan juga pegawai.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat konseptual dan kasuistik sesuai dengan waktu dan tempat pada saat


(35)

penelitian dilakukan. Karena itu dalam penelitianb kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada penelitian kualitatif disebut informan dan subjek penelitian, yaitu orang-orang

yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai dengan tujuan penelitian. Informan dianggap sebagai individu yang aktif mengkonstruksi realita, tidak hanya objek yang hanya sekedar mengisi kuisioner (Krisyantono, 2010:165).

Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja mudah diakses (Bogdan,1992:5).

Subjek penelitian ini adalah para marketing dan manajer di kantor PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk unit Area Sales Manager. Untuk memperoleh informan disini peneliti menggunakan cara purposive sampling, peneliti memilih sendiri informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan criteria terebut tidak dijadikan sampel (Kriyantono, 2006:154).

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis ini didasari dari analisis bagaimana strategi komunikasi organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan dengan menggunakan metode studi kasus. Analisis dimulai dengan cara menganalisis strategi komunikasi organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager Medan. Peneliti melakukan pedoman wawancara sebagai acuan dalam penelitian.

Atasan (Manajer) dan Bawahan (Marketing) Strategi komunikasi organisasi upward dan downward dalam kepemimpinan BNI unit Area Sales Manager Medan HASIL PENELITIAN P E M B A H A S A KESIMPULAN DAN SARAN


(36)

Gambar 2.3 Kerangka Analisis Sumber: Modifikasi Peneliti 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data di lokasi penelitian yang meliputi :

a) Wawancara mendalam

Pada saat wawancara , peneliti menggunakan wawancara (interview guide) untuk mengarahkan penelitian supaya tidak melenceng. Jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara tidak baku dengan tipe pertanyaan terbuka, artinya peneliti dan informan memperoleh keleluasaan

b) Pengamatan (Observasi Partisipan)

Metode Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiataan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Pengamatan digunakan dalam penelitiandan telah direncanakan secara serius. b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum

dan bukan di paparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian. d. Pengamatan dapat dikontrol mengenai keabsahannya (Bungin, 2010:115).

Dalam penelitian ini, peneliti juga melibatkan diri secara pasif dalam beberapa kegiatan subjek penelitian. Pengamatan ini dilakukan untuk melengkapi data wawancara. Adapun observasi ini dilakukan pada saat morning briefing setiap pagi di kantor PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pada pukul 08.00-08.30 WIB dan juga disetiap kesempatan yang memungkinkan peneliti untuk mengggali data sebanyak-banyaknya dari informan.


(37)

2. Penelitian Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun data/informasi dari sumber-sumber bacaan yang relevan dengan penelitian ini.

3.5.1 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Maret 2013 dengan lama penelitian akan disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila data yang diperoleh telah cukup, maka penelitian akan dihentikan.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Kriyantono (2010:196), riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Dalam penelitian kualitatif, interpretasi atau pemaknaan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam dilakukan di sepanjang penelitian.

Adapun proses analisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga fase (Kriyantono, 2010:196), yaitu:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data adalah proses menginterpretasikan data atau informasi yang didapat dari catatan lapangan/observasi serta hasil wawancara mendalam terhadap subjek penelitian atau informan.

2. Penyajian data (data display)

Fase kedua dari analisis data ini adalah menentukan bagaimana data yang sudah direduksi itu akan disajikan berdasarkan variabel komponen strategi kepemimpinan organisasi pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. unit Area Sales Manajer. 3. Penarikan Kesimpulan (conclusion)

Fase ketiga dari proses analisis data ini adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat kembali data yang sudah direduksi tersebut guna


(38)

mempertimbangkan makna dari data yang sudah dianalisis dengan implikasinya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah penelitian.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Awal Penelitian Lapangan

Peneliti memulai observasi di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang berlokasi di Jl.Setiabudi No.234 AB pada tanggal 23 April 2013 hari Selasa. Dikarenakan peneliti telah mendapatkan izin oleh pemimpin PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk cabang Setiabudi maka peneliti tidak menemukan kesulitan untuk mewawancarai para pegawai dan atasan. Peneliti melakukan observasi di kantor PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk lantai 2 karena di sana pusat kegiatan pegawai marketing.

Disini peneliti mendapatkan 8 orang informan sebagai subjek penelitian. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling (sampling purposif) untuk mengumpulkan informan. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam wawancara mendalam. Persoalan utama dalam teknik purposif adalah menentukan kriteria, dimana kriteria harus mendukung tujuan penelitian. Pada kasus ini, peneliti menentukan sampel yang relevan yaitu dari pegawai yang telah bekerja minimal satu tahun di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, karena diasumsikan opini mereka akan sangat mendalam.

Pada tahap awal peneliti akan melakukan wawancara kepada para pegawai (bawahan) yang memenuhi kriteria yaitu sebagai bawahan dan memiliki pengalaman bekerja lebih dari 1 tahun. Peneliti telah mendapatkan daftar nama-nama pegawai tersebut namun pada hari itu banyak pegawai yang tidak berada di tempat dikarenakan setiap hari Selasa pegawai di wajibkan untuk kunjungan ke kantor layanan nasabah yang telah ditunjuk untuk setiap pegawai. Pada hari itu peneliti hanya bertemu dengan 4 orang pegawai. Pegawai pertama bernama Lovi bersedia diwawancara. Informasi didapat cukup mudah karena Lovi sangat informatif dan sedang tidaksibuk. Wawancara pada informan pertama berlangsung selama kurang lebih 20 menit.

Di ruangan yang sama terlihat ada satu orang pegawai yang sedang melayani nasabah yang datang untuk menanyakan salah satu produk BNI yaitu KPR (kredit pemilikan rumah). Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, pegawai yang diketahui bernama Dedi telah selesai melayani nasabah dan bersedia untuk diwawancara oleh peneliti. Setelah peneliti menggali informasi dari


(40)

Dedi selama kurang lebih 25 menit, peneliti melakukan pendekatan kepada pegawai yang lain yang sedang bekerja di meja mereka masing-masing.

Pegawai bernama Ika menawarkan diri untuk di wawancara lebih dulu karena Ika ada janji dengan nasabah di luar kantor yang letaknya cukup jauh dan memakan waktu untuk menempuh perjalanan. Informasi yang di dapat dari Ika lebih dalam dan terperinci dikarenakan Ika telah bekerja di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 2009. Setelah mewawancarai Ika selama kurang lebih 25 menit, peneliti melakukan pendekatan kepada Fachry, yang menurut pengamatan peneliti pada awalnya Fachry enggan di tanya soal atasannya namun setelah peneliti menjelaskan dan memastikan bahwa wawancara ini digunakan hanya untuk kepentingan akademik tanpa maksud lain, akhirnya Fachry bersedia diwawancara. Selama kurang lebih 20 menit informan bernama Fachry selesaidiwawancara.

Beberapa hari kemudian peneliti kembali mendatangi lokasi tempat wawancara dan secara kebetulan bertemu dengan ASM (area sales manajer) yang menjabat sebagai atasan di unit tersebut. Peneliti melakukan pendekatan dengan banyak mengobrol dengan informan yang diketahui bernama Yusmadi Usman. Peneliti tidak kesulitan dalam menggali data dikarenakan beliau cukup antusias dengan adanya penelitian ini. Beberapa kali wawancara terputus karena beliau harus menjawab beberapa telepon yang masuk ke telepon selularnya, namun hal tsb tidak menjadi suatu hambatan yang signifikan.

Keesokan harinya peneliti datang kembali ke lokasi wawancara dengan terkebih dahulu telah membuat janji dengan sisa informan yang belum di wawancara dengan menggunakan databased dari Pak Yusmadi. Hal ini dilakukan agar waktu yang terpakai dalam wawancara lebih efisien. Informan yang pertama yang melakukan wawancara di hari itu bernama Mela. Peneliti mendatangi meja kerja Mela dan melakukan pendekatan untuk melakukan wawancara lebih mendalam. Lama waktu wawancara kurang lebih 30 menit dikarenakan Mela sangat supel dan suka bercerita termasuk dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Setelah mewawancarai Mela, peneliti dipanggil oleh salah satu pegawai yang diketahui ternyata adalah salah satu informan yang akan diwawancarai oleh peneliti juga pada hari itu. Informan bernama Agung diwawancarai kurang lebih 20 menit. Menurut pengamatan peneliti Agung dalam kondisi yang tidak fit dikarenakan saat wawancara beberapa kali batuk-batuk dan menghentikan wawancara sebentar untuk minum ke pantry.


(41)

Setelah mewawancarai Agung, peneliti melakukan pendekatan dan wawancara kepada informan bernama Henny, peneliti mewawancarai informan sambil santai setelah makan siang. Informan menjawab pertanyaan sangat to the point, hal ini sangat berbeda dengan informan-informan yang sebelumnya dimana mereka bercerita panjang lebar mengenai hal-hal yang menjadi pertanyaan peneliti, namun peneliti tetap mendapatkan informasi yang lengkap dari informan bernama Henny. Lama wawancara berlangsung kurang lebih 25 menit.

Setelah semua bawahan berhasil diwawancara, peneliti melakukan wawancara terakhir yaitu dengan atasan mereka yang bernama Bapak Yusmadi Usman. Beliau sangat terbuka dalam menyampaikan informasi dan sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menurut beliau akan bermanfaat juga bagi organisasi yang sedang dia pimpin yaitu sebagai area sales manager. Dari bapak Yusmadi peneliti mengetahui bawa tidak mudah menjadi pemimpin di tim marketing karena banyaknya tanggung jawab yang harus diselesaikan dan harus memimpin tim agar solid dan juga dapat mencapai target. Oleh karena itu beliau membuat berbagai strategi komunikasi agar tim dapat dikoordinir dan informasi dapat tersampaikan. Beliau mengharuskan adanya morning briefing yang dilaksanakan seminggu dua kali yaitu pada hari Senin dan Rabu. Morning briefing tersebut dimanfaatkan sebagai momen untuk penyampaian informasi, membahas kinerja tim dan juga teguran-teguran dari beliau kepada bawahannya yang melakukan kesalahan dalam bekerja.

Adapun berbagai hambatan yang dialami oleh peneliti adalah waktu untuk wawancara para informan berbeda-beda dikarenakan informan memiliki agenda kerja yang variatif yang cukup padat seperti kunjungan ke berbagai kantor ataupun tempat tinggal calon nasabah yang lokasinya berada di sekitar kota Medan, Binjai, Pakam dan Belawan. Sehingga peneliti harus menyesuaikan jadwal yang tepat kapan para informan tsb berada di kantor.

4.2 Hasil Temuan Peneliti

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kantor PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk cabang Setiabudi selama lebih kurang 2 minggu, maka diperoleh beberapa informan yang sesuai dengan daftar yang telah direkomendasikan oleh Pak Yusmadi Usman selaku atasan di unit tsb. Adapun informan yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 8 orang yang terdiri atas 7 orang bawahan dan 1 orang atasan.


(42)

Karakteristik informan-informan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.1

Karakteristik Informan

No. Nama Jenis Kelamin Jabatan Lama

Bekerja 1. Yusmadi

Usman

Laki-Laki Area Sales Manager

18 Tahun

2. Lovietha Perempuan Marketing 1,5 Tahun

3. Dedi Afriza Laki-Laki Marketing 2,5 Tahun

4. Ika Dwintasari Perempuan Marketing 4 Tahun

5. Fachry Maolana

Laki-Laki Marketing 2 Tahun

6. Mela Susanda Perempuan Marketing 2 Tahun

7. Agung Laki-laki Marketing 2 Tahun

8. Henny Mayrisa Perempuan Marketing 3 Tahun

Sumber: (23 April s/d 2 Mei 2013 di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk) Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap para informan :

1. Lovietha (wawancara dilakukan pada hari Selasa 23 April 2013)

Lovietha bekerja di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak 2011, motivasinya bekerja di PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk karena sesuai dengan disiplin ilmu yang di pelajari di bangku kuliah. Seperti diungkapkannya pada peneliti:

“Saya suka hal yang ada hubungannya dengan perbankan, termasuk jadi marketing KPR seperti sekarang, banyak pengalaman dan ilmu yang bisa saya dapat.

Menurut pengamatan peneliti Lovietha adalah perempuan yang feminim dan berpenampilan modis. Bekerja sejak tahun 2011, saat itu dia hanya coba-coba mengikuti seleksi penerimaan pegawai PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini diketahui peneliti dari jawaban Lovi sebagai berikut:

“Awalnya sih saya iseng aja, gak yakin lulus tapi yaa namanya juga berusaha..eh ga taunya rejekinya memang disini..Alhamdulillah.”


(43)

Dalam menjalankan komunikasi di lingkungan kantor, perempuan yang biasa dipanggil Lovi ini menjelaskan tidak pernah berselisih paham dengan teman-teman sekantor. Kesehariannya Lovi sering berkumpul dan sarapan pagi bersama teman-teman kantor, seperti penuturannya sebagai berikut:

“Kami disini sudah seperti keluarga, kalau ada yang ga berkenan ya blak-blakan aja..ujung-ujungnya pasti dibawa bercanda”

Untuk masalah pekerjaan, Lovi memiliki beberapa kendala dalam mengatasi nasabah, namun hal tsb dapat didiskusikan dengan atasan. Saat berdiskusi biasanya Lovi memilih kata-kata yang santai dan tidak terlalu formal supaya diskusi menjadi efektif dan tidak terlalu kaku. Hal ini terlihat dari penuturan Lovi sendiri:

“Saya biasanya sharing dengan atasan seperti ngobrol santai aja, tapi kalau atasan serius ya saya juga serius.” Saya mencoba untuk santai dan jangan terlalu menganggap atasan itu orang yang menakutkan, selama untuk kepentingan perusahaan kita harus sama-sama diskusi.

Menurut Lovi, sebagai bawahan dia sudah cukup efektif dalam berkomunikasi di dalam organisasi. Begitu pula atasannya yang dianggap sudah membangun komunikasi organisasi tim dengan diadakannya morning briefing setiap hari Senin dan Rabu. Hal ini seperti yang disampaikan Lovi kepada peneliti:

“Kami punya jadwal giliran membawakan materi untuk morning briefing, materinya bisa apasaja, boleh tentang pengetahuan umum, motivasi, pertanyaan seputar

pekerjaan ataupun informasi terbaru tentang syarat dan ketentuan kredit BNI. Setelah kami selesai menyampaikan materi morning briefing, atasan menambahkan apa-apa saja yang ingin beliau sampaikan kepada kami.”

Analisis kasus 1

Lovietha adalah salah satu pegawai yang menjabat sebagai marketing selama kurang lebih 1,5 tahun. Selama berkarir di BNI dan bergabung dalam tim Area Sales Manager, Lovietha merasa sangat dihargai sebagai bawahan. Walaupun ada beberapa kendala dalam pekerjaan tapi berkat komunikasi yang lancar atasan dan bawahan, masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan melalui diskusi.

Menurut Lovietha, yang terpenting agar kinerja tim semakin baik adalah adanya saling menghargai antara sesama rekan kerja. Atasan dinilai cukup mendukung dan memberikan kontribusi kepada bawahan dalam hal penyelesaian masalah pekerjaan. Pada saat morning briefing berlangsung menurut Lovietha adalah saat dimana puncak komunikasi organisasi tsb berlangsung. Apabila pada momen tsb bawahan tidak dapat terbuka menyampaikan pesan ataupun keluhan, maka komunikasi organisasi akan cenderung gagal.


(44)

Atasan dinilai cukup terbuka menerima kritik dan saran, tidak jarang atasan meminta bawahan untuk mengkoreksi dirinya apabila salah dalam menyampaikan informasi maupun materi.

Selama observasi, peneliti melihat adanya komunikasi yang baik dikarenakan iklim organisasi yang ada sangat positif seperti; adanya kejelasan Tanggung jawab pekerjaan, adanya fasilitas kantor yang memudahkan pegawai dalam bekerja, adanya sarana untuk menyampaikan informasi baik bersifat pemberitahuan kebijakan terbaru ataupun keluhan dalam bekerja. Hal ini menurut peneliti menjadi beberapa faktor yang menentukan iklim yg baik di perusahaan.

2. Dedi Afriza (wawancara dilakukan pada hari Selasa 23 April 2013)

Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh peneliti, Dedi telah bekerja di BNI sejak awal 2011. Sebelum bekerja di BNI, Dedi pernah bekerja di Bank Mandiri dan BNI Life. Diakui oleh Dedi, bekerja di BNI adalah suatu kesempatan yang sangat berhargabaginya. Dalam bekerja, Dedi banyak berkomunikasi dengan atasan maupun denganteman- teman sekantor. Hal ini diketahui peneliti seperti penuturannya sebagai berikut:

“Sebagai pegawai kita harus bisa menjaga hubungan baik dengan sesama

pegawai dan atasan karena pekerjaan sebagai marketing ini menuntut agar pegawaidapat menyelesaikan masalah secara tim maupun individual”

Menurut Dedi, dalam pembagian tanggung jawab pekerjaan atasan dinilai cukup adil dan bijaksana namun dalam usaha pembayaran bonus pegawai atasan dinilai kurang perduli. Hal ini diketahui peneliti seperti penuturannya sebagai berikut:

“Beliau cukup profesional untuk target dan kinerja, tapi terkadang untuk kesejahteraan pegawai seperti pembayaran bonus sepertinya kurang perduli. Tahun lalu pegawai yang mencapai target sering kali bonusnya dibayarkan terlambat, yang seharusnya dibayar bulan depannya menjadi beberapa bulan setelahnya.Pembayaran bonus pegawai melalui laporan yang dibuat oleh atasan, jadi kalau atasan terlambat buat laporannya,pembayaran bonus jadi tertunda”

Diakui Dedi pada saat morning briefing yang dilaksanakan di hari Senin dan Rabu banyak memberikan masukan bagi dirinya. Berbagai permasalahan yang dikemukakan oleh pegawai-pegawai lain dapat menjadi pengetahuan dan informasi yang berguna baginya.

Mengenai cara atasan dalam mengkritik pekerjaannya, berikut penuturan dari Dedi sendiri:

“Beliau biasa mengkritik kami di waktu morning briefing, mungkin supaya yang lain bisa dengar dan tahu jadi ngga mengulang kesalahan yang sama.”


(45)

Saat ditanya bagaimana cara agar tidak canggung dalam mengkomunikasikan maslaah pekerjaan Dedi menjawab sebagai berikut:

“Saya melakukan pendekatan dengan atasan..salah satunya ketika sore hari setelah jam kerja tidak langsung pulang. Saya duduk-duduk dulu di kantor sambil cerita-cerita sama atasan. Kalau sudah akrab pastinya rasa sungkan untuk berbicara itu sudah minim.” Menurut Dedi, iklim dan budaya kerja di BNI sudah cukup baik. Saran dari Dedi sebagai bawahan harus pintar menempatkan diri agar atasan merasa dihormati sekaligus merasa dekat dengan bawahannya.

Analisis kasus 2

Informan yang kedua ini sudah bekerja di BNI sejak awal tahun 2011. Dalam berkomunikasi dengan atasan Dedi tidak mempunyai kesulitan karena Dedi menempatkan dirinya dengan baik dan cepat mengakrabkan diri dengan atasan. Morning briefing adalah saat yang tepat untuk berkomunikasi di dalam organisasi karena pada saat tsb seluruh pegawai berkumpul dan pegawai dapat mengemukakan pendapatnya. Namun menurut Dedi, atasan kurang perduli akan kesejahteraan pegawai yaitu dalam pemberian bonus pegawai dimana laporan kinerja pegawai yang harus dibuat oleh atasan sering terlambat sehingga pembayaran bonus tsb tertunda beberapa bulan kedepan.

3. Ika Dwintasari (wawancara dilakukan pada hari Selasa 23 April 2013)

Berdasarkan informasi yang didapat oleh peneliti, Ika bekerja di BNI sejak tahun 2009. Saat ditanya mengenai alasan ingin bekerja di BNI, berikut penuturan informan:

“Motivasinya karena papa saya bekerja di bank juga..jadi saya ingin seperti papa saya..waktu tahun 2009 BNI buka lowongan saya coba mendaftar dan Alhamdulillah lulus..”

Selama kurang lebih 4 tahun bekerja Ika mengalami 2 kali pergantian atasan dikarenakan atasan sebelumnya di pindahkan ke luar kota. Saat ditanyai mengenai atasannya saat ini, Ika menjawab sebagai berikut:

“Cukup profesional..karena kami semua diperhatikan kinerjanya, kalo ada yang kinerjanya menurun, atasan sering memberikan rekomendasi nasabah untuk di follow up.”

Menurut informan morning briefing yang dilaksanakan cukup efektif dan sangatmembantu akan tetapi karena briefing dilaksanakan dengan berdiri selama kurang lebih


(46)

setengah jam maka informan merasa agak lelah bila pembahasan cukup panjang. Hal ini diketahui peneliti dari penuturan informan sebagai berikut:

“Lumayan efektif, morning briefing sering dijadikan ajang curhat masalah kerjaan, tapi karena briefingnya sambil berdiri kalau lebih dari setengah jam kaki terasa pegel juga.”

Dalam menghadapi berbagai permasalahan kerja, Ika mencoba untuk menyelesaikannya sendiri karena merasa sudah cukup pengalaman di dunia kerja sebagai marketing. Berikut penuturan Ika saat ditanyai masalah tsb:

“Saya merasa kurang terbuka,biasanya saya handle sendiri sebisa mungkin.Saya sudah 4 tahun juga bekerja disini jadi sudah tahu kiat-kiatnya.”

Namun hal tsb tidak berarti atasan kurang perduli karena menurut penuturan informan atasan sering mengajak diskusi atas permasalahan yang sedang di hadapi oleh para bawahan dan membuka diri untuk mendiskusikannya.

Dalam berkomunikasi dengan atasan informan awalnya merasa agak canggung namun setelah kurang lebih sebulan informan sudah bisa berkomunikasi dengan baik kepada atasan. Berikut penuturan informan saat ditanyai mengenai cara agar tidak canggung menghadapi atasan:

“Awalnya memang canggung, tapi ya lama-lama juga jadi santai..tidak ada cara khusus, hanya bersikap sopan dan wajar saja ketika membicarakan pekerjaan.”

Menurut informan, sebagai bawahan yang memiliki tanggung jawab sebagai marketing harus banyak belajar agar tidak hanya mengandalkan atasan untuk penyelesaian setiap persoalan dalam bekerja. Hal ini dikarenakan tugas dan tanggung jawab seorang marketing cukup banyak.

Analisis Kasus 3

Informan yang ketiga sudah bekerja lebih lama dibandingkan dengan pegawai yang lain yaitu kurang lebih sudah 4 tahun. Dalam berkomunikasi dalam organisasi informan tidak memiliki kesulitan dengan sesama pegawai namun untuk pendekatan dengan atasan informan membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan agar terbiasa dan berkomunikasi dengan baik. Menurut informan, atasan sangat perduli terhadap kinerja pegawainya, mau mendengarkan permasalahan dan sama-sama berdiskusi memecahkan persoalan. Namun hal yang paling tidak disukai oleh informan adalah cara atasan menegur kesalahan bawahannya dengan menegur di


(47)

depan pegawai-pegawai lain. Informan sangat merasa terbantu dengan adanya morning briefing setiap hari Senin dan Rabu karena informan banyak belajar dari permasalahan yang dikemukakan oleh pegawai-pegawai lain.

4. Fachry Maolana (wawancara dilakukan pada hari Selasa 23 April 2013)

Fachry bekerja di BNI sejak pertengahan tahun 2011. Informan merasa bangga bisa menjadi bagian dari perusahaan yang sekarang karena menurut informan BNI adalah salah satu bank yang memiliki bonafiditas yang tinggi. Hal ini diketahui peneliti dari penuturan informan sebagai berikut:

“Saya melihat BNI adalah bank yang bonafid, tidak banyak bank di Indonesia yang memiliki cabang di Eropa dan juga Amerika, BNI salah satu bank yang mempunyai cabang di berbagai negara. Saya bangga bisa bekerja disini.”

Saat ditanya mengenai bagaimana penilaian informan terhadap profesionalisme atasannya, berikut penuturan dari informan:

“Profesional, bisa dilihat dari laporan yang harus kami buat setiap sebulan sekali dan juga perkembangan pekerjaan di review setiap seminggu sekali. Atasan sangat concern dengan target.”

Dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan kepada atasan, informan memiliki stragtegi dengan melihat suasana hati atasannya. Hal ini diketahui oleh penulis dari penuturan informan sebagai berikut:

“Saya lihat situasi, kalau atasan lagi bagus moodnya, saya utarakan permasalahan saya, tapi kalo atasan lagi ga bagus moodnya, saya berusaha untuk mengatasi masalah pekerjaan sendiri sebisa mungkin.”

Informan sendiri sebenarnya tidak mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan hal-hal pekerjaan kepada atasannya. Ketika ditanya mengenai solusi yang didapat setelah mengemukakan masalah kepada atasan, informan merasa atasan selalu merespon dengan baik. Berikut penuturan informan kepada peneliti:

“Setiap saya utarakan masalah dalam pekerjaan atasan selalu merespon dengan baik, ya terkandang adalah yang gak sesuai dengan pandangan saya tapi cuma sekali-sekali aja kok.”


(1)

sedikit banyaknya menyelesaikan permasalahan pekerjaan saya.

P: Bagaimanakah cara anda sebagai bawahan agar tidak merasa canggung dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan?

I: Saya sih karena atasan gendernya laki-laki ya santai aja..asalkan yang di bicarakan untuk kepentingan perusahaan dan tujuan baik saya rasa ngga usah sungkanlah.

P: Bagaimanakah cara atasan anda mengkritik pekerjaan anda?

I: Kami semua udah sama-sama maklum aja kalo ditegur atasan , karena atasan sering menegur kami secara langsung di depan pegawai lain. Awalnya kami sangat merasa malu tapi lama-lama jadi tebal muka aja, abis memang begitu cara atasan mengkritik kami.hehehe..Yang penting setelah dikritik ada perubahan yang lebih baik.

P: Menurut anda seberapa profesionalkah atasan anda dalam memimpin tim? I: Cukup professional

Medan, April 2013


(2)

Karakteristik Informan

Nama : Henny Mayrisa

Jabatan : Marketing

Lama Bekerja : 3 tahun Tanggal Wawancara : 24 April 2013

Tempat : Gedung BNI Lt.2

Waktu/Pukul : 12.30 WIB

P: Sudah berapa lama anda bekerja di sini ? I: Saya kerja di sini sudah dari tahun 2010

P: Apa yang membuat anda ingin bekerja di sini?

I: Saya merasa bangga kalau bekerja di bank, apalagi BNI adalah bank yang besar yang punya beberapa cabang di luar negeri.

P: Apakah atasan cukup profesional dalam membagi pekerjaan kepada bawahan? I: Profesional dong, pegawai disini punya job desk masing-masing. Karena kita semua

disini marketing, tanggung jawab disini pun sama semua, sama-sama cari nasabah dan collect data dari instansi, developer dan lain-lain.

P: Apakah morning briefing yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu cukup efektif?

I: Cukup efektif karena kita punya kesadaran bahwa komunikasi di dalam tim itu sangat perlu, biar selalu kompak dan transparan dalam bekerja.

P: Apakah anda sebagai bawahan cukup terbuka dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan?

I: Mau ga mau ya harus terbuka, karena kalo masalah pekerjaan tidak segera di tuntaskan jadinya menumpuk malah ujung-ujungnya kena marah atasan.

P: Apakah atasan dapat memberikan solusi ketika anda mengemukakan permasalahan dalam bekerja?


(3)

I: Bisa dibilang lumayan membantu

P: Bagaimanakah cara anda sebagai bawahan agar tidak merasa canggung dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan?

I: Saya tidak merasa canggung membahas masalah pekerjaan dengan atasan saya, saya hanya memperhatikan mood atasan saya sebelum berbicara, kalau timingnya tepat saya baru mau maju.

P: Bagaimanakah cara atasan anda mengkritik pekerjaan anda?

I: Saya selalu di tegur oleh atasan saat morning briefing dan juga beberapa kali di panggil ke meja beliau, biasanya sih saat menegur beliau menyampaikannya dengan bahasa yang baik tidak kasar ataupun merendahkan.

P: Menurut anda seberapa profesionalkah atasan anda dalam memimpin tim? I: Cukup professional

Medan, April 2013


(4)

Karakteristik Informan

Nama : Yusmadi Usman

Jabatan : Marketing

Lama Bekerja : 18 tahun Tanggal Wawancara : 24 April 2013

Tempat : Gedung BNI Lt.2

Waktu/Pukul : 15.30 WIB

P: Sudah berapa lama anda bekerja di sini ? I: Saya sudah 18 tahun kerja disini

P: Apa yang membuat anda ingin bekerja di sini?

I: Pada waktu itu saya sarjana S1 tapi belum juga mendapat pekerjaan, sehingga abang sepupu saya yang punya kenalan di BNI memperkenalkan kepada temannya yang bisa membantu saya supaya bekerja disini. Setelah mengikuti proses seleksi akhirnya saya lulus. Keinginan khusus bekerja di BNI pada waktu itu belum begitu besar karena saya sendiri sarjana teknik dan pada waktu itu saya ingin bekerja sesuai dengan disiplin ilmu yang saya miliki, tapi setelah bekerja di BNI saya bangga dan sangat bersyukur karena selain perusahaan perbankan yang besar namanya, BNI juga memperhatikan kesejahteraan pegawai-pegawainya.

P: Apakah sebagai atasan anda cukup profesional dalam membagi pekerjaan kepada bawahan?

I: Saya semaksimal mungkin adil kepada bawahan saya. Tapi ada beberapa hal yang saya lakukan bukan bermaksud pilih kasih tapi supaya mereka bisa mencapai target semua. Misalnya, ada bawahan saya yang pencapaiannya masih minim dalam mendapatkan nasabah, tentu apabila saya mempunyai rekomendasi nasabah untuk di follow up, saya akan lebih memprioritaskan bawahan saya tersebut dibandingkan dengan yang lainnya yang sudah baik kinerjanya.

P: Apakah morning briefing yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu cukup efektif?

I: Menurut saya, sudah cukup efektif. Setiap hari Senin dan Rabu saya mengharuskan mereka secara bergantian membawakan materi dalam morning briefing. Hal ini saya


(5)

organisasi dalam hal ini maksud saya organisasi unit. Hal yang disampaikan bermacam- macam dan tidak saya tentukan, tergantung kreatifitas masing-masing pegawai. Boleh membawakan semacam motivasi, kendala-kendala dalam mencapai target kerja, up date ketentuan terbaru seperti suku bunga kredit saat ini atau program-program terbaru lainnya.

P: Apakah bawahan cukup terbuka kepada anda dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan?

I: Saya rasa mereka cukup terbuka dalam membicarakan masalah pekerjaan. Ada lah satu atau dua yang masih kaku, mungkin karena masih baru-baru, saya maklum.

P: Apakah anda sebagai atasan dapat memberikan solusi ketika bawahan anda mengemukakan permasalahan dalam bekerja?

I: Sebagai atasan tentu saya harus memberikan solusi terhadap permasalahan kerja bawahan saya, karena permasalahan yang menyangkut pekerjaan mereka akan berdampak terhadap kinerja saya juga. Apabila bawahan saya tidak dapat mencapai target otomatis mengakumulasi ke penilaian saya juga yang akan menjadi buruk. Untuk itulah kami disini saling mendukung satu sama lain. Atasan mensupport bawahan dan begitu juga sebaliknya saya harapkan.Terus terang tidak mudah menjadi seorang marketing apalagi menjadi pemimpinnya..perlu keyakinan dan kerja keras.

P: Apakah solusi yang anda diberikan cukup efektif dan bisa diterima oleh bawahan? I: Sebisa mungkin setiap ada permasalahan kerja kita diskusikan solusinya, apabila mereka

membutuhkan bantuan saya sebagai atasan untuk menyelesaikan masalah ini saya pasti mempertimbangkan resiko-resiko yang kemudian muncul. Jarang sekali bawahan keberatan dengan solusi yang saya berikan, kalaupun ada ya paling satu atau dua, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena saya tahu semua tindakan bawahan saya adalah untuk kinerja yang maksimal.

P: Bagaimanakah cara anda sebagai atasan agar tidak merasa canggung dalam mengkomunikasikan masalah pekerjaan?

I: Apabila ada masalah yang menyangkut unit kerja kami, biasanya saya langsung membicarakannya di morning briefing. Peringatan ataupun teguran selalu transparan saya tunjukkan ke semua bawahan. Selama ini terus terang saya tidak pernah merasa canggung, saya hanya berpikir bagaimana agar bawahan saya mengerti terhadap permasalahan dan mau sama-sama memperbaiki kesalahan tersebut. Untuk membina kekompakan kami mengadakan acara-acara diluar kantor seperti olah raga rafting bersama dan karaoke.


(6)

P: Bagaimanakah cara anda sebagai atasan dalam mengkritik pekerjaan bawahan anda?

I: Seperti yang saya ungkapkan tadi, saya biasanya menegur bawahan saya pada saat morning brieifingdengan tujuan semua bawahan bisa belajar dari kesalahan yang ada. P: Menurut anda seberapa profesionalkah anda sebagai atasan dalam memimpin tim? I: Melihat prestasi tim kami saya merasa sudah cukup professional sebagai atasan, namun

dalam bekerja tidak pernah ada batas suatu pencapaian, harus lebih dan lebih lagi dari sebelumnya.

Medan, April 2013


Dokumen yang terkait

Strategi Kepemimpinan Organisasi Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Upward dan Downward dalam Kepemimpinan Organisasi PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Mana

1 64 81

Analisis Pengaruh Faktor-Faktro Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Regional Sales Medan

1 49 92

Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Bangkatan Binjai

30 200 67

Proyeksi Jumlah Nasabah Periode 2010-2012 Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Takengon Unit Putri Hijau

0 36 80

Hubungan Organisasi Terhadap Stres Kerja Karyawan Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Syariah Medan

1 57 85

Analisis Aktiva Produktif Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah Bandung

0 2 1

Audit Keamanan Informasi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Sukomoro

0 1 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PERSPEKTIFPARADIGMA KAJIAN - Strategi Kepemimpinan Organisasi Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Unit Area Sales Manager (Studi Kasus Tentang Strategi Komunikasi Upward dan Downward dalam Kepemimpinan Organisasi PT.Ban

0 0 16

Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan dan Relationship Value terhadap Komitmen Nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang USU Medan

0 0 13

Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan dan Relationship Value terhadap Komitmen Nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang USU Medan

0 0 9