Analisis Yuridis Cross Rezim Hak Cipta dan Desain Industri di Indonesia Chapter III V

61

BAB III
BENTUK-BENTUK PERMASALAHAN HAK CIPTA DAN DESAIN
INDUSTRI YANG TERJADI DI INDONESIA

A. Bentuk-Bentuk Sengketa Hak Cipta dan Desain Industri
Paradigma pemberian hak berbeda dengan paradigma penegakan hak. Unsur
perbedaan akan dicari sebanyak-banyaknya di dalam pemberian hak sedangkan unsur
persamaan akan dicari sebanyak-banyaknya di dalam penegakan hak. Paradigma
pemberian hak tidak serta merta dapat meniadakan tidak adanya pelanggaran hak.
Tidak heran apabila penyidik Polri (Polisi Republik Indonesia)
bingung saat menangani pemeriksaan seorang tersangka atas pelanggaran hak cipta
dimana si tersangka ternyata memiliki sertipikat Desain Industri yang sama dengan
ciptaan yang dipersangkakan terhadapnya. Hal demikian mengakibatkan mandeknya
proses penyidikan terhadap pelanggaran hak cipta dengan dalih si tersangka juga
memiliki alas hak yang notebenesama dengan hak cipta milik orang lain yang
dipersangkakkan terhadap dirinya.
Perlindungan hak cipta diberikan untuk karya seni, sastra, ilmu pengetahuan
dan hak-hak terkait. Sedangkan perlindungan desain industri diberikan untuk suatu
bentuk (tiga dimensi), konfigurasi (tiga dimensi), komposisi (dua dimensi : garis,

warna, garis dan warna), gabungan tiga dimensi dan dua dimensi (bentuk dan
konfigurasi; konfigurasi dan komposisi; bentuk dan komposisi; bentuk, konfigurasi
dan komposisi).

61

Universitas Sumatera Utara

62

Perlindungan hak cipta bersifat otomatis saat ekspresi nyata terwujud dan
tanpa pendaftaran (deklaratif). Sedangkan perlindungan desain industri diberikan
berdasarkan pendaftaran terhadap desain yang baru (konstitutif). Karya cipta
merupakan sebuah karya master piece dan tidak diproduksi secara massal sedangkan
desain industri diproduksi massal. Syarat desain industri yang mendapatkan
perlindungan :
1. Memenuhi persyaratan substansi :
a. Kreasi desain industri yang memberikan kesan estetis (Pasal 1 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2000). Kreasi bentuk, konfigurasi, komposisi garis dan
warna atau kombinasinya yang memberikan bentuk estetis. Kreasinya bukan

semata-mata fungsi atau teknis (pasal 25 ayat 1 perjanjian TRIPs);
b. Kreasi desain industri yang dapat dilihat dengan kasat mata. Lazimnya suatu
kreasi desain industri harus dapat dilihat jelas dengan kasat mata (tanpa
menggunakan alat bantu), dimana pola dan bentuknya jelas. Jadi kesan
indah/estisnya ditentukan melalui penglihatan bukan rasa, penciuman dan
suara;
c. Kreasi desain industri yang dapat diterapkan pada produk industri dan
kerajinan tangan (Pasal 1 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000. Dapat
diproduksi secara massal melalui mesin maupun tangan. Jika diproduksi ulang
memberikan hasil yang konsisten.
d. Kreasi desain industri yang baru (Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 31
Tahun 2000) tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelum tanggal

Universitas Sumatera Utara

63

penerimaan atau tanggal prioritas (bila dengan hak prioritas) dan telah
diumumkan/digunakan dengan baik di Indonesia atau di luar Indonesia (Pasal
2 ayat 2 dan Pasal 2 ayat 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000). Baru

dinilai dari sudut kreasi dan/atau produknya. Nilai kemiripan, nilai kreatifitas
dan nilai karakter indvidu suatu desain industri tidak diatur dalam Undangundang Nomor 31 Tahun 2000. Nilai baru/kebaruan maknanya nilai tidak
identik

atau

berbeda

atau

tidak

sama

atau

tidak

identik


dengan

“pengungkapan” yang telah ada sebelumnya.
e. Kreasi industri yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan (Pasal 4 Undangundang Nomor 31/2000)
2. Memenuhi persyaratan administrasi/formalitas (Pasal 11, 13, 14, 15, 16, 17 dan 19
(1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000).
3. Tidak ditarik kembali permohonannya karena memenuhi persyaratan permohonan
(pasal 20 ayat 1) dan pemohon tidak menarik permohonannya. (Pasal 21 UndangUndang No. 31 Tahun 2000)
Agar permohonan pendaftaran desain industri dapat diberikan (granted) pastikan
persyaratan di atas terpenuhi. Untuk mendapatkan nilai baru atau kebaruan cari
perbedaan sebanyak-banyaknya terhadap desain yang telah ada sebelumnya.
Pembatalan penegakan hak desain industri dapat dilakukan karena :
1. Permintaan pemegang hak desain industri
2. Berdasarkan gugatan pembatalan

Universitas Sumatera Utara

64


Pembatalan pendaftaran desain industri atas kehendak pemegang hak yang
ditujukan ke Ditjen HKI harus melampirkan persetujuan tertulis dari penerimaan
lisensi. Gugatan pendaftaran desain industri oleh pihak ketiga harus diajukan ke
Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau domisili Tergugat atau
apabila pemegang hak berdomisili di luar wilayah Indonesia gugatan diajukan ke
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Adapun yang menjadi objek pembatalan pendaftaran berdasarkan gugatan
adalah karena:
1.

Permohonan desain industri yang diberikan tidak baru (bertentangan dengan
Pasal 2). Harus disimak apakkah barang atau produk, bentuk, konfigurasi,
komposisi garis dan warna sama atau tidak sama dengan desain pembanding
yang relavan;

2.

Permohonan desain industri yang diberikan dianggap bertentangan dengan
Undang-undang yang berlaku, ketertiban umum, agama dan kesusilaan (Pasal 4).


Dalam hal terjadi pelanggaran hak, perlu dipikirkan dan disiapkan strategi yang
matang sebelum melakukan upaya hukum (gugatan pembatalan, gugatan ganti rugi
dan tuntutan pidana).
Gugatan pembatalan karena desain industri pihak lain terdaftar bukanlah satusatunya pilihan terbaik bagi kita yang tidak memiliki sertipikat desain industri.
Misalnya, perusahaan pulpen A dari Eropa yang sudah terkenal memperoleh
perlindungan desain industriuntuk 52 negara sementara di Indonesia permohonan
desain industrinya ditolak karena Perusahaan B (lokal) telah terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

65

memperoleh sertipikat pendaftaran desain industri untuk desain yang sama atau
identik dengan desain milik perusahaan A. Apabila diajukan gugatan pembatalan ke
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan dasar desain industri tersebut tidak baru maka
kesempatan (chance) untuk dibatalkannya desain tersebut sangat besar. Apabila
perusahaan A berhasil membatalkan desain pulpen milik perusahaan B maka desain
tersebut menjadi milik umum (pubic domain). Akibat hukumnya, setiap orang
termasuk perusahaan A itu sendiri berhak menggunakan desain pulpen tersebut.
Perusahaan A tidak akan bisa memperoleh sertipikat desain industri dari Ditjen HKI

karena sudah ada pengungkapan sebelumnya (tidak baru) jika hendak mengajukan
permohonan pendaftaran desain pulpen tersebut. Apabila sampai terjadi kondisi
seperti ini maka perusahaan A akan rugi sendiri. Karena perusahaan A akan kalah
bersaing dengan produk impor Cina yang harganya jauh lebih murah untuk desain
yang sama di pasaran Indonesia. Solusinya, Alternative Dispute Resolution
(negosiasi, mediasi dan konsiliasi) adalah pilihan lebih baik (Pasal 47). Dengan
membeli desain milik perusahaan B, pasar (market) untuk Indonesia masih bisa
dimonopoli oleh perusahaan A dengan hak mengizinkan (memberi lisensi) dan
melarang pihak lain untuk menggunakan desain miliknya.
Apakah pilihan tersebut di atas merupakan solusi terbaik dalam kasus
seseorang misalnya perusahaan A memiliki hak cipta atas suatu motif atau karya seni
dimana motif atau karya seni tersebut ternyata didaftar oleh perusahaan B secara
diam-diam sebagai desain industri miliknya. Secara kebetulan, permohonan desain
industri perusahaan B yang sama dengan hak cipta atas motif perusahaan A, terdaftar

Universitas Sumatera Utara

66

di Ditjen HKI. Dalam kasus seerti ini banyak pro dan kontra dikalangan praktisi HKI.

Sebagian mengatakan “iya” dan sebagian “’tidak”. Bagi

yang pro mereka

menyatakan lebih baik mencari makan bersama ikan hiu daripada berebut makanan
dengan ikan hiu. Alternative Dispute Resolution (ADR) adalah pilihan lebih baik.
Perusahaan A tidak perlu pusing dengan proses litigasi dan lebih mengirit biaya dan
waktu. Masing-masing pihak bisa berjalan sendiri karena telah memiliki alas hak.
Sebaliknya bagi yang kontra mereka menyatakan keberatan dengan pemilihan ADR
sebagai solusi. Menurut mereka, jelas telah terjadi pelanggaran hak cipta walaupun
perusahaan B telah memiliki sertipikat desain industri. Hal ini berbeda antara desain
industri dan desain industri. Yang jelas ini adalah kasus hak cipta dan desain industri,
adanya alas hak tidak berarti tidak adanya pelanggaran.
Apabila hal ini dilaporkan ke polisi untuk diproses pidananya, jangan heran
kalau penyidik polisi sendiri sering bingung, ’’dimana unsur pidananya?bukakah
masing-masing telah memiliki alas hak?’’ demikian pernyataan seorang penyidik
yang memeriksa kasus ini. Lebih jauh lagi, penyidik akan meminta perusahaan A
untuk mengajukan gugatan pembatalan desain industri milik perusahaan B tersebut
terlebih dahulu. Ada benarnya dan ada tidak benarnya anjuran penyidik tersebut.
Apabila perusahaan A berhasil membatalkan desain industri milik perusahaan B

karena tidak baru, maka hal ini akan memudahkan pemeriksaan pidana dan pekerjaan
penyidik. Namun, upaya perusahaan A akan menjadi sia-sia apabila setelah
pembatalan desain industri tersebut ternyata perusahaan B tidak lagi menggunakan
desain tersebut. Penyidik akan dengan mudah menyimpulkan tidak ada pelaggaran.

Universitas Sumatera Utara

67

Dalam kasus cross rezim seperti ini, terlalu dini bagi penyidik untuk
menyimpulkan demikia. Ada atau tidak adanya pelanggaran baru akan terlihat pada
acara pembuktian di pengadilan kelak. Proses pidana tetap harus dijalankan tanpa
harus terlebih dahulu menunggu adanya putusan pembatalan desain industri. Biarkan
para pihak membuktikan siapa terlebih dahulu memiliki hak di acara pembuktian
nanti dan biarkan pengadilan yang memutuskan ada tidaknya pelanggaran hak cipta
dalam kasus cross rezim seperti ini.
Hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang
diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Jenis karya yang dilindungi oleh hak cipta adalah buku,
program komputer, pamflet, susunan perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan

semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lainnya
diwujudkan dengan cara diucapkan; alat peradga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan; ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks,
termasuk karawitan dan rekaman suara; drama, tari (koreografi), pewayangan,
pantonim; karya pertunjukan; karya siaran; seni rupa dalam segala bentuk seperti seni
lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, seni terapan
yang berupa seni kerajinan tangan; arsitektur; peta; seni batik; fotografi;
sinematografi; terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil
pengalihwujudan.
Pencipta karya asli dan ahli warisnya dilindungi oleh hak cipta dan mereka
memiliki hak-hak dasar tertentu. Hak tersebut adalah hak untuk mengumumkan atau

Universitas Sumatera Utara

68

memperbanyak ciptaannya; memberi izin pihak lain untuk menggunakan haknya
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut perundang-undangan
yang berlaku.
Pencipta suatu karya dapat melarang atau tidak mengizinkan orang lain untuk

melakukan,

memperdengarkan/memperlihatkan

kepada

publik

seperti

cerita

panggung atau karya musik;
a. Peniruan dalam berbagai bentuk, seperti publikasi cetak atau rekaman suara;
b. Perekaman, misalnya dalam bentuk CD, kaset atau video;
c. Penyiaran melalui radio, kabel dan satelit;
d. Penerjemahan ke dalam bahasa lain atau mengadaptasi, misalnya novel dibuat
menjadi film layar lebar.
Banyak karya yang dilindungi oleh hak cipta memerlukan distribusi,
komunikasi dan investasi keuangan untuk penyebarluasannya (misalnya: publikasi
rekaman suara atau film). Lebih jauh lagi, pencipta sering menjual hak atas karya
mereka kepada individu atau perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi
dalam pemasaran sehingga dapat memberikan pemasukan yang besar.Pembayaran
biasanya tergantung pada penggunaan aktual atas karya tersebut, yang kemudian
disebut sebagai royalty.
Hak-hak ekonomis ini memiliki batas waktu yaitu secara umum sampai
dengan 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia dengan beberapa pengecualian
pada beberapa bentuk karya cipta.Batas waktu tersebut memberikan kesempatan
kepada pencipta dan ahli waris untuk mengambil keuntungan finansial dalam jangka

Universitas Sumatera Utara

69

waktu yang rasional.Hak cipta juga melindungi hak moral, yaitu hak untuk menuntut
kepemilikan suatu karya dan hak untuk tidak menyetujui perubahan yang dapat
membahayakan reputasi penciptanya.
Pencipta dapat menuntut hak-haknya secara administratif di pengadilan
dengan pemeriksaan bukti-bukti untuk pembuktian proses pembuatan atau
kepemilikan yang tidak sah (pembajakan) atas produk yang merupakan karya yang
dilindungi. Pemilik juga dapat memohon pengadilan untuk menghentikan kegiatankegiatan yang dilihat dapat mengakibatkan kerugian secara finansial dan menghambat
penyebarluasan karya tersebut.
Lingkup hak yang terkait dengan hak cipta berkembang sangat pesat dalam 50
tahun terakhir. Hak-hak ini tumbuh disekitar karya-karya yang memiliki hak cipta
dan menyediakan meskipun seringkali lebih terbatas dan dengan jangka waktu yang
lebih singkat, hak-hak untuk :
a. Artis pertunjukan (seperti aktor dan musisi) pada pertunjukan mereka;
b. Produser rekaman (seperti kaset dan CD) pada rekaman mereka;
c. Organisasi penyiaran pada program-program radio dan televisi;
Hak cipta dan hak-hak lain yang terkait penting untuk meningkatkan
kreativitas manusia, yaitu dengan memberikan pencipta insentif dalam bentuk
apresiasi dan keuntungan finansial yang sesuai.Di dalam sistem hak cipta, pencipta
diberi jaminan bahwa karya mereka dapat disebarluaskan tanpa takut ditiru secara
ilegal atau dibajak.Hal ini pada gilirannya dapat membantu meningkatkan akses serta
pengenalan budaya, pengetahuan dan hiburan dari seluruh dunia.

Universitas Sumatera Utara

70

Bidang hak cipta dan hak-hak lain yang terkait sudah berkembang secara luas
pada beberapa dekade terakhir dengan kemajuan teknologi yang menghasilkan cara
baru untuk penyebarluasan karya cipta yaitu dengan berbagai bentuk komunikasi di
dunia seperti penyiaran dengan satelit dan CD. Penyebaran karya melalui internet
merupakan perkembangan terakhir yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru
tentang hak cipta.World Intellectual Property Organization sudah terlibat secara
intensif dalam diskusi internasional yang sedang berlangsung untuk pembentukan
standar perlindungan hak cipta dalam dunia maya.
Hak cipta sendiri tidak terikat pada prosedur resmi, begitu suatu karya asli
diciptakan maka karya tersebut sudah dilindungi oleh hak cipta.Dengan demikiam,
pendirian collective management organizations menjadi sangat penting dan menjadi
prioritas di berbagai Negara.Organisasi ini dapat memberikan keuntungan bagi para
anggotanya dengan menyediakan tenaga ahli dalam bidang administrasi dan hukum
yang bertugas mengumpulkan, mengatur dan menyebarkan royalty yang merupakan
hak anggotanya yang didapat dari penggunaan karya anggotanya di dunia
internasional.
Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungannya, berbentuk tiga dimensi
atau dua dimensi dan memberikan nilai estetika serta dapat diwujudkan dalam pola
tiga dimensi atau dua dimensi, dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang atau komoditi industri atau kerajinan tangan.

Universitas Sumatera Utara

71

Desain industri diaplikasikan pada berbagai bentuk produk industri dan
kerajinan; dari instrument teknikal dan medical sampai jam tangan, perhiasan dan
barang mewah lainnya; dari perlengkapan rumah tangga dan peralatan elektrikal
sampai kenderaan dan struktur arsitektural; dari desain tekstil sampai barang-barang
hobby (kesenangan).Untuk dapat dilindungi dengan undang-undang, suatu desain
industri harus baru dan dapat dilihat oleh mata.Hal ini berarti desain industri
cenderung merupakan nilai estetis menyeluruh, sehingga setiap karakteristik teknikal
yang menerapkan sistem tidak ikut terlindungi.
Desain industri adalah sesuatu yang menjadikan suatu produk menjadi tampak
lebih bagus dan menarik, lebih jauh lagi dapat meningkatkan nilai komersial suatu
produk untuk diterima pasar.Bila suatu desain industri dilindungi, maka pemiliknya
seseorang atau entitas yang sudah mendaftarkan desain tersebut diberikan suatu hak
eksklusif untuk menerapkan desain industrinya, melarang pihak lain membuat,
memakai, menjual atau mengimpor desain tersebut tanpa persetujuannya.
Hal ini dapat membantu pencipta untuk mendapatkan keuntungan optimal,
sesuai dengan investasinya.Sistem perlindungan yang efektif juga menguntungkan
konsumen dan masyarakat, yaitu dapat meningkatkan persaingan yang adil dan
praktek perdagangan yang jujur, meningkatkan kreativitas yang pada akhirnya dapat
memperbanyak jumlah produk yang menarik secara estetis.
Melindungi desain industri akan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, karena kreativitas di sektor industri dan manufaktur, juga sektor seni
tradisional dan kerajinan tangan ikut terdorong dengan sistem perlindungan ini.

Universitas Sumatera Utara

72

Sektor-sektor tersebut ikut berkontribusi dalam pengembangan kegiatan komersial
dan ekspor produk nasional.
Desain industri relatif lebih mudah dan murah untuk dikembangkan dan
dilindungi.Desain industri lebih mudah diakses oleh usaha kecil dan menengah,
seniman dan pengrajin, baik di Negara industri maupun Negara berkembang. Hak
desain industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan.
Prosedur pengajuan permohonan desain industri dapat dilakukan sebagai
berikut; pertama, permohonan untuk perlindungan desain industri harus diterima oleh
kantor

Direktorat

Jenderal

Hak

Kekayaan

Intelektual.

Permohonan

harus

mencantumkan contoh fisik atau gambar atau foto atau uraian desain industri yang
akan didaftarkan. Desain industri tidak boleh melanggar peraturan perundangundangan yang berlaku, ketertiban umum dan kesusilaan.
Hampir disetiap negara, suatu desain industri harus didaftarkan agar dapat
dilindungi oleh undang-undang desain industri.Peraturan umum agar dapat
didaftarkan adalah desain harus baru dan asli.Biasanya kata baru diartikan sebagai
tidak ada desain yang identik atau mirip yang pernah ada sebelumnya.
Begitu desain sudah didaftarkan, sertifikat pendaftaran akan dikeluarkan olek
Kantor Direktoral Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan jangka waktu
perlindungan 10 (sepuluh) tahun. Suatu desain industri dapat juga dilindungi sebagai
suatu pengerjaan seni yang dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Di Indonesia

Universitas Sumatera Utara

73

dan beberapa Negara, perlindungan desain industri dan hak cipta dapat muncul
bersamaan. Di Negara-negara lain, ada yang menerapkan secara mutual eksklusif bila
pemilik desain sudah memilih satu jenis perlindungan maka dia tidak dapat lagi
menggunakan perlindungan yang lain.
Selain itu, permohonan desain industri juga harus mencantumkan surat
pernyataan bahwa desain yang akan didaftarkan adalah miliknya, juga surat kuasa
apabila permohonan perlindungan desain industri diajukan melalui kuasa serta
membayar seluruh biaya.
Permohonan desain industri dapat juga dilakukan dengan hak prioritas, yaitu
hak pemohon yang berasal dari negara-negara anggota konvensi paris tersebut.
Persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia untuk mengajukan
permohonan ke negara-negara yang tergabung dalam kedua persetujuan. Permohonan
di negara yang dituju memiliki tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan yang
diajukan di negara asal selama kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan
konvensi paris. Permohonan dengan hak prioritas ini harus diajukan dalam waktu
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal penerimaan permohonan di negara
asal.
Perlindungan hukum terhadap hak kekayaan pribadi telah menjadi faktor
kunci dalam pertumbuhan kapitalisme dan ekonomi pasar bebas. Sejarah merekam
dari masyarakat kuno menunjukkan bahwa orang-orang mengakui hak untuk
menguasai tanah dan barang dan dihormati oleh pemerintah untuk melindungi
kepentingan mereka dalam kekayaan.

Universitas Sumatera Utara

74

Seiring dengan perubahan teknologi,konsepsi ini mengalami pergeseran.
Sistem hukum meletakkan kekayaan dalam tiga kategori, yaitu pertama, sebagian
besar masyarakat mengakui hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan pribadi, yang
dikenal dengan intangible things; kedua, kekayaan dalam pengertian riil, seperti tanah
dan bangunan; ketiga, kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan inttelektual.
Konsep inilah yang dicoba sebagai dasar pemikiran dalam pemikiran hak kekayaan
intelektual. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kekayaan intelektual
membutuhkan olah pikir dan kreatifitas si pencipta, penemu atau sang kreator. Oleh
karena itu pengambilan dengan tidak memberikan kompensasi bagi pemiliknya
adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena melanggar ajaran moral
yang baik. Landasan moral ini pula yang dikenal dalam teori filsafat sebagai teori
hukum alam. Dalam ajaran moral dikenal doktrin jangan mencuri atau jangan
mengambil apa yang bukan hakmu.
Pendekatan landasan moral atas tuntutan untuk melindungi hak kekayaan
intelektual ini menekankan pada kejujuran dan keadilan. Dilihat sebagai perbuatan
yang tidak jujur dan tidak adil jika mencuri usaha seseorang tanpa mendapatkan
terlebih dahulu persetujuaannya.
Oleh karena kepemilikan atas hak kekayaan intelektual termasuk dalam hak
asasi manusia sebagai individu yang berolah pikir, maka secara alamiah nilai
komunalisme harus diabaikan untuk mengakui dan memberikan penghargaan kepada
individu tersebut. Berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat 2 Universal Declaration of
Human Right menyatakan bahwa “Everyone has the right to the protection of the

Universitas Sumatera Utara

75

moral and material intersts resulting from any scienttific, literary or artistic
production of which he (sic) is the author.”
Doktrin moral diadopsi oleh rezim HKI untuk memberikan perlindungan
terhadap individu pemilik HKI agar hak-haknya tidak dilanggar oleh orang lain.
Namun sesungguhnya doktrin hukum alam di atas bersifat lebih luas daripada sekedar
melindungi individu pemilik HKI, karena doktrin itu dapat pula diterapkan untuk
melindungi pihak-pihak lain, termasuk masyarakat lokal atau tradisional atas
pegetahuan tradisionalnya.
Lebih jauh dasar filosofis rezim HKI adalah alasan ekonomi, bahwa individu
telah mengorbankan tenaga, waktu, pikirannya bahkan biaya demi sebuah karya atau
penemuan yang berguna bagi kehidupan. Rasionalitas untuk melindungi modal
investasi tersebut mesti dibarengi dengan pemberian hak eksklusif terhadap individu
yang bersangkutan agar dapat secara eksklusif menikmati hasil olah pikirnya itu.
Ajaran Aristoteles juga telah menggambarkan argumentasi di atas dalam
upaya menciptakan keadilan. Salah satu keadilan yang dikenal dalam teorinya adalah
keadilan distributif. Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada
tiap-tiap orang bagian yang sesuai dengan jasanya. Artinya bukan keadilan yang
didasari kesamaan jumlah tetapi kesebandingan.
Rezim HKI mengadopsi dan mengembangkan pula TeoriUtilitarian Jeremy
Bentham. Teori ini menjelaskan bahwa hukum dibentuk agar memberikan manfaat
dan kebahagiaan bagi sebagian besar warga masyarakat.Pembentukan perundangundangan dibidang HKI merupakan bentuk perlindungan agar masyarakat

Universitas Sumatera Utara

76

memperoleh kemanfaatan itu. Inilah yang dalam konteks pembangunan ekonomi
terutama di bidang HKI menjadi reward theory, yang mendalilkan bahwa apabila
individu-individu yang kreatif diberi insentif berupa hak eksklusif, maka hal ini akan
merangsang individu-individu lain untuk berkreasi. Dengan kata lain, rezim HKI
merupakan sebuah bentuk kompensasi dan dorongan bagi orang untuk mencipta. Hal
ini dapat menguntungkan masyarakat dalam jangka panjang.Melalui pembatasan
penggunaan inovasi diharapkan akhirnya meningkatkan tingkat informasi dan inovasi
yang tersedia di masyarakat.
Namun demikian di beberapa Negara berkembang, hak alami tidak
relevan.Oleh karena hak milik sekalipun memiliki fungsi sosial dan menjadi milik
bersama.Hal ini berarti bahwa masyarakat dapat memiliki hak alami atas suatu
ciptaan atau invensi yang dibuat baik oleh individu maupun melalui kerjasama
kelompok.Nilai-nilai falsafah yang mendasari pemikiran pemilikan individu terhadap
suatu karya cipta manusia baik dalam bidang ilmu, sastra, maupun seni adalah nilai
budaya barat yang menjelma dalam sistem hukumnya.
Secara praktis, di bawah perlindungan rezim HKI, penulis novel dan pencipta
musik dapat memperoleh kompensasi atas ciptaannya sehingga mereka pun terdorong
untuk melahirkan ciptaan-ciptaan baru. Dapat dibayangkan bila tidak ada hukum
HKI, para pencipta atau investor mungkin memutuskan untuk tidak mencipta dan
menemukan sesuatu.
Hal ini juga berlaku bagi para penanam modal (investor) di bidang ciptaan
dan invensi.Para investor memainkan peran yang sangat penting dalam memajukan

Universitas Sumatera Utara

77

teknologi. Boleh jadi apabila rezim HKI tidak melindungi, mmungkin akan sedikit
kemajuan di bidang teknologi dan orang-orang mungkin tidak akan menulis bukubuku.
Begitupun manfaat yang diperoleh dari rezim HKI, sebagian berpendapat
bahwa dapat pula mendatangkan kerugian sosial karena adanya pembatasan
kebebasan atau akses secara murah terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Apalagi kritik lainnya dari Negara-negara (misalnya: Indonesia dan China) yang
sejak awal telah mengembangkan teknologi dan tradisi kesusasteraan secara
mengesankan jauh sebelum kapitalis barat menemukan HKI.
Berdasarkan uraian dasar filosofis HKI di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perlindungan yang diberikan dalam HKI lebih dominan pada perlindungan
individual. Namun untuk menyeimbangkan kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat, maka system HKI mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)
Pencipta sebuah karya atau orang lain yang membuahkan hasil kemampuan
intelektualnya wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa materi
maupun bukan materi seperti adanya rasa aman karena dilindungi dan diakui atas
hasil karyanya. Hukum memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan
pencipta berupa surat kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingannya
yaitu hak eksklusif.
2. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)

Universitas Sumatera Utara

78

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan kreatif suatu
kemampuan daya piker manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum
dalam berbagai bentuknya yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia.Maksudnya, kepemilikan itu wajar karena sifat
ekonomis manusia menjadikan hal itu sebagai keharusan untuk menunjang
kehidupannya di dalam masyarakat.
3. Prinsip Kebudayaan
Pengakuan atas kreasi, karya, karsa dan cipta manusia yang dibakukan dalam
system HKI adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai perwujudang
suasana yang diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan ciptaan baru.
4. Prinsip Sosial
Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang berdiri
sendiri, terlepas dari manusia yang lain akan tetapi hukum mengatur kepentingan
manusia sebagai warga masyarakat.
Prinsip-prinsip di atas setidaknya telah menjadi dasar filosofis dibangunnya
rezim hak kekayaan intelektual termasuk di Indonesia. Menurut L.J Taylor dalam
bukunya yang berjudul copyrights for librarians menyatakan bahwa yang dilindungi
hak cipta adalah ekspresi dari sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri.
Artinya, yang dilindungi oleh hak cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai
sebuah ciptaan bukan masih merupakan gagasan.

Universitas Sumatera Utara

79

Secara normatif Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
telah memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta atau pencipta
sebagai pemilik karya cipta cukup memadai. Akan tetapi, pada kenyataannya
pelanggaran atas suatu karya cipta masih marak dan sulit ditangani. Padahal
pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi di depan mata dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk pelanggaran yang terjadi yaitu mengumumkan, mengedarkan maupun
menjual karya cipta orang lain tanpa seizin pencipta maupun pemegang hak cipta.
Dampak pelanggaran hak cipta ini selain merusak tatanan masyarakat pada
umumnya, juga akan mengakibatkan lesunya gairah untuk berkarya di bidang seni,
sastra dan ilmu pengetahuan.
Suatu karya ciptaan akan mendapatkan perlindungan hukum hak cipta apabila
memenuhi tiga persyaratan: Pertama, memenuhi unsur keaslian; Kedua, keaslian
dalam sistem perundang-undangan (civil law system) yang dianut, meminta derajat
yang sangat tinggi dengan memperhatikan personalitas sebagai kepribadian yang
tercetak dalam karyanya; dan ketiga, kreativitas menyiratkan adanya hubungan sebab
akibat antara pencipta dan ciptaannya.
Memperhatikan pada ketentuan Undang-Undang Hak Cipta ada dua model
perlindungan yang diberikan, yakni : Pertama, perlindungan preventif yang bersifat
pencegahan. Model perlindungan ini berupa pendaftaran ciptaan dan lisensi serta
pengalihan hak.Kedua, perlindungan represif yang bersifat tindakan hukum.Model
perlindungan ini berupa gugatan ke Pengadilan Niaga atau melalui penyelesaian
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa untuk sengketa perdata, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

80

tuntutan ke Pengadilan Negeri dengan melibatkan aparat penegakan hukum seperti
Polisi dan Jaksa untuk sengketa pidatanya.
Para founding fathers bangsa ini sepakat bahwa bangsa dan Negara ini
didirikan dengan senantiasa menjunjung tinggi hukum.Maka, sudah sewajarnya
segala tindakan dan perilaku di Negara ini pun senantiasa didasarkan pada aturan
hukum.Konsekuensi seperti ini tentunya tidak saja diterapkan untuk perilaku-perilaku
tertentu, tetapi harus secara menyeluruh.Sehingga keamanan dan ketertiban yang
bersama kepastian hukum diakui menjadi fungsi hukum dapat tercapai pula.
Tiga undang-undang di bidang HaKI yang berkaitan dengan perlindungan
terhadap Industrial Design Layout-Designs (Topographies) of Integrated Circuits,
Protections of Undisclosed Information disetujui oleh DPR pada tanggal 4 Desember
2000 dan disahkan menjadi Undang-Undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000,
Undang-Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Nomor 32 Tahun 2000 dan tentu
saja Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
Pengesahan dan pelaksanaan Undang-Undang Desain Industri itu merupakan
kesungguhan Indonesia untuk memenuhi seluruh kewajibannya sebagaimana diatur
dalam Agreemnent on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights atau
TRIP’s Agreement. Tidak ada kewajiban bagi Negara-negara anggota WTO yang
telah meratifikasi TRIPS Agreement untuk menyamakan system perundang-undangan
hak kekayaan intelektualnya dengan Negara-negara industri maju karena yang
diperlukan adalah mengharmonisasikan dan menerapkan perundang-undangan desain

Universitas Sumatera Utara

81

industri yang sesuai dengan persyaratan minimal yang diatur dalam TRIPS
Agreement.
B. Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa
Dalam Undang-Undang Desain Industri secara umum menurut penilaian
penulis sudah memenuhi perlindungan terhadap desain industri dalam negeri, namun
ada salah satu hal yang patut menjadi perhatian kita semua yakni masalah
penyelesaian sengketa. Tidak maksimalnya hasil yang diperoleh dari beberapa kasus
yang disengketakan disebabkan karena berbagai hal diantaranya adalah proses
penyelesaiannya yang membutuhkan waktu lama bahkan sampai bertahun-tahun. Jadi
untuk mewujudkan sistem peradilan yang cepat, tepat dengan biaya murah belum
terpenuhi.
Pelanggaran atau sengketa di bidang desain industri dapat terjadi dan
diselesaikan secara pidana maupun perdata. Dalam hal pemegang desain industri
telah mendaftarkan desain industri dan memperoleh sertipikat desain industri dan jika
haknya dilanggar oleh pihak lain, maka ia dapat menentukan penyelesaian
pelanggaran haknya apakah akan dilakukan secara pidana atau perdata.
Jika penyelesaian pelanggaran itu dilakukan secara pidana, maka pemilik hak
desain industri harus mengadukannya kepada polisi sebagai penyidik pada kepolisian
daerah (polda) jika pelanggaran itu berskala kecil dan terjadi di wilayah tersebut atau
mengadu pada Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) jika
pelanggaran desain industri berskala besar dan terjadi di beberapa wilayah Polda atau

Universitas Sumatera Utara

82

bisa juga mengadu pada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Ditjen HaKI (vide
Pasal 53 Undang-Undang Desain Industri). Penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal
53 ayat (2) Undang-Undang Desain Industri berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Desain Industri;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan tindak pidana di
bidang HaKI di atas;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari pihak sehubungan dengan peristiwa
tindak pidana di atas;
d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan dan dokumen lain yang
berkenaan dengan tindak pidana di atas;
e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain;
f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di atas;
g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di atas.
Disayangkan proses penyelesaian pelanggaran yang diadukan kepada lembaga
di atas tidak ditentukan jangka waktu penyelesaiannya. Dari pengalaman dan
informasi para pihak pemegang desain industri yang telah menjadi korban
pelanggaran itu, proses pengaduan perkara di kepolisian atau PPNS hingga berkas
perkara itu disampaikan ke Pengadilan Negeri berangsung lebih dari 6 (enam) bulan

Universitas Sumatera Utara

83

dan pihak terdakwa yang tidak puas terhadap putusan

Pengadilan Negeri dapat

mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi dan mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung jika tidak puas pula terhadap Putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan
Tinggi.
Proses penyelesaian secara pidana tidak memberikan kepastian waktu dan
biaya. Perkara pelanggaran desain industri waktunya bisa sampai bertahun-tahun,
bahkan ada yang ketika waktu berlangsungnya perlindungan terhadap desain industri
habis 10 tahun keputusan kasasi baru turun.
Kemudian perkara perdata yaitu gugatan pembatalan terhadap desain industri
terdaftar yaitu memanfaatkan Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri sebagai upaya
penyelesaian perkara.Seperti kasus perdata umumnya, undang-undang ini juga
memberikan hak bagi para pihak yang bersengketa untuk menggunakan lembaga
arbitrase maupun alternatif penyelesaian sengketa (Pasal 47 Undang-Undang Desain
Industri).Namun, penunjukan lembaga untuk menyelsaikan sengketa tersebut belum
sepenuhnya terpenuhi karena keterbatasan ahli, harapan agar penyelesaian sengketa
di bidang desain industri dapat dilakukan secara profesional, lebih efisien dan efektif
belum memberikan hasil yang maksimal.
Gugatan pembatalan pendaftaran desain industri diajukan oleh pihak yang
berkepentingan melalui Pengadilan Niaga di wilayah tempat tinggal tergugat dan
tidak selalu harus melalui Pengadilan Niaga di Jakarta dalam hal tergugat bertempat
tinggal di luar wilayah Republik Indonesia (vide Pasal 38 ayat (1) jo. Pasal 39 ayat
(1) dan ayat (2) Undang-undang Desain Industri).Ketentuan ini sejalan dengan hukum

Universitas Sumatera Utara

84

acara perdata pada umumnya yang menyatakan bahwa gugatan diajukan melalui
yurisdiksi Pengadilan Negeri di wilayah atau domisili tergugat berada. Namun, oleh
karena jumlah Pengadilan Niaga hanya ada 5 (lima) yaitu: Pengadilan Niaga Medan,
Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makasar, maka cakupan domisili hukum tergugat
itu akan melintasi kewenangan beberapa Pengadilan Negeri. Misalnya, tergugat
berdomisili di daerah Jakarta yang telah mendaftarkan desain industri sepatu secara
tanpa hak di Ditjen HaKI dan penggugat beralamat di daerah Jogjakarta, yan merasa
sebagai pendesain sepatu itu dan meiliki bukti-bukti bahwa tergugat telah “mencuri”
desain industri sepatu milik penggugat. Maka jika penggugat akan mengajukan
gugatan pembatalan pendaftaran desain industri itu penggugat harus mengajukan
gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang dan
gugatan itu bukan diajukan melalui Pengadilan Negeri Jogjakarta.
Penyelesaian perkara melalui Pengadilan Niaga tidak jauh berbeda dengan
memperkarakan kasus desain industri melalui tuntutan pidana.Jumlah dan letak
Pengadilan Niaga menjadi persoalan yng harus segera diselesaikan mengingt wilayah
Indonesia yang sangat luas. Juga lamanya proses penyelesaian dan mengingat
perlindungan terhadap desain industri jangka waktunya hanya 10 (sepuluh) tahun dan
sangat terbatas serta tidak dapat diperpanjang lagi.
Sejalan

dengan

era

globalisasi

khususnya

di

bidang perdagangan,

permasalahan hak kekayaan intelektual secara tidak langsung menjadi sorotan tajam
dari masyarakat luas dan menjadikannya sebagi sebuah wacana pengkajian yang
mendapat

perhatian

dari

berbagai

pihak

baik

nasional

maupun

Universitas Sumatera Utara

85

internasional.Permasalahan HaKI sangat kompleks dan tidak semata hanya berkaitan
dengan hukum saja, melainkan berhubungan erat dengan perdagangan, ekonomi,
industri dan perkembangan teknologi serta menjadi landasan bagi usaha untuk
mengajukan social cultural bangsa dan masyarakat pada umumnya.
Hak atas kekayaan intelektual merupakan hak yangberasal dari kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia yang mempunyai nilai ekonomi.82 Seperti juga bidang
hak kekayaan intelektual yang lain, desain industri adalah karya intelektual yang
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Desain industri adalah satu konsep
yang sudah tua.Indonesia sendiri sudah mengenal konsep ini di dalam Undangundang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.Desain industri dalam undangundang ini merujuk pada suatu karya intelektual tentang bentuk, konfigurasi garis
atau warna, atau garis dan warna yang memberikan kesan estetis.Karya tersebut dapat
diwujudkan dalam pola tiga atau dua dimensi serta bisa dipakai untuk menghasilkan
suatu barang, komoditi industri atau kerajinan tangan.Walaupun mirip desain industri
jelas berbeda dari hak cipta.
Hak atas desain industri diberikan bagi desain yang baru.Dengan “baru”
diartikan, desain tersebut belum pernah ada dan berbeda dari desain yang telah ada
sebelumnya. Sebetulnya TRIPs memberikan keleluasaan bagi Negara anggota untuk
memilih kriteria “baru” atau “orisinal” atau kedua criteria tersebut.83Sebagai Negara
82

M. Djumhana dan R. Djubaidillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah Teori dan Prakteknya di
Indonesia), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, Hal. 16
83
Ahmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Cetakan Pertama, Citra
Aditya, Bandung, 2005, Hal. 152-154

Universitas Sumatera Utara

86

berkembang, Indonesia perlu memajukan sektor industri dengan meningkatkan
kemampuan daya saing.Salah satu adanya daya saing tersebut adalah dengan
memanfaatkan peranan Desain Industri yang merupakan bagian dari hak kekayaan
intelektual, keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya untuk ikut serta
dalam globalisasi perdagangan dengan memberikan pula perlindungan hukum
terhadap desain industri nasional.84
Hingga kini persengketaan dalam desain industri cenderung mengalami
peningkatan.Peningkatan ini tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai alasan,
diantaranya adalah meningkatnya kesadaran hukum para pihak serta signifikannya
kerugian yang diderita oleh salah satu pihak.Permasalahan tentang persengketaan
desain industri di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri.Tulisan ini dimaksudkan untuk menguraikan berbagai
alternatif penyelesaian sengketa desain industri.
Sengketa dalam pengertian luas termasuk perbedaan pendapat, perselisihan
ataupun konflik.Sengketa juga dapat dipahami sebagai perbedaan pendapat yang telah
mencapai eskalasi tertentu atau mengemuka, sengketa bisnis sangat jelas dapat
didefenisikan sebagai suatu bentuk perbedaan pendapat, perselisihan atau konglik
dalam lingkup aktivitas perdagangan atau bisnis.
Model penyelesaian sengketa bisnis dapat dibedakan menjadi 2 (dua)yakni:
Pertama, penyelesaian sengketa melalui proses Peradilan (Adjudikasi) dan Kedua,
Penyelesaian sengketa melalui proses Konsensual (Non Adjudikasi).

84

Abdul Kodir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi HKI, Cetakan Pertama, Citra Aditya,
Bandung, 2001. Hal. 265

Universitas Sumatera Utara

87

Proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan berupa litigasi (proses
pengadilan) dan arbitrase sedangkan proses penyelesaian sengketa melalui
konsensual dapat berupa alternative penyelesaian sengketa (APS). Di Indonesia
kedua model penyelesaian sengketa bisnis ini sangat dikenal, untuk penyelesaian
sengketa melalui pradilan dikenal ada empat system peradilan yang dikenal dengan
system peradilan umum dan peradilan agama.Untuk system peradilan umum lebih
banyak menyelesaikan senketa bisnis konvensional sementara peradilan agama
memiliki kewenangan menyelesaikan sengketa bisnis yang berbasis pada nilai-nilai
syariah.
Penyelesaian sengketa bisnis melalui peradilan didirikan dengan karakteristik
sebagai berikut : prosesnya sangat formal (terikat pada hukum acara), untuk sengketa
bisnis yang memiliki unsur sengketa perdata, yakni sengketa yang terjadi antara
orang dengan orang, maka proses beracaranya didasarkan pada ketentuan HIR/RBG.
Secara khusus, apabila berkenaan dengan proses di Peradilan Niaga mengacu kepada
produk perundang-undangan seperti undang-undang dalam bidang HaKI. Dari dasar
acuan hukum ini Nampak proses sangat formal, dimana aturan mainnya ditentukan
sedemikian rupa dengan pola-pola penyelesaian yang sudah diberikan.
Para pihak berhadap-hadapan untuk saling melawan, adu argumentasi,
mengajukan alat bukti. Sebagaimana diketahui bahwa konsep penyelesaian sengketa
bisnis melalui peradilan umumnya didasarkan pada konsep windan lose, maka
tegaslah bahwa penyelesaian sengketa tersebut telah memposisikan para pihak untuk
saling berhadapan.

Universitas Sumatera Utara

88

BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA DAN DESAIN
INDUSTRI APABILA TERJADI SENGKETA

A. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum
Menurut L.J Taylor dalam bukunya yang berjudul Copyright for Librarians
menyatakan bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresi dari sebuah ide, jadi
bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah
dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan bukan masih merupakan gagasan.85
Perlindungan Hak Cipta diberikan untuk karya seni, sastra, ilmu pengetahuan
dan hak-hak terkait sedangkan perlindungan Desain Industri diberikan untuk suatu
bentuk (tiga dimensi), konfigurasi (tiga dimensi), komposisi (dua dimensi yang terdiri
dari garis, warna, garis dan warna), gabungan tiga dimensi dan dua dimensi (bentuk
dan konfigurasi, konfigurasi dan kommposisi, bentuk dan komposisi, bentuk,
konfigurasi dan komposisi).
Perlindungan hak cipta bersifat otomatis saat ekspresi nyata terwujud dan
tanpa pendaftaran (deklaratif). Sebagai salah satu contoh yang dapat dilihat adalah
perusahaan Microsoft membuat sebuah perangkat lunak sebagaimana yang lebih
dikenal sekarang yakni Windows. Yang berhak membuat salinan dari Windows adalah
Microsoft itu sendiri. Kepemilikan hak ciptanya dapat diserahkan secara sepenuhnya
atau sebagian ke pihak lain. Misalnya, Microsoft menjual produknya ke publik
dengan mekanisme lisensi. Artinya Microsoft memberi hak kepada seseorang yang
85

Budi Agus Riswandi dan Shabhi Mahmashani, Op. Cit., Hal. 64.

88

Universitas Sumatera Utara

89

membeli Windows untuk memakai perangkat lunak tersebut. Orang tersebut tidak
diperkenankan untuk membuat salinan Windows untuk dijual kembali karena hak
tersebut tidak diberikan oleh Microsoft.86
Secara normatif UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta telah memberikan
perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta atau pencipta sebagai pemilik karya
cipta cukup memadai. Akan tetapi pada kenyataannya yang ada, pelanggaran akan
suatu karya cipta masih marak dan sulit untuk ditangani. Padahal, pelanggaranpelanggaran tersebut terjadi di depan mata dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk
pelanggaran yang terjadi yaitu mengumumkan, mengedarkan maupun menjual karya
cipta orang lain tanpa seizin pencipta maupun pemegang hak cipta. Salah satu bentuk
pelanggaran hak cipta yaitu pembajakan.Dampak pelanggaran hak cipta ini selain
merusak tatanan masyarakat pada umumnya, juga akan mengakibatkan lesunya
gairah untuk berkarya di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan.87 Sekalipun razia
telah dilakukan oleh aparat berwenang, namun tetap saja tidak bisa menghentikan
peredaran produk-produk bajakan, terutama CD, VCD dan DVD, baik film maupun
software.88
Hal ini tentu saja secara ekonomi memberi keuntungan bagi masyarakat luas.
Hanya saja keadaan ini tidak dibenarkan hukum, sebab ada pihak lain yang dirugikan
yakni pencipta dan penerbit. Pembajakan tetap merupakan tidakan yang kurang baik,
86
JJ Amstrong Sembiring, Sejarah dan Perkembangan HKI Indonesia, www. , diakses pada
tanggal 20 Mei 2013.
87
Budi Agus Riswandi dan Shabhi Mahmashani, Loc. Cit., Hal. 64.
88
http://media.vivanews.com/thumbs/62508_vcd_dan_dvd_bajakan_thumb_300_225.jpg,
diakses pada tanggal 30 Mei 2013, jam 15.26.

Universitas Sumatera Utara

90

tindakan tidak terpuji, bertentangan dengan prinsip moralitas, apalagi dilakukan
dengan unsur kesengajaan untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan jerih
payah orang lain.
Dalam peristiwa ini, pada dasarnya yang dirugikan adalah pencipta atau si
pemegang hak, sedangkan masyarakat konsumen merasa lebih beruntung karena
dapat membeli dengan harga yang murah.89
Suatu karya ciptaan akan mendapatkan perlindungan hukum hak cipta apabila
memenuhi tiga persyaratan yaitu memenuhi unsur keaslian, keaslian dalam sistem
hukum perundang-undangan (civil law system) yang dianut dan kreativitas
menyiratkan adanya hubungan sebab akibat antara pencipta dan ciptaannya.
Memperhatikan pada ketentuan Undang-undang Hak Cipta, ada dua bentuk
perlindungan yang diberikan, yakni: pertama, perlindungan preventif yang bersifat
pencegahan. Bentuk perlindungan ini berupa pendaftaran ciptaan dan lisensi serta
pengalihan hak. Kedua, perlindungan represif yang bersifat tindakan hukum. Bentuk
perlindungan ini berupa gugatan ke Pengadilan Niaga atau melalui penyelesaian
sengketa untuk sengketa perdata, sedangkan tuntutan ke Pengadilan Negeri dengan
melibatkan aparat penegakan hukum seperti polisi dan jaksa untuk sengketa
pidananya.90

89
Saat ini ditenggarai begitu banyak buku-buku bajakan yang dijual di bawah harga yang
ditetapkan penerbit.Selain itu VCD bajakan juga tersebar secara luas dan dijual bebas di pasar-pasar
tradisional.Pelakunya secara terang-terangan memasarkan hasil bajakan itu tanpa adanya tindakan dari
aparat penyidik.
90
Budi Agus Riswandi dan Shabhi Mahmashani, Op. Cit., Hal. 65..

Universitas Sumatera Utara

91

Sedangkan perlindungan desain industri diberikan berdasarkan pendaftaran
terhadap desain yang baru (konstitutif). Karya cipta merupakan sebuah karya
masterpiece dan tidak diproduksi secara massal. Sedangkan Desain Industri
diproduksi secara massal.
Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan perdagangan
bebas mengakibatkan makin terasa kebutuhan perlindungan terhadap hak milik
perindustrian yang sifatnya tidak lagi timbal balik tetapi sudah bersifat antar negara
secara global. Pada akhir abad kesembilan belas, perkembangan pengaturan masalah
hak milik perindustrian mulai melewati batas-batas negara. Tonggak sejarahnya
dimulai dengan dibentuknya Uni Paris untuk Perlindungan Internasional Milik
Perindustrian pada tahun 1883. Hak milik perindustrian meliputi tiga komponen,
yaitu paten, merek dan desain industri. Pengaturan dalam bentuk konvensinya, yaitu
The Paris Convention for The Protection of Industrial Property (Konvensi Paris).
Konvensi ini mencakup pengaturan tentang hak merek, hak paten dan hak desain
industri.91
Pengaturan desain industri mulai dikenal pada abad ke-18, pada masa revolusi
Inggris. Pada mulanya desain industri berkembang pada sektor tekstil dan kerajinan
tangan yang dibuat secara massal. Undang-Undang yang pertama dibuat untuk
mengatur desain industri adalah Designing and Printing of Linens, Cotton, Calicoes
and Muslins Act pada tahun 1787. Undang-Undang tersebut memberikan

91

Achmad Zen Umar Purba, Menyambut Millenium : TRIPs Dimensi Baru, Newsletter No.
39, X/Desember/1999, Hal. 3

Universitas Sumatera Utara

92

perlindungan hanya dua bulan dan dapat diperpanjang sampai tiga bulan. Pada saat
itu desain industri baru dalam bentuk dua dimensi, perkembangan selanjutnya
cakupan desain industri meliputi tiga dimensi. Desain industri dalam bentuknya yang
tiga dimensi mulai diatur dalam Sculpture Copyright Act 1798. Pengaturannya pun
masih sederhana hanya meliputi model manusia dan binatang. Ketentuan undangundang 1839 mengatur desain industri yang lebih luas, baik bentuk dua dimensi
maupun tiga dimensi yang hasilnya dipakai dalam proses industri. Selain itu perlu
diatur adanya pendaftaran, tetapi jangka waktu perlindungannya masih tetap singkat.
Barulah pada tahun 1842 pengaturan desain industri lebih komprehensif lagi.
Lamanya perlindungan atas hak desain industri tahap demi tahap lebih diperpanjanng.
Menurut Registered Design Act 1949 perlindungan diberikan 5 tahun dan dapat
diperpanja