Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustina (2008) tarkait Implementasi
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kecamatan Medan
Maimun menunjukkan bahwa Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP) hanya mengurangi jumlah keluarga miskin di Kecamatan Medan Maimun
sebesar 4,0368%, karena merupakan tahap awal dari program nasional dan akan
terus berlangsung sampai 2015.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian
kelompok pada program pengentasan kemiskinan di perkotaan (P2KP) di
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Propinsi
Sumatera Utara oleh Harahap (2010), menurut Harahap program pengentasan
kemiskinan di perkotaan (P2KP) di Kampung Baru tergolong berhasil, hal ini
dikarenakan dukungan dari Stake holder yang sangat tinggi.
Hasil penelitian Kristianto (2010) menunjukkan bahwa perlu adanya
implementasi dan sinergitas dalam program pengangulangan kemiskinan yang
dibuat oleh pemerintah pusat dengan pemerintah Kota Surakarta.Beberapa bentuk
sinergi dalam implementasi progam-program penanggulangan kemiskinan pada
pemerintah pusat dan pemerintah Kota Surakarta ; sinergi kelompok sasaran,

sinergi dalam perencanaan, sinergi program dan sinergi antar program yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP)
dengan Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Dana
8
Universitas Sumatera Utara

9

Pembangunan Kelurahan (DPK) serta sinergi dalam pelaksanaan masing-masing
program dalam bentuk sinergi pelaku dan sinergi sumberdaya yaitu Program
Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Program Terpadu Pemberdayaan
Masyarakat Berdasarkan Gender (P2MBG).
Lubis (2012) pada jurnal penelitian tentang Analisis Pengentasan
Kemiskinan di Kota Medan , menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap
jumlah penduduk miskin di kota Medan. Inflasi dan penganngguran berpengaruh
positif dan signifikan secara statistik terhadap jumlah penduduk miskin di Kota
Medan.
2.2 Peran dan Teori Tentang Sikap
2.2.1 Defenisi Peran

Perilaku individu dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan
erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan kewajiban yang harus
dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu
akan terlihat

status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam

kesehariannya (Ali,2006).
Menurut Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi
tertentu yang berdasarkan status dan fungsisosialnya. Pengertian peran menurut
Soekanto (2002), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Universitas Sumatera Utara

10

maka ia menjalankan suatu peranan.Sementara itu Menurut Robert Linton dalam

Soekanto (2002), peran adalah the dynamic aspect of status. Dengan kata lain,
seseorang menjalankan perannya sesuai dengan hyak dan kewajibannya.
2.2.2. Pengertian Sikap
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa.Hal
ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mungkin dihasilkan
dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.
Menurut Fishbein dalam Ali (2006) “Sikap adalah predisposisi emosional
yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek”.
Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012) “Sikap
adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya”.
Menurut Ahmadi (2007), sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat
positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini
memberikan gambaran bahwa sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi
yang relatif stagnan yang disertai dengan adanya perasaan tertentu dan memberi
dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu
yang dipilihnya.
Menurut Azwar (2012) struktur sikap dibedakan atas 3 komponen yang
saling menunjang, yaitu:


Universitas Sumatera Utara

11

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamarkan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversal.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku.
2.2.3. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Pratiwi (2013) adalah:
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
yang membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.

Universitas Sumatera Utara

12

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat tertentu
yang mempermudah sikap orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang.
2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
objek sikap antara lain:
1) Pengalaman pribadi untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

Universitas Sumatera Utara

13


keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem
kepercayaa tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.3. Teori Pemuda
2.3.1. Pengertian Pemuda
Menurut UU kepemudaan no 40 tahun 2009, pemuda adalah mereka yang

berusia 16 tahun hingga 30 tahun, sejarah membuktikan bahwa pemuda berperan
penting dalam kemerdekaan di mana saja, di negara mana saja kemerdekaan tidak
pernah luput dari peran serta pemuda. Karena pemudalah memiliki semangat dan
ambisius

yang

tinggi

dalam

mencapai

keinginannya,

memperjuangkan,

Universitas Sumatera Utara

14


mempertahankan perubahan kearah yang lebih baik. Pemuda memiliki banyak
potensi yang tertanam dalam dirinya, pemuda harus berani bermimpi dan bercitacita setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut Abdullah (1994), Pemuda selalu berada di garis
terdepan dalam perjuangan ummat dan mampu terlibat di semua sektor, yaitu:
1. Sektor Pembebasan dan Kemerdekaan
Pemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran menghadapi
tantangan. Dengannya ummat menghalau musuh dan mengangkat bendera
kejayaannya.
2. Sektor Pemikiran dan Pembentukannya
Pemuda adalah unsure kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan
menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang masih segar,
kelenturannya

cukup

untuk

terbentuknya


pemikiran

sekaligus

mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain.
3.

Sektor Iman dan Amal
Iman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya, sedangkan
keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar
dalam bentuk gerakan membina ummat.

4.

Sektor Perubahan
Pemuda adalah pelopor dan sarana perubahan. Allah Suhhanahu wata'ala
tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi
jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka
perubahan yang dilakukannya pun besar.


Universitas Sumatera Utara

15

Pemuda merupakan asset bangsa yang akan melanjutkan estafet
pembangunan bangsa dimasa yang akan datang. Pemuda memiliki dinamisasi dan
semangat yang tinggi dalam berbagai aspek di masyarakat, pemuda dapat lebih
diterima di lingkungannya jika membawa suasana-suasana kebaikan dan mengarah
pada perubahan, perubahan yang diharapan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat. Semangat yang tinggi dan ide-ide memberikan peran kepada pemuda
dalam setiap sektor kehidupan.
2.3.2. Peran Pemuda
Pembangunan kepemudaan menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2009
diwujudkan dalam 3 hal, yaitu; kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan.
Pertama, kepemimpinan. Tentang kepemimpinan disebutkan dalam BAB I
ketentuan umum pasal 7 yang berbunyi “Pengembangan kepemimpinan pemuda
adalah kegiatan mengembangkan potensi keteladanan, keberpengaruhan, serta
pergerakan pemuda.” Kedua, kewirausahaan. Kewirausahaan termaktub dalam
BAB I ketentuan umum pasal 8 bunyinya “Pengembangan kewirausahaan pemuda
adalah kegiatan mengembangkan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha”.
Ketiga tentang pengembangan kepeloporan, termaktub dalam BAB I
ketentuan umum pasal 9 berbunyi “Kepeloporan pemuda adalah kegiatan
mengembangkan potensi dalam merintis jalan, melakukan terobosan, menjawab
tantangan, dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.”
Kemudian ada beberapa peran yang harus diambil oleh pemuda dalam
sektor perekonomian antara lain sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

16

1) Mengambil peran besar dalam proses pembuatan kebijakan sektor
perekonomian
Pada fase inilah, para pemuda dapat mengeluarkan gagasan-gagasan
cemerlangnya guna kemajuan perekonomian Indonesia, diharapkan para pemuda
memiliki pengetahuan yang mendalam dan punya data-data empirik, tentunya akan
sangat bermanfaat bagi pembuatan kebijakan di sektor perekonomian.
2) Melakukan pengawasan terhadap program-program perekonomian.
Satu hal yang juga mendesak adalah bagaimana agar program yang telah
disusun dapat di terima sesuai dengan sasaran dan target yang telah
ditetapkan.Disinilah peran pemuda dapat diberikan untuk memperbaiki lemahnya
sistem pengawasan tersebut.
3) Melakukan pencerdasan, pendampingan, dan upaya pemberdayaan
perekonomian guna mengurangi kemiskinan.
Pemuda pada dasarnya adalah bagian dari masyarakat.Keberadaan pemuda
di tengah masyarakat setidaknya dapat memberikan peluang pemberdayaan bagi
masyarakat yang rata- rata berpendidikan rendah. Salah satu hal yang dapat
diberikan dalam konteks pencerdasan, pendampingan, dan pemberdayaan
perekonomian adalah dengan turut serta membangun kelembagaan.
4) Memberikan advokasi-advokasi perekonomian guna mengurangi angka
kemiskinan
Ketidakberdayaan

masyarakat

menghadapi

sistem

yang

tidak

menguntungkan perlu mendapat pendampingan dari para pemuda. Dengan adanya

Universitas Sumatera Utara

17

rentenir, pedagang dapat dijadikan wahana para pemuda untuk memberikan
kontribusinya (Ginandjar,2007).
Peranan pemuda dalam masyarakat dibedakan dalam dua hal, antara lain
sebagai berikut :
1. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungan, yaitu pemuda meneruskan tradisi dan
mendukung tradisi, dan pemuda yang menyesuaikan diri dengan golongan
yang berusaha mengubah tradisi.
2. Peranan pemuda yang menolak menyesuaikan lingkungan sekitarnya,
dibedakan menjadi :
a. Jenis pemuda bangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu
masalah sosial.
b. Jenis pemuda nakal, yaitu yang berniat tidak melakukan perubahan pada
budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha mendapat manfaat
dari masyarakat dengan tindakan menguntungkan diri sendiri.
c. Jenis pemuda radikal yaitu mereka yang memiliki keinginan besar
mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara – cara radikal,
revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh bagaimana selanjutnya.
2.4 Teori Kemiskinan
2.4.1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat
tersebut. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

18

terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin (Suparlan,1993).
Menurut

Friedman

(1992),

mendefinisikan

kemiskinan

sebagai

ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis
kekuasaan sosial ini menurut Friedman meliputi : 1). modal yang produktif atas
assets, misalnya, tanah perumahan, peralatan, kesehatan. 2). sumber keuangan,
seperti income dan kredit yang memadai. 3). organisasi sosial dan politik yang dapat
digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, seperti partai politik, atau
koperasi. 4). network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barangbarang, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, dan 5) informasi-informasi
yang berguna untuk kehidupan.
Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
mencapai standar hidup minimum (Suyanto ,1993). Sedangkan Mubyarto (1997)
mengemukakan bahwa kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia meliputi sandang,
pangan, papan, kebutuhan akan hidup sehat, dan kebutuhan akan pendidikan dasar
bagi anak-anak.
Kemiskinan adalah suatu ketidakberdayaan. Dijejali kemiskinan, orang
yang terkena musibah ini tidaklah akan berdaya. Jangankan untuk mengembangkan
diri (jasmani maupun rohani), untuk bertahan menegakkan hidup fisiknya pada
tarafnya yang subsisten saja terkadang si orang ini tidak cukup berkemampuan dan
kian dipermiskin hidup seseorang, akan kian rendah dan menurun pulalah tingkat
keberdayaannya itu.

Universitas Sumatera Utara

19

Menurut Arsyad (1992), kemiskinan adalah terjadinya kekurangan modal.
Masalah kekurangan modal ini bisa dijelaskan dengan menggunakan konsep
lingkaran tak berujung pangkal (vicious circle). Kekurangan modal ini disebabkan
oleh rendahnya investasi, sedang rendahnya investasi disebabkan oleh rendahnya
pendapatan, sedangkan rendahnya pendapatan karena tingkat produktivitas yang
rendah dari tenaga kerja, sumber daya alam dan modal. Rendahnya produktivitas
disebabkan oleh keterbelakangan penduduk, belum dimanfaatkannya sumber daya
alam secara optimal.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa kemiskinan
sebenarnya merupakan kekurangan kebutuhan yang meliputi sandang, pangan,
papan, dan pendidikan dasar. Sehingga konsep kemiskinan sendiri merupakan
akibat dari situasi ketidakberdayaan untuk merubah nasib hidupnya agar menjadi
lebih baik.
2.4.2. Penyebab Kemiskinan
Dalam melakukan identifikasi penyebab kemiskinan, Dawam Rahardjo
sependapat dengan Juni Tamrin mengenai penyebab kemiskinan. Penyebab
kemiskinan yang pertama adalah langkanya kesempatan kerja. Kemudian,
penyebab kemiskinan yang kedua adalah pemberian upah di bawah minimum, dan
disusul oleh rendahnya produktivitas, rendahnya asset yang dikuasai, dan terjadinya
diskriminasi jenis kelamin (Rahardjo, 2005).
Kemiskinan disebabkan oleh : Pertama, pihak yang menguasai sumber daya
ekonomi tak memiliki rasa solidaritas sosial untukmembantu penduduk miskin
keluar dari lilitan kemiskinan. Kedua, penduduk miskin kurang kompak
memperjuangkan tuntutannya baik kepada pemerintah maupun kepada pihak yang

Universitas Sumatera Utara

20

menguasai sumber daya ekonomi agar mereka diperlakukan sama seperti manusia
lainnya yang bermartabat. Ketiga, pemerintah daerah tidak memiliki komitmen
politik yang kuat untuk mendistribusikan sumber daya ekonomi (Sutaryo, 2005 ).
Badan Pusat Statistik dalam Peta Kemiskinan Indonesia (2003)
menyimpulkan penyebab kemiskinan terkait dengan tiga isu strategis yaitu: (1)
Terbatasnya kesempatan; (2) Rendahnya kapasitas sumberdaya manusia; (3)
Kurangnya perlindungan sosial. Ketiga isu strategis itu dapat diuraikan sebagi
berikut:
(1) Terbatasnya Kesempatan (Lack of Opportunity)
Bidang Ekonomi
a. Akses terhadap lapangan kerja
b. Akses terhadap faktor produksi : terdiri dari kemudahan masyarakat
dalam mengakses modal usaha, kemudahan masyarakat dalam mengakses
pasar, kepemilikan asset.
c. Kepemilikan aset
Bidang Sosial
a. Kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas pendidikan
b. Kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas kesehatan
(2) Rendahnya Kapasitas Sumberdaya Manusia
Bidang ekonomi
a. Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar
b. Aktivitas penduduk berdasarkan status usaha dan sektor usaha
Bidang sosial
a. Kondisi kesehatan

Universitas Sumatera Utara

21

b. Kondisi lingkungan
(3) Kurangnya perlindungan sosial
a. Kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan
b. Kelompok masyarakat usia pasca-produktif
c. Kelompok usia sekolah dari keluarga miskin
Menurut Dawam Rahardjo kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa
faktor yang berbeda, diantaranya adalah pertama, kesempatan kerja, kedua, upah
gaji dibawah standar minimum, ketiga, produktivitas kerja yang rendah, keempat,
ketiadaan asset, kelima, diskriminasi jender, keenam, tekanan harga, ketujuh,
penjualan tanah (Rahardjo, 2005).
Menurut Bappenas (2008) kemiskinan berkaitan erat dengan faktor- faktor
eksternal, seperti :
a. Rendahnya akses

terhadap sumberdaya dasar

(pendidikan,

kesehatan, air bersih), atau berada di daerah terpencil
b. Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat yang
antara lain disebabkan oleh sistem yang kurang mendukung
c.

Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good
governance)

d. Konflik sosial dan politik
e. Bencana alam, seperti longsor, gempa bumi, dan lain – lain
f. Kebijakan publik yang tidak peka dan tidak mendukung upaya
penanggulangan kemiskinan, serta aspek eksternal lainnya yang
dapat menjadi determinan dari proses kemiskinan.

Universitas Sumatera Utara

22

Selanjutnya Sumodiningrat (1998) membagi penyebab kemiskinan menjadi
tiga, yaitu kemiskinan natural (alamiah), kemiskinan struktural, dan kemiskinan
kultural. Kemiskinan natural terjadi masyarakat tidak memiliki sumber daya yang
memadai, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya
pembangunan lainnya, sehingga mereka tidak dapat ikut serta dalam pembangunan.
Atau, kalaupun ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapatkan
imbalan pendapatan yang rendah. Kemiskinan natural ada di setiap negara yang
sedang membangun. Pembangunan yang direncanakan melalui bermacam program
dan kebijakan.ditujukan untuk menghilangkan keadaan kemiskinan natural ini.
Namun pemilikan sumber daya yang tidak merata, kemampuan masyarakat yang
tidak seimbang, dan ketidaksamaan kesempatan, akan menyebabkan tingkat
keikutsertaannya menjadi tidak merata pula. Inilah yang menyebabkan perolehan
pendapatan tidak seimbang, dan kemudian menimbulkan struktur masyarakat yang
timpang. Perbedaan struktur masyarakat inilah yang masih menyebabkan
kemiskinan. Kemiskinan, baik yang absolut maupun relatif, dikenal dengan
kemiskinanstruktural. Kemiskinan struktural ini juga dikenal dengan kemiskinan
yang disebabkan hasil pembangunan yang belum seimbang. Sedangkan
kemiskinankultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau masyarakat yang
disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya, dimana mereka sudah
merasa kecukupan dan tidak kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah
untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mudah untuk melakukan
perubahan, menolak untuk mengikuti perkembangan, dan tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupannya. Akibatnya, tingkat pendapatan mereka rendah
menurut ukuran yang dipakai umum. Dengan ukuran absolut, misalnya tingkat

Universitas Sumatera Utara

23

pendapatan minimum, mereka dapat dikatakan miskin. Tapi mereka tidak merasa
miskin dan tidak mau disebut miskin. Dengan keadaan seperti ini, bermacam tolok
ukur dan kebijakan pembangunan sulit menjangkau mereka.
2.4.3. Ukuran dan Indikator Kemiskinan
Secara konvensional, kemiskinan diukur dengan tingkat pendapatan dan
belanja yang hanya mampu menunjang standar hidup minimum yang menentukan
sebagai ukuran kemiskinan absolute. Memperhatikan kemiskinan dengan sifat
multidimensinya, maka kemiskinan tidak hanya diukur melalui kurangnya
pendapatan dan konsumsi, melainkan juga diukur dengan sejumlah indikator yang
memperluas gambaran kemiskinan.
Arsyad (1992) mengemukakan bahwa ada dua macam ukuran kemiskinan
yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dari
pendapatan seseorang dibandingkan dengan tingkat kebutuhan minimum. Bila
pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan
miskin. Kemiskinan relatif diukur dari pendapatan seseorang dibandingkan dengan
keadaan masyarakat disekitarnya. Jadi, bisa jadi seseorang yang sudah memiliki
pendapatan diatas tingkat kebutuhan minimum kategorikan miskin karena lebih
rendah dibandingkan lingkungan dimana dia tinggal.
Tolak ukur yang umum dipakai adalah yang tingkat pendapatan per waktu
kerja (untuk Amerika di gunakan ukuran setahun sebagai waktu kerja, sedangkan
di Indonesia digunakan waktu kerja sebulan). Namun secara umum Bank Dunia
menggolongkan semua orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari $ 370
seorang per tahun adalah miskin (Taher, 2003).

Universitas Sumatera Utara

24

Pada hampir semua negara-negara di dunia, kelompok penduduk miskin
memiliki ciri-ciri serupa yaitu :
Ciri pertama ialah bahwa bagian terbesar dari kelompok yang miskin ini
terdapat di daerah pedesaan, dan mereka ini umumnya buruh tani yang tidak
memiliki tanah sendiri. Kalaupun ada yang memiliki tanah luasnya tidaklah cukup
untuk membiayai ongkos hidup yang layak.
Ciri kedua ialah bahwa mereka itu penganggur atau setengah penganggur.
Kalaupun ada pekerjaan maka sifatnya tidaklah teratur atau pekerjaan itu tidaklah
memberi pendapatan yang memadai bagi tingkat hidup yang wajar. Mereka ini
terdapat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Ciri ketiga ialah bahwa mereka berusaha sendiri, biasanya dengan menyewa
peralatan orang lain. Sifat usaha mereka kecil dan terbatas karena ketiadaan modal.
Mereka banyak terdapat terutama diperkotaan maupun di pedesaan (Salim, 1982).
Menurut Arsyad (1992) indikator kemiskinan ada bermacam-macam yakini
: tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan.
(i)Tingkat pendapatan
Menurut BPS (1989) di daerah perkotaan pendapatan yang dibutuhkan untk
melepaskan diri dari kategori miskin adalah Rp. 4.522,00 per kapita pada
tahun 1976, sedang pada tahun 1993 adalah Rp. 27.905,00 Di daerah
pedesaan pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan yakni sekitar Rp.
2.849,00 pada tahun 1976 dan Rp. 18.244 pada tahun 1993. Tapi yang
umumnya digunakan adalah Upah Minimum suatu daerah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

25

(ii)Indikator kesejahteraan rakyat
Tingkat kesejahteraan diukur dengan (9) sembilan komponen yaitu
kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja,
perumahan, jaminan sosial, sandang, rekreasi dan kebebasan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa indikator untuk
mengukur kemiskinan sebenarnya dapat diketahui dari tingkat pendapatan atau
penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
dan pendidikan dasar.
2.4.4. Penanggulangan Kemiskinan
Penanggulangan kemiskinan di berbagai negara berkembang sekarang ini
secara umum telah mengakui adanya paradigma baru. Bukti empiris di negara
berkembang telah menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin
jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi tidak dengan sendirinya mengalir ke seluruh
lapisan rakyat jika semua orang tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam
memiliki akses ke sumber daya kunci.
Tingkat hidup golongan masyarakat miskin tidak dapat dinaikan hanya
dengan menaikkan daya belinya melalui program kesejahteraan sosial yang
biasanya berumur pendek. Peningkatan tingkat hidup golongan miskin hanya bisa
dilaksanakan dengan peningkatan produktivitasnya. Hal ini menuntut adanya
kelembagaan baru yang dapat menjangkau kelompok-kelompok masyarakat ini,
karena struktur kekuasaan yang ada sering kali berpijak pada hubungan sekutu yang
berbeda-beda antara elit politik dan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

26

Penanggulangan kemiskinan di era otonomi daerah mengandung pelajaran
tentang peluang penanggulangan kemiskinan, baik dari bentuk lama yang disusun
di pemerintahan pusat, maupun pola baru hasil susunan pemerintah daerah,
mungkin juga disertai dukungan pemerintah pusat atau swasta di daerah
(Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2004). Otonomi daerah
memungkinkan peningkatan penanggulangan kemiskinan karena menghadapi jarak
spasial maupun temporal yang lebih dekat dengan penduduk miskin itu sendiri.
Selain itu peluang tanggung jawab atas kegiatan tersebut berada di tangan
pemerintah di aras kabupaten dan kota, serta pemerintah desa.
Pengalaman

penanggulangan

kemiskinan

pada

masa

lalu

telah

memperlihatkan berbagai kelemahan, antara lain berupa : (1) masih berorientasi
kepada pertumbuhan makro tanpa memperhatikan aspek pemerataan, (2) kebijakan
yang bersifat sentralistik, (3) lebih bersifat karikatif daripada transformatif, (4)
memposisikan

masyarakat

sebagai

obyek

daripada

subyek,(5)

orientasi

penanggulangan kemiskinan yang cenderung karikatif dan sesaat dari pada
produktivitas yang berkelanjutan, serta (6) cara pandang dan solusi yang bersifat
generik

terhadap

permasalahan

kemiskinan

yang

ada

tanpa

memperhatikankemajemukan yang ada. Karena begitu beragam sifat tantangan
yang ada,maka penanganan persoalan kemiskinan harus menyentuh dasar sumber
dan akar persoalan yang sesungguhnya, baik langsung maupun tak langsung
(Bappenas, 2008).
Bank Dunia berkesimpulan bahwa strategi yang paling efektif untuk
mengurangi kemiskinan terdiri atas dua bagian yang saling menunjang dan sama
pentingnya, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

27

1) Penciptaan peluang kerja bagi kaum miskin untuk mendapatkan sumber

pendapatan

melalui

pola

pembangunan

yang

menggalakkan

dan

meningkatkan

penggunaan tenaga kerja secara efisien.
2) Meningkatkan

kesejahteraan

kaum

miskin

kemampuan mereka untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut
dengan cara meningkatkan pelayanan-pelayanan umum (pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain) bagi kaum miskin (Suyanto, 1995).
Menurut Nugroho (1995), kemiskinan merupakan hasil dari konstruksi
sosial, sehingga pembangunan yang dilakukan justru menimbulkan dominasi baru.
Untuk itu, ia mengajukan upaya pengentasan kemiskinan sebagai berikut :
1.Standarisasi kemiskinan dan pendataan tentang kemiskinan
2.Pemberdayaan dan meningkatkan partisipasi kelompok miskin dalam
pembangunan
3.Meniadakan eksploitasi
4.Melakukan social construction untuk meningkatkan etos kerja
5.Pembangunan sosial budaya
6.Redistribusi pendapatan yang merata
Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan menurut Sumodiningrat (1998)
digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu (1) kebijaksanaan yang secara tidak langsung
mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang
mendukung kegiatan sosial ekonomi penduduk miskin, (2) kebijaksanaan yang
secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran,
dan (3) kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin dan daerah
terpencil melalui upaya yang sangat khusus.

Universitas Sumatera Utara

28

Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang
menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan
kelembagaan

serta

penyempurnaan

peraturan

perundang-undangan

yang

menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Kebijaksanaan langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap
prasarana dan sarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan,
sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan kebijaksanaan khusus
diutamakan pada penyiapan penduduk miskin di lokasi yang terpencil untuk dapat
melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya pada masyarakat
setempat. Konsep tersebut di atas dapat dipahami bahwa kemiskinan penduduk
selalu berkaitan dengan pendapatan penduduk yang digunakan untuk membiayai
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Dari perumusan masalah di atas dapat disusun kerangka pemikiran
permasalahan sebagai berikut :
Kota Medan Bagian Utara (Kecamatan
Medan Deli, Medan Labuhan, Medan
Marelan dan Medan Belawan)

Kemiskinan

Peran Pemuda

Penanggulangan
Kemiskinan

Kepemimpinan
Kewirausahaan
Kepeloporan

Kesejahteraan

Gambar 2.1: Skema analisis peran pemuda terhadap penanggulangan kemiskinan

2.6 Hipotesis Penelitian
Peran pemuda berpengaruh positif terhadap penanggulangan kemiskinan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan Kota Medan

0 13 195

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan Kota Medan

0 1 12

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan Kota Medan

0 0 2

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Di Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan Kota Medan

0 0 10

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

0 0 16

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

0 0 2

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

0 0 7

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan) Chapter III V

0 1 47

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

0 0 3

Analisis Peran Pemuda Terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Medan Bagian Utara (Studi Kasus: Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan Belawan)

0 0 20