Gangguan Fungsi Ginjal Janin dan Neonatus Pada Pertumbuhan Janin Terhambat

33

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1.1.1. Definisi dan epidemiologi
Pertumbuhan

janin

terhambat

(PJT)

tidak

diragukan


lagi

merupakan sesuatu yang paling menantang dalam riset-riset obstetrik
karena

akan

meningkatkan

angka

kesakitan

dan

kematian

perinatal(Carera, 2003; Cuningham, 2006; Resnik dan Creasy, 2014).
Hipotesis Barker menekankan adanya hubungan yang erat antara

PJT yang disebabkan oleh nutrisi yang kurang optimal dan insufisiensi
plasenta dengan terjadinya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, resistensi insulin dan penyakit vaskuler perifer pada masa
dewasa( Barker, 1995;Fowden, Giussani danForhead, 2006 ).
PJT didefinisikan sebagai kegagalan pertumbuhan janin untuk
mencapai potensi pertumbuhan yang normal pada janin tertentu yang
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan(Janotet al., 2014;
Lausman, Kingdom, 2013;Gagnon, et al., 2013). WHO menetapkan
bahwa bayi terlahir cukup bulan dengan berat badan < 2500 gram adalah
PJT (WHO, 1969).
Bila berdasarkan berat badan janin adakerancuan istilah antara
kecil masa kehamilan (KMK) dengan PJT karena ternyata 70% bayi
dengan berat badan < persentil 10 merupakan bayi bayi kecil tapi sehat.
Yang terpenting dalam menilai pertumbuhan janin adalah pertambahan
berat badan dari waktu ke waktu yang terus naik sesuai dengan grafik

Universitas Sumatera Utara

34


pertumbuhan normal. Kalau terjadi penurunan persentil pertumbuhan
disebutlah dengan PJT (Unterscheider et al., 2013; Haram,Softeland dan
Bukowski, 2013; Suhag dan Berghella, 2013).
Angka prevalensi PJT sangat tergantung populasi yang diteliti,
geographi dan standar kurva pertumbuhan yang dipergunakan. Lebih
kurang sepertiga sampai seperempat dari bayi-bayi yang dilahirkan
dengan berat badan < 2500 gr adalah PJT.Diperkirakan angka PJT di
negara maju adalah 6 – 8%dariseluruh kelahirandan 4 – 30% di negara
berkembang(Resnik dan Creasy, 2014; Lin,1998; Brodsky, 2004; Dashe,
2000). Di Indonesia, berdasarkan data dari Riskesdas 2013,berat bayi
lahir rendah (BBLR) 10,2% turun dibandingkan tahun 2010 yakni 11,1%,
dengan angka terendah 7,2% ditemui di Sumatera Utara dan tertinggi
16,9% di Sulawesi Tengah(Riskesdas, 2013).
PJT didefinisikan juga sebagai bayi dengan ukuran biologi berat
lahir di bawah persentil 10 usia gestasinya (Cuningham et al.,2006; Sohn
et al., 2004; Figueroa dan Gardosi, 2012).Batasan-batasan bayi yang
gagal mencapai berat lahir sesuai dengan usia gestasiantara lain persentil
2.5, 3, 5, 10, 15, dan 25 atau 1,0, 1.5, atau 2 standar deviasi (SD)
dibawah rata-rata berat populasi. Namun yang umum dipakai adalah
ukuran di bawah persentil 10 (RCOG, 2002;


Doubilet et al.,1995;

Thureenet al., 2001; Haram, Softelan dan Bukowski, 2013; Lausman dan
Kingdom, 2013; Bamfo dan Odibo, 2011).

Universitas Sumatera Utara

35

WHOmenetapkan semua bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gr adalah PJT (WHO, 1969). Battaglia(1970) dan
Yesushalm (1970) membagi bayi berat lahir < 2500 gr sebagai berikut:
1. Preterm adalah bayi yang lahir < 37 minggu dengan berat badan
lahir sesuai dengan usia gestasinya.
2. Preterm dan PJT adalah bayi yang lahir < 37 minggu dengan berat
badan lahir lebih kecil dari usia gestasinya.
3. PJT aterm adalah bayi yang lahir > 37 minggu dengan berat badan
lahir lebih kecil dari usia gestasi. Namun tidak semuanya
merupakan PJT, sebagian adalah sesuai dengan rata - rata berat

populasinya (konstitusional).

1.1.2. Efek PJT terhadap ginjal
Pada penelitian dengan binatang percobaan dengan PJT, didapati
pengurangan jumlah glomerulus 20% disertai pembesaran glomerulus
sebagai

kompensasinya,

yang

dalam

jangka

panjang

akan

mengakibatkan terjadinya proteinuria(Schreuder, Nyengaard dan Fodor,

2005). Pada otopsiginjal yang dilakukan pada bayi lahir mati dan bayi mati
dalam 1 tahun yang berat badannya normal dibandingkan dengan PJT
didapati terjadi pengurangan jumlah nefron pada bayi PJT (Hinchlippe,
Lynch dan Sargent, 1992).
Tidak dijumpai perbedaan ukuran ginjal kanan dan kiri antara janin
laki-laki dan perempuan pada pemeriksaan USG 3D kehamilan sehat 2040 minggu (Yoshizakiet al., 2012). Namun volume ginjal janin bertambah
besar dengan semakin tuanya kehamilan. Pada janin PJT didapatkan

Universitas Sumatera Utara

36

volume ginjal lebih kecil dibandingkan janin normal yaitu berada di bawah
persentil 10 normogram normal ginjal (Chen-Siang et al., 2000 ; Adam, et
al., 2015).
Konje et al. (1996)melakukan pemeriksaan ultrasonografi ginjal
janin pada potongan longitudinal dan tidak menemukan perbedaan ukuran
antara janin PJT dengan janin normal. Namun ternyata pertambahan
diameter antero-posterior, transversal dan circumferencenya lebih rendah
pada janin PJT, terutama bila terjadi sejak usia 26 minggu. Perbedaan ini

paling jelas antara usia 26 – 34 minggu dan menetap sampai lahir.
Sehingga diduga

periode kritis nefrogenesis adalah 26 – 34 minggu.

Nefron pada janin manusia terbentuk sempurna sampai usia 36 minggu
dan tidak ada pertumbuhan selanjutnya sampai lahir.Hal ini berbeda
dengan tikus yang akan berlanjut sampai 2 minggu setelah lahir.
Urin pertama kali memasuki cairan amnion pada usia

8 – 11

minggu dan sejak pertengahan usia kehamilan merupakan sumber utama
cairan amnion.Produksi urin/24 jam meningkat dari 110 ml/kg pada usia
25 minggu menjadi 190 ml/kg pada usia 39 minggu dan pengeluaran urin
ke cairan amnion terjadi tiap 20 – 25 menit (Resnik danCreasy, 2014).
Keadaan hipoksemia,yang ditandai dengan meningkatnya RI (indek
resistensi), SD rasio (rasio sistolik diastolik) dan PI (indek pulsatil) dari
arteri umbilikalis serta asidemia pada janin PJT, akan menyebabkan
redistribusi darah ke organ paling vital, seperti: otak, jantung dan kelenjar

adrenal. Sedangkan ke organ-organ lain akan berkurang, termasuk ke
arteri renalis. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pengeluaran urin janin

Universitas Sumatera Utara

37

dan

bila

berlangsung

oligohidramnion.Hipoksemia

juga

lama
merangsang


akan

menimbulkan

pengeluaran

hormon

arginine vasopressin yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi cairan
oleh nefron. Hal ini menyebabkan makin berkurangnya produksi urin janin
(Phamet al., 2003; Resnik dan Creasy, 2014; Baschat, 2012).
Cystatin c adalah suatu protein yang terdiri dari 120 asam amino
dengan berat molekul rendah yakni 13,3 kD yang diproduksi oleh semua
sel yang mempunyai nukleus. Cystatin c difiltrasi secara bebas di
glomerulus dan tidak diresorbsi oleh tubulus sehingga dapat digunakan
sebagai indikator yang baik untuk menilai laju filtrasi glomerulus (LFG).
Kadar cystatin c dalam darah relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin, berat badan, adanya proses peradangan, asupan protein
dan usia, kecuali pada usia < 1 tahun. Kadar cystasin c tertinggi dijumpai
pada usia 1 hari diikuti penurunan yang cepat sampai 4 bulan kelahiran

dan pada usia 1tahun kadarnya menjadi konstan (Inker,Schmid dan
Tighiouart, 2012).
Pada penelitian uji komparasi antara kadar
cystasin c

kreatinin dan kadar

serum untuk menilai fungsi ginjal didapatkan bahwa kadar

cystasin c lebih baik untuk menilai kerusakan ginjal terutama pada
gangguan fungsi ginjal yang ringan(Inker,Schmid dan Tighiouart, 2012).

1.2.Rumusan Masalah
Pada PJT akan terjadi adaptasi berupa redistribusi arus darah ke
organ penting yang mengakibatkan arus darah arteri renalis akan

Universitas Sumatera Utara

38


berkurang.

Adaptasi

pada

saat

nefrogenesis

akan

menyebabkan

pengurangan jumlah nefron karena apoptosis. Akibatnya ukuran ginjal
menjadi lebih kecil, yang akhirnya akan mengganggu fungsi ginjal bayi.
Bila hal ini berlangsung lama akan menimbulkan oligohidramnion.
PJT yang selama ini diteliti adalah berdasarkan berat badan lahir <
2500 gr, sedangkan pertumbuhan nefron janin berlangsung sampai 36
minggu, sehinggabila janin mengalami PJT sampai usia kehamilan 36
minggu, meskipun setelah itu terjadi pertumbuhan yang baik sampai lahir,
maka jumlah nefron akan tetap kurang. Karena itu peneliti meneliti ukuran
ginjal dan fungsi ginjal janin PJT sampai usia kehamilan 36 minggu

1. Apakah terjadi pengurangan sekresi urin intrauterine pada janin
PJT?
2. Apakah volume ginjal pada PJT lebih kecil dibanding janin kontrol?
3. Apakah volume ginjal janin laki-laki dan perempuan PJT berbeda
dengan janin kontrol?
4. Apakah arus darah (RI, SD, PI) arteri umbilikal janin PJT lebih
lambat dari janin kontrol?
5. Apakah jumlah air ketuban janin PJT lebih sedikit dari janin kontrol?
6. Apakah terjadi proteinuria pada bayiPJT setelah lahir?
7. Apakah terjadi peningkatan kadar kreatinin pada bayi PJT?
8. Apakahada peningkatan kadar cystatin c pada bayi PJT setelah
lahir?

Universitas Sumatera Utara

39

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Mengukur besar volume ginjal dan fungsinya pada
janin intrauterine dan fungsi ginjal segera setelah lahir

Tujuan Khusus:
1. Mengetauhi sekresi urin janin PJT dan kontrolintrauterine.
2. Mengetahui volume ginjal janin PJT dan kontrolintrauterine.
3. Mengetahui volume ginjal janin laki-laki dan perempuan PJT dan
kontrolintrauterine.
4. Mengetahui arus darah (RI,SD,PI) arteri umbilikalis janin PJT dan
kontrolintrauterine.
5. Mengetahui jumlah air ketuban janin PJT dan kontrolintrauterine.
6. Mengetahui sekresi protein urin bayi PJT dan kontrol setelah lahir.
7. Mengetahui kadar kreatinin bayi PJT dan kontrol setelah lahir.
8. Mengetahuikadar cystasinc darah bayi PJT dan kontrol setelah
lahir.

1.4. Hipotesis
1. Produksi urin janin PJT intrauterine sampai usia kehamilan 36
minggu lebih sedikit dibandingkan janin kontrol.
2. Ukuran volume ginjal janin PJT sampai 36 minggu kehamilan lebih
kecil dibanding janin kontrol.

Universitas Sumatera Utara

40

3. Ukuran volume ginjal janin PJT laki-laki dan perempuan berbeda
dengan janin kontrol
4. Arus darah ( RI, SD, PI) arteri umbilikalis lebih tinggi pada janin PJT
dibanding janin kontrol.
5. Jumlah air ketuban janin PJT lebih sedikit dibanding janin kontrol.
6. Kadar kreatinin urin bayi kelompok PJT lebih tinggi dibanding bayi
kontrol.
7. Kadar proteinuria bayi kelompok PJT lebih tinggi dibandingkan bayi
kontrol.
8. Terdapat perbedaan kadar cystatin-C plasma bayi kelompok PJT
dan bayi kontrol.

1.5.Manfaat Penelitian.
1.5.1.Manfaat teoritis
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan data dan informasi tentang
keadaan fungsi ginjal pada janin PJT
2. Mendapatkan data bahwa PJT merupakan

salah satu penyebab

gangguan ginjal.
3. Sebagai data dasar untuk penelitian dan pengembangan teori tentang
PJT

Universitas Sumatera Utara

41

1.5.2. Manfaat praktis ( terapan)
1. Menunjukkan bahwa cara pemeriksaan serial lebih tepat untuk
menilai potensi pertumbuhan janin daripada hanya pemeriksaan
persentil janin.
2. Menunjukkan kepraktisan cara pengukuran volume ginjal dengan
tehnik VOCAL.
3. Menunjukkan alternatif pengukuran indeks cairan amnion (ICA)
dengan pemeriksaan serial volume kandung kencing janin.
4. Menunjukkan pentingnya pemeriksaan Doppler arteri umbilikalis
sebagai parameter gangguan potensi tumbuh janin pada PJT.

1.6. Orisinalitas
Pemeriksaan volume dan pengukuran fungsi ginjal pada janin PJT
belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu penelitian ini
diharapkan dapat menyumbangsebuah hak atas kekayaan intelektual
berupa penemuan adanya gangguan fungsi ginjal pada bayi meskipun
terlahir dengan berat lebih dari 2500 gr.
Pengukuran volume ginjal pada usia kehamilan 36 minggu sesuai
dengan batas akhir waktu nefrogenesis yang merupakan representasi
jumlah nefron belum pernah dilakukan. Karena itu diharapkan penelitian
ini dapat menambah pemahaman tentang keadaan ginjal janin.

Universitas Sumatera Utara

42

1.7. Hak Atas Kekayaan Intelektual
1. Gangguan potensi tumbuh janin yang terjadi sampai usia kehamilan 36
minggu akan menyebabkan ukuran volume ginjal lebih kecil dan dapat
mempengaruhi fungsi ginjal
2. Meskipun terjadi perbaikan tumbuh kembang setelah usia kehamilan 36
minggu dan terlahir dengan berat badan > 2500 gram namun gangguan
fungsi ginjal tetap terjadi.

Universitas Sumatera Utara