Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Peningkatan Produksi Padi Sawah
Tanaman padi memiliki sifat khas secara genetik seperti potensi hasil tinggi,
berkualitas gabah yang baik, respon terhadap pemupukan dan daya adaptasi
terhadap lingkungan tumbuhnya. Hasil pertanaman padi merupakan interaksi dari
hasil tanah, tanaman maupun lingkungan. Strategi untuk mendapatkan potensi
optimum dari suatu varietas padi perlu diketahui sifat asli varietas tanamannya
baik keunggulan maupun kekurangannya. Seperti halnya varietas ciherang yang
cukup luas penyebaran tanamannya sangat peka terhadap penyakit kresek (BLB)
bila ditanam didaerah yang susah mengatasi kelebihan air dipetakannya. Oleh
karena itu perlu penyempurnaan teknologi budidaya yang spesifik agar terpenuhi
kebutuhan tumbuh tanaman padi sehingga tercapai hasil gabah yang tinggi dan
diperlukannya upaya-upaya peningkatan produksi padi sawah seperti:
2.1.2 Penggunaan Varietas Padi Berkualitas
Peningkatan produktivitas padi memerlukan berbagai varietas tanaman padi yang
memberikan hasil maksimal, selama pertumbuhannya harus menerima pengaruh

rangsangan secara terus menerus dari lingkungan sekitarnya.Varietas tersebut
memiliki keragaman sifat internal, seperti umur, bentuk tajuk, bentuk akar, dan
kepekaan atau ketahanan terhadap kekurangan atau kelebihan air, hara, radiasi
surya, suhu, hama, dan penyakit tertentu. Selain pentingnya pemilihan varietas,
produktivitas padi juga sangat ditentukan oleh lingkungan tumbuhnya.
Lingkungan tumbuh dapat dipilah menjadi lingkungan abiotik dan biotik.

10
Universitas Sumatera Utara

11

Lingkungan abiotik meliputi (1) radiasi surya serta suhu udara yang berkaitan erat
dengan tinggi tempat (dataran rendah, sedang, dan tinggi), curah hujan, dan
musim tanam (2) kecukupan air dan (3) kondisi tanah. Adapun lingkungan biotik
adalah jenis dan intensitas serangan hama dan penyakit (Subejo,dkk, 2016).
2.1.3 Program penyuluhan dengan Demonstrasi Plot (Demplot)
Cara budi daya juga perlu disesuaikan karena kondisi lingkungan dan varietas
yang digunakan juga berbeda antar lokasi. Sebagian besar permasalahan dalam
peningkatan hasil disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak tepat.

Keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah perlu
disebarluaskan kepada para petani melalui penyuluhan. Salah satu metode
penyuluhan pertanian adalah penyebarluasan inovasi baru melalui Demonstrasi
Plot (demplot). Implementasi demplot diharapkan dapat merubah pengetahuan,
sikap, dan perilaku petani serta keluarganya.
Dengan adanya adopsi terhadap inovasi teknologi padi melalui demplot, perilaku
petani dan keluarganya dalam melakukan usahatani yang pada awalnya bersifat
tradisional dan belum menerapkan teknologi pertanian yang baik dan benar
diharapkan akan berubah. Petani diharapkan akan memberikan perubahan yang
nyata dalam hal perbaikan produksi, memperbaiki mutu gabah padi sawah, dan
menerapkan inovasi atau teknologi baru budidaya padi sawah secara berkelanjutan
(Subejo, dkk, 2016).
2.1.4 Perbaikan Infrastruktur
Perbaikan infrastruktur dapat dilakukan dengan memperbaiki jalan usahatani dan
memperbaiki jaringan irigasi dan drainase. Jalan usahatani (farm road) merupakan

Universitas Sumatera Utara

12


salah satu faktor pendukung peningkatan pertanian. Jalan tersebut diperlukan
untuk pengangkutan (transportasi) sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk,
pestisida, serta mesin dan peralatan pertanian. Hasil produksi pertanian juga
seringkali harus segera diangkut untuk proses lebih lanjut agar kerusakan ataupun
kehilangan hasil dapat ditekan. Jalan usahatani juga digunakan untuk
melaksanakan operasi dan pemeliharaan fasilitas irigasi dan drainase. Oleh karena
itu, setiap petakan sawah harus mempunyai akses langsung dengan jalan
usahatani.
Jalan usahatani dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: (1) Jalan utama (main farm
road), yaitu jalan yang menghubungkan antara permukiman atau pusat fasilitas
pertanian dengan lahan pertanian, blok lahan dengan blok lahan lainnya ataupun
jalan raya dengan blok lahan, (2) Jalan cabang (horizontal maupun vertikal,
branch farm road), yaitu yang menghubungkan antara petak lahan dengan jalan
utama, (3) Jalan kecil (small farm road), yaitu jaln kecil dibatas petakan untuk
kepentingan khusus, seperti untuk pemberantasan hama penyakit, pemupukan dan
sebagainya.
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, dan penggunaannya. Jaringan irigasi dapat berupa saluran
terbuka ataupun saluran tertutup (pipa). Sedangkan jaringan drainase merupakan

saluran dan bangunan untuk pembuangan kelebihan air irigasi, kelebihan air hujan
dan mengeringkan sawah. Jaringan drainase umumnya berupa saluran terbuka.
Jaringan irigasi terdiri dari 2 tingkat yaitu: (1) jaringan irigasi utama, meliputi
waduk atau bendungan, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier

Universitas Sumatera Utara

13

sampai 50 m dari pintu sadap tersier atau boks bagi tersier, (2) jaringan irigasi
usahatani, yaitu jaringan setelah 50 m dari pintu sadap tersier. Jaringan drainase
juga terdiri dari jaringan drainase pada tingkat usahatani (saluran pembuang
kuarter dan tersier) serta jaringan pembuang utama (Sapei, 2004).
2.1.5 Kelembagaan yang Terkait dengan Pertanian
Lembaga Penjamin dan Penanggung Resiko, dalam usaha tani, peran usaha besar
dan menengah sangat diharapkan dapat membantu permodalan yang dibutuhkan
usaha kecil dan mengembangkan usahanya. Salah satu solusinya adalah dengan
memanfaatkan lembaga asuransi sebagai lembaga proteksi apabila terjadi resiko
dalam menjalankan praktek kemitraan usaha agribisnis.
Asuransi merupakan salah satu aspek yang penting dalam agribisnis, karena

bidang pertanian merupakan satu bidang yang berkaitan dengan masalah resiko.
Peristiwa alam, seperti bencana alam, dapat menimbulkan kerugian yang banyak
kepada hasil pertanian. Oleh karena itu untuk mengalihkan resiko dari bahayabahaya tersebut supaya terhindar dari kerugian yang cukup besar,seharusnya
petani mengasuransikan hasil pertanian yang belum dipanennya kepada
perusahaan asuransi.
Usaha asuransi merupakan suatu lembaga pengalihan dan pembagian resiko yang
banyak manfaatnya dalam kehidupan petani, di antaranya dapat menggalang suatu
tujuan yang lebih besar sehingga melahirkan rasa optimisme dalam meningkatkan
usaha, yang berakibat menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan (Sapei, 2004).

Universitas Sumatera Utara

14

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sikap Petani
Sikap adalah determinan perilaku, karena manusia berkaitan dengan persepsi
kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental,
yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan
timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objekobjek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Perubahan sikap

bergantung dari upaya mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan
tersebut. Manusia memiliki sikap yang terdiri dari berbagai macam komponen
afektif dan kognitif. Afektif yang merupakan komponen yang emosional atau
perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan
keyakinan seseorang (Winardi, 2004).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positifnegatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristalkan
sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2011).
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak
atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi
obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi. Sikap dapat dibedakan sebagai berikut: sikap positif, sikap

Universitas Sumatera Utara

15


positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui,
menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu
berada. Dan sikap negatif, sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang
berlaku dimana individu itu berada. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
menilai pernyataan seseorang (Achmadi, 1999).
Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu:
1. Menerima

(receiving),

diartikan

bahwa

orang

(Subjek)


ingin

dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (Obyek).
2. Merespon (responding), dengan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap.
3. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible), terhadap segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2011).

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada
suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat
positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam tehnik
perskalaan Likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon
dan untuk penyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap.


Universitas Sumatera Utara

16

Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut
akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Kontrol
perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai
seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
Dalam upaya menuju terciptanya manusia yang utuh harus memulai dengan
melakukan bahasa dari sikap manusia itu sendiri karena sikap merupakan titik
awal penentu dari gerakan jalan pikiran dan kegiatan manusia dalam kehidupan
(Azwar, 2011).
2.2.2 Fungsi Produksi
Model hubungan anatara masukan dan keluaran diformulasikan dengan fungsi
produksi yang berbentuk q = f (K, L, M....), dimana q mewakili keluaran untuk
suatu barang tertentu dalam satu periode, K mewakili penggunaan modal selama
periode tersebut, L mewakili jam masukan tenaga kerja. M mewakili bahan
mentah yang dipergunakan, dan notasi ini menunjukan kemungkinan variabel
variabel lain mempengaruhi proses produksi.
Menurut Nicholson, (1991) juga mengatakan produk fisik marginal dari sebuah

masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan
satu unit tambahan dari masukan tersebut sambil mempertahankan semua
masukan lain tetap konstan. Fungsi produksi merupakan hubungan kuantitatif
antara masukan dan produksi. Masukan seperti pupuk, tanah, tenaga kerja, modal,
dan iklim yang mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Tidak
semua masukan yang dipakai dianalisis, hal ini tergantung penting tidaknya
pengaruh masukan itu terhadap produksi. Jika bentuk fungsi produksi diketahui,
maka informasi harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk

Universitas Sumatera Utara

17

menentukan kombinasi masukan yang baik. Namun biasanya petani sulit
melakukan kombinasi ini.
menurut Soekartawi, (1990) karena:
1.

Adanya ketidaktentuan mengenai cuaca, hama, dan penyakit tanaman.


2.

Data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin
tidak benar.

3.

Pendugaan fungsi produksi tidak hanya diartikan sebagai gambaran rata-rata
suatu pengamatan.

4.

Data harga dan biaya yang dikorbankan mungkin tidak dilakukan secara pasti.

5.

Setiap petani dan usaha taninya mempunyai sifat yang khusus.

Dari fungsi produksi dapat dilihat hubungan teknis antara faktor produksi dengan
produksinya, serta suatu gambaran dari semua metode produksi yang efisisen.
Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3,....Xn)
Dimana:
Y = Jumlah produksi
Xn = Faktor-faktor produksi
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian dan merupakan suatu perbandingan antara penelitian yang
sudah dilakukan dan akan dilakukan, penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat
pada tabel 5 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel 5. Penelitian Terdahulu
N
Nama
Judul
o Peneliti
Penelitian
1 Egi Sapa Dampak Alih
Prayuda Fungsi Lahan
(2013)
Sawah Dan
Strategi
Mitigasinya
Terhadap
Program
Swasembada
Beras Di
Kabupaten
Asahan
(Studi Kasus
: Kecamatan
Setia Janji,
Kabupaten
Asahan)

Perumusan
Masalah
Bagaimana
perkembangan
luas lahan dan
produksi padi
sawah di daerah
penelitian
selama 8 tahun
terakhir ?
Bagaimana
perkembangan
alih fungsi lahan
sawah di daerah
penelitian
selama 8 tahun
terakhir ?
Bagaimana
dampak alih
fungsi lahan dan
strategi
mitigasinya
terhadap
swasembada
beras di daerah
penelitian ?
Apa saja faktorfaktor yang
mempengaruhi
alih fungsi lahan
di daerah
penelitian?

Variabel
Pengamatan
Fluktuasi
harga gabah
Kapasitas
pasokan air
Permintaan
beras Asahan
Permintaan
beras
Sumatera
Utara
Peranan
pemerintah

Metode
Analisis
Metode
Analisis
SWOT
dan
Deskriptif

Kesimpulan
Luas lahan dan produksi padi
sawah di Kecamatan Setia janji
mengalami penurunan karena
adanya alih fungsi lahan padi
sawah pada 8 tahun terakhir.
Perkembangan alih fungsi
lahan padi sawah di Kecamatan
Setia janji mengalami
penurunan pada 8 tahun
terakhir.
Dampak internal yang
dihasilkan oleh alih fungsi
lahan padi sawah di Kecamatan
Setia Janji, Kabupaten Asahan
yaitu tingkat keamanan, alih
komoditi ke perkebunan,
kondisi fisik/tingkat kesuburan
tanah, sistem warisan, dan
harga tanah. Dampak eksternal
yaitu fluktuasi harga gabah,
kapasitas pasokan air,
permintaan/kebutuhan beras
Asahan, permintaan/
kebutuhan beras Sumatera
Utara, dan peranan pemerintah
dalam pemberian bantuan
(bibit, pupuk, obat-obatan, dll).
Nilai koefisien determinasi
(R2) yang diperoleh adalah
sebesar 0,839. Hal ini
menunujukkan bahwa 83,9%
variasi variabel X1, X2, X3,
X4, dan X5 dapat menjelaskan
perkembangan alih fungsi
lahan padi sawah di daerah
penelitian. Kemudian sisanya
16,1% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan
Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

19

N
Nama
o Peneliti
2 Deasy
Ch
Sagala
(2012)

Judul
Penelitian
Analisis
Pencapaian
Swasembada
Pangan Beras
Dan UpayaUpaya Yang
Dilakukan
Di
Kabupaten
Samosir

Perumusan
Masalah
Bagaimana
perkembangan
luas tanam padi
di Kabupaten
Samosir untuk
tahun 20062010 ?
Bagaimana
perkembangan
luas panen padi
Kabupaten
Samosir untuk
tahun 20062010 ?
Bagaimana
perkembangan
teknologi
budidaya
tanaman padi di
Kabupaten
Samosir untuk
tahun 20062010 ?
Bagaimana
perkembangn
produktivitas
tanaman padi di
Kabupaten
Samosir untuk
tahun 20062010 ?
Bagaimana
perkembangan
harga beras di
Kabupaten
Samosir untuk
tahun 20062010 ?
Bagaimana
perkembangan
konsumsiberas
per kapita di
Kabupaten
Samosir?

Variabel
Pengamatan
Luas Tanam
Luas Panen
Produkti fitas
Harga Beras

Metode
Analisis
Metode
Deskriptif
dan
keseimban
gan Pasar

Kesimpulan
Pertumbuhan luas tanam padi
di Kabupaten Samosir untuk
lima tahun terakhir ini
mengalami peningkatan, yaitu
rata-rata sebesar 0,83%.
Pertumbuhan luas panen padi
di Kabupaten Samosir untuk
lima tahun terakhir ini
mengalami peningkatan, yaitu
rata-rata sebesar 0,20%.
Teknologi budidaya tanaman
padi di Kabupaten Samosir
untuk lima tahun terakhir
semakin berkembang.
Pertumbuhan produktivitas
tanaman padi di Kabupaten
Samosir untuk lima tahun
terakhir mengalami
peningkatan, yaitu rata-rata
meningkat sebesar 0,2 %.
Pertumbuhan harga beras
untuk lima tahun terakhir
mengalami peningkatan, yaitu:
rata-rata meningkat sebesar
16,97 %.
Pertumbuhan konsumsi beras
per kapita di Kabupaten
Samosir untuk lima tahun
terakhir mengalami penurunan
sebesar 3,24 %

Universitas Sumatera Utara

20

N
Nama
o Peneliti
3 Rethna
Hessie
(2009)

Judul
Penelitian
Analisis
Produksi Dan
Konsumsi
Beras Dalam
Negeri Serta
Implikasinya
Terhadap
Swasembada
Beras Di
Indonesia

Perumusan
Masalah
Bagaimana
perkembangan
produksi dan
konsumsi
beras di
Indonesia?
Apa saja faktorfaktor
yang mempenga
ruhi
produksi dan
konsumsi
beras di
Indonesia?
Berdasarkan
faktor-faktor
yang mempenga
ruhi
produksi dan
konsumsi
beras di
Indonesia,
berapa jumlah
produksi dan
konsumsi
beras dalam
lima tahun
mendatang, serta
implikasinya
terhadap
swasembada
beras di
Indonesia?

Variabel
Pengamatan
Luas Areal
Produkti vitas
Padi
Produksi
Beras
Konsumsi
Beras.
Harga Beras

Metode
Analisis
Rank
Condi tion
Uji t
Uji
Autokorel
asi dan
Heteroske
das tisitas

Kesimpulan
Perkembangan produksi dan
konsumsi beras di Indonesia
cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Selama kurun
waktu 37 tahun (1970-2006),
pertumbuhan produksi beras di
Indonesia 2,8% per tahun.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi (yang
direpresentasikan dari luas
areal panen dan produktivitas)
padi adalah rasio harga riil
gabah di tingkat petani dengan
upah riil buruh tani, jumlah
penggunaan pupuk urea, luas
areal intensifikasi dan trend
waktu. Sementara itu, faktor
yang mempengaruhi konsumsi
beras adalah harga beras dan
populasi.
Hasil proyeksi luas areal
panen, produktivitas, dan
produksi padi cukup optimis.
Luas areal panen cenderung
meningkat dalam 5 tahun
kedepan (2009-2013) dengan
laju peningkatan sebesar 0,01
% per tahundan produktivitas
memiliki laju peningkatan
yang lebih tinggi sebesar 3,05
% pertahun, sehingga
pertumbuhan produksi
padi/beras meningkat 3,06%
pertahun. Dalam periode yang
sama, konsumsi beras dalam
negeri untuk 5tahun ke depan
diperkirakan meningkat 1,95%
per tahun.

Universitas Sumatera Utara

21

2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka disusun suatu
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara yang mencanangkan Program Swasembada Pangan terkhusus kepada
swasembada beras, dalam hal ini swasembada beras berarti dapat memenuhi
sendiri kebutuhan dalam mengkonsumsi beras yang menuju kepada peningkatan
produksi beras itu sendiri.
Tercapainya Program Swasembada Beras ditopang oleh terlaksananya programprogram yang dilakukan untuk menunjang peningkatan produksi padi sawah di
Kabupaten Simalungun. Program-program ini menyangkut hal seperti penyuluhan
pertanian, penyediaan sarana produksi padi, perbaikan infrastruktur dan
pengembangan kelembagaan usaha pelayanan petani.
Program yang dilakukan penyuluhan pemerintah antar lain dengan mengadakan
kegiatan demplot atau demonstrasi plot, kursus tani yang melatih kemampuan
petani, kunjungan penyuluhan pertanian dan adanya rembuk desa untuk
mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani.
Selain dari penyuluhan pertanian pemerintah juga melaksanakan peningkatan
produksi padi dengan pemberian Sarana Produksi padi seperti pemberian
bibit/benih, pupuk, pestisida, dan alsintan yang dapat memudahkan petani dalam
mengelolah padi sawahnya, dalam pemberian saprodi selain alsintan maka
pemberiannya ditentukan varietas atau jenisnya yang sesuai dengan keuntungan
dari jenisnya untuk menghasilkan produksi padi yang baik.

Universitas Sumatera Utara

22

Program Perbaikan infrastruktur juga merupakan usaha pemerintah dalam
meningkatkan produksi padi dengan melaksanakan kegiatan rehabilitasi saluran
irigasi yang baik dan perbaikan jalan dapat membantu petani dalam mengelola
tanamannya dan menjalankan pemasarannya sehingga dapat meminimkan biaya
pengeluaran dan waktu yang dipakai petani.
Kegiatan dalam program menyangkut pengembangan kelembagaan usaha
pelayanan petani seperti Asuransi Usaha Tani Padi merupakan program baru yang
dicanangkan oleh pemerintah kabupaten yang bertujuan untuk membantu petani
apabila mengalami gagal panen atau resiko buruk lainnya maka akan dialihkan ke
pihak lain seperti perusahaan swasta sehingga petani terhindar dari kerugian.
Dari semua kegiatan dapat menyatakan sikap yang positif atau negatif dari petani
dan apabila kegiatannya berjalan sesuai harapan maka akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan pendapatan serta keuntungan yang besar sehingga
tercapainya surplus beras. Berdasarkan pembahasan diatas maka secara skematis
dapat digambarkan pada gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

23

Universitas Sumatera Utara

24

2.5 Hipotesis Penelitian
1.

Sikap petani terhadap program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah
Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan produksi padi sawah dalam
rangka Swasembada Beras adalah positif.

2.

Ada hubungan nyata dan positif, antarasikap petani atas Program
Swasembada Beras dengan produktivitas dan pendapatan usahatani padi
sawah.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Kabupaten Simalungun", studi kasus Desa Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

3 61 116

Sistem Pemasaran Beras Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara)

0 34 124

Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 77 69

Tinjauan Program Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah Di Wkpp Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

11 126 106

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

1 1 18

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

0 0 9

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun) Chapter III VI

0 0 65

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Sikap Petani Terhadap Program Peningkatan Produksi Padi Sawah Dalam Rangka Swasembada Beras (Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun)

0 0 85