Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN

LEGALISASI ASET TANAH MELALUI

PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)

(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

SAHREZA NASUTION 050304062

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN

LEGALISASI ASET TANAH MELALUI

PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)

(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

SAHREZA NASUTION 050304062

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN

LEGALISASI ASET TANAH MELALUI

PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)

(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

SAHREZA NASUTION 050304062

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir.Luhut Sihombing, MP Ir.Thomson Sebayang, MT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(4)

Judul Skripsi : Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang) Nama : Sahreza Nasution

Nim : 050304062 Departemen : Agribisnis

Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir.Luhut Sihombing, MP Ir.Thomson Sebayang, MT NIP. NIP.


(5)

RINGKASAN

SAHREZA NASUTION (050304062), dengan judul “SIKAP DAN PRILAKU PETANI TERHADAP KEGIATAN LEGALISASI ASET TANAH MELALUI PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)” (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.

Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian, untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN,dan untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.Seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima


(6)

RIWAYAT HIDUP

Sahreza Nasution dilahirkan di Medan, 30 Mei 1987 sebagai anak keempat dari Bapak dr. H. Saad Sahlul Nasution Sp.OG dan ibu Hj. Sri Bahagia lubis. Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah :

1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1993 – 1999 di SD Diponegoro ,Kisaran, Asahan.

2. Sekolah Lanjut Tigkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di SLTP Diponegoro ,Kisaran, Asahan.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 1 Medan.

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara, Medan melalui jalur SPMB.

5. Pada bulan Juni – Juli 2009, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Lae Itam, kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi. 6. Pada bulan Februari - Mei 2010 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa kota Lama, Kecamatan Hamparan Deli Serdang.

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) sebagai pj.ketua umum periode 2008 – 2009, dan anggota Persatuan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM SEP) pada tahun 2005 sampai dengan sekarang.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis diberikan kesempatan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Thomson Sebayang , MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu DR. Ir Salmiah Msi selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh instansi dan para responden yang terkait dalam penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

Segala hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda dr. H. Saad Sahlul Nasution Sp.OG dan ibuda Hj. Sri Bahagia lubis serta Kakak tersayang Decy Sahriani Nasution, SE, dr. Yuliza Sahrina Nasution, dr. Scheni Regina Lubis serta abangku dr.Januar Sahnanda dan dr. Ali Imran Harahap, dr. Syukri Asdar Putra Hasibuan untuk doa dan semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan buat Mayang Damayanti, SP untuk dukungan dan semangatnya dan teman-teman SEP 05 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan skripsi ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, Agustus 2011


(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 9

Landasan Teori ... 20

Kerangka Pemikiran... 25

Hipotesa Penelitian ... 26

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27

Metode Pengambilan Sampel ... 28

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 29

Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

Defenisi ... 32

Batasan Operasional... 33

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

Luas Wilayah dan Batas Desa Lama ... 34

Keadaan Penduduk ... 35

Sarana dan Prasarana ... 37

Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Teknis Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di daerah Penelitian ... 40


(9)

Hubungan antara Karakteristik sosial Ekonomi petani dengan sikap petani terhadap program PPAN di Daerah Penelitian ... 46 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 53 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal.

1. Data sertifikat yang diterbitkan di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan tahun 2010...

5

2. Jumlah Peserta PPAN menurut Desa di Kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang 2010...

27

3.

Jumlah Penduduk di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2010...

35

4.

Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Desa Lama Tahun 2010

36

5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak...

37

6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian... 38

7 . Sikap Petani Terhadap Program PPAN……… 45

8. Hubungan antara Umur dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN ...

47

9. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Umur dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN.

48 Hubungan antara Luas Lahan dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN


(11)

10. 48 11. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Luas Lahan

dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN……….. 49 12. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap

Program PPAN……… 50

13. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN…………

51

14. Hubungan antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN……….

52 15 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Pendapatan dengan Sikap

Petani Terhadap Program PPAN………

51 31


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal.

1. Lingkup Hubungan Agraria... 14

2. Skema Kerangka Pemikiran... 17


(13)

RINGKASAN

SAHREZA NASUTION (050304062), dengan judul “SIKAP DAN PRILAKU PETANI TERHADAP KEGIATAN LEGALISASI ASET TANAH MELALUI PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)” (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,

Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.

Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian, untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN,dan untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.

Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.Seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa membutuhkan dan melibatkan soal tanah. Bahkan pada sebagian masyarakat, tanah dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena di sana terdapat simbol status sosial yang dimilikinya (Hutagalung, 2009).

Problematika pertanahan terus mencuat dalam dinamika kehidupan bangsa kita. Berbagai daerah di nusantara tentunya memiliki karakteristik permasalahan pertanahan yang berbeda di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Keadaan ini semakin nyata sebagai konsekuensi dari dasar pemahaman dan pandangan orang Indonesia terhadap tanah. Kebanyakan orang Indonesia memandang tanah sebagai sarana tempat tinggal dan memberikan penghidupan sehingga mempunyai fungsi yang sangat penting (Sumarjono, 2009).

Pembaruan agraria adalah suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendi kepada keadilan agraria. Keadilan agraria itu sendiri adalah suatu keadaan dimana tidak ada konsentrasi berlebihan dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber-sumber agraria pada segelintir orang ( Sitorus, 2002 ).


(15)

Reforma Agraria merupakan agenda bangsa yang diharapakan dapat memberikan titik terang bagi terwujudnya keadilan sosial dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dengan berbagai program pelengkapnya, Reforma Agraria diharapakan dapat membantu masyarakat miskin (sebagian besar petani)

beranjak dari keterpurukan ekonomi menuju kehidupan yang layak dan mandiri. (Satiawan, 1999).

Upaya pelaksanaan pembaruan agraria dimulai dari dilaksanakannya program landreform, yaitu suatu upaya yang mencakup pemecahan dan penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan perubahan skala pemilikan. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan petani dengan berbagai program-program pendidikan, upaya penyediaan kredit, pemilikan teknologi pertanian, sistem perdagangan yang adil, dan mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi massa petani dan koperasi petani, serta infrastruktur lainnya (Anonimous,2005).

Konsep Reforma Agraria tidak lepas dari apa yang disebut dengan konsep

Landreform. landreform merupakan bagian dari agrarianreform dan

agrarianreform itu sendiri tidak tidak bisa dijalankan tanpa adanya landreform. Dalam konteks reforma agraria, peningkatan produksi tidak akan mampu dicapai secara optimal apabila tidak didahului oleh landreform. Sementara, keadilan juga tidak mungkin dapat dicapai tanpa landreform. Jadi, landreform tetaplah menjadi langkah dasar yang menjadi basis pembangunan pertanian dan pedesaan.


(16)

Pada Negara- Negara maju di dunia,ada kecendrungan menurunnya jumlah petani dan bertambahnya luas daerah- daerah pertanian, sehingga lahan garapannya semakin luas. Beda dengan Indonesia, walaupun jumlah persentase jumlah petani menurun, tetapi secara absolute meningkat, sementara itu luas lahan pertanian justru berkurang (Husodo,2004).

Sejak tahun 2006 petani dan rakyat miskin di Indonesia dijanjikan suatu program landreform melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) oleh presiden SBY. Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengeluarkan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang PPAN. Dari draft tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum PPAN hanya berbicara masalah pembagian tanah saja, dan bukan pelaksanaan pembaruan agraria secara hakiki. RPP tersebut juga menunjukkan tidak jelasnya proses penyediaan tanah yang disebutkan akan berasal dari tanah bekas HGU, bekas kawasan pertambangan dan kawasan hutan.

Peta lokasi objek tanah yang akan dibagikan dan waktu pelaksanaan PPAN tidak dijelaskan. Tujuan dari landreform yang sesungguhnya untuk menumbuhkan keadilan struktur penguasaan dan kepemilikan tanah masih jauh dari harapan. Padahal konstitusi kita mengamanatkan bahwa penerima redistribusi tanah dalam landreform adalah petani miskin, penggarap, buruh tani dan subyek lainnya sesuai Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria atau lebih dikenal dengan UUPA 1960. Bukan untuk kepetingan investor seperti yang diinginkan Bank Dunia (Anonimus, 2008).

Tanah adalah benda tidak bergerak karena sifatnya. Tanah tidak dapat dipindah- pindahkan, yang dapat dipindahkan atau berpindah ialah hak- hak atas


(17)

sebidang tanah. Pemindahan atau peralihan hak atas tanah ini harus dibuktikan dengan akta otentik (Sumardjono, 2009).

Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai (Sihombing, 2009).

Lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:

1) Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.

2) Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya (Utomo, 1992).

Penggunaan tanah dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:

1) Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain, pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.

2) Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.


(18)

3) Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.

(Sihaloho, 2004).

Untuk menindaklanjuti realisasi program pembaharuan agraria di provinsi Sumatera Utara khususnya di daerah penelitian kabupaten Deli Serdang, maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten menerbitkan sertifikat secara otentik sesuai dengan penggunaannya pada tiap- tiap kecamatan, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Banyaknya sertifikat yang diterbitkan di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan tahun 2010

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang

Obyek Reforam Agraria atau tanah merupakan komponen dasar dalam Reforma Agraria. Berkenaan dengan penetapan obyek Reforma Agraria, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai obyek Reforma Agraria adalah tanah-tanah Negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagi obyek Reforma Agraria.

Sesuai dengan tahapan perencanaan luas tanah yang dibutuhkan untuk menunjang Reforma Agraria, maka luas kebutuhan tanah obyek Reforma Agraria No Kecamatan

Hak Milik Hak Guna bangunan Hak Guna Usaha 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Patumbak Sibolangit Namo Rambe Percut Sei Tuan Lubuk Pakam Tanjung Morawa Sunggal Deli Tua Hamparan Perak Pantai Labu 246 4 131 1.315 104 961 679 312 2.764 68 2 - - 12 3 7 9 - - - - - - - 5 - - - 1 -


(19)

dalam kurun waktu 2007-2014 adalah seluas 9,25 juta Ha. Pada dasarnya subyek Reforma Agraria adalah penduduk miskin di perdesaan baik petani, nelayan maupun non-petani/nelayan (BPN RI, 2007).

Program Reforma Agraria yang dicanangkan pemerintah merupakan suatu program yang terdiri dari kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas subyek Reforma Agraria (petani miskin). Pengembangan kapasitas petani miskin merupakan suatu proses penguatan petani agar mereka dapat mengenali masalah-masalah yang dihadapinya dan secara mandiri dapat menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri. Kemandirian adalah suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai suatu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerja sama yang saling menguntungkan ( Ismawan, 2005).

Dari beberapa penjelasan tersebut, pengembangan kapasitas dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat mengatasi keterbatasan yang membatasi kesempatan hidup mereka, sehinga memperoleh hak yang sama tehadap sumberdaya dan menjadi perencana pembangunan bagi diri mereka. Melalui pengembangan kapasitas, masyarakat akan lebih berdaya dan mandiri dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

Minat seseorang / masyarakat untuk menyertipikatkan tanah bisa didasarkan pada informasi tertentu yang didapatkannya yang dapat mendorongnya untuk melakukan sertipikasi tanah. Informasi tersebut bisa mengenai manfaat sertipikat tanah, tujuan dari sertipikasi tanah, tentang biaya, dan jangka waktu pendaftaran sampai dikeluarkannya sertipikat tanah. Sehingga dengan penelitian


(20)

ini akan dilihat, apakah ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang manfaat sertipikat tanah, tujuan sertipikasi tanah, persepsinya tentang biaya, dan tentang jangka waktu pendaftaran sampai dikeluarkannya sertipikat tanah, atau apakah ada faktor kebutuhan yang lebih menentukan pilihan seseorang untuk melakukan sertipikasi tanah (Husodo,2004).


(21)

1.2 Identifikasi Masalah

1) Bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian?

2) Bagaiman sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN?

3) Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian.

2) Untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN.

3) Untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penilitian ini adalah:

1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan program PPAN di daerah penelitian.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.

3)

Sebagai bahan informasi bagi pihak akademik yang ingin mengadakan penelitian mengenai analisis program PPAN.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA,

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang membebaninya (Sumarjono, 2009).

Pendaftaran berasal dari kata Cadaster (Bahasa Belanda kadaster) yaitu istilah untuk record (rekaman), menunjukkan tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain – lain atas hak terhadap suatu bidang tanah. Selain itu, pendaftaran berasal dari bahasa latin “Capilastrum” yang berarti suatu register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. Dalam artian yang tegas Cadaster adalah rekord (rekaman daripada lahan – lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya) (Purba, 2006)

UUPA memberi pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (2) yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi :

1.) Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah.

2.) Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.

3.) Pembuktian surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktiaan yang kuat.


(23)

Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah akan menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di dalam peta pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas, dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut akan diperoleh keterangan-keterangan tentang status tanahnya, beban-beban apa yang ada diatasnya, dan subyek dari haknya. Kegiatan terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian surat bukti atas tanah yang lazim disebut dengan sertifikat.

Sedangkan pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 PP No. 24 Tahun 1997 adalah : “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus – menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun termasuk pemberian surat bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak – hak tertentu yang membebani (Santoso, 2008)

Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu yang ada di wilayah – wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.


(24)

Pendaftaran tanah mengandung unsur – unsur sebagai berikut : 1.) Dilakukan secara terus – menerus

Terus – menerus dimaksudkan apabila sekali tanah itu didaftarkan maka setiap terjadi perubahan atas tanah maupun subyeknya harus diikuti dengan pendaftaran tanah. Boedi Harsono berpendapat bahwa kata “ terus – menerus ” menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang sudah terkumpul dan tersedia selalu harus disesuaikan dengan perubahan – perubahan yang kemudian, hingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir. 2.) Pengumpulan Data Tanah

Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi 2 macam, yaitu :

a. Data fisik, yaitu data mengenai letak tanahnya, batas – batas tanahnya dan luasnya berapa serta, bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.

b. Data yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa pemegang hak tersebut, serta peralihan dan pembebanannya jika ada.

3.) Tujuan tertentu

Pendaftaran tanah diadakan untuk menjamin kepastian hukum (legal cadastre) dan kepastian hak atas sebagaiman tercantum dalam ketentuan Pasal 19 UUPA. Hal tersebut berbeda dengan pendaftaran tanah sebelum UUPA, yang bertujuan untuk dasar penarikan pajak (fiskal cadastre).

4.) Penerbitan alat bukti hak / sertifikat

Sertifikat adalah surat tanda bukti hak, diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah di daftar dalam buku tanah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 sertifikat terdiri atas salinan buku tanah yang memuat data


(25)

yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu dalam suatu sampul dokumen. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya.

Konsep agraria tidak hanya mencakup tanah atau pertanian saja, tetapi memiliki cakupan yang lebih luas dari itu. Konsep agraria juga merujuk pada berbagai hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria serta hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria (Sitorus,2002).

Pengembangan dan penyederhanaan proses-proses pelayanan pertanahan terus dijalankan, dengan membangun terobosan-terobosan baru menjadi keniscayaan ketika menghadapi kenyataan bahwa masih ada 69% dari ± 85 juta bidang tanah yang belum teregalisasi. Jika menggunakan skema yang sudah dijalankan selama ini, maka perlu 110 tahun untuk dapat mensertifikatkan semua tanah diseluruh Indonesia.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. BPN berperan aktif didalam mensukseskan program PPAN (Program Pembaharuan Agraria Nasional) dan di dalam pembuatan sertifikat tanah untuk petani sehingga dapat meningkatkan hak tanah juga daya saing petani pedesaan.

Paradigma pembangunan yang mengejar pertumbuhan telah membawa kondisi pertanian dan pedesaan Indonesia menjadi terpuruk. Padahal, pedesaan dan pertanian merupakan dua wilayah vital dalam pembangunan. Dimulai dari


(26)

bergulirnya revolusi hijau yang justru telah menggadaikan kemandirian dan kedaulatan para petani. Saat ini arah pembangunan masih diarahkan semata-mata pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspor. Ujung-ujungnya, kondisi sosial ekonomi menjadi keropos dan negara tidak mampu memenuhi hak sebagian besar rakyatnya untuk hidup layak dan bermartabat (Sumardjono, 2009).

Secara kategoris, subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas (sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector). Ketiga subyek agraria tersebut memiliki ikatan dengan sumber-sumber agraria melalui institusi penguasaan/pemilikan (tenure institution). Dalam hubungan-hubungan itu akan menimbulkan kepentingan-kepentingan social ekonomi masing-masing subjek berkenaan dengan penguasaan/pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria tersebut. Bentuk dari hubungan ini adalah hubungan sosial atau hubungan sosial agraria yang berpangkal pada akses (penguasaan, pemilikan, penggunaan) terhadap sumber agraria.

Komunitas

Sumber Agraria

Pemerintah Swasta


(27)

Keterangan :

: hubungan teknis agraria : hubungan sosio agraria

Gbr 1. Lingkup Hubungan - Hubungan Agraria ( Sitorus, 2002 )

Makna Reforma Agraria adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima komponen mendasar di dalamnya, yaitu:

1) Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur sosial ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),

2) Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan (welfare), 3) Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya

secara optimal (efficiency),

4) Keberlanjutan (sustainability), dan 5) Penyelesaian sengketa tanah (harmony).

Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, dirumuskan tujuan Reforma Agraria sebagai berikut:

1) Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil,

2) Mengurangi kemiskinan, 3) Menciptakan lapangan kerja,


(28)

4) Memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah,

5) Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan,

6) Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan 7) Meningkatkan ketahanan pangan.

Badan Petanahan Nasional RI (2007)

Inti dari reforma agraria adalah upaya politik sistematis untuk melakukan perubahan struktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian penguasaan tanah bagi rakyat yang memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang menyertainya, dan yang diikuti pula oleh perbaikan sistem produksi melalui penyediaan fasilitas teknis dan kredit pertanian, perbaikan metode bertani, hingga infrastruktur sosial lainnya.

Adapun tujuan dari Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) adalah:

1) Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara para pemilik tanah. Ini dilakukan melalui usaha yang intensif yaitu dengan redistribusi tanah, untuk mengurangi perbedaan pendapatan antara petani besar dan kecil yang dapat merupakan usaha untuk memperbaiki persamaan diantara petani secara menyeluruh.

2) Untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan lahan. Dengan ketersediaan lahan yang dimilikinya sendiri maka petani akan berupaya meningkatkan produktivitasnya terhadap lahan yang diperuntukkan untuk pertanian tersebut, kemudian secara langasung akan


(29)

mengurangi jumlah petani penggarap yang hanya mengandalkan sistem bagi hasil yang cenderung merugikan para petani.

Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai ekonomis. Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahun terus mengalami penurunan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal tersebut mengakibatkan permintaan akan lahanpun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi lahan pertanian ke non-pertanian seperti perumahan, industri, dan lain sebagainya untuk memenjuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah dan pihak swasta yang cenderung membawa dampak negatif terhadap lingkungan.

Pembaruan agraria merupakan prasyarat utama bagi rakyat pedesaan yang selalu dalam posisi termarginalkan untuk melepaskan diri dari eksploitasi kekuatan ekonomi besar dan penindasan kekuasaan politik rezim yang dominan. Pembaruan agraria bertugas untuk menciptakan proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, sehingga tercipta dasar pertanian yang sehat, terjaminnya kepastian pemilikan tanah bagi rakyat sebagai sumber daya kehidupan, terciptanya sistem kesejahteraan sosial dan jaminan sosial bagi rakyat pedesaan, serta penggunaan sumberdaya alam sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian pembaruan agraria yang dicita-citakan harus menganut falsafah kedaulatan rakyat (Santoso,2008).


(30)

Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) mengingatkan pemerintah agar tidak sekadar merealisasikan PPAN tapi juga memberi dukungan modal dan pemberdayaan petani sehingga dapat produktif. Ketika PPAN digulirkan, maka pemerintah segera mem-back up dengan kebijakan penyediaan sarana pendukung pertanian seperti penyediaan pasar, akses permodalan, dan penguatan kelembagaan petani lewat koperasi.

Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah pemerintah dan bertanggung jawab kepada presiden dan dipimpin oleh kepala (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006). Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral (Anonimus,2009). Menurut Badan Petanahan Nasional RI (2007) makna Reformasi agraria melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima komponen mendasar di dalamnya, yaitu:

1) Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur sosial-ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),

2) Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan (welfare), 3) Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya

secara optimal (efficiency),

4) Keberlanjutan (sustainability), dan 5) Penyelesaian sengketa tanah (harmony).


(31)

Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, maka tujuan Reforma Agraria diantaranya adalah untuk menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, mengurangi sengketa dan konflik pertanahan, memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan meningkatkan ketahanan pangan.

Untuk menunjang keberhasilan PPAN, maka tanah atau obyek PPAN harus tersedia dalam jumlah yang memadai dan dengan kualitas yang baik. Demikian pula jangka waktu penyediaan tanahnya tidak boleh terlalu lama, dengan cara yang sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan tahapan perencanaan yang telah ditentukan.

Tanah-tanah obyek reforma agraria pada dasarnya adalah tanah negara yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, tanah-tanah yang dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria adalah :

1) Tanah yang haknya tidak diperpanjang atau tidak mungkin diperpanjang; 2) Tanah yang berasal dari pelepasan hak

3) Tanah hak yang pemegangnya melanggar ketentuan dan atau yang tidak sejalan dengan keputusan pemberian haknya;

4) Tanah obyek landreform; 5) Tanah bekas obyek landreform; 6) Tanah timbul;


(32)

8) Tanah yang dihibahkan oleh Pemerintah untuk reforma agraria; 9) Tanah tukar menukar dari pemerintah;

10) Tanah yang diadakan oleh pemerintah untuk reforma agraria; 11) Tanah pelepasan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi;

12) Tanah yang sudah dilepaskan dari kawasan kehutanan menjadi tanah negara yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan peruntukannya. Tanah-tanah obyek Reforma Agraria ini, tersebar baik di wilayah padat maupun kurang padat penduduk. Keberadaan tanah obyek Reforma Agraria dalam wilayah yang berpenduduk padat dipandang strategis dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan pertanahan seperti sengketa dan konflik pertanahan. Sengketa dan konflik pertanahan diperkirakan lebih terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang berpenduduk padat.

Sedangkan untuk wilayah berpenduduk kurang padat, tanah diperkirakan lebih tersedia dan lebih luas sehingga lebih dimungkinkan untuk melaksanakan restrukturisasi penguasaan dan penggunaannya. Untuk wilayah berpenduduk kurang padat, alternatif penyediaan tanah yang dapat dilaksanakan adalah tanah yang berasal dari kawasan hutan, tepatnya pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPKv).

Pertimbangan penyediaan tanah dari kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi ini antara lain adalah:

1) Menata penguasaan dan penggunaan tanahnya, sehingga fungsi ekosistem kawasan ini tetap terjaga,

2) Peruntukan penggunaan sebagai kawasan hutan produksi dapat lebih diefektifkan,


(33)

3) Peraturan perundang-undangan yang ada memungkinkan dilepaskannya tanah-tanah tersebut dari kawasan hutan, dan

4) Meminimalkan persinggungan dengan tanah-tanah yang telah dikuasai oleh masyarakat.

Landasan Teori

Reforma Agraria, yang dalam implementasinya disebut juga Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN), merupakan upaya bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka menata kembali ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menuju struktur yang lebih menjamin keadilan, keberlanjutan dan meningkatkan kesejahteraan, sesuai dengan prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. PPAN merupakan suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (Sumarjono, 2009).

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda- benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma, dan lain- lain. Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji atau mendukung objek tersebut , jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu, atau menghukum atau merusak objek tersebut. (Soetarno,1989)


(34)

Definisi sikap antara lain sebagai berikut : 1) Berorientasi kepada respon

Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2) Berorientasi kepada kesiapan respon

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

3) Berorientasi kepada skema triadik

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Komponen atau Struktur Sikap, antara lain terdiri dari :

1) Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau keyakinan), ide, konsep, persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

2) Komponen Afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.

3) Komponen Kognisi yang merupakan kecenderungan belum berperilaku. (Mar’at ,1984).


(35)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: - Pengalaman pribadi

- Kebudayaan

- Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers) - Media massa

- Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama - Faktor Emosional

Pengamatan terhadap indikator sikap sewaktu individu berkesempatan untuk mengungkap sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan”setuju” atau “tidak setuju”.

Prosedur penskalaan dengan metode likert didasari oleh dua asumsi, yaitu:

1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pertanyaan yang favorable atau pertanyaan yang tak favorable

2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

(Azwar,1995).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep persepsi, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang menyangkut perasaan individu terhadap objek, sikap dan menyangkut masalah emosi serta bertingkah laku (Rahayuningsih, 2008).


(36)

Para petani dalam kemampuannya menerima pemberitahuan atau hal – hal yang baru sifatnya tidak sama atau akan sangat tergantung kepada keadaan status sosial, ekonomi, psikologis serta tingkat pengetahuan dan pendidikannya. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya tekhnologi baru (Kartasapoetra,1991).

Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian ( Kartasapoetra, 1991).

Hubungan antara nilai – nilai individu dan sikapnya tidaklah sederhana. Dalam satu hal, sejauh mana berbagai sistem nilai individu membentuk perkembangan dan pengaturan sikap tampaknya merupakan fungsi dari keterpusatan nilai. Jika bagi seorang ini merupakan nilai sentral (pusat) maka sikap kelompok minoritas dapat bersifat sama nilainya dengan kelompok mayoritas (Krech dkk, 1996).

Sikap – sikap yang selaras dengan sikap – sikap lain dalam suatu kumpulan seyogyanya relatif lebih mudah bergerak kearah yang selaras dibandingkan dengan sikap – sikap yang tidak selaras dengan sikap – sikap lain. Teori keseimbangan memperkirakan bahwa suatu sikap yang dalam keadaan yang tidak seimbang dengan sikap lain dalam suatu kumpulan akan bergerak cenderung menurut arah yang akan menyeimbangkan sistem tersebut (Krech dkk, 1996)


(37)

Kerangka Pemikiran

Tanah mempunyai ciri khusus yang bersegi dua, yakni sebagai benda dan sumberdaya alam. Seperti halnya air dan udara, yang merupakan sumber daya alam karena tidak dapat diciptakan oleh manusia. Tanah menjadi benda bila telah diusahakan oleh manusia, misalnya menjadi tanah pertanian atau dapat pula dikembangkan menjadi tanah perkotaan. Pengembangannya dilakukan oleh pemerintah melalui penyediaan prasarana yang akan meningkatkan nilai tanah dan disadari bahwa tanah adalah benda yang dimiliki oleh masyarakat kerena di ciptakan melaui investasi dan keputusan masyarakat melalui pemerintah.

Dalam implementasi program PPAN tersebut memunculkan sikap yang bervariasi sesuai apa yang dialami masing-masing petani di daerah penelitian terhadap program PPAN tersebut yang dipangaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki, dan total pendapatan keluarga.

Dimana sikap petani terhadap program PPAN merupakan bentuk dari reaksi ataupun respon terhadap stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif.


(38)

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

---

Keterangan : : Menyatakan Hasil : Menyatakan Proses

--- : Menyatakan Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Program PPAN

Sikap Petani

Negatif Postif

Petani

Faktor sosial:

• Umur

• Tingkat pendidikan

Faktor Ekonomi:

• Luas Lahan

• Total Pendapatan Petani


(39)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran, dapat diidentifikasikan beberapa hipotesis yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut :

1) Sikap petani sampel terhadap program PPAN adalah positif

2) Ada hubungan karakteristik sosial ( umur, tingkat pendidikan formal,) ekonomi ( luas lahan, dan total pendapatan keluarga) petani di daerah penelitian dengan program PPAN.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian terpilih di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan desa tersebut karena Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu desa yang telah dilaksanakan program PPAN dengan peserta terbanyak oleh BPN Deli Serdang, seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Jumlah Peserta PPAN menurut Desa di Kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang 2010

NO. Kabupaten / kota Jumlah

(Bidang)

1. Kota Rantang 33

2. Paluh Manan 14

3. Bulu Cina 30

4. Sei Baharu 116

5. Lama 127

6. Selemak 56

Total 376


(41)

Metode Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani pemilik tanah/lahan yang berada di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak. Besarnya jumlah penduduk Desa Lama adalah sebanyak 2000 jiwa. Dari masing – masing populasi tersebut 122 KK adalah bermata pencaharian sebagai petani, dan 15 KK bermata pencaharian bukan petani, pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari petani responden di daerah penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Kantor Kepala Desa Lama, Kantor Kecamatan Hamparan Perak, dan instansi-instansi terkait lainnya serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.


(42)

Metode Analisis Data

Tujuan 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat data – data yang diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan di daerah penelitian.

Tujuan 2 dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif : Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor 4, Ragu-ragu (R) diberi skor 3, Tidak Setuju (Ts) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif : Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Ragu-ragu (R) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 4, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 5.

Pengukuran sikap petani sampel terhpadap program PPAN dapat digunakan dengan menggunakan rumus Likert, yaitu:

T = 50 + 10

[

]

s

x x

Keterangan :

T = Skor standart x = Skor responden

x = Skor rata-rata responden s = Deviasi standart skor kelompok Kriteria Pengujian :

T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif T < 50 = Sikap petani sampel negatif (Azwar, 2005).


(43)

Tujuan 3 dianalisis dengan Rank Spearman, dengan rumus :

Berdasarkan perhitungan nilai rs yang nantinya didapat melalui analisis di atas, maka akan diperkirakan kekuatan hubungan korelasinya. Dengan melihat Kriteria uji hipotesis

Berikut adalah table interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi : Tabel 3. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi

Interval Nilai r* Interpretasi

0,001 – 0,200 Korelasi Sangat lemah

0,201 – 0,400 Korelasi Lemah

0,401 – 0,600 Korelasi Cukup Kuat

0,601 – 0,800 Korelasi Kuat

0,801 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat

*)Interpretasi berlaku untuk nilai positif maupun negatif (Triton, 2006 ).

Pada uji dua arah ( sig. 2-tailed), dengan alat bantu SPSS ( Statistic Product and Service Solution):

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Sig < (0.05)………..H0 ditolak, H1 diterima Sig > (0.05)………..H0 diterima, H1 ditolak (Sugiyono, 2008).


(44)

Dimana :

H1 : Ada hubungan karakteristik faktor sosial dan faktor ekonomi dengan sikap petani terhadap program PPAN

H0 : Tidak ada hubungan karakteristik faktor sosial dan faktor ekonomi dengan sikap petani terhadap program PPAN


(45)

Definisi dan Batasan Operasional

Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi.

Definisi

1) PPAN adalah akronim dari Program Pembaruan Agraria Nasional yang merupakan suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia

2) Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. BPN adalah sebagai pelaksana dan pengkoordinir Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN).

3) Karakteristik petani adalah ciri dan keadaan mengenai diri petani yang mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan luas lahan. 4) Umur sampel adalah usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian

dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

5) Tingkat pendidikan sampel adalah pendidikan formal petani terakhir yang pernah ditempuh.

6) Jumlah pendapatan keluarga adalah total seluruh pemasukan yang di terima petani sampel dikurangi dengan pengeluaran yang dinyatakan dalam bulanan atau tahunan.


(46)

7) Sikap adalah derajat atau tingkat kesesuaian seseorang terhadap objek tertentu, kesesuaian atau tidak kesesuaian dinyatakan dalam skala.

8) Sikap positif adalah sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima,

menyetujui, serta melaksanakan Program Pembaruan Agraria nasional ( PPAN).

9) Sikap negatif adalah sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, penolakan, atau tidak menyetujui, terhadap Program Pembaruan Agraria Nasional ( PPAN).

Batasan Operasional

1) Penelitian dilakukan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

2) Waktu penelitian adalah tahun 2010

3) Penelitian dilakukan pada program Pembaharuan Agraria (PPAN) selama 1 tahun terakhir di daerah penelitian.

4) Sampel dalam Penelitian ini adalah Pemerintah khususnya BPN yang membuat Program Pembaharuan Agraria (PPAN) dan Petani yang menerima Program Pembaharuan Agraria (PPAN).


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Kawasan ini merupakan kawasan sentra pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani sebanyak 75%. Sehingga pada tahun 2008 sampai dengan sekarang masih bergulir Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) atau pemberian sertifikasi tanah secara legal yan bertujuan untuk mensejahterakan petani di daerah tersebut di dalam berusaha tani.

Luas dan Letak Geografis

Secara administratif, Desa Lama memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paluh Manan  Sebelah Selatan berbatasa dengan Desa Bulu Cina  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Baharu  Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kota Rantang

Jarak desa penelitian dengan ibu kota kecamatan sekitar 18 km, sementara jarak desa penelitian dengan ibukota kabupaten sekitar 46 Km dan jarak desa penelitian dengan ibukota provinsi daerah tingkat I Sumatera Utara (Medan) sekitar 20 km. Desa penelitian ini terdiri dari 9 Dusun.


(48)

a. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Lama menurut data yang diperoleh dari kantor kepala desa adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2010

Jumlah Jiwa

Laki-laki

Perempuan Jumlah Total Banyaknya KK (Kepala Keluarga)

829 920 1.749 248

Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009

Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 829 Jiwa dan perempuan berjumlah 920 jiwa ,ini menunjukkan bahwa di desa ini jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.


(49)

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta buruh dan nelayan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Desa Lama Tahun 2010

No. Jenis Kegiatan/Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Pertanian tanaman pangan 742 44,11

2. Nelayan 40 2,37

3. PNS dan ABRI 83 4,93

4. Perdagangan 57 3,38

5. Usaha kerajinan 51 3,03

6. Peternak 34 2.02

7. Lainnya 675 40,13

Jumlah 1.682 100.00

Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa penelitian adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu 742 jiwa (44,11%), penduduk yang sebagai nelayan adalah sebanyak 40 jiwa (2,37%), sementara penduduk yang mempunyai mata pencaharian PNS & TNI adalah 83 jiwa (4,93%), yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang sebesar 57 jiwa (3,38%) dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak sekitar 34 jiwa (2,02&) atau penduduk yang bermata pencaharian lainnya 40,13% dari total jumlah penduduk.


(50)

b. Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi perkembangan dan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana akan mengakibatkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar, yang secara tidak langsung akan mempercepat laju pembangunan. Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak

Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009

Tabel 5 di atas menunjukkan jenis dan banyaknya jumlah sarana yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 5 di atas maka dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Hamparan Perak sudah termasuk lengkap, baik dilihat dari bidang pendidikan (sekolah), tempat ibadah, dan kesehatan.

Jenis Sarana Jumlah (Unit)

Mesjid 3

Poliklinik desa (puskesmas) 1

Jembatan 2

Kantor Gapoktan 1

Industri aspal 1

Rumah kasa 2

Kantor Kepala Desa 1

Sekolah 4


(51)

Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik petani yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik petani meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, dan pendapatan keluarga. Secara lebih jelas karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian

NO. Karakteristik Sampel

Petani Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 29 - 62 41,23

2. Luas Lahan m² 195-19591 4316,61

3. Tingkat Pendidikan Tahun 6 – 17 8,53

4. Pendapatan Rupiah/Tahun 6.600.000 –

86.400.000 30.510.000 Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 1.

Umur

Umur petani sampel berpengaruh pada pengelolaan usahataninya. Dari Tabel 6 diketahui bahwa umur petani sampel berkisar antara 29 – 62 tahun dengan rataan sebesar 41,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata umur petani sampel masih tergolong usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usahataninya.

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap tekhnologi dan informasi untuk


(52)

mengoptimalkan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani adalah 9,37 tahun dengan rentang 6 – 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata petani sampel tergolong tamatan sekolah dasar.

Luas Lahan

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel adalah berkisar antara 195 – 19591 m², dengan rataan 4316,6 m². Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel tidak mempunyai lahan yang luas dalam pengelolaan usahatani.

Total Pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga yang diperoleh petani sampel dapat mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya. Total pendapatan keluarga petani sampel berkisar antara Rp. 6.600.000; sampai Rp.86.400.000; dengan rata- rata Rp. 30.510.000; per tahun atau Rp. 2.542.500; per bulan. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa petani sampel telah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari

karena pendapatan tersebut telah melebihi Upah Minimum Kota Medan ( Rp.850.000; per bulan).


(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian

Pelaksanaan PPAN dengan program sertifikasi tanah di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dilakukan melalui tahapan penetapan lokasi, penyuluhan, pengukuran dan pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman, penetapan hak, pembukuan hak, penerbitan sertifikat, dan penyerahan sertifikat. Reformasi agraria adalah upaya politik sistematis untuk melakukan perubahan struktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian penguasaan tanah untuk rakyat, khususnya petani yang memanfaatkan tanah dan yang diikuti pula oleh perbaikan sistem produksi melalui penyediaan fasilitas teknis dan kredit pertanian, perbaikan metode bertani, hingga infrastruktur sosial lainnya atau peningkatan hak petani atas penguasaan lahan pertaniannya dalam bentuk sertifikat tanah yang diberikan pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai pelaksana

.

Adapun proses pelaksanaan program pembaharuan agraria di daerah penelitian adalah sbb;


(54)

Kelengkapan Dokumen .1 Ktp, PBB, dsb.

Kelengkapan Dokumen .2 Cth. Surat PPAT, pernyataan/ SK BPN

Pemasangan Tanda Batas

Pemohon Mengisi formulir/ menandatangani

berita acara

Membayar Biaya Pendaftaran

Menunggu terbitnya sertifikat ±30 hari setelah pengajuan

Sertifikat Hak Milik (SHM)

Petugas kepala desa Mendatangi kantor BPN Kabupaten

Petugas BPN Petani mendatangi kantor kepala desa

Gambar 3. Proses Pembuatan Sertifikasi Tanah pada Program PPAN di Desa Lama

Menghadiri Penyuluhan di


(55)

Langkah pertama dalam mensertifikasi tanah yaitu memastikan bahwa petani mempunyai sekurang – kurangnya satu dokumen asli ( bukan fotocopy) dari banyak kemungkinan macam dokumen. Langkah kedua yaitu menghadiri acara penyuluhan yang dilaksanakan di balai desa dengan arahan dari petugas Badan Pertanahan Nasional Kabupaten. Langkah ketiga pemohon petani diarahkan untuk mengisi formulir dan menandatangani berita acara. Setelah memasukkan berkas peserta menunggu tindak lanjut dari BPN untuk pemasangan tanda batas(patok). Petani menunjukkan batas- batas bidang tanah kepada petugas adjukasi.

Proses selanjutnya Badan Pertanahan akan menunjuk petugas dari kantor kepala desa sebagai penanggung jawab (kepala Dusun) dan akan mengawasi jalannya program PPAN. Kepala dusun mendatangi kantor BPN kabupaten dan menyerahkan berkas – berkas dan biaya sertifikasi yang dibutuhkan. Petani menunggu terbitnya sertifikat hak milik tanah dalam rentang waktu 30 hari setelah pengajuan.

Secara kategoris, subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas (sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector). Ketiga subyek agraria tersebut memiliki ikatan dengan sumber-sumber agraria melalui institusi penguasaan / pemilikan (tenure institution). Dalam hubungan-hubungan itu akan menimbulkan kepentingan-kepentingan sosial ekonomi masing-masing subjek berkenaan dengan penguasaan/kepemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria tersebut. Bentuk dari hubungan ini adalah hubungan sosial atau hubungan social


(56)

agraria yang berpangkal pada akses (penguasaan, kepemilikan, penggunaan) terhadap sumber agraria (Sitorus, 2002)

Pelaksanaan sertifikasi tanah melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010 di Desa Lama, Kecamatan Hamparan perak, Kabupaten Deli Serdang telah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini dikarenakan faktor – faktor sebagai berikut :

a) Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan bantuan aparat desa / kelurahan dengan maksud untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang PPAN dan manfaatnya.

b) Adanya keinginan dari masyarakat sendiri untuk mensertifikasi tanahnya, karena untuk pelaksanaan PPAN ini dibebaskan dari biaya untuk mensertifikasikan tanahnya oleh Kantor Pertanahan.

Hambatan – hambatan yang timbul dalam pelaksanaan program sertifikasi tanah melalui PPAN di Desa Lama antara lain sebagai berikut :

1) Pemohon kurang cepat melengkapi kekurangan berkas permohonan.

2) Pemohon tidak bisa hadir pada waktu pengukuran bidang tanah, hal ini di atasi dengan diusahakan pengukuran di lain waktu segera mungkin.

3) Pemilik tanah sudah tidak mengetahui asal muasal atau riwayat tanah karena diperoleh melalui jual beli dibawah tangan, hal ini di atasi dengan kerja sama dengan sesepuh desa.

4) Luas tanah tidak sesuai dengan luas yang tertera pada bukti – bukti kepemilikan letter C, hal ini di atasi dengan dibuatkan surat pernyataan luas.


(57)

Kesadaran yang dimiliki masyarakat Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang masih dianggap kurang, walaupun masyarakat mengetahui adanya kewajiban untuk mendaftarkan tanah yang dimilikinya. Namun, kenyataannya pengetahuan mereka tentang adanya kewajiban pendaftaran tanah tersebut tidak menjadikan mereka mau melaksanakan pendaftaran hak atas tanah yang dimilikinya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendidikan masyarakat yang bersangkutan yang mayoritas berpendidikan dasar.

Minat masyarakat dalam melaksanakan sertifikasi tanah dipengaruhi oleh faktor ekonomi yaitu bahwa biaya untuk mensertifikatkan tanah milik petani tersebut mahal, sehingga masyarakat memilih untuk bersikap menunggu adanya pelaksanaan program pemerintah tentang pendaftaran tanah secara sistematik melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) untuk mensertifikatkan tanah milik petani tersebut, masyarakat merasa perlu adanya transparansi biaya pelayanan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dan jangka waktu penyelesaian dalam pensertifikatan tanah petani tersebut.

B. Sikap petani terhadap Program Pembaruan Agraria Nasional di Daerah Penelitian

Sikap petani terhadap program PPAN yang disampaikan anggota BPN dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi kedalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap suatu objek.


(58)

Sikap kelompok tani bisa berupa positif dan negatif. Untuk pernyataan positif jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi Nilai 1, Tidak setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu-ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4 dan sangat setuju (SS) diberi nilai 5. Demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 5, tidak setuju (TS) diberi nilai 4, ragu-ragu (R) diberi nilai 3, setuju (S) diberi nilai 2 dan sangat setuju (SS) diberi nilai 1.

Dari jawaban setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap katagori kemudian secara komulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing-masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart, yang mana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 7,92, sehingga apabila skor standart >50, berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart ≤ 50, berarti mempunyai sikap negatif.

Tabel 7. Sikap Petani Terhadap Program PPAN.

No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Positif 17 56,67%

2 Negatif 13 43,33

JUMLAH 30 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 7

Berdasarkan pada tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 sampel anggota kelompok tani tanaman pangan yang diwawancarai, jumlah sampel yang menyatakan sikap positif terhadap program PPAN sedikit lebih banyak


(59)

dibandingkan dengan sampel yang menyatakan sikap negatif, yaitu 17 orang (56,67%), sedangkan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 13 orang (43,33%). Petani yang menyatakan sikap positif tersebut disebabkan oleh tanggapan petani yang merasa bahwa dengan adanya program PPAN tersebut, petani menjadi lebih mudah dalam hal pengurusan sertifikasi tanahnya.

Secara umum petani di daerah penelitian dapat menerima program PPAN dengan sangat baik. Hal ini terjadi karena program PPAN tersebut dianggap penting bagi petani, yaitu para petani menjadi lebih memahami mengenai pentingnya legalitas atau keabsahan dari sertifikasi tanah. Petani juga menjadi memahami bagaimana tata cara atau proses dalam melakukan proses legalisasi sertifikat tanah, sehingga mempermudah petani dalam melakukan sertifikasi tanah petani tersebut.

Dengan adanya program PPAN ini, petani juga dapat mengetahui secara jelas luas areal dari tanah petani tersebut beserta dengan batas-batasnya. Hal ini juga dapat mengurangi masalah petani mengenai sengketa tanah. Dengan sudah di legalisasinya sertifikasi tersebut tanah dapat mempermudah petani dalam menjalain kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan (BANK), karena petani sudah dapat menjaminkan sertifikat tanah tersebut.

C. Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN

Karakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap petani adalah umur, tingkat pendidikan formal, luas lahan, dan total pendapatan petani.


(60)

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel ini, maka dianalisis dengan alat uji korelasi Rank Spearman dengan nilai = 0,05.

a. Hubungan Antara Umur Petani dengan Sikap Petani

Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

Umur petani adalah salah satu karakteristik yang berkaitan erat dengan respon petani dalam melaksanakan kegiatan program PPAN. Umur dapat dijadikan indikator untuk menentukan petani dapat atau tidaknya menerima program-program yang diberikan, termasuk program-program PPAN yang dilaksanakan oleh lembaga BPN.

Tabel 8. Hubungan antara Umur dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN

No Umur Sikap Petani Total

Positif negatif

1 29 - 50 12 (40%) 12 (40%) 24 (80%)

2 >50 5 (16,67%) 1 (3,33%) 6 (20%)

Total 17 (56,67%) 13 (43,33%) 30 (100%)

Diolah dari lampiran 1 dan 7

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hubungan umur petani dengan sikap petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok umur produktif 29 – 50 tahun terdapat 12 orang (40%) yang bersikap positif, dan terdapat 12 orang (40%) yang bersikap negatif. Pada kelompok umur non produktif >50 tahun terdapat 5 orang (16,67%) yang bersikap positif, dan terdapat 1 orang (3,33%) yang bersikap negatif.


(61)

Untuk mengetahui hubungan dan melihat derajat keeratan hubungan antara umur petani dengan sikap petani terhadap program PPAN dapat dilihat dalam tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Umur dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,169

Sig. (2-tailed) 0,372

t-tabel 2,048

t-hitung 0,906

Diolah dari lampiran 9

Pada tabel 9 dinyatakan bahwa hasil analisis rS = 0,169 dan nilai signifikansi adalah sebesar 0,375. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > (0,05) dan t-hitung 0,906 < t-tabel 2,048, dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara umur petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam katagori lemah.

b. Hubungan Antara Luas Lahan Petani dengan Sikap Petani Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

Luas lahan juga salah satu karakteristik yang dapat menentukan sikap petani dalam menerima suatu program, dalam hal ini adalah program PPAN. Tabel 10. Hubungan antara Luas Lahan dengan Sikap Petani terhadap Program

PPAN

No Luas Lahan

(m2)

Sikap Petani Total

Positif negatif

1 195- 2500 11 (36,67%) 9 (30%) 20 (66,67%)

2 >2500 6 (20%) 4 (13,33%) 10 (33,33%)

Total 17 (56,67%) 13 (43,33%) 30 (100%)


(62)

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hubungan luas lahan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok luas lahan 195- 2500 m2 terdapat 11 orang (36,67%) yang bersikap positip, dan terdapat 9 orang (30%) yang bersikap negatif. Pada kelompok luas lahan >2500 m2 terdapat 6 orang (20%) yang bersikap positif, dan terdapat 4 orang (13,33%) yang bersikap negatif.

Untuk mengetahui hubungan dan melihat derajat keeratan hubungan antara luas lahan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN dapat dilihat dalam tabel 11 berikut ini :

Tabel. 11 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Luas Lahan dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,130

Sig. (2-tailed) 0,493

t-tabel 2,048

t-hitung 0,692

Diolah dari lampiran 9

Pada tabel 9 dinyatakan bahwa hasil analisis rs = 0,130, dimana dari hasil analisis juga didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0,493. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 dan t-hitung 0,692 < t-tabel 2,048. Dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara luas lahan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam kategori lemah.

c. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Petani dengan Sikap Petani Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)


(63)

Cara berfikir seseorang akan sangat di pengaruhi oleh tingkat pendidikan formal yang dimilikinya dalam melakukan suatu aktifitas dalam kehidupan sehari-harinya, begitu juga dalam melakukan usaha taninya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi petani dalam menerima suatu program yang diberikan.

Tabel 12. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN

No Umur Sikap Petani Total

Positif Negatif

1 SD 3 (10%) 8 (26,67%) 11 (36,67%)

2 SMP 4 (13,33%) 5 (16,67%) 9 (30%)

3 SMA 4 (13,33%) 1 (3,33%) 5 (16,67%)

4 S1 5 (16,67%) 0 (0%) 5 (16,67%)

Total 16 (53,33%) 14 (46,67%) 30 (100%)

Diolah dari lampiran 1 dan 7

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa hubungan Tingkat pendidikan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok tingkat pendidikan SD terdapat 3 orang (10%) yang bersikap positip, dan terdapat 8 orang (26,67%) yang bersikap negatif. Pada kelompok tingkat pendidikan SMP terdapat 4 orang (13,33%) yang bersikap positif, dan terdapat 5 orang (16,67%) yang bersikap negatif, pada kelompok tingkat pendidikan SMA terdapat 4 orang (13,33%) yang bersikap positif dan terdapat 1 orang (3,33%) yang bersikap negative. Pada kelompok tingkat pendidikan S1 terdapat 5 orang (16,67%) yang bersikap positif saja

Untuk mengetahui hubungan dan melihat derajat keeratan hubungan antara tingkat pendidikan formal petani dengan sikap petani terhadap program PPAN


(64)

Tabel. 13 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,134

Sig. (2-tailed) 0,481

t-tabel 2,048

t-hitung 0,780

Diolah dari lampira 9

Pada tabel 13 dinyatakan bahwa hasil analisis rs = 0,1304, dimana dari hasil analisis juga didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0,481. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 dan t-hitung 0,6780 < t-tabel 2,048. Dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam kategori lemah.

d. Hubungan Antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

Pendapatan petani merupakan salah satu karakteristik ekonomi yang dapat mempengaruhi petani dalam menentukan sikap terhadap program PPAN.

Tabel 14. Hubungan antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN.

No Pendapatan Petani (rupiah/tahun)

Sikap Petani Total

Positif negatif

1 6.600.000-55.000.000 8 (26,67%) 7 (23,33%) 15 (50%)

2 >55.000.000 5 (16,67%) 10 (33,33%) 15 (50%)

Total 13 (43,34%) 17 (56,66%) 30 (100%)


(65)

Berdasarkan table 14 diketahui bahwa hubungan pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok pendapatan 6.600.000-55.000.000 terdapat 8 orang (26,67%) yang bersikap positip, dan terdapat 7 orang (23,33%) yang bersikap negatif. Pada kelompok pendapatan >55.000.000 terdapat 5 orang (16,67%) yang bersikap positif, dan terdapat 10 orang (33,33%) yang bersikap negative

Untuk mengetahui hubungan dan melihat derajat keeratan hubungan antara pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN dapat dilihat dalam tabel 15berikut ini :

Tabel. 15 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Pendapatan dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,026

Sig. (2-tailed) 0,891

t-tabel 2,048

t-hitung 0,137

Diolah dari lampiran 9

Pada tabel 15 dinyatakan bahwa hasil analisis rs = 0,026, dimana dari hasil analisis juga didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0,891. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 dan t-hitung 0,137 < t-tabel 2,048. Dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam kategori lemah.


(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik.

2. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak.

3. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima.


(1)

Tabel. 13 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,134

Sig. (2-tailed) 0,481

t-tabel 2,048

t-hitung 0,780

Diolah dari lampira 9

Pada tabel 13 dinyatakan bahwa hasil analisis rs = 0,1304, dimana dari hasil analisis juga didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0,481. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 dan t-hitung 0,6780 < t-tabel 2,048. Dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam kategori lemah.

d. Hubungan Antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

Pendapatan petani merupakan salah satu karakteristik ekonomi yang dapat mempengaruhi petani dalam menentukan sikap terhadap program PPAN.

Tabel 14. Hubungan antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN.

No Pendapatan Petani (rupiah/tahun)

Sikap Petani Total

Positif negatif

1 6.600.000-55.000.000 8 (26,67%) 7 (23,33%) 15 (50%)

2 >55.000.000 5 (16,67%) 10 (33,33%) 15 (50%)

Total 13 (43,34%) 17 (56,66%) 30 (100%)


(2)

Berdasarkan table 14 diketahui bahwa hubungan pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok pendapatan 6.600.000-55.000.000 terdapat 8 orang (26,67%) yang bersikap positip, dan terdapat 7 orang (23,33%) yang bersikap negatif. Pada kelompok pendapatan >55.000.000 terdapat 5 orang (16,67%) yang bersikap positif, dan terdapat 10 orang (33,33%) yang bersikap negative

Untuk mengetahui hubungan dan melihat derajat keeratan hubungan antara pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN dapat dilihat dalam tabel 15berikut ini :

Tabel. 15 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Pendapatan dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN.

Uraian Nilai Hasil

rs 0,026

Sig. (2-tailed) 0,891

t-tabel 2,048

t-hitung 0,137

Diolah dari lampiran 9

Pada tabel 15 dinyatakan bahwa hasil analisis rs = 0,026, dimana dari hasil analisis juga didapat bahwa nilai signifikan sebesar 0,891. Data ini menunjukkan bahwa nilai sig > 0,05 dan t-hitung 0,137 < t-tabel 2,048. Dari uji statistika ini berarti dapat dinyatakan bahwa H0 diterima dah H1 ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara pendapatan petani dengan sikap petani terhadap program PPAN. Hal ini didukung pula oleh tingkat keereatan hubungan yang termasuk dalam kategori lemah.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik.

2. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak.

3. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima.


(4)

Saran

1. Sebaiknya realisasi program PPAN terus ditingkatkan dan berkelanjutan sehingga dapat membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat di daerah penelitian.

2. Diharapkan bagi petani agar dan tentunya petani juga harus ikut berperan aktif dan terbuka terhadap program PPAN, sehingga program PPAN dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Rahmad Iqbal Nurkhalis B. 2005. Pengembangan Kapasitas Petani Miskin Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas (Kasus Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi di Desa Langaleso, Kecamatan Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah). Tesis. Program Pasca Sarjana IPB.

BPN. 2007. Reforma Agraria: Mandat Politik, Konstitusi, dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan “Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat”. Jakarta: Badan Pertanahan Nasional RI.

BPN (Badan Pertanahan Nasional) ,

Husodo, Siswono Yudo dkk. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta Hutagalung, Arie Sukanti dkk.2009. kewnangan Pemerintah di Bidang

Pertanahan. Rajawali Pers, Jakarta.

Mocodompis, Harison. 2006. Reforma Agraria Dan Upaya Mengatasi

Kemiskinan di Indonesi

Santoso, Urip, 2008. Hukum Agraria Dan Hak- Hak Atas Tanah. Kencana, Jakarta.

Sumarjono, Maria S.W. 2009. Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya.Bina Media, Medan.

Satiawan, Usep. 2009. Lahan Abadi Pertanian dan Reforma Agraria.

Sitorus, MT Felix. 2002. Lingkup Agraria dalam Endang Suhendar et al (ed.). Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. Bandung: Akatiga. Soetarto, Endriatmo dan shohibuddin. t.t. Reforma Agraria sebagai Basis

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Agenda untuk Pemerintah 2004-2009.

Suharto, Edi. 2006. Peta Dinamika Welfare Satate di Beberapa Negara: Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik Untuk Membangun Indonesia?. (diakses pada tanggal 3 April 2009).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Rahmad Iqbal Nurkhalis B. 2005. Pengembangan Kapasitas Petani Miskin Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas (Kasus Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi di Desa Langaleso, Kecamatan Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah). Tesis. Program Pasca Sarjana IPB.

BPN. 2007. Reforma Agraria: Mandat Politik, Konstitusi, dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan “Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat”. Jakarta: Badan Pertanahan Nasional RI.

BPN (Badan Pertanahan Nasional) ,

Husodo, Siswono Yudo dkk. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta Hutagalung, Arie Sukanti dkk.2009. kewnangan Pemerintah di Bidang

Pertanahan. Rajawali Pers, Jakarta.

Mocodompis, Harison. 2006. Reforma Agraria Dan Upaya Mengatasi

Kemiskinan di Indonesi

Santoso, Urip, 2008. Hukum Agraria Dan Hak- Hak Atas Tanah. Kencana, Jakarta.

Sumarjono, Maria S.W. 2009. Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya.Bina Media, Medan.

Satiawan, Usep. 2009. Lahan Abadi Pertanian dan Reforma Agraria.

Sitorus, MT Felix. 2002. Lingkup Agraria dalam Endang Suhendar et al (ed.). Menuju Keadilan Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. Bandung: Akatiga. Soetarto, Endriatmo dan shohibuddin. t.t. Reforma Agraria sebagai Basis

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Agenda untuk Pemerintah 2004-2009.

Suharto, Edi. 2006. Peta Dinamika Welfare Satate di Beberapa Negara: Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik Untuk Membangun Indonesia?. (diakses pada tanggal 3 April 2009).


Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Rujukan KIA Di Puskesmas Hamparan Perak Dan Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

9 129 152

Teknologi Budidaya Dan Produksi Kacang Tanah ( Studi kasus : Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara)

0 34 89

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

4 102 117

Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Terhadap Produksi Padi (Studi Kasus: Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

41 264 64

Perubahan Desa Menjadi Kota (Studi Deskriptif di Desa Tembung, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

22 218 93

Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Sungai Sibiru-Biru Kecamatan Sibiru Biru Kabupaten Deli Serdang

0 50 72

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Transformasi Gelombang Laut Di Pantai Mutiara Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

13 114 99

TINJAUAN ANTROPOLOGI EKONOMI TERHADAP PETANI DI DESA HAMPARAN PERAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 35