this PDF file Konvergensi di Ruang Redaksi pada Kelompok Media Tempo | Pratopo | Jurnal Studi Komunikasi 1 PB

JURNAL STUDI KOMUNIKASI
Volume 2

Ed 1, March 2018

Page 103 - 125

Kovergensi di Ruang Redaksi pada
Kelompok Media Tempo
Wahyudi Marhaen Pratopo, Nasrullah Kusajibrata
Universitas Prof. Dr. Moestopo
Jalan Hang Lengkir I/8, Jakarta, Indonesia
Email: wahyudimarhaen@gmail.com / Phone +6221-7261433
How to Cite This Article: Pratopo,
W.M.,& Kusajibrata, N. (2018). Kovergensi
di Ruang Redaksi pada Kelompok Media
Tempo. Jurnal Studi Komunikasi, 2(1). doi:
10.25139/jsk.v2i1.510

Received: 12-12-2017,
Revision: 04-02-2018,

Acceptance: 08-02-2018
Published online: 01-03-2018

English Title: Convergence in the Newsroom at Tempo Media Group

Abstract

This study seeks to reveal the implementation of convergence in the
newsroom with case study of Tempo Group. This research uses qualitative approach
and case study method. This study reveals that Tempo began implementing
newsroom convergence after publishing Koran Tempo in 2001. The effort toward
newsroom convergence was realized by establishing Tempo Newsroom which
functioned as news control center. After passing a series of trials and policy changes,
the Tempo Group finally adopted full editorial convergence since 2012. In the
application of this editorial convergence, Tempo chose the Newsroom 3.0 model, a
newsroom management system that brings together news gathering and news
processing to provide news material for several outlets: tempo.co, Koran Tempo, and
Tempo Magazine
Keywords: Media; convergence; newsroom; Tempo


Abstrak

Penelitian ini berusaha mengungkapkan penerapan konvergensi di ruang
redaksi dengan studi kasus pada Kelompok Tempo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
Tempo mulai merintis konvergensi redaksi setelah menerbitkan Koran Tempo pada
2001. Upaya menuju konvergensi redaksi itu diwujudkan dengan membentuk Tempo
Newsroom yang dimaksudkan sebagai pusat kendali berita. Setelah melewati
serangkaian uji coba dan perubahan kebijakan, akhirnya Kelompok Tempo
menerapkan konvergensi redaksi secara penuh sejak 2012. Dalam penerapan
konvergensi redaksi ini, Tempo memilih model Newsroom 3.0, yakni sistem
pengelolaan redaksi yang menyatukan proses pengumpulan berita dan pengolahan
berita untuk mamasok kebutuhan berita untuk beberapa outlet: tempo.co, Koran
Tempo, dan Majalah Tempo.
Kata Kunci: Media; konvergensi, newsroom, Tempo

Jurnal Studi Komunikasi – http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/jsk
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626


Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

PENGANTAR
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
telah mendorong terjadinya perubahan media, termasuk
digitalisasi dan konvergensi media. Kehadiran Internet dan
media online membuat para pengelola media konvensional
melakukan
langkah-langkah
adaptasi
sesuai
dengan
perkembangan yang terjadi. Surat kabar dan majalah
membangun situs web dan mengembangkan format digital.
Radio dan televisi pun hadir di ranah daring dengan
membuka
situs
web
masing-masing.

Media
juga
menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung pengumpulan, pemrosesan,
dan penyiaran berita maupun mengembangkan bisnis.
Teknologi
digital
dan
Internet
tidak
hanya
memungkinkan lahirnya konvergensi media, tapi juga
konvergensi redaksi. Wartawan dituntut untuk mencari dan
melaporkan infomasi untuk memenuhi kebutuhan berbagai
platform media. Wartawan harus bisa bekerja sama dengan
kolega mereka dari platform media yang berbeda. Wartawan
harus bisa mencari dan menyampaikan informasi dengan
cepat dalam waktu riil (real time) agar bisa bersaing dengan
media lain.
Penerapan konvergensi media dan konvergensi redaksi

di satu media berbeda dengan media lain. Penerapan
konvergensi itu tergantung pada aplikasi teknologi informasi
dan komunikasi yang digunakan maupun organisasi dan
kebijakan media yang bersangkutan.
Jose Alberto Garcia Aviles dan Miguel Carvajal (2008)
meneliti konvergensi media dengan melihat dua model
produksi berita multimedia dengan kasus Novotecnica dan
La Verdad Multimedia di Spanyol. Penelitian tersebut
menfokuskan pada pekerjaan wartawan di ruang redaksi
yang memproduksi konten untuk multimedia: cetak, radio,
televisi, internet, dan lainnya. Penelitian ini manganalisis
perubahan praktik-praktik jurnalistik dan alur kerja
newsroom di kedua perusahaan media yang memiliki
berbagai produk atau platform media tersebut. La Verdad
memiliki surat kabar, media online, radio, dan televisi,
104

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)


sedangkan Novotecnica memiliki surat kabar, radio, dan
televisi. Berdasarkan observasi serta wawancara dengan
para reporter dan Direktur Pemberitaan, penelitian tersebut
menyimpulkan adanya dua model konvergensi ruang
redaksi: model terintegrasi dan model cross-media, yang
masing-masing memiliki perbedaan sistem produksi,
organisasi redaksi (newsroom), tingkat multi-skill wartawan,
dan strategi bisnis.
Penelitian ini akan melihat penerapan konvergensi di
ruang redaksi Tempo (Tempo Newsroom). Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Denzin dan Lincoln (2011, p. 3) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah kegiatan penelitian yang
menempatkan peneliti dalam dunia nyata. Penelitian
kualitatif terdiri atas seperangkat praktik-praktik material
interpretif yang memungkinkan dunia bisa diamati. Peneliti
kualitatif mempelajari hal-hal dalam situasi alamiah,
berusaha membuat fenomena yang diinterpretasikan bisa
dipahami dalam kerangka makna yang diberikan oleh
orang-orang.

Yin (2009, p. 1) mengemukakan bahwa studi kasus
merupakan suatu penelitian empiris yang menyelidiki
fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata,
khususnya jika batasan antara fenomena dan konteks tidak
jelas. Studi kasus digunakan untuk penelitian yang sebagai
berikut: a) fokus pada studi untuk menjawab pertanyaan
bagaimana dan mengapa; b) peneliti tidak dapat
memanipulasi perilaku yang dikembangkan dalam studi; c)
peneliti ingin memasukkan kondisi kontekstual ke dalam
penelitian karena yakin konteks relevan dengan fenomena
yang diteliti; atau d) tidak terdapat batas yang tegas antara
fenomena dengan konteks. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi, dan studi literatur dan
dokumen.

105

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)


DISKUSI
Teknologi Media Baru
Istilah media baru muncul untuk merujuk terjadinya
perubahan yang cukup cepat sejak era 1980-an pada media,
walaupun kecepatan perubahan itu tidak sama antara
platform media satu dengan lainnya. Perubahan itu bukan
hanya terjadi pada media, tapi juga ada perubahan ekonomi,
sosial, dan budaya. (Lister, et al, 2009, 10-11). Lister dan
kawan-kawan menyebutkan sejumlah indikasi perubahan
ekonomi, sosial, dan budaya yang dikaitkan dengan media
baru, yakni: 1) Perubahan dari modern ke post-modern; 2)
Intensifikasi proses globalisasi; 3) Perubahan era industri
manufaktur ke post-industri era informasi; 4) Desentralisasi
tata geopolitik lama yang sentralistik.
Teknologi media baru yang merupakan bagian dari
teknologi
informasi
dan
komunikasi
telah

mentransformasikan berbagai hal dalam industri media, dari
interaktivitas hingga konvergensi. Teknologi media baru
menunjukkan perkembangan yang lebih menggairahkan dari
sebelumnya. Tidak hanya sekadar memperbaiki bentukbentuk komunikasi yang sudah ada, teknologi media baru
menciptakan medium baru komunikasi publik virtual.
Didukung dengan konvergensi telekomunikasi, komputasi,
dan media, lanskap media menawarkan interaktivitas,
kendali penuh pada pengguna, dan komunikasi multimedia
(Pavlik 1998, 79).
Untuk memahami berbagai dimensi, kualitas, maupun
dampak teknologi media baru, diperlukan suatu kerangka
konseptual. Pavlik (1998, 2-5) berpendapat bahwa salah
satu cara memetakan teknologi media baru adalah dengan
melihat fungsi teknisnya, yakni produksi, distribusi,
tampilan, dan penyimpanan. Ia menawarkan kerangka
konseptual untuk memetakan dampak perubahan teknologi
terhadap pekerja komunikasi, produk media komunikasi,
struktur media, dan masyarakat yang dapat dilihat dalam

106


Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

tabel di bawah ini. Kerangka konseptual tersebut ditampilkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Peta Dampak Perubahan Teknologi
Pekerja
Komunik
asi

Produk

Struktur

Masyara
kat

Dampak
yang

diingink
an

Efisiensi;
Biaya
rendah;
Kecepatan
meningkat

Interakivit
as; Kontrol
pengguna;
Multimedia
;
Kebebasan
;
Fleksibilita
s

Desentralisa
si;
Newsroom
virtual;
Telecommuti
ng; Konten

Keuntung
an
ekonomi

Dampak
yang
tak
diingink
an

Gangguan
kesehatan
;
Pekerjaan
berkurang

Informasi
Redefinisi
makin
peran
mahal;
organisasi
Hak
atas
kekayaan
intelektual
susah
didefinisik
an

Hilangnya
privasi;
Perubaha
n
teknologi
lebih
cepat
dibanding
kemampu
an
masyarak
at
untuk
menghada
pi

Sumber: Pavlik (1998: 5)

107

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Dimensi yang digunakan tabel di atas adalah sifat
dampak: diinginkan atau tak diinginkan, dan tataran
dampak: pada pekerja komunikasi, produk komunikasi,
struktur media, dan masyarakat. Meskipun memberikan
beberapa contoh dampak, tapi tabel tersebut bukan daftar
lengkap dari dampak perubahan teknologi. Pada tataran
pekerja komunikasi, dampak yang diinginkan misalnya
efisiensi dan kecepatan yang lebih besar serta penurunan
biaya, sedangkan dampak yang tidak diinginkan misalnya
gangguan kesehatan dan penurunan jumlah tenaga kerja.
Pada tataran struktur media, dampak yang diinginkan di
antaranya
desentralisasi,
newsroom
virtual,
dan
telecommuting, sedangkan dampak yang tidak diinginkan
adalah pendefinisian ulang peran-peran.
Teknologi media baru berkembang cepat dan secara
radikal mengubah berbagai aspek dalam cara kita
berkomunikasi maupun dimensi lain dalam kehidupan kita.
Setiap tahun perkembangan teknologi meningkat makin
cepat, bahkan setiap hari terdapat perkembangan teknologi
yang diumumkan. Berbagai produk teknologi komunikasi dan
informasi terus dibuat dengan kapasitas, fasilitas, dan fitur
yang makin lengkap dan canggih.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi, para
wartawan, praktisi hubungan masyarakat, dan praktisi
periklanan dapat melakukan pekerjaan mereka dengan lebih
efektif. Teknologi mutakhir memungkinkan para praktisi
komunikasi melakukan pekerjaan mereka dalam cara yang
kreatif, atau bahkan mengerjakan sesuatu yang benar-benar
baru.
Konvergensi Media
Kemajuan teknologi membawa berbagai perkembangan
dalam industri media, di antaranya adalah munculnya media
konvergen yang menggabungkan beberapa teknologi yang
mampu menampilkan informasi dalam bermacam bentuk.
Teknologi tidak hanya spesifik untuk satu bentuk media,
tetapi dapat bergabung untuk semua media.
108

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Konvergensi adalah proses penggabungan tiga unsur
dalam industri media, yakni computing and information
technology
(komputasi
dan
teknologi
informasi);
communication networks (jaringan komunikasi); dan
digitized media and information content (konten informasi
dan media digital) (Flew 2004, 2-3).
Berbeda dengan perkembangan media konvensional
yang hanya mengalami perubahan bentuk, perkembangan
media
mutakhir
yang
didukung
teknologi
digital
memungkinkan pengakses mengunduh musik, film, dan
program televisi dari Internet. Media mengalami perubahan
bentuk, alat distribusi dan penyimpanan, hingga model
bisnis. Media digital melampaui bentuk-bentuk konten media
konvensional
karena
mampu
menggabungkan
dan
mengintegrasikan data, teks, suara, dan gambar dalam
berbagai jenis; disimpan dalam format digital; dan
didistribusikan melalui jaringan yang berbasis pada kabel
serat optik pita lebar, satelit, dan sistem transmisi
gelombang mikro.
Mark Deuze menyatakan bahwa ekosistem organisasi
media terdiri atas kombinasi dari layanan publik
perusahaan-perusahan pencari laba yang bergelut dengan
industri dan produksi kreatif dan sirkulasi budaya (Holt &
Perren 2009, 146-147). Dalam kerja media, budaya bukan
hanya merujuk pada kata-kata tertulis atau terucap, audio,
gambar diam atau bergerak, tapi juga pada platformplatform yang tersedia bagi masyarakat untuk memproduksi
dan menukar konten mereka sendiri. Lingkungan kerja
dalam industri media kontemporer melibatkan empat elemen
yang cenderung tergabung, yakni konten, konektivitas,
kreativitas, dan komersial –semua diterjemahkan dalam
produksi budaya. Dalam kerangka kerja media, konvergensi
terkait dengan: a) Berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders) yang inklusif – produser professional,
khalayak, narasumber, dan sponsor – dalam kokreasi konten
media dan pengalaman; b) integrasi berbagai industri media
dalam jaringan produksi global; dan c) koordinasi kompleks
109

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

antara tujuan-tujuan yang berbeda – kreativitas, komersial,
konten, dan konektivitas – dalam proses produksi media.
Transformasi redaksi ke dalam konvergensi operasional
juga memunculkan tantangan baru dalam pelatihan, kultur
organisasi, dan gaya manajemen. Para staf redaksi harus
menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru, proses produksi
baru, dan cara pikir baru tentang penyebaran berita. “Untuk
mewujudkan kekompakan yang efektif di antara orang-orang
dalam lingkungan redaksi yang dinamis, para anggota
organisasi harus saling berhubungan, harus membangun
kepercayaan dan keyakinan, dan harus memiliki kemampuan
untuk mencapai keputusan kelompok, sementara masingmasing bekerja secara independen dan membuat keputusan
krusial mengenai pekerjaannya” (Redmond & Trager 2004,
59).
Penerapan konvergensi merupakan perubahan drastik
bagi organisasi media dan para wartawannya. Konvergensi
terbang di depan jurnalisme tradisional; meninggalkan
prinsip-prinsip profesi yang telah dijalankan kebanyakan
reporter dalam beberapa dekade. Konvergensi secara
mendasar menghilangkan fokus pada cetak atau penyiaran;
menghancurkan dinding persaingan dan menempatkan
wartawan media cetak, penyiaran, dan online dalam satu
tim. Bebagai budaya dan latar belakang disatukan, kadangkadang di bawah satu atap. Para staf redaksi harus belajar
tentang kebiasaan, teknik, dan jargon organisasi lain yang
sebelumnya
menjadi
pesaing.
Perubahan-perubahan
tersebut tidak selalu diterima, dan banyak reporter mulai
dengan gagasan penyampaian berita dan informasi
antarplatform. Kondisi seperti itu menjadi tantangan bagi
para pemimpin dan eksekutif media untuk memainkan peran
dalam melakukan transisi menuju konvergensi secara mulus.
Model Newsroom
Berdasarkan penelaahan terhadap praktik-praktik
pengelolaan redaksi (newsroom) di berbagai media,
setidaknya terdapat empat model, yakni Newsroom 1.0,
110

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Newsroom 2,0, Newsroom 3.0, dan Newsroom 4.0
(Taufiqorahman 2005, 71-78). Newsroom 1.0 adalah model
newsroom dengan sistem produksi media dilakukan secara
terpisah di setiap unit bisnis atau outlet atau platform (single
product editorial). Setiap unit bisnis atau outlet atau
platform memiliki tim redaksi sendiri. Setiap unit bisnis atau
outlet itu seringkali berada di bawah entitas bisnis atau
perusahaan berbeda juga.
Newsroom 2.0, Newsroom 3.0, dan Newsroom 4.0
merupakan sistem manajemen redaksi yang menerapkan
konvergensi. Pada Newsroom 2.0, konvergensi hanya
dilakukan di level atau proses pencarian bahan berita(news
gathering). Para reporter bergabung dalam satu pot dan
tugas mereka hanyalah mengumpulkan bahan berita,
terutama yang berasal dari lapangan. Proses pengolahan
berita masih dilakukan di tiap-tiap unit bisnis atau platform.
Pada Newsroom 3.0, proses news gathering dan news
writing dilakukan secara konvergen dan diproduksi untuk
seluruh platform, baik cetak, audio, dan televisi. Reporter
akan bekerja mencari dan menyerahkan bahan berita ke
newsroom yang kemudian akan mengolahnya menjadi
berita. Berita yang diproduksi newsroom tersebut akan
digunakan
oleh
semua
unit
bisnis
atau
outlet
(multiplatform).
Pada Newsroom 4.0, proses konvergensi mulai
melibatkan Bagian Riset. Riset dalam konteks ini berbeda
dengan riset untuk kepentingan penulisan berita. Riset
dalam Newsroom 4.0 adalah satu tim yang menghasilkan
produk yang bernilai jual, bukan sekadar pendukung tulisan
seperti pada Newsroom 2.0. dan Newsroom 3.0.
Tempo Newsroom
Transformasi menuju konvergensi redaksi Kelompok
Tempo Inti Media muncul setelah Koran Tempo terbit tahun
2001. Ketika itu dibentuk Tempo Newsroom (TNR) yang
diharapkan menjadi pusat kendali berita. TNR mengadopsi
sistem liputan berita 24/7, yakni berjalan 24 jam sehari
111

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

selama tujuh hari dalam seminggu. Jam kerja pun dibagi
tiga shift: pukul 08.00-16.00, 16.00-24.00, dan 24.0008.00. Tentu pengerahan sumber daya manusia redaksi
paling banyak pada shift pagi karena potensi berita atau
peristiwa banyak terjadi pada pagi hingga sore hari.
Penerapan sistem kerja 24/7 itu dimaksudkan untuk
mendukung Tempointeraktif.com (sekarang Tempo.co) yang
akan dikembangkan dengan melakukan up dating berita
secara terus menerus selama 24 jam sehari dan tujuh hari
seminggu. Karena itu, para reporter berada di bawah kendali
Kepala TNR. Di bawah Kepala TNR terdapat sejumlah staf
redaksi yang berfungsi sebagai koordinator reportase dan
pengunggah (up loader) berita ke Tempointeraktif.com. Para
koresponden daerah juga berada di bawah TNR dan dipimpin
Redaktur Daerah (Nusa) dengan beberapa staf redaksi yang
berfungsi sebagai koordinator koresponden dan pengunggah
berita Tempointeraktif.com maupun penanggung jawab
halaman Nusa di Koran Tempo.
Laporan
berita
TNR
tidak
hanya
untuk
Tempointeraktif.com, tapi juga untuk melayani kebutuhan
Koran Tempo, bahkan juga majalah Tempo. Redaksi Koran
Tempo dan majalah Tempobisa memberikan penugasan atau
permintaan liputan sesuai dengan perencanaan masingmasing.
Dalam pelaksanaannya, berita yang dihasilkan TNR
lebih banyak berupa berita pendek karena ada tuntutan
untuk mengirim laporan secara cepat guna memenuhi
kebutuhan
breaking
news
di
Tempointeraktif.com.
Pemberian prioritas terhadap kebutuhan breaking news ini
wajar karena ada kebijakan pengembangan media online
dan para reporter di lapangan berada langsung di bawah
komando staf redaksi TNR yang juga pengunggah berita
Tempointeraktif.com.
Pola pelaporan berita pendek secara cepat tersebut
menimbulkan persoalan bagi Koran Tempo karena materi
laporan yang tersedia sering tidak memadai untuk
kebutuhan surat kabar yang perlu bahan lebih lengkap.
112

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Persoalan yang sama dihadapi oleh redaksi majalah Tempo
yang membutuhkan laporan lebih lengkap dan mendalam.
Konvergensi Redaksi Tempo
Perkembangan industri media yang diwarnai dengan
pertumbuhan media online dan digital membuat kelompok
Tempoharus melakukan adaptasi untuk mengikuti trend
tersebut. Dengan adanya kebijakan baru yang lebih fokus
dan lebih serius dalam mengembangkan bisnis media online
dan digital sejak tahun 2008, maka gagasan pengembangan
Tempo Newsroom sesuai perkembangan dan praktik-praktik
terbaik (best practice) yang terjadi dalam industri media
juga mengemuka. Pada 2010sistem konvergensi memang
sudah banyak diterapkan di perusahaan media, terutama di
luar negeri. Bentuk atau modelnya sudah banyak
didiskusikan,
sehingga
muncul
gagasan
untuk
menghidupkan kembali Tempo Newsroom dengan konsep
konvergensi.
Menurut Toriq Hadad, yang ketika itu menjabat
Direktur Produksi PT Tempo Inti Media, ada sejumlah alasan
memilih sistem konvergensi redaksi. Pertama, Grup Tempo
harus mengikuti trend yang terjadi di bisnis media. Kedua,
sistem konvergensi akan melahirkan sinergi dan efisiensi.
Ketiga, perubahan sistem keredaksian ini merupakan suatu
keharusan dalam industri media dan Tempo tidak terkecuali
harus ikut dalam perubahan ini.
Tempo memutuskan untuk menerapkan konvergensi
redaksi dengan sistem Newsroom 3.0 guna menciptakan
efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Penerapan sistem
Newsroom 3.0 ini tidak langsung dilaksanaan pada semua
bagian redaksi, tapi dengan serangkaian uji coba lebih
dahulu.
Departemen
produksi
melakukan
uji
coba
konvergensi redaksi di kompartemen seni mulai Februari
2010. Kompartemen seni dipilih karena berita di deskseni
bersifat non-news, sehingga kecepatan updating berita
relatif rendah. Pergerakan reporter deskseni di lapangan dan
berita yang diproduksinya tidak secepat kompartemen news
113

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

seperti kompartemen nasional (politik, hukum, keamanan)
serta kompartemen ekonomi dan bisnis.
Uji coba konvergensi redaksi kemudian dilakukan di
kompartemen news. Berdasarkan rapat pada 4 Mei 2011,
kompartemen yang akan menjalankan uji coba berikutnya
adalah kompartemen ekonomi dan bisnis. Kompartemen ini
dipilih karena sebelum uji coba dilaksanakan, sinergi sudah
lama terjadi antara awak kompartemen ekonomi bisnis
Koran Tempo dan awak kompartemen ekonomi bisnis
majalah Tempo.
Informan A menilai uji coba konvergensi redaksi gagal.
Pola kerja yang berbeda antara surat kabar harian dengan
majalah mingguan menyulitkan pelaksanaan konvergensi.
Misalnya, rapat di majalah dilakukan setiap Senin dan Rabu,
sementara di koran dan tempo.co dilakukan setiap hari, pagi
dan sore. Akibatnya, tim majalah dan koran kerepotan untuk
bisa mengikuti seluruh rapat di koran maupun majalah.
Apalagi, kantor majalah Tempo ketika itu berada di Jl.
Proklamasi Jakarta Pusat terpisah dengan kantor Koran
Tempo dan tempo.co yang berada di Kebayoran Center
Jakarta Selatan.
Persoalan lain yang berkontribusi atas kegagalan uji
coba konvergensi adalah sistem kerja yang berbeda. Majalah
berdurasi mingguan, koran berdurasi harian, dan online
berdurasi menit-per menit, bahkan detik-per-detik. Pada
Koran Tempodan Tempo.co, redaktur biasanya menunggu
pasokan berita dari lapangan (reporter), sementara para
redaktur di majalah tidak hanya menunggu laporan tapi juga
harus mencari sendiri bahan beritanya. Tim majalah
seringkali tidak enak hati karena terkesan tidak bekerja
ketika mereka menunggu janji wawancara atau janji
bertemu dengan narasumber, sementara redaktur di koran
dan Tempo.co bekerja sejak pagi: mengkoordinasikan
reporter di lapangan dan kemudian menuliskannya untuk
breaking news media online, serta menulis untuk Koran pada
sore hingga malam hari.

114

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Ego sektoral antara majalah dan koran juga masih
terjadi. Bahan-bahan eksklusif yang dimiliki majalah
disimpan dan baru dibagi ke Tempo.co dan Koran Tempo
pada hari Senin ketika majalah Tempo sudah terbit. Padahal,
dalam sistem konvergensi, prinsip yang dianut dalam soal
pemberitaan adalah mengutamakan media online (digital
first). Artinya, bahan apa pun yang diperoleh di lapangan
harus diterbitkan pertamakali di tempo.co. Koran dan
majalah harus mencari angle atau sudut pandang yang
berbedadengan laporan mendalam agar tidak mengulangi
berita yang sudah diunggah di Tempo.co.
Kontribusi anggota tim majalah Tempo dan Koran
Tempo pada produksi berita di tempo.co juga rendah. Tim
koran merasa bahwa waktu untuk menggarap Tempo.co
terbatas. Pada pagi hari, mereka harus mengawal pencarian
bahan berita dan setelah pukul 12.00 mereka harus mulai
menggarap berita di koran. Hal yang sama terjadi di tim
majalah. Mereka beralasan, penulisan berita mendalam di
majalah
membuat
mereka
harus
berjibaku
untuk
mendapatkan bahan yang lengkap dan mendalam.
Persoalan lainnya yang menjadi kendala adalah tidak
adanya insentif bagi desk yang menjalankan uji coba.
Mereka merasa beban mereka sangat berat karena harus
mengerjakan tugas untuk Tempo.co, Koran Tempo, dan
majalahTempo, sementara tim yang tidak menjalani uji coba
hanya menggarap tempo.co saja, atau Koran Tempo saja,
atau majalah Tempo saja. Pembagian beban kerja 90:10
(majalah Tempo atau Koran Tempo 90%, dan Tempo.co
10%) membuat personel yang ikut uji coba konvergensi
merasa diperlakukan tidak adil karena kompartemen lain
tidak dibebani upload di Tempo.co.
Berdasarkan evaluasi terhadap uji coba kovergensi
redaksi pada kompartemen seni dan kompatemen ekonomi
bisnis tersebut, kelompok Tempo melaksanakan konvergensi
redaksi secara penuh pada semua kompartemen mulai tahun
2012. Tujuan konvergensi adalah mencapai sinergi untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Konvergensi juga
bertujuan meningkatkan mutu dan jumlah berita di setiap
115

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

produk Tempo. Konvergensi diharapkan menghasilkan
sinergi di seluruh lini produksi, juga menghasilkan
peningkatan intensitas dalam penggarapan isu, serta
efisiensi biaya. Dengan mekanisme kerja seperti ini,Tempo
berharap mampu mempertahankan keunggulan yang
menjadi
trade-mark-nya
yakni
investigasi,
juga
meningkatkan kualitas liputan untuk melayani hak informasi
publik dan menjalankan peran kontrol sosial.
Konvergensi redaksi ini melibatkan majalah Tempo,
Koran Tempo, dan Tempo.co dengan melakukan produksi
berita untuk ketiga outlet tersebut secara bersama-sama.
Tempo TV dan Tempo English masih dikelola tim terpisah,
karena Tempo English sekadar edisi bahasa Inggris dari
majalah Tempo, sedangkan Tempo TV merupakan usaha
patungan dengan perusahaan lain, yakni PT Media Lintas Inti
Nusantara (Kantor Berita 68 H). Beberapa majalah yang
merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan lain juga
dikelola oleh tim masing-masing, termasuk Travelounge,
Komunika, Aha! Aku Tahu, dan Koran Tempo Makassar.
Dalam sistem konvergensi yang diadopsi Tempo Media
Group, kegiatan produksi diubah dari semula di masingmasing unit bisnis menjadi disatukan dalam satu newsroom.
Produksi berita untuk semua platform dibebankan kepada
masing-masing desk atau kompartemen, tidak lagi pada unit
bisnis. Desk atau kompartemen bertanggungjawab mencari
bahan berita, menulis dan mengedit berita untuk semua
outlet atau platform. Setiap unit bisnis atau platform
menjaga kekhasan masing-masing produk dan menjalankan
fungsi kontrol kualitas (quality control) terakhir.
Meskipun sudah menerapkan konvergensi redaksi,
setiap produk atau platform media masih memiliki Pemimpin
Redaksi dan Redaktur Eksekutif masing-masing. Para
Pemimpin Redaksi dan Redaktur Eksekutif Majalah Tempo,
Koran Tempo,Tempo.co ditambah Kepala Divisi Sumber
Daya Manusia bersama-sama duduk dalam Dewan Eksekutif.
Dalam sistem konvergensi ini, pemimpin redaksi dan
redaktur
eksekutif
lebih
banyak
menangani
aspek
perencanaan dan quality control. Kendali operasional
116

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

produksi berita berada di tangan para redaktur pelaksana
yang mengepalai kompartemen atau desk. Di tingkat
kompartemen inilah dilaksanakan proses perencanaan
liputan, pengolahan atau editing berita, dan pengiriman atau
pemuatan berita di setiap outlet atau produk media.
Kompartemen atau desk yang ada di Tempo terdiri atas
kompartemen nasional dan hukum, kompartemen ekonomi
dan
bisnis,
kompartemen
internasional
dan
nusa,
kompartemen sains, sport, dan kolom, kompartemen metro
dan prelude, kompartemen investigasi, kompartemen gaya
hidup
dan
Koran
Tempo
Minggu
(akhir
pekan),
kompartemen
seni
dan
intermezo.
Dalam
rangka
mendukung konvergensi dan digitalisasi, maka dibentuk
kompartemen baru yakni pusat liputan (superdesk) dan
pengembangan produk digital. Sementara Indonesiana yang
dulu merupakan rubrik di majalah Tempo, sekarang
dijadikan kanal untuk mengembangkan jurnalisme warga.
Superdesk merupakan kompartemen baru yang
dibentuk sebagai pusat liputan (kendali berita) untuk
mendukung konvergensi redaksi. Superdesk dipimpin
seorang redaktur pelaksana dan memiliki sejumlah redaktur
yang berfungsi sebagai koordinator liputan. Mereka
membawahi semua reporter Tempo dan koresponden
daerah/luar negeri. Karena fungsinya sebagai pusat kendali
berita, superdesk bertanggung jawab atas pantauan
peristiwa/berita yang ada untuk kebutuhan breaking news
pada Tempo.co. Superdesk juga harus melayani permintaan
liputan dari kompartemen-kompartemen, baik untuk
kebutuhan majalah Tempo, Koran Tempo, maupun
Tempo.co.
Superdesk seperti sebuah news hub, yang menjadi
pusat lalu-lintas berita. Superdeskberada di tengah-tengah
ruang redaksi, sebagai tempat koordinasi redaksi. Di sisi
ruang tersebut terdapat sejumlah layar televisi berukuran 40
inchi yang dipakai untuk memantau berita dari sejumlah
stasiun televisi, indeks harga saham, dan laporan reporter
dari lapangan. Informan D, Redaktur Pelaksana Superdesk,
mengatakan bidang liputan utama superdesk adalah berita
117

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

metro, bisnis, dan nasional yang menjadi bahan pokok
breaking news.
Menurut dia, terdapat 29 reporter yang berada di
bawah Super Desk untuk liputan di Jakarta, masih jauh di
bawah kebutuhan ideal sebanyak 50 reporter. Karena itu,
para reporter diarahkan untuk fokus pada isu-isu tertentu
sesuai perencanaan, selain meng-cover peristiwa untuk
breaking news.
Keinginan
kelompok
Tempo
untuk
menerapkan
konvergensi redaksi dengan menyatukan semua personel
redaksi di satu kantor terwujud pada April 2015 dengan
pemindahan kantor dari Jalan Proklamasi Jakarta Pusat dan
Kebayoran Jakarta Selatan, ke Gedung Tempo baru di Jalan
Palmerah Barat 8 Jakarta Pusat. Digunakannya kantor baru
ini juga mendukung konvergensi redaksi dengan sistem
Newsroom 3.0 yang menempatkan superdesk di sebuah
meja besar dan menjadi pusat kendali berita. Kompartemenkompartemen lain bisa mendatangi meja besar tersebut
untuk melakukan koordinasi liputan dengan personel
superdesk.
Kalau Super Desk bertugas dan bertanggung jawab
dalam pencarian dan pengumpulan berita, kompartemenkompartemen lain bertugas dan bertanggung jawab dalam
pengolahan, pemrosesan, hingga pemuatan berita ke
berbagai outlet. Setiap kompartemen harus mengisi berita
untuk Majalah Tempo, Koran Tempo, dan tempo.co,
sehingga dibuat pembagian personel untuk menangani
outlet-outlet tersebut. Setiap anggota kompartemen diplot
pada satu produk media cetak ditambah tugas pada produk
online. Menurut Informan A, prinsip kerjanya setiap orang
dibagi dua tugas: Koran Tempo + Tempo.co atau Majalah
Tempo + Tempo.co. “Rasionya 80% mengerjakan tugas di
core outlet dan 20% untuk tugas outlet lain,” ujarnya.
Terdapat perubahan infrastruktur teknologi dan
kewenangan akses intranet untuk mendukung perubahan
mekanisme kerja dalam konvergensi redaksi, yakni dari
sistem tertutup ke sistem terbuka. Dulu setiap orang
memiliki kewenangan akses tertentu sesuai dengan posisi
118

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

masing-masing. Seorang redaktur majalah Tempo dulu
hanya bisa mengakses intranet majalah, tapi tidak bisa
mengakses intranet Koran Tempo. Sebaliknya, redaktur
Koran Tempo hanya bisa mengakses intranet koran, tapi
tidak bisa mengakses intranet majalah.
Dari sisi penjenjangan, dulu seorang reporter hanya
bisa mengakses keranjang berita reporter, tidak bisa
mengakses keranjang berita redaktur. Seorang redaktur
hanya bisa mengakses keranjang berita reporter dan
redaktur, tidak bisa mengakses keranjang berita redaktur
utama/redaktur
pelaksana.
Seorang
redaktur
utama/redaktur pelaksana hanya bisa mengakses keranjang
berita reporter, redaktur, dan redaktur utama/redaktur
pelaksana. Setelah konvergensi, kewenangan akses dibuka
luas sehingga semua awak redaksi bisa melihat semua berita
di keranjang berita pada semua platform di semua jenjang.
Dengan demikian, seorang reporter bisa mengetahui
laporannya sudah diedit oleh redaktur serta hasil editannya,
dan seterusnya sampai editing redaktur bahasa.
Mekanisme
perencanaan
liputan
dan
pola
komunikasinya pun berubah dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi. Rapat perencanaan yang dulu
dilaksanakan pagi hari tidak diperlukan lagi karena
perencanaan liputan dan penugasan bisa dilakukan lewat
aplikasi
messenger
group,
yakni
grup
WhatsApp.
Sebelumnya
pernah
digunakan
aplikasi
lain
untuk
komunikasi redaksi, tapi muncul berbagai kendala sehingga
kemudian dipakai WhatsApp sampai sekarang. Dengan grup
WhatsApp ini, semua awak redaksi mengetahui semua
rencana liputan dan penugasan semua orang.
Rapat redaksi dilakukan di meja besar (superdesk)
setiap hari pada pukul 14.00 untuk mengecek laporan dan
perkembangan berita serta menentukan berita utama
(headline) Koran Tempo. Rapat yang lebih terbatas
dilakukan malam hari sekitar pukul 19.00 untuk membahas
berita utama (halaman depan), baik dari sisi isi, judul,
tampilan, dan lainnya. Bila ada perkembangan berita baru
yang lebih kuat dari rencana headline sebelumnya,
119

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

penggantian headline diputuskan dalam rapat malam
tersebut. Rapat mingguan untuk membahas perencanaan
liputan dan isi majalah dilaksanakan pada Selasa dan Jumat.
Kompartemen pengembangan produk digital dibentuk
untuk merespons trend digitalisasi media. Unit baru ini juga
menjadi
pendukung
strategi
perusahaan
dalam
mengembangkan bisnis digital. Tempo memutuskan strategi
memperkuat bisnis digital untuk menyokong bisnis cetak,
sebab industri media sekarang menunjukkan trend
peningkatan media digital dan penurunan media cetak.
Kepala Pengembangan Produk Digital, Yosep Suprayogi,
mengemukakan bahwa unit ini bertugas mengembangkan
produk digital dalam berbagai aspek, seperti kemasan, isi,
teknologi, hingga pemasaran. Karena itu, Pengembangan
Produk Digital menangani engagement, media social, search
engine optimization (SEO), video journalist, hingga infografis
yang ramah digital. “Kami juga mengembangkan ide-ide
maupun produk-produk baru,” kata Yosep.
Selaras
dengan
perkembangan
pesat
teknologi
komunikasi, Tempo Media Group lebih serius dan fokus
memasuki bisnis media digital dengan merancang aplikasi
digitaluntuk hampir semua produk cetak Tempo, di
antaranya untuk platform iOS dan Android. Selain
menyediakan personel yang mumpuni dan terus menerus
mempelajari bidang baru ini, perseroan juga menanamkan
investasi untuk menambah dan melengkapi infrastruktur
server,
peningkatan
kapasitas
bandwidth
serta
pengembangan situs tempo.co. Situs berita ini berprospek
sangat baik dengan mencatat pertumbuhan signifikan dari
tahun ke tahun.
Meskipun demikian, Yosep mengatakan, sumber daya
untuk pengembangan produk digital masih kurang. Personel
yang menangani SEO hanya satu orang, kata dia, itu pun
malah keluar. Infrastruktur teknologinya pun masih kurang.
Kekurangan infrastruktur itu diakui oleh Informan I,
Pemimpin Redaksi Koran Tempo. Menurut dia, kapasitas
server yang dimiliki Tempo Group saat ini hanya 50% dari
kapasitas ideal, sehingga kinerjanya tidak maksimal.
120

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Persoalan lain yang muncul adalah masih adanya
perbedaan
pandangan
terhadap
penerapan
sistem
konvergensi redaksi. Sebagian awak redaksi menganggap
konvergensi redaksi sebagai sistem yang merepotkan dan
menambah beban. Kalau manajemen menetapkan tugas di
dua outlet dengan perbandingan 80% + 20%, sehingga
beban kerjanya tetap 100%, mereka yang resisten
menganggap beban kerjanya 100% + 20%, sehingga
menjadi 120%. Adanya keberatan untuk melakukan tugas
ganda tersebut diungkapkan oleh Informan B, Redaktur
Pelaksana Kompartemen Ekonomi Bisnis.
Adaptasi terhadap sistem dan pola kerja baru juga
menjadi persoalan dalam pelaksanaan konvergensi redaksi.
Beberapa orang yang terbiasa menulis untuk majalah dan
koran dalam waktu relatif panjang, mengalami kesulitan
ketika harus mengisi berita Tempo.co yang menuntut
kecepatan. Akibatnya, mereka tidak dapat mencapai target
kuantitas pengisian berita Tempo.co yang ditetapkan.
Sistem konvergensi yang mewajibkan wartawan
membuat laporan dalam berbagai format –tulisan, foto,
video- menjadi kesulitan baru, terutama bagi wartawan yang
tidak dilatih untuk tugas ganda (multitasking) seperti itu.
Untuk mengatasi masalah itu, calon reporter angkatan baru
(2015) diberi pelatihan multimedia. Sedangkan wartawan
lama akan diberikan pelatihan secara bertahap.
Dari
uraian
tentang
pelaksanaan
konvergensi
redaksi,dapat dilihat bahwa konvergensi redaksi kelompom
Tempo telah membuat terjadinya perubahan struktur dan
pola kerja. Alur kerja produksi berita dalam sistem
konvergensi redaksi Tempo itu bisa digambarkan sebagai
berikut.

121

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Tempo.co

Koran Tempo

Majalah Tempo

Kompartemenkompartemen

Keranjang berita
(news hub)

Reporter
(wartawan)
Figure 1. Alur Produksi Berita dalam Sistem Konvergensi Redaksi Tempo

Dari gambar tersebut bisa dijelaskan bahwa para
reporter atau wartawan yang melakukan liputan akan
mengirimkan laporan ke keranjang sistem informasi redaksi
(intranet) yang menjadi pusat berita (news hub). Para
redaktur dan redaktur pelaksana kompartemen akan
memantau laporan yang masuk dan melakukan seleksi
berita sesuai dengan bidang masing-masing. Mereka
kemudian akan menulis dan mengedit berita, lalu
mengirimkan ke outlet-outlet media yang ada yakni
Tempo.co, Koran Tempo, dan majalah Tempo.
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
telah membawa perubahan dalam industri media, seperti
digitalisasi dan konvergensi. Perubahan-perubahan tersebut
membuat perusahaan-perusahaan media harus melakukan
adaptasi, baik dari sisi produk, distribusi informasi, proses
kerja, strategi bisnis, dan lain-lain.
122

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Kelompok media Tempo pun melakukan berbagai
langkah untuk merespons perkembangan teknologi dan
industri
media,
di
antaranya
dengan
menerapkan
konvergensi redaksi. Penerapan konvergensi redaksi yang
sudah dirintis sejak pembentukan Tempo Newsroom tidak
berjalan mulus, namun tetap harus jalan terus. Tempo
memilih model Newsroom 3.0 dalam penerapan konvergensi
redaksi, yakni model pengelolaan redaksi yang menyatukan
proses pengumpulan berita dan pengolahan berita untuk
memasok berita ke beberapa outlet media dalam kelompo
Tempo, yakni tempo.co, Koran Tempo, dan Majalah Tempo.
Uji
coba
konvergensi
redaksi
pada
beberapa
kompartemen redaksi kelompok Tempo tidak berjalan
lancer, bahkan dinilai gagal. Namun, kelompok Tempo tetap
mnerapkan konvergensi redaksi pada seluruh jajaran redaksi
karena konvergensi redaksi dianggap sebagai keniscayaan
yang
harus
dilakukan
sebagai
adaptasi
terhadap
perkembangan teknologi dan industri media.

REFERENSI
Aviles, J.A.G. & M. Carvajal. (2008). Integrated and
Cross-Media Newsroom Convergence: Two Models
of Multimedia News Production – The Cases of
Novotécnica and La Verdad Multimedia in Spain.
Convergence, 14: 221.
Berkman,
R.I.
&
C.A.
Shumway.
Dilemmas:
Ethical
Issues
for
Professional. Iowa: Iowa State Press.

(2003).
Online

Digital
Media

Boczcowski, P.J; E. Mitschelstein; M. Warter. (2011).
Convergence
Across
Divergence:
Understanding
the Gap in the Online News Choices of Journalists
and Consumers in Western Europe and Latin
America. Communication Research, 38: 376.
Denzin, N.K. & Y.S. Lincoln. (2011). Qualitative Research.
California: SAGE Publications Ltd.
123

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Dewdney, A. & P. Ride. (2006).
Handbook. New York: Routledge

The

New

Media

Dragomir, M. & M. Thompson. (2014). Mapping Digital
Media:
Indonesia.
London:
Open
Society
Foundation
Flew, T. (2007). New Media, An Introduction. Oxford:
Oxford University Press.
Grant, A.E & J.S. Wilkinson. (2009). Understanding Media
Convergent. New York: Oxford University Press.
Hadad, T. (2011). Newsroom di Era Digital.
seminar yang diadakan Serikat Penerbit
Jakarta.

Makalah
Pers di

Huang, E. et al. (2006). Bridging Newsroom and
Classroom:
Preparing the
Next Generation
of
Journalist for Converged Media. Journalism and
Communication Monograph, 8: 221.
Holt, J. & A. Perren. (2009). Media Industries: History,
Theory, and Method. West- Sussex, UK: WileyBlackwell
Jenkins, H. (2006). Convergence
New York University Press.

Culture.

New

York:

Kovach, B. & T. Rosenstiel. (2006). Sembilan Elemen
Jurnalisme. Jakarta: Pantau
---------------------. (2012). Blur: Bagaimana Mengetahui
Kebenaran di Era Banjir Informasi. Jakarta: Dewan
Pers.
Lister, M; et al. (2009).
Introduction.
Second
Routledge.

New Media, A
Edition.
New

Critical
York:

Pavlik, J.P. (1998). New Media Technology: Cultural and
Commercial Perspectives. Needham Heights, MA:
Allyn & Bacon.
Poynter, R. (2010). The Handbook of Online and Social
Media Research. Chichester: John Willey & Sons
Ltd.
124

Jurnal Studi Komunikasi
ISSN: 2549-7294, 2549-7626 (Online)

Reddick, R. & E. King. (1996). Online Journalism, Using
the Internet and Other Electronic Resources. New
York: Harcourt Brace & Company.
Setyarso, B. & B. Hidayat. (2013). Cerita di Balik Dapur
Tempo. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
dan Majalah Tempo
Taufiqurohman, M. (2005). Rancangan Strategi Manajemen
Perubahan Proses Bisnis PT Tempo Inti Media (20142018). Jakarta: Sekolah Tinggi Mana- jemen PPM.
Yin,

R.K. (2009) Case Study Research, Design and
Methods.
4th
Edition.
Thousand
Oaks:
Sage
Publication Inc.

Yuyan. E.Z. (2008). Examining Media Convergence: Does
it Converge Good Journalism, Economic Synergies,
and
Competitive
Advantages.
Citeseerx.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?doi=10
.1.1.515.9312

125

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24