T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penurunan Perilaku Agresif Melalui Konseling Kelompok Pendekatan Gestalt pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 02 Susukan Tahun Ajaran 20162017 T1 Full text

PENURUNAN PERILAKU AGRESIF MELALUI KONSELING
KELOMPOK PENDEKATAN GESTALT PADA SISWA
KELAS VIII E SMP NEGERI 02 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

ARTIKEL TUGAS AKHIR

Oleh
Lilis Wijayanti
132013060

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

PENURUNAN PERILAKU AGRESIF MELALUI KONSELING
KELOMPOK PENDEKATAN GESTALT PADA SISWA
KELAS VIII E SMP NEGERI 02 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

Lilis Wijayanti
Tritjahjo Danny Soesilo
Setyorini
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan perilaku agresif
melalui konseling kelompok Gestalt pada siswa Kelas VIII E SMP Negeri 02
Susukan. Subjek penelitian ini berjumlah 14 siswa kelas VIII E yang termasuk
dalam kategori perilaku agresif sangat tinggi dan tinggi. Dari 14 siswa dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini masuk dalam jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain
penelitian Pretest Posttest Control Group Design. teknik analisis data yang
digunakan adalah Uji Mann Whitney U yang diolah dengan menggunakan
program SPSS 20 for windows. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
diperoleh Asymp.Sig. 2-tailed 0,002 < 0,05 dengan mean rank pada pretest
kelompok eksperimen 11,00 sedangkan mean rankposttesteksperimen adalah
4,00 sehingga ada penurunan mean rank kelompok sebesar 7,00.Hal ini
menunjukan ada penurunan perilaku agresif pada siswa yang telah diberi
treatment. Untuk mengetahui penurunan yang signifikan dapat dibandingkan

antara post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasilnya
menunjukkan Asymp.Sig. 2-tailed 0,002 < 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok pendekatan Gestalt secara signifikan dapat menurunkan
perilaku agresif siswa.
Kata kunci: Perilaku agresif, konseling kelompok Gestalt,
Pendahuluan
Kecenderungan
mengesampingkan
aspek
afektif/sikap menjadi salah satu
penyebab
munculnya
sifat-sifat
remaja
siswa
SMP
yang
menyimpang. Munculnya perilaku
yang
menyimpang

diantaranya
adalah agresivitas yang berlebihan.
Menurut Buss (dalam Krahe, 2005)

mendefinisikan perilaku agresif
sebagai
sebuah
respon
yang
mengantarkan stimuli ‘beracun’
kepada mahluk hidup lain. Mereka
adalah remaja yang pada umumnya
berusia antara 13-19 tahun sebagai
remaja yang sedang mengalami masa
transisi. Masa remaja merupakan
periode penuh gejolak emosi tekanan
jiwa sehingga remaja mudah

berperilaku menyimpang dari aturan
norma

sosial
yang
berlaku
dikalangan masyarakat (Sarwono
dalam Padmomartono, 2013).
Dari
hasil
studi
awal
menggunakan skala perilaku agresif,
tingkat agresifitas siswa kelas VIII E
di SMP Negeri 02 Susukan, dari 30
siswa terdapat 5 siswa (16,67%)
yang memiliki tingkat agresifitas
sangat tinggi dan ada 9 siswa (30 %)
yang memiliki tingkat agresifitas
tinggi. Dengan demikian terdapat 14
siswa
yang memiliki
tingkat

agresifitas
tinggi.
Berdasarkan
perolehan hasil yang telah disebutkan
sebelumnya,
peneliti
ingin
melakukan
penelitian
untuk
mengurangi perilaku agresif siswa di
SMP Negeri 02 Susukan.
Bentuk layanan Bimbingan
dan Konseling yang efektif untuk
mengurangi perilaku agresif adalah
konseling kelompok pendekatan
Gestalt. Tujuan utama dari terapi
Gestalt menurut Perls dalam Corey
(dalam Komalasari, 2011) adalah
pencapaian

kesadaran.
Tanpa
kesadaran klien tidak memiliki alat
untuk mengubah kepribadian yang
menyimpang seperti seseorang yang
agresif. dengan kesadarannya klien
bisa memandang sebuah masalah
secara utuh dan menyeluruh,
sehingga klien tidak memandang
masalah dari satu sisi saja.
Menurut penelitian Artayana
(2013)
tentang
“Penerapan
Konseling Kelompok Gestalt untuk
Meminimalisir Perilaku Agresif
Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1
Sukasada
Tahun
Pelajaran

2012/2013” dengan subjek berjumlah
8 siswa menunjukkan pada siklus I
terjadi penurunan perilaku agresif
73,9 % menjadi 60.4% dan pada
siklus II menjadi 44,6%. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya
penurunan perilaku agrsif siswa
setelah
di
berikan
konseling

kelompok gestalt dengan teknik
sosiodrama.
Berdasarkan uraian latar
belakang diatas dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini:
“Adakah penurunan yang signifikan
perilaku agresif siswa melalui
layanan

konseling
kelompok
pendekatan Gestalt pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 02 Susukan?”
Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan:“untuk mengetahui
signifikansi penurunan perilaku
agresif siswa melalui layanan
konseling kelompok pendekatan
Gestalt.
Perilaku Agresif
Perilaku
agresif
adalah
perilaku atau kecenderungan perilaku
yang niatnya untuk menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Perilaku agresif akan
terbentuk dan diulang oleh individu
karena dengan melakukan perilaku

agresif individu memperoleh efek
yang menyenangkan, dan sebaliknya
individu tidak akan mengulang
perilaku agresifapabila perilaku
tersebutmenimbulkan efek yang
tidak menyenangkan bagi dirinya
(Buss & Perry, 1992). Perilaku
agresif dapat dilihat sejak masa
kanak-kanak. Setiap orang memiliki
perilaku agresif dan hal tersebut
tidak dapat dihindarkan (Buss &
Perry dalam Pratiwi 2016).
Menurut Buss & Perry (1992)
menyebutkan ada empat aspek
perilakuagresif, yaitu:
1. Physical
Aggression
(agresi
fisik)
Physcal

aggression
merupakan
agresi yang dapat diamati. Physical
aggression
(PA)
adalah
kecenderungan
individu
untuk
melakukan serangan secara fisik
untuk mengekspresikan kemarahan
atau agresi. Bentuk serangan fisik
tersebut
seperti
memukul,
mendorong, mencubit.

2. Verbal
Aggression
(agresif

verbal)
Verbal
aggression
merupakan
perilaku agresi yang dapat diamati
(didengar). Verbal aggression adalah
kecenderungan untuk menyerang
orang lain untuk memberikan
stimulus yang merugikan dan
menyakitkan kepada organisme lain
secara verbal, yaitu melalui kata-kata
atau penolakan. Bentuk serangan
verbal tersebut seperti cacian,
ancaman,
mengumpat
atau
penolakan.
3. Anger (kemarahan)
Anger adalah perasaan marah, kesal,
sebal
dan
bagaimana
cara
mengontrol hal tersebut.termasuk
didalammnya adalah irriability, yaitu
mengenai
interpersonal.
Kecenderungan
untuk
cepat
marah,dan
kesulitan
untuk
mengendalikan amarah.
4. Hostility (permusuhan)
Hostility tergolong dalam agresi
covert (tidak nampak) Hostility
terdiri dari dua bagian yaitu
Resentmen seperti cemburu dan iri
hati terhadap orang lain, dan
Suspiction
seperti
adanya
ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan
proyeksi dari rasa permusuhan
terhadap orang lain.
Menurut Anantasari (dalam
Hermawan, 2013) faktor-faktor
penyebab timbulnya perilaku agresif
dapat dibedakan menjadi enam
kelompok faktor, yaitu :
a. Faktor psikologis
b. Faktor Sosial
c. Faktor Lingkungan
d. Faktor Situasional
e. Faktor Biologis
f. Faktor Genetik.
Konseling Kelompok
Menurut George M. Gadza
memberikan pengertian tentang
konseling
kelompok
(dalam
Nursalim dan Hariastuti, 2007):
Konseling kelompok merupakan

suatu proses interpersonal yang
dinamis yang memusatkan pada
kesadaran berpikir dan tingkah laku,
serta berorientasi pada kenyataankenyataan, membersihkan jiwa,
saling percaya dan mempercayai
pemeliharaan,
pengertian,
penerimaan, dan bantuan. Fungsifungsi dari itu diciptakan dan
dipelihara dalam wadah kelompok
kecil melalui sumbangan (saling
berbagi) dari tiap anggota kelompok
dan konselor.
Konseling Pendekatan Gestalt
Terapi
Gestalt
yang
dikembangkan oleh Federick Perls
adalah bentuk terapi eksistensial
yang berpijak pada premis bahwa
individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima
tanggung jawab pribadi jika mereka
berharap mencapai maturitas. Karena
bekerja terutama diatas prinsip
kesadaran, terapi ini berfokus pada
apa dan bagaimananya tingkah laku
dan pengalaman disini dan sekarang
dengan
memadukan
(nengintegrasikan)
bagian-bagian
kepribadian yang terpecah dan tidak
diketahui (Corey dalam Komalasari,
2011).
Menurut Joyce dan Sill
(dalam
Komalasari
2011)
mengatakan Tahap-tahap tersebut
yaitu:
a. Tahap pertama (the begenning
phase).
Pada
tahap
ini
konselor
menggunakan metode fenomenologi
untuk
meningkatkan
kesadaran
konseli, menciptakan hubungan
dialogis mendorong keberfungsian
konseli
secara
sehat
dan
menstimulasi
konseli
untuk
mengembangkan dukungan pribadi
(personal
support)
dan
lingkungannya (Joyce & Sill dalam
Komalasari 2011).

b.

Tahap kedua (clearing the
ground).
Pada tahap ini proses konseling
berlanjut pada strategi-strategi yang
lebih
spesifik.
Konseli
mengeksplorasi berbagai introyeksi,
berbagai modifikasi kontak yang
dilakukan dan unfinished bussiness.
Peran konselor adalah secara
berkelanjutan
mendorong
dan
membangkitkan keberanian konseli
mengungapkan ekspresi pengalaman
dan emosi-emosinya dalam rangka
katarsis dan menawarkan konseli
untuk
melakukan
berbagi
eksperimentasi untuk menawarkan
konseli untuk melakukan berbagai
eksperimentasi untuk meningkatkan
kesadarannya,
tanggung
jawab
pribadi dan memahami unfinished
business.
c. Tahap ketiga (the existential
encountering).
Pada tahap ini ditandai dengan
aktifitas yang dilakukan konseli
dengan mengeksplorasi masalahnya
secara mendalam dan membuat
perubahan-perubahan yang cukup
signifikan. Tahap ini merupakan fase
tersulit karena pada tahap ini konseli
menghadapi
kecemasankecemasannya
sendiri,
ketidak
pastian dan ketakutan-ketakutan
yang selama ini terpendam dalam
diri. Selain itu, konseli menghadapi
perasaan terancam yang kuat disertai
dengan perasaan kehilangan harapan
untuk hidup yang lebih mapan. Pada
tahap ini konselor memberikan
dukungan dan motivasi berusaha
memberikan
keyakinan
ketika
konseli cemas dan ragu-ragu
menghadapi masalahnya (Joyce &
Sill(dalam Komalasari 2011).
d. Tahap keempat (integration).
Pada tahap ini konseli sudah
mulai dapat mengatasi krisis-krisis
yang di eksplorasi sebelumnya dan
mulai mengintegrasikan keseluruhan
diri, pengalaman dan emosi-

emosinya dalam prespektif yang
baru.
Konseli
telah
mampu
menerima ketidakpastian, kecemsan
dan ketakutannya serta menerima
tanggung jawab atas kehidupannya
sendiri.
e. Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk
memulai kehidupan secara mandiri
tanpa supervisi konselor.
Menurut Komalasari (2011)
terdapat beberapa teknik yang
dipakai dalam konseling dengan
pendekatan gestalt yaitu:
a. Topdog versus underdog
Topdog adalah perasaan marah bila
sesuatu tidak sesuai dengan nilai dan
normamoral (righteous), autoritarian,
dan mengetahui yang terbaik.
Topdog
adalah
orang
yang
menggunakan kekuatannya untuk
menekan dan menakuti orang lain
dan bekerja dengan kata “kamu
harus” dan “kamu tidak boleh”.
Sementara itu, underdog manipulatif
dengan menjadi defensif, merengek
dan menangis seperti bayi. Underdog
bekerja dengan kata “saya mau” dan
mencari alasan seperti “saya sudah
berusaha keras”.
b. Membuat serial (making the
rounds)
Membuat serial adalah latihan gestalt
yang melibatkan individu untuk
berbicara atau melakukan sesuatu
kepada orang lain dalam kelompok.
Tujuan teknik ini adalah untuk
melakukan konfrontasi, mengambil
resiko, untuk membuka diri, melatih
tingkah laku baru, dan untuk
melakukan perubahan. (Corey dalam
Komalasari 2011).
c. Pembalikan (Reversal Tecnique)
Asumsi teknik ini adalah bahwa
gejala dan tingkah laku sering kali
mempresentasikan
impuls-impuls
yang di tekan dan laten ada dalam
diri individu. Teknik ini bertujuan
untuk mengajak konseli untuk
mengambil
resiko
terhadap

ketakutan,
kecemasan,
dan
melakukan kontak dengan bagian
dirinya yang selama ini ditolak dan
ditekan. Untuk itu, konselor meminta
konseli untuk melakukan tingkah
laku yang kebalikan dari apa yang ia
katakan.
Penelitian
Dyastuti(2012)
tentang
“Menurunkan Perilaku
Agresif Pelaku Bullying melalui
Pendekatan
Konseling
Gestalt
Teknik Kursi Kosong” menunjukkan
pada siklus I sebesar 85% terjadi
penurunan perilaku agresif pada
siklus II menjadi 46, 87% dan pada
siklus yang ke III terjadi penurunan
perilaku agresif menjadi 30,62%. Hal
ini menunjukan perilaku agresif
pelaku bullying bisa diatasi melalui
konseling gestalt teknik kursi
kosong.
Berdasarkan landasan teori
yang telah dikemukakan diatas,
peneliti mengajukan hipotesis : “ada
penurunan perilaku agresif melalui
konseling kelompok pendekatan
Gestalt pada siswa kelas VIII E SMP
Negeri 02 Susukan tahun ajaran 2016
2017”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
quasi eksperimen. Dalam Sugiyono
(2012)
mengatakan
penelitian
eksperimen semu ini sampel tidak
dapat dipilih secara random, sebelum
diberi perlakuan harus dilakukan
pretest
terlebih dahulu untuk
menentukan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Penelitian ini
menggunakan desain Pretest –
Posttest Control Design.
Subjek
yang diambil dalam penelitian ini
adalah kelas VIII E berdasarkan hasil
skor skala perilaku agresif yang
berkategori tinggi dan sangat tinggi,
yaitu berjumlah 14 siswa. Dari 14
siswa tersebut akan di bagi menjadi 2
kelompok yaitu 7 siswa sebagai
kelompok eksperimen dan 7 siswa
sebagai kelompok kontrol.

Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah survei. Survei yang
dilakuan dengan wawancara kepada
guru BK dan menyebar skala
perilaku agresif yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat
agresif siswa. Skala perilaku agresif
yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi dan memodifikasi
skala perilaku agresif dari (Buss &
Perry
1992).Skala
sikap
inimengungkap perilaku agresif
dengan jumlah item sebanyak 29.
Skala ini mengungkap aspek perilaku
agresif yaitu agresif fisik, agresi
verbal, kemarahan dan permusuhan.
Sehingga dapat diketahui tinggi atau
rendahnya perilaku agresif subjek
penelitian.
Teknik analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesis
dari
penelitian
“Menurunkan
Perilaku Agresif Melalui Layanan
Konseling Kelompok Gestalt pada
Siswa VIII E SMP NEGERI 02
Susukan Tahun Pelajaran 20162017” adalah uji Mann Whithney,
karena data yang diperoleh bersekala
ordinal.
Hasil Penelitian
Subjek
penelitian
pada
penelitian ini adalah 14 siswa kelas
VIII E SMP Negeri 02 Susukan yang
mmiliki perilaku agresif dalam
kategoritinggi dan sangat tinggi. Dari
14 siswa dibagi mnjadi 2 kelompok
yaitu 7 siswa masuk dalam kelompok
eksperimen dan 7 siswa lainya
masuk dalam kelompok kontrol.
Setelah itu peneliti melakukan uji
Homogenitas untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan diantara
kedua
kelompok
tersebut.Berdasarkan
hasil
uji
homogenitas yang dibantudengan
SPSS 20.0 for Windows, diketahui
hasil uji Mann-Whitney U= 17,500
dengan koefisien Asyim.Sig. (2tailed) 0,368> 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara perilaku
agresif KE (kelompok eksperimen)
dan KK(kelompok kontrol), sehingga
penelitian dapat dilanjutkan dengan
pemberian treatment atau perlakuan
dengan
konseling
kelompok
pendekatan Gestalt.
Treatment diberikan dengan
memberikan
layanan
konseling
kelompok teknik Gestalt sesuai
dengan rancangan yaitu 8 sesi
konseling yang diadakan satu
minggu 2 kali pada hari selasa di
jam BK dan setelah pulang sekolah
sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditentukan. Layanan konseling
kelompok teknik Gestalt dikatakan
berhasil
apabila
kelompok
eksperimen
setelah
posttest
menunjukan penurunan perilaku
agresif dan hasilnya lebih rendah dari
kelompok kontrol..
Setelah dilakukan treatment
kepada
kelompok
eksperimen
dengan
konseling
kelompok
pendekatan Gestalt pada tanggal 25
April 2017 sampai dengan 9 Mei
2017 dan memberikan Posttest pada
kelompok eksperimen dan kontrol
penulis menguji menggunakan Uji
Mann Whitney dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.10Mean Rank Posttest
Perilaku Agresif pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Ranks
Kelompok

N

Eksperimen 7
N
iKontrol
7
l
aTotal
14
i

Mean
Rank
4,00
11,00

Sum of
Ranks
28,00
77,00

Pada tabel diatas jumlah
subjek untuk kelompok eksperimen
sebanyak 7 siswa dan jumlah subjek
kelompok kontrol adalah 7 siswa.
Skor meanrank untuk kelompok
eksperimen 4,00 dan mean rank

kelompok kontrol 11,00. Kemudian
sum
of
rank
untuk
kelompokeksperimen 28,00 dansum
of rank kelompok kontrol 77,00.
Tabel 4.11 Uji Mann Whitney U
Posttest Perilaku Agresif pada
Kelompok
Eksperimen
Dan
Kontrol
Test Statisticsa
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]

Nilai
,000
28,000
-3,137
,002
,001b

a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Dari tabel diatas dapat
diketahui nilai hitung Mann Whitney
U=,000 dan koefisian Asym, Sig (2Tailed) 0,002 < 0,05. Perhitungan
statistik
tersebut
menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
perilaku agresif antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbedaan tersebut menunjukkan
adanya
perbedaan
kelompok
eksperimen dan kontrol setelah
kelompok eksperimen diberikan
treatment
(perlakuan)
dengan
konseling kelompok pendekatan
Gestalt.
Tabel
4.12Peningkatan
Skor
Perilaku Agresif
kategori

Range

Jumlah siswa
Pre test
Post test
Eks

43-51
SR
52-60
R
61-69
S
70-78
T
79-88
ST
Jumlah siswa

Kon

4
5
3
2
14 siswa

Eks

Kon

3
4

5
2
14 siswa

Dari
tabel
diatas
menunjukkan bahwa ada 14 siswa
dari kelompok eksperimen dan
kontrol. Pada saat pre test kedua
kelompok sama-sama berada dalam

kategori yang sama-sama berada
dalam kategori tinggi dan sangat
tinggi. Dari kelompok eksperimen 4
siswa dalam kategori tinggi dan 3
siswa dalam kategori sangat tinggi.
Setelah diberikan treatment pada
kelompok kontrol terjadi perubahan
pada hasil post-test menjadi 4 siswa
masuk dalam kategori sedang dan 3
orang masuk dalam katogori rendah.
Pada kelompok kontrol pada saat
pre-test dari tujuh siswa ada 2 siswa
dalam kategori sangat tinggi dan 5
siswa masuk dalam kategori tinggi.
Tidak ada perubahan hasil pre-test
dan post-test kelompok kontrol yaitu
ada 2 siswa masuk dalam kategori
sangat tinggi dan 5 siswamasuk
dalam kategori tinggi. Dapat
diartikan ada penurunan kepercayaan
diri pada kelompok eksperimen
secara
signifikan.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
konseling
kelompok pendekatan gestalt dapat
digunakan
untuk
menurunkan
perilaku agresif pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 02 Susukan.
Berdasarkan hasil analisis
data menggunakan uji Mann
Whitney, diketahui bahwa terdapat
perbedaan
antara
mean
rank
kelompok
eksperimen
dengan
kelompok kontrol. Setelah diberikan
treatment
konseling
kelompok
pendekatan Gestalt pada kelompok
eksperimen, Skor mean rank
kelompok eksperimen sebesar 4,00
sedangkan pada kelompok kontrol
yang tidak mendapatkan treatment
konseling kelompok pendekatan
Gestalt ,mean rankpadakelompok
kontrol sebesar 11,00. Berdasarkan
hasil analisis ini, diketahui bahwa
ada perbedaan yang signifikan
anatara hasil skala perilaku agresif
kelompok eksperimen dengan hasil
skala perilaku agresif kelompok
kontrol. Hal tersebut dibuktikan
dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,002 < 0,05.

Pembahasan
Konseling Kelompok Gestalt
dapat menurunkan secara signifikan
perilaku agresif dari siswa kelas VIII
E SMP Negeri 02 Susukan yang
dapat dilihat dalam analisis Mann
Whitney nampak bahwa skor Mann
Whitney U =0,000, Nilai Z -3,137 dan
nampak Asimp. Sig 2-tailed 0,002 <
0,050. Skor mean rank pada posttest
kelompok kontrol 11,00. Kemudian
skor mean rankpada posttest
kelompok eksperimen adalah 4,00.
Ada penurunan skor mean rank
kelompok eksperimen sebesar 7,00.
Dalam penelitian ini pada
saat pre test siswa kelompok
eksperimen memiliki perilaku agresif
yang tinggi sama dengan siswa
dalam kelompok kontrol. Setelah
diberikan
konseling
kelompok
pendekatan gestalt pada siswa
kelompok eksperimen sebanyak
delapan
sesi,
siswa
didalam
kelompok eksperimen dirasa sudah
dapat
mengurangi
perilaku
agresifnya.
Pada
setiap
sesi
konseling masalah siswa yang
berperilaku agresif dibahas satu
persatu yang membuat siswa yang
memiliki masalah yang sama pada
aspek-aspek perilaku agresif bisa
menggunakan cara-cara yang telah
diberikan
untuk
menyelesaikan
masalah di kehidupan sehari-hari.
Menurut
Corey
(dalam
Rusmana 2009) mengatakan proses
kelompok Gestalt merupakan gejala
yang
kompleks.
Proses
itu
didasarkan pada asumsi bahwa
kelompok-kelompok adalah sistem
multidimensional
yang
bekerja
dalam beberapa tingkat sekaligus.
Dalam
kelompok,
orang-orang
adalah holistik dengan fungsinya
yang terkait. Tidak mungkin
memahami
seseorang
dalam
kelompok diluar konteks kelompok.
Terapi gestalt lebih dari sekedar
teknik atau “permainan”. Corey

menyebutkan
apabila
interaksi
pribadi antara terapis dan klien
merupakan inti dari proses terapiutik.
Teknik bisa berguna sebagai alat
untuk membantu klien guna untuk
memperoleh kesadaran yang lebih
penuh. Teknik-teknik dalam terapi
gestalt digunakan dengan gaya
pribadi konseli. Hal ini sudah penulis
lakukan selama proses konseling
kelompok
dimana
penulis
menggunakan teknik-teknik yang ada
didalam konseling Gestalt untuk
membantu
klien
guna
untuk
memperoleh kesadaran yang lebih
penuh. Penulis juga memberikan
tanggung jawab kepada konseli
untuk dapat menurunkan perilaku
agresif.
Keberhasilan
konseling
kelompok pendekatan Gestalt untuk
menurunkan
perilaku
agresif
didukung respon anggota kelompok
yang sangat baik selama delapan sesi
konseling. Diawal sesi konseling,
anggota kelompok masih perlu
beradaptasi dengan proses konseling
yang diberikan, dengan berjalannya
waktu anggota kelompok mulai dapat
mengikuti kegiatan konseling dengan
baik. Anggota kelompok aktif
memberikan
tanggapan
tentang
masalah yang dibahas, sehingga
membuat konseling kelompok ini
berjalan dengan lancar. Sebelum
diberikan
treatment
anggota
kelompok memiliki perilaku agresif
yang tinggi. Ketika diberikan
konseling
kelompok,
anggota
kelompok mulai sadar bahwa
perilaku agresif dapat merugikan diri
sendiri dan juga orang lain sehingga
mulai
meminimalisir
perilaku
agresifnya seperti tidak mudah
marah,mengeluarkan kata-kata kotor,
tidak mudah membantah.
Keberhasilan dari konseling
gestalt untuk menurunkan perilaku
agresif yang paling menonjol adalah
pada sesi kelima dan enam dengan

topik
masalah
membantah
menggunakan teknik top dog under
dog . Setelah diberikan treatmen
kepada anggota kelompok, sudah
mulai tampak perubahannya dimana
anggota kelompok tidak lagi
membantah
pendapat
temantemannya dan pemimpin kelompok.
Anggota
kelompok
menerima
pendapat
dan masukan
yang
diberikan oleh pemimpin kelompok.
Temuan ini sejalan dengan
penelitian
Artayana
(2013)
menunjukanbahwa
terdapat
menurunan perilaku agresif melalui
konseling
pendekatan
Gestalt.
Penelitian ini dapat sejalan karena
sama-sama menggunakan konseling
pendekatan gestalt.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
yang
telah
dilakukan
maka
kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah layanan
konseling kelompok Gestalt pada
siswa dapat menurunkan perilaku
agresif kelas VIII E SMP Negeri 02
Susukan Tahun Ajaran 2016/2017”.
Hasil signifikansi Asymp.Sig. 2tailed 0,002 < 0,05 dengan mean
rank pada post test
kelompok
kontrol 11,00 sedangkan mean rank
posttest kelompok eksperimen adalah
4,00 sehingga ada penurunan mean
rank kelompok sebesar 7,00
Daftar Pustaka
Artayana, Dwi. (2013). Penerapan
Konseling Kelompok Gestalt
untuk Meminimalisir
Perilaku Agresif
Siswa
Kelas VIII H SMP Negeri 1
Sukasada Tahun Pelajaran
2012/2013.
Azwar, s. (2006). Reliabilitas dan
Validitas SPSS. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992).
The
aggression

questionnaire.
Journal
of
Personality
and
Social Psychology, 63, 452459.

Corey, Gerald. (1995). Teori dan
Praktek
dari Konseling
dan
Psikoterapi.
Semarang: IKIP Semarang
Press
Diansyah,
Amarullah
.(2016).
Tersinggung, Siswa SMP
Nekat Tikam
Guru
13
Kali. Sindonews.com
Dyastuti, Susanti.(2012).Mengatasi
Perilaku
Agresif
Pelaku
Bullying
melalui
Pendekatan Konseling
Gestalt
Teknik
Korsi
Kosong.
Hartono & Soedarmadji, Boy.(2012).
Psikologi Konseling. Jakarta:
Kharisma
Putra Utama
Hermawan, Oky.(2014). Mengurangi
Perilaku Agresif Melalui
Layanan
Bimbingan
dan
Konseling
Kelompok Pada Siswa Kelas
XI IS 2 SMA Negeri 2
Salatiga
Semester
II
Tahun Pelajaran
2013/2014.
Komalasari, Gantina, (2011). Teori
dan
Teknik
Konseling.
Jakarta: PT. Indeks
Krahe,

Barbara.(2005). Perilaku
Agresif :
Buku Panduan
Psikologi
Sosial
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Loekmono, Lobby. (2005). Tiga
Model Konseling. Salatiga:
Widya Sari Press
Nursalim, Mochamad, Hariastuti.
(2007). Konseling

Kelompok.
UNESA
Press.

Surabaya:
University

Padmomartono, Sumardjono. (2013).
Konseling Remaja. Salatiga:
UKSW
Pratiwi, Fitriana.(2016). Menurunkan
Perilaku Agresif Melalui
Bimbingan
Kelompok
Teknik Rol
Play Siswa Kelas VIII
E
SMP Negeri
10
Salatiga
Tahun Ajaran
2015/2016.
Prayitno.
(2004).
Layanan
Bimbingan
Kelompok
Konseling
Kelompok.
Padang:
Universitas
Negeri Padang
Rusmana,
Nandang.(2009).
Bimbingan
dan Konseling
Kelompok di Sekolah.
Bandung:
Rizqi Press.
Safaria, Triantoro.(2005). Terapi &
Konseling
Gestalt.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Septiana,
Yunika
Sari.(2013).
Penggunaan Konseling
Kelompok Realita
untuk
Menurunkan Perilaku
Agresif
Siswa di SMP
PGRI 1 Karang
Empat
Surabaya .
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualititatif dan
R&D . Bandung
:
Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk
Penelitian.
Bandung
:
Alfabeta
Bandung.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D . Bandung:
ALFABETA

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22