Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teoritis, latar belakang permasalahan dan penelitian
terdahulu maka dapat digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:
Independen

Moderating

Dependen

Kompetensi
(X1)
Kualitas audit
Aparat
Pengawas
Intern
Pemerintah

Pengalaman Kerja
(X2)


(Y)
Latar Belakang
Pendidikan (X3)

Motivasi (Z)

Gambar 3.1
Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual yang dibangun dalam gambar 3.1
menunjukkan arah hubungan pengujian pengaruh : variabel kompetensi,
pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan secara parsial dan simultan
terhadap kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel moderating.
21

Universitas Sumatera Utara

22


Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh
pemeriksa yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi
pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang
standar audit, kebijakan, prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus
memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP.
Mulyono (2009) yang menguji pengaruh kompetensi tehnis terhadap
kinerja inspektorat Kabupaten Deli Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial kompetensi tehnis
berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki pengaruh yang
paling besar dibandingkan variabel lainnya.
Mabruri dan Winarna (2010) menguji pengaruh pengetahuan auditor
terhadap kualitas hasil audit di lingkungan inspektorat pemerintahan daerah
Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri dengan sampel sejumlah 66
orang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintahan daerah, semakin banyak
pengetahuan seorang auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang
dilakukan.

Peneliti lain memberikan bukti bahwa pengalaman auditor mempunyai
dampak yang signifikan terhadap kinerja, walaupun hubungannya tidak langsung.
Hubungan antara pengalaman auditor dengan kinerja melalui variabel
”intervening”, terutama pengetahuan tentang tugas secara spesifik (Bonner, 1990).

Universitas Sumatera Utara

23

Lubis (2009) menguji pengaruh keahlian terhadap kualitas auditor pada
inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah sampel 73 orang. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa keahlian secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas auditor, sedangkan keahlian secara parsial berpengaruh terhadap kualitas
auditor tetapi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kualitas auditor adalah
independensi.
Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa secara spesifik
pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap
suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi
bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk

belajar melakukannya dengan yang terbaik. dari penelitiannya menemukan bahwa
pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgment
auditor.
Zulaikha (2006) menguji pengaruh ineteraksi gender dengan pengalaman
terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa
pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit
judgment. Demikian pula ketika isu gender berinteraksi dengan pengalaman tugas
sebagai auditor, maka interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
audit judgment.
Standar

Profesional

Akuntan

Publik

menyatakan

bahwa


auditor

disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang
ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman
dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004). Pengalaman juga

Universitas Sumatera Utara

24

memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit
sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang
dimiliki auditor maka auditor akan semakin baik pula kualitas audit yang
dihasilkan.
Penelitian Budi dkk (2004) pengalaman kerja memberikan hasil bahwa
tidak terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap pengambilan keputusan
auditor.
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Kualitas Audit

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh aparat pemeriksa hendaknya
disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh
PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang latar belakang pendidikan,
Auditor APIP mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu ( S-1)
atau yang setara. Hal itu agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus
mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan
audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan
teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
unit yang dilayani oleh APIP.
Batubara (2008) melakukan pengujian terhadap latar belakang pendidikan
terhadap kualitas hasil audit pada BAWASKO Medan dengan jumlah sampel 52
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan secara
simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil audit, sedangkan secara parsial latar
belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

Universitas Sumatera Utara

25

Berbeda dengan penelitian Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar

belakang pendidikan pemeriksa terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Deli
Serdang dengan sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan latar belakang pendidikan pemeriksaan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial latar belakang pendidikan
pemeriksa memiliki pengaruh paling kecil.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H1

H2

: Kompetensi, Pengalaman Kerja, Latar belakang pendidikan berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit aparat pengawasan intern
pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu.
: Motivasi dapat memoderasi pengaruh kompetensi, Pengalaman Kerja,
Latar belakang pendidikan terhadap kualitas audit aparat pengawasan
intern pemerintah Inspektorat kabupaten Labuhanbatu

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kausalitas
eksperimental/sebab-akibat (causal research) yang bertujuan menjelaskan
fenomena dalam bentuk pengaruh antar variabel. Metode pengumpulan data
survey dengan kuesioner yang disebarkan berbentuk pernyataan sebagai alat
pengumpulan data untuk memperoleh gambaran mengenai variabel penelitian.
Penelitian ini menekankan pada bagaimana kompetensi, pengalaman kerja, latar
belakang pendidikan dan

motivasi

sebagai

variabel moderating saling

mempengaruhi kualitas audit dengan data primer yang digunakan sebagai data
utama.

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat
berlangsungnya penelitian tersebut. Dapat berupa opini subjek secara individu atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, hasil
pengujian-pengujian (Lubis, 2012)
4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu.
Adapun alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 10.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Bila Peneliti ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitiannya, maka penelitian tersebut
merupakan penelitian populasi disebut juga dengan dengan studi populasi atau
26

Universitas Sumatera Utara

27

study sensus (Lubis, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat
Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu yang ikut dalam tugas pemeriksaan, yaitu
sebanyak 34 orang.

Adapun responden yang dimintai keterangan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar responden
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

JABATAN
Inspekur Pembantu Wilayah
Kasi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan
Kasi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan
Kasi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
Kasubbag Perencanaan

Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan
Kasubbag Administrasi dan Umum
JFA
Staf

JUMLAH
(ORANG)
3
2
4
4
1
1
1
11
7

Jumlah kuesioner yang dibagikan kepada responden adalah sebanyak jumlah
populasi yaitu 34 kuesioner. Karena jumlah populasi kurang dari 100 responden,
maka metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode sensus, yaitu
penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi. Dari 34 kuesioner yang yang
disebar yang kembali adalah sebanyak 34 atau 100 %.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh dengan menggunakan daftar pernyataan (kuesioner) yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor pada
Inspekorat Kabupaten Labuhanbatu sebagai responden dalam penelitian ini.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bagian.
Bagian pertama berisikan sejumlah pertanyaan berhubungan dengan kualitas audit

Universitas Sumatera Utara

28

inspektorat, bagian kedua yang berhubungan dengan kompetensi auditor, bagian
ketiga berisikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan pengalaman kerja
auditor, bagian keempat berisikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
latar belakang pendidikan, bagian kelima berhubungan dengan motivasi auditor.
Kuesioner yang dibagikan kepada responden disertai dengan surat
permohonan serta penjelasan tentang tujuan penelitian yang dilakukan. Petunjuk
pengisian kuisioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan
pengisian jawaban sesungguhnya dengan lengkap. Kuesioner dibagikan secara
langsung dengan mendatangi kantor responden.
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan pengukurannya.
Menurut Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan
konsep kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep
dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep. Sarwono (2006) mengatakan
definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang besifat abstrak dijadikan
suatu yang operasional sehingga memudahkan penelitian dalam melakukan
pengukuran. Beberapa konsep dapat langsung dipecah dan ditemukan elemenelemen perilaku yang dapat diukur, tetapi banyak konsep yang tidak dapat
ditemukan langsung elemen perilakunya tetapi lewat beberapa dimensi.
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini peneliti menggunakan
skala interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan skala interval
adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk,

Universitas Sumatera Utara

29

yang diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan
dan bukan angka absolut.
Berdasarkan perumusan masalah, uraian teoritis dan hipotesa yang
diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel

Terikat

(Dependent

Variable),

adalah

kualitas

audit

yang

dilaksanakan auditor yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu.
b. Variabel Bebas (Independent variabel), yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan kompetensi auditor, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan.
c. Variabel Moderating (Moderating Variabel), adalah Motivasi auditor yang
mempengaruhi hubungan antara variabel independen ke dependen.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi variabel operasional yang akan
diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian. Defenisi operasional
variabel yang akan diteliti, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Jenis Variabel

Variabel Dependen :
Kualitas Hasil Audit
(Y)

Variabel Independen:

Kompetensi
(X1)

Definisi Variabel
Kualitas hasil audit diperoleh jika auditor
mampu mendeteksi salah saji material dan
melaporkan Salah saji material tersebut.Untuk
mampu mendeteksi dan melaporkan salah saji
material pemeriksa dituntut untuk memiliki
independensi,
kompetensi,
pengalaman,
menggunakan kecermatan profesional serta
memiliki waktu yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaan pemeriksaan.
Pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan
auditor untuk dapat melakukan audit secara
objektif, cermat dan seksama. Keahlian
sebagai
pengetahuan tentang suatu
lingkungan tertentu, pemahaman terhadap
masalah yang timbul dari lingkungan
tersebut,
dan
keterampilan
untuk
memecahkan permasalahan.

Indikator

Skala

- Keakuratan temuan
audit
- Sikap skeptic
- Nilai Rekomendasi
- Kejelasan Laporan
- Manfaat Audit
- Tindak lanjut hasil
audit

Interval

- Penguasaan standar
Akuntansi dan
auditing
- Wawasan tentang
Pemerintahan
- Peningkatan
Keahlian

Interval

Universitas Sumatera Utara

30

Pengalaman Kerja
(X2)

Latar Belakang
Pendidikan (X3)

Variabel Moderating :
Motivasi
(Z)

Pengalaman dibentuk dari lamanya
bekerja, banyaknya frekuensi melakukan
pemeriksaan, diskusi dengan rekan sekerja
dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.
Pengalaman dalam pemeriksaan akan membuat
pemeriksa mudah untuk mendeteksi
kesalahan salahsaji yang material.
suatu usaha sadar untuk membekali individu
dengan pengalaman dan keterampilan
sehingga
individu
tersebut
dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya
proses atau faktor yang mendorong orang
untuk bertindak atau berperilaku dengan
cara tertentu; yang prosesnya mencakup:
pengenalan dan penilaian kebutuhan yang
belum dipuaskan, penentuan tujuan yang
akan memuaskan kebutuhan, dan penentuan
tindakan
yang
diperlukan
untuk
memuaskan kebutuhan

- Masa kerja
- Banyaknya tugas
audit

Interval

- Tingkat Pendidikan
- Jurusan/Program
Studi

Interval

- Ketangguhan
- Keuletan
- konsistensi

Interval

4.6.Motode Analisis Data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul
kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan
untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Motode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan model regresi linier berganda dan uji
residual, untuk keabsahan hasil analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji
kualitas instrumen penelitian, uji normalitas data dan uji asumsi klasik.
Analisa regresi bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan (estimation),
yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai
variabel dependen. Analisa regresi juga dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Selain itu, regresi juga
digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.
4.6.1. Uji Kualitas Data
Kualitas data dalam suatu pengujian hipotesis akan mempengaruhi hasil
ketepatan uji hipotesis (Wirjono dan Raharjono, 2007) dalam penelitian ini,

Universitas Sumatera Utara

31

kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument dievaluasi dengan
validitas dan uji reliabilitas.
4.6.1.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya instrumen kuisioner
yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti (Ghozali, 2006).
Sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2008), Masrun menjelaskan bahwa
dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai
korelasi positif dengan skor total menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi Pearson Moment
antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Suatu butir
pertanyaan dikatakan valid jika nilai korelasi item butir dengan skor total
signifikan pada tingkat signifikansi 5 %.
4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan handal atau reliabel jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji
Reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur
suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke
waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal
consistency. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah One Shot, artinya satu
kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan
lainnya atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban pernyataan.

Universitas Sumatera Utara

32

Statistical Product and Service Solution (SPSS) memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Jika nilai
koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa intrumen penelitian
tersebut handal atau reliabel (Nunnaly dalam Ghozali, 2006).
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi
berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas.
4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali,
2006). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Uji normalitas data tersebut dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu menggunakan
Uji Kolmogorof-Smirnov (Uji K-S), grafik histogram dan kurva penyebaran P-Plot.
Untuk Uji K-S yakni jika nilai hasil Uji K-S > dibandingkan taraf signifikansi 0,05
maka sebaran data tidak menyimpang dari kurva normalnya itu uji normalitas.
Sedangkan melalui pola penyebaran P Plot dan grafik histogram, yakni jika pola
penyebaran memiliki garis normal maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.
4.6.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi
yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji
Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF

Universitas Sumatera Utara

33

(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai
tolerance< 0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2006).
4.6.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke
pengamatan yang lain tetap, atau disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas ditandai dengan adanya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang), maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Selain itu, heteroskedastisitas dapat diketahui melalui uji Glesjer. Jika
probabilitas signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi (Ghozali, 2006).
4.6.3 Model Analisis Data
Model analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear berganda (multiple regression) atas hasil kuesioner yang memuat variabel
kompetensi, pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dan kualitas audit
dengan motivasi sebagai variabel moderating. Adapun persamaannya adalah :
1.

Analisis Regresi Linier Berganda
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

2.

Uji Residual
Z = a + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X3 + e

(1)

Universitas Sumatera Utara

34

[ e ] = a + b1Y

(2)

Dimana :
Y = Kualitas Audit
X1 = Kompetensi
X2 = Pengalaman kerja
X3 = Latar belakang Pendidikan
Z = Motivasi
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Error
4.6.4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Sementara itu, langkah-langkah untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan
dilakukan dengan uji simultan dan uji parsial.
4.6.4.1 Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh simultan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah jika probability value (p value) < 0,05, maka Ha diterima dan
jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel.
Jika Fhitung > F tabel (n-k-1), maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data yang ada
dapat membuktikan bahwa semua variabel independen (X1, X2, X3) berpengaruh
terhadap variabel dependen (Y). Jika Fhitung < F

tabel

(n-k-1), maka Ha ditolak.

Universitas Sumatera Utara

35

Artinya, secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel
independen (X1, X2, X3) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
4.6.4.2 Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha
ditolak.
2

4.6.4.3. Koefisien determinan (R )
2

Koefisien determinan (R ) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien
2

determinan berkisar antara nol sampai dengan satu. Hal ini berarti bila R = 0
menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
2

dependen, bila R semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya
2

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R semakin
kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Responden
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
yang diperoleh dengan menggunakan daftar pernyataan (kuesioner) yang telah
disebarkan secara langsung kepada Aparat Inspektorat Daerah Kabupaten
Labuhanbatu pada tanggal 23 Pebruari 2016. Batas akhir pengembalian yakni tanggal
17 Maret 2016, dari 34 kuisioner yang disebarkan, semua kembali. Tingkat
pengembalian (response rate) yang diperoleh adalah 100%.
Tabel 5.1
DEMOGRAFI RESPONDEN
Keterangan
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia
1. < 30 tahun
2. 30 – 40 tahun
3. 41 – 50 tahun
4. > 50 tahun
Tingkat Pendidikan
1. S2
2. S1
3. D3
4. SMA
Masa Kerja di Inspektorat
1. < 5 tahun
2. 5 – 10 tahun
3. > 10 tahun
Golongan
1. III/a
2. III/b
3. III/c
4. III/d
5. IV/a
6. IV/b

Jumlah (orang)

Persentase

21
13

61,7
38,3

3
14
5
12

8,8
41,1
14,7
35,4

1
23
4
6

2,9
67,7
11,7
20,7

7
15
12

20,5
44,1
35,4

7
10
1
12
2
2

20,5
29,4
2,9
35,6
5,8
5,8

Data demografi responden dalam tabel 5.1 menyajikan beberapa informasi mum
mengenai kondisi responden yang ditemukan di lapangan, Tabel 5.1 berisi informasi

36

Universitas Sumatera Utara

37

yang disajikan, antara lain usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan golongan.
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa responden (aparat) laki-laki lebih banyak
yaitu 61,7 % dibandingkan responden perempuan yang hanya 38,3 %. Selanjutnya
responden dikelompokkan berdasarkan usia dan diketahui bahwa mayoritas responden
berusia 30 – 40 tahun yaitu sebanyak 41,1 %. Kemudian mereka yang berusia lebih dari
50 tahun 35,4 %. Sedangkan mereka yang berusia 41 – 50 tahun sebanyak 14,7 %
sedangkan berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 8,8 %.
Berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa mayoritas responden adalah
berpendidikan S1 yaitu sebanyak 64,7 %. Kemudian mereka yang berpendidikan
SMA sebanyak 20,7 %, D3 sebanyak 11,7 %, S2 sebanyak 2,9 %. Selanjutnya
responden dikelompokkan berdasarkan masa kerja, diketahui bahwa masa kerja lebih
5 - 10 tahun adalah sebanyak 44,1 %, yang memiliki masa kerja diatas 10 tahun
sebanyak 35,4 % dan yang memiliki masa kerja dibawah 5 tahun 20,5 %.
Berdasarkan golongan pangkat, diketahui bahwa mayoritas responden
adalah golongan III/d yaitu sebanyak 35,6 %. Kemudian golongan III/b yaitu
sebanyak 35,6 %. Selanjutnya golongan III/a yaitu sebanyak 20,5 %. Sedangkan
golongan IV/a dan IV/b dengan persentase yang sama masing-masing 5,8 % dan
golongan yang paling sedikit adalah golongan III/c dengan persentase 2,9 %
5.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Semua kuesioner yang sudah terkumpul ditabulasi untuk tujuan analisis
data. Data yang ditabulasi adalah semua tanggapan atau jawaban responden atas
setiap pernyataan yang ada dalam kuesioner. Pernyataan-pernyataan berkaitan
dengan variabel kualitas audit, kompetensi, pengalaman kerja, latar belakang

Universitas Sumatera Utara

38

pendidikan dan motivasi aparat inspektorat daerah. Data hasil tabulasi diolah
dengan menggunakan program SPSS versi 20 yang menghasilkan deskripsi statistik
variabel penelitian seperti yang tampak pada tabel 5.2.
Tabel 5.2.
STATISTIK DESKRIPTIF
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

K.AUDIT

34

3,00

5,00

4,0094

,40764

KOMPETENSI

34

3,17

5,00

4,2738

,39915

P.KERJA

34

3,00

5,00

4,2594

,46754

L.B.PENDIDIKAN

34

3,00

5,00

4,0147

,60909

MOTIVASI

34

3,38

5,00

4,2191

,35659

Valid N (listwise)

34

Sumber : Data primer diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 5.2 deskriptif statistik menunjukkan bahwa seluruh
variabel penelitian ini memiliki nilai standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan
nilai rata-ratanya hal ini mengindikasikan penyimpangan yang dapat terjadi sangat
kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal.
Variabel kualitas audit diketahui bahwa skor rata-rata terendah dari jawaban
responden adalah 3,00 dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah 5,00,
sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor jawaban kualitas audit adalah 4.0094,
hal ini menunjukkan bahwa strategi kualitas audit sudah baik.
Pada Tabel di atas diketahui bahwa skor rata-rata terendah dari jawaban
responden untuk variabel kompetensi adalah 3,17 dan skor tertinggi dari jawaban
responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean) jumlah skor jawaban etika auditor
adalah 4,2738, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden cukup memahami
dan mengerti mengenai variabel kompetensi di SKPD Inspektorat labuhanbatu.

Universitas Sumatera Utara

39

Skor rata-rata terendah dari jawaban responden untuk variabel pengalaman
kerja adalah 3,00 dan skor tertinggi dari jawaban responden adalah 5,00, sehingga
rata-rata (mean) total jumlah skor jawaban pengalaman kerja adalah 4,2594, hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata responden memahami variabel independensi di
SKPD Inspektorat labuhanbatu.
Pada Tabel di atas diketahui juga bahwa skor rata-rata terendah dari jawaban
responden untuk variabel latar belakang pendidikan adalah 3,00 dan skor tertinggi
dari jawaban responden adalah 5,00, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor
jawaban variabel komptensi adalah 4,0147, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
responden memahami dan mengerti variabel latar belakang pendidikan.
Variabel motivasi diketahui memiliki skor rata-rata terendah 3,38 dan skor
tertinggi dari jawaban responden 5,00, sehingga rata-rata (mean) total jumlah skor
jawaban motivasi adalah 4,2191, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden
telah memahami dan mengerti variabel motivasi di SKPD Inspektorat labuhanbatu.
5.3 Uji Kualitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian maupun
untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas data karena jenis data penelitian adalah data primer.
5.3.1 Uji Validitas
Data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah untuk menguji
kualitas data berupa uji validitas dan reliabilitas. Dari hasil uji validitas yang
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 20,0 menunjukkan bahwa koefisien
korelasi pearson correlation untuk setiap item butir pernyataan dengan skor total

Universitas Sumatera Utara

40

variabel kualitas audit (Y), kompetensi (X1), pengalaman kerja (X2), latar belakang
pendidikan (X3) dan motivasi (Z) signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Dengan
demikian dapat diinterpretasikan bahwa setiap item indikator instrumen untuk
kualitas audit tersebut valid. Secara ringkas hasil uji validitas variabel dapat dilihat
pada tabel 5.3 berikut ini.
Tabel 5.3
HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8

PC

Sig

PC

Sig

PC

Sig

Latar
Belakang
Pendidikan
PC
Sig

0,693
0,564
0,612
0,559
0,502
0,676
0,581
0,806

,000
,000
,000
,001
,000
,012
,023
,000

0,555
0,655
0,701
0,634
0,693
0,644
-

,001
,000
,000
,000
,000
,000
-

0,684
0,649
0,675
0,791
0,799
0,688
0,635
0,665

,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000

0,723
0,821
0,774
0,744
-

Kualitas
Audit

Kompetensi

Pengalaman
Kerja

,000
,000
,000
,000
-

Motivasi
PC

Sig

0,689
0,562
0,530
0,551
0,514
0,706
0,552
0,814

,000
,001
,000
,001
,003
,000
,000
,000

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Secara lebih tepat, nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel dimana jika rhitung >
rtabel maka data adalah valid. Jumlah responden 34 pada tingkat signifikansi 5 %
r tabel adalah 0,339. Secara keseluruhan nilai r Hitung > r tabel. Dengan demikian
keseluruhan data adalah valid.
5.3.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Shot,
artinya satu kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pernyataan lainnya atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban
pernyataan. Hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach
Alpha (α) untuk masing-masing variabel adalah lebih besar dari 0,60, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa item-item instrumen untuk masing-masing
variabel adalah reliabel (Nunnally dalam Ghozali, 2006). Hasil uji reliabilitas

Universitas Sumatera Utara

41

secara rinci ditampilkan dalam tabel 5.4 berikut ini.

Variabel

Kualitas Audit
Kompetensi
Pengalaman Kerja
Latar Belakang Pendidikan
Motivasi

Tabel 5.4.
HASIL UJI RELIABILITAS
Cronbach's Alpha
N of Items
Based on Standardized
Items
0,751
8
0,716
6
0,846
8
0,752
4
0,772
8

Sumber : Data primer diolah, 2016
5.4 Uji Asumsi Klasik
Pada analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa
dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk
menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi
klasik terdiri dari pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas dan pengujian
heteroskedastisitas.
5.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu analisis grafik dan
uji statistik.
1.

Analisis Grafik
Untuk lebih memperjelas tentang sebaran data dalam penelitian ini maka akan

disajikan dalam grafik normal P-plot. Dimana dasar pengambilan keputusan
menurut Ghozali (2006) yaitu :
a. Jika sumbu menyebar sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

42

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 5.1
Grafik Histogram
Sumber : Data primer diolah, 2016

Universitas Sumatera Utara

43

Gambar 5.2
Grafik normal P-Plot
Sumber : Data primer diolah, 2016
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal P-Plot
diatas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang
mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P-Plot terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal, serta arah penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena memenuhi asumsi normalitas.

Universitas Sumatera Utara

44

2.

Analisis statistik.
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan juga dengan analisis statistik

dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai
probabilitas asymp.sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov Smirnov lebih besar dari
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, sebaliknya jika
probabilitas asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2013).
Tabel 5.5
HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N

34

Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation

0E-7
,24278808

Absolute

,149

Positive

,149

Negative

-,109

Kolmogorov-Smirnov Z

,870

Asymp. Sig. (2-tailed)

,436

Sumber : Data primer diolah, 2016
Hasil uji normalitas pada Tabel 5.5 didapatkan nilai KS sebesar 0,870. Nilai
ini tidak signifikan pada 0,05 (karena nilai P = 0,436 lebih besar dari 0,05). Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa sebaran data tidak menunjukkan
penyimpangan dari kurva normalnya, yang berarti bahwa sebaran data telah
memenuhi asumsi normalitas.
5.4.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen penelitian. Model

Universitas Sumatera Utara

45

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Ada tidaknya korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan melihat nilai
tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,1 dan
VIF < 10, maka dinyatakan tidak ada korelasi sempurna antar variabel independen
dan sebaliknya (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel
5.6 berikut :
Tabel 5.6
HASIL UJI MULIKOLINEARITAS
Variabel Independen

Collinearity Statistics

Keputusan

Tolerance
0,914

VIF
1,095

Tidak ada multikolinearitas

0,886

1,128

Tidak ada multikolinearitas

0,931
Sumber : Data primer diolah, 2016

1,074

Tidak ada multikolinearitas

KOMPETENSI
P. KERJA
L.B. PENDIDIKAN

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa angka tolerance dari variabel
independen kompetensi, pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan
mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti bahwa tidak ada korelasi
antar variabel indpenden yang nilainya lebih dari 95%. Sementara itu, hasil
perhitungan nilai Variance Inflantion Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang
sama. Tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Dengan demikian dapat disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen tersebut.
5.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan
varian masing-masing variabel independen X1, X2, dan X3 terhadap variabel

Universitas Sumatera Utara

46

terikat (Y). Pengujian homogenitas terhadap variabel penelitian digunakan uji
heterokedastisitas. Deteksi terhadap masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan
melihat grafik sebaran nilai residual. Uji heteroskedastisitas menggunakan metode
grafik plot. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini :

Gambar 5.3
GRAFIK SCATTERPLOT
Sumber : Data primer diolah, 2016

Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data tidak
membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam model regresi.

Universitas Sumatera Utara

47

Hasil ini dipertegas dengan uji statistik berupa uji Glesjer. Hasil uji yang
ditampilkan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi semua
variabel independen di atas tingkat kepercayaan 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
Dengan kata lain pada model regresi ini variasi data homogen, terjadi kesamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Tabel 5.7
HASIL UJI GLESJER
Coefficients(a)
Coefficients
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

1

a

Std. Error

,167

,394

KOMPETENSI

-,006

,079

PENGALAMAN KERJA

-,060
,072

LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN

t

Sig.

Beta
,425

,674

-,015

-,082

,935

,069

-,164

-,875

,389

,051

,254

1,393

,174

a. Dependent Variable: RES2

Sumber : Data primer diolah, 2016
5.5 Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah hasil uji asumsi klasik dilakukan dan hasilnya secara keseluruhan
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi klasik, maka tahap berikut adalah
melakukan evaluasi dan interpretasi model regresi berganda. Model regresi
berganda dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen
yaitu kompetensi (X1), pengalaman kerja (X2), dan latar belakang pendidikan (X3)
terhadap variabel dependen kualitas audit aparat inspektorat (Y).
Berikut ini adalah uraian hasil pengujian regresi berganda dan output table

Universitas Sumatera Utara

48

pengujian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 20,0 dalam bentuk
output model summary, ANOVA (uji F), serta coefficient (uji t) seperti pada Tabel
5.8, 5.9, dan 5.10 sebagai berikut:
5.5.1 Uji Simultan (Uji F)
Dari hasil pengujian terhadap uji simultan ANOVA atau F test seperti yang
ditampilkan pada tabel 5.8 diperoleh nilai Fhitung sebesar 17,881 dengan probabilitas
0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari nilai signifikan 0,05,maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas audit atau dapat dikatakan
bahwa kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan aparat
inspektorat secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
Tabel 5.8
HASIL UJI SIMULTAN (UJI F)
a

ANOVA
Model

1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

3,517

3

1,172

Residual

1,967

30

,066

Total

5,484

33

F
17,881

Sig.
b

,000

a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT
b. Predictors: (Constant), LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KOMPETENSI, PENGALAMAN
KERJA

Sumber: Data primer diolah, 2016
Secara lebih tepat, nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dimana jika Fhitung >
Ftabel maka secara simultan variabel-variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Pada taraf α = 0,05 dengan derajat kebebasan
pembilang/df = k-1 = 3-1 = 2 dan derajat kebebasan penyebut/df2 (n-k-1) = 32,
diperoleh nilai Ftabel 3,32. Dengan demikian, nilai Fhitung (17,881) lebih besar dari

Universitas Sumatera Utara

49

nilai Ftabel (3,32). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan
bahwa variabel kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan
secara bersama-sama mempengaruhi variabel kualitas audit.
5.5.2 Uji Parsial (Uji t)
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada kompetensi, pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.9
Tabel 5.9.
HASIL UJI PARSIAL (UJI t)
Model

Unstandardized
Coefficients
B

1

Std. Error

(Constant)

,039

,581

KOMPETENSI

,266

,117

PENGALAMAN
KERJA

,497

LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN

,178

Standardized
Coefficients

T

Sig.

Beta
,068

,946

,261

2,281

,030

,101

,570

4,910

,000

,076

,265

2,343

,026

Sumber: Data primer diolah, 2016
Variabel kompetensi mempunyai nilai t hitung 2,281 > 2,042 ttabel dengan
tingkat signifikansi 0,030 < 0,05 (α 5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kompetensi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
pada inspektorat kabupaten Labuhanbatu.
Variabel pengalaman kerja mempunyai nilai t hitung 4,910 > 2,042 ttabel
dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 (α 5%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pengalaman kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas audit pada inspektorat kabupaten Labuhanbatu.
Variabel latar belakang pendidikan mempunyai nilai thitung 2,343> 2,042
ttabel dengan tingkat signifikansi 0,026 < 0,05 (α 5%). Hal ini dapat disimpulkan

Universitas Sumatera Utara

50

bahwa latar belakang pendidikan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit pada inspektorat kabupaten Labuhanbatu.
Dari informasi yang disajikan pada tabel 5.9 maka dapat dibangun
persamaan regresi linear berganda antara

variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y). Model yang dibangun dari hasil penelitian ini adalah :
Y = 0,039 + 0,266X1 + 0,497X2 + 0,178X3
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta bernilai positif dan koefisien pada variabel kompetensi, pengalaman
kerja dan latar belakang pendidikan bernilai positif, menandakan bahwa
persamaan regresi berganda tersebut memiliki hubungan yang searah. Artinya
kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya kompetensi,
pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan dalam menentukan kualitas audit.
b. Konstanta sebesar 0,039, artinya bahwa seorang auditor memiliki kualitas audit
sebesar konstanta (0,039) apabila semua variabel independen bernilai nol.
5.5.3 Koefisien Determinasi
2

Nilai R square (R ) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
2

2

R adalah diantara nol dan satu. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

51

Tabel 5.10
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary
Model

R

R Square

b

Adjusted R Square

Std. Error of the
Estimate

a

1

,801

,641

,605

,25605

a. Predictors: (Constant), LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA
b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT

Sumber: Data primer diolah, 2016
Berdasarkan tampilan output model summary pada tabel 5.10, besarnya adjusted R2
(koefisien determinasi yang telah disesuaikan) adalah 0,605. Nilai ini menunjukkan bahwa
60,5% variasi kualitas audit dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen
yaitu kompetensi, pengalaman kerja, dan latar belakang pendidikan, sedangkan sisanya
39,5% dijelaskan oleh sebab lain di luar model. Nilai R square sebesar 64,1 %
menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel independen adalah kuat
karena diatas 50 %.
Standard Error of Estimate (SEE) 0,25605 apabila dibandingkan dengan
standard deviation variabel dependen kualitas audit 3,517 adalah lebih kecil. Hal
ini mengindikasikan variabel-variabel independen lebih baik dalam memprediksi
variabel dependen yaitu kualitas audit daripada rata-rata kualitas audit itu sendiri.
5.6 Pengujian Hipotesis kedua
Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan uji residual, dan variabel moderating berupa motivasi. Penggunaan variabel
moderating ini dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis bahwa variabel motivasi
dapat memoderasi hubungan variabel kompetensi, pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan dengan variabel kualitas audit.

Universitas Sumatera Utara

52

5.6.1. Hasil uji Z terhadap variabel independen
Hasil uji ini dilakukan setelah diadakan pengujian regresi berganda yang
telah dilakukan sebelumnya.
Tabel 5.11
Hasil Uji Z terhadap variabel independen
Coefficients
Model

Unstandardized
Coefficients
B

1

a

Standardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

4,569

,836

KOMPETENSI

-,097

,168

P.KERJA

-,057
,077

L.B.PENDIDIKAN

T

Sig.

Beta
5,464

,000

-,108

-,575

,570

,146

-,075

-,394

,697

,109

,131

,702

,488

a. Dependent Variable: MOTIVASI

Sumber: Data primer diolah, 2016
Uji residual digunakan untuk menguji variabel moderating yaitu variabel motivasi.
Dari tabel regresi residual didapat suatu persamaan regresi linear berganda antara
variabel independen terhadap variabel moderating (motivasi) sebagai berikut :
Z = 4,569 - 0,097X1 – 0,057X2 + 0,077X3
5.6.2. Hasil uji residual [ e ]
Dari hasil regresi linear berganda diatas dapat dilakukan uji residual untuk
mengetahui apakah motivasi merupakan variabel moderating atau tidak. Suatu
variabel dikatakan moderating jika nilainya signifikan dan nilai koefisien negatif.
Tabel 5.12
Hasil uji moderating
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B

Std. Error

(Constant)

1,167

,355

K. Audit

-,224

,088

t

Sig.

Beta
3,284

,002

-2,544

,016

1
-,410

Sumber: Data primer diolah, 2016

Universitas Sumatera Utara

53

Dari tabel diatas dapat disusun persamaan residual antara kualitas audit terhadap
nilai absolut residual dari motivasi sebagai berikut :
I e I = 1,167 – 0,224Y
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai signifikan
0,016 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif yaitu
-0,224, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan variabel moderating
yang dapat memoderasi hubungan variabel kompetensi, pengalaman kerja, dan latar
belakang pendidikan terhadap variabel kualitas audit.
5.7. Pembahasan
Hasil uji F menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen dalam
penelitian ini mempengaruhi variabel dependen. Artinya kompetensi, pengalaman
kerja dan latar belakang pendidikan secara simultan mempengaruhi kualitas audit.
Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan perubahan yang searah
antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien regresi yang
bertanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawanan arah antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam perhitungan menunjukkan semua
variabel bebas memiliki koefisien bertanda positif, sehingga persamaan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut : Apabila kompetensi, pengalaman kerja dan latar
belakang pendidikan semakin ditingkatkan maka akan meningkatkan kualitas audit
dan sebaliknya apabila kompetensi, pengalaman kerja dan latar belakang
pendidikan diturunkan maka akan menurunkan kualitas audit.
Hasil studi dan bukti empiris ini mendukung Standar Profesional Akuntan Publik
menyatakan bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam

Universitas Sumatera Utara

54

profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk, 2004).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Batubara (2008) yang menyatakan
bahwa

Latar

belakang

pendidikan,

Kecakapan

profesional,

Pendidikan

berkelanjutan dan Independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas
audit. Hal ini berarti masih banyak variabel-variabel independen lainnya yang dapat
menjelaskan variabel kualitas audit.
Hasil pengujian hipotesis secara parsial mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap kualitas audit. Selanjutnya hasil pengujian masing-masing variabel akan
dijelaskan pada bagian ini.
5.7.1. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit
Kompetensi merupakan kemampuan individui seorang pekerja yang
memungkinkannya untuk mencapai kinerja yang berkualitas. Bagi auditor APIP
Kompetensi teknis adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa
yang mempunyai pendidikan auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan
komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan,
prosedur dan praktek-praktek audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai
tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang
dilayani oleh APIP.
Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan pendapat De Angelo bahwa
kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung
pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi). Hasil penelitian ini sejalan pula
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harhinto (2004) bahwa keahlian yang

Universitas Sumatera Utara

55

diproksikan dalam intensitas pengalaman dan tingkat pengetahuan auditor
berhubungan positif terhadap kualitas audit.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Mulyono (2009) yang menguji pengaruh
kompetensi tehnis terhadap kinerja inspektorat Kabupaten Deli Serdang dengan
sampel berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat dan secara parsial
kompetensi tehnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat serta memiliki
pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel lainnya.
Hasil tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan kualitas audit,
seorang auditor sangat bergantung pada tingkat kompetensinya. Jika auditor
memiliki kompetensi yang baik maka auditor akan dengan mudah melakukan
tugas-tugas auditnya dan sebaliknya jika rendah maka dalam melaksanakan
tugasnya, auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan sehingga kualitas audit
yang dihasilkan akan rendah pula.
5.7.2

Pengaruh pengalaman Kerja terhadap kualitas audit
Pengalaman merupakan ukuran lamanya

pekerjaan auditor dalam

melaksanakan tugasnya. Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara spesifik
pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap
suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa
tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan yang terbaik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.. Hasil ini mendukung

Universitas Sumatera Utara

56

penelitian Zulaikha (2006) yang menguji pengaruh ineteraksi gender dengan
pengalaman terhadap keakuratan audit judgment dengan hasil menunjukkan bahwa
pengalaman sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit
judgment. Sama halnya dengan penelitian Lehman dan Norman (2006)
menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman (expertise), akan lebih jelas
merinci masalah yang dihadapi dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman,
yan

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 3 5

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 27

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Sumatera Utara Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 2 51

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara Chapter III VI

0 0 64

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kota Subulussalam Chapter III VI

0 0 61