Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

II. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Bahan Galian C
Bahan galian secara umum diartikan sebagai bahan-bahan (material) yang
diperoleh dengan cara mengambil/menggali/mengangkut bahan tersebut dari muka
dan perut bumi. Bahan galian adalah bahan yang dijumpai di dalam bumi baik berupa
unsur kimia, mineral ataupun segala macam batuan. Batuan meliputi emas, perak,
batu gamping, lempung, berbentuk cair seperti minyak bumi dan yodium, maupun
berbentuk gas seperti gas alam (Sukandarrumidi, 2009).
Dalam Undang-Undang Pertambangan Nomor 37 Tahun 1960 serta di dalam
Undang-Undang Pokok Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967 pasal 3, adanya
penggolongan bahan galian, yaitu:
1.

Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang
mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan Negara, misalnya :
gas alam, batubara, timah putih, besi dan nikel. Bahan galian ini dikuasai oleh
Negara.

2.


Bahan galian golongan B (bahan galian vital) adalah bahan galian yang
mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian
Negara dan dikuasai oleh Negara dengan menyertakan rakyat, misalnya: emas,
perak, intan, timah hitam, belerang dan air raksa. Bahan galian ini dapat
diusahakan oleh Badan Usaha Milik Negara ataupun bersama-sama dengan
rakyat.

Universitas Sumatera Utara

3.

Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan vital) adalah bahan
galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat,
misalnya : batu kali, batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir
urug.
Dalam perkembangan selanjutnya dalam proses pengelolaan dilengkapi dengan

aturan-aturan yang mengatur penambangan bahan-bahan tersebut, selanjutnya bahan
tersebut diatur juga dalam perundang-undangan berdasarkan (1) memiliki peranan
yang tinggi dalam pertanahan, pembangunan dan perekonomian Negara; (2) memiliki

peranan penting bagi hajat hidup orang banyak; (3) banyak tidaknya bahan galian
tersebut didapatkan; (4) teknik pengelolaan bahan tersebut; (5) penggunaan bahan
galian tersebut dalam industri (Sukandarumidi, 2009).
Dalam perundang-undangan dalam pokok pertambangan diatur usaha-usaha
penambangan yang meliputi kegiatan (1) penyelidikan umum; (2) eksplorasi; (3)
eksploitasi pengolahan dan pemurnian; (4) penjualan. Dalam undang-undang pokok
pertambangan usaha-usaha tersebut dirumuskan sebagai berikut; (1) usaha
pertambangan penyelidikan umum adalah penyelidikan geologi ataupun geofisika
secara umum baik di daratan, perairan ataupun dari udara dengan maksud untuk
membuat peta geologi umum dalam usaha untuk menetapkan tanda-tanda adanya
bahan galian. (2) usaha pertambangan eksplorasi ialah segala usaha penyelidikan
geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/lebih seksama adanya sifat dan
letak bahan galian. (3) usaha pertambangan eksploitasi adalah usaha pertambangan
dengan

maksud

untuk

menghasilkan


bahan

galian

dan

manfaatnya.

Universitas Sumatera Utara

(4) usaha pertambangan dan pemurnian adalah pengerjaan untuk mempertinggi mutu
bahan galian serta untuk memanfaatkannya dan untuk memperoleh unsur-unsur yang
terdapat dalam bahan galian tersebut. (5) usaha pertambangan pengangkutan ialah
segala usaha pemindahan bahan galian dan daerah eksplorasi, eksploitasi atau dari
tempat pengolahan/pemurnian ketempat lain. (6) usaha pertambangan dan penjualan
ialah segala usaha penjualan dari hasil pengolahan ataupun pemurnian bahan galian
(Reksohadiprodjo & Paradono, 1988).
Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan vital) adalah bahan
galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat, misalnya

batu kali, batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir urug. Produksi
bahan galian C secara umum masih digunakan untuk bahan-bahan bangunan serta
bangunan jalan, jembatan, bendungan dan lain sebagainya (Sukandarrumidi, 2009).

2.1.1 Batuan
Semua batuan diyakini berasal dari magma, yaitu larutan silikat, bahan alam
yang berbentuk cairan, panas dan pijar, yang berasal dari dalam perut bumi.
Sesuai dengan perjalanan waktu geologi dan proses geologi yang terus berjalan tiada
henti, terbentuklah batuan beku, batuan sediment dan batuan metamorf. Di dalam
batuan tersebut terbentuk, terakumulasi dan didapatkan mineral baik unsur maupun
senyawa, logam/metal, semi logam maupun bukan logam. Semua mineral tersebut
dengan inovasi dan kreasi manusia dilandasi dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi dimanfaatkan demi kehidupan manusia dan bersahabat dengan
lingkungan. Sesuai dengan sifat fisik dan kimia, batuan di alam dikelompokkan

Universitas Sumatera Utara

menjadi batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentare rocks), batuan
metamorf (metamorphic rocks) dan batuan granit (Badan Geologi, 2007).


2.1.2. Pasir dan Sirtu
Pasir dan sirtu adalah endapan dasar dan bantaran sungai, berbutir halus sampai
kasar, bersudut tanggung sampai bundar, mengandung sedikit kerikil, mudah digali.
Komponen pasir terdiri dari pecahan granit, diorite dan batuan ubahan, mengandung
banyak silica, berguna untuk pembangunan beton dan urugan dasar jalan
(Aminuddin, 1993).

2.1.3. Lempung
Lempung merupakan alluvium berwarna abu-abu, bersifat lunak, lembab
dengan plastisitas sedang sampai tinggi, keras dalam keadaan kering dan sangat
mudah digali. Lempung dapat digunakan untuk pembuatan bata merah, genteng
maupun gerabah (Aminuddin, 1993).

2.2. Konsep-Konsep Sumberdaya Alam dan Energi
Sumberdaya alam adalah sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai didalam
kondisi dimana kita menemukannya. Sumberdaya alam dan energi bisa meliputi
semua yang terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi
manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya, memenuhi kriteria-kriteria
teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumberdaya adalah suatu konsep yang
dinamis, sehingga dalam kemungkinan bahwa perubahan dalam informasi teknologi

dan relatif kelangkaannya dapat berakibat sesuatu yang semula dianggap

Universitas Sumatera Utara

tidak berguna menjadi berguna dan bernilai. Jelas apa yang kita anggap sebagai
sumberdaya akan tergantung pada kondisi yang diwariskan dimasa lalu, teknologi
sekarang dan masa mendatang kondisi ekonomi dan juga selera. Sumberdaya juga
memiliki sifat jamak dan karena itu mempunyai dimensi jumlah, kualitas, waktu dan
tempat (Reksohadiprojo dan Pradono, 1988).
Reksohadiprojo dan Pradono (1988) selanjutnya mengatakan suatu daerah yang
dieksploitasi seabad yang lalu, mungkin masalah lingkungannya masih menjadi isu
lokal dan tambang alumunium yang ditemukan dianggap sebagai keajaiban, atau
uranium yang dikandung belum diketahui. Contoh lain adalah udara disekitar kita
yang semula merupakan barang bebas, dibeberapa belahan bumi mulai dirasakan
kerusakan kualitasnya sehingga masyarakat terpaksa mengeluarkan biaya untuk
memperoleh udara sehat baik dengan cara mengurangi pencemaran udara dengan
pemasangan penyaringan pada sumber zat pencemaran maupun pergi ke luar daerah
untuk menghirup udara segar.
Maryono (2005) menambahkan sumberdaya merupakan sesuatu yang berguna
dan mempunyai nilai didalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumberdaya alam

dan energi meliputi semua yang terdapat di bumi yang hidup maupun benda mati,
berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteriakriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumberdaya adalah suatu konsep
yang dinamis sehingga ada kemungkinan bahwa perubahan dalam informasi,
teknologi dan relatif kelangkaannya dapat berakibat sesuatu yang semula dianggap
tidak berguna menjadi berguna dan bernilai. Secara umum sumberdaya alam

Universitas Sumatera Utara

dan energi diklasifikasikan menjadi sumberdaya tanah dan air, sumberdaya tanaman
dan pepohonan, sumberdaya “akuatik” dan sumber energi dan bahan mineral.

2.3. Kerusakan Lingkungan
2.3.1. Erosi
Erosi umumnya diartikan sebagai kerusakan tanah oleh perbuatan air atau
angin. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang defenisi atau batasan
erosi, diantaranya adalah :
1.

Arsyad (1980) memberikan batasan erosi sebagai peristiwa terangkutnya atau
berpindahnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ketempat lain oleh

media alami (air dan angin).

2.

Baver (1972) menyatakan bahwa erosi oleh air adalah akibat dari daya dispersi
(pemecahan) dan daya tranportasi (pengangkutan) oleh aliran air diatas
permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan.
Rahim (2000) menambahkan erosi dapat didefenisikan sebagai suatu peristiwa

hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut ke
tempat lain, baik oleh pergerakan air, angin atau es. Pengikisan tanah disini
hakikatnya tidak termasuk erosi internal (ke dalam penampang tanah) tapi hanya
pengikisan tanah ketempat lain (eksternal). Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi
terutama disebabkan oleh air hujan.
Di daerah tropis pengikisan tanah, batuan pasir atau debu pada umumnya
disebabkan oleh air. Erosi air timbul akibat aksi dispersi dan tenaga pengangkut oleh

Universitas Sumatera Utara

air hujan yang mengalir di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu

tahapan yaitu dispersi oleh butiran hujan atau limpasan air (Rahim, 2000).

2.3.2. Kerusakan Fisik Permukaan Tanah
Kegiatan penambangan yang mengeksploitasi bahan galian dari perut bumi
secara langsung melakukan perusakan atau merubah rona permukaan bumi. Untuk
menghindari kerusakan dan dapat mempengaruhi tata kehidupan ekosistem dan
lingkungan baik terhadap alam sendiri maupun terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan
dan manusia perlu pengawasan yang semaksimal mungkin terhadap alam terutama
perusakan dari perilaku manusia seperti penambangan galian C yang banyak
dilakukan oleh masyarakat. Penambangan galian C akan mengakibatkan kerusakan
permukaan lahan (tanah) yaitu terjadinya perubahan permukaan lahan (bentang alam)
yaitu bekas galian akan meninggalkan lubang besar yang digenangi air dan menjadi
sarang nyamuk yang akan menjadi sumber penyakit, rusaknya jalan yang menjadi
sarana transportasi masyarakat dan akan mengakibatkan pencemaran udara pada
musim kemarau (Hasibuan, 2006).
Kegiatan penambangan yang dilakukan secara terus-menerus dalam skala besar,
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan khususnya kerusakan fisik permukaan
tanah. Kegiatan penambangan ini mengakibatkan banyaknya lubang-lubang bekas
galian yang dibiarkan tanpa ada pemanfaatan serta perbaikan selanjutnya. Lubanglubang bekas galian ini akan mengakibatkan daya tahan lahan atau tanah berkurang,
sehingga sangat mudah terjadi longsor. Tidak jarang lahan-lahan bekas galian akan


Universitas Sumatera Utara

terlantar begitu saja sehingga lebih cenderung ditumbuhi oleh rumput-rumput liar.
Tidak jarang pula lahan-lahan bekas galian terbengkalai begitu saja sehingga menjadi
lahan gersang tanpa ada tumbuhan yang dapat tumbuh karena tidak adanya unsur
organik tanah. Lahan-lahan bekas galian ini seharusnya lebih mampu dimanfaatkan
sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat dari pada harus dibiarkan menjadi lahan
kosong yang tidak berguna (Hasibuan, 2006).
Penambangan bahan galian C akan mengakibatkan turunnya kualitas dan
kuantitas suatu lahan. Menurut Media Indonesia (Jum’at 10 Maret 2006)
penambangan galian C telah menyebabkan longsor sehingga menelan 12 orang
korban di Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Bandung Jawa Barat.
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan longsor adalah (1) erosi, (2) Energi
yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng, (3)
ketahanan tanah ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah, (4) proteksi meliputi
penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan
konservasi (Rahim, 2000).
Kegitan penambangan bahan galian C akan menyisakan lubang-lubang besar
yang terbengkalai. Terbukanya lubang-lubang besar ini akan mengakibatkan tanah

menjadi rapuh dan rentan terkena erosi. Beberapa dampak fisik yang terjadi apabila
lubang-lubang bekas penambangan galian C tidak segera di benahi adalah :
1.

Tingginya tingkat erosi di daerah penambangan bahan galian C dan juga di
daerah sekitarnya.

2.

Berkurangnya debit air permukaan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Terjadinya polusi udara.
Hasibuan (2006) menambahkan kegitan penambangan bahan galian C akan

mengakibatkan aspal jalan rusak dan berubah menjadi lubang-lubang besar dengan
genangan lumpur. Sepanjang jalan, dapat terlihat jelas maraknya aktivitas
penambangan bahan galian C yang dikerjakan baik menggunakan alat berat maupun
penambangan konvensional yang dikerjakan warga. Truk-truk pengangkut memiliki
volume yang cukup beragam dan dalam satuhari memiliki frekuensi yang tinggi.
Rendahnya kualitas aspal menjadi salah satu penyebab rusaknya badan jalan.
Ironisnya kondisi pembangunan jalan yang telah diperbaiki kembali rusak karena
bobot kendaraan yang melebihi kapasitas aspal.
Pengaruh penambangan bahan galian C terhadap kegiatan pertanian masyarakat
dapat dilihat dari keberadaan irigasi yang tersedia, lahan pertanian serta hasil
produksi pertanian. Pengaruh penambangan bahan galian C terhadap irigasi
masyarakat memberikan dampak yang kurang baik, hal ini ditandai dengan terjadinya
fluktuasi debit air yang dapat masuk ke alur irigasi. Tidak baiknya alur irigasi akan
mengakibatkan rusaknya pertanian karena pasokan air tanah berkurang dan
menyebabkan tanaman kekurangan air yang merupakan kebutuhan utama untuk dapat
tumbuh dan berkembang selain ketersediaan bahan organik tanah (Hasibuan 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Pencemaran Lingkungan
2.3.3.1 Pencemaran Udara
Defenisi pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986
adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi atau komponen lain ke udara, atau
berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substantik fisik, kimia, atau
biologi di atmosfir dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan makhluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti (Achmad 2004).
Pencemaran udara dapat pula diartikan masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan.
Menurut Achmad (2004) zat-zat pencemar udara terdapat dalam bentuk gas
atau partikel (biasanya sebagai bahan pertikuler). Kedua zat tersebut berada
diatmosfir secara simultan, tetapi seluruh zat pencemar udara 90% berbentuk gas.
Bentuk-bentuk zat pencemar yang biasa terdapat dalam atmosfir adalah :
Gas

: Keadaan gas dari cairan atau bahan padatan

Embun : Tetesan cairan yang sangat halus yang tersuspensi di udara
Uap

: Keadaan gas dari zat padat atau cairan

Debu : Padatan yang tersuspensi di udara yang dihasilkan dari pemecahan bahan

Universitas Sumatera Utara

Asap : Padatan dalam gas yang berasal dari pembakaran tidak sempurna
Penambangan bahan galian C sangat berperan aktif dalam meningkatkan
pencemaran udara. Dengan meningkatnya lokasi penambangan bahan galian C di
Desa Mangkai Lama, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara maka kualitas
udara akan semakin menurun. Penurunan kualitas udara akan menimbulkan berbagai
penyakit, diantaranya penyakit asma, penyakit kulit sampai pada radang paru-paru.
Perlu adanya pengawasan kualitas udara berdasarkan baku mutu kualitas udara yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga dampak pencemaran udara dapat
diminimalisir dengan baik. Kegitan penambangan akan mengakibatkan pencemaran
udara. Pencemaran ini tidak hanya berasal dari partikel-partikel yang dihasilkan dari
pemecahan batu-batu koral atau batu-batu kali namun juga berasal dari asap
kendaraan bermotor yang digunakan untuk mengangkut bahan-bahan hasil galian.
Salah satu jenis pencemaran lingkungan adalah pencemaran udara. Secara
umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu yang terjadi secara
alamiah, seperti debu yang diterbangkan oleh angin, debu akibat letusan gunung
berapi, pembusukan sampah dan lain-lain. Faktor akibat perbuatan manusia yang
pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu yang berasal dari sumber
bergerak, seperti kendaraan bermotor, kapal terbang, dan sumber tidak bergerak yaitu
kegiatan industri (Wardhana, 2001).
Menurut Mulia (2005) pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap
kesehatan, harta benda, ekosistem, maupun iklim. Gangguan kesehatan sebagai akibat

Universitas Sumatera Utara

pencemaran udara terjadi pada saluran pernafasan dan organ penglihatan. Salah satu
dampak kronis dari pencemaran udara adalah bronchitis dan emphysema.
Pada konsentrasi yang berlebihan zat-zat pencemar dapat membahayakan
kesehatan manusia atau hewan, menyebabkan kerusakan tanaman, atau material, serta
gangguan lainnya seperti berkurangnya jarak pandang dan bau konsentrasi zat
pencemar di udara bebas dipengaruhi beberapa faktor seperti volume bahan
pencemar; karakteristik zat; iklim (terutama curah hujan, arah dan kecepatan angin)
serta topografi (Manik, 2007).

2.4

Sosial Ekonomi

2.4.1. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan (recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga
kerja. Recruitment adalah suatu proses penarikan calon pegawai yang mampu bekerja
didalam suatu organisasi atau suatu perusahaan (Hasibuan 2004). Menurut Pasal 1
Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja, guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja
harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah, seperti batas usia tertentu.
Pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pengertian karyawan, karena tenaga kerja
orang yang bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 dikemukakan bahwa tiap tenaga
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesulitan,

Universitas Sumatera Utara

pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia.
Beberapa pembagian tenaga kerja adalah sebagai berikut;
1.

Buruh/Kuli; adalah seorang pekerja harian atau honorer yang bekerja dibawah
perintah orang lain dan menerima balas jasa yang besarnya tertentu.

2.

Karyawan/Pegawai; adalah seorang pekerja tetap yang bekerja di bawah
perintah orang lain dan mendapat kompensasi serta jaminan.

2.4.2. Penghasilan Masyarakat, Konsep dan Perubahan Sosial
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemerintah memberikan
izin penambangan bahan-bahan galian. Salah satu bahan galian yang ditambang
adalah bahan galian C yang terdiri dari batu kali, kerikil, pasir, batu mangga, koral
dan tanah urug. Penambangan bahan galian C secara terencana akan meningkatkan
pendapatan/penghasilan masyarakat yang diawali tersedianya lapangan pekerjaan
(Djamal, 1992).
Penambangan galian C dapat membantu para pelaku ekonomi untuk melakukan
kegiatan yang dapat dikembangkan dimasa yang akan datang dan dimana lokasi
kegiatan penambangan seperti itu masih diizinkan oleh pemerintah. Hal ini akan
mampu meningkatkan penghasilan masyarakat karena adanya insvestor yang ingin
melakukan kerja sama dengan masyarakat lokal karena sudah mendapat kepastian
hukum tentang lokasi penambangan dan mampu menjamin keteraturan dan
menjauhkan benturan kepentingan (Robinson, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Perubahan sosial dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu perubahan
dalam cara berpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin rasional, perubahan
dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial, perubahan
tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada
spesialisasi kegiatan yang makin tajam, perubahan dalam kelembagaan dan
kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis, perubahan dalam tata cara dan
alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien dan lain-lainnya (Craib, 1986).
Craib (1986) menambahkan beberapa pendapat ahli ilmu sosial yang dikutip,
dapat disinkronkan pendapat mereka tentang perubahan sosial yaitu suatu proses
perubahan, modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup
masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat,
hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat,
baik dalam aspek kehidupan material maupun nonmaterial.
Aspek-aspek perubahan sosial dapat dibahas dalam dua demensi. Pertama,
aspek yang dikaitkan dengan lapisan-lapisan kebudayaan yang terdiri dari aspek
material, aspek norma-norma (norms) dan aspek nilai-nilai (values). Kedua, aspek
yang dikaitkan dengan bidang-bidang kehidupan sosial masyarakat, yang dalam
kegiatan belajar ini dikemukakan bidang kehidupan ekonomi, bidang kehidupan
keluarga dan lembaga-lembaga masyarakat. Aspek kebudayaan material (artifacts)
adalah aspek-aspek yang sifatnya material dan dapat diraba atau dilihat cara nyata,

Universitas Sumatera Utara

seperti pakaian, alat-alat kerja dan sebagainya. Karena sifatnya material, maka aspek
kebudayaan ini relatif cepat berubah. Adapun aspek norma (norms), menyangkut
kaidah-kaidah atau norma-norma sosial yang mengatur interaksi antara semua warga
masyarakat. Aspek ini relatif lebih lambat berubah dibandingkan dengan aspek
kebudayaan material. Aspek lain adalah nilai-nilai budaya (values), yang berkaitan
dengan nilai-nilai luhur yang menjadi pandangan atau falsafah hidup masyarakat.
Nilai-nilai inilah yang mendasari norma-norma sosial yang menjadi kaidah interaksi
antar warga masyarakat. Aspek nilai inilah paling lambat berubah dibandingkan
dengan kedua aspek kebudayaan yang disebut terdahulu (Craib, 1986).
Perubahan sosial dalam bidang ekonomi pada dasarnya menyangkut perubahanperubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat dalam upaya mereka untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupya, baik perubahan dalam nilai-nilai
ekonomi, sikap, hubungan ekonomi dengan warga lainnya, maupun dalam cara atau
alat-alat yang dipergunakan. Salah satu kunci dalam perubahan bidang ekonomi ini
adalah proses “diferensiasi” dan “spesialisasi”. Adapun dalam aspek lembagalembaga masyarakat, perubahan sosial pada dasarnya berkembang, dari suasana
kehidupan masyarakat tradisional dengan lembaga-lembaga masyarakat yang jumlah
dan

sifatnya

masih

sedikit

dan

terbatas,

serta

umumnya

berdasarkan

kegotongroyongan dan kekeluargaan. Berkembang menuju masyarakat modern
dengan lembaga-lembaga masyarakat yang lebih bervariasi yang pada umumnya
dibentuk atas dasar kepentingan warganya, baik dalam bidang ekonomi, kebudayaan,
pendidikan, serta dalam bidang hukum, politik dan pemerintahan (Johnson, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Kesempatan Usaha
Kebijaksanaan penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja terus dilanjutkan
dalam rangka usaha penciptaan lapangan kerja dan membuka kesempatan usaha, agar
masyarakat mampu menjadi sumberdaya manusia yang efektif dan menjadi modal
dasar untuk memperbaiki perekonomian masyarakat. Usaha pendayagunaan dan
pemanfaatan potensi tenaga kerja ke arah kegiatan produktif, khususnya di daerahdaerah yang relatif tertinggal, padat penduduk, rawan bencana alam, dan
pendapatan rendah juga akan mampu memicu meningkatnya pendapatan ekonomi
masyarakat. Pembukaan lahan galian C selain membuka lapangan pekerjaan juga
mampu memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar lokasi penambangan untuk
membuka usaha rumah tangga, seperti berjualan minuman, makanan ringan dan lainlain. Tingginya kesempatan usaha akan meningkatkan taraf hidup masyarakat
sehingga akan turut meningkatkan perekonomian daerah (Reksohadiprojo dan
Pradono, 1988).

2.5. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian sebelumnya telah dilakukan yaitu; untuk kegiatan
pengelolaan, penggunaan, eksploitasi bahan galian C antara lain :
Kesuma (2006) melakukan penelitian tentang penambangan bahan galian C di
Kabupaten Deli Serdang dengan judul penelitian “Pengaruh Penambangan Galian C
Terhadap Bangunan Free Intake di Sungai Ular, Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Serdang Bedagai”. Hasil penelitian yang diperoleh antara lain adalah

Universitas Sumatera Utara

(1) penambangan bahan galian C disekitar Sungai Ular mengakibatkan semakin
dalamnya dasar sungai dan menurunnya tinggi permukaan air sungai, (2) pasir adalah
bahan galian golongan C yang paling banyak ditambang dari Sungai Ular
dibandingkan dengan bahan galian C lainnya.
Sihombing

(2007)

melakukan

penelitian

tentang

“Analisis

Pengaruh

Penambangan Bahan Galian C di Sepanjang Sungai Ular Terhadap Peningkatan
Pendapatan Penambangan di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai”. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah ; (1) adanya pengaruh penambangan bahan galian C
di sepanjang Sungai Ular terhadap faktor harga jual bahan galian C yang semakin
mahal harganya akan memacu semakin besarnya produksi penambangan, (2)
penambangan bahan galian C di Sungai Ular berpengaruh terhadap pengembangan
wilayah, hal ini ditandai dengan meningkatnya pendapatan masyarakat yang berasal
dari semakin tersedianya lapangan pekerjaan pada kegiatan penambangan, serta
terbukanya

kesempatan

usaha

terutama

usaha

yang

mendukung kegiatan

penambangan.

2.6. Kondisi Umum Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara
2.6.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Lima Puluh merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Batu bara
yang terletak dan berbatasan dengan :
a.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Air Putih.

b.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Talawi/Kabupaten Simalungun

Universitas Sumatera Utara

c.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bosar Maligas Kab. Simalungun

d.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram/Selat Malaka
Luas wilayah Kecamatan Lima Puluh ± 23.955 Ha, yang terdiri dari 1 (satu)

Kelurahan dan 26 (dua puluh enam) Desa. Dimana Kelurahan dan Desa terdiri dari 6
(enam) lingkungan dan 170 (seratus tujuh puluh) Dusun (Batu Bara dalam Angka,
2010).

2.6.2. Kependudukan
Penduduk Kecamatan Lima Puluh pada tahun 2010 + 85.106 jiwa. Laki-laki
42.364 jiwa, perempuan 42. 742 jiwa dengan jumlak KK 17.725. Jumlah Penduduk
berdasarkan mata pencaharian di Desa Mangkai Lama, Kecamatan Lima Puluh,
Kabupaten Batu Bara dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian pada Tahun 2010 (Batu Bara
dalam Angka, 2010)
No
1
2

Mata Pencaharian
Petani
Karyawan

Jumlah Penduduk (Jiwa)
47.388
13.144

Persentase (%)
55,68
15,41

3
4

Nelayan
Pedagang

3.863
5.548

4,54
6,52

5
6

Pegawai Negeri/TNI
Lain-lain
Jumlah

1.219
13.947
85.106

1,43
16,42
100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa mata pencaharian masyarakat yang
paling banyak di Kecamatan Lima Puluh adalah sebagai petani dengan persentase
55,68%.

Universitas Sumatera Utara

2.6.3. Deskripsi Ekologi Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk pertambangan tidak seluruhnya digunakan untuk
operasi pertambangan, tetapi secara bertahap. Lokasi yang belum digunakan untuk
operasi pertambangan masih tetap produktif sebagai lahan perkebunan. Pada
umumnya lahan yang digunakan untuk pertambangan adalah lahan perkebunan
masyarakat yang ditanami coklat, kelapa dan kelapa sawit.
Lokasi yang digunakan sebagai operasi pertambangan sebelumnya adalah
sungai yang diberi nama Sungai Mangke yang artinya sungai yang jernih, airnya
dahulu digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci piring, dan
juga digunakan untuk mengairi lahan persawahan. Tetapi dalam kurun waktu puluhan
tahun yang silam terjadi proses sedimentasi disepanjang daerah aliran sungai
sehingga sekarang sudah menjadi daratan dan yang menjadi lokasi pertambangan
galian C yang berada di daerah sepanjang sungai. Peta Kabupaten Batu Bara dan Peta
Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Kabupaten Batu Bara

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Peta Kecamatan Lima Puluh

Universitas Sumatera Utara