MAKALAH KEAMANAN DAN SANITASI PANGAN

MAKALAH KEAMANAN DAN SANITASI PANGAN
KEAMANAN PANGAN DAN PENGAWASAN PANGAN

Disusun Oleh :
Abshari Nurhusnina (1433010010)
Pratiwi Eka Kusuma Wardani (1433010016)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“ VETERAN” JAWA TIMUR
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keamanan dan Sanitasi Pangan “Keamanan Pangan dan Pengawasan Pangan”
dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Sri
Djajati,MPd selaku Dosen mata kuliah Keamanan dan Sanitasi Pangan UPN

Veteran Jawa Timur yang telah memberikan tugas ini.
Tidak lupa kami meminta maaf jika dalam pembuatan makalah

ini

terdapat kesalahan yang menyinggung pihak-pihak tertentu. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, 27 Oktober 2017

Penulis

BAB I


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran konsumen pada pangan adalah memberikan perhatian terhadap
nilai gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi. Faktor keamanan pangan
berkaitan dengan tercemar tidaknya pangan oleh cemaran mikrobiologis,
logam berat,biologi dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan. Untuk
dapat memproduksi pangan yang bermutu baik dan aman bagi kesehatan, tidak
cukup hanya mengandalkan pengujian akhir di laboratorium saja, tetapi juga
diperlukan adanya penerapan sistem jaminan mutu dan sistem manajemen
lingkungan, atau penerapan sistem produksi pangan yang baik
Mendapatkan makanan yang aman adalah hak azasi setiap orang (ICN,
Roma, 1992). Pada kenyataannya, belum semua orang bisa mendapatkan akses
terhadap makanan yang aman. Hal ini ditandai dengan tingginya angka
kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh Penyakit Bawaan Makanan
(PBM).
Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem
mutu industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
industri dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai mengantisipasinya
dengan implementasi sistem mutu pangan. Karena di era pasar bebas ini

industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan
derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah mapan
dalam sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan
adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari
jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan.
Masalah keamanan pangan merupakan merupakan isu strategis saat ini di
Indonesia .Keamanan pangam (food safety) banyak menjadi perhatian dalam
upaya

meningkatkan

kualitas

kesehatan

dan

kualitas

hidup


masyarakat.Penyakit melalui makanan masih selalu terjadi seperti salah satu
penyebab penyakit disebabkan oleh bakteri dan penyebab penyakit disebabkan
oleh bahan kimia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Keamanan Pangan ?
2. Masalah Keamanan Pangan ?
3. Tujuan Keamanan Pangan ?
4. Penyebab Penyakit Disebabkan Oleh Bahan Kimia ?
5. Penyebab Penyakit Disebabkan Oleh Bakteri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang masalah keamanan pangan.
2. Untuk mengetahui tentang tujuan dari keamanan pangan.
3. Untuk memberitahu penyebab penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia.
4. Untuk memberitahu penyebab penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

BAB II
ISI

2.1 Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan
bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan maksud dan
penggunaannya (FAO/WHO 1997).
Sedangkan definisi keamanan pangan menurut Undang – Undang Republik
Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah nomor
28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Keamanan
Pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk pangan.
Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan
gizi pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga
turut mendorong kesadaran produsen menuju iklim persaingan sehat yang berhulu
pada jaminan keamanan bagi konsumen (Winarno,1997).
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan
tambahan pangan, rekatasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan,

jaminan mutu dan peperiksaan laboratprium, dan pangan tercemar. Selain hal
tersebut, di dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap orang
dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, yang
dapat merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Salah satu
cara produsen untuk memenuhi ketentuan tersebut adalah mengikuti peraturan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk persyaratan sanitasi di setiap
rantai pangan, yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan
peredarannya serta penerapan cara produksi makanan yang baik (CPMB)
(Winarno,1997).

Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan
makanan (foodborne diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu
meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri
lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis. Foodborne disease lazim didefinisikan
namun tidak akurat, serta dikenal dengan istilah keracunan makanan. WHO
mendefinisikannya sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun,
yang disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dicerna.
Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab
lain di negara berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri,

parasit, virus, ganggang air tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan toksin
fauna, terutama marine fauna. Komplikasi, kadar, gejala dan waktu lamanya sakit
juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya. Patogen utama dalam pangan
adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus serta toksin yang diproduksinya,
Bacillus cereus, serta Clostridium perfringens. Di samping itu muncul jenis
patogen yang semakin popular seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio
urinificus, Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara
rutin tidak dimonitor dan dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid
biasanya dianalisa dan diisolasi oleh laboratorium kedokteran.
Dampak Keamanan Pangan Terhadap Ilmu dan Teknologi Pangan
a. Dampak Positif
damapk positif terhadap keamanan pangan yakni diantaranya : Teknologi
Pengamanan, pemprosesan dan pengolahan bahan pangan yang dihasilkan
dalam meningkatnya nilai tambah makanan dan lebih terjaminnya pasokan
satu jenis bahan pangan. Satu Jenis bahan Pangan dapat dipertahankan
ketersediaanya dengan proses pengawetan dan menitikberatkan khusus pada
keamanan itu sendiri. Pangan adalah kebutuhan pokok manusia untuk dapat
bertahan hidup . Pangan ini terus meninngkat baik kualitas maupun
kuantitasnya . Usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan dilakukan dengan
cara ekstensifikasi, yaitu memperluas lahan pertanian, serta dengan


intensifikasi , yaitu dengan meningkatkan keamanan dalam ketersediaan
pangan tersebut. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang makin berkembang ,sepeti dapat menciptakan bibit unggul dengan
tekhnik radiasi , rekayasa genetika , dan lain sebagainya. Di samping
keuntungan yang diperoleh akibat penggunaan teknologi untuk pengolahan
lahan pertanian
b. Dampak Negatif
Dampak Negatif dari kemanan Pangan Dilihat dari kuarangnya
pemantauan terhadap

keamanan Pangan tersebut, sehingga masih banyak

oknum-oknum yang masih menggunakan zat kimia yang berbahaya terhadap
kesehatan dalan bahan pangan tersebut, diantaranya : Residu Pestisida
mempunyai pengaruh yang sangat merugikan terhadap kesehatan manusia
dalam jangka panjang. Dapat menyebabkan kanker, cacat dan merusak sistem
syaraf, endokrin, reproduktif dan sistem kekebalan. Efek logam berat : Al:
Kerusakan urat syaraf dan otak. Timbal (Pb) : Kerusakan sistem syaraf,
kemunduran mental, sistem pembentukan


sel darah (anemia), ginjal dll.

Merkuri : Kerusakan sistem syaraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala,
gangguan lambung dan usus.
Begitupun sebaliknya ,dampak yang ditimbulkan terhadap kurangnya
pengawasan keamanan pangan akan mengakibatkan dampak

terhadap

masalah Ilmu dan Teknologi Pangan. Yang salah satunya menjadi masalah
adalah timbulnya penyakit Infeksi karena adanya kontasminasi dari bakteri
atau zat pencemar lainnya terhadap pangan sehingga ankan mempengaruhi
status Ilmu dan Teknologi Pangan.
2.2 Masalah Keamanan Pangan
2.3 Tujuan Keamanan Pangan
2.4 Penyebab Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
Makanan yang kita makan seharusnya dapat memberi kebutuhan nutrisi
pada tubuh kita makanan justru akan mendatangkan bahaya pada tubuh.Makanan
yang berbahaya ini mengandung zat-zat atau bahan yang tidak diperlukan oleh


tubuh.karena terkandung didalam makanan dan ita mengkonsumsinya,maka akan
berdampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh kita.
Dampak yang timbul akibat dari bahan berbahaya yang terkandung dalam
makanan jika dikonsumsi mungkin tidak seketika setelah makan.Dampak buruk
bagi kesehatan ini akan terasa setelah bertahun-tahun mengendap didalam
tubuh.Apalagi

jika makanan tesebut sering dikonsumsi dalam jangka waktu

panjang.Berbagai organ vital kita akan terkena dampak buruk dari makanan yang
mengandung bahan kimia berbahay ini.Berikut salah satu penyebab penyakit dari
bahan kimia adalah sakarin (pemanis buatan)
Sakarin adalah zat pemanis buatan dari garam natrium dari asam
sakarin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis,
namun dalam konsentrasi tinggi cenderung menghasilkan rasa pahit. Pemanis
buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 kali gula biasa. Oleh karena itu
sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula. Dalam perdagangan
sakarin dikenal dengan nama Gucide, Glucid, Garantose, Saccharimol,
Saccharol, dan Sykosa (Sukrimah,1990)

Harga sakarin paling murah dibanding dengan pemanis buatan lainnya.
Penggunaan sakarin dapat menghemat biaya produksi, karena memiliki harga
yang jauh lebih murah dibandingkan dengan gula asli. Selain itu untuk
memperoleh rasa manis yang kuat hanya memerlukan sedikit pemanis buatan.
Organisasi Pangan Dunia (WHO) telah menetapkan batas-batas Asupan
Harian yang diizinkan (ADI), yaitu sejumlah yang dapat dikonsumsi tanpa
menimbulkan resiko. ADI untuk sakarin adalah sebesar 5 mg/kg berat
badan perhari baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Nilai ini untuk
orang dewasa tidak terlalu banyak berarti, tetapi bagi anak- anak relatif
menimbulkan kepekaan yang besar.
Sifat – Sifat Sakarin
Sakarin memiliki struktur yang berbeda dengan karbohidrat, sakarin
tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan
perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya
dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan aftertaste pahit

atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat dicampurkan
dengan siklamat dalam perbandingan 1:10 untuk siklamat. Kombinasi
penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada
pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin
sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu
asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses
penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam. Secara umum, garam
sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan
mudah larut dalam air, serta berasa manis (Sukrimah,1990)
Penggunaan Sakarin
Sakarin 300 – 550 kali lebih manis dari sukrosa. Garam sakarin
digunakan untuk memberikan rasa pada obat – obatan, pasta gigi, dan
perlengkapan mandi lainnya dan sebagai pemanis buatan pada beberapa makanan
berkalori rendah dan minuman soda. Penggunaan sakarin bebas kalori sebagai
pengganti gula mengubah komposisi produk – produk rendah kalori untuk orang
– orang yang sedang diet dan produk – produk rendah gula untuk
penderita diabetes. Terkadang sakarin dapat menimbulkan rasa pahit setelah rasa
manisnya hilang. Kemungkinan ini dapat diperkecil dengan penambahan
aroma dan dengan penggunaan sakarin sebagai pemanis bersamaan dengan zat
pemanis lain seperti aspartame atau siklamat.
Penggunaan sakarin berbeda – beda pada setiap negara. Sakarin
telah

digunakan sebagai zat pemanis lebih dari 80 tahun. Walaupun

penggunaan sakarin yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan, namun
sekitar 70 juta orang Amerika merupakan konsumen tetap bahkan sepertiganya
terdiri dari anak – anak di bawah 10 tahun. Sekitar 60% sakarin digunakan pada
minuman ringan, 20% pada minuman soda dan sekitar 20%l lainnya sebagai zat
pemanis langsung. Amerika Serikat mengeluarkan izin penggunaan sakarin pada
beberapa jenis makanan diet dengan peringatan : “Penggunaan produk ini dapat
membahayakan kesehatan anda. Produk ini menggunakan sakarin yang telah
diteliti dapat menyebabakan kanker pada hewan.“

Dampak Penggunaan Sakarin
a. Dampak Positif
1. Dapat di gunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.
2. Dapat meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat – sifat fisik,
sebagai pengawet, memperbaiki sifat – sifat kimia.
3. Merupakan salah satu sumber kalori bagi tubuh.
4. Dapat membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan,
kontrol glukosa darah dan kesehatan gigi
b. Dampak Negatif
1. Digunakan sebagai salah satu produk diet, tapi ini sama sekali
bukanlah produk untuk diet. Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat
tubuh bertambah karena dapat membuat kecanduan karbohidrat. Membuat
berat tubuh bertambah hanyalah sebuah hal kecil yang dapat dilakukan
oleh sakarin.
2. Bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada otak dan
sungguh mematikan bagi orang yang menderita parkinson.
3. Bagi penderita diabetes, hati-hatilah bila mengkonsumsi untuk jangka
waktu lama atas produk yang mengandung pemanis dengan kadar gula
tinggi karena dapat menyebabkan koma, bahkan meninggal.
4. Penggunaan sakarin yang belebihan dapat menimbulkan beberapa
penyakit, seperti migrain, sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung,
insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi,
gangguan seksual, kebotakan, kanker otak dan kanker kantung kemih.

2.5 Penyebab Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Penyakit adalah keadaan tidak normal pada badan yang menyebabkan
ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stres kepada orang yang terbabit atau
berhubung rapat dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum
untuk menerangkan kecederaan, kecacatan, sindrom, simptom, keserongan
tingkah laku, dan variasi biasa sesuatu struktur atau fungsi, sementara dalam
konteks lain boleh dianggap sebagai kategori yang boleh dibezakan. Terdapat
berbagai jenis penyakit yang mengancam manusia. Penyakit ini boleh disebabkan
oleh bakteri. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah
tifus (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000).
Tifus merupakan suatu penyakit yang disebabkanoleh adanya suatu infeksi
pada usus yang ber imbas pada jaringan seluruh tubuh. Penyakit tifus disebabkan
dari adanya suatu bakteri yang masuk melalui makanan , minuman atau bisa pula
dari wabah yang merata pada suatu wilayah. Tipe penyakit tifus terdapat dua
macam tergantung dari bakteri penyebabnya seperti bakteri rickettsia typhi / tifes
endemik (biasanya terjadi dalam satu wilayah yang di karenakan binatang seperti
lalat dan kecoa yang menempelkan bakteri pada makanan) dan bakteri rickettsia
prowazekii / tipes epidemik (dari seseorang yang pernah terkena penyakit tipus
sebelunya dan kanbuh kembali). Penderita penyakit tipes sendiri biasnya akan
mengalami banyak kekurangan kadal albumin, kadar sodium, sakit di sekitar
ginjal, antibodi meninggi dan enzim dalam liver meningkat( Maramis, 2004).
Gejala tifus ditemukan antara selang waktu antara infeksi dan permulaan
sakit (masa inkubasi) bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke tubuh.
Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari.
Dengan ciri-ciri gejala tifus adalah :
1. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual,

muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau
sulit buang air pada orang dewasa, dan suhu tubuh meningkat terutama
sore dan malam hari.
2. Setelah minggu ke dua, gejala menjadi lebih jelas yaitu demam yang
tinggi terus-menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut
kering, bibir kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor,
pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, dan perut
kembung. Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari
yang ringan, acuh tak acuh (apatis), sampai berat (koma).
3. Gejala tifus endemik berkembang dalam waktu sekitar 1-2 minggu
setelah infeksi awal dan mungkin termasuk demam tinggi (sekitar 105
M), sakit kepala, malaise, mual, muntah, diare, dan ruam yang mulai
sekitar empat sampai tujuh hari di dada dan perut setelah gejala awal
di atas berkembang; ruam sering menyebar. Beberapa pasien juga
mungkin memiliki batuk dan perut, nyeri sendi, dan punggung. Gejala
dapat berlangsung selama sekitar dua minggu, dan komplikasi
pembatasan atau kematian (kurang dari 2% meninggal), gejala mereda.
Namun, epidemi gejala tifus, meskipun awalnya mirip dengan tifus
endemik, menjadi lebih parah. Pasien mungkin mengalami gejala
tambahan perdarahan ke dalam kulit (petechiae), delirium, stupor,
hipotensi, dan shock, yang dapat menyebabkan kematian mereka.
Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi perdarahan,
kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopneumonia
(peradangan paru) dan kelainan di otak ( Maramis, 2004).
Cara pencegahan penyakit tifus
Untuk mencegah tifus adalah dengan menjaga lingkungan tetap bersih
sehingga bakteri tifus tidak dapat berkembang biak. Pilihlah makanan dan minuman
yang bersih untuk dikonsumsi. Usaha pencegahan penyakit tifus ini dibagi dalam dua
upaya, yaitu terhadap lingkungan hidup dan manusianya sendiri. Penyediaan sarana

air minum yang memenuhi syarat, pembuatan jamban yang hygienis, pemberantasan
lalat dan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual makanan adalah beberapa
hal yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Sedangkan
terhadap manusia dilakukan upaya imunisasi untuk memberikan kekebalan tubuh
yang kuat, menemukan? dan mengawasi para carrier tifoid dan yang utama adalah
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Bila masyarakat memahami bahaya
penyakit ini, maka masyarakat akan berusaha untuk menjaga dirinya dan
lingkungannya agar selalau bersih dan sehat. Jika demikian halnya, kuman thyfus
tidak akan menyerang ( Maramis, 2004).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam dunia pangan tersebut keamanan pangan sangat dibutuhkan
atau diperlukan karena untuk menjamin mutu produk pangan yang
dikonsumsi agar lebih sehat dan aman
2. Untuk menjaga keamanan pangan dapat diketahui melalui masalah
keamanan pangan yang ada agar terhindar dari penyakit yang dapat
menyebabkan terserang penyakit
3. Dari berbagai penyakit yang ada tersebut dapat disebabkan oleh
mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi atau terkena
bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri seperti tifus
4. Penyebab penyakit dapat disebabkan oleh mengkonsumsi pewarna
makanan yang berlebihan ini menyebakan terjadi penyebab
penyakit oleh bahan kimia yang dapat menganggu kesehatan
manusia yang menderitanya
3.2 Saran
Agar lebih menjaga makanan yang dikonsumsi dan agar terhindari dari
penyakit

DAFTAR PUSTAKA
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta : Penerbit
CV. Sagung Seto
Maramis WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit Airlangga University
Press.
Sukrimah.1999.Kimia Kedokteran edisi 2.Jakarta.Bina Rupa Aksara.
Undang – Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004.
Winarno,F.G.1997.Keamanan Pangan.Naskah Akademia.Institut Pertanian Bogor.