Judul Pengembangan Model Pembelajaran Bl

Judul

:

Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning
pada Mata Kuliah TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) di Program Studi PGMI IAIN Palopo
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tonggak kehidupan bangsa. Suatu bangsa
akan mengalami kemajuan yang pesat apabila didukung dengan sumber
daya manusia yang tinggi dan berkualitas. Dalam upaya untuk
meningkatkan sumber daya manusia tersebut, dapat diwujudkan melalui
pendidikan. Dimana pendidikan sebagai usaha terencana yang bertujuan
untuk mengoptimalkan keterampilan manusia sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya.
Sebagaimana

tertuang


dalam

Undang-Undang

Dasar

1945

disebutkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa,serta mengamanatkan kepada pemerintah agar
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
Lebih lanjut, dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan tujuan tersebut, menekankan bahwa sejauh ini
pemerintah telah memiliki arah dan landasan yang jelas untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dipertegas kembali
melalui Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
1

Pendidikan yang menjadi acuan dasar untuk pemenuhan standar minimal
pendidikan. Adapun standar minimal pendidikan yang ditentukan oleh PP
No.32 Tahun 2013 dalam Pasal 2 ayat 1 terdiri atas: (1) Standar Isi; (2)
Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar
Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan; (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Dari beberapa standar tersebut, maka standar minimal dari standar proses
harus dipenuhi untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas peserta didik.
Terkait dengan peran guru sebagai agen pembelajaran, guru
dituntut

dapat


menggunakan

memberikan
berbagai

pembelajaran

metode

dan

secara

model

optimal

dengan

pembelajaran


yang

disesuaikan dengan karakteristik siswa. Wina Sanjaya (2010: 14)
menegaskan bahwa seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang
dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap
cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan
siswa, termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media
pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran.
Salah satu mata kuliah wajib pada program studi PGMI (Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah) IAIN Palopo adalah mata kuliah TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi). Mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang
diharapkan mampu memberi pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa terhadap penggunaan perangkat teknologi komunikasi dan
informasi. Proses pembelajaran mata kuliah TIK selama ini belum berjalan
maksimal sehingga kemampuan mahasiswa pun belum mencapai
kompetensi yang diinginkan. Hal ini disebabkan cakupan materi yang
cukup luas sehingga ada beberapa materi yang tidak tuntas. Selain itu
kendala lainnya adalah kurangnya inovasi pembelajaran yang dapat
mengkonstruksikan


ide-ide

dan

pengetahuan

mahasiswa,

mengkombinasikan teori dan praktik serta mengoptimalkan penyampaian
materi secara tuntas sehingga mahasiswa dapat belajar mandiri tanpa
harus menunggu keberadaan dosen. Dengan belajar mandiri mahasiswa

2

diharapkan dapat mengkonstruksikan ide-ide dan pengetahuannya untuk
meningkatkan kompetensi.
Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran mata kuliah TIK
baik teori maupun praktik telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang dibuat oleh dosen, namun keterbatasan sarana

praktikum merupakan salah satu kendala yang dirasakan oleh dosen,
meskipun fasilitas jaringan internet yang ada cukup memadai dilengkapi
dengan tersedianya web kampus dan fasilitas e-learning yang terintegrasi
namun semua itu belum dioptimalkan dalam penggunaannya, sehingga
mau tidak mau dosen harus memikirkan upaya lain untuk mengatasi hal
tersebut. Salah satu cara meningkatkan kompetensi mahasiswa dan untuk
mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan mengembangkan model
pembelajaran, untuk permasalahan ini akan dikembangkan sebuah model
pembelajaran yaitu blended learning.
Konsep blended learning adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan mencampurkan pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran
seperti pencampuran pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
online learning atau pencampuran pembelajaran informal dengan
pembelajaran formal. yang dimaksud dengan blended learning dalam
pengembangan ini adalah pencampuran tatap muka dan online karena
pembelajaran online merupakan salah satu kebaruan yang terjadi di
dalam pembelajaran dan berdasarkan pada kebutuhan peserta didik.

B. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan adalah 1) Mengembangkan model blended

learning yang valid untuk mata kuliah TIK pada Program Studi PGMI IAIN
Palopo dan 2) Mengembangkan model blended learning yang praktis dan
efektif untuk mata kuliah TIK pada Program studi PGMI IAIN Palopo
BAB II

3

KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teori
a. Pengembangan Model Pembelajaran
Pengembangan model pembelajaran merupakan kegiatan
mengembangkan model pembelajaran yang telah ada dengan
memberikan variasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini dilakukan
dengan mengembangkan model pembelajaran konvensional menjadi
model pembelajaran blended learning. Adapun pengembangan model
pembelajaran

ini


dibatasi

pada

pengembangan

perencanaan

pembelajaran dengan model blended learning. Pengembangan model
ini

dimulai

dengan

perencanaan

yang

mencakup


kegiatan

merencanakan perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan rencana ini
dibatasi pada materi pengoperasian perangkat lunak presentasi pokok
bahasan editing dan animasi interaktif pada slide presentasi.
Menurut

Nieveen

(1999:127)

pengembangan

bahan

pembelajaran harus consider the three aspects (validity, practicality
and effectiveness). Plomp (2010:29), Visser (1998:17) dan Richey
(2007:48-49)


juga

mengemukakan

hal

yang

sama

bahwa

pengembangan, model pembelajaran dikatakan baik ketika memenuhi
kriteria valid, praktis dan efektif. Sedangkan Nusa Putra (2011:88)
berpendapat bahwa mencari temukan model, produk, prosedur dan
metode hendaknya mengukur efektivitas, produktivitas dan kualitas.
Pengukuran yang dikemukakan Nusa Putra (2011:88) berfokus pada
produk dan jasa baru yang didorong oleh motif keuntungan makanya
lebih terfokus kepada produktifitas dan kualitas, yang berbeda dengan

validitas dan praktikalitas yang diajukan Nieveen (1999:127) dan
Plomp (2010:29). Pengukuran efektifitas, validitas dan praktikalitas
yang dilakukan bukan karena motif keuntungan, tetapi bagaimana

4

produk hasil pengembangan dapat digunakan dalam pembelajaran.
Apakah pengembangan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat
dan konsisten (valid), apakah pengguna menyatakan apa yang
dikembangkan

dapat

diterapkan

(praktis)

dan

apakah

secara

operasional memberikan hasil sesuai dengan harapan (efektif). Jika
melakukan pengembangan karena motif keuntungan, memang lebih
ditonjolkan

pada

pengembangan

produktifitas.

dalam

Jelasnya,

pembelajaran

maka

jika

melakukan

pengukuran

yang

dilakukan adalah uji validitas, uji praktikalitas dan uji efektifitas.
Selain itu model dikatakan valid, menurut Nieven (1999:127),
apabila

model itu konsisten, selanjutnya suatu model dikatakan

praktis apabila model dianggap dapat digunakan (usable). Kemudian
model dikatakan efektif apabila memberikan hasil sesuai tujuan yang
telah ditetapkan. Berkaitan kepraktisan dalam pengembangan, Akker
(1999:126) menyatakan kepraktisan mengacu pada pengguna,
mempertimbangkan apakah model pembelajaran dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur kepraktisan, dilakukan
dengan melihat apakah produk yang dihasilkan dapat digunakan dan
efektif bagi pembelajaran. Sedangkan menurut Akker (1999:126)
keefektifan mengacu pada tingkatan pengalaman dan hasil intervensi
tujuan yang dimaksud. Ini berarti bahwa keefektifan suatu model
pembelajaran dilihat dari kualitas hasil belajar, sikap, dan motivasi
peserta didik. Plomp (2007:29) menyatakan bahwa validitas dilakukan
melalui penilaian pakar, praktikalitas melalui penilaian pakar dan
pengguna dan efektifitas melalui uji coba lapangan. Jadi, validasi
dilakukan melalui pertimbangan pakar mencakup validasi komponen
model pembelajaran, kepraktisan dapat dinilai dari pengguna tentang
komponen model pembelajaran dan keefektifan dilihat dari kualitas
hasil belajar, sikap dan motivasi peserta didik melalui percobaan.
b. Model Pembelajaran Blended learning

5

Kata blended learning berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri
dari dua suku kata, blended dan learning. Blended berarti campuran
atau kombinasi, sedangkan learning berarti pembelajaran. Jadi,
blended learning bisa berarti pembelajaran campuran. Blended
learning, menurut Smaldino (2008:44) ialah pembelajaran hibrid, yaitu
mencampurkan dan pengaturan pembelajaran yang divariasikan agar
sesuai dan tepat untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
Pencampuran tersebut dalam pembelajaran memang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Smaldino,
menurut Graham (2005:5), blended learning adalah sebuah sistem
yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran
berbantuan komputer. Dengan mengintegrasikan penggunaan media
berbasis komputer untuk membantu penyampaian materi ajar.
Sedangkan Watson (2008) merinci pengertian blended learning
sebagai kegiatan pembelajaran yang mengkombinasikan komponen
online learning dengan pendidikan tatap muka.
Thorne (2003: 2) dalam Sulihin B.Sjukur (2012) mendefinisikan
blended learning sebagai berikut.
it represents an opportunity to integrate the innovative and
technologicaladvances offered by online learning with the
interaction and participation offered in the best of traditional
learning
Definisi di atas mengandung makna bahwa blended learning
menggambarkan sebuah kesempatan yang mengintegrasikan inovasi
dan keuntungan teknologi pada pembelajaran online dengan interaksi
dan partisipasi dari keuntungan pembelajaran tatap muka. Sementara
itu, Uwes A.Chaeruman (2011) menjelaskan blended learning sebagai
pembelajaran

yang

mengkombinasikan

setting

pembelajaran

synchronous dan asynchronous secara tepat guna untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Beberapa definisi di atas,

memberikan

gambaran bahwa blended learning merupakan kombinasi antara

6

pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan
teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan Smaldino (2008:44)
sebelumnya yang menjelaskan bahwa dalam kegiatan blended
learning harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yaitu
ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran online, maka
dilakukan pembelajaran online. Ketika peserta didik membutuhkan
pembelajaran tatap muka, maka dilakukan tatap muka. Dan begitu
pula ketika peserta didik membutuhkan pembelajaran online yang
dilaksanakan dengan tatap muka atau sebaliknya pembelajaran tatap
muka yang membutuhkan online, maka dilakukan pencampuran
keduanya. Graham (2005:5) berpendapat bahwa pembelajaran
blended merupakan campuran pembelajaran tatap muka dengan
pembelajaran

berbantuan

komputer.

Pengertian

Graham

ini

menunjukkan bahwa pembelajaran tatap muka dilaksanakan dengan
bantuan komputer. Sedangkan Watson (2008) menekankan pada
online

learning,

yaitu

memperkuat

pembelajaran

tatap

muka

dicampurkan dengan pembelajaran online. Jika merujuk pada ketiga
pendapat tersebut ada yang beriringan namun ada pula yang
berbeda. Misalnya antara Graham dan Watson, yaitu berbantuan
komputer dan online. Kedua hal ini secara mendasar hampir sama
karena sama-sama berbantuan komputer, namun pembelajaran online
lebih

menekankan

pada

pembelajaran

yang

menggunakan

infrastruktur jaringan. Dari perbedaan ini dapat disimpulkan bahwa
blended learning merupakan pencampuran tatap muka dengan online
learning.
Pada intinya, pembelajaran online merupakan pembelajaran
yang didukung oleh infrastruktur pendukung dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi terutama jaringan. Sistem ini dapat memfasilitasi
peserta didik untuk belajar lebih luas, lebih banyak dan lebih

7

bervariasi, sehingga peserta didik bisa belajar kapan saja dan dimana
saja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Smaldino (2007: 181)
bahwa online learning is the materials are often accessed through a
network, including websites, the internet, intranets, CDs, and DVDs.
Munir

(2009:95)

juga

menyebutkan

bahwa

online

learning

memerlukan pendidik dan peserta didik yang berkomunikasi secara
interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
seperti media komputer dan internet. Selain itu, Darmansyah
(2010:207) juga mengemukan bahwa dengan online learning peserta
didik bisa berpartisipasi pada web pembelajaran, menanggapi email
dan chatting. Dalam menanggapi web pembelajaran, email dan
chatting mutlak menggunakan jaringan. Jadi online learning itu adalah
pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer, terkoneksi
antara satu komputer dengan komputer lainnya agar terjadi interaksi
antara pendidik dengan peserta didik.
Model blended learning dipilih sebagai suplemen pembelajaran
dengan pendekatan konstruktif karena model ini memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya: (1) memungkinkan peserta didik (mahasiswa)
untuk memperoleh bahan ajar yang up to date; (2) dosen dapat
mengontrol penguasaan materi yang dikuasai oleh mahasiswa baik
dalam pembelajaran tatap muka maupun online; (3) kegiatan
pembelajaran

menjadi

lebih

efektif

dan

efisien

dengan

mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK); (4) menuntaskan pembelajaran yang belum tersampaikan
dalam pembelajaran tatap muka.
Secara spesifik dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Blended
Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat
SMK Profesor Steve Slemer menyarankan enam tahapan dalam
merancang dan menyelenggarakan blended learning agar hasilnya
optimal, diantaranya adalah (1) tetapkan macam dan materi bahan
ajar, (2) tetapkan rancangan blended learning yang digunakan, (3)

8

tetapkan format on-line learning, (4) lakukan uji terhadap rancangan
yang dibuat, (5) selenggarakan blended learning dengan baik, dan (6)
siapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning (Sjukur, 2012).
Pertama, menetapkan macam dan materi bahan ajar. Pendidik harus
paham betul bahan ajar yang seperti apa yang relevan diterapkan
pada mata kuliah yang sebagian dilakukan secara face to face dan
secara online atau web based learning.
Kedua, tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan.
Rancangan pembelajaran harus benar-benar dirancang dengan baik
dan serius, dan juga harus melibatkan ahli e-learning untuk
membantu. Hal ini bertujuan agar rancangan pembelajaran yang
dibuat benar-benar relevan dan memudahkan sistem pembelajaran
face to face dan online, bukan malah mempersulit siswa ataupun
tenaga kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan pendidikan.
Hal-hal

yang

perlu

diperhatikan

dalam

membuat

rancangan

pembelajaran blended learning adalah (a) bagaimana bahan ajar
tersebut disajikan, (b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari
dan mana yang sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan, (c)
bagaimana siswa bias mengakses dua komponen pembelajaran
tersebu, (d) faktor pendukung apa yang diperlukan, misalnya software
apa yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok atau individu
saja.
Ketiga, tetapkan format online learning. Apakah bahan ajar tersedia
dalam format PDF, video, juga perlu adanya pemberitahuan hosting
apa yang dipakai oleh guru, apakah Yahoo, Google, Facebook, atau
lainnya.
Keempat, melakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Uji ini
dilakukan agar mengetahui apakah sistem pembelajaran ini sudah
berjalan dengan baik atau belum. Mulai dari kefektivan dan
keefesiensi sangat diperhatikan, apakah justru mempersulit siswa dan
guru atau bahkan benar-benar mempermudah pembelajaran.

9

Kelima,

menyelenggarakan

blended

learning

dengan

baik.

Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai
system ini. Mulai dari pengenalan tugas masing-masing komponen
pendidikan, cara akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Guru atau
dosen disini bertugas sebagai petugas promosi, karena yang
mengikuti penyelenggaraan blended learning bias dari pihak sendiri
dan bahkan dari pihak lain.
Keenam, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi. Contoh
evaluasi yang dilakukan adalah dengan (a) Ease to navigate, (b)
Content/substance, (c) Layout/format/appearance, (d) Interest, (e)
Applicability, (f) Cost-effectiveness/value.
Ease to navigate, seberapa mudah siswa bisa mengakses semua
informasi yang disediakan di paket pembelajaran. Kriterianya, makin
mudah melakukan akses, makin baik.
Content/substance, bagaimana kualitas isi yang dipakai. Misalnya
bagaimana petunjuk mempelajari bahan ajar itu disiapkan, dan sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya:
makin mendekati isi bahan ajar dengan tujuan pembelajaran adalah
makin baik.
Layout/format/appearance, paket pembelajaran (bahan, petunjuk, atau
informasi lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya: makin baik
penyajian bahan ajar adalah makin baik.
Interest, dalam artian sampai seberapa besar paket pembelajaran
yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar.
Kriterianya: siswa semakin tertarik belajar adalah makin baik.
Applicability,

seberapa

jauh

paket

pembelajaran

yang

bisa

dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah adalah makin
baik.
Cost-effectiveness/value, seberapa murah biaya yang dikeluarkan
untuk mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya: semakin
murah semakin baik.

10

c. Mata Kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Keterampilan Komputer pada mata kuliah TIK yang merupakan
mata kuliah dasar wajib di Program Studi PGMI IAIN Palopo dengan
menekankan pada penguasaan kompetensi penggunaan aplikasi
dasar komputer dari sistem operasi, pengolah kata, pengolah angka
dan aplikasi presentasi serta penggunaan internet. Mata kuliah ini
disajikan
tersebut

secara teori maupun praktik. Penguasaan kompetensi
menjadi

kompetensi

hal

yang

signifikan

mahasiswa. Setiap

dalam

kesempatan

pengembangan

pembelajaran TIK

hendaknya dimulai dengan pengenalan konsep yang dilanjut dengan
praktik. Adapun untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan kombinasi pembelajaran tatap
muka dan pembelajaran online dengan mengemas bahan ajar yang
sesuai.
B. Rancangan Model
a. Syntax
Sintaks merupakan urutan aktivitas pembelajaran. Menurut
Joyce,

Weil

dan

Showers

(1992:14)

sintaks

adalah

tahap

mendeskripsikan model. Misalnya bagaimana memulai atau apa yang
terjadi selanjutnya setelah melakukan satu kegiatan. Sintaks perlu
dideskripsikan ke dalam rangkaian kegiatan yang disebut dengan
tahap-tahap. Oleh karena itu, setiap model memiliki tahap yang jelas
dan berbeda agar bisa diterapkan. Begitu juga dengan model blended
learning agar dapat diterapkan terlebih dahulu harus memiliki tahaptahap pelaksanaannya yang jelas
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model
blended learning yang mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti
yang diusulkan oleh Grant Ramsay (dalam Tao, 2011), yakni: (1)
seeking of information, (2) acquisition of information, dan (3)

11

synthesizing of knowledge. Tahapan seeking of information, mencakup
pencarian informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia di
TIK, memilih secara kritis diantara sumber penyedia informasi dengan
berpatokan pada content of relevantion, content of validity/releability,
dan academic clarity. Pengajar berperan sebagai pakar yang dapat
memberikan masukan dan nasehat guna membatasi pebelajar dari
tumpukan informasi potensial dalam TIK.
Pada tahapan acquisition of information, pembelajar secara
individual maupun dalam kelompok kooperatif-kolaboratif berupaya
untuk menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan
ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran pembelajar, kemudian
menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber
yang tersedia, sampai mereka mampu kembali mengkomunikasikan
dan

menginterpretasikan

ide-ide

dan

hasil

interprestasinya

menggunakan fasilitas TIK. Tahap terakhir pembelajaran berbasis TIK
adalah

tahap

synthesizing

of

knowledge

adalah

mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi
dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan
kesimpulan dari informasi yang diperoleh. Secara lengkap sintaks
model blended learning yang akan dikembangkan dirancang sebagai
berikut :
Sintaks
Tahap 1 :



Dosen

Peran Dosen
menyampaikan

Seeking of information

kompetensi

Pencarian informasi sekaitan

pembelajaran untuk menginisiasi

dengan materi yang akan

kesiapan

dibahas dari berbagai sumber

sekaligus mempersiapkan mereka

informasi yang tersedia di

dalam proses eksplorasi konsep

TIK (online), buku, modul

materi

maupun penyampaian/

kegiatan pembelajaran tatap muka

pendemonstrasian melalui

(face to face) di kelas maupun

dan
belajar

yang

tujuan
mahasiswa

relevan

melalui

12

pembelajaran dengan suplemen
TIK

(e-learning).

Kegiatan

face to face di kelas baik

eksplorasi konsep dapat dilakukan

teori maupun praktik

secara

(Orientasi)

kelompok


individual

maupun

Dosen memfasilitasi, membantu,
dan mengawasi mahasiswa
dalam proses eksplorasi konsep,
sehingga informasi yang diperoleh
tetap relevan dengan topik yang
sedang dibahas, serta diyakini
validitas/reliabilitas dan

Tahap 2 :

akuntabilitas akademiknya.
 Guru membimbing mahasiswa

Acquisition of information

mengerjakan LK / Modul

Menginterprestasi dan

Praktikum dalam diskusi

mengelaborasi informasi

kelompok untuk menginventarisasi

secara personal maupun

informasi, menginterpretasi dan

komunal

mengelaborasi konsep menuju

( Organisasi dan investigasi )

pemahaman terhadap topik yang
sedang dibelajarkan.
 Dosen mendorong dan
memfasilitasi mahasiswa untuk
mengkomunikasikan hasil
interprestasi dan elaborasi ide-ide
secara tatap muka (face to face)
maupun menggunakan fasilitas elearning, secara kelompok
maupun personal.
 Dosen men-scaffolding
mahasiswa dalam menyelesaian

13

LK Praktikum baik secara personal
maupun dalam kelompok
 Dosen menugaskan mahasiswa
untuk mengelaborasi penguasaan
konsep melalui pemberian tugas
individu maupun kelompok yang
dapat diakses melalui fasilitas e-

Tahap 3 :
Synthesizing of knowledge
Merekonstruksi pengetahuan
melalui proses asimilasi dan
akomodasi bertolak dari hasil
informasi yang diperoleh
melalui pertemuan tatap
muka maupun online learning
(Presentasi, analisis dan
evaluasi)

learning
 Dosen menjustifikasi hasil
eksplorasi dan desain presentasi
mahasiswa dan bersama-sama
menyimpulkan
 Guru membantu mahasiswa
menyesaikan project kelompok
melalui online learning
 Guru mendampingi siswa dalam
mengkonstruksi/merekonstruksi
konsep materi yang dibelajarkan

b. Sistem pendukung
Sistem pendukung model blended merupakan unsur-unsur
yang dapat membantu keterlaksanaan atau merupakan persyaratan
dan dukungan apa yang diperlukan di luar fasilitas teknis model ini.
Seperti unit komputer, jaringan, kemampuan peserta didik mengakses
web pembelajaran, perencanaan pembelajaran berupa SAP, media
pembelajaran dan lembar evaluasi. Sistem pendukung dalam
pengembangan model blended learning ini adalah tersedianya fasilitas
web kampus yang telah dilengkapi dengan layanan e-learning,
sumber daya dosen yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

14

mengaplikasikan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi yang
dibutuhkan dalam implementasi model pembelajaran. Administrator
jaringan dan e-learning yang siap melakukan update dan maintenance
terhadap layanan web e-learning, media pembelajaran berupa modul
dalam bentuk hardcopy dan softcopy, serta mahasiswa yang telah
dibekali keterampilan menggunakan perangkat pendukung pada saat
tatap muka di kelas teori dan praktik.
c. Prinsip Reaksi
Pengembangan

model

blended

learning

juga

dilihat

berdasarkan prinsip reaksi, yaitu bagaimana sikap pendidik terhadap
peserta didik. Hal ini hampir sama dengan sistem sosial yaitu
kesinkronan dalam melakukan peran masing-masing. Jika sistem
sosial menjelaskan peran masing-masing pendidik dan peserta didik
maka prinsip reaksi mengatur bagaimana melakukan peran masingmasing. Misalnya, ketika dosen mengucapkan salam saat memasuki
kelas, mahasiswa akan menjawab salam tersebut. Dalam model
blended learning, ketika dosen menjelaskan materi tertentu maka
mahasiswa mendengarkannya dengan seksama; ketika mahasiswa
bertanya, dosen menjawab pertanyaan tersebut. Prinsip reaksi model
blended terwujud dalam bentuk aturan-aturan perkuliahan. Misalnya,
aturan perkuliahan online, aturan perkuliahan tatap muka, bentuk
aturan bagi mahasiswa yang menyelesaikan tugas tepat waktu dan
yang terlambat, aturan mengenai kesepakatan melakukan diskusi
online

dan

aturan-aturan

bagaimana

dosen

bersikap

dalam

melakukan setiap langkah dalam blended learning
d. Sistem Sosial
Sistem sosial model blended learning adalah sinkronisasi
interaksi antara dosen dan mahasiswa. Interaksi dosen dan
mahasiswa ini merupakan inti kegiatan pembelajaran yang penting
dilakukan dalam setiap proses pembelajaran. Interaksi merupakan

15

pergaulan antara dosen dan mahasiswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dimensi interaksi sosial jika dikaitkan dengan interaksi
dalam pembelajaran adalah hubungan dosen dengan mahasiswa.
Unsur-unsur interaksi sosial adalah bahwa hubungan dosen dan
mahasiswa adalah pekerjaan. Pendidik mengajar, membimbing dan
mengarahkan peserta didik sedangkan peserta didik belajar, sehingga
dalam proses pembelajaran menunjukkan suatu hubungan sosial
antara keduanya. Kemudian untuk mencapai interaksi sosial yang
terjadi di dalam proses pembelajaran didasarkan pada kepentingan,
terutama kepentingan peserta didik untuk belajar dan membantu
peserta didik mencapai kompetensi setelah melakukan interaksi
sesama mahasiswa, dosen, materi ajar dan lingkungan pembelajaran
yang terjadi pada proses pembelajaran. Sistem sosial, menurut Joyce,
Weil dan Showers (1992:14), dalam sebuah model pembelajaran
digambarkan peranan dosen dan mahasiswa, hubungan dan jenisjenis norma yang dianjurkan. Peranan dosen dalam setiap model
berbeda satu sama lainnya.
e. Aplikasi
Pelaksanaan model ini akan memadukan antara pembelajaran
tatap muka di kelas (teori) dan di laboratorium komputer (praktik) serta
pembelajaran

online

melalui

layanan

e-learning.

Dosen

akan

menyiapkan materi berupa modul dalam bentuk hardcopy yang
dibahas pada tatap muka di kelas

dan laboratorium serta modul

dalam bentuk softcopy yang dapat diakses melalui layanan e-learning.
Berikut contoh-contoh yang dapat dijadikan referensi oleh mahasiswa.
Dosen juga menyediakan layanan chat dan diskusi online untuk
mahasiswa di waktu yang telah disepakati. Dibagian akhir perkuliahan
dosen memberikan evaluasi dalam bentuk proyek presentasi yang
dibuat secara personal dan kelompok untuk mengetahui keberhasilan

16

model dalam mencapai tujuan pembelajaran. Implementasi model ini
direncanakan selama 2 kali pertemuan
f.

Dampak Instruksional
Model pembelajaran blended learning ini diharapkan dapat

mengatasi permasalahan pembelajaran yang terbatas oleh waktu
tatap muka di kelas serta keterbatasan sarana praktikum di kampus.
Model ini juga dapat membantu mahasiswa belajar mandiri baik
secara teori maupun praktik, mahasiswa dapat melakukan proses
belajar tanpa tergantung pada waktu perkuliahan, mereka dapat
mengakses bahan ajar dan berkonsultasi dengan dosen kapan dan
dimana saja dengan bantuan akses internet melalui layanan elearning kampus. Model ini juga dapat mengasah keterampilan
mahasiswa dalam menggunakan perangkat TIK yang secara tidak
langsung membantu ketercapaian tujuan pembelajaran.

C. Perangkat Model
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berikut

ini

adalah

salah

satu

rancangan

pelaksanaan

pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam pengembangan model
blended learning ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Identitas Mata Kuliah
Mata Kuliah
: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Semester
: II / Genap
Fak/Prodi
: FKIP / PGMI
Pertemuan
: 11 – 12
17

Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar

:

Mengoperasikan Software Komputer

:

Mengoperasikan software presentasi

B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
hyperlink sederhana
2. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi mutimedia (Insert gambar, diagram, suara dan video)
3. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi multimedia (insert suara dan video)
4. Mahasiswa diharapkan mampu dan terampil melakukan editing
animasi slide dan presentasi yang menarik
C. MATERI
Editing sederhana untuk presentasi berupa : operasi hyperlink,
memasukkan media gambar, diagram, suara dan video
D. METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran blended learning dengan pendekatan
konstruktif
1. Pembelajaran Synchronous :
a. Tatap muka : ceramah, demontrasi, praktik dan presentasi)
dan
b. Online : Chatting melalui layanan E-learning
2. Pembelajaran Asynchromous :
a. Belajar mandiri (Online) : Menggunakan modul dan contoh
dalam format pdf, pptx,flv dan htm)
b. Belajar Kolaboratif (Online) : Forum Diskusi Online
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No
Kegiatan
Deskripsi
1
Kegiatan
 Menyampaikan tujuan
Pendahuluan
pembelajaran
Orientasi
 Apersepsi tentang cara
mengaktifkan software
presentasi
 Motivasi tentang
pentingnya mempelajari
materi editing pada
presentasi
2
Kegiatan Inti
 Dosen menjelaskan cara
Orientasi
mengakses materi melalui
layanan e-learning
kampus
 Dosen mengenalkan dan

Ket
Pembelajar
an
tatap
muka

Pembelajar
an
tatap
muka

18



Organisasi



Investigasi











memberi contoh materi
tentang tentang editing
sederhana pada slide
presentasi meliputi
hyperlink, gambar dan
diagram serta suara dan
video berikut animasi
slide dan presentasi
Dosen membimbing
mahasiswa mendapatkan
informasi dan
mengemukakan pendapat
tentang informasi yang
didapatkan melalui materi
online
Dosen memberi tugas
pada mahasiswa untuk
membuat produk
presentasi yang
melibatkan pengunaan
hyperlink, gambar,
diagram, suara dan video
serta efek animasi slide
dan presentasi dengan
bantuan modul dan
contoh pada materi online
Mahasiswa login ke
layanan e-learning untuk
mengakses modul dan
contoh sesuai materi
Mahasiswa dapat
berkolaborasi antar
mahasiswa dan dosen
untuk menggali informasi
materi
Mahasiswa menggali
informasi tentang materi
melalui sumber belajar
media e-learning
Mahasiswa
mempraktikkan materi
modul dan contoh yang
didapatkan secara online
Dosen membimbing dan
menjelaskan apabila
masih ada materi yang

Pembelajar
an online

Pembelajar
an online

Pembelajar
an online

Pembelajar
an
tatap
muka

19


Presentasi






Analisis





Evaluasi




kurang dipahami
Mahasiswa mengerjakan
tugas yang telah diberikan
Mahasiswa
mengembangkan
produknya
Dosen mempersilahkan
mahasiswa yang akan
memperesentasikan
produknya
Mahasiswa lain dapat
menanggapi dan atau
memberi saran
Dosen dan mahasiswa
merefleksi hasil
investigasi dan produk
mahasiswa yang telah
dipresentasikan
Dosen memberi
kesempatan kesempatan
pada mahasiswa yang
belum memahami materi
Dosen menyimpulkan
materi pembelajaran
Dosen menugaskan
membuat tugas mandiri
melalui forum diskusi
online

Pembelajar
an
tatap
muka

Pembelajar
an
tatap
muka

Pembelajar
an
tatap
muka
Pembelajar
an online

F. ALAT, SUMBER DAN BAHAN
1. Modul teori dan praktikum mata kuliah TIK Program Studi
PGMI IAIN Palopo
2. Sumber belajar lain yang mendukung
3. Materi yang tersedia pada layanan e-learning kampus yang
terdiri dari modul, video tutorial dan contoh presentasi.

b. LK (Lembar kerja)
Lembar kerja yang disiapkan dalam model ini terdiri dari lembar
kerja modu praktikum pada pembelajaran tatap muka serta lembar
kerja online yang tersedia pada layanan e-learning. Lembar kerja
terdiri dari tugas mandiri dan tugas kelompok.

20

BAB III
PENUTUP
Pengembangan

model pembelajaran

blended

learning

yang

direncanakan ini diharapkan dapat mengatasi permasalah pembelajaran
yang selama ini terjadi pada mata kuliah TIK di Program Studi PGMI IAIN
Palopo. Selain itu juga pelaksanaannya dapat mengoptimalkan fasilitas
web dan layanan e-learning yang selama ini belum dilakukan. Dukungan
dari stakeholder kampus juga sangat diharapkan sehingga implementasi
model ini dapat berjalan sesuai dengan harapan.

DAFTAR PUSTAKA
Sjukur, Sulihin B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan
Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November 2013.

21

Grant Ramsay. 2001. Teaching and Learning With Information and
Communication Technology: Succes Through a Whole School
Approach. National Educational Computing Conference, July 25-27.
Chicago.
Graham, Charles R. 2005. The Handbook of Blended Learning.
Bloomington: Indiana University.
Joyce, Bruce. Weil, Massha. & Showers, Beverly. 1992. Models of
Teaching (4th). United Stated of America: Person Education, Inc.
Rahmi, Ulfia. 2013. Pengembangan Model Blended Learning pada Mata
Kuliah Desain Pembelajaran Berbasis Komputer (DPBK) di Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Negeri
Padang. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Pascasarjana UNP.
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology And Media For
Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON
Merrill Prentice Hall

22