Profil Keterampilan Berpikir Kritis Sisw

Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Rangkaian
Listrik Arus Searah

Duden Saepuzaman
Departemen Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia,
Jl. Dr.Setiabudhi 229, Dr.Setiabudhi 229 Bandung 40154
Surat-e: dsaepuzaman@upi.edu
Yustiandi
SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School
Jl. Raya Labuan – Pandeglang km. 3 Kuranten Pandeglang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterampilan berpikir kritis siswa SMA
pada materi rangkaian Listrik Arus Searah. Hasil penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam
pengembangan rencana dan proses pembelajaran dalam upaya perbaikan. Metode yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan sampel sebanyak 39 siswa SMA kelas XII di salah
satu SMA di Banten. Alat pengumpul data berupa istrumen tes keterampilan berpikir kritis
berjumlah 25 item berbentuk pilihan ganda. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis yang
dikembangkan mengacu pada keterampilan berpikir kritis Ennis. Adapun indikator
keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam instrumen meliputi mencari persamaan
perbedaan, kemampuan memberi alasan, berhipotesis, menggeneralisasi, mengaplikasikan
konsep dan mempertimbangkan alternatif. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan siswa

untuk setiap indikator sebagai berikut; mencari persamaan perbedaan 76,92 %; kemampuan
memberi alasan 56,92 % ; berhipotesis 22,44 %, menggeneralisasi 64,74 % , mengaplikasikan
konsep 53,85 % dan mempertimbangkan alternatif 64,10 %.
Kata kunci: Keterampilan Berpikir Kritis, Rangkaian Listrik Arus Searah

I.

Pendahuluan

Dalam sebuah pembelajaran, semua komponen
pembelajaran selalu mengharapkan agar tujuan
pembelajaran senantiasa tercapai. Termasuk dalam
pembelajaran di kelas, dosen dan mahasiswa senantiasa
mengharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tujuan pembelajaran yang ditentukan mengacu pada
kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum.
Ada beberapa hal yang terjadi selama pembelajaran yang
kadang tidak disadari sebelumnya. Sebagai contoh,
berdasarkan pengalaman, guru kadang telah merasa total
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Semua

kemampuan dan pengetahuan dibelajarkan pada siswa
dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Tetapi hal ini tidak sesuai
dengan pencapaian hasil belajar yang diperoleh
mahasiswa. Data Hasil tes menunjukkan banyak siswa
yang belum mencapai hasil belajar sebagaimana yang
diharapkan. Diduga kuat siswa mengalami kesulitan

belajar. Sebagai contoh hasil ulangan harian materi
rangkaian listrik arus searah, yang rata-rata kelasnya
72,59. Dan nilai ini masih di bawah KKM yang telah
ditentukan yaitu 75.
Berdasarkan hasil ini, perlu adanya upaya Perbaikan
dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya dengan cara
mengetahui letak kesulitan siswa dalam pembelajaran.
Penelitian akan memfokuskan pada Profil Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Rangkaian
Listrik Arus Searah

II. Kajian Pustaka

Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan memberi alasan
(reasonable) dan reflektif yang difokuskan pada apa yang
diyakini
dan
dikerjakan.
Reflektif
berarti
mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati
terhadap segala alterantif sebelum mengambil keputusan.
Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan
mengacu pada berpikir kritis Robert H. Ennis. Dalam
Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 135

Prosiding Seminar Pendidikan Fisika, Fisika, dan Aplikasinya 2016
ISSN: 2085-0379

Saepuzaman, Yustiandi

penelitian ini indikator yang dikembangkan; mencari

persamaan perbedaan; kemampuan memberi alasan;
berhipotesis, menggeneralisasi, mengaplikasikan konsep
dan mempertimbangkan alternatif.

III. Metode Penelitian/Eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik
yang menggambarkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA Pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah. Subjek
penelitian sebanyak 39 siswa SMA kelas XII di salah satu
SMA di Banten. Alat pengumpul data berupa istrumen tes
keterampilan berpikir kritis berjumlah 25 item berbentuk
pilihan ganda. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis
yang dikembangkan mengacu pada keterampilan berpikir
kritis Ennis. Adapun indikator keterampilan berpikir
kritis yang dikembangkan dalam instrumen meliputi
mencari persamaan perbedaan, kemampuan memberi
alasan, berhipotesis, menggeneralisasi, mengaplikasikan
konsep dan mempertimbangkan alternatif.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil tes yang diujikan diperoleh
pencapaian keterampilan berpikir kritis (KBK) siswa.
Secara umum rekapitulasi pencapaian KBK siswa disajikan
dalam tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Pencapaian KBK siswa
Rata-rata
No
Indikator KBK
pencapaian Siswa (%)
mencari persamaan
1
76,92
perbedaan
kemampuan memberi
2
56,92
alasan
3
berhipotesis
22,44

4
menggeneralisasi
64,74
mengaplikasikan
5
53,85
konsep
mempertimbangkan
6
64,10
alternatif

Berdasarkan tabel ini, nampak siswa masih kurang
pencapaian belajar dalam hal berhoptesis. Analaisis
lanjutan dengan mewawancarai siswa, sebagian besar siswa
menyatakan baru pertama kali menemukan beberapa soal
yang diberikan ( terutama untuk indikator KBK
berhipotesis). Salah satu soal berhipotesis adalah iterm
soal nomor 10 seperti berikut.


136 | Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan

Gambar 1. Item soal nomor 10

Jawaban soal ini adalah d. Lampu D akan menyala lebih
redup semula karena hambatan total rangkaian bertambah,
sehingga arus dalam rangkaian berkurang.tetapi nyala
lampu D masih lebih terang daripada B dan C karena
arus yang mengalir pada lampu D akan dibagi dua ke
lampu B dan C ( kaidah percabangan). Tetapi kebanyak
siswa menjawab a dan b. Hal ini terjadi sebagian besar
siswa masih berpendapat bahwa ketika hambatannya
dikurangi pasti arus akan bertambah, hal ini ditandai
dengan nyala terang lampu.
Item soal lain untuk mengukur kemampuan
berhipotesis adalah soal nomor 11.

Gambar 2. Item soal nomor 11

Sebagian besar siswa menjawab e, dengan alasan pada

saat sakelar ditutup maka kita menambahkan hambatan
dalam rangkaian. Sehingga arusnya akan mengecil dan
lampu akan redup. Padahal jawaban yang benarnya adalah
a. lampu X menjadi lebih terang karena hambatan total
dalam rangkaian menjadi lebih kecil , sedangkan lampu Y
akan menjadi redup karena arus terbagi menjadi ke Z juga.
Adapun item soal yang paling banyak dijawab benar
oleh siswa adalah indikator KBK adalah mencari
persamaan perbedaan yang merupakan bagian dari KBK
Memberikan Penjelasan dasar. Hal ini sangat logis.
Mengingat keterampilan ini hanya menuntut siswa untuk
dapat mengamati secara langsung/tanpa dibebani dengan
konsep terhadap apa yang ada di hadapan mereka. Siswa
sudah terbiasa dengan pengamatan. Hal ini didasarkan
pada hasil wawancara dengan siswa. Contoh item soal
yang mengukur indikator mencari persamaan dan
perbedaan adalah item soal nomor 1 sebagai berikut.

Saepuzaman, Yustiandi


Prosiding Seminar Pendidikan Fisika, Fisika, dan Aplikasinya 2016
ISSN: 2085-0379

[8]
[9]
[10]

[11]

[12]
Gambar 3. Item soal nomor 1

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dismpulakan
profil keterampilan siswa untuk setiap indikator sebagai
berikut; mencari persamaan perbedaan 76,92 % ;
kemampuan memberi alasan 56,92 % ; berhipotesis
22,44 %, menggeneralisasi 64,74 % , mengaplikasikan
konsep 53,85 % dan mempertimbangkan alternatif 64,10
%. Perlu ada upaya perbaikan untuk meningkatkan
pencapaian hasil belajar ini.


[13]

[14]
[15]

[16]

V. Kesimpulan
Pada bagian Pustaka, diberikan beberapa contoh yang
relatif banyak digunakan oleh jurnal-jurnal internasional.
Silahkan para penulis untuk menyesuaikan diri.

[17]

[18]

Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih kepada Kepala sekolah dan
seluruh pihak di SMAN Cahaya Madani Banten Boarding

School, atas masukan dan dukungan yang diberikan.
Ucapan terima kasih juga kepada SEAMEO QITEP in
Science yang telah member dana dalam penelitian tindak
kelas ini baik untuk opersional implementasi maupun
untuk publikasi.

[19]
[20]
[21]
[22]

Data For Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 6474
Idrawati (2007). Keterampilan Berpikir Dasar. Bandung :
Depdiknas.
Jaskarti, Etti (2007). Teori Belajar Konstruktivisme. Bandung :
Depdiknas.
Juremi, S., Ayob, A., 2000, Menentukan kesahan alat ukur-alat
ukur kemahiran berfikir kritis, kemahiran berfikir kreatif,
kemahiran proses sains dan pencapaian Biologi, tersedia
http://www. geocities.com/drwanrani/ Sabaria_Juremi.html.
Jurniati (2007).. Model Pembelajaran Cooperative Integreted
Reading and Composition untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Berpikir Kreatif pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mahjardi (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1 MAN dalam
Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor.
Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the
Effectiveness of Problem Based Learning in Higher Education:
Lessons from the Literature.[On line]. Tersedia :
www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm
Mulyasa (2005), Menjadi Guru Profesional, Bandung:
Rosdakarya.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika.
Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia.
Nalori, Helmi (2000). Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan soal-soal Listrik arus Searah. Tesis UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat).
Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan
Panggabean Indonesia., Luhut P. (2001). Statistika Dasar.
Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Slavin, R. E., 1995, Cooperative learning ; Theory, Research,
and Practice, second ed., Boston, Allyn and Bacon.
Watson, G. B., Glaser, E. M., 1980, Watson-Glaser critical
thinking manual. San Antonio : The Psychological Corporation,
Harcourt Brace & Co.
Poerwadarminta ,W. (1982). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.

Bibliografi
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]

Arends, Richard, I., 1997, Classroom instruction and
management, New York; McGraw-Hill
Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Bandung: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Bandung:
Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas. (2006). Mata Pelajaran Fisika Untuk Sekolah
Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Jakarta:
Depdiknas.
Ennis. Robert H. 1985. Developing Mind : Goal for a critical
Thinking Curriculum. Arethur L.Costa Editor.
Hake, R. R., 1998, Interactive-Engagement Versus Tradisional
Methods : A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes

Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan | 137

Prosiding Seminar Pendidikan Fisika, Fisika, dan Aplikasinya 2016
ISSN: 2085-0379

138 | Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan

Saepuzaman, Yustiandi