Pembelajaran Berbasis ICT Information an

Materi Workshop SMK PGRI 3 Blitar
“Pembelajaran Berbasis ICT
(Information and Communication Technoligies) di Blitar:
Menyongsong Era Connected Living pada 2020”
SMK PGRI 3 Blitar
April 2016

Dipresentasikan oleh:

Sumardiono
Fakultas Bahasa dan Sastra, STKIP PGRI Blitar
diondiexis@yahoo.com

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication Technologies)
di Blitar: Menyongsong Era Connected Living pada 2020
Sumardiono
diondiexis@yahoo.com
STKIP PGRI Blitar
Abstrak

Sistem pembelajaran di Indonesia yang sudah berkembang dengan
baik oleh praktisi pendidik dan stakeholder pendidikan menjadi
tantangan tersendiri dalam mempertahankan perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi dalam keterlibatannya di
proses pembelajaran dan pengajaran di kelas. Artikel ini membahas
tentang hasil dari analisa pendidikan di kota Blitar tentang
pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication
Technologies). Berelasi dengan isu terkini Connected Living,
penulis menganalisa kegunaan ICT dalam berbagai segi kehidupan
yang bermanfaat untuk pendidikan masa kini dan
mendatang.Pembelajaran bersistem blended learningini dapat
memudahkan sistem pembelajaran di Blitar sehingga Blitar dapat
berkembang menjadi pendidikan yang futuristik dan efisien. Oleh
karena itu, penerapan dan promosi penggunaan ICT sebagai media
penghubung dalam proses belajar dapat memperkuat kualitas
belajar dalam rangka membudayakan belajar sepanjang hayat
kepada siswa di sekolah.
Kata Kunci: ICT,blended learning, connected living.
Abstract
Learning system in Indonesia which is developed well by the

education practioners and stakeholders becomes a challenge in
defending the development of information and communication
technologies in their involvement in learning and teaching process
in the classroom. This article elucidates the findings of the analysis
on the education in Blitar city concerning with learning based ICT
(Information and Communication Technologies). Related to the
current issues ‘Connected Living’, the writer analyzes the use of
ICT in various aspects of life which are useful to the recent and
future education. The blended learning can ease the learning system
in Blitar with the intention that Blitar can be developed to be
futuristic and efficient education. Accordingly, the implementation
and promotion of the ICT use as the connecting media in learning
process to reinforce the learning quality in habitualizing the
lifelong learning to the students at school.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

Keywords: ICT, blended learning, connected living.
Pendahuluan
Berkembangnya ilmu dan komputer memiliki banyak dampak yang

dinikmati bahkan dirasakan sebagai polemik di masyarakat.Pendidikan di
Indonesia yang dikeluhkan terlalu banyak perubahan dan perkembangan dengan
memaksakan adaptasi pola perkembangan ilmu di negara – negara maju menjadi
masalah tersendiri bagi guru dan siswa di sekolah.Program pemerintah dalam
menanamkan pendidikan karakter dan mengembangkan kurikulum dengan
langkah saintifik menjadi perhatian tertentu bagi guru dalam melakukan adaptasi
dalam berbagai macam penerapan dan perubahan dalam sistem pendidikan di
sekolah.
Lickona (1991) sebagai promotor pendidikan berkarakter menjelaskan
adanya kepentingan membangun dan mempertahankan karakter baik dalam kelas
sebagai apresiasi hubungan timbale balik antara guru dan siswa. Hal ini juga
didukung oleh Kesuma, Triatna, dan Permana (2011) yang menjelaskan tentang
perlunya mengamati permasalahan pendidikan di sekolah, yang seharusnya
menjadi pemicu kelebihbaikkan di sekolah berbalik menjadi masalah yang
menghambat tujuan utama menyampaikan materi pelajaran yaitu memahami
materi pelajaran itu sendiri. Mereka menambahkan bahwa kesenjangan antara
teori dan praktik dalam bidang pendidikan tidak menjadikan guru lebih
termotivasi mempelajari hal baru tetapi lebih menjadi tekanan dan beban bagi
guru.Kenyataan beban guru yang berlebih seperti mengajar, tugas tambahan,
penelitian, bahkan publikasi menjadi momok bagi guru.Walaupun begitu, Raka,

dkk (2011) juga memberikan bahwa arahan pentingnya tindakan yang tepat dalam
mengimplementasikan ilmu baru dalam sistem pendidikan di sekolah. Pemilihan
cara dan strategi implementasi yang memiliki dasar pada kebutuhan di sekolah
dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi guru dan sekolah.
Di Blitar, kesenjangan seperti dirasakan pada hasil wawancara pada
perwakilan guru masing – masing sekolah menengah pertama dan atas dalam
menjawab kualitas pendidikan di Blitar.Jawaban yang beragam ditemukan dengan
muculnya isu berbagai kebijakan pemerintah yang membuat guru menjadi pekerja

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

paling sibuk di Blitar. Mulai kegiatan perencanaan yang harus disesuaikan dengan
kurikulum, pelaksanaan pengajaran yang disarankan melibatkan kearifan local,
kemajuan teknologi informasi, bahkan isu-isu terkini, evaluasi pembelajaran yang
rumit, urusan kepangkatan yang sulit, tugas penelitian yang tidak ada alokasi
waktunya, bahkan menulis publikasi ilmiah, dan mengembangkan karya inovatif.
Guru menjadi profesi yang penuh dengan kegiatan bahkan setelah pulang jam
kerja guru masih memilki tanggung jawab yang tak kunjung usai. Wiyani (2013)
mendukung fakta ini dengan menyatakan bahwa peranan guru dalam
pembelajaran sangat penting. Kesuksesan proses pembelajaran dalam suatu

sekolah sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru sebagai pendidik professional.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru harus menyelesaikan tugas utamnya
yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkam, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik di sekolah. Sagala (2012) juga menambahkan bahwa
konsep pembelajaran yang baik juga harus mempertimbangkan konsep
pembelajaran dan keterlibatan pengajaran tidak semata sebagai profesi tetapi
sebagai proses. Dari bukti faktual dan teoritis tersebut, penulis tertarik
mengidentifikasi lebih dalam tentang persepsi guru terhada pengajaran dan murid
terhadap pembelajaran saat ini.
Keterlibatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam
dunia pendidikan menyebabkan guru dituntut menguasai berbagai macam
perkembangan tersebut baik guru muda maupun tua.Pentingnya perkembangan ini
bukan semata untuk mematikan karakter guru golongan tua untuk berkarya tetapi
lebih pada perkembangan siswa yang harus diarahkan pada penguasaan informasi
dan komunikasi yang baik dan bermanfaat bagi mereka.Sejalan dengan
bergantinya kurikulum waktu lalu menambah polemik di dunia pendidikan yang
semakin menumpuk, menurut Alwasilah (2010) kurikulum yang seharusnya
menjadi cerminan filsafat yang dipercayai oleh masyarakatnya lebih spesifik
kurikulum merupakan apa yang diajarkan di kelas bukan yang dibicarakan di
publik. Namun kesenjangan adanya penerapan kurikulum dan melibatkan

perkembangan teknologi informasi pendidikan menjadi pekerjaan rumah
tersendiri untuk guru. Sudjana dan Rivai (2009) menyebutkan adanya prinsip

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

dasar penyelenggaraan pengajaran dengan teknologi pengajaran meliputi aktivitas
sendiri, minat sebagai motivasi, persiapan dan suasana mental, individualisasi, dan
sosialisasi.Kesiapan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran berbasis ICT
memang perlu dipikirkan dengan matang mengingat banyak sekolah yang telah
memberikan instruksi penyesuaian penggunaan media dan teknologi pendidikan
namun tidak diimbangi dengan pemenuhan prinsip-prinsip tersebut.
Oleh karena itu, penulis melakukan investigasi terhadap dua pelaku
pendidikan yakni guru dan siswa dalam memberikan perspektif mereka terhadap
implementasi pembelajaran berbasis ICT di Blitar. Hal tersebut kemudian
diformulasikan menjadi pertanyaan penelitian, ‘Bagaimana persepsi guru dan
siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis ICT di Blitar?’.Dengan tujuan
untuk mengetahui keragaman persepsi guru dan siswa dalam menanggapi
penerapan pembelajaran tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dampak yang baik dan dapat menjadi pertimbangan banyak pihak
dalam menerapkan teori dan ilmu yang disampaikan melalui kebijakan-kebijakan

pemerintah.
Pembelajaran Berbasis ICT dan Blended Learning
Pemberlajaran berbasis ICT sudah dikenalkan sejak Thorndike dan Dewey
memperkenalkan falsafah teknologi pengajaran memalui perspektif mereka di
tahun 1901. Berkembangnya komputer memberikan ide para akademisi dan
ilmuan di bidang pendidikan menggabungkan dan menyelipkan ilmu komputer
sebagai media maupun alat mempermudah berjalannya sistem pendidikan.
Wagner (2005) menyatakan kemajuan di bidang pendidikan menggunakan ICT
dalam sistem pembelajaran diperngaruhi olehkebijakan yang tepat dan
membimbing serta pendanaan yang tepat. Pada kenyataannya dua komponen
berpengaruh tersebut menjadi kendala di berbagai instansi untuk mengembangkan
sistem pendidikan yang mereka kelola. Kebijakan yang berlaku hanya pada segi
mendasar yakni instruksi dan implementasi tanpa ada evaluasi dan refleksi
menimbulkan banyaknya sekolah memiliki kemajuan tersebut sia-sia.Selain itu,

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

pendanaan yang tidak lepas dari anggaran belanja di sekolah juga menjadi sorotan
dan masalah tersendiri bagi semua pihak.
Seharusnya, pembelajaran berbasis ICT tidaklah menyulitkan dan

menjadikan kemajuan tersebut menjadi beban bagi siapapun. Pembelajaran
berbasis ICT seharusnya mempermudah siswa mengakses segala yang dibutuhkan
dalam

belajar,

mengembangkan

proses

belajar

di

luar

kelas

yang


berkesinambungan dan bersifat lifelong learning (belajar sepanjang hayat),
memperoleh

ilmu

dan

informasi

yang

bermanfaat

dan

terkini,

dan

mengembangkan potensi yang ada di sekolah baik siswa maupun guru. Prasojo

dan Rianto (2011) menegaskan bahwa dengan teknik pembelajarn melibatkan ICT
di kelas maupun di luar kelas dapat meningkatkan proses pembelajaran yang
berkualitas. Sangra dan Sanmamed (2010) dalam penelitian mereka menemukan
bahwa penggunaan ICT di sekolah dapat membantu berbagai macam komponen
di sekolah mulai dari guru, siswa, bahkan staf dan tenaga kependidikan di
sekolah.Penerapan penggunaan ICT haruslah cocok dan mudah diadaptasi untuk
mempermudah kelangsungan penggunaan ICT di sekolah. Dari kemalasan
penggunaan ICT dan pengaruh perubahan kebijakan lainnya yang berdampak
pada pemberhentian penggunaan ICT di sekolah.
Berelasi dengan ICT, penggunaan ICT dalam proses belajar tidak semata
digunakan dalam semua jadwal mengajar. Penggunaan ICT harus tetap
diseimbangkan dengan pertemuan tradisional yang memiliki fungsi sebagai proses
konfirmasi dan konsultasi yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh
perkembangan pemahaman dan pencapaian siswa diketahui secara langsung.
Sistem blended learning seperti ini dapat bergungsi sebagai pengontrol dalam
melaksanakan pembelajaran digital dan jarak jauh.
Penerapan ICT dan Blended Learning di Blitar
Bonk dan Graham (2004) menyebutkan sumber daya dalam bidang
pendidikan yang komprehensif ini menyoroti praktik terbaru dan tren di blended
learning dari perspektif global dan menyediakan informasi yang ditargetkan untuk

situasi belajar tertentu tercampur baik secara tatap muka maupun jarak jauh. Dari

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti di 10 sekolah menengah dan 10
sekolah dasar menyebutkan adanya pembelajaran berbasis ICT yang telah
diselenggarakan di Blitar. Penerapan ICT dan pengajaran berbasis blended
learning tersebut menjadi sesuatu yang dibanggakan di kedua puluh sekolah yang
dikunjungi dan menjadi program unggulan. Bagaimanapun, melihat syarat dan
prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT dan blended learning, penulis
belum begitu yakin apakh yang dirasakan guru dan dipahami oleh siswa melalui
system tersebut sudah tepat guna atau belum.
Penerapan yang ingin dicari gambarannya dalam studi ini adalah penerapan
pembelajaran berbasis ICT yang memiliki relasi dengan isu terkini connected
living di Indonesia. Oleh karena itu, melakukan investigasi pada persepsi siswa
dan guru terhadap implementasi pembelajaran berbasis ICT di Blitar dalam
menyongsong era connected living sangat perlu dilakukan untuk mengetahui
kesiapan dan sejauh mana penerapan pembelajaran berbasis ICT di Blitar dan
menyikapi

perkembangan

yang

bisa

dikembangkan

di

sekolah-sekolah

mendatang.
Mendayagunakan ICT di Era Connected Living
Era 2020 dengan isu semua kehidupan yang terkoneksi memecahkan isu
‘linearitas’ yang dulu digaungkan banyak pihak, keragaman (variasi) dalam
bidang pengetahuan mensyaratkan satu subjek harus terkoneksi dengan subjek
lainnya agar bermanfaat dari hubungan tersebut. Pendidikan juga diharapkan
dapat memiliki banyak koneksi seperti halnya dalam mengembangkan diri, guru
dapat bekerja sama dengan ahli IT dan media, dapat mengakses jurnal dan
publikasi ilmiah untuk menerbitkan hasil temuan penelitian yang guru lakukan,
bekerja sama dengan forum penulis dalam menulis buku dan modul, dan
sebagainya.
Daryanto dan Rahardjo (2012) telah menjelaskan pendidikan aktif dan
partisipatif sejak diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
mana telah mengenalkan berbagai kompetensi belajar untuk siswa di Indonesia.
Kemudian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga telah

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

dikenalkan adanya connected living seperti pada pelajaran tematik dan tema –
tema yang diusung dalam pelajaran yang berkaitan dengan dunia kerja. Di era
Kurikulum 2013 ini, isu – isu tersebut didekatkan dengan langkah – langkah
ilmiah yang menuntut pembelajaran yang benar dan mudah diterapkan bagi guru
dan siswa di kelas.
Bouverot (2014) menjelaskan konsep connected living merupakan
kesempatan untuk pertumbuhan lebih lanjut sangat besar, terutama ketika
seseorang menganggap banyaknya 'hal' yang berpotensi dapat terhubung. Dia
mencontohkan di China, ada tiga operator seluler China - China Mobile, China
Telecom, dan China Unicom mengalami pertumbuhan yang luar biasa, khususnya
disektor elektronik pertanian, kesehatan, otomotif, ritel, dan konsumen dan
berkembang pesat kelas menengah di negara itu juga akan mendorong pasar
konsumen dengan permintaan untuk rumah pintar, perangkat dapat dipakai, jasa
kota pintar dan mobil terhubung. Industri, perusahaan, pendidikan, dunia kerja,
dan kehidupan riil yang mensyaratkan adanya hubungan dan keterkaitan satu
sama lain dalam melengkapi dan menambahkan unsure kehidupan tersebut
menjadi pemicu bagi guru untuk menyiapkan siswa dapat bersaing dan
berkembang di dunia kerja di era mereka kelak.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain metode mixed explanatoryyanguntuk
mengumpulkan input kualitatif sebagai penjelasan dan memperluas hasil
kuantitatif untuk mendapatkan wawasan yang komprehensif penelitian (Creswell
et al., 2007).
Sebuah kuesioner dengan 15 pertanyaan diberikan kepada guru dan siswa
untuk memperoleh input kuantitatif dandibangun untuk menentukan persepsi guru
dan siswa tentang penerapan ICT di sekolah mereka. Sebelum itu digunakan
untuk mengumpulkan data, kuesioner diujikan dalam studi percontohan awal yang
dilakukan pada lima siswa dan lima guru. Studi percontohandisajikan untuk
melihat apakah kata-kata dari pertanyaan jelas danpenyelesaian tugas itu layak.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

Dari hasil studi percontohan terdapat sedikit perubahan dan perbaikan dalam isi
kuesioner dalam studi awal sebagai hasil dari proses ini.
Data penelitian ini dikumpulkan pada akhir semester ganjil tahun
akademik2015/2016 (Desember 2015). Responden sebagai sampel dipilih
berdasarkan purposive sample yakni berdasarkan saran pihak sekolah yang
dianggap dapat memberikan persepsi yang faktual.Untuk memperkaya dan
mendukung temuan kuantitatif, wawancara terstruktur bersifat semi open-ended
digunakan dalam mengumpulkan data. Tema yang muncul selama sesi wawancara
diberi kode sesuai dengan dimensi data kuantitatif dari kuesioner. Sesi wawancara
selama 20 menit yangdilakukan dengan 20 relawan, yang menjadi responden
kuesionerdiberikan. Dasar pemikiran untuk menggunakan sistem wawancara ini
adalah untuk memahami sudut pandang responden daripada membuatgeneralisasi
dalam hasil kuesioner.
Temuan Penelitian dan Diskusi Hasil Penelitian
Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden dan wawancara
kepada mereka dapat disajikan olahan data hasil penghitungan kuesioner dalam
mencari prosentase, rerata, dan standar deviasi dari hasil kuesioner.Dalam
kuesioner yang dikembangkan sebagai instumen penelitian dibagi menjadi tiga hal
penting yakni konsep penerapan ICT, penerapan ICT, dan evaluasi pembelajaran
berbasis ICT di Blitar.
Tabel 1. Prosentase, Rerata dan Standar Deviasi
Hasil Penghitungan Kuesioner Pengajaran Berbasis ICT di Blitar
Percentage, Mean, and Std. Deviation of the Students’ Perception on Implementation of ICT Learning in Blitar

No
1
2
3
4

Items
Belajar sesuatu yang baru tentang ICT
dapat mempermudah proses pembelajaran
Pembelajaran berbasis ICT dapat
meningkatkan kualitas belajar baik di
dalam dan di luar kelas
Pembelajaran blended learning memiliki
dampak positif bagi kesiapan siswa untuk
pembelajaaran era millennium
Pembelajaran berbasis ICT
mempersiapkan siswa untuk mampu
hidup di era dimana segala hal dapat
berhubungan

Percentage (%)
A
N
D SD
59.6 3.5
0.7

Mean

Std.

SA
36.2

4.30

0.60

37.6

54.6

7.8

-

-

4.29

0.60

43.3

52.5

4.3

-

-

4.39

0.57

35.5

57.4

7.1

-

-

4.28

0.58

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

5

6
7

8
9
10
11

12
13

14
15

Pembelajaran berbasis ICT memerlukan
dukungan infrastruktur yang memadai,
sumber daya yang berkualitas, dan
motivasi belajar yang tinggi.
Penerapan pembelajaran ICT di luar kelas
memerlukan kontrol, stimulus, dan respon
yang baik
Penerapan pembelajaran ICT di dalam
kelas seharusnya menjadi konsultasi dan
konfirmasi dalam memahami dan
mengembangkan materi pembelajaran.
Pembelajaran berbasis ICT memerlukan
keatifan baik guru dan siswa di luar
maupun di dalam kelas.
Guru menjadi fasilitator dalam proses
pembelajaran berbasis ICT.
Siswa memiliki motivasi dalam mengasah
rasa ingin tahu dan aktif dalam bertanya.
Guru melakukan evaluasi pemebelajaran
jarak jauh di dalam kelas berupa hasil
pemantauan dan diskusi masalah di dalam
kelas.
Guru memberikan balikan (feedback)
kepada siswa atas pertanyaan dan hasil
diskusi di dalam kelas.
Guru dan siswa melakukan refleksi atas
pembelajaran dalam satu materi dan
memberikan kesimpulan materi yang
dipelajari.
Guru melakukan penilaian secara
kualitatif pada siswa baik dalam proses di
luar kelas dan di dalam kelas.
Guru melaporkan kemajuan dan hambatan
yang didapat kepada koordinator di
sekolah untuk mendapatkan kualitas
pembelajaran yang baik dan berkualitas
untuk penerapan selanjutnya.

36.2

51.1

12.8

-

-

4.23

0.66

37.6

53.2

8.5

0.7 -

4.27

0.64

24.1

55.3

19.9

0.7 -

4.02

0.68

39.7

52.5

7.1

0.7 -

4.31

0.63

31.9

55.3

12.8

-

-

4.19

0.64

32.6

60.3

7.1

-

-

4.25

0.57

54.6

44.0

1.4

-

-

4.53

0.52

47.5

48.9

3.5

-

-

4.43

0.56

53.9

45.4

0.7

-

-

4.53

0.51

61.7

38.3

-

-

-

4.61

0.48

38.3

50.4

11.3

-

-

4.26

0.65

Data diambil pada Desember 2015
Dari hasil kuesioner di atas dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh dari
ketiga kategori yakni tentang konsep, penerapan, dan evaluasi pembelajaran ICT
di Blitar menunjukkan bahwa pemahaman tentang konsep pembelajaran berbasis
ICT sudah sangat bagus ditunjukkan dengan banyaknya pilihan jawaban pada SA
(Strongly Agree), A (Agree), dan N (Neutral). Sedangkan pada penerapan
pembelajaran ICT di Blitar masih ada beberapa keraguan dan hambatan dalam
melaksanakan pembelajaran ini di Blitar dengan berbagai macam hambatan yang
berbeda. Selanjutnya, evaluasi mengenai program ini di Blitar sudah cukup baik
meskibun dari hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa keluhan tentang

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

keberlangsungan pembelajaran berbasis ICT terkait dengan perawatan, sumber
daya manusia, dan pola interaksi di kelas yang yang tidak maksimal dari siswa.
Siswa lebih suka menggunakan media social lain yang melenakan mereka untuk
bersenang-senang dibanding memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar bagi
mereka.
Dari hasil temuan tersebut, strategi dalam menerapkan pembelajaran
berbasis ICT seharusnya dimiliki oleh setiap sekolah. Sekolah seharusnya
memikirkan keberlangsungan suatu program yang memiliki keuntungan untuk
kemajuan ilmu pengetahuan di sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil temuan
O’Sulivan (2015) yang mengemukakan pentingnya strategi digital di lingkungan
sekolah menambah manfaat dan meningkatkan kualitas proses belajar dan
mengajar serta berkembangnya suatu institusi pendidikan dalam belajar, mengajar,
mengevaluasi

pembelajaran,

kepemimpinan,

penelitian,

dan

kebijakan

berdasarkan infrastruktur ICT yang dikembangkan di sekolah.
Selain strategi digital, sekolah juga melakukan otomatisasi penerapan ICT
dalam pembelajaran dan mengikis sikap dan pemanfaatan yang menyimpang dari
ICT sebagai hasil yang baik untuk mendapatkan manfaat yang tidak berbatas.
Seperti yang dibahas oleh Sangra dan Sanmamed (2010) juga menemukan dalam
hasil penelitian mereka bahwa dengan mempertimbangkan ICT sebagai alat yang
dapat berkontribusi untuk inovasi pendidikan yang berkesinambungan di pusat –
pusat pendidikan seharusnya telah dikenalkan dalam perencanaan tahunan sekolah
dan lebih lagi dalam silabus. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis ICT untuk
menyongsong era connected living di tahun 2020 dalam menyiapkan siswa untuk
mampu memberdayakan intelijensi majemuk (multiple intelligences) untuk
memanfaatkan ICT dalam menghubungkan hal-hal yang penting dalam kehidupan
untuk memiliki masa depan yang lebih baik.
Penutup
Dari hasil investigasi persepsi guru dan siswa di Blitar tentang pemahaman
konsep pembelajaran berbasis ICT dapat diketahui bahwa sekolah sudah baik
dalam memahami dan menguasai konsep ICT dalam pembelajaran bahkan

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

kesiapan siswa untuk melek teknologi dan informasi. Bagaimanapun dalam
penerapan pembelajaran berbasis ICT tetap mengalami kesulitan dan hambatan
seperti dalam pemeliharaan, sumber daya manusia yaitu guru yang banyak
mengalami kesulitan dalam belajar software yang beragam dan berkembang setiap
harinya, serta pola interaksi siswa yang terlena dengan penggunaan media sosial
untuk kesenangan semata. Sedangkan dalam evaluasi, penerapan evaluasi
penggunaan pembelajaran berbasis ICT sudah baik diterapkan di Blitar. Dari
ulasan tersebut, penulis menyarankan beberapa kemajuan berupa ICT seharusnya
dapat dimanfaatkan dengan baik dan strategis untuk kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Guru dan siswa harus mampu
bekerja sama untuk maju dan berkembang bersama dalam mengajar dan belajar
dalam membudayakan lifelong learning (belajar sepanjang hayat).
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. C. 2010. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Bonk, C. J. & Graham, C. R. 2004. Handbook of Blended Learning: Global
Perspectives, local designs. San Francisco, CA: Pfeiffer Publishing.
Bouverot, A. 2014.Connected Living: How China is Set for Global M2M
Leadership. Beijing: GSMA.
Creswell, J. W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among
Five Approaches. California: Sage Publication Inc.
Daryanto & Rahardjo, M. 2012.Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Ferdig, R. E. & Kennedy, K. 2014. Handbook of Research on K-12 On-line and
Blended Learning. New Orleans: ETC Press.
Kesuma, D., Triatna, C,.& Permana, J. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lickona, T. 1991. Educating for Character, How Ours Schools can Teach Respect
and Responsibility. New York: Bantam Books.
Munir,. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung:
Penerbit Alfabeta Bandung.
O’Sulivan, J. 2015. Digital Strategy for Schools 2015-2020: Enhancing Teaching,
Learning, and Assessment. New York: Oidechais.
Prasojo, L. D. & Royanto. 2011. Tekonologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Raka, G., dkk. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah: dari Gagasan ke Tindakan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar

Sagala, S. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung.
Sangra, A. & Sanmamed, M. G. 2010.The Role of Information and
Communication Technologies inImproving Teaching and Learning
Processes in Primary and Secondary Schools. ALT-J Research in Learning
Technology, Vol. 18, No. 3, November 2010, 207–220.
Sudjana, N. & Rivai, A. 2009.Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Wagner, D. A., dkk. 2005. Monitoring and Evaluation of ICT in Education
Projects. Washington: InfoDev.
Wiyani, N. A. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar – Ruz
Media.

Pengantar
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dinas Pendidikan Daerah Kota
Blitar dalam memberikan ijin penelitian di kalangan guru dan siswa di Kota
Blitar. Kepada Alm. Prof. Kasihani Kasbolah S. E, Ph. D yang telah memberikan
ide dan warisan ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya. Kepada SMK PGRI 3
Blitar yang telah sudi menampung penelitian saya untuk dipresentasikan di
seminar SMK PGRI Blitar./////

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Pendidikan di SMK PGRI 3 Blitar