PERPUSTAKAAN SEKOLAH Sebuah elemen penti

PERPUSTAKAAN SEKOLAH:
Sebuah elemen penting dalam keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran di sekolah 1
oleh Arif Surachman, S.IP. 2
Abstrak
Sekolah pada tingkatan dasar dan menengah merupakan pondasi bagi pembentukan karakter dan
keberhasilan generasi muda di masa yang akan datang. Berbagai strategi dan fasilitas untuk meraih
keberhasilan dalam proses pendidikan dan pendidikan menjadi penting bagi sekolah. Perpustakaan,
adalah salah satu elemen penting sebagai bagian dari strategi dan fasilitas yang terkadang luput dari
perhatian para pengambil kebijakan di sekolah.
Masalah prioritas kebijakan dan pengambil kebijakan, sumber daya manusia, tempat/ruang, sumber
daya koleksi, dan manajemen adalah hal-hal klasik yang perlu segera mendapat perhatian dari
berbagai pihak. Tak kurang organisasi dunia maupun pemerintahpun mengeluarkan kebijakan dan
landasan hukum yang diharapkan mampu mengurai masalah-masalah tersebut. Manifesto tentang
perpustakaan sekolah oleh UNESCO/IFLA, UU Perpustakaan, Permendiknas tentang Standar
Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan Standar Nasional Indonesia tentang Perpustakaan
sekolah adalah produk-produk yang diharapkan menjadi pedoman dan panduan bagi adanya
perpustakaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah yang lebih baik. Sehingga ke depan,
perpustakaan sekolah dapat benar-benar menjadi elemen penting bagi keberhasilan proses pendidikan
dan pembelajaran di sekolah atau pendidikan tingkat dasar dan menengah.
Tulisan ini mencoba memotret, mengurai dan menjelaskan bagaimana seharusnya perpustakaan

sekolah dikelola agar fungsinya yang mendukung keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah dapat tercapai.
Kata kunci: Perpustakaan Sekolah, Standar Perpustakaan Sekolah, Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah

Latar Belakang
Pendidikan Dasar dan Menengah adalah merupakan elemen penting bagi
pembentukan karakter dan keberhasilan generasi muda pembangun bangsa di masa yang
akan datang. Pendidikan dan pembelajaran di level ini akan sangat menentukan bagaimana
ke depan seseorang mampu berperan dan mempunyai daya saing dalam pembangunan
bangsa dan negara.

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah adalah tempat dimana

tanggungjawab penting ini disandarkan. Individu dan institusi di dalamnya harus mampu
membuat strategi jitu guna menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam rangka
pembentukan karakter dan keberhasilan dalam pencerdasan kehidupan bangsa.
Salah satu elemen penting dalam strategi pendidikan dan pembelajaran di sekolah
yang sering ‘dilupakan’ oleh para pemangku dan pengelola sekolah adalah perpustakaan.
Sudah menjadi ‘rahasia’ umum bahwa masih banyak sekolah yang menganggap bahwa

1
2

Disampaikan dalam Seminar Sehari Perpustakaan Sekolah di Kabupaten Tegal, 26 Desember 2010.
Pustakawan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta / arif@gadjahmada.edu / website: http://arifs.staff.ugm.ac.id
1

perpustakaan ‘bukan elemen’ prioritas bagi proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
Perpustakaan sering kali sulit ditemukan keberadaannya di sekolah, atau kalaupun ada
ditempatkan pada ruang yang sempit seperti ruang UKS, gudang atau pojok-pojok gedung
sekolah yang ‘pengap’ dan hampir tidak ‘terjamah’. Bahkan untuk mengelolanyapun hanya
mengandalkan ‘sisa-sisa energi’ dari sumber daya yang ada di sekolah. Intinya,
perpustakaan masih dianggap bukan bagian penting dalam proses akademik di sekolah.
Kondisi-kondisi

tentu

tidak

dapat


dibiarkan

berlarut-larut,

mengingat

tanggungjawab yang besar disandarkan pada institusi pendidikan dasar dan menengah ini.
Masyarakat dan berbagai organisasi mulai ‘gerah’ terhadap kondisi-kondisi yang terjadi.
Sehingga mulai ada ‘tuntutan’ agar perpustakaan benar-benar ‘dimasukkan’ dalam elemen
pengembangan pendidikan dan pembelajaran. Bahkan pada tahun 2000, UNESCO dan IFLA
telah mengeluarkan manifesto tentang Perpustakaan Sekolah yang menyebutkan:
“Governments, through their ministries responsible for education, are urged to develop
strategies, policies and plans that implement the principles of this Manifesto”
Manifesto itu menegaskan bahwa Pemerintah melalui menteri-menterinya yang
bertanggungjawab atas pendidikan, diwajibkan mengembangkan strategi, kebijakankebijakan dan rencana-rencana yang mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip
manifesto ini. Selain itu dalam misinya, manifesto ini ingin menegaskan bahwa
perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan gagasan yang menjadi dasar untuk
membentuk masyarakat saat ini yang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan.
Perpustakaan juga harus mampu membekali siswa dengan kemampuan pembelajaran

sepanjang hayat dan mengembangkan imajinasinya, sehingga membekali mereka menjadi
warga negara yang bertanggungjawab.
Manifesto itu menurut Natajumena (2008) sesuai dengan misi UU nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab.
Data terakhir yang sempat penulis dapatkan, sudah ada upaya dari pemerintah
melalui Kemendiknas paling tidak untuk Sekolah Dasar (SD) yang menargetkan pada tahun
2015 seluruh SD di Indonesia harus sudah mempunyai perpustakaan. Sampai saat ini, dari

2

148 ribu SD yang ada di Indonesia, ada 50 ribu SD yang sudah memiliki perpustakaan, dan
Kemendiknas menargetkan setiap tahunnya akan ada tambahan 20 ribu SD yang memiliki
perpustakaan (Media Indonesia, 3 juli 2010). Tentu ini sebuah kabar baik juga bagi sekolahsekolah yang saat ini belum memiliki fasilitas perpustakaan. Hal ini juga menunjukkan
keseriusan pemerintah dalam mewujudkan fasilitas pendidikan dan pembelajaran yang
memadai bagi generasi muda di Indonesia.
Pengertian-pengertian

Sebelum kita berbicara bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah dikelola dalam
rangka mendukung proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, maka ada baiknya kita
coba cermati terlebih dahulu pengertian dan perpustakaan. Pengertian perpustakaan
berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai
“suatu gedung,ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara
dengan baik,dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu.
Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan
untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian “ pusat media, pusat belajar,
pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan “.
Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11, disebutkan bahwa “ perpustakaan
merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan
mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional.
Adapun pengertian perpustakaan sekolah, menurut Sulistyo-Basuki (1994) adalah
perpustakaan yang berada di sekolah dengan fungsi utama membantu tercapainya tujuan
sekolah serta dikelola oleh sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia untuk Perpustakaan Sekolah (SNI
7329-2009), pengertian perpustakaan sekolah adalah


perpustakaan yang berada pada

satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan
bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber
belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Dari dua pengertian di atas dapat ditarik ’benang merah’nya bahwa perpustakaan
sekolah harus menjadi bagian penting dari tujuan pendidikan di sekolah yang
bersangkutan. Hal ini juga menunjukkan bagaimana perpustakaan seharusnya berperan
sebagai elemen penting dalam keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
3

Landasan Hukum
Saat ini peran, fungsi, dan bagaimana seharusnya perpustakaan sekolah dikelola
telah mempunyai banyak landasan hukum. Sebagai contoh adalah payung hukum yang
secara global mengatur tentang perpustakaan sudah dikeluarkan oleh pemerintah melalui
Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Perpustakaan Sekolah juga
tidak luput dari diatur dalam UU tersebut yakni pada pasal 23 ayat 1-6 dimana diantaranya
disebutkan bahwa setiap sekolah/madrasah

menyelenggarakan perpustakaan yang


memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional
pendidikan, mengembangkan koleksi yang mendukung kurikulum pendidikan,

dan

sekolah/madrasah mengalokasikan paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional
sekolah/madrasah.
Untuk menjamin pelaksanaan UU tersebut bahkan dalam pasal 52 diatur tentang
sanksi administratif yang akan dikenakan kepada lembaga penyelenggara perpustakaan
(sekolah/madrasah) yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 23.
Sedangkan untuk tenaga perpustakaan atau pustakawan sekolah/madrasah sudah
ada landasan hukumnya yang diatur melalui Permendiknas RI nomor 25 tahun 2008 tentang
standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.
Landasan-landasan hukum ini tentu sangat penting agar ke depan perpustakaan
benar-benar menjadi elemen penting yang diperhatikan pengelola lembaga pendidikan
dasar dan menengah dalam menjalankan fungsinya terkait pendidikan dan pembelajaran.
Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah
Menurut Standar Perpustakaan Sekolah (SNI 7329-2009),


perpustakaan sekolah

bertujuan menyediakan pusat sumber belajar sehingga dapat membantu pengembangan
dan peningkatan minat baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan peserta didik.
Seperti dalam Surachman (2007), apabila kita lebur tujuan tersebut ke dalam fungsi-fungsi
yang terdapat dalam perpustakaan, maka fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai:
a. Pusat kegiatan belajar-mengajar yang terintegrasi dengan kurikulum di sekolah
b. Pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan
kreativitas, bakat dan imajinasinya.
c.

Pusat kegiatan rekreatif (hiburan) dan pusat peningkatan minat baca

4

d. Pusat Belajar Mandiri dan meningkatkan kemampuan literasi informasi bagi siswa
Tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah di atas menegaskan bahwa perpustakaan
sekolah harus dapat menjadi bagian integral dalam proses pengembangan pendidikan dan
pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Hal ini ke depan akan memberikan jaminan

terbentuknya generasi yang terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan

daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Permasalahan-permasalahan saat ini
Ada satu ungkapan bahwa pengalaman adalah pelajaran terbaik yang bisa kita petik
untuk perubahan ke depan yang lebih baik. Demikian halnya dengan perpustakaan sekolah,
kondisi ‘kelam’ yang pernah ada diharapkan akan memberikan sebuah pelajaran bagi
perubahan ke depan yang lebih baik.
Berdasarkan pengamatan dan juga brainstorming yang pernah dilakukan penulis
selama melakukan interaksi dengan para staf perpustakaan/pustakawan, guru dan kepala
sekolah baik di DIY maupun daerah lain di Indonesia, setidaknya ada beberapa kondisi
kurang baik atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
perpustakaan sekolah saat ini yakni:
1. Prioritas kebijakan dan pengambil kebijakan
Pada beberapa kasus yang ditemui ternyata kebijakan sekolah dalam hal ini kepala
sekolah seringkali belum menunjukkan adanya ‘dukungan’ terhadap keberadaan atau
keberlangsungan perpustakaan sekolah/madrasah. Kondisi ini dapat dilihat dari tidak
dimasukkannya

anggaran


pengembangan

perpustakaan

dalam

anggaran

pengembangan sekolah/madrasah. Disisi lain kurikulum yang disusun oleh sekolah
atau dikembangkan sekolah juga belum mengintegrasikan dengan pentingnya
keberadaan perpustakaan di dalamnya. Kepala sekolah dan pengambil kebijakan di
sekolah masih seringkali menjadi ‘batu sandungan’ bagi pengembangan perpustakaan
sekolah. Menurut Natajumena (2008) setidaknya ada 3 Figur yang menentukan dunia
pendidikan kita, yaitu menteri, kepala kanwil (kepala dinas), dan kepala sekolah. Dari
pernyataan ini bisa dilihat bahwa kepala sekolah mempunyai peranan sangat penting
dalam keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, kepala sekolah
juga akan sangat berperan dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Sehingga mau
tidak mau apabila perpustakaan sekolah mau berkembang, maka faktor prioritas
kebijakan dan pengambil kebijakan menjadi sangat penting.


5

2. SDM
Permasalahan lain yang sering menjadi hambatan bagi pengembangan perpustakaan
sekolah adalah tidak adanya SDM yang mengelola perpustakaan, atau minimnya tenaga
perpustakaan. Banyak perpustakaan yang ‘hanya’ dikelola sebagai ‘sambilan’ oleh
beberapa staf pendidik atau tenaga kependidikan. Hal ini bukannya buruk sama sekali,
akan tetapi sering kali menjadikan perpustakaan tidak dapat berkembang dan
kehilangan fungsinya sehingga akhirnya tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan .
Apalagi jika SDM yang mengelola tidak mempunyai kompetensi dalam pengelolaan
perpustakaan. Hal ini akan semakin menghambat perkembangan perpustakaan sekolah.
Mengingat pentingnya perpustakaan sekolah, sudah semestinya bahwa SDM ini harus
menjadi perhatian apalagi jika merujuk pada permendiknas nomor 25 tahun 2008 yang
mengatur

masalah

standar

tenaga

perpustakaan

sekolah/madrasah.

Dimana

didalamnya diatur syarat-syarat minimal bagi SDM yang mengelola perpustakaan.
Sehingga SDM yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai standar adalah
menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi apabila sekolah ingin mengembangkan
perpustakaan sekolah dengan lebih baik.
3. Tempat/Ruang
Permasalahan klasik yang selalu ditemui ketika penulis melakukan brainstorming adalah
ketidaktersediaan ruang/tempat atau minimnya tempat/ruang yang dipergunakan
untuk perpustakaan. Beberapa kasus yang ditemui memperlihatkan bahwa buku-buku
yang berasal dari pemerintah maupun bantuan lembaga tertentu seringkali tidak
tersentuh dan hanya dibiarkan menumpuk di sudut gudang sekolah atau ruang guru
atau ruang kepala sekolah. Ketiadaan ruang perpustakaan menjadi salah satu alasannya.
Kasus lain adalah ruang perpustakaan yang ‘hanya’ ditempatkan di sudut sekolah, di
ruang UKS, atau di sudut2 pengap yang kadang tidak tersentuh atau terjamah oleh
siswa

dan

pendidik.

Sehingga

walaupun

keberadaannya

terlihat

tapi

kebermanfaatannya menjadi seringkali ‘tidak ada’.
Kedua masalah itu merupakan masalah klasik yang selalu menjadi alasan tidak
berkembangnya perpustakaan sekolah. Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut,
pemerintah atau pengambil kebijakan harus mulai berpikir dan memasukkan
ruang/tempat khusus untuk perpustakaan sebagai bagian dan perencanaan dan
6

pengembangan infrastruktur pendidikan di sekolah. Artinya apa, setiap pengembangan
pendidikan dan pembelajaran di sekolah harus diikuti dengan pengembangan
perpustakaan. Sekolah harus mampu memberikan jaminan ketersediaan tempat atau
media bagi siswa untuk mendapatkan informasi yang akan memperkaya pengetahuan
dan imajinasinya, serta memberikan dukungan bagi pembelajaran sepanjang hayat.
4. Sumber Daya Koleksi
Merujuk pada Standar Perpustakaan Sekolah dimana perpustakaan bertujuan
menyediakan pusat sumber belajar, maka koleksi atau sumber daya koleksi merupakan
‘nyawa’ dari keberadaan perpustakaan sekolah. Koleksi perpustakaan merupakan
bagian yang menjadi ‘elemen’ keberhasilan fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah.
Banyak kasus ditemui perpustakaan menjadi tidak ‘laku’ karena koleksinya yang
sedikit, tidak lengkap dan kurang menarik. Hal ini juga menjadi permasalahan yang
ditemui di banyak perpustakaan sekolah di Indonesia. Koleksi yang kurang beragam
dan ‘hanya’ mengandalkan buku teks bantuan dari pemerintah merupakan hal yang
lazim ditemui di perpustakaan-perpustakaan sekolah, yang bahkan tidak mengalami
‘pembaharuan’ selama bertahun-tahun. Tak jarang tampilan bukupun menjadi tidak
menarik bagi siswa untuk ‘menyentuhnya’. Tentu ini menjadi masalah serius, karena
salah satu ciri keberhasilan sebuah perpustakaan adalah ketersediaan dan keterpakaian
koleksinya.

Pada level masalah ini maka perlu adanya kebijakan dan perencanaan

dalam sistem pengembangan koleksi perpustakaan.
5. Manajemen
Pengalaman menunjukkan bahwa solusi terhadap keempat permasalahan di atas kurang
‘berarti’ apabila kemampuan pengelolaan oleh staf pengelola juga tidak diperhatikan.
Beberapa kasus yang ditemui memperlihatkan adanya sekolah yang punya ruang
perpustakaan memadai, punya koleksi yang memadai, ada SDM yang menangani,
hanya sayang pengelolaannya kurang bagus. Perpustakaan ‘hanya’ dijalankan layaknya
‘penyewaan buku’ tidak terintegrasi dengan sistem pendidikan yang ada. Atau dengan
kata lain perpustakaan dijalankan ‘hanya’ apa adanya tanpa adanya perencanaan dan
pengawasan yang baik. Perpustakaan hanya dipahami sebagai ‘gudang buku’, bukan
merupakan pusat informasi dan pembelajaran mandiri bagi siswa didik.
Selain itu, posisi perpustakaan dalam organisasi sekolah kadang juga tidak jelas bahkan
tidak masuk dalam struktur yang ada. Padahal dalam Standar Nasional Perpustakaan

7

Sekolah, perpustakaan harus masuk dalam struktur organisasi sekolah sehingga akan
memudahkan dalam menentukan arah pengelolaan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Bagaimana seharusnya Perpustakaan dikelola?
Kegiatan mengelola atau manajemen dalam perpustakaan sekolah bukan sekedar
kegiatan menempatkan buku-buku di rak, akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks,
berkelanjutan, dan selalu berubah. Jadi manajemen merupakan sebuah proses yang
memfokuskan pada memperhatikan kegiatan dari hari ke hari, menghadapi permasalahan
isi dan integrasi dengan tujuan-tujuan sekolah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang
mencerminkan adanya sebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor
untuk mendukungnya. Surachman (2007) dalam makalahnya, memperlihatkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat ditemui dalam sebuah

proses pengelolaan perpustakaan

diantaranya adalah kebijakan dan prosedur ; manajemen koleksi ; pendanaan atau
anggaran; manajemen fasilitas; sumber daya manusia; dan perencanaan.
1. Prosedur dan Kebijakan
Prosedur dimaksud adalah merupakan cara atau bagaimana kegiatan dan
pekerjaan harus dilakukan terkait dengan upaya implementasi dari sebuah rencana
spesifik atau menjalankan sebuah kebijakan. Sedangkan kebijakan sendiri memfokuskan
pada prinsip-prinsip apa yang dipegang oleh organisasi dalam hal ini adalah
sekolah/perpustakaan dan mengapa hal itu perlu dilakukan.

Kadang kala sebuah

kebijakan terhadap perpustakaan sekolah sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di
lingkungannya, baik dari sekolah atau pemilik sekolah, dinas pendidikan, pemerintah
atau mungkin departemen pendidikan.
Nah, agar pengelolaan perpustakaan sejalan dengan kebijakan yang ada, maka
pengelola perpustakaan perlu memahami kebijakan-kebijakan yang ada di sekolah,
terutama terkait tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Selain itu pengelola
perpustakaan juga harus mampu secara jelas memahami bagaimana prosedur dapat
dilakukan secara efektif dan dapat merefleksikan kebutuhan-kebutuhan sekolah itu
sendiri. Kebijakan yang dimaksud disini adalah termasuk didalamnya terkait
pendanaan, pengelola, dukungan untuk guru-pustakawan dan faktor-faktor lain yang
berhubungan.

8

Jadi selain memperjuangkan sebuah kebijakan yang terkait nasib perpustakaan,
maka pengelola perpustakaan harus paham apa visi dan misi sekolahnya, bagaimana
sekolah melakukan perancangan anggaran, dimana posisi perpustakaan secara
struktural, apa saja yang menjadi wewenang dan kewajiban perpustakaan di sekolah.
Bahkan terkait kebijakan yang akan diambil secara internal di perpustakaan itu sendiri,
pengelola perpustakaan harus mampu:


melihat kembali sumber-sumber yang dimiliki dan mendefinisikannya sesuai
kebutuhan dan perkembangan kebijakan sekolah



melihat, memperhatikan dan memperbaharui prosedur-prosedur lokal – sirkulasi,
pemesanan pustaka, dll



membuat sebuah pernyataan visi dari perpustakaan sekolah yang sesuai dengan
kebijakan yang ada



membuat perencanaan strategis dalam menentukan prosedur dan kebijakan dari
perpustakaan itu sendiri.
Artinya dapat disimpulkan bahwa pengelola perpustakaan harus mampu

memahami kebijakan dan prosedur yang ada di sekolah dan lingkungannya, selain tentu
saja membuat dan melaksanakan kebijakan dan prosedur internal yang harus dijalankan
di perpustakaan. Hal lain yang cukup penting adalah setiap membuat sebuah kebijakan
atau prosedur harus selalu mempertimbangkan visi, kebutuhan, dan keadaan dari
sekolah atau lembaga induknya. Karena pada prinsipnya perpustakaan sekolah harus
dapat mencerminkan visi dan misi sebuah lembaga pendidikan sekolah.
2.

Manajemen Koleksi
Di atas sudah disinggung bahwa salah satu permasalahan di perpustakaan
sekolah adalah masalah sumber daya koleksi. Namun sebenarnya selain ketersediaan
sumber daya koleksi, manajemen koleksi adalah hal yang harus menjadi perhatian bagi
pengelola perpustakaan. Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tangungjawab
seorang pengelola perpustakaan.
Koleksi sendiri dapat didefiniskan sebagai sebuah bahan pustaka atau
sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu.
Pengelolaan koleksi yang baik akan menentukan sukses tidaknya sebuah program

9

perpustakaan sekolah. Karena tanpa dikelola dengan baik, maka koleksi akan tetap
menjadi kumpulan atau tumpukan buku yang tidak bermakna.
Salah satu karakteristik dari sebuah koleksi perpustakaan sekolah adalah
beragamnya

jenis

sumber

atau

bahan

pustaka

tergantung

pada

kebutuhan

pengajar/staf pendidik, ukuran atau jumlah koleksi, bagaimana cara mengaksesnya
dan keterbaruan.
Banyak hal sebetulnya yang dapat dilakukan untuk mengelola koleksi, mulai
dari pengadaan, pengolahan teknis (seperti inventarisasi, klasifikasi, pelabelan,
penempatan, pemilihan), dan memang tentunya itu membutuhkan perhatian yang
serius dari pengelola perpustakaan. Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah
bukan suatu hal yang menjadi sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana
koleksi itu dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak.
"It

does

not

matter

how

many

books

you

may

have,

but

whether

they

are

good or not." - Lucius Annaeus Seneca (3 B.C.-65 A.D.), Epistolae Morale
Jadi prinsip-prinsip kebermanfaatan harus menjadi dasar bagi pengelola
perpustakaan untuk mengeluarkan kebijakan terkait dengan bagaimana mengelola
koleksi yang ada. Pengelola harus mampu memetakan mana koleksi yang menjadi
pendukung utama pembelajaran, mana koleksi yang bersifat hiburan, mana koleksi
yang dibutuhkan siswa didik untuk mengembangkan bakat dan ketrampilan, sehingga
akan memudahkan siswa didik dan staf pendidik memanfaatkannya. Manajemen
koleksi termasuk didalamnya pengembangan koleksi merupakan area penting yang
mestinya selalu diperhatikan oleh para pengelola perpustakaan di sekolah.
3.

Pendanaan atau Anggaran
Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi ‘momok’ bagi sebagian
pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaannya. Untuk itu masalah
pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin.

Melalui sebuah ‘assesment’

terhadap koleksi dan tujuan pengembangan program-program, sebuah rencana
pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah dokumen perencanaan bagi
perpustakaan sekolah. Sebuah rencana pendanaan akan membantu pengelola
perpustakaan dan sekolah dalam meyakinkan dewan sekolah/pemilik sekolah dan
pemerintah

untuk

menyetujui

program

dan

rencana-rencana

pengembangan

perpustakaan, serta sebagai bukti akuntabilitas dalam pengelolaan perpustakaan.
10

Seperti sudah tercantum dalam Undang-Undang Perpustakaan dan juga Standar
Perpustakaan Sekolah, sekolah harus menjamin tersedianya anggaran perpustakaan
setiap tahun sekurang-kurangnya 5% dari total anggaran sekolah di luar belanja
pegawai dan pemeliharaan serta perawatan gedung. Jadi mau tidak mau, seharusnya
rencana pendanaan perpustakaan sekolah harus menjadi bagian ‘integral’ dari
pendanaan rutin sekolah.
Langkah terakhir yang harus dilakukan pengelola terkait pendanaan atau
anggaran adalah merancang dan mengawal penggunaan dana yang sudah diajukan. Hal
ini harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang
sebelumnya. Pengelola harus paham bagaimana dan kapan dana atau anggaran itu
dapat dikeluarkan untuk keperluan pengembangan dan kegiatan perpustakaan sekolah.
Apalah artinya apabila anggaran atau dana sudah disetujui tetapi pengelola
perpustakaan sendiri tidak dapat merealisasikan apa yang sudah direncanakan dan
disetujui oleh pengambil kebijakan di sekolah. Hal ini tentu akan membawa dampak
pada kebijakan terhadap perpustakaan sekolah di kemudian hari.
4. Fasilitas
Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan perpustakaan. Seringkali yang terjadi masalah perpustakaan adalah
masalah ‘ketiadaan’ atau ‘ketidakberdayaan’ fasilitas. Mulai dari ketiadaan tempat,
ketiadaan koleksi, ketiadaan sarana pendukung, dan sarana prasarana lainnya. Biasanya
tiap level sekolah mempunyai karakteristik masing-masing dalam perencanan fasilitas.
Namun yang penting dalam pengelolaan fasilitas harus diperhatikan 3 hal yakni:
-

Nyaman (Comfort)

-

Terbuka (Welcome)

-

User-friendly
Ketika kita merancang sebuah fasilitas untuk perpustakaan sekolah, setidaknya

ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi:






Tata letak harus dapat menunjukkan bahwa perpustakaan dapat difungsikan
dengan baik.
Desain harus memperhatikan aspek estetika dan ergonomis.
Akses ke bahan pustaka ruang, dan informasi harus mudah bagi semua
pengguna.

11




Harus diperhatikan masalah arus ‘lalu-lintas’ pengguna, keselamatan dan
keamanan.
Ruangan sedapat mungkin mengakomodir kebutuhan pengguna, juga tentunya
untuk keperluan penyimpanan dan pengolahan.
Selain itu ada baiknya dalam menentukan fasilitas perpustakaan juga

diperhatikan standar yang sudah ditetapkan dalam standar nasional perpustakaan
sekolah yakni:






Perpustakaan harus menyediakan ruang yang cukup untuk koleksi, staf dan
penggunaannya.
Perpustakaan harus menyediakan ruang dengan luas sekurang-kurangnya
untuk SD/MI 56 m2, SMP/MTS 126 m2, SMA, MA, SMK, MAK 168m2.
Pembagian Area: 45% untuk area koleksi, 25% untuk area baca, 15% untuk
area staf, 15% untuk area lain.
Perpustakaan harus menyediakan sekurang-kurangnya rak buku, lemari
catalog, meja dan kursi baca, meja dan kursi kerja, meja sirkulasi, mesin



tik/perangkat computer, dan papan pengumuman/pameran.
Perpustakaan harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk keperluan pengguna

5. Manajemen SDM
Seperti halnya sudah dibahas pada paragraph sebelumnya, bahwa masalah
sumber daya manusia merupakan hal yang sering ditemui dalam pengelolaan
perpustakaan. Untuk itu kiranya perlu juga diperhatikan bagaimana manajemen sumber
daya manusia atau pengelola perpustakaan ini dilakukan. Pengambil kebijakan di
sekolah dalam hal ini kepala sekolah atau pemilik sekolah harus memahami bahwa
SDM Perpustakaan adalah SDM Profesional. Sehingga tidak lagi dapat dengan
sembarang menempatkan orang atau staf di perpustakaan. Perlu ada pertimbanganpertimbangan kompetensi di bidang perpustakaaan.
SDM atau staf pengelola perpustakaan merupakan kunci utama dalam
kesuksesan sebuah perpustakaan. Inovasi dan ide-ide kreatifnya akan membawa
perpustakaan menjadi perpustakaan yang berdayaguna dan juga nyaman digunakan
oleh siswa didik maupun staf pendidik. Selain itu kemampuan dan keahlian dalam
bidang perpustakaan juga menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

12

Berdasarkan standar nasional perpustakaan, setidaknya SDM di perpustakaan
sekolah terdiri dari:


Kepala Perpustakaan:

seseorang yang bertanggungjawab kepada kepala

sekolah, memiliki kualifikasi pendidikan minimal diploma dua (D2) bidang
ilmu perpustakaan dan informasi, atau diploma dua (D2) bidang lain yang
sudah memperoleh sertifikat pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan


informasi dari lembaga pendidikan yang terakreditasi.
Tenaga Perpustakaan Sekolah: seorang yang merupakan tenaga teknis
perpustakaan dengan klasifikasi minimal pendidikan sekolah menengah
serta memperoleh pelatihan kepustakawanan dari lembaga pendidikan dan
pelatihan yang terakreditasi.

Kedua SDM tersebut yang akan bekerjasama dalam melaksanakan pengelolaan
perpustakaan. Kepala perpustakaan merupakan orang yang bertanggungjawab secara
penuh terhadap perpustakaan. Sudah seharusnya kepala perpustakaan ini mempunyai
kemampuan untuk mengelola perpustakaan, memahami visi dan misi sekolah, dan juga
memahami

kurikulum

yang

diterapkan

di

perpustakaan.

Sedangkan

tenaga

perpustakaan harus mempunyai kemampuan teknis dalam bidang perpustakaan karena
akan membantu kepala perpustakaan dalam mengelola perpustakaan dalam keseharian.
Selain itu sebenarnya kita dapat memanfaatkan siswa didik untuk membantu
pelayanan di perpustakaan sekolah. Hal ini juga merupakan bagian dari proses
pembelajaran bagi siswa didik untuk menyukai perpustakaan. Ini dapat dilakukan
apabila sekolah mempunyai keterbatasan SDM. Siswa didik dapat diberi pelatihan
singkat yang terkait bagaimana melakukan pelayanan perpustakaan.
Untuk menjamin keberlangsungan perpustakaan, maka SDM perpustakaan
sekolah harus; (1) mengembangkan kemampuan professionalnya; (2) memperhatikan
kemampuan yang diperlukan dan prosedur yang dibutuhkan untuk dapat mengelola
perpustakaan secara efektif – dari perpustakaan yang sekedar bertahan hidup menjadi
perpustakaan yang benar-benar berjalan secara baik, (3) mengembangkan kebijakan dan
prosedur dengan prinsip-prinsip yang mengaktualisasikan visi dari perpustakaan
sekolah; (4) mampu memperlihatkan keterkaitan antara sumber-sumber informasi dan
tujuan dan prioritas sekolah, serta program perpustakaan; (5) dan menunjukkan
kemampuan dan peran melalui rencana manajemen.

13

6.

Perencanaan
Perencanaan akan selalu menjadi bagian penting dalam sebuah sistem
manajemen, termasuk manajemen perpustakaan sekolah. Untuk itu sekolah dan
pengelola perpustakaan sekolah harus mempunyai dokumen perencanaan yang akan
menjadi panduan paling tidak setiap jangka waktu tertentu, misal satu tahun anggaran.
Perencanaan disini menyangkut masalah perencanaan kebijakan strategis, perencanaan
anggaran/pendanaan,
pengembangan

koleksi,

perencanaan
perencanaan

pengembangan
program

kerja

fasilitas,

perencanaan

perpustakaan

sekolah,

perencanaan pengembangan SDM, perencanaan kerjasama, dan juga perencanaan
promosi perpustakaan.
Penting bagi pengelola perpustakaan untuk selalu memulai pekerjaan dan
program kerjanya melalui sebuah perencanaan. Perencanaan akan menentukan sejauh
mana perpustakaan sekolah dapat berjalan dengan baik dan mendukung proses
pembelajaran yang inovatif di sekolah. Kepala perpustakaan beserta tenaga
perpustakaan dapat bekerja sama dengan staf pendidik dan juga staf manajerial lain di
sekolah guna menyusun perencanaan yang baik bagi keberlangsungan perpustakaan.
Hal ini penting agar menjamin ketepatan arah dan sasaran program perpustakaan
terutama dalam mendukung keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Tanpa adanya perencanaan maka perpustakaan akan berjalan tanpa arah dan
tidak akan mencapai apa yang menjadi tujuan yang diharapkan.
Pelayanan dan Promosi Perpustakaan
Faktor penting lain disamping keenam factor yang disebutkan di atas terkait dengan
pengelolaan perpustakaan sekolah adalah masalah pelayanan dan promosi perpustakaan.
Dua faktor ini jelas tidak dapat dikesampingkan oleh pengelola perpustakaan. Pelayanan
jelas merupakan ujung tombak bagi perpustakaan untuk menjalankan fungsinya di sekolah,
sedang promosi merupakan alat yang perlu digunakan untuk mendukung pelayanan yang
dilakukan perpustakaan. Kedua faktor ini tidak dapat dilepaskan dalam pengelolaan
perpustakaan sekolah.

14

1. Pelayanan Perpustakaan
Menurut standar nasional perpustakaan sekolah, layanan perpustakaan adalah
kegiatan pendayagunaan materi perpustakaan kepada pengguna, yaitu sirkulasi,
referensi, penelusuran, pendidikan pengguna, pinjam antarperpustakaan.
Sirkulasi atau layanan sirkulasi merupakan kegiatan meminjamkan koleksi
perpustakaan kepada pengguna dalam hal ini siswa didik dan staf pendidik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Untuk melancarkan kegiatan sirkulasi ini maka
pengelola perpustakaan perlu menetapkan kebijakan layanan sirkulasi, aturan-aturan
peminjaman, syarat keanggotaan, dan prosedur-prosedur yang harus dilakukan.
Referensi atau layanan referensi merupakan kegiatan perpustakaan dalam
menjawab pertanyaan, menelusur dan menyediakan materi perpustakaan dan informasi
sesuai dengan permintaan pengguna dengan mendayagunakan koleksi referensi. Pada
kegiatan ini maka pengelola selain mempunyai kemampuan memahami sumber-sumber
referensi juga harus mempunyai pengetahuan tentang literasi informasi. Yakni
pengetahuan bagaimana mencari, menemukan, mendayagunakan dan mengevaluasi
informasi yang ada.
Pendidikan

pengguna

atau

pendidikan

pemakai

merupakan

kegiatan

perpustakaan yang bertujuan menjadikan pengguna mampu mendayagunakan koleksi
perpustakaan secara mandiri sesuai dengan kebutuhannya. Artinya, pengguna atau
pemakai dididik atau diajari bagaimana menemukan dan mendayagunakan koleksi
perpustakaan sehingga mampu secara mandiri mencari dan memanfaatkan informasi
dan pengetahuan yang terdapat di koleksi. Pelatihan literasi informasi adalah salah satu
hal yang juga harus diajarkan kepada para pengguna atau pemakai di perpustakaan
sekolah.
Kegiatan pinjam antarperpustakaan dapat dilakukan oleh perpustakaan guna
meningkatkan pelayanan di perpustakaan sekolah. Kegiatan ini merupakan kegiatan
peminjaman koleksi di perpustakaan lain melalui kerjasama perpustakaan yang sudah
disepakati

bersama.

Ini

dapat

dilakukan

apabila

perpustakaan

satu

dengan

perpustakaan lain mempunyai kerjasama dan kesepakatan pinjam antarperpustakaan.
2. Promosi Perpustakaan
Menurut Surachman (2006), promosi Perpustakaan adalah sebuah kegiatan yang
merupakan usaha untuk memajukan dan meningkatkan citra popularitas dari layanan
15

perpustakaan, termasuk di dalamnya koleksi-koleksinya, sehingga mempengaruhi sikap
dan perilaku individu, kelompok atau organisasi masyarakat untuk memanfaatkan
perpustakaan.

Promosi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh

perpustakaan, sehingga dalam penyusunannya perlu melibatkan manajemen sekolah
dan staf pendidik. Dokumen yang merinci berbagai sasaran dan strategi harus ada
secara tertulis. Hal ini agar perpustakaan sekolah dapat melakukan kegiatan promosi
sesuai dan selaras dengan apa yang menjadi visi dan misi sekolah.
Dalam pedoman perpustakaan sekolah yang dikeluarkan UNESCO/IFLA yang
diterjemahkan oleh Perpusnas RI (2006), kegiatan atau kebijakan promosi dapat
tercermin dengan:


Memulai dan menhoperasikan situs web perpustakaan sekolah guna
mempromosikan jasa perpustakaan sekolah





Menyelenggarakan berbagai pameran
Membuat terbitan berisi informasi mengenai jam buka, jasa dan koleksi
perpustakaan



Menyediakan daftar sumber informasi dan pamphlet yang berkaitan dengan
kurikulum



Memberikan informasi perpustakaan pada pertemuan murid baru dan orang
tua mereka



Membentuk kelompok sahabat perpustakaan bagi para orang tua murid dan
lainnya

Kegiatan pelayanan dan promosi perpustakaan juga harus dievaluasi secara rutin
setiap tahun dan dokumen-dokumen kebijakan apabila diperlukan dilakukan revisi sesuai
dengan kondisi dan keadaan terkini.

Kegiatan promosi dan pelayanan perpustakaan

menjadi ujung tombak bagi keberhasilan visi dan misi pengelolaan perpustakaan sekolah.
Karena melalui kedua kegiatan itulah segala perencanaan, kebijakan, prosedur dan
persiapan manajemen yang sudah ditetapkan akan ‘diuji’ keberhasilannya dalam
menyokong proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

16

Penutup
Penjelasan dan uraian panjang diatas menunjukkan bahwa dalam pengelolaan
perpustakaan sekolah sebetulnya ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya.
Bahkan berbagai aturan dan landasan hokum juga telah dikeluarkan oleh berbagai pihak
yang berkompeten untuk menjamin keberlangsungan perpustakaan sekolah dalam
mendukung proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Satu poin penting yang perlu
diperhatikan adalah pengelola perpustakaan harus dapat mensinergikan program-program
perpustakaan dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan kurikulum yang diterapkan. Proses
pengelolaan perpustakaan sekolah adalah sebuah proses kreatif dan inovatif yang mestinya
menjadi bagian penting dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah, bukan elemen yang
terpisah.
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI). 2009. Standar Nasional Indonesia:
Perpustakaan Sekolah (SNI 7329:2009). Jakarta: BSNI.
Indonesia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta
Indonesia. 2007. Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta
Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI (Permendiknas RI) Nomor 25 tahun
2008 tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Jakarta: Depdiknas RI
Perpustakaan Nasional RI dan Departemen Pendidikan Nasional RI. 2006. Pedoman
Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO. Terjemahan dari School Library Guideliness
IFLA/UNESCO. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Media Indonesia. 03 Juli 2010. Seluruh SD Miliki Perpustakaan pada 2015. Diakses melalui
website Media Indonesia
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/07/07/153222/88/14/Seluruh-SDMiliki-Perpustakaan-pada-2015 pada tanggal 8 Desember 2010.
Natajumena, Rachmat. 2008. Perpustakaan Sekolah Lahan Tidur Pustakawan. Dalam Kumpulan
Naskah Orasi Ilmiah Pengukuhan Pustakawan Utama 1995-2007, Blasius Sudarsono
dan Titiek Kismiyati (editor), Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
SULISTYO-Basuki. 1994.
Rosdakarya.

Periodisasi

Perpustakaan

Indonesia.

Bandung:

PT.

Remaja

Surachman, Arif. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Makalah disampaikan dalam
Workshop untuk Kepala Sekolah, Guru dan Komite Sekolah di Ambarawa, Jawa
Tengah. Diakses melalui http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf
Surachman, Arif. 2006. Modul Pengelolaan Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Modul dalam
pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah/Dayah di Bireun, Nangroe Aceh
Darussalam, kerjasama INSEP Jakarta, MPRK UGM dan The Asia Foundation.

17

Dokumen yang terkait

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

13 162 19

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD)

2 94 23

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG

6 60 62

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64