PTK ENCEP HENDAR kelas 4

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan
dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga
mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.
Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu,
kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari
manusia. Beribu buku dan berjuta koran di terbitkan setiap hari. Informasi ini
menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat
informasi yang relevan untuk siswa-siswinya.
Membaca merupakan dasar bagi pengetahuan manusia, berhasil atau
tidaknya anak-anak menguasai berbagai pelajaran dan pengetahuan di sekolah
dan dalam masyarakat, sangat tergantung pada pengetahuan dan penguasaan
membaca, sehingga sangat disayangkan apabila salah seorang siswa atau siswi
kita yang sudah menginjak bangku sekolah dasar masih kurang dalam membaca,

pelajaran membaca di Sekolah Dasar merupakan dasar atau landasan untuk
pendidikan yang lebih tinggi (Muchlisoh 133).

1

2

Berbagai penelitian membuktikan bahwa pada umumnya anak
mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5 - 6 tahun. Pada usia
tersebut anak memiliki kompetensi koordinasi binakular (Harjasujana : 13)
persepsi yang dalam, pempokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara
bebas. Tetapi pada usia tersebut anak sudah berpenyakit pandangan jauh, akan
tetapi anak itu merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda.
Dari data empiris di lapangan, khususnya di sekolah kami, ternyata
masih banyak siswa kelas empat yang belum bisa membaca, padahal menurut
Piaget pada umumnya semua siswa kelas empat harus sudah bisa membaca. Tetapi
di sekolah kami siswa kelas empat masih banyak yang kurang mampu dalam
membaca permulaan. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menerapkan
”Penggunaan Metode Iqra untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca pada
siswa kelas empat. Mengapa penulis memilih metode ini dalam penelitian ini

karena metode IQRA yang diterapkan pada belajar membaca Al-Qur’an yang
diyakini lebih efektif dalam belajar membaca permulaan Al-Qur’an.
Dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan akan menjadi lebih
aktif dalam membuat rangkaian kata-kata menjadi suatu kalimat, apalagi dengan
menggunakan media, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Metode ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif dan
menambah keberanian untuk maju kedepan kelas menempelken media tersebut.
Berdasarkan survei di lapangan ataupun di kelas rendah yaitu kelas satu
dua, dan tiga penulis menemukan penggunaan metode ini yang masih sedikit
diterapkan oleh guru-guru kelas rendah. Dengan demikian penulis berinisiatif

3

menerapkan metode ini untuk lebih mempermudah membaca bagi siswa kelas
rendah, metode ini membutuhkan banyak latihan bagi siswa-siswanya sehingga
siswa menjadi lebih kreatif dengan bimbingan guru.
. Membaca pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang
terjadi sepanjang hayat seseorang. Sehingga dalam Kitab Suci Al-Qur’an surat AlAlaq ayat 1 s.d 5 disebutkan yaitu :
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Dalam surat tersebut disebutkan bahw Allah SWT mengajarkan manusia
dengan perantaraan membaca, jadi kita bisa mengetahui semua yang ada dialam
semesta ini dengan cara membaca dalam surat tersebut diatas disebutkan bahwa
(“Iq’ra”) bacalah, dengan membaca hidup kita menjadi lebih maju dan bertujuan,
dan pengetahuan lebih luas.
Membaca bagi siswa kelas rendah merupakan suatu hal yang sangat
rumit, karena kemampuan membaca harus disertai dengan keuletan dan kerajinan
siswa sehari-hari dalam belajar membaca. Oleh karena itu peneliti mencoba
mengambil judul ini dengan tujuan memberikan motivasi dan masukan bagi guru
untuk mencoba menerapkan Metode Iqra ini dalam kegiatan belajar mengajar

4

sehari-hari. Karena Metode Iqra ini menurut penulis sangat relevan dan mudah
dipelajari siswa kelas rendah serta mempercepat proses membaca siswa dari

asalnya tidak bisa membaca menjadi lancar dalam membaca.

B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran yang di laksanakan di sekolah-sekolah khususnya di
sekolah dasar pada saat ini membutuhkan pemahaman yang luas, sehingga
sangat disayangkan apabila siswa-siswinya masih belum bisa membaca, apalagi
sudah menginjak ke kelas 4. Pemahaman tentang membaca sangat diperlukan
untuk mengetahui berbagai informasi yang berkembang, dan untuk menambah
ilmu pengetahuan.
Untuk mengatasi siswa-siswi yang belum bisa dalam membaca
khususnya kelas 4, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sarana termudah
untuk meneliti, menyempurnakan, meningkatkan, dan mengevaluasi pengelolaan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan pelajaran-pelajaran lainnya. Karena
kalau siswa-siswinya masih ada yang belum bisa membaca maka pelajaranpelajaran akan tertinggal jauh oleh siswa yang lain yang sudah bisa membaca.
Metode Iqra yang akan diterapkan kepada siswa-siswi yang belum bisa
dalam membaca dapat memberikan dukungan ataupun pemahaman yang benar
mengenai pentingnya membaca dalam setiap mata pelajaran.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah


5

Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah mengenai
kesulitan membaca pada siswa-siswi kelas 4, khususnya pada pelajaran Bahasa
Indonesia yang memerlukan pemahaman dalam membaca.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai barikut :
1.

Bagaimana proses pelaksanaan Metode Iqra pada pembelajaran membaca
permulaan di kelas empat?

2.

Bagaimana efektifitas pembelajaran membaca menggunakan Metode Iqra
pada siswa yang mengalami kendala dalam membaca pada siswa kelas
empat?

3.

Bagaimana hasil pembelajaran siswa dalam membaca pemulaan dengan

menggunakan Metode Iqra?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian yang akan kami kembangkan yaitu
1. Mengetahui proses belajar mengajar dengan mengunakan Metode Iqra.
2. Mengetahui keefektipan Metode Iqra dalam Pembebelajaran di kelas empat.
3. Mengetahui keefektipan hasil belajar siswa.

E. Hipotesis Tindakan

6

1.

Hipotesis tidakan dalam PTK ini adalah:
Pelaksanaan metode Iqra pada siswa-siswi yang belum bisa dalam
membaca sangat memerlukan waktu yang cukup lama dan latihan-latihan

2.


secara terus menerus.
Penggunaan metode Iqra pada siswa-siswi yang belum lancar atau belum
bisa membaca sangat efektif digunakan terbukti dengan banyaknya siswa
yang sudah lancar dalam membaca setelah setelah menggunakan metode

3.

ini.
Hasil yang diperoleh sangat memuaskan dengan metode ini, terbukti
dengan meningkatnya kemajuan siswa yang belum bisa menjadi bisa
dalam menbaca.

F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru-guru kelas rendah
khususnya, maupun bagi siswa-siswi yang belum bisa membaca pada kelas tinggi,
yaitu sebagai berikut.
1. Memiliki gambaran tentang cara efektif dalam belajar membaca permulaan.
2. Menjadi motivasi guru dalam mengajarkan pembelajaran membaca permulaan
bagi siswa-siswi yang belum lancer dalam membaca
3. Sebagai rujukan pembuatan PTK yang akan di buat selanjutnya bagi guru yang

lain.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

7

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Untuk menguraikan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan, maka digunakan metode kualitatif yang merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nasution (Kurniah, 1995:47) yang mengemukakan bahwa salah satu
ciri dari penelitian kualitatif adalah penelitian diusahakan dapat menyimpulkan
data secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
Berdasarkan tehnik tersebut dapat diketahui sacara sistematik mengenai
proses belajar mengajar yang dilakukan. Melalui penelitian tindakan kelas
dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan agar dapat
memperbaiki pembelajaran dikelas. Hal ini yang sesuai dengan pendapat
Kasbolah (1998:14-15) ”Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan
bertujuan untuk memperbaiki meningkatkan kualitas pembelajaran”.
Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tindakan kelas yang
memfokuskan aktivitas dalam tindakan-tindakan tertentu untuk membantu guru
dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap keterampilan membaca
permulaan. Dalam penelitian kelas, seorang guru dapat menliti sendiri praktek
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Melalui tindakan-tindakan yang
telah direncanakan, dievaluasi serta dengan adanya umpan balik mengenai apa
yang selalu dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, maka guru dapat
7
merancang perbaikan proses pembelajaran.
Gambar 3.1. Spiral PTK
Adaptasi dari Hopkins (Aqib,2006:31)

8

Identifikasi
masalah

Perencanaan


Refleksi

Aksi

Siklus I

Observasi

Perencanaan
Ulang

Refleksi

Siklus II
Observasi

Aksi

B. Konsep Dasar Membaca

Perkembangan siswa yang sudah lancar dalam membaca sangat jauh
dengan siswa yang belum lancar dalam membaca. Anak yang sudah lancar dalam
membaca lebih proaktif dalam setiap pembelajaran. Mereka selalu memberikan
pertanyaan ataupun tanggapan terhadap penjelasan guru. Kenyataan di atas sesuai
dengan pendapat Sabarti yang menyatakan bahwa kemampuan membaca
merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan, dengan
kemampuan membaca yang memadai, anak-anak akan lebih mudah menggali
informasi dari berbagai sumber tertulis (1992: 33).

9

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang sudah lancar dalam
membaca, tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran
yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk
membantu siswanya dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam
membacanya, jadi tugas guru yang paling utama adalah mengembangkan
kemampuan yang sudah dimiliki siswa dengan menggabungkan berbagai ilmu
pengetahuan yang dimiliki guru sehingga siswa tersebut merasakan kemajuan
yang diperolehnya dari sekolah.
Keterampilan membaca memiliki sifat yang sangat luas karena
keterampilan ini berkaitan erat dengan berbagai bidang studi, berbagai tujuan,
berbagai keterampilan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Bahkan dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan, membaca merupakan kunci dari berbagai ilmu
pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan dapat kita pelajari dengan cara
membaca, bukan hanya dipahami atau dilihat tetapi dibaca untuk memperoleh
makna tertentu. Dengan membaca kita dapat mengembangkan berbagai nilai
moral, kemampuan bernalar, serta kreatifitas siswa menjadi lebih luas.
Keadaannya pembelajaran membaca tampak lebih buram dibandingkan
dengan kondisi bahan bacaan. Adakah sekarang ini di Indonesia guru yang
berkompeten dalam bidang pengajaran membaca dan memiliki kualifikasi
profesional (Tarigan dkk, 1989:6). Memang benar pada kenyataannya di negara
kita ini keterampilan membaca masih bergabung dengan pelajaran Bahasa
Indonesia, padahal dengan banyak membaca kita bisa mengetahui mata pelajaran
yang lain.

10

Struktur kurikulum di sekolah-sekolah yang ada dinegara kita, dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi tidak dikenal adanya mata
pelajaran membaca. Sehingga bagaimana kita mau berbicara tentang
sosok guru yang berkompeten dan berkualifikasi profesional (Tarigan
dkk, 1989:6).
Ada memang pelajaran membaca di sekolah-sekolah, yakni yang
diajarkan oleh guru-guru bahasa Indonesia, karena pelajaran membaca merupakan
salah satu pokok bahasan mata pelajaran bahasa Indonesia. Sementara pokok
bahasan yang ada dalam pelajaran bahasa Indonesia sangat banyak antara lain :
menulis, menyimak, mendengarkan, pragmatik, sastra, tata bahasa dan
sebagainya.
Sementara kita semua tahu bahwa alokasi waktu yang tersedia untuk
pelajaran Bahasa Indonesia sangat terbatas sekali, karena berebutan dengan mata
pelajaran yang lainnya yang memang cukup banyak. Melihat kondisi seperti itu
bagaimanakah kiat dan siasat guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan
pembelajaran membaca? Seperti yang kita ketahui bahwa, membaca merupakan
salah kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap siswa. Bagi bangsa yang
ingin maju membaca merupakan keterampilan dasar. Ini berarti bahwa
keterampilan tersebut perlu dimiliki oleh setiap orang, tidak saja untuk meraih
keberhasilan selama hidupnya tetapi juga untuk bekal dimasa yang akan datang.
Pembelajaran membaca yang diberikan di kelas satu dan dua Sekolah
Dasar sepenuhnya ditekankan pada segi mekaniknya, artinya jenis keterampilan
membaca yang dilatihkan adalan jenis membaca teknis (Supriyadi dkk:1992:117).
Artinya pembelajaran yang diutamakan adalah mendidik siswa dari tidak bisa
membaca menjadi pandai dalam membaca, kemampuan membaca pada murid

11

kelas satu dapat diartikan sebagai kemampuan mengubah lambang-lambang
secara tertulis menjadi bunyi-bunyi atau suara-suara yang bermakna. Pada
membaca lanjutan di kelas-kelas yang lebih tinggi tujuan pelajaran ini lebih
ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang beramakna.
Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar dapat dikelompokan ke dalam
dua bagian, yaitu:
1. Membaca permulaan
Membaca permulaan diberikan dikelas satu dan kelas dua dengan
mengutamakan segi mekanisnya. Oleh karena itu jenis membaca yang
dikembangkan adalah membaca teknis. Tujuan membaca permulaan adalah agar
siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
membaca Bahasa Indonesia. Pengajaan diarahkan untuk memperkuat kemampuan
berbahasa lisan siswa. (Supriyadi:1992:180).
Sehingga siswa yang belajar membaca tidak merasa kesulitan dalam
melihat huruf-huruf dalam sebuah buku, oleh karena itu pembelajaran membaca
yang diterapkan disekolah-sekolah dasar seorang guru harus banyak menguasai
berbagai metode. Dengan menguasai berbagai metode seorang guru dapat
memperoleh keuntungan dari setiap metode dengan sebaik-baiknya. Jika perlu
seorang guru dapat mengembangkan dan memvariasikan langkah-langkah
pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Selain itu membaca permulaan bertujuan agar anak dapat mengubah
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang bermakna. Pengajaran

12

diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa.Untuk mencapai
tujuan yang pertama, diajarkan sistem bunyi-bunyian yang terdapat dalam bahasa,
pola tata bahasa sederhana, kosakata, makna kata yang berhubungan dengan
kalimat maupun wacana. Dalam membaca permulaan banyak metode yang dapat
dipakai oleh guru dalam mengajarkannya diantaranya :
a. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad dan metode bunyi, menurut Akhadiah merupakan metodemetode yang sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering
mengunakan kata-kata lepas.
Misalnya:
1)

Metode Abjad : bo – bo - bobo
La-ri - lari

2)

Metode bunyi : na-na - nana
Lu-pa - lupa
Beda antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan
huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (”a”, ”be”, ”ce”,
dst). Sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan
bunyinya [m], [n], [a],dst.

b. Metode Kata Lembaga
Metode kata lembaga, dalam penerapannya menggunakan cara
mengurai dan merangkaikan.
Misalnya:
1) metode kata lembaga: bola – bo – la — b – o – l – a — b-o - l-a—bol

ru - mah

13

rumah  ru-mah  r – u – m – a – h  ru – mah  rumah
Kepada siswa disajikan kata-kata: salah satu diantaranya merupakan kata
lembaga, yaitu kata yang sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan
menjadi huruf. Setelah itu dirangkai lagi menjadi suku kata, dan suku kata
dirangkaikan menjadi kata.
c. Metode Global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psiklogis
gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih
bermakna daripada jumlah bagian-bagiannya. Siswa akan lebih mudah belajar
membaca jika diperkenalkan dengan kalimat secara global. Dalam penerapannya,
metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca,
sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu diantaranya
dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata, hurufhuruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu. Kemudian huruf-huruf
dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, kata-kata
menjadi kalimat.
d. Metode Struktur Analitik Sintetik ( SAS )
Metode SAS merupakan hasil karya Proyek Pembaharuan Metode
Mengajar (PKMM) dan mulai diterapkan di sekolah-sekolah pada tahun tujuh
puluhan. Metode ini diciptakan ntuk memperbaiki pengajaran membaca. Beberapa
alasan yang mendasari metode SAS yaitu :
1) pada dasarnya bahasa itu ucapan bukan tulisan
2) unsur bahasa terkecil yang bermakna ialah kalimat

14

3) setiap bahasa memiliki struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa lain
4) pada waktu mulai masuk sekolah, setiap anak sudah menguasai struktur
ibunya
5) bahasa ibu sudah dikuasai siswa tanpa kesadaran tentang aturan-aturan dalam
bahasa tersebut
6) potensi dan pengalaman bahasa siswa itu perlu dikembangkan disekolah
7) melalui pendidikan disekolah siswa dilatih mencari dan memecahkan masalah
8) dalam mengamati sesuatu manusia lebih dahulu melihat strukturnya atau
sosok secara kesluruhannya
9) setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu, sehingga ia ingin
mengupas, merusak, dan membogkar sesuatu
Metode tersebut dapat dipakai dikelas satu dan kelas dua dengan melihat
kurikulum kelas satu, membaca permulaan memerlukan banyak latihan-latihan
yang diberikan kepada anak, sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dalam
melakukan membaca. Membaca permulaan harus diberikan kepada siswa dengan
melihat berbagai metode jangan hanya satu metode, sehingga siswa tidak terlalu
jenuh dalam proses pembelajarannya.

2. Membaca lanjut
Kegiatan membaca lanjut dilakukan setelah anak-anak diduga telah
cukup

mengenal

huruf-huruf

dan

tanda

baca

sederhana

dan

mampu

mengkomunikasikannya secara lisan. Membaca lanjutan diberikan sebagai dasar

15

keterampilan membaca yang nantinya dapat dikembangkan bila mereka
melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi (Supriyadi:1992:185)
Pengajaran membaca lanjut dimulai dikelas empat. Tujuannya ialah agar
siswa mampu memahami, menafsirkan, serta menghayati isi bacaan. Pelajaran
membaca lanjut ini diberikan melalui subpokok bahasan membaca pemahaman.
Membaca lanjutan diberikan sejak kelas empat catur wulan pertama sampai kelas
enam, jenis-jenis membaca yang diberikan adalah membaca teknis, membaca
dalam hati, membaca pemahaman, membaca cepat, dan membaca bahasa.
Jenis-jenis membaca tersebut tidak akan penulis uraikan karena
pembahasan skripsi ini mengenai membaca permulaan, sehingga penulis hanya
sekilas saja dalam pembahasannya. Jenis-jenis membaca tersebut dapat dipakai
dari mulai kelas empat sampai kelas enam, tujuan orang dalam membaca lanjutan
dapat bermacam-macam antara lain untuk mengisi waktu luang atau mencari
hiburan, untuk studi secara akademis, untuk mencari informasi atau menambah
ilmu pengetahuan, untuk memperkaya perbendaharaan kosakata, dan lain
sebagainya.
a. membaca nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan
alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan perasaan
seorang pengarang (Tarigan,1979:22). Membaca nyaring dilakukan atau dipakai
pada siswa kelas empat sampai kelas enam, setiap anak atau seseorang yang

16

melakukan aktivitas membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makan
serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.
Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan
membaca yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena di haruslah melihat
pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Membaca nyaring biasanya dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa indonesia
khususnya pada keterampilan membaca, bahan bacaan yang diberikan biasanya
biasanya cerita, puisi serta kegiatan yang menarik hati.
Dalam menerapkan metode membaca nyaring seorang guru harus
memahami proses komunikasi dua arah, lingkaran komunikasi belumlah lengkap
kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau
perasaan yang diekspresikan oleh sipembaca. Kalau kita perhatikan kegiatan
membaca nyaring dalam kehidupan sehari hari maka kita harus sadar bahwa
kegiatan

tersebut

sangatlah

terbatas,

karena

sangat

sedikit

orang

menggunakannya.
b. membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh
setiap pembaca dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan ini banyak dilakukan oleh
orang-orang dewasa yang senang dengan membaca, misalnya membaca koran,
majalah, buku umum dsb. Kegiatan ini tidak perlu menggunakan kecepatan dalam
membaca tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi.
Harus disadari benar-benar bahwa keterampilan membaca dalam hati
merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan. Bila seseorang dapat membentuk
konsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, maka hal itu berarti bahwa dia telah

17

memperoleh kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat
keputusannya (Tarigan,1979:29).
Dalam kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat, setiap
anggota masyarakat akan membaca bahan-bahan yang sesuai dengan selera atau
pilihannya masing-masing tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Membaca
secara perorangan menurut selera masing-masing atau yang disebut personalized
reading, dalam kegiatan membacanya memerlukan kesadaran masing-masing
dengan memiliki motivasi yang kuat.
c. membaca Telaah Isi
Membaca telaah isi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca
agar mengetahui dan memahami apa isi bacaan yang sedang kita baca, dalam
kegiatan ini kita tidak hanya sekedar membaca sepintas saja tetapi lebih dalam
lagi. Setelah kita menemukan bahan atau hal yang menarik hati pada membaca
sekilas, maka biasanya kita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara
mendalam, kita ingin membacanya secara teliti. Kegiatan membaca dengan telaah
isi adalah suatu bacaan yang menuntut keterampilan, pemahaman, kekritisan,
berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan.
Dalam membaca telaah isi kegiatannya dapat dibagi menjadi beberapa
bagian diantaranya :
1) membaca teliti
2) membaca pemahaman
3) membaca kritis
4) membaca ide

18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

19

Kegiatan yang dlakukan peneliti pada tahap rencana adalah membuat
skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas misalnya gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat.
Adapun jenis-jenis tindakan yang diteliti dalam penelitian ini adalah;
1. Minat siswa untuk belajar mengetahu huruf, kata kemudian kalimat.
2. Kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata kemudian menjadi sebuah
3.

kalimat yang runtut.
Keaktipan siswa dalam mengikuti setiap siklus tindakan.
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model siklus secara berulang dan berkelanjutan (spiral) yang berati
semakin lama diharapkan semakin meningkatkan perubahan/ pencapaian hasilnya.
Model ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart
(1992:11-15). Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses/kegiatan pembelajaran,
evaluasi dan refleksi, yang dilakukan pada setiap siklusnya. Kegiatan penelitian
ini dilakukan dalam III silkus yang masing-masing siklus terdiri dari 1 tindakan
penelitian.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Sadang 2
19
Kecamatan Kabupaten Garut, diantara siswa-siswi kelas 4 dengan jumlah siswa
sebanyak 24 anak, yang masih ada siswa yang masih kurang dalam membaca
sehingga membutuhkan waktu untuk mengulang dalam membaca, membaca
permulaan dalam bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk memenuhi kemajuan

20

dalam ilmu pengetahuan. Kegiatan penelitian dilakukan pada waktu masuk
sekolah tahun pelajaran 2015/2016.

C. Metode Pengumpulan Data
Instrumen penelitian disusun sebagai alat pengumpul data penelitian.
Dengan demikian peneliti dapat memperoleh kebenaran yang akurat dalam
pengumpulan data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang
akan digunakan pada penelitian ini meliputi, lembar observasi, lembar
wawancara, catatan lapangan, lembar kerja siswa (LKS), soal evaluasi, dan
kamera. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa dan kemajuan siswa dalam belajar membaca.
D. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis pada setiap kegiatan sebagai
pengujian terhadap pengujian hipotesis tindakan yang telah dirumuskan.
Pengolahan data dan analisis tersebut dilakukan secara terus menerus dari awal
sampai akhir pelaksanaan tindakan pembelajaran. Tehnik analisis data yang
digunakan, yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses
yang terjadi selama tindakan pembelajaran dan dideskripsikan kebermaknaan dari
hasil penelitian.
Data yang menunjukan dinamika proses dianalisis berdaarkan data yang
diperoleh dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, hasil
evaluasi. Setelah data terkumpul, dianalisis dan direfleksikan. Untuk memperoleh
data yang lebih akurat dan shahih, maka dilakukan diskusi antara guru sebagai
peneliti dengan observer untuk membandingkan dan mengecek data hasil

21

penelitian.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengambil setting di SD Negeri
Sadang 2 Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut ini, pelaksanaannya mengikuti
alur sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pelajaran Bahasa Indonesia dan
penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu kelas 4 bulan ( Juli –
September 2015 )

22

2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui model
pembelajaran metode Iqra yang disusun dari huruf-huruf kemudian kata
perkata kemudian kalimat.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi
aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus
menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru
observer, yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama
penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa
terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
B. Penjelasan Persiklus
Tahap pelaksanaan tindakan perencanaan
22 yang telah disusun. Perencanaan
yang disusun, belum sepenuhnya mengungkap dan memberikan gambaran
mengenai subjek penelitian secara keseluruhan. Dengan demikian, walaupun pada
perencanaan tiga siklus yang terdiri dari masing-masing satu tindakan tersebut
telah

di

dilaksanakan

pada

tahap

pelaksanaan

tindakan,

tetapi

pada

pelaksanaannya masih memungkinkan guru untuk melakukan tindakan yang
belum dan tidak tercantum dalam rencana pembelajaran sebelumnya.
Pelaksanaan siklus yang terdiri dari masing-masingnya satu tindakan
penelitian ini menekankan pada penerapan Metode Iqrasuku kata, dalam
pembelajaran membaca permulaan. Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan
dengan cara memberitahukan kepada siswa, siapa saja yang harus melaksanakan
remedial pada keterampilan membaca dengan tujuan agar siswa dapat melakukan

23

pembelajaran terlebih dahulu dirumahnya sebelum pelaksanaan remedial
disekolah. Hal ini dilakukan agar peneliti menemukan banyak hal yang cukup
penting dan menarik pada saat pelaksanaan penelitian tersebut. Dengan
menggunakan Metode Iqra terhadap pemahaman membaca permulaan pada materi
yang disampaikan secara rinci dalam peneliti tindakan kelas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Siklus I
Rencana

pembelajaran

yang

telah

dipersiapkan

sebelumnya,

direalisasikan pada pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I mengajarkan
materi tentang membaca permulaan disesuaikan dengan rencana pembelajaran
dan rencana siklus. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus I di uraikan
sebagai berikut:
a. Tindakan 1
1) Deskripsi
Siklus I tindakan 1 penelitian dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 11
Agustus 2015 dengan tema ”Kesehatan”. Tema tersebut oleh guru diuraikan
dengan materi ”Minuman Sehat” kemudian oleh guru di buat dengan
menggunakan media kartu huruf dengan cara memisahkan huruf-huruf dalam
bacaan tersebut. Tema pada siklus I yaitu :
”Minuman Sehat”
Air diperlukan bagi kehidupan manusia. Kita memerlukan air bersih
untuk berbagai kebutuhan hidup kita. Di daerah perkotaan terdapat air ledeng
yang sudah memenuhi syarat kesehatan. Air ledeng itu jernih, sehat dan bebas

24

dari hama penyakit. Di pedesaan persediaan air hanya diperoleh dari sumur,
air hujan dan mata air. Jika kita ragu terhadap kebersihan air, kita bisa
meminta penjelasan kepada petugas puskesmas, bagaimana cara menjernihkan
air agar bisa dipakai untuk minum.
Dalam tindakan I siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif
dan menyenangkan, namun setiap siswa kurang apresiasi terhadap temantemannya dalam kegiatan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata.
Kegiatan pembelajaran dengan metode ini menggunakan media kartu
huruf memerlukan waktu yang cukup lama, namun pada tindakan satu ini
siswa menggunakan waktu dengan tepat, karena dalam proses menempelkan
huruf-huruf ke dalam gabus sangat cepat karena sudah mengenal dan tahu
huruf-huruf yang akan ditempelkan. Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam
memberikan respon terhadap proses pembelajaran sangat menarik karena
semua siswa sangat menginginkan untuk maju ke depan kelas menempelkan
beberapa kartu huruf yang sudah disiapkan. Pada siklus I membaca permulaan
dengan Metode Iqradengan memilih tema ”Minuman Sehat”. Guru
membacakan dulu meteri yang akan diajarkan 4 – 6 buah kata kemudian
diikuti oleh seluruh siswa membacanya. Setelah itu dilanjutkan membacanya
sampai satu paragraf. Setelah selesai membaca satu paragraf guru kemudian
mencoba menggunakan kartu huruf untuk menguji kemampuan masingmasing siswa dalam membaca secara bergiliran maju kedepan menempelkan
kartu huruf yang sudah disediakan oleh guru.
Kemampuan siswa melakukan pembelajaran dengan materi membaca

25

permulaan dengan menggunakan metode Iqra, memerlukan tahapan-tahapan
pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai siswa berdo’a terlebih dahulu,
kemudian guru mengkondisikan siswa dengan cara mengabsen siswa. Dari
kegiatan absensi ini diketahui bahwa ada siswa yang tidak hadir 4 orang tidak
tahu alasannya apa, karena kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan di
luar jam pembelajaran.
Setelah selesai mengabsen siswa, guru langsung mengadakan
appersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang sering membaca di
rumahnya, kemudian guru bertanya lagi siapa yang banyak minum, beberapa
siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian guru
menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu ”Minuman Sehat” pada buku
sumber Intimedia buku B. Indonesia kelas 4 hal 55, setelah memberikan
appersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan pembelajaran
yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
keterampilan membaca dengan memilih tema yang berkaitan dengan
kehidupan siswa.
Guru memperlihatkan alat peraga kepada siswa, siswa menyimak alat
peraga yang ditempelkan oleh guru pada papan tulis, setelah itu guru bertanya
kepada siswa huruf apa yang ditempelkan? Semua siswa menjawab secara
serentak huruf ”M”,
Guru bertanya lagi, ”Ini huruf apa?”
”I” ini huruf apa? ”N” sampai tersusun menjadi kata ”MINUMAN”.
Setelah kata tersebut tersusun kemudian guru bertanya lagi huruf apakah ini?

26

”S”, ini huruf apa? ”E”, ini huruf apa? ”H” sampai tersusun menjadi kata
”SEHAT”. Kegiatan tersebut dilakukan sambil menempelkan huruf-huruf
yang disebutkan siswa tersebut diatas gabus sahingga kelihatan dan terbaca
oleh seluruh siswa.
Setelah guru memberi contoh membacakan dan menyusun huruf-huruf
tersebut di atas gabus, kemudian guru menyuruh siswa secara bergiliran
menempelkan huruf-huruf yang harus disusun menjadi sebuah kata kemudian
menjadi kalimat. Kegiatan tersebut diulang sampai semua siswa yang hadir
pada kegiatan siklus I tersebut kebagian semua, sehingga semua siswa dapat
memahami dan mengerti maksud dari diadakannya kegiatan remedial tersebut.
Setelah semua siswa menempelkan semua huruf-huruf yang telah
tersusun menjadi sebuah kalimat, kemudian guru menyuruh satu persatu dari
siswa yang hadir untuk membacakan semua huruf-huruf yang sudah tersusun
menjadi sebuah kalimat tersebut, dengan bimbingan guru semuanya kebagian
membacakan rangkaian huruf-huruf tersebut sampai jelas siapa yang masih
kurang dan yang baik sekali dalam penilaiannya.
Sebagian siswa sudah bagus dalam membacakannya namun dalam
dalam pelapalannya sebagian ada yang belum jelas dan sebagian lagi jelas,
dalam intonasinya ada yang keras namun ada juga yang pelan sehingga
kedengarannya tidak jelas. Hasil penilaian terhadap tes lisan yang dan
perbuatan siswa dalam membaca permulaan 4 sampai 6 kata dengan Metode
Iqrasuku kata diperoleh sebagai berikut.
Siklus I

27

Mata pelajaran

: B.Indonesia

Tema

: “Minuman Sehat”
Tabel. 4.1 : Format penilaian membaca permulaan

NO

NAMA SISWA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Anis
Abdul Jabar
Alfah
Alifiya
Agniya
Andi
Desti
Dewinta
Devi
Dadan
Levi
Padli
Rifky
Regiza
Renata
Restu
Suci
Ilham
Yoga
Salsa
Sendi
Surya
Yusuf
Zakaria

Keterangan : A. Baik Sekali
Kurang

ASPEK YANG DINILAI
KETEPATA
LAFAL
INTONASI
N
A B C D A B C D A B C D

































√ √





































B. Baik

C. Cukup

D.

Dari seluruh jumlah siswa kelas empat yang berjumlah 24 orang, maka
pada siklus ini didapat nilai dari data di atas dengan rincian berikut ini : yang
mendapat nilai dalam ketepatan, lafal dan intonasi membaca huruf, kata dan

28

kalimat diuraikan sebagai berikut :

ASPEK YANG

NILAI A

NILAI B

NILAI C

DINILAI
KETEPATAN
LAFAL
INTONASI

NILAI
D

IIIII II
IIII III

IIIII II
IIIII IIII
IIIII II

IIIII IIIII
IIIII III
IIIII IIII

IIIII II

Dari data di atas aspek pertama yang dinilai adalah ketepatan, siswa
yang mendapat nilai A sebesar (0%), nilai B sebesar (30%), nilai C sebesar
(40%) dan nilai D sebesar (30%). Penilaian B pada aspek ketepatan didapat
siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf dengan
benar dan tepat. Penilaian C pada aspek ketepatan didapat siswa dengan
menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf masih ada kesalahan
dalam menyusun dan membaca kata maupun kalimat misalnya menyusun kata
minuman seharusnya mi – nu – man disusunnya jadi mi – num – an. Penilaian
D pada aspek ketepatan diperoleh siswa dengan menyusun dan membaca kata,
kalimat maupun paragraf masih salah misalnya menyusun kata minuman jadi
min – um – an.
Dari data di atas aspek kedua yang dinilai adalah lafal, siswa yang
mendapat nilai A sebesar (25%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar (35%),
nilai D sebesar (0%). Penilaian A pada aspek lafal siswa sudah benar dalam
melafalkan huruf, kata dan kalimat dengan benar. Penilaian B pada aspek lafal

29

siswa sudah benar tapi masih ada beberapa kata yang salah dalam
mengucapkannya. Penilaian C pada aspek lafal siswa masih kurang dalam
mengucapkan bebarapa kata dengan lafal baik seperti mengucapkan kata
(berbagai) menjadi (bebagai), dan kata (puskesmas) menjadi (puskemas ada
juga yang membacanya pukesma).
Penilaian intonasi siswa yang mendapat nilai A sebesar (35%), nilai B
sebesar (25%), nilai C sebesar (40%), dan nilai D sebesar (0%). Penilaian A
didasarkan pada keras siswa dalam membaca kata, kalimat dan paragraf di
depan kelas, jadi siswa yang mendapat nilai A dalam membacanya terdengar
dengan jelas oleh siswa lain, yang mendapat nilai B membacanya agak pelan
sedikit hanya terdengar oleh siswa yang duduk di depan, yang mendapat nilai
C membacanya hanya terdengar oleh dirinya sendiri dan oleh peneliti itu juga
harus dekat dengan siswa yang membaca.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan guru, diperoleh
informasi bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan Metode Iqrasuku
kata dapat diharapkan lebih baik, walaupun masih ada siswa yang masih
bingung dalam membaca huruf-huruf sebelum kata meskipun siswa tersebut
sudah menginjak bangku kelas empat. Dan masih ada yang kurang konsentrasi
dalam membacakan bacaan yang ditempel di atas gabus yang sudah
dikerjakan oleh siswa yang lain, walaupun guru sudah beberapa kali
mengulang bacaan-bacaan yang ditempel tersebut.
Di dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada waktu
pelaksanaan Tindakan Penelitian Kelas ( PTK ), siswa kelihatannya merasa

30

kaku karena ada observer yang berada di dalam kelas mengikuti proses belajar
mengajar, kemudian temuan yang lainnya juga siswa merasa terganggu
dengan adannya pemotretan terhadap peneliti yang dilakukan oleh guru lain
sehingga konsentrasi siswa menjadi kacau, akibatnya proses pembelajaranpun
menjadi terganggu.
2) Analisis
Berdasarkan data hasil dari proses pembelajaran, dan instrumen
penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini telah dipersiapkan
selengkap mungkin. Setelah peneliti melaksanakan tindakan, selanjutnya
menganalisis

pelaksanaan

tindakan.

Analisis

dilakukan

dengan

membandingkan catatan lapangan hasil observasi dan hasil wawancara dengan
siswa, juga dengan tindakan yang diangkat oleh peneliti.
1. Hasil dari pengamatan observer terhadap peneliti dalam hal ini adalah guru
dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
Metode Iqrasuku kata ditemukan beberapa catatan dari kegiatan awal
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru menyampaikan tujuan
kepada siswa namun pada waktu itu hanya tujuan keseluruhan
pembelajaran saja yang disampaikan sedangkan indikator yang akan
diberikan tidak disampaikan secara keseluruhan.
2. kegiatan appersepsi dilakukan untuk mempersiapkan siswa dalam
menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan pembelajaran yang
akan diajarkan namun pada waktu memberikan appersepsi guru hanya
ditujukan kepada salah satu siswa sehingga siswa yang lain ada yang

31

masih mempersiapkan alat tulis bahkan ngobrol dengan teman sebangku.
3. guru masih kurang cekatan membingbing siswa yang kurang menguasai
pemahaman huruf dan kata, sehingga kelihatannya siswa yang masih
kurang akan tetap tertinggal seharusnya guru pada waktu memberikan
contoh harus tetap membingbing sehingga siswa hapal betul terhadap
pembelajaran yang disampaikan.
4. guru memberikan motivasi kepada siswa pada waktu memberikan ide-ide
yang disampaikan melalui alat peraga.
5. pada waktu menyampaikan materi guru hanya terpaku pada tulisan yang
ada di papan tulis sesuai dengan kartu huruf dan kata, seharusnya guru
memberikan contoh-contoh kata yang lain sehingga siswa akan lebih
paham membaca kata baru.
6. pada waktu mengadakan penilaian yang dilakukan melalui tes perbuatan,
seharusnya guru harus terus membawa catatan penilaian format yang
sudah disediakan pada pelaksanaan proses pembelajaran. Karena pada
waktu itulah kegiatan siswa kelihatan dengan jelas tanpa ada paksaan
ataupun pujian yang mengakibatkan penampilan penilaian di depan kelas
akan lebih baik.
7. guru di akhir kegiatan pembelajaran sudah meyakinkan siswa dan
memberikannya tugas bahwa membaca tidak hanya di sekolah saja,
melainkan harus dilaksanakan sesering mungkin baik di rumah ataupun
dimana saja sehingga kalau terus berlatih maka kegiatan membaca akan
berhasil dan menghasilkan yang optimal.

32

Dengan melihat data penilaian sangat jelas sekali bahwa dalam
pembelajran siklus I ini belum berhasil, sehingga selanjutnya perlu
ditingkatkan. Dengan melihat data yang diambil dari lembar wawancara
dengan siswa, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
Metode Iqra siswa merasa senang dan antusias untuk belajar, terutama dalam
pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah.
3) Refleksi
Berdasarkan data yang telah dianalisis, peneliti memperoleh masukan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan Metode Iqrayang peneliti
laksanakan sudah dapat memunculkan aspek Iqra, baik itu kata dan kalimat.
Walaupun di dalam pembelajaran membaca dengan Metode Iqra belum
memuaskan dan masih ada siswa yang kelihatannya tidak antusias, hal itu
karena peneliti hanya memberikan latihan kepada siswa-siswa yang masih
mengejah kata dengan dibaca satu kata satu kata, sehingga siswa yang agak
lancar dalam membaca dengan tidak mengejah huruf-huruf tidak diperhatikan
makanya mengganggu siswa lain yang belum lancar.
Tahapan refleksi dengan mengingat kembali materi yang baru
dpelajari, penilaian dilakukan guru selama proses belajar berlangsung. Dalam
rangka menindaklanjuti argumen diatas, maka peneliti merencanakan untuk
menambah materi lainnya dengan melaksanakan tindakan 2.
2. Siklus II
Rencana

pembelajaran

yang

telah

dipersiapkan

sebelumnya,

direalisasikan pada pelaksanaan siklus II. Pelaksanaan siklus II mengajarkan

33

materi tentang membaca permulaan disesuaikan dengan rencana pembelajaran
dan rencana siklus II. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus II di
uraikan sebagai berikut:
b. Tindakan 1
1) Deskripsi
Siklus II tindakan 1 penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19
Agustus 2015 dengan tema ”Kegiatan”. Tema tersebut oleh guru diuraikan
dengan materi ”Kegiatan Kebersihan” kemudian oleh guru di buat dengan
menggunakan media kartu huruf dengan cara memisahkan huruf-huruf dalam
bacaan tersebut. Tema pada siklus II yaitu :
”Kegiatan Kebersihan”
Pada

hari selasa

anak-anak

tidak langsung belajar. Mereka

membersihkan teras kelas masing-masing yang kotor. Maklum kemarinnya
turun hujan cukup besar dan hujan tersebut hujan pertama. Meskipun siswa
harus mengadakan gerakan kebersihan, mereka tetap ceria. Begitu juga siswa
kelas empat, ada yang bertugas mengambil air, menyapu, dan ada juga
mengepel. Mereka berbagi tugas dan tidak ada yang berdiam diri.
Dalam siklus II siswa sangat antusias sekali dalam melakukan
pembelajaran, karena terinspirasi oleh siklus I namun masih ada siswa yang
masih pasif terhadap teman-temannya dalam kegiatan menyusun huruf-huruf
menjadi sebuah kata.
Kegiatan pembelajaran dengan metode ini menggunakan media kartu
huruf memerlukan waktu yang cukup lama, namun pada tindakan dua ini

34

siswa menggunakan waktu dengan tepat, karena dalam proses menempelkan
huruf-huruf ke dalam gabus sangat cepat karena sudah mengenal dan tahu
huruf-huruf yang akan ditempelkan, dan sudah berpengalaman pada tindakan
satu. Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam memberikan respon terhadap
proses pembelajaran sangat menarik karena semua siswa sangat menginginkan
untuk maju ke depan kelas menempelkan beberapa kartu huruf yang sudah
disiapkan. Pada siklus dua membaca permulaan dengan Metode Iqra dengan
memilih tema ”Kegiatan Kebersihan”. Guru membacakan dulu meteri yang
akan diajarkan 8 - 10 buah kata

kemudian diikuti oleh seluruh siswa

membacanya. Setelah itu dilanjutkan membacanya sampai satu paragraf.
Setelah selesai membaca satu paragraf guru kemudian mencoba menggunakan
kartu huruf untuk menguji kemampuan masing-masing siswa dalam membaca
secara bergiliran maju kedepan menempelkan kartu huruf yang sudah
disediakan oleh guru.
Kemampuan siswa melakukan pembelajaran dengan materi membaca
permulaan dengan menggunakan metode Iqra, memerlukan tahapan-tahapan
pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai siswa berdo’a terlebih dahulu,
kemudian guru mengkondisikan siswa dengan cara mengabsen siswa. Dari
kegiatan absensi ini diketahui bahwa ada siswa yang tidak hadir 2 orang,
karena kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan di luar jam pembelajaran.
Setelah selesai mengabsen siswa, guru langsung mengadakan
appersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang sering membaca,
kemudian guru bertanya lagi siapa yang suka membersikan rumahnya,

35

beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian
guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu ”Kegiatan Kebersihan”
pada buku sumber Intimedia buku B. Indonesia kelas 4 hal 100, setelah
memberikan appersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan
pembelajaran yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan keterampilan membaca dengan memilih tema yang berkaitan dengan
kehidupan siswa.
Guru memperlihatkan alat peraga kepada siswa, siswa menyimak alat
peraga yang ditempelkan oleh guru pada papan tulis, setelah itu guru bertanya
kepada siswa huruf apa yang ditempelkan? Semua siswa menjawab secara
serentak huruf ”K”,
Guru bertanya lagi, ”Ini huruf apa?”
”E” ini huruf apa? ”G” sampai tersusun menjadi kata ”KEGIATAN”.
Setelah kata tersebut tersusun kemudian guru bertanya lagi huruf apakah ini?
”K”, ini huruf apa? ”E”, ini huruf apa? ”B” sampai tersusun menjadi kata
”KEBERSIHAN”. Kegiatan tersebut dilakukan sambil menempelkan hurufhuruf yang disebutkan siswa tersebut diatas gabus sahingga kelihatan dan
terbaca oleh seluruh siswa.
Setelah guru memberi contoh membacakan dan menyusun huruf-huruf
tersebut di atas gabus, kemudian guru menyuruh siswa secara bergiliran
menempelkan huruf-huruf yang harus disusun menjadi sebuah kata kemudian
menjadi kalimat. Kegiatan tersebut diulang sampai semua siswa yang hadir
pada kegiatan siklus II tersebut kebagian semua, sehingga semua siswa dapat

36

memahami dan mengerti maksud dari diadakannya kegiatan remedial tersebut.
Setelah semua siswa menempelkan semua huruf-huruf yang telah
tersusun menjadi sebuah kalimat, kemudian guru menyuruh satu persatu dari
siswa yang hadir untuk membacakan semua huruf-huruf yang sudah tersusun
menjadi sebuah kalimat tersebut, dengan bimbingan guru semuanya kebagian
membacakan rangkaian huruf-huruf tersebut sampai jelas siapa yang masih
kurang dan yang baik sekali dalam penilaiannya.
Sebagian siswa sudah bagus dalam membacakannya namun dalam
dalam pelapalannya sebagian ada yang belum jelas dan sebagian lagi jelas,
dalam intonasinya ada yang keras namun ada juga yang pelan sehingga
kedengarannya tidak jelas. Hasil penilaian terhadap tes lisan yang dan
perbuatan siswa dalam membaca permulaan 8 sampai 10 kata dengan Metode
Iqrasuku kata diperoleh sebagai berikut.
Siklus II
Mata pelajaran

: B.Indonesia

Tema

: “KEGIATAN KEBERSIHAN”
Tabel. 4.2 : Format penilaian membaca permulaan

NO
1
2
3
4
5

NAMA SISWA
Anis
Abdul Jabar
Alfah
Alifiya
Agniya

ASPEK YANG DINILAI
KETEPATA
LAFAL
INTONASI
N
A B C D A B C D A B C D
















37

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Andi
Desti
Dewinta
Devi
Dadan
Levi
Padli
Rifky
Regiza
Renata
Restu
Suci
Ilham
Yoga
Salsa
Sendi
Surya
Yusuf
Zakaria


































































Keterangan : A. Baik Sekali
Kurang










B. Baik


C. Cukup

D.

Dari seluruh jumlah siswa kelas empat yang berjumlah 24 orang, maka
pada siklus ini didapat nilai dari data di atas dengan rincian berikut ini : yang
mendapat nilai dalam ketepatan, lafal dan intonasi membaca huruf, kata dan
kalimat diuraikan sebagai berikut :

ASPEK YANG

NILAI A

NILAI B

NILAI C

DINILAI
KETEPATAN

NILAI
D

IIIII IIII

IIIII

IIIII

38

LAFAL
INTONASI

IIIII II
IIII III

IIIII IIII
IIIII II

IIIII
IIIII III
IIIII IIII

Dari data di atas aspek pertama yang dinilai adalah ketepatan, siswa
yang mendapat nilai A sebesar (0%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar
(60%) dan nilai D sebesar (0%). Penilaian B pada aspek ketepatan didapat
siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf dengan
benar dan tepat. Penilaian C pada aspek ketepatan didapat siswa dengan
menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf masih ada kesalahan
dalam menyusun dan membaca kata maupun kalimat misalnya menyusun kata
kegiatan seharusnya ke – giat – an disusunnya jadi ke – gi - atan.
Dari data di atas aspek kedua yang dinilai adalah lafal, siswa yang
mendapat nilai A sebesar (25%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar (35%),
nilai D sebesar (0%). Penilaian A pada aspek lafal siswa sudah benar dalam
melafalkan huruf, kata dan kalimat dengan benar. Penilaian B pada aspek lafal
siswa sudah benar tapi masih ada beberapa kata yang salah dalam
mengucapkannya. Penilaian C pada aspek lafal siswa masih kurang dalam
mengucapkan beberapa kata dengan lafal baik seperti mengucapkan kata
(teras) menjadi (teuras), dan kata (kehausan) menjadi (keausan ada juga yang
membacanya keasan).
Penilaian intonasi siswa yang mendapat nilai A sebesar (35%), nilai B
sebesar (25%), nilai C sebesar (40%), dan nilai D sebesar (0%). Penilaian A
didasarkan pada keras siswa dalam membaca kata, kalimat dan paragraf di

39

depan kelas, jadi siswa yang mendapat nilai A dalam membacanya terdengar
dengan jelas oleh siswa lain, yang mendapat nilai B membacanya agak pelan
sedikit hanya terdengar oleh siswa yang duduk di