Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Bersertifikasi (Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac. Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di musim hujan, baik sebagai padi ladang atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan,


(2)

pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas, di antaranya.

1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan di bawah pengawasanpara pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian geneticvarietas terpelihara dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundationseeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple (Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah).

3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari perbanyakan benih dasar atau benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang dipelihara untuk


(3)

memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh balai-balai benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani penangkar

Produksi benih di daerah penelitian adalah Benih Dasar, Benih Pokok, dan Benih Sebar. Untuk Benih Penjenis, Penangkar mendapatkanya dari balai penelitian.

2.2. LandasanTeori 2.2.1 Produksi.

Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya. Faktor-faktor-faktor produksi seperti yang dijelaskan dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu, tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil pula yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainya merupakan usahawan – usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis


(4)

kemiskinan, hal ini dikarenakan : 1) modal yang mereka miliki sangat terbatas 2) pengetahuan ekonomi mereka sangat terbatas, 3) usaha hanya di tujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga, 4) cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar, 5) kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 1997).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Agung, dkk., 2008).

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).

Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:


(5)

Y = f (X1,X2, X3,…., Xn) Dimana :

Y = hasil produksi fisik X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).

Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan. Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya. (Sukirno, 1996).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik pula (Soekartawi, 2002).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut


(6)

seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), 3) efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif) jenis dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka (kartasapoetra, 1985)

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang dapat dijadikan


(7)

pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang digunakan.

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

- Matriks faktor strategi internal

- Matriks faktor strategi eksternal

(Soepeno, 1997).

2.2.2 Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Komposisi kemitraan itu


(8)

sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Darmono, 2004).

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sa ma lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).

Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai berikut:

1. Membangun hubungan jangka panjang. 2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang. 3. Perencanaan produk yang difokuskan. 4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan 5. Membuka saluran- saluran penjualan. 6. Mengendalikan biaya-biaya penjualan (Linton, 1997).

2.2.3 Analisis SWOT

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon secara terus-menerus


(9)

maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhiorganisasi. Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuanya itu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh, yaitu :

1. Analisis Internal


(10)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing.

 Analisis Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian.Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.

2. Analisis Eksternal

 Analisis Peluang (Opportunity)

Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang


(11)

membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

 Analisis Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.

Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT (Kotler, 2000).

2.3. PenelitianTerdahulu

Salsabila (2015) dengan judul penelitian “Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyelenggaraan usaha penangkaran benih padi terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih serta diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih. (2) Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar,


(12)

benih pokok dan benih sebar perhektar per satu kali musim tanam adalah Rp Rp 19.451.544,4, Rp 9.712.277,7 dan Rp 9.328.388,2. Sedangkan penerimaan yang diperoleh untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 49.500.000, Rp 26.060.126,5 dan Rp 25.271.414,3 sehingga diperoleh pendapatan untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 30.048.455,5, Rp 16.347.848 dan Rp 15.943.025,7. (3) Nilai R/C dan B/C untuk benih dasar adalah 2,62 dan 1,62, untuk benih pokok adalah 2,68 dan 1,68 sedangkan untuk benih sebar adalah 2,71 dan 1,71. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 2,62 untuk benih dasar, Rp 2,68 untuk benih pokok dan Rp 2,71 untuk benih sebar yang artinya usaha penangkaran benih padi layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 1,62, benih pokok sebesar 1,68 dan benih sebar sebesar 1,71. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,62 untuk benih dasar, Rp 1,68 untuk benih pokok dan Rp 1,71 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi. Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan meningkatkan kerja sama serta hubungan yang baik sesama penangkar benih.


(13)

2.4. Kerangka Pemikiran

Perkembangan usaha tani penangkaran benih tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan pengumpulan data keragaman sumber daya di Kabupaten Deli Serdang maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan usaha tani penangkaran benih. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh daerah.Faktor strategi eksternal adalah peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian.Faktor eksternal dan faktor internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan usaha tani penangkaran benih.


(14)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:

Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Keterangan : : Ada pengaruh

Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Strategi Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Faktor Internal FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Faktor-faktorStrategis


(1)

maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhiorganisasi. Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuanya itu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh, yaitu :

1. Analisis Internal


(2)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing.

 Analisis Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian.Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.

2. Analisis Eksternal

 Analisis Peluang (Opportunity)

Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang


(3)

membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

 Analisis Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.

Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT (Kotler, 2000).

2.3. PenelitianTerdahulu

Salsabila (2015) dengan judul penelitian “Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyelenggaraan usaha penangkaran benih padi terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih serta diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih. (2) Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar,


(4)

benih pokok dan benih sebar perhektar per satu kali musim tanam adalah Rp Rp 19.451.544,4, Rp 9.712.277,7 dan Rp 9.328.388,2. Sedangkan penerimaan yang diperoleh untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 49.500.000, Rp 26.060.126,5 dan Rp 25.271.414,3 sehingga diperoleh pendapatan untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 30.048.455,5, Rp 16.347.848 dan Rp 15.943.025,7. (3) Nilai R/C dan B/C untuk benih dasar adalah 2,62 dan 1,62, untuk benih pokok adalah 2,68 dan 1,68 sedangkan untuk benih sebar adalah 2,71 dan 1,71. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 2,62 untuk benih dasar, Rp 2,68 untuk benih pokok dan Rp 2,71 untuk benih sebar yang artinya usaha penangkaran benih padi layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 1,62, benih pokok sebesar 1,68 dan benih sebar sebesar 1,71. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,62 untuk benih dasar, Rp 1,68 untuk benih pokok dan Rp 1,71 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi. Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan meningkatkan kerja sama serta hubungan yang baik sesama penangkar benih.


(5)

2.4. Kerangka Pemikiran

Perkembangan usaha tani penangkaran benih tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan pengumpulan data keragaman sumber daya di Kabupaten Deli Serdang maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan usaha tani penangkaran benih. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh daerah.Faktor strategi eksternal adalah peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian.Faktor eksternal dan faktor internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan usaha tani penangkaran benih.


(6)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:

Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Keterangan : : Ada pengaruh

Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Strategi Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Faktor Internal FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Faktor-faktorStrategis