Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Bersertifikasi (Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN

BENIH PADI BERSERTIFIKASI

(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

M. SUCAHYO AKBAR 100304037

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN

BENIH PADI BERSERTIFIKASI

(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

M. SUCAHYO AKBAR 100304037

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ir. Iskandarini, MM, Phd

Ir. AT Hutajulu, MS

NIP : 19640505199432002

NIP. 194606181980032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani


(4)

RIWAYAT HIDUP

SUCAHYO AKBAR lahir di Medan pada tanggal 23 februari 1993 anak dari Bapak Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar Budisatrya Medan tamat tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Medan tamat

tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Banda Aceh tamat tahun 2010.

4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB-PTN (Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri).

5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ayahanda Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si. atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis dan juga kepada adik Muhammad Agus Ramadhan dan Ayu Putri Nurjannah yang telah memberikan semangat kepada penulis.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya

pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(6)

5. Institusi/ Dinas dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Agribisnis dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2015


(7)

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Produksi ... 9

2.2.2 Kemitraan ... 13

2.2.3 Analisis SWOT... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17

2.4 Kerangkan Pemikiran ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Definisi ... 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Georafis ... 30

4.2 Keadaan Penduduk ... 30

4.3 Tata Guna Lahan ... 31

4.4 Sarana dan Prasarana ... 32

4.5 Karakteristik Sampel ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi... 35

5.1.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 35

5.1.2 Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 36


(8)

5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran

Benih Padi... 37 5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran

Benih Padi... 39 5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 52 6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(9)

Tabel Judul Hal

1 Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 –2013

2 2 Tabel permintaan dan keterseduaan benih di kabupaten

Deli Serdang tahun 2012 – 2014

4 3 Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun

2014

21 4 Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di

Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis

22 5 Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian 23 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal Tabel Faktor – Faktor Strategi

Distribusi Penduduk Menurut Sumber MataPencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014

Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung

Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Peningkatan Produksi Penangkarang Benih Padi Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Penangkarang benih padi Matriks SWOT 25 26 30 31 32 33 33 34 34 41 42 43 44 47


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 2 3

Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Matriks Posisi SWOT

Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi

Penangkaran Benih Padi

20 27 46


(11)

ABSTRAK

M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).

Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal itu terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas padi sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi salah satu permasalahan yang menonjol.

Kabupaten Deli Serdang yang berada di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar di provinsinya dengan jumlah produksi sebesar

448 479 ton pada tahun 2013 data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut :


(13)

Tabel 1 : Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 – 2013

No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

1 Nias 51 597 30 645 20 177

2 Mandailing natal 155 502 163 410 180 813

3 Tapanuli selatan 146 181 147 787 144 524

4 Tapanuli tengah 107 665 118 887 121 199

5 Tapanuli utara 95 905 107 101 113 903

6 Toba samosir 113 632 120 701 136 678

7 Labuhan batu 103 894 98 055 121 715

8 Asahan 83 198 93 173 102 448

9 Simalungun 471 162 440 992 436 678

10 Dairi 62 641 71 124 80 953

11 Karo 79 738 95 477 87 118

12 Deli serdang

445 598

446 055

448 479

13 Langkat 373 188 410 448 405 957

14 Nias selatan 69 541 57 712 88 440

15 Humbang hasundutan 85 582 86 190 85 943

16 Pakpak bharat 11 952 14 226 10 536

17 Samosir 42 459 44 558 43 239

18 Serdang bedagai 340 916 373 761 394 978

19 Batu bara 160 374 176 642 181 590

20 Padang lawas utara 65 361 81 235 72 983

21 Padang lawas 72 110 65 043 57 602

22 Labuhan batu selatan 2 642 2 828 2 982

23 Labuhan batu utara 152 999 156 043 92 494

24 Nias utara 20 255 10 433 5 714

25 Nias barat 10 776 10 106 6 126

26 Tanjung balai 1 530 1 040 1 224

27 Pematang siantar 24 423 22 037 19 638

28 Tebing tinggi 4 702 3 888 3 682

29 Medan 13 020 16 199 17 098

30 Binjai 19 470 20 588 19 707

31 Padang sidempuan 42 439 56 771 53 034

32 Gunung sitoli 9 811 8 431 14 253

Sumatera utara 3 440 262 3 552 373 3 571 141 Sumber: badan pusat statistik

Deli Serdang sebagai daerah penghasil padi yang besar di sumatera utara, tentu peran benih menjadi hal yang menarik untuk di teliti

Dalam usaha memproduksi gabah tentunya tidak terlepas dari tersedianya benih, karena benih merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat


(14)

3

produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam dapat berproduksi tinggi dengan mutu yang baik, tentunya benih yang digunakan harus berasal dari benih (butiran gabah) yang bermutu.

Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak, 1990).

Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan yang sangat penting. Di Negara-negara yang maju agribisnisnya, antara lain dicirikan oleh pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan benih/bibit merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir semua benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju sistem dan usaha agribisnis (Pambudy, 2002).

Penangkaran benih padi swadaya merupakan suatu usaha penangkaran benih padi yang mempunyai misi untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi standar perbenihan. Dengan adanya penangkaran ini, petani dapat dengan mudah membeli benih yang bermutu untuk kegiatan usaha taninya. Penggunaan benih yang bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang memiliki beberapa


(15)

keuntungan, antara lain peningkatan produksi dan mutu, mengatasi kendala dari gangguan hama penyakit, serta peningkataan pendapatan.

Sebagai suatu usaha, penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk meningkatkan usaha di bidang ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian bermutu tinggi dan berkualitas yang langsung menunjang kegiatan usaha para petani,mendapatkan keuntungan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran swasta dalam industri perbenihan di daerah tersebut.

Tabel 2 : tabel permintaan dan ketersediaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 - 2014

Tahun Luas tanam (Ha) Kebutuhan benih (kg) (25kg x luas tanam)

Produksi benih (kg)

Kekurangan benih (kg)

2012 81 020 2 025 500 627 599 1.397 901

2013 82 323 2 058 075 1 660 400 397 675

2014 75 493 1 887 325 321 000 1.566 325

Sumber : badan pusat stastistik dan balai pengawasan dan sertifikas benih

Dari data pada tabel 2 kita tahu bahwa setiap tahunnya terjadi kekurangan benih untuk kabupaten Deli Serdang, pada tahun 2012 terjadi kekurangan benih sebesar 1.398 ton, pada tahun 2013 terjadi kekurangan benih sebesar 398 ton dan 1.566 ton benih kekurangan pada tahun 2014.

Ketersediaan dan kebutuhan benih yang diperlukan oleh petani di Kabupaten Deli Serdang tidak sepenuhnya berasal dari pemerintah. Petani juga mendapatkan benih padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah petani tersebut. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih yang berasal dari pemerintah karena ketika pada saat petani membutuhkan benih untuk usaha tani mereka stock benih yang berasal dari pemerintah tidak tersedia atau sudah habis.


(16)

5

Selain karena tidak adanya stock pada saat dibutuhkan, harga yang masih tergolong tinggi juga menjadi kendala petani dalam mendapatkan benih yang berkualitas untuk usaha tani mereka. Sehingga, petani lebih memilih benih dari penangkaran swadaya yang menjual benih lebih murah dari benih yang disediakan oleh pemerintah.

Diperlukan adanya strategi yang tepat guna meningkatan produksi petani penangkaran benih padi untuk pemenuhan kebutuhan benih padi bagi petani serta menunjang program swasembada beras dan ketahanan pangan. Peningkatan produksi juga tentunya berdampak terhadap peningatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Apa saja yang menjadi faktor eksternal dan internal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi di kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.


(17)

2. Untuk menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi petani dalam meningkatkan produksi usahatani penangkaran benih padi.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait untuk perumusan kebijakan dalam meningkatkan produksi benih unggul bermutu.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac. Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di musim hujan, baik sebagai padi ladang atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan,


(19)

pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas, di antaranya.

1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan di bawah pengawasanpara pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian geneticvarietas terpelihara dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundationseeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple (Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah).

3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari perbanyakan benih dasar atau benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang dipelihara untuk


(20)

9

memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh balai-balai benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani penangkar

Produksi benih di daerah penelitian adalah Benih Dasar, Benih Pokok, dan Benih Sebar. Untuk Benih Penjenis, Penangkar mendapatkanya dari balai penelitian.

2.2. LandasanTeori 2.2.1 Produksi.

Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya. Faktor-faktor-faktor produksi seperti yang dijelaskan dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu, tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil pula yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainya merupakan usahawan – usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis


(21)

kemiskinan, hal ini dikarenakan : 1) modal yang mereka miliki sangat terbatas 2) pengetahuan ekonomi mereka sangat terbatas, 3) usaha hanya di tujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga, 4) cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar, 5) kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 1997).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Agung, dkk., 2008).

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).

Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:


(22)

11

Y = f (X1,X2, X3,…., Xn) Dimana :

Y = hasil produksi fisik X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).

Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan. Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya. (Sukirno, 1996).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik pula (Soekartawi, 2002).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut


(23)

seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), 3) efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif) jenis dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka (kartasapoetra, 1985)

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang dapat dijadikan


(24)

13

pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang digunakan.

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

- Matriks faktor strategi internal

- Matriks faktor strategi eksternal

(Soepeno, 1997).

2.2.2 Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Komposisi kemitraan itu


(25)

sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Darmono, 2004).

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sa ma lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).

Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai berikut:

1. Membangun hubungan jangka panjang. 2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang. 3. Perencanaan produk yang difokuskan. 4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan 5. Membuka saluran- saluran penjualan. 6. Mengendalikan biaya-biaya penjualan (Linton, 1997).

2.2.3 Analisis SWOT

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon secara terus-menerus


(26)

15

maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhiorganisasi. Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuanya itu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh, yaitu :

1. Analisis Internal


(27)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan pesaing.

 Analisis Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian.Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.

2. Analisis Eksternal

 Analisis Peluang (Opportunity)

Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang


(28)

17

membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain, perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

 Analisis Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.

Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT (Kotler, 2000).

2.3. PenelitianTerdahulu

Salsabila (2015) dengan judul penelitian “Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyelenggaraan usaha penangkaran benih padi terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan benih serta diawasi oleh petugas Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih. (2) Biaya produksi rata – rata untuk benih dasar,


(29)

benih pokok dan benih sebar perhektar per satu kali musim tanam adalah Rp Rp 19.451.544,4, Rp 9.712.277,7 dan Rp 9.328.388,2. Sedangkan penerimaan yang diperoleh untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 49.500.000, Rp 26.060.126,5 dan Rp 25.271.414,3 sehingga diperoleh pendapatan untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 30.048.455,5, Rp 16.347.848 dan Rp 15.943.025,7. (3) Nilai R/C dan B/C untuk benih dasar adalah 2,62 dan 1,62, untuk benih pokok adalah 2,68 dan 1,68 sedangkan untuk benih sebar adalah 2,71 dan 1,71. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 2,62 untuk benih dasar, Rp 2,68 untuk benih pokok dan Rp 2,71 untuk benih sebar yang artinya usaha penangkaran benih padi layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 1,62, benih pokok sebesar 1,68 dan benih sebar sebesar 1,71. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,62 untuk benih dasar, Rp 1,68 untuk benih pokok dan Rp 1,71 untuk benih sebar artinya usahatani penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pemerintah untuk membantu penangkar dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai dapat terpenuhi. Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan meningkatkan kerja sama serta hubungan yang baik sesama penangkar benih.


(30)

19

2.4. Kerangka Pemikiran

Perkembangan usaha tani penangkaran benih tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan pengumpulan data keragaman sumber daya di Kabupaten Deli Serdang maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan usaha tani penangkaran benih. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh daerah.Faktor strategi eksternal adalah peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian.Faktor eksternal dan faktor internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan usaha tani penangkaran benih.


(31)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:

Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Keterangan : : Ada pengaruh

Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Strategi Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Faktor Internal FaktorEksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Faktor-faktorStrategis


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah penghasil gabah terbesar di Sumatera Utara, juga merupakan salah satu daerah yang memproduksi dan mendistribusikan benih padi dalam jumlah besar. Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi benih padi.

Tabel 3. Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Nama Penangkar Produksi

2012 2013 2014

PT. SHS T. Morawa 190.075 790.400

UPT.BBI Murni 27.324 25.000

KT. Rawa Badak 45.000 25.000

CV. Sido Makmur 89.500 210.000 116.000

KP. Mulia Makmur 5.000

PT. Pertani 100.000

KP. Pasar Miring 87.700 61.400

CV. Sri Murni Jaya 40.000

CV. Surya Mandiri Sejahtera 115.000

KT. Lestari Tani 15.000 68.500

KT. Karya Tani 10.000

Sumber Rezeki 10.000

Jaya Tani 30.000 233.600 65.000

Kelp Harapan Tani 10.500

PT. Hidayah Nur Wahara 153.000

Tani Lestari 5.000 10.000

JUMLAH 627.599 1.625.400 280.000

Sumber Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang menghasilkan benih sebesar 280,000 ton. Tabel juga menunjukan bahwa Kelompok tani tani lestari


(33)

yang berada di desa Tumpatan nibung kecamatan Batang Kuis merupakan produsen dengan jumlah produksi menengah dan sedang mengalami perkembangan. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian terhadap strategi peningkatan produksi sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified Random Sampling secara proporsional, dengan besar sample ditetapkan sebesar 30 kepala keluarga. Populasi merupakan 81 petani penghasil benih padi di desa Tumpatan Nibung kecamatan Batang Kuis. Populasi dikelompokkan atas dua strata berdasarkan luas lahan yaitu lahan dengan luas < 1Ha dan lahan dengan luas ≥ 1Ha. Jumlah populasi dan sampel berdasarkan strata luas lahan dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis

No Luas lahan (Ha)

Populasi (KK)

Sampel (KK)

1 < 1 54 20

2 ≥ 1 27 10

Jumlah 81 30

Sumber : Petani pengumpul penangkaran benih padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis

Dari jumlah sampel berdasarkan strata tersebut, penentuan sample yang akan diteliti dilakukan secara sengaja (purposive Sampling).


(34)

23

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Metode / Yang Digunakan

1 Identitas Penangkar Koresponden Wawancara

2 Faktor Internal Koresponden Wawancara

dan Observasi

3 Faktor Eksternal Koresponden Wawancara

dan Observasi

4 Produksi Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Sumatera Utara

Wawancara dan Studi Kepustakaan

5 Teknik Pengelolaan Koresponden Wawancara

dan Observasi 6 Monografi Daerah

Penelitian

Perangkat desa Wawancara dan

Studi Kepustakaan

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dan observasi dengan responden dari penangkar dengan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Balai Sertifikasi dan Pengawasan Benih Sumatera Utara dan kepustakaan lainnya yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap.


(35)

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) dan (2), digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT terdiri atas empat sel faktor (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) dan empat sel alternatif strategi (Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT). Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal dan matrik faktor strategi eksternal seperti tabel 6. berikut :


(36)

25

Tabel 6 Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal Kategori Rating

Kekuatan Peluang Sangat Setuju 5

Kekuatan Peluang Setuju 4

Kekuatan Peluang Biasa 3

Kekuatan Peluang Tidak Setuju 2

Kekuatan Peluang Sangat Tidak Setuju 1

Kelemahan Ancaman Sangat Setuju 5

Kelemahan Ancaman Setuju 4

Kelemahan Ancaman Biasa 3

Kelemahan Ancaman Tidak Setuju 2

Kelemahan Ancaman Sangat Tidak Setuju 1

Total Skor

Setiap faktor internal dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat setuju sampai sangat tidak setuju dan diberi rating mulai dari 5 untuk kategoti sangat setuju sampai 1 untuk sangat tidak setuju.


(37)

Untuk tabel faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternalnya ditunjukkan oleh tabel 7. berikut:

Tabel 7. Tabel Faktor – Faktor Strategi Faktor Strategi

Eksternal/Internal

Rating Bobot

Skoring (Rating × Bobot)

Kekuatan/Peluang 1. Luas lahan

2. Pemanfaatan teknologi 3. Modal

4. Dll

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100

Kelemahan/Ancaman 1. Permintaan benih 2. Iklim

3. Kebijakan pemerintah 4. Dll

Total Bobot Kelemahan/Ancaman 100 Selisih

Kekuatan-Peluang/Kelemahan-Ancaman

Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang- ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 2.


(38)

27

Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 5 (sangat setuju) sampai 1 (sangat tidak setuju) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut ;

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y <0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x<0

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X (-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-)

Gambar 2. Matriks Posisi SWOT

Sumber : David, 2006

EKSTERNAL FAKTOR

I N T E R N A L F A K T O R


(39)

Kuadran I;

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Petani mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, petani mempunyai keunggulan sumberdaya.

- Petani dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III :

- Petani menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

- Petani menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.


(40)

29

3.5. Defenisi

1. Benih padi adalah benih untuk pembibitan tanaman padi, yaitu padi sawah

2. Usaha tani penangkaran benih padi adalah kegiatan mengusahakan (mengelola) komoditi benih padi sawah.

3. Strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi adalah cara-cara yang efisien dan sistematis untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di masa yang akan datang.

4. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani penangkaran benih padi.

5. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam usaha tani penangkaran benih padi yang berasal dari dalam atau internal.

6. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usaha tani penangkaran benih padi yang berasal dari luar atau eksternal.

7. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usaha tani penangkaran benih padi.

8. Produksi benih padi adalah produksi benih padi dalam satuan ton per hektar per tahun.

Batasan Operasional:

1. Tempat penelitian adalah di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani penangkar benih padi pada penangkaran swadaya.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Tumpatan Nibung terletak di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3,7 km2. Jarak tempuh Desa Tumpatan Nibung ke Ibu kota Kecamatan Batang Kuis 4,50 Km. Desa ini merupakan desa dataran rendah dan desa persawahan dengan ketinggian 20 m di atas permukaan laut memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Tanjung Sari - Sebelah Selatan : Desa Dalu X - Sebelah Timur : Desa Aras Kabu - Sebelah Barat : Desa Sena

4.2 Keadaan Penduduk

Berikut komposisi penduduk berdasarkan sumber mata pencaharian.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014

Sumber Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tani Pedagang

5.227 71

76,5 1,0

Buruh 1.472 21,6

PNS/ABRI 57 0,8

Pensiunan PNS/ABRI 8 0,1

Total 6.835 100


(42)

31

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Tumpatan Nibung adalah 6.835 jiwa dengan 1.604 KK. Jumlah penduduk laki laki 3.479 orang dan jumlah perempuan 3.356 orang. Sumber mata pencaharian penduduk paling banyak adalah pertanian sebesar 5.227 jiwa (76,5%). Hal ini karena masyarakat di desa tersebut memiliki budaya dan turun temurun berprofesi sebagai petani.

4.3 Tata Guna Lahan

Wilayah Desa Tumpatan Nibung mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, pemukiman, dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 190 51

Luas Pemukiman 140 38

Luas Perkebunan 21 6

Lain lain 19 5

Total 370 100

Sumber : Monografi Desa Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang dominan ada pada areal pertanian sebesar 190 Ha (51%) dari seluruh lahan. Untuk lahan perkebunan sebesar 21 Ha (6%), lahan pemukiman sebesar 140 Ha (38%) dan sisanya sebesar 19 Ha (5%) untuk lain – lain seperti perkuburan, pekarangan, perkantoran dan sarana prasarana.


(43)

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di desa sangat dibutuhkan demi perkembangan dan kemajuan masyarakat di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tumpatan Nibung dapat dilihat pada tabel 10. berikut :

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung

Fasilitas Sarana & Prasarana Jumlah

Pendidikan TK/Paud 3 unit

SD/Sederajat 2 unit

Lembaga Pendidikan Agama 2 unit

Kesehatan Poskesdes 1 unit

Posyandu 5 unit

Praktik bidan 1 unit

Peribadahan Mesjid 2 unit

Musholla 3 unit

Transportasi Jalan 5,8 km

Sumber : Monografi Desa Tumpatan Nibung 2014

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, dan kondisi jalan juga belum memadai.


(44)

33

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani Penangkar benih di Desa Tumpatan Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi sebagai berikut.

Tabel 11. Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung No Uraian Rata – rata Range

1 Umur (Tahun) 49 tahun 30 – 59 tahun

2 Luas lahan (rantai) 15,2 rantai 4 – 30 rantai 3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 12 tahun 1 – 20 tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Sampel (Jiwa)

Presentase Sampel (%)

1 30 – 39 4 13,33

2 40 – 49 12 40

3 50 – 59 14 46,,67

Jumlah 30 100


(45)

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50 -59 tahun.

Luas lahan

lahan merupakan salah satu faktor produksi, di daerah penelitian luas lahan petani di bagi dalam 2 tingkatan, yaitu petani dengan luas lahan dibawah 1 hektar dan petani dengan luas lahan satu hektar ke atas.

Tabel 13. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan

(Ha)

Besar Sampel (Jiwa)

Persentase Sampel (%)

1 < 1 20 66,67

2 ≥ 1 10 33,33

Jumlah 30 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pengalaman sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari 1- 20 tahun.

Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani No Tingkat Pengalaman Besar Sampel

(Jiwa)

Persentase Sampel (%)

1 1 – 10 10 33,33

2 10 – 20 20 66,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan pengalaman bertani yang terbanyak berada pada kisaran 10-20 tahun.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tabel Skoring Faktor Eksternal dan Internal

Dalam menganalisis faktor dengan menggunakan swot, langkah pertama adalah melakukan skoring terhadap faktor – tersebut dengan menggunakan kuisioner kepada para petani sampel, dari wawancara dan kuisioner terhadap sampel diperoleh nilai – nilai skoring sebagai berikut :

Tabel 15. Tabel skoring dari kuisioner

No Faktor Skor Keterangan

1 1. Kondisi fisik produksi yang bagus 4,56 Kekuatan 2 Pemanfaatan teknologi yang tepat 4,46 Kekuatan 3 Kepercayaan pedagang pengumpul 4,56 Kekuatan

4 Ketersediaan bahan baku benih 4,6 Kekuatan

5 Ketersediaan lahan yang minim 4,03 Kelemahan

6 Modal usaha tani yang minim 4,46 Kelemahan

7 Sarana produksi yang kurang 4,7 Kelemahan

8 Kelompok Tani yang mendukung 4,33 Peluang

9 Permintaan benih yang tinggi 4,53 Peluang

10 Dukungan pemerintah 4,36 Peluang

11 Iklim dan Cuaca tidak menentu 4,8 Ancaman

12 Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4,06 Ancaman

13 Adanya alih fungsi lahan 4,73 Ancaman

Sumber : lampiran 3

Dari hasil kuisioner pada tabel 15 kita dapat menentukan faktor – faktor apa saja yang merupakan faktor ancaman, peluang, kekuatan, dan kelemahan.


(47)

5.2 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

5.2.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Fisik Produksi yang Baik Dimiliki Petani

Dalam usaha tani penangkaran benih padi, kualitas benih hasil panen merupakan salah satu faktor penting agar produk dapat diterima di pasaran dengan harga yang bagus dan tentunya dapat meningkatkan pendapatan tentunya. Di desa Tumpatan Nibung, gabah benih hasil panen memiliki kualitas fisik yang cukup baik, terbukti produk dapat laris di pasaran.

2. Pemanfaatan Teknologi yang Baik

Dalam usaha tani penangkaran benih padi, petani memiliki paket teknologi yang lebih baik di banding kan petani gabah biasa. Hal ini terkait sertifikasi benih, untuk menjaga kualitas benih yang dihasilkan, pemerintah melalui penyuluh dan Balai pengawasan dan sertifikasi benih memberikan perhatian, prosedur dan pengawasan yang lebih terhadap proses produksi untuk menjaga kualitas benih yang di sertifikasi. Pemanfaatan teknologi yang baik dapat meningkatkan produksi.


(48)

37

3. Kepercayaan Pembeli Gabah Terhadap Petani

Dalam suatu kegiatan usaha bisnis, kepercayaan antar pelaku usaha merupakan hal yang penting untuk kesinambungan dan perkembangan suatu usaha. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani, pedagang pengumpul memiliki kepercayaan yang cukup baik terhadap para petani penangkar. Dalam beberapa kasus sang pedagang pengumpul dapat memberikan piutang berupa sarana produksi untuk modal usaha tani petani penangkar tanpa menekan harga jual produksinya.

4. Ketersediaan Bahan Baku Benih Saat Musim Tanam Mencukupi

Penangkaran benih padi memerlukan penggunaan benih yang unggul untuk menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat. Di daerah penelitian ketersediaan bahan baku benih bersertifikat ketika musim tanam merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani penangkaran benih padi. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani penangkaran mereka.

5.1.2 Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah :

1. Ketersediaan Lahan yang Kurang

Lahan merupakan salah satu modal pokok dalam berusaha tani, tidak terkecuali dalam usaha tani penangkaran benih padi karena ketersediaan lahan merupakan


(49)

salah satu faktor produksi yang paling penting , di daerah penelitian ketersedian lahan menjadi suatu masalah, banyak terjadi alih fungsi lahan baik menjadi lahan perkebunan atau menjadi lahan pemukiman.

2. Kesulitan dalam Memiliki Modal Berusaha Tani

Pada usaha tani penangkaran benih padi sering mengalami kendala,salah satunya adalah modal ketika musim tanam, petani selalu kesulitan modal. Rendah nya kemampuan manajemen keuangan ketika musim panen dan tidak adanya pencatatatan biaya usaha tani yang dilakukan membuat petani selalu kesusahan dalam permodalan.

3. Sarana Produksi yang Minim

Sarana dan Prasarana di daerah penelitian sangat minim, tidak adanya irigasi membuat petani terkadang mengalami kekeringan. Adanya pompanisasi yang di bangun pemerintah kurang berjalan dengan efektif, selain terkena cost, pompanisasi juga kurang dapat diandalkan hal menyebabkan banyak petani enggan menggunakanya. Sarana pengeringan dan penjemuran gabah didaerah penelitian juga sangat minim.

5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

1. Adanya Kelompok Tani yang Mendukung Usaha Tani

Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya


(50)

39

melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi petani. Kordinasi yang baik antara pemerintah dan petani melalui organisasi kelompok tani merupakan peluang, sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam produksinya.

2. Permintaan yang Tinggi Terhadap Produksi Benih

Ketersediaan benih adalah hal mutlak dalam pembudidayaan. Permintaan pasar terhadap gabah benih sangat besar karena merupakan kebutuhan pokok petani setiap musim tanam, berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gabungan kelompok tani di daerah penelitian, benih hasil produksi mereka cepat terjual habis di pasaran. Hal ini merupakan peluang besar bagi para petani penangkar untuk meningkatkan produksinya.

3. Adanya Dukungan Pemerintah

Pemerintah melalui penyuluh dan balai pengawasan dan sertifikasi benih memberikan dukungan penuh untuk petani penangkar. Penyuluh menjadi penghubung yang cukup baik antara pemerintah dan petani. Namun tentunya komunikasi antara penyuluh dan petani harus terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga komunikasi antara penyuluh tidak terbatas hanya mengenai program pemerintah.


(51)

5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

1. Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tidak Menentu Akibat Pemanasan Global Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman. Hal ini merupakan suatu masalah bagi petani di daerah penelitian karena sawah mereka ada lah sawat tadah hujan. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui pasti petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman sering mengalami kegagalan dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, banyak sawah yang kekeringan dan kekurangan air. Sawah yang kering menyebabkan hama rumput. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan produksi di daerah penelitian.

2. Tidak Adanya Lembaga Keuangan Dengan Kredit Ringan yang Membantu

Modal merupakan suatu kelemahan untuk petani penangkaran benih padi. Tidak adanya lembaga pemodalan yang ringan dan membantu petani merupakan ancaman bagi usaha tani penangkaran benih padi. Petani di daerah penelitian memerlukan lembaga keuangan yang menyediakan kredit ringan untuk usaha tani meraka.

3. Pembangunan Kawasan Perkotaan

Daerah penelitian Kecamatan Batang Kuis merupakan kawasan dimana pembangunan Bandara Kuala Namu berada, terdapatnya bandara dan masuknya banyak dana investasi kedaerah tersebut mendorong pembangunan daerah tersebut menjadi wilayah perkotaan. Hal ini tentunya berdampak positif untuk akses sarana


(52)

41

prasarana, namun menjadi dampak negatif ketika pertanian tidak dipandang begitu menguntungkan. Alih fungsi lahan merupakan hal yang paling ditakutkan untuk ketersediaan lahan di daerah penelitian

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Dalam usahatani kita selalu dihadapkan pada masalah, dan tantangan dalam proses produksinya, masalah dan tantangan tersebut dapat kita jadikan acuan untuk menentukan strategi dalam berusaha tani. Dalam menetapkan strategi peningkatan produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah setiap saat dengan cepat yang melahirkan berbagai peluang dan ancaman.


(53)

Tabel 16. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Penangkarang Benih Padi

Faktor-Faktor Parameter Faktor Internal

1. Kekuatan a. Kondisi fisik dan kualitas benih panen sangat bagus b. Pemanfaatan teknologi yang baik

c. Kepercayaan pedagang pengumpul

d. Ketersediaan bahan baku benih ketika musim tanam 2. Kelemahan a. Ketersediaan lahan yang kurang

b. Modal usaha yang kurang

c. Sarana prasarana produksi yang masih kurang Faktor Eksternal

1. Peluan

g

a. Adanya Kelompok tani yang mendukung b. Tingginya permintaan hasil produksi c. Dukungan pemerintah terhadap petani

2. Anca

man

a. Perubahan Iklim dan Cuaca yang tidak menentu b. Tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan c. Alih fungsi lahan

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani penangkaran benih padi di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi Penangkarang benih padi seperti pada tabel 16. Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap


(54)

43

pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Kondisi fisik produksi 5 13,16 65,79

2. Pemanfaatanteknologi 4 10,52 41,11

3. Kepercayaan pedagang pengumpul 5 13,16 65,79 4. Ketersediaan bahan baku benih 5 13,16 65,79

Total Skor Kekuatan 19 50 238,48

Weakness (Kelemahan)

1. Ketersediaan lahan 4 15,38 61,54

2. Modal usaha tani 4 15,38 61,54

3. Sarana produksi 5 19,23 96,15

Total Skor Kelemahan 13 50 219,23

TOTAL 32 100 462,52

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot.

Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :


(55)

Tabel 18. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Kelompok Tani yang mendukung 4 15,38 61,54

2. Permintaan benih 5 19,23 96,15

3. Dukungan pemerintah 4 15,38 61,54

Total Skor Peluang 13 50 219,23

Threats (Ancaman)

1. Iklim dan Cuaca tidak menentu 5 17,86 89,29 2. Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4 14,29 57,14

3. Adanya alih fungsi lahan 5 17,86 89,29

Total Skor Ancaman 14 50 235,71

TOTAL 27 100 455,52

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk tabel matrik EFAS, selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. Adapun penggabungan keduanya akan ditampilkan dengan menghitung bobot dari tiap faktor dikalikan dengan rating dari tiap faktor yang kemudian menghasilkan skor seperti pada tabel 19 berikut :


(56)

45

Tabel 19. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Penangkarang benih padi

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Kondisi fisik produksi 5 13,16 65,79

2. Pemanfaatan teknologi 4 10,52 41,11 3. Kepercayaan pedagang pengumpul 5 13,16 65,79 4. Ketersediaan bahan baku benih 5 13,16 65,79

Total Skor Kekuatan 19 50 238,48

Weakness (Kelemahan)

1. Ketersediaan lahan 4 15,38 61,54 2. Modal usaha tani 4 15,38 61,54

3. Sarana produksi 5 19,23 96,15

Total Skor Kelemahan 13 50 219,23

Selisih (Kekuatan-Kelemahan) 19,25

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Kelompok Tani yang mendukung 4 15,38 61,54

2. Permintaan benih 5 19,23 96,15

3. Dukungan pemerintah 4 15,38 61,54

Total Skor Peluang 13 50 219,23

Threats (Ancaman)

1. Iklim dan Cuaca tidak menentu 5 17,86 89,29 2. Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4 14,29 57,14

3. Adanya alih fungsi lahan 5 17,86 89,29

Total Skor Ancaman 14 50 235,71

Selisih (Peluang-Ancaman) -16,48


(57)

Tabel 19 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 19,25 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar -16,48 yang artinya pengaruh peluang lebih kecil dibandingkan pengaruh ancaman pada peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi peningkatan produksi Penangkaran benih padi di desa tumpatan nibung kecamatan batang kuis. Posisi strategis peningkatan produksi dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn Around Strategi Agresif

X (-) 19,25 X (+)

-16,48

Kuadran IV Y (-) Kuadaran II

Strategi Defensif Startegi Diversifikasi Gambar 2. Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi.

F A K T O R

I N T E R N A L FAKTOR EKSTERNAL


(58)

47

Peningkatan produksi penangkaran benih padi di desa tumpatan nibung kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Posisi usahatani tersebut berada di kuadran 2, artinya posisi ini menandakan bahwa usahatani tersebut tersebut memiliki kekuatan akan tetapi juga memiliki ancaman. sehingga dapat memanfaatkan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman dalam meningkatkan produksi penangkaran benih padi. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalah disversifikasi dengan strategi ST (strengths and threats)

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi peningkatan produksi penangkaran benih padi yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

Setelah mengetahui hasil pada gambar 3 diatas, perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO (Strengths-Oppurtunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities) dan strategi WT (Weaknesses-Threats).


(1)

11.

Perubahan iklim dan cuaca tidak mendukung

( ) Sangat Setuju

( ) Setuju

( ) Biasa saja

( ) Tidak Setuju

( ) Sangat Tidak Setuju

12.

Tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan

( ) Sangat Setuju

( ) Setuju

( ) Biasa saja

( ) Tidak Setuju

( ) Sangat Tidak Setuju

13.

Pengembangan kawasan daerah perkotaan dan alih fungsi lahan

( ) Sangat Setuju

( ) Setuju

( ) Biasa saja

( ) Tidak Setuju

( ) Sangat Tidak Setuju

Keterangan Angka:

Pemberian angka 5 artinya: Sangat Setuju

Pemberian angka 4 artinya: Setuju

Pemberian angka 3 artinya: Biasa saja

Pemberian angka 2 artinya: Tidak Setuju


(2)

Lampiran 2

No sampel

Umur (tahun)

Pengalaman bertani (tahun)

Luas lahan (rantai)

1

35

5

10

2

42

7

13

3

42

11

27

4

59

16

9

5

55

17

7

6

57

18

30

7

47

13

10

8

37

3

4

9

54

18

5

10

43

15

25

11

56

15

7

12

48

9

26

13

51

20

15

14

58

20

8

15

50

19

10

16

38

7

10

17

50

14

29

18

49

5

27

19

57

16

25

20

46

12

9

21

46

14

9

22

55

15

8

23

31

3

26

24

45

5

10

25

59

19

25

26

44

12

9

27

56

8

14

28

58

16

8

29

48

17

26

30

47

5

15


(3)

Lampiran 3

Faktor internal dan eksternal

Faktor internal kekuatan

No sampel

Kualitas fisik

produksi

Penguasaan teknologi

Kepercayaan

pembeli gabah

Ketersediaan

benih

1

5

5

3

5

2

4

5

5

3

3

5

5

5

5

4

5

4

4

4

5

3

5

5

5

6

5

4

5

5

7

5

4

5

5

8

5

4

4

5

9

4

4

5

5

10

4

4

5

5

11

3

4

4

4

12

5

5

4

5

13

4

4

4

4

14

5

5

5

5

15

5

3

5

5

16

4

5

5

4

17

5

5

5

5

18

5

5

4

5

19

4

5

4

5

20

5

4

5

5

21

5

3

5

4

22

4

5

5

5

23

5

5

5

4

24

5

5

4

5

25

5

5

4

5

26

4

3

5

3

27

4

5

3

5

28

5

5

5

4

29

5

5

5

5

30

5

4

5

4

Skor

137

134

137

138


(4)

Faktor internal kelemahan

No sampel

Ketersediaan lahan

Modal usahatani

Sarana prasarana

1

4

4

5

2

4

4

5

3

4

4

5

4

4

5

5

5

3

5

5

6

4

5

5

7

4

3

5

8

5

3

5

9

5

5

5

10

4

5

5

11

4

5

5

12

3

3

5

13

3

5

3

14

4

5

5

15

4

5

3

16

4

4

5

17

4

5

5

18

4

5

5

19

5

5

5

20

5

5

5

21

5

5

5

22

4

5

5

23

4

5

5

24

4

5

5

25

4

4

3

26

4

4

5

27

3

3

5

28

4

5

4

29

4

4

4

30

4

4

4

Skor

121

134

141


(5)

Faktor eksternal peluang

No sampel

Adanya kelompok tani aktif

Permintaan benih

Dukungan pemerintah

1

4

5

5

2

3

4

5

3

5

4

5

4

5

4

5

5

4

4

5

6

3

4

5

7

4

5

5

8

4

5

5

9

4

5

5

10

4

5

5

11

4

5

5

12

4

5

3

13

5

3

5

14

5

5

4

15

3

5

3

16

5

5

4

17

5

3

4

18

3

3

4

19

5

5

3

20

5

5

4

21

5

5

5

22

5

4

5

23

5

4

5

24

5

5

3

25

4

5

4

26

4

5

5

27

4

5

3

28

4

5

5

29

5

4

4

30

5

5

3

Skor

130

136

131


(6)

Faktor eksternal ancaman

No sampel

Perubahan iklim dan

cuaca

Tidak adanya bantuan lembaga

keuangan

Adanya alih fungsi lahan

1

5

5

5

2

5

5

5

3

5

5

5

4

5

5

5

5

5

4

5

6

5

4

5

7

5

4

5

8

5

3

3

9

5

4

5

10

5

3

5

11

5

4

3

12

5

5

5

13

3

3

5

14

5

5

3

15

5

5

5

16

3

5

5

17

5

5

3

18

5

5

5

19

3

5

5

20

5

5

5

21

5

4

5

22

5

4

5

23

5

4

5

24

5

4

5

25

5

4

5

26

5

4

5

27

5

3

5

28

5

5

5

29

5

4

5

30

5

3

5

Skor

144

122

142