Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Dalam UU No 33 pasal 1 ayat 17, menyebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah, dimana disatu sisi menggambarkan anggaran pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran dan disisi lain menggambarkan penerimaan daerah guna membiayai pengeluaran yang telah dianggarkan.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 paragraf 8 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (Mursyidi:2009). Moito dalam Kifliansyah, 2009:319, menyatakan

APBD merupakan dokumen anggaran tahunan, maka seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan pada satu tahun anggaran dicatat dalam APBD. Dengan demikian APBD dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di daerah masing-masing pada satu tahun anggaran.

Mamesa: 2005, menyatakan

Berdasarkan pasal 64 ayat 2 Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, maka pada orde baru APBD dapat


(2)

6 didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemda dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara). Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

Adapun Struktur APBD berdasarkan Kepmendagri nomor 13 tahun 2006 terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Pendapatan Daerah, 2) Belanja Daerah, 3) Pembiayaan.

Selisih antara Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dapat mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja daerah lebih besar dari anggaran belanja daerah. Sedangkan defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja


(3)

7 daerah lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Surplus dan defisit merupakan unsur dari pembiayaan (Darise: 129)

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

1.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

1.2 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.


(4)

8 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan yang meliputi:

1. Hibah Tidak Mengikat. Hibah tidak mengikat diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga,organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.

2. Dana Darurat Dari Pemerintah. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan akibat bencana alam. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

3. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota. Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan


(5)

9 provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya pada APBD memperhitungkan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2011 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012.

4. Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua, dan penyesuaian Otonomi Khusus bagi Provinsi yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.

5. Bantuan Keuangan Dari Propinsi Atau Dari Pemerintah Daerah Lainnya. Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan


(6)

10 keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

2.1.2 Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset tetap mempunyai ciri-ciri berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dan nilainya relatif material. Sedangkan ciri-ciri aset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dan nilainya relatif material.


(7)

11 Belanja modal meliputi antara lain :

a. Belanja modal tanah, adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan/ pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b. Belanja modal peralatan dan mesin, adalah pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan .

c. Belanja modal gedung dan bangunan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian gedung dan bangunan sampai dengan bangunan dan gedung dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

e. Belanja modal lainnya, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya atau aset tetap lainnya dan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam belanja modal diatas. Pengeluaran untuk


(8)

12 memperoleh aset tersebut sampai dengan siap digunakan. Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pengadaaan software, pengembangan website, pengadaan lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik secara swakelola maupun kontraktual.

Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan pemerintah pusat. Termasuk dalam belanja ini adalah pengadaan/pembelian barang-barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.

Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dam kapasitas;

2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau dibagikan.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.


(9)

13 Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004). Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Nurcholis (2007:182), “pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah”.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu :


(10)

14 1. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :

1) Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.

2) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai


(11)

15 dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang,melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan


(12)

16 kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79 Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah.

2.1.4 Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun demikian harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur menggunakan indikator pendapatan per kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya memberi indikator rata – rata.

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB perkapita.

2.1.4.1 Indikator Kesejahteraan Negara

Angka pendapatan perkapita merupakan ukuran yang paling dapat diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu negara. Ini disebabkan


(13)

17 karena pendapatan perkapita telah mencakup faktor jumlah penduduk sehingga secara langsung menunjukkan tingkat kemakmuran, sementara komponen pendapatan nasional lainnya seperti GNP, GDP, dan sebagainya belum menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat secara langsung karena tidak memperhitungkan faktor jumlah penduduk.

2.1.4.2 Standar Pertumbuhan Kemakmuran Negara

Pendapatan perkapita merupakan standar umum untuk membandingkan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun. Apabila pendapatan perkapita meningkat, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, untuk memastikan apakah kesejahteraan masyarakat memang benar-benar meningkat, kita harus memperhitungkan pendapatan perkapita secara riil, yaitu peningkatan pendapatan perkapita dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4.3 Pembanding Tingkat Kemakmuran Antarnegara

Selain sebagai pembanding tingkat kemakmuran suatu negara dari tahun ke tahun,pendapatan perkapita juga umum digunakan sebagai pembanding tingkat kemakmuran antar negara yang satu dengan lainnya. Dengan menetapkan standar pendapatan perkapita, maka negara-negara di dunia dapat dikelompokkan ke dalam negara berpendapatan rendah, menengah, atau tinggi.


(14)

18 Secara ringkas, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari perhitungan pendapatan perkapita, yaitu:

1. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara dari waktu ke waktu.

2. Membandingkan tingkat kesejahteraan antara negara satu dengan lainnya.

3. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat kebijakan ekonomi.

4. Mengelompokkan berbagai negara ke dalam beberapa tingkat pendapatan.

Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2001 telah mengelompokkan negara-negara diseluruh dunia menjadi lima kelompok berdasarkan pendapatan perkapitanya, yaitu:

1. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita US$520 atau kurang.

2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lower-middle income

economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar

US$1740.

3. Kelompok negara berpendapatan menengah (middle income economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US$2990.


(15)

19 4. Kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income

economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar

US$4870.

5. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar US$25.480.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil penelitian

1 Ramayanti, Maya (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kot a di Propinsi Sumatera Utara Independen -Pendapatan Asli Daerah -Transfer Pemerintah Pusat Dependen -Pendapatan Per Kapita

1. Secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Per Kapita, sedangkan transfer pemerintah pusat tidak berpengaruh signifikan. 2. Secara simultan, dapat diambil kesimpulan bahwa


(16)

20 Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Per Kapita.

3. Angka R sguare atau koefisien

determinasi

adalah 0.555. Hal in berarti bahwa 55,5% variasi atau perubahan dalam Pendapatan Per kapita dapat dijelaskan oleh variasi atau perubahan dari Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat, sedangkan sisanya sebesar 45,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

2 Maharani S, Nisa (2011) Pengaruh Realisasi Belanja Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Independen -Realisasi Belanja Daerah -Angkatan Kerja 1. Realisasi belanja tidak langsung berpengaruh secara langsung terhadap output


(17)

21 Output dan Pendapatan Per Kapita Dependen -Pendapatan Per Kapita dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output. 2. Realisasi belanja langsung memiliki pengaruh langsung terhadap output dan pengaruh tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output.

3. Tenaga kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap output dan pendapatan per kapita, namun pengaruh langsung terhadap pendapatan per kapita memiliki pengaruh yang negatif. 4. Output berpengaruh langsung secara positif terhadap pendapatan per kapita. 3 (2015) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Independen -Pendapatan Asli Daerah 1. Secara simultanPendapa


(18)

22 Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara -DAU -Belanja Modal Dependen -Pendapatan Per Kapita (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

2. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal secara parsial tidak berpengaruh dengan tingkat alpha 5% terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

3. Nilai R Square atau Koefesien Determinasi


(19)

23 sebesar 0,599 yang berarti bahwa 59,9% faktor-faktor

Pendapatan

Perkapita dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal,

sedangkan

30,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 38), “kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga jika ada variabel yang lain yang menyertainya.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:


(20)

24

Peningkatan Pendapatan Per Kapita

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

Belanja Modal

H2

Pendapatan Asli Daerah

H3 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Belanja Modal berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


(21)

25 H2 : Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


(1)

20 Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Per Kapita.

3. Angka R sguare atau koefisien

determinasi

adalah 0.555. Hal in berarti bahwa 55,5% variasi atau perubahan dalam Pendapatan Per kapita dapat dijelaskan oleh variasi atau perubahan dari Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat, sedangkan sisanya sebesar 45,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

2 Maharani S,

Nisa (2011) Pengaruh Realisasi Belanja Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Independen -Realisasi Belanja Daerah -Angkatan Kerja 1. Realisasi belanja tidak langsung berpengaruh secara langsung terhadap output


(2)

21 Output dan Pendapatan Per Kapita Dependen -Pendapatan Per Kapita dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output. 2. Realisasi belanja langsung memiliki pengaruh langsung terhadap output dan pengaruh tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output.

3. Tenaga kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap output dan pendapatan per kapita, namun pengaruh langsung terhadap pendapatan per kapita memiliki pengaruh yang negatif. 4. Output berpengaruh langsung secara positif terhadap pendapatan per kapita. 3 (2015) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Independen -Pendapatan Asli Daerah 1. Secara simultanPendapa


(3)

22 Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara -DAU -Belanja Modal Dependen -Pendapatan Per Kapita (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

2. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal secara parsial tidak berpengaruh dengan tingkat alpha 5% terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

3. Nilai R Square atau Koefesien Determinasi


(4)

23 sebesar 0,599 yang berarti bahwa 59,9% faktor-faktor

Pendapatan

Perkapita dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal,

sedangkan

30,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 38), “kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga jika ada variabel yang lain yang menyertainya.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:


(5)

24

Peningkatan Pendapatan Per Kapita

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

Belanja Modal

H2

Pendapatan Asli Daerah

H3

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Belanja Modal berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


(6)

25 H2 : Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan Per Kapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

2 54 110

Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara

1 63 83

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pendapatan Per Kapita (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah Dari Tahun 200

0 1 14

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pendapatan Per Kapita (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah Dari Tahun 200

0 3 13

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT.

2 8 11

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

0 0 11

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

0 0 2

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

1 1 4

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

0 0 6