Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan Per Kapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

(1)

 

PENGARUH BELANJA DAERAH, INVESTASI, PENDAPATAN PER KAPITA DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Oleh

KASIMAN BERUTU 087017104/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

 

PENGARUH BELANJA DAERAH, INVESTASI, PENDAPATAN PER KAPITA DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI SUMATERA UTARA

T E S I S

Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KASIMAN BERUTU 087017104/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

 

Judul Tesis : PENGARUH BELANJA DAERAH, INVESTASI, PENDAPATAN PER KAPITA DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Kasiman Berutu Nomor Pokok : 087017104 Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak.) (Drs. Rasdianto, MA.)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

 

Tanggal Lulus : 08 Agustus 2011 Telah diuji pada

Tanggal 08 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE., M.Si., Ph.D., Ak.

Anggota : 1. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA. 2. Drs. Rasdianto, MA


(5)

 

3. Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., Ak.

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh simultan mapu parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian adalah Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial Belanja Daerah, Investasi Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara? Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah kabupaten/kota dipropinsi Aceh dengan syarat pengambilan sampel kabupaten/kota yang telah menerbitkan laporan keuangan selama tahun penelitian

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan statistik, yang meliputi : uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji F, Uji t dan analisis koefisien determinasi.

Berdasarkan hasil analisis, dijustifikasi bahwa Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk secara simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Belanja daerah, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk yang berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Investasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk


(6)

 

ABSTRACT

This research done as a mean to know the effect of Area Expense, Investment, Earnings per capita, Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, in simultaneously and partially. Problems formulated in research is What there are simultaneously and partially affected of Area Expense, Earnings Investment per capita, and Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara? Hypothesis to be proved in this research : There are simultaneously and partially affected of Area Expense, Earnings Investment per capita, and Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

The data analyze in this research is done descriptively and statistic, covering : classic assumption test, multiple regression s, F test, t test and coefficient determination analysis.

Based on the analyze, judged that in simultaneously, Area Expense, Investment, Earnings per capita and population that affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara. In partially, only Area Expense, earnings per capita and population that affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, while Investment has not affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

Keywords : Original Earnings, Area Expenditure, Investment, Income per capita, Population


(7)

 

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, oleh karena dorongan rahmat dan ridhoNya yang berkelimpahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam menyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat

menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Ketua Komosi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Prof. Erlina, M.Si., PhD., selaku Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Rasdianto, MA., selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

6. Bapak ……….., selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.


(8)

 

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak., selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

8. Istri tercinta Rusmaida Bancin, S.Pd dan anak-anak tersayang Rafgi Karina Berutu, Raihan Dary Berutu dan Rifayah Lulu Berutu yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penulisan tesis ini.

9. Rekan – rekan mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa/i.

Medan, Juli 2011

Penulis,

Kasiman Berutu 087017104/Akt


(9)

 

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Kasiman Berutu

Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Bale, 30 Juni 1972 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sikandang njandi No. 108 Salak Pakpak Barat

Telepon : 081362427961

Pendidikan

2008 - 2011 : Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarajana USU

1991 - 1997 : Fakultas Ekonomi S1 Jurusan Akuntansi USU 1988 - 1991 : SMA Negeri 2 Medan

1985 - 1988 : SMP Negeri Lau Baleng Kabupaten Karo 1979 - 1985 : SD Negeri Kinang Kong Kabupaten Karo

Pekerjaan

2001 - 2008 : Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal- Informal (BPPNFI) Regional I Medan


(10)

10 

 

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Originalitas Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1...L andasan Teoritis ... 8

2.1.1...P endapatan Asli Daerah (PAD)... 8

2.1.2...B elanja Daerah ... 13

2.1.3...I nvestasi ... 17


(11)

11 

 

2.1.4...P endapatan per Kapita ... 21 2.1.5...J

umlah Penduduk ... 23 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III : KERANGKA KONSEP DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS ... 30 3.1...K

erangka Konsep ... 30 3.2...P

engembangan Hipotesis ... 33

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 34 4.1...R

ancangan Penelitian ... 34 4.2...L

okasi dan Waktu Penelitian ... 35 4.3...P

opulasi dan Sampel Penelitian ... 35 4.3.1...P

opulasi Penelitian ... 35 4.3.2...S

ampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 37 4.4...O

perasionalisasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 39 4.5...M


(12)

12 

 

4.6...M etode Analisis Data ... 42

4.6.1...A nalisis Deskriptif ... 42 4.6.2...U

ji Asumsi Klasik ... 42 4.6.3...A

nalisis Regresi Linier Berganda ... 46 4.6.4...P

engujian Hipotesis ... 46 4.6.5...A

nalisis Koefisien Determinan ... 48

BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49 5.1...A

nalisis Statistik Deskriptif ... 49 5.1.1...P

endapatan Asli Daerah (Y)... 50 5.1.2...B

elanja Daerah (X1)... 52

5.1.3...I

nvestasi (X2) ... 53

5.1.4...P endapatan per Kapita (X3)... 55

5.1.5...J

umlah Penduduk (X4)... 57

5.2...A nalisis Statistik Inferensial ... 59


(13)

13 

 

5.2.1...U ji Asumsi Klasik ... 59 5.2.2...A

nalisis Regresi Linier Berganda ... 62 5.2.3...P

engujian Hipotesis ... 64 5.2.4...A

nalisis Koefisien Determinasi ... 66 5.3...P

embahasan ... 67

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 70 5.1...K

esimpulan ... 70 5.2...K

eterbatasan Penelitian ... 71 5.3...S

aran ... 71


(14)

14 

 

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1. Kemampuan Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara didalam Menggali

Potensi Pendapatan Asli Daerah ... 2

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

4.1. Populasi Penelitian ... 36

4.2. Populasi yang Memenuhi Kriteria dan yang Tidak Memenuhi Kriteria Sampel ... 38

4.3. Matriks Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 41

5.1. Statistik Deskriptif Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Penduduk, Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara sepanjang tahun 2005 -2009 ... 49

5.2. Statistik Deskriptif Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2006 – 2009... 51

5.3. Statistik Deskriptif Belanja Daerah Kabupaten/Kota se-Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005 – 2008... 53

5.4. Statistik Deskriptif Investasi Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2005 – 2008 ... 54

5.5. Statistik Deskriptif Pendapatan per Kapita Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2005 – 2008... 56

5.6. Statistik Deskriptif Jumlah Penduduk yang Mendiami Kabupaten/Kota se-Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005 – 2008 ... 58

5.7. Hasil Uji Normalitas ... 59

5.8. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 60


(15)

15 

 

5.10. Hasil Uji F (Secara Simultan) Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara. ... 64 5.11. Hasil Uji t Hasil Uji F (Secara Parsial) Pengaruh Belanja Daerah,

Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera

Utara... 65 5.11. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Pengaruh Belanja Daerah,

Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera


(16)

16 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 3.1. Diagram Kerangka Konsep ... 30 4.1. Diagram Durbin – Watson ... 45 5.1. Trend Perkembangan Realisasi PAD Kabupaten/Kota

se-Sumatera Utara Tahun 2006 – 2009... 51 5.2. Trend Belanja Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara

Tahun 2005 – 2008 ... 53 5.3. Trend Investasi Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2005

– 2008... 55 5.4. Trend Pendapatan per Kapita Kabupaten/Kota se-Sumatera

Utara Tahun 2005 – 2008... 56 5.5. Trend Jumlah Penduduk Yang Mendiami Kabupaten/Kota

se-Sumatera Utara Tahun 2005 – 2008... 58 5.6. Hasil Uji Autokorelasi ... 62


(17)

17 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Proses Input dan Seleksi Data ... 77

2. Hasil Seleksi Data yang Memenuhi Kriteria Sampel ... 82

3. Hasil Tabulasi dan Transformasi Data... 87

4. Hasil Uji Normalitas (K-S) ... 90

5. Hasil Heterokedastisitas (Glejser)... 90


(18)

 

3. Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., Ak.

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh simultan mapu parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian adalah Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial Belanja Daerah, Investasi Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara? Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini : Terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah kabupaten/kota dipropinsi Aceh dengan syarat pengambilan sampel kabupaten/kota yang telah menerbitkan laporan keuangan selama tahun penelitian

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan statistik, yang meliputi : uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji F, Uji t dan analisis koefisien determinasi.

Berdasarkan hasil analisis, dijustifikasi bahwa Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk secara simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Belanja daerah, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk yang berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Investasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk


(19)

 

ABSTRACT

This research done as a mean to know the effect of Area Expense, Investment, Earnings per capita, Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, in simultaneously and partially. Problems formulated in research is What there are simultaneously and partially affected of Area Expense, Earnings Investment per capita, and Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara? Hypothesis to be proved in this research : There are simultaneously and partially affected of Area Expense, Earnings Investment per capita, and Population to Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

The data analyze in this research is done descriptively and statistic, covering : classic assumption test, multiple regression s, F test, t test and coefficient determination analysis.

Based on the analyze, judged that in simultaneously, Area Expense, Investment, Earnings per capita and population that affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara. In partially, only Area Expense, earnings per capita and population that affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara, while Investment has not affected Original Earnings of Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara.

Keywords : Original Earnings, Area Expenditure, Investment, Income per capita, Population


(20)

18 

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prinsip pemberian otonomi daerah pada dasarnya untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintahan didaerah, titik berat pemberian otonomi daerah diberikan kepada pemerintah daerah, hal ini erat kaitannya dengan pemerintah daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksana pembangunan. Pemerintah daerah dianggap sebagai tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat didaerahnya.Kemandirian keuangan daerah tampaknya tidak diartikan bahwa setiap tingkat pemerintahan daerah otonomi harus dapat membiayai seluruh keperluannya dari Pendapatan Asli Daerah.

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab, penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah secara bertahap akan semakin banyak dilimpahkan kepada daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan yang ada pada daerah, peranan keuangan daerah sangat penting karena daerah dituntut untuk dapat lebih aktif lagi dalam memobolisasi sumber dananya sendiri disamping mengelola dana yang diterima dari pemerintahan pusat secara efisien. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat menggali potensi daerah guna peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) agar pembangunan daerah tetap berjalan, akan tetapi bukan berarti bahwa setiap pemerintahan daerah otonom harus membiayai keseluruhan keperluan dari PAD, melainkan juga harus didukung oleh transfer dari


(21)

 

pemerintah pusat sebagai dana perimbangan. Namun prakteknya, keberadaan transfer pemerintah pusat pada APBD daerah menjadi fenomena tidak optimalnya daerah didalam menggali potensi PAD yang ada di daerah. Fenomena di atas hampir terjadi diseluruh Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia, termasuk diantaranya Kabupaten/Kota Se-Sumatera Utara.

Tabel 1.1. Kemampuan Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara didalam Menggali m Potensi Pendapatan Asli Daerah

Sumber : Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, (2009)

Tabel di atas menunjukkan bahwa PAD Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan dan melampaui target yang telah ditentukan, namun pada tahun 2008 Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara tidak mampu mencapai target PAD, yaitu sebesar sebesar 1.64%.

Sutrisno (2004) membedakan 2 (dua) faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor Internal terdiri dari


(22)

ii 

 

sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan.

Beberapa peneliti mencoba mengkonfirmasi teori Sutrisno (2004), diantaranya: Cahyono (2006) menememukan bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar, sedangkan Suwarno (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor eksternal dan faktor internal berpengaruh terhadap kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Surabaya. Faktor eksternal dan internal yang signifikan: investasi, inflasi, PDRB, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan. Sedangkan untuk faktor internal dan eksternal yang tidak signifikan: jumlah penduduk, sarana dan prasarana, dan insentif. Andriany dan Handayani (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara parsial Product Domestic Regional Bruto (PDRB) pengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, sedangkan jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Merangin selama periode 1996-2001. Namun dekmian secara simultan keduan variabel bebas yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap PAD. Halim (2003) dalam penelitiannnya menemukan adanya pengaruh yang kuat belanja daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Adi (2007) menemukan bahwa belanja daerah memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.


(23)

iii 

 

Kelima penelitian di atas memberikan kesimpulan sama tetang hubungan antara Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dengan Pendapatan Asli Daerah, namun untuk Jumlah Penduduk temuan Cahyono (2006) berkontradiktif dengan temuan Suwarno (2008) dan, Andriany dan Handayani (2008). Cahayono (2006) menemukan jumlah penduduk berpengaruh terhadap PAD, sedangkan Suwarno (2008) dan, Andriany dan Handayani (2008) menemukan Jumlah Penduduk tidak berpengaruh atau berpengaruh negatif tidak signikan terhadap PAD.

Fenomena kontradiktif temuan jumlah penduduk didalam mendeterimasi PAD sebagaimana diuraikan dimuka, merupakan ide yang mendasari dilakukannya penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena sebagaimana diuraikan pada latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini : Apakah terdapat pengaruh secara simultan maupun secara parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.


(24)

iv 

 

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh simultan maupun parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan terpecahkan permasalahan dan tercapainya tujuan dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya:

1. Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penulis didalam menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi keuangan daerah, khususnya kajian empiris tentang pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara

Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara didalam menyikapi fenomena yang berkembang sehubungan menurunnya pencapaian Pendapatan Asli Daerah di Sumatera Utara.

3. Referensi

Sebagai bahan referensi bagi peneliti – peneliti lainnya didalam mengembangkan dan memperluas penelitian.


(25)

 

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini original replica. Replikasi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dikembangkan dari penelitian Cahyono (2006) yang menemukan baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar.

Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian Cahyono (2006), diantaranya :

1. Objek Penelitian

Cahyono (2006) mengamati objek penelitian Kabupaten Karanganyar, sedangkan penelitian ini mengamati objek Penelitian Kabupaten/Kota Se-Sumatera Utara. Perbedaan ini patut dipertimbangkan, disamping cakupan objek penelitian yang lebih luas, juga karena kedua daerah ini memiliki perbedaan besaran APBD yang cukup signifikan.

2. Populasi dan Sampel

Cahyono (2006) hanya mengamati populasi Kabupaten Karang Anyer dalam tenggang waktu 12 tahun (1990 – 2002). Replikasi penelitian ini mengamati Populasi yang berjumlah 33 Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara dalam tenggang waktu 4 tahun (2005 – 2009). Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan

Criteria Purposive Sampleing diambil sampel sebanyak 28 Kabupaten/Kota. Perbedaan populasi dan sampel menunjukkan replikasi penelitian ini memiliki cakupan populasi yang lebih luas. Perbedaan tahun amatan mengidikasikan sudah


(26)

vi 

 

selayaknya dilakukan penelitian kembali, mengingat tenggang waktu yang sudah cukup jauh, yaitu dari tahun amatan 1990 ke tahun 2009.


(27)

vii 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah (Hirawan, 2007). Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan daerah yang tergantung keadaan perekonomian pada umumnya dan potensi dari sumber-sumber pendapatan asli daerah itu sendiri. Sutrisno (2004) mengatakan pendapatan asli daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Jadi pengertian pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber-sumber keuangan untuk membiayai tugas-tugas dan tanggungjawabnya.

Menurut pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 pendapatan asli daerah berasal dari :


(28)

viii 

 

1. Pajak Daerah

Berdasarkan Undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang N0. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak Daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak. Penerimaan ini meliputi:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Kendaraan di Atas Air

e. Pajak Air di Bawah Tanah f. Pajak Air Permukaan.

Jenis pajak kabupaten/kota menurut Undang-Undang No.34 tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri atas:

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan


(29)

ix 

 

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

2. Retribusi Daerah

Kaho (2007) menyatakan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No.34/2004 menjelaskan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Jenis retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan sebagai berikut:

a. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari : 1) Pelaayanan kesehatan

2) Pelayanan kebersihan dan persampahan

3) Penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil 4) Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5) Pelayanan Parkir di tepi jalan umum

6) Pelayanan Pasar 7) Pelayanan air bersih

8) Pelayanan Kendaraan Bermotor 9) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran


(30)

 

10) Penggantian biaya cetak peta 11) Pengujian terhadap kapal perikanan b. Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari :

1) Pemakaian kekayaan daerah 2) Pasar grosir atau pertokoan 3) Pelayanan terminal khusus parkir 4) Pelayanan tempat khusus parkir 5) Pelayanan tempat penitipan anak 6) Penginapan/pesanggrahan/vila 7) Penyedotan kakus

8) Rumah potong hewan 9) Tempat pendaratan kapal 10) Tempat rekreasi dan olahraga 11) Penyeberangan di atas air 12) Pengelolaan air limbah

13) Penjualan usaha produksi daerah c. Retribusi Perijinan Tertentu, terdiri dari :

1) Ijin penggunaan tanah

2) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

3) Ijin tempat penjualan minuman beralkohol 4) Ijin gangguan


(31)

xi 

 

6) Ijin pengambilan hasil hutan

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN dan bagian laba atas peyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

Halim (2004) menyebutkan bahwa jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

a. Bagian laba perusahaan milik daerah b. Bagian lembaga keuangan bank

c. Bagian laba lembaga keuangan nonbank d. Bagian laba atas penyertaan modal/investasi 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan Asli Daerah yang Sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Halim (2004) menyebutkan jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan b. Penerimaan jasa giro


(32)

xii 

 

d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/ kehilangan kekayaan daerah.

Sutrisno (2004) membedakan 2 (dua) faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor Internal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan.

2.1.2. Belanja Daerah

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan propinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Bastian (2001) menyebutkan biaya dapat dikategorikan sebagai belanja dan beban. Belanja adalah jenis biaya yang timbul berdampak langsung kepada berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada di bank. Belanja operasi meliputi pengeluaran barang dan jasa, pembayaran cicilan bunga utang, subsidi, anggaran pengeluaran sektoral (Current Transfer), sumbangan dan bantuan.

Berdasarkan Permendagri 59 Tahun 2007 memberikan definisi belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi bebean daerah. Pengelompokan belanja daerah menurut Kepmendagri No. 29 ini terdiri dari:


(33)

xiii 

 

1. Belanja Administrasi Umum 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3. Belanja Modal

b. Belanja Pelayanan Publik, terdiri dari: 1. Belanja Administrasi Umum 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3. Belanja Modal

c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan yang dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria sebagai berikut:

1. Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan;

2. Tidak mengharapkan akan diterima kembali dimasa yang akan datang seperti lazimnya suatu piutang;

3. Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal atau investasi.

d. Belanja Tidak Tersangka dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

Perubahan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di pemerintah daerah yang awalnya disusun dengan berpedoman pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 kini berubah dengan berpedoman pada Permendagri No. 13 Tahun 2006, yang mengakibatkan defenisi dan pengelompokan belanja daerah di pemerintahan juga


(34)

xiv 

 

turut berubah. Permendagri No. 13 Tahun 2006 memberikan definisi belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah terbagi dua yaitu:

a. Belanja Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program kegiatan. Belanja langsung terdiri dari:

1. Belanja pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dimana pekerjaan tersebut yang berkaitan dengan pembentukan modal.

2. Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untu menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memprodiksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksud untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini digunakan untuk pengeluaran pembelian/penadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. Pembelian/Pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa tersebut mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa


(35)

xv 

 

perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dians dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

3. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama:

a) Belanja Modal Tanah

b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan d) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan e) Belanja Modal Fisik Lainnya

b. Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi : belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

2.1.3. Investasi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan


(36)

xvi 

 

tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan .

Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Todaro (2003) berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang.

Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (2003) adalah:

1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;

2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;

3. Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya


(37)

xvii 

 

manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Menurut Sukirno (2003) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:

1. Kecilnya jumlah mutlak kapita material; 2. Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; 3. Rendahnya investasi netto.

Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa: (1) ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, (2) kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, (3)


(38)

xviii 

 

taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara berkembang.

Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Arsyad, 1997).

Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.

2. Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada

3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol)

4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental CapitalOutput Ratio)

Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi.

Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa


(39)

xix 

 

investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.

Menurutn Ketentuan Umum Permendagri 13/2006, bahwa investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Pasal 141 Permendagri 13/2006 menjelaskan bahwa : (1) Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal (investasi) daerah; dan (2) Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan


(40)

xx 

 

investasi dicatat pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).

Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing.

2.1.4. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.

Dalam Kamus Wikipedia (2008) disebutkan bahwa Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara tersebut. Pendapatan nasional yang biasa dipakai dalam menghitung pendapatan perkapita suatu Negara pada umumnya adalah produk domestik bruto (PDB) atau produk


(41)

xxi 

 

nasional bruto (PNB), sedangkan untuk pendapatan perkapita daerah yang umum digunakan adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan orang tersebut untuk membayar berbagaai pungutan yang ditetapkan Pemerintah. Dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan semakin besar pula potensi daerah. Jadi dengan adanya peningkatan PDRB maka hal ini mengidikaskan akan mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Saragih, 2003). Sejalan dengan Halim (2004) yang mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh Pendapatan Regional Perkapita.

2.1.5. Jumlah Penduduk

Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah penduduk termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula (Wirosardjono, 1998).

Jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan kualitas maupun keahlian atau ketrampilannya sehingga akan meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran dan mutunya sedemikian rupa sehingga


(42)

xxii 

 

hanya menuntut pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif (Widarjono dalam Budiharjo, 2003)

Adam Smith berpendapat bahwa dengan didukung bukti empiris bahwa pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur panting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat.

Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. Simon dalam Todaro (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi, baik bagi negara – negara maju, maupun yang sedang berkembang. Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang mempunyai bakan dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan demikian akan semakin berkembang teknologi. Selanjutnya dalam jangka panjang penduduk merupakan suatu keuntungan. Todaro (2003) juga mencatat bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap barang – barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong economic of scale dalam berproduksi, sehingga


(43)

xxiii 

 

akan menurunkan biaya produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan pernintaan terhadap barang – barang konsumsi. Hal ini selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan cenderung meningkat. Dengan adanya kecenderungan pertambahan penduduk pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Sukirno, 2003).

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah mencoba melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah, diantaranya : Sentoasa dan Rahayu Rahayu (2005) dalam penelitiannya menemukan Faktor-faktor Total pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kediri. Setiyawan dan Adi (2005) menemukan bahwa bahwa Fiscal Stress

mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PAD. Fiscal stress mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal. Fiscal Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya. Sejalan dengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan.


(44)

xxiv 

 

Cahyono (2006) menememukan bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar. Adi (2006) menemukan Pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD. Sayangnya pertumbuhan ekonomi pemda kabupaten dan kota masih kecil, akibatnya penerimaan PAD-nya pun kecil. Terkait dengan PAD, penerimaan yang menjadi andalan adalah retribusi dan pajak daerah. Tingginya retribusi bisa jadi merupakan indikasi semakin tingginya itikad pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih berkualitas. Belanja pembangunan diarahkan pada sektor yang langsung dinikmati oleh public. Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.

Haryanto dan Adi (2007) menemukan bahwa Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sayangnya kontribusi dari DAU terhadap Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah kurang merata (masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali). Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan Per Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Per Kapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antar daerah. Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal (efek tidak langsung).


(45)

xxv 

 

Suwarno (2008) menemukan bahwa faktor eksternal dan faktor internal berpengaruh terhadap kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Surabaya. Faktor eksternal berpengaruh dominan terhadap kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Surabaya. Faktor eksternal dan internal yang signifikan: investasi, inflasi, PDRB, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan. Sedangkan untuk faktor internal dan eksternal yang tidak signifikan: jumlah penduduk, sarana dan prasarana, dan insentif.

Riswandi (2009) menemukan bahwa bahwa selama periode tahun 1994 hingga tahun 1999, potensi pajak daerah di Kabupaten Sumedang terus mengalami peningkatan. Sementara itu, pada tahun 2000 terjadi penurunan dan terjadi peningkatan kembali pada tahun 2001 hingga tahun 2006. Pajak daerah berpengaruh signifikan secara positif terhadap nilai PAD di Kabupaten Sumedang dengan elastisitas sebesar 0,193, yang berarti bahwa jika pajak daerah meningkat sebesar satu persen, maka nilai total penerimaan PAD akan meningkat sebesar 0,193 persen (cateris paribus). Relatif kecilnya pengaruh pajak daerah terhadap PAD di Kabupaten Sumedang ini disebabkan oleh masih banyaknya hambatan yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) terkait dengan upaya pencapaian realisasi pajak daerah. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah pelayanan yang kurang memadai terhadap wajib pajak, sering tidak ada koordinasi antara petugas pajak penegak hukum dalam rangka penertiban subjek pajak dan wajib pajak serta instansi yang mengambil kebijakan berkaitan dengan pajak tidak selalu aktif berkoordinasi dengan Dispenda, terbatasnya SDM petugas Dispenda baik secara kuantitas maupun


(46)

xxvi 

 

kualitasnya dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah sehingga menyebabkan informasi dan komunikasi tentang perpajakan sering terhambat, serta masih banyak masyarakat yang tidak taat membayar pajak namun tidak ada tindakan sanksi yang tegas dan rumusan hukum yang ada sulit dilaksanakan untuk menindak kejahatan perpajakan. Maka dari itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan pajak daerah sehingga memberikan pengaruh yang besar terhadap PAD.

Untuk lebih jelasnya, beberapa penelitian di atas dirangkum dalam matriks


(47)

xxvii 

 

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul Peneliti Variabel Yang

Digunaka

Kesimpulan

1 Santosa dan Rahayu (2005)

Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri

Total pengeluaran pembangunan, penduduk, PDRB dan PAD

Pengeluaran Pembangunan, Penduduk dan PDRB mempunyai pengaruh terhadap PAD. Dari ketiga variabel di atas, variabel penduduk memiliki pengaruh yang paling besar terhadap PAD.

2 Cahyono

(2006)

Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi PAD Kabupaten Karanganyar Periode 1990-2002

PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat dan PAD

Secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar

3 Setiyawan

dan Adi (2005)

Pengaruh Fiscal Stres Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal

Fiscal Stress, belanja pembangunan/ modal dan Pendapatan Asli Daerah

Fiscal Stress mempunyai pengaruh yang positif

terhadap pertumbuhan PAD. Fiscal stress

mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal. Fiscal

Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya

upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya. Sejalan dengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan.

4 Adi (2006)

Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se-Jawa - Bali)

Pertumbuhan ekonomi, Belanja pembangunan dan PAD

Pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD. Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.

5 Haryanto

dan Adi (2007)

Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita

Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita

Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap Belanja Modal. Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan Per Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal

6 Suwarno (2008)

Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah (Studi Kasus di Kota Surabaya)

Faktor Internal, Faktor Eksternal dan PAD

Faktor eksternal dan faktor internal berpengaruh terhadap kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Surabaya. Faktor eksternal berpengaruh dominan terhadap kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Surabaya. Faktor eksternal dan internal yang signifikan: investasi, inflasi, PDRB, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan. Sedangkan untuk faktor internal dan eksternal yang tidak signifikan: jumlah penduduk, sarana dan prasarana, dan insentif.

7 Riswandi (2009)

Analisis Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumedang

Pajak daerah dan Pendapatan Asli Daerah

Pajak daerah berpengaruh signifikan secara positif terhadap nilai PAD di Kabupaten Sumedang.


(48)

xxviii 

 

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Hubungan variable penelitian dalam penelitian ini diilustrasikan melalui diagram kerangka konsep berikut ini :

Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konsep

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah (Hirawan, 2007). Sutrisno (2004) membedakan 2 (dua) faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah suatu daerah, yaitu Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor Internal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan. Halim

Pendapatan Asli Daerah (Y) Belanja Daerah (X1)

Investasi (X2)

Pendapatan per Kapita (X3)


(49)

xxix 

 

(2003) dalam penelitiannnya menemukan adanya pengaruh yang kuat belanja daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Adi (2007) menemukan bahwa belanja daerah memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah pengurang nilai kekayaan bersih (Permendagri No. 13 Tahun 2006). Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan propinsi dan kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam penerapan desentralisasi, belanja daerah menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan PAD.

Investasi dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penenaman Modal Asing (PMA) sama – sama memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pajak. Semakin tinggi investasi dari suatu daerah maka semakin besar pajak yang diperoleh, dengan semakin besar pajak maka semakin mampu daerah tersebut untuk membiayai rumah tangga daerahnya sendiri. Besarnya peluang investasi di suatu daerah sangat membantu mobilitas daerah tersebut. Dengan demikian suatu daerah diharapkan harus dapat menarik investor lebih banyak lagi untuk mengingkatakan Pendapatan Asli Daerah.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan orang tersebut untuk membayar berbagaai pungutan yang ditetapkan Pemerintah. Dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar Pendapatan per Kapitayang diperoleh maka akan semakin besar pula Pendapatan Asli Daerah. Jadi dengan adanya peningkatan Pendapatan per Kapita, maka hal ini mengidikaskan akan mendorong


(50)

xxx 

 

peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Saragih, 2003). Sejalan dengan Halim (2004) bahwa Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh Pendapatan Regional Perkapita.

Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. Todaro (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi, baik bagi negara – negara maju, maupun yang sedang berkembang. Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang mempunyai bakat dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan demikian akan semakin berkembang teknologi. Todaro (2003) juga mencatat bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap barang – barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong economic of scale dalam berproduksi, sehingga akan menurunkan biaya produksi. Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan pernintaan terhadap barang – barang konsumsi, selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja, sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan cenderung meningkat. Kecenderungan ini pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Sukirno, 2003).


(51)

xxxi 

 

3.2. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui pembuktian secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka dikembangkan hipotesi dalam penelitian ini: ”Terdapat pengaruh simultan maupun parsial Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.”


(52)

xxxii 

 

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ilmiah mendasarkan pada metode metode yang harus dipertanggungjawabkan dan teori-teori yang relevan. Oleh karena itu diperlukan pemilihan dan penentuan metode penelitian yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian. (Arikunto, 2003)

Berdasarkan metode dan teori yang ada maka penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antara variabel-variabel yang bersangkutan kemudian mencoba untuk dianalisis. Pendekatan menurut tehnik samplingnya menggunakan pendekatan sampel yaitu mengambil beberapa sampel dari keseluruhan populasi. Apabila dilihat dari pendekatan menurut timbulnya variable maka termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan non eksperimen, sehubungan dengan pendekatan jenis ini maka penelitian ini termasuk dalam penelitian

causal effect, yaitu penelitian yang dilakukan diarahkan untuk memperoleh fakta – fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan – keterangan secara faktual tentang faktor – faktor yang mempengaruhi PAD Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.


(53)

xxxiii 

 

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Penelitian direncanakan akan dilakukan terhitung sejak Januari sampai dengan Juni 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Dalam setiap penelitian ilmiah selalu dihadapkan pada masalah populasi dan sampel, karena populasi dan sampel penelitian merupakan sumber data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Populasi paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 33 Kabupaten/Kota, seperti terlihat pada Tabel berikut ini.


(54)

xxxiv 

 

Tabel 4.1. Populasi Penelitian

No. Kabupaten/Kota I Kabupaten

1 Nias

2 Mandailing Natal 3 Tapanuli Selatan 4 Tapanuli Tengah 5 Tapanuli Utara 6 Toba Samosir 7 Labuhan Batu 8 Asahan 9 Simalungun 10 Dairi 11 Karo

12 Deli Serdang 13 Langkat 14 Nias Barat 15 Nias Selatan 16 Nias Utara

17 Humbang Hasundutan 18 Pakpak Bharat 19 Samosir

20 Serdang Bedagai 21 Batubara

22 Padang Lawas Utara 23 Padang Lawas 24 Labuhan batu Selatan 25 Labuhan Batu Utara II Kota

26 Sibolga 27 Tanjung Balai 28 Pematang Siantar 29 Tebing Tinggi 30 Medan

31 Binjai

32 Padang Sidempuan 33 Gunung Sitoli


(55)

xxxv 

 

4.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sample yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Laporan keuangan yang disajikan Kabupaten/Kota telah diaudit oleh BPK RI Perwakilan Medan.

2. Laporan keuangan yang tergabung dalam Kabupaten/Kota Induk, akan digunakan laporan keuangan Kabupaten/Kota Induk.

Berdasarkan hasil survei dokumentasi yang dilakukan didapat sebanyak 24 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Utara yang memenuhi kedua kriteria yang ditentukan, sedangkan sisanya sebanyak 9 Kabupaten/Kota tidak memenuhi salah satu maupun keseluruhan kriteria yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya Kabupaten yang tidak memenuhi maupun yang memenuhi kedua kriteria sampel yang ditentukan dapat dilihat pada Tabel berikut ini.


(56)

xxxvi 

 

Tabel. 4.2. Populasi yang Memenuhi Kriteria dan yang Tidak Memenuhi Kriteria Sampel

Kriteria Sampel No. Kabupaten/Kota

1 2

I Kabupaten  

1 Nias  

2 Mandailing Natal  

3 Tapanuli Selatan  

4 Tapanuli Tengah  

5 Tapanuli Utara  

6 Toba Samosir  

7 Labuhan Batu  

8 Asahan  

9 Simalungun  

10 Dairi  

11 Karo  

12 Deli Serdang  

13 Langkat  

14 Nias Barat  

15 Nias Selatan  

16 Nias Utara  

17 Humbang Hasundutan  

18 Pakpak Bharat  

19 Samosir  

20 Serdang Bedagai  

21 Batubara  

22 Padang Lawas Utara  

23 Padang Lawas  

24 Labuhan batu Selatan  

25 Labuhan Batu Utara  

II Kota  

26 Sibolga  

27 Tanjung Balai  

28 Pematang Siantar  

29 Tebing Tinggi  

30 Medan  

31 Binjai  

32 Padang Sidempuan  

33 Gunung Sitoli  

Sumber : Survei Dokumentasi Lampiran 1 Keterangan :

 : Memenuhi Kriteria Sampel


(57)

xxxvii 

 

4.4. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang besar atau kecilnya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD dimaksud dalam penelitian ini adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai realisasi t+1.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel penyebab atau diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain, atau variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah. Operasionalisasi dan Pengukuran masing – masing variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Belanja Daerah (X1)

Belanja daerah dalam penelitian ini merupakan variabel bebas pertama yang dianggap mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Belanja Daerah dimaksud dalam penelitian ini adalah kewajiban pemerintah pengurang nilai kekayaan bersih (Permendagri No. 13 Tahun 2006). Belanja Daerah dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai realisasi tahun berjalan.


(58)

xxxviii 

 

Investasi dalam penelitian ini merupakan variabel bebas kedua yang dianggap mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Investasi dimaksud dalam penelitian ini adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang (Todaro, 2003). Investasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai realisasi tahun berjalan.

c. Pendapatan per Kapita(X3)

Pendapatan per Kapita dalam penelitian ini merupakan variabel bebas ketiga yang dianggap mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan per Kapita dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per Kapita dalam penelitian ini diukur berdasarkan nilai realisasi tahun berjalan.

d. Jumlah Penduduk (X4)

Jumlah Penduduk dalam penelitian ini merupakan variabel bebas keempat yang dianggap mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah Penduduk dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. Jumlah penduduk dalam penelitian ini diukur dalam satuan jiwa pada tahun berjalan.

Matriks operasionalisasi dan pengukuran keseluruhan variable peneitian yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel berikut ini.


(59)

xxxix 

 

Tabel 4.3. Matriks Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Penelitian Nama

Variabel

Definisi Parameter Skala

Ukur PAD

Y

Semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah

Realisasi PADt+1

Rasio Belanja

Daerah X1

Kewajiban pemerintah pengurang nilai kekayaan bersih

Realisasi Belanja Daerah

Rasio Investasi

X3

Penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat Realisasi Investasi Rasio Pendapatan per Kapita X3

Jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode amatan.

Realisasi Pendapatan per Kapita

Rasio

Jumlah Penduduk

X5

Orang yang bertempat tinggal menetap dalam wilayah amatan

Jumlah Penduduk per Kab/Kot

Rasio

4.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dan dipublikasikan yaitu Sumatera Utara Dalam Angka. Data sekunder dalam penelitian ini berdimensi poolled data. Data yang digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota dari tahun 2006 – 2009, Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan per Kapita dan Jumlah penduduk dari tahun 2005-2008.


(60)

xl 

 

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode dokumentasi, yaitu metode yang digunakan dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2003).

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah cara pengolahan data yang terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interprerasi hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi untuk mengukur faktor – faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.

4.6.1. Analisis Deskriptif

Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diperoleh baik mengenai sample atau populasi.

4.6.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linear yang baik. Agar dalam analisis regresi diperoleh model regresi yang bias dipertanggungjawabkan. Maka harus diperhatikan asumsi-asumsi sebagai berikut :


(61)

xli 

 

2. Besarnya varian error (faktor pengganggu) bernilai konstan untuk seluruh variabel bebas (bersifat homoscedasticity).

3. Independensi dari error (non autocorrelation) 4. Normalitas dari distributor error.

5. Multikolinearitas yang sangat rendah

Dalam analisis regresi linear berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis tersebut. Untuk tujuan tersebut maka harus dilakukan pengujian terhadap empat asumsi klasik berikut ini.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan veriabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan uji Kolmogorov-Smirnov Test. Suatu data dikatakan berdistribusi secara normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari  5%.

2. Uji Heteroskedastis

Penyimpangan uji asumsi klasik ini adalah adanya gejala heteroskedastisitas, artinya varians variabel dalam model tidak sama. Konsekuensi dari adanya gejala heteroskedastis adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel besar maupun kecil walaupun penaksir diperoleh menggambarkan populasinya dalam arti tidak bias. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam


(62)

xlii 

 

penelitian ini dilakukan dengan uji Glejser. Suatu data dikatakan terbebas dari penyimpangan heterokedastisitas apabila secara statistik variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Absolut Ut (AbsUt).

3. Uji Multikolinearitas

Pengujian asumsi ini untuk menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel-variabel bebas dalam model regresi maupun untuk menunjukkan ada tidaknya derajat kolinearitas yang tinggi diantara variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut multikolinearitasnya sempurna

(perfect multicoliniarity), yang berart model kuadrat terkecil tersebut tidak dapat digunakan. Indikator untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah menguji asumsi tersebut dengan uji korelasi antar variabel independen dengan matriks korelasi.

Menurut Ghozali (2003), bahwa ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan menganalisis nilai tolerance serta Variance Inflation Faktor (VIF). Suatu variable dikatakan terbebas dari asumsi multikolinieritas apabila nilai VIF >1.0 dan nilai tolerance <1.0. Nugroho (2005) membatasi nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1.

4. Uji Autokorelasi

Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai DW statistic dengan DW table. Apabila nilai DW statistic terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi. Untuk mengetahui


(63)

xliii 

 

posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin-Watson dengan rumus : 4-du dan 4-dl. Untuk mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat table dw. Lebih jelasnya autokorelasi digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Diagram Durbin – Watson Sumber : Ghozali (2003)

Ghozali (2005) mendeteksi autokorelasi dengan indicator sebagai berikut : a. Jika nilai DW hitung > batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi b. Jika nilai DW hitung < batas atas (du) tabel, berarti terdapat autokorelasi 4.6.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapata per Kapita Masyarakat dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara. Untuk pengujian dalam penelitian ini digunakan program SPSS 16.0. Adapun bentuk model yang akan di uji dalam penelitian ini, yaitu :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e

Ho diterima (no serial correlation)

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

4 4-dl

(4-du) du

dl 0


(64)

xliv 

 

Dimana

Y : PAD (Rp. Juta) B0 : Konstanta

B1… B5 : Koefisien Persamaan Regresi Prediktor X1,X2,X3

X1 : Belanja Daerah (Rp. Juta)

X2 : Investasi (Rp. Juta)

X3 : Pendapatan per Kapita (Rp. Juta)

X4 : Jumlah Penduduk (Juta jiwa)

e : Error 4.6.4. Pengujian Hipotesis

1. Uji simultan ( Uji F-Statistik )

Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F kritis (Ftabel) dengan nilai Fhitung yang terdapat pada tabel analysis of variance. Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of fredoom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji yang digunakan adalah :

o Jika Fhitung > Ftabel (k-1,n-k), maka Ho ditolak

o Jika Fhitung < Ftabel (k-1,n-k), maka Ho diterima Adapun hipotesisnya adalah :


(1)

Lampiran 3. Hasil Tabulasi dan Transformasi Data n

Obs Y X1 X2 X3 X4 Res_1 AbsUT

1 9.87 258.80 6001.61 5482.33 441.81 16.18 16.18 2 25.00 235.10 525.23 5179.35 386.15 39.17 39.17 3 14.90 375.70 3527.37 5869.86 626.70 5.88 5.88 4 7.37 216.00 5738.01 4573.08 283.04 27.47 27.47 5 6.72 228.50 319.74 8412.45 256.20 12.25 12.25 6 10.38 169.20 578.48 11947.36 158.68 7.12 7.12 7 32.14 427.50 319.17 11471.61 951.77 -18.56 18.56 8 23.88 411.00 913.91 15417.67 1024.37 -47.64 47.64 9 20.95 414.30 6046.95 7574.08 826.10 -8.20 8.20 10 5.13 199.10 958.07 8816.33 261.29 9.89 9.89 11 15.19 248.30 1206.42 11647.50 316.21 1.59 1.59 12 62.10 522.40 2563.95 12191.49 1569.64 -25.89 25.89 13 20.66 413.00 4324.50 8721.31 970.43 -19.33 19.33 14 3.51 122.00 794.75 9022.29 153.00 16.51 16.51 15 1.28 78.50 480.20 5456.93 34.54 38.58 38.58 16 6.57 108.60 1326.68 8400.68 131.07 23.90 23.90 17 17.16 258.60 819.20 8602.48 588.18 5.06 5.06 18 7.51 156.50 253.83 9313.59 88.72 20.39 20.39 19 10.84 176.60 366.01 11536.91 152.81 9.43 9.43 20 16.26 219.30 1020.53 11092.90 230.49 10.75 10.75 21 8.76 160.50 457.28 9253.51 135.67 19.50 19.50 22 320.06 1135.90 3889.62 21016.00 2036.19 135.90 135.90 23 13.81 196.90 7814.88 10486.44 237.90 8.70 8.70 24 6.14 175.30 1408.53 6429.08 177.50 26.75 26.75 25 15.47 296.60 6523.49 6247.94 442.02 15.89 15.89 26 11.93 371.10 603.72 5464.26 413.75 15.98 15.98 27 25.83 538.30 4354.78 6705.77 629.21 3.45 3.45 28 10.39 257.10 2745.46 4881.79 297.84 27.58 27.58 29 5.90 361.10 438.00 9430.73 256.44 -0.67 0.67 30 8.84 266.40 657.36 12542.34 169.12 -3.05 3.05 31 38.67 482.00 938.74 15757.62 987.16 -36.70 36.70 32 24.57 536.40 1468.12 16030.35 1038.55 -57.62 57.62 33 33.95 619.30 6572.77 8180.74 841.20 -10.28 10.28 34 6.56 328.00 842.95 9538.40 267.63 0.62 0.62 35 18.19 355.60 1386.69 11615.08 342.56 -2.47 2.47 36 77.65 784.70 2643.25 13131.92 1634.12 -32.12 32.12 37 21.72 593.10 4650.00 9750.05 1013.85 -35.08 35.08 38 5.97 229.00 935.00 10053.86 152.76 8.23 8.23 39 2.42 145.60 490.00 5961.44 34.82 33.66 33.66 40 9.19 225.10 997.50 9156.95 130.66 16.76 16.76 41 20.02 379.90 640.00 9385.79 605.63 -3.10 3.10


(2)

lxxxvi   

42 7.38 174.40 208.05 10242.15 91.94 14.86 14.86 43 11.57 204.40 373.48 12606.79 156.48 3.52 3.52 44 19.86 288.40 981.27 11682.69 235.37 7.60 7.60 45 10.21 197.50 523.80 10266.70 137.96 14.09 14.09 46 324.26 1322.40 4410.00 23629.97 2067.29 116.08 116.08 47 13.02 274.60 7236.00 11831.81 244.26 -2.59 2.59 48 10.08 249.00 1479.55 7262.70 181.87 22.54 22.54 49 18.32 559.30 7090.75 7189.89 442.55 -0.44 0.44 50 13.20 490.80 693.93 6235.28 417.59 6.85 6.85 51 14.02 736.80 5376.28 7214.96 631.61 -22.30 22.30 52 10.39 391.10 1313.62 5282.40 305.92 18.65 18.65 53 6.79 430.70 600.00 10348.81 263.75 -8.28 8.28 54 8.84 383.80 747.00 14262.46 169.30 -17.53 17.53 55 46.58 738.30 2761.00 14268.64 1007.19 -37.89 37.89 56 18.92 792.70 1590.60 12150.62 676.61 -43.44 43.44 57 34.53 798.40 7144.31 9036.07 846.33 -24.06 24.06 58 7.21 401.00 843.60 10641.44 268.78 -7.91 7.91 59 18.50 544.10 1593.90 12759.63 351.37 -18.36 18.36 60 86.60 944.20 2725.00 14442.67 1686.37 -40.42 40.42 61 23.28 815.40 5000.00 11149.66 1027.41 -53.06 53.06 62 6.89 366.20 1100.00 11227.98 153.84 -3.99 3.99 63 3.22 231.10 500.00 5966.76 38.73 29.52 29.52 64 10.71 313.50 750.00 9812.57 131.21 10.46 10.46 65 21.78 352.90 500.00 10391.90 618.66 -5.00 5.00 66 10.17 294.50 170.54 11536.27 93.21 5.00 5.00 67 11.81 310.70 381.10 13940.31 159.93 -8.43 8.43 68 23.59 395.00 943.53 13078.89 236.61 -1.05 1.05 69 14.00 292.60 600.00 11549.99 139.41 6.60 6.60 70 344.51 1751.80 5000.00 26620.95 2083.16 97.77 97.77 71 13.61 358.60 6700.00 13338.25 248.26 -13.52 13.52 72 11.40 312.80 1554.15 8166.15 185.13 15.98 15.98 73 15.47 207.12 8230.34 8268.36 443.49 10.63 10.63 74 11.38 153.40 1298.30 7281.17 423.71 18.32 18.32 75 25.83 570.00 6506.97 9697.95 263.81 3.19 3.19 76 10.39 436.70 4054.55 5748.82 314.63 12.26 12.26 77 7.82 498.90 564.41 11682.27 267.60 -17.33 17.33 78 8.84 436.60 822.00 15981.43 171.83 -28.53 28.53 79 38.67 923.40 1822.59 16173.89 1027.96 -65.30 65.30 80 24.57 654.10 2200.00 13871.72 688.53 -38.88 38.88 81 33.95 911.40 7167.22 9864.14 853.11 -35.03 35.03

82 6.56 478.00 3682.90 1149.58 270.30 29.52 29.52

Lanjutan Lampiran 3


(3)

83 17.49 577.20 1000.00 14017.62 360.88 -27.14 27.14 84 77.65 1179.10 3198.18 17324.15 1738.43 -78.22 78.22 85 21.72 840.20 5000.00 12703.45 1042.52 -63.83 63.83 86 4.58 365.80 1489.93 12832.25 155.29 -13.93 13.93 87 2.42 257.60 500.00 6304.49 41.06 25.59 25.59 88 9.19 423.80 850.00 10584.51 131.55 -0.79 0.79 89 20.18 520.60 720.00 11847.82 630.73 -23.25 23.25 90 7.64 332.70 378.54 13054.02 96.61 -6.90 6.90 91 11.57 379.00 402.00 15150.89 163.68 -18.21 18.21 92 19.86 463.60 904.18 14485.67 238.77 -15.14 15.14 93 10.21 358.80 600.00 12928.44 141.06 -7.29 7.29 94 316.22 1872.90 6700.00 31026.88 2102.11 40.79 40.79 95 13.02 395.00 6194.07 15077.53 252.65 -24.10 24.10 96 10.08 380.80 1352.32 9253.41 188.50 5.83 5.83


(4)

lxxxviii   

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas (K-S)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 32.37416299

Absolute .108

Positive .108

Most Extreme Differences

Negative -.074

Kolmogorov-Smirnov Z 1.060

Asymp. Sig. (2-tailed) .211

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran 5. Hasil Heterokedastisitas (Glejser)

Coefficientsa Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 2.953 4.843 .610 .544

Belanja Daerah .015 .012 .205 1.296 .198

Investasi -.001 .001 -.123 -1.507 .135

Pendapatan per Kapita .000 .001 .031 .295 .769

1

Jumlah Penduduk .027 .006 .588 .344 .080

a. Dependent Variable: AbsUT

Lampiran 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Jumlah Penduduk,

Investasi, Pendapatan per Kapita, Belanja Daeraha

. Enter


(5)

Model Summaryb

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Wa

1 .862a .743 .732 33.07803 .743 65.913 4 91 .000

a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, Investasi, Pendapatan per Kapita, Belanja Daerah b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 288477.880 4 72119.470 65.913 .000a

Residual 99568.211 91 1094.156

1

Total 388046.090 95

a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, Investasi, Pendapatan per Kapita, Belanja Daerah b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Correlations Collinea

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Toleran

(Constant) - 68.589 10.186 - 6.734 .000

Belanja Daerah .055 .025 .272 2.241 .027 .811 .229 .119 .

Investasi .003 .002 .018 .281 .779 .286 .029 .015 .

Pendapatan per Kapita .005 .001 .324 4.026 .000 .733 .389 .214 .

1

Jumlah Penduduk .045 .013 .353 3.405 .001 .792 .336 .181 .

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Coefficient Correlationsa

Model Jumlah Penduduk Investasi Pendapatan per Kapita Belanja Daerah

Jumlah Penduduk 1.000 -.095 -.047 -.690

Investasi -.095 1.000 .363 -.313

Pendapatan per Kapita -.047 .363 1.000 -.510

Correlations

Belanja Daerah -.690 -.313 -.510 1.000

Jumlah Penduduk .000 -2.143E-6 -7.129E-7 .000

1

Covariances


(6)

xc   

Pendapatan per Kapita -7.129E-7 7.191E-7 1.313E-6 -1.443E-5

Belanja Daerah .000 -1.334E-5 -1.443E-5 .001

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) Belanja Daerah Investasi Pendapatan per Kapita Jumlah Penduduk

1 4.190 1.000 .01 .00 .01 .00 .01

2 .383 3.309 .02 .00 .71 .03 .00

3 .334 3.544 .12 .02 .04 .01 .18

4 .059 8.445 .42 .34 .03 .14 .71

1

5 .035 10.972 .43 .64 .20 .82 .11

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Pendapatan Asli Daerah Predicted Value Residual

22 4.109 320.06 184.1556 135.90445

46 3.509 324.26 208.1779 116.08215

a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -37.2978 275.4326 30.2502 55.10544 96

Residual -78.21815 135.90445 .00000 32.37416 96

Std. Predicted Value -1.226 4.449 .000 1.000 96

Std. Residual -2.365 4.109 .000 .979 96


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

6 106 122

Flypaper Effect Pada Unconditional Grant Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 45 80

Pengaruh Belanja Daerah, Investasi, Pendapatan Per Kapita Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Sumatera Utara

2 54 110

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 46 101

Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara

1 63 83

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Di Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 40 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 35 106

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 13

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 0 16