KESELARASAN KOMUNIKASI PADA VISI PRODUSER DAN REPORTER DI JAWA POS MEDIA TELEVISI (JTV).

(1)

SKRIPSI

DiajukanKepadaUniversitas Islam NegeriSunanAmpel Surabaya GunaMemenuhi Salah SatuSyaratMemperolehGelar

SarjanaIlmuKomunikasi (S.I.Kom.)

Oleh :

MAR’ATUS SHOLIHAH NIM. B06212018

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

vii

ABSTRAK

Mar’atus Sholihah, B06212018, 2016. Keselarasan Komunikasi Pada Visi Produser dan Reporter di JawaPos Media Televisi (JTV).

Kata kunci :Keselarasan Visi, Produser dan Reporter

Dalam penelitian ini ada dua rumusan masalah yang diambil oleh peneliti yakni: (1)Bagaimana cara membangun interelasi pada produser dan reporter JTV. (2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat keselarasan visi produser dan reporter di JTV.

Untuk mengungkapkan persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, maka peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan teori Interaksi Simbolik dan pendekatan fenomenologi. Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa (1) kurangnya intensitas tatap muka, produser dan reporter sering dilakukan menggunakan handphone (2) Sibuk dengan kerjaan masing-masing, karena dikejarnya deadline. (3) Kurang memperhatikan kedekatan hubungan, karena jarangnya berkomunikasi. (4) Komunikasi dilakukan ketika penting saja, komunikasi sering terjadi ketika membahas soal pekerjaan saja.

Selanjutnya faktor-faktor penghambat keselarasan yakni (1) Dikejarnya deadline (2) Jarangnya melakukan komunikasi interpersonal (3) Kurangnya kerjasama yang efektif (4) Minimnya kesadaran akan visi (5) Jarangnya reporter menulis berita di kantor.

Berdasarkan penelitian ini, rekomendasi untuk peneliti berikutnya yakni diharapkan lebih mendalami hakikat keselarasan untuk kepentingan komunikasi, agar penelitian bias lebih mudah dilakukan.


(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL…..... ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR BAGAN……… xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17

2. Subyek, Obyek dan lokasi... 18

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahapan-Tahapan Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

6. Teknik Analisis Data ... 27


(10)

ix

I. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Keselarasan dalam Membangun Visi……… 32

2. Hubungan Produser, Reporter dan Keharmonisan Kerja…35 3. Interaksi SDM perusahaan dan keselarasan makna……….44

4. Visi Sebagai Tujuan Lembaga……….49.

B. Kajian Teori ... …..…. 54

1. Teori Interaksi Simbolik ... . 53

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Lokasi,Obyek, Subyek Penelitian ... 58

1. Deskripsi lokasi penelitian………. 58

2. Motto Visi dan Misi……… 59

3. Jangkauan Siaran………. 60

4. Target Pemirsa………. 61

5. Identitas Perusahaan……… 62

6. Struktur Organisasi………. 63

7. JTV Sebagai Pilihan Lokasi Penelitian……….. 64

B. Deskripsi Objek Penelitian ... 64

C. Deskripsi Subyek Penelitian ... 64

1. Profil Informan Produser... 63

2. Profil Informan Reporter... 65

D. Deskripsi Data Penelitian ... 66

1. Cara Membangun Interelasi Produser dan Reporter….. 68

a. Interelasi Ketika Instruksi Tugas………. 69

b. Interelasi Ketika Reporter Mengumpulkan Berita... 70

c. Interelasi Media telephone………...………. 72

d. Interelasi Forum Mingguan Rapat………. 74

2. Faktor-Faktor Penghambat Keselarasan……….. 75

a. Dikejar Deadline……… 76


(11)

x

c. Kurangnya Kerjasama yang Efektif………... 78 d. Minimnya Kesadaran Terhadap Visi……….. 81 e. Jarangnya Reporter Menulis Berita di Kantor……… 83 BAB IV : ANALISIS DATA

A. Temuan Penelitian ... 86

a. Rendahnya Intesitas Tatap Muka……… 86

b. Kesibukan Meminimalisir Interaksi………. 89 c. Minimnya Perhatian Kedekatan Hubungan………..….. 91

d. Mengutamakan Komunikasi Formal……..………….… 93

B. Analisa Temuan dengan Teori……….……….…...… 98

C. Analisa Prespektif Keislaman……….. 102

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 104 B. Rekomendasi ... 106

Daftar Pustaka Biodata Penulis Lampiran-Lampiran


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Identitas JTV... ... 66 Tabel 4.1 : Data Reporter JTV ... 94


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Logo JTV…………... ... 59

Gambar 3.2: Jangkauan Siaran ... 60

Gambar 3.3: Target Pemirsa ... 61

Gambar 3.4: Reporter Menjelaskan Berita kepada Produser ... 71

Ganbar 4.1 : Produser dan Reporter Bercanda ……… ... 90


(14)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1: kerangka pikir penelitian...

11

Bagan 3.1:

Struktur Perusahaan……

... 62

Bagan 4.1: Alur Produksi Pemberitaan... 88


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Frase dua orang atau lebih perlu ditekankan, karena sebagian literatur menyebutkan hal itu dengan komunikasi interpersonal. Komunikasi juga terjadi jika suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk simbol atau tanda, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non verbal (tindakan), tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama.1

Begitu berperannya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, maka tak heran jika komunikasi juga penting untuk membangun suatu interelasi antar satu individu maupun dengan individu lainnya. Apalagi jika hal itu diterapkan dalam sebuah perusahaan, karena memang hal pertama yang penting dalam suatu perusahaan yakni tertuju pada kebutuhan usaha yang profesional dari semua anggota tenaga kerja. Untuk menumbuhkan sikap profesional, maka perusahaan harus mampu menjaga interelasi antar karyawan.

Sebagai organisasi, perusahaan terdiri dari kumpulan orang yang bekerjasama secara teratur dan terencana di bawah koordinasi seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Maka tak dapat dipungkiri, dalam sebuah perusahaan masing–masing orang mempunyai kedudukan sendiri–

1

Dedy Mulyana, Komunikasi Efektif (Bandung : PT Remaja Rosydakarya : 2008), hal : 3


(16)

sendiri, seperti halnya dalam sebuah perusahaan media televisi. Dalam media televisi, khususnya media televisi Jawa Pos (JTV), terdiri dari berbagai macam job description. Di antaranya reporter, editor (redaktur), sub editor, redaktur pelaksana, sekertaris redaksi, penanggung jawab redaksi, penanggung jawab perusahaan, penanggung jawab umum, advertising, teknisi, desainer, pustaka, dan dokumentasi. Mereka adalah orang yang berperan penting dalam tercapainya suatu tujuan yang diharapkan oleh sebuah perusahaan.

JTV (Jawa Pos Televisi), adalah sebuah stasiun televisi lokal swasta regional pertama di Indonesia yang juga terkenal merakyat dan sekaligus yang terbesar hingga saat ini. Berdirinya JTV sejak 8 November 2001 dengan Logo JTV ini hingga pada pertengahan 2012.

Berbicara tentang bagian internal dari sebuah perusahaan media televisi Jawa Timur (JTV), dalam hal ini penulis terfokus untuk mengambil obyek komunikasi interpersonal yang terjadi pada reporter dan produser. Melalui hal ini, maka akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Jika produser mampu menjaga komunikasi internal kepada reporter, maka dia akan lebih mudah untuk mengatur proses peliputan reporter di lapangan, serta dapat menyelaraskan visinya. Sedangkan visi yang ada pada divisi pemberitaan

pada ruang redaksi adalah, ”Menjadi Saluran Informasi Yang Cepat, Akurat, dan Berpengaruh“. Visi tersebut telah disepakati bersama pada ruangan pemberitaan, tetapi belum tertulis pada sebuah buku. Ketika suatu visi sudah terselaraskan, maka hal ini berdampak pada informasi yang jelas mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan pada reporter sehingga tidak memakan waktu yang lama. Karena memang reporter harus memenuhi tuntutan


(17)

pembacanya dengan memberikan kontribusi yang maksimal dalam proses pencarian data, pengolahan data dan penyampaian informasi.

Fenomena interelasi yang terjadi pada Jawa Pos Televisi (JTV) yakni, setiap aktivitas komunikasi yang dilaksanakan oleh reporter dan produser hanya ada ketika penting saja. Seperti, ketika sedang rapat yang dilaksanakan satu minggu sekali.

Komunikasi yang kedua terjadi pada waktu reporter meminta pengarahan materi berita. Komunikasi tersebut dilaksanakan sebelum reporter terjun ke lapangan untuk mencari berita. Berbeda halnya dengan reporter yang sedang mengalami kesalahan dalam penulisan berita, baik dalam segi tema, foto. Maka produser akan memanggil reporter untuk meminta pertanggung jawaban atas berita yang ditulis. Maka di sinilah komunikasi itu muncul.

Sejauh ini, peneliti belum sempat mengamati komunikasi antara produser dan reporter pada waktu senggang. Seperti ketika jam istirahat. Peneliti tak pernah menemukan produser dan reporter berada di kantin bersama-sama. Padahal komunikasi informal yang dilakukan secara intens akan menimbulkan keharmonisan tersendiri.

Ketika peneliti berada di ruang divisi news yakni ruang untuk produser dan reporter, penulis jarang melihat reporter yang ada di ruangan tersebut. Ruangan tersebut sebagian besar dipenuhi oleh selain reporter. Seperti pemimpin, wakil pemimpin, eksekutif produser, koordinator liputan, produser dan editor.

Sedangkan tim dari reporter yang ada di kantor Surabaya dengan jumlah 13 orang, diantaranya ada reporter pendidikan, ekonomi, hukum,


(18)

kesehatan, wilayah, polda, dan life style. Mereka jarang terlihat di ruangan tersebut. Hanya sebagian saja yang ada pada ruangan tersebut, untuk singgah sebentar. Kemudian menulis berita yang didapatkan, serta mengedit berita yang harus disesuaikan dengan VO-nya. Selanjutnya, setelah menulis berita selama 30 menit, para reporter berbondong-bondong untuk meninggalkan ruangan.

Padahal keefektifan komunikasi antara produser dan reporter memerlukan suasana psikologis yang sensitif dan penuh kepercayaan. Jika produser dan reporter JTV melakukan komunikasi ketika ada kepentingan saja, maka akan sulit bagi produser untuk mengatur reporter. Jika bisa dilakukan tetap saja hasil yang didapatkan tak sesuai dengan yang diharapkan. Karena diantara mereka memang kurang adanya interelasi yang dibangun secara harmonis. Dalam kata lain, ketika produser mampu membangun interelasi yang harmonis dengan reporter JTV, maka yang dapat diperoleh pemahaman visi yang sama, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih baik dan tindakan yang kompak, semuanya akan berkaitan untuk meningkatkan tinggat kinerja yang bagus diantara keduanya, yang berdampak pada keberhasilan dari Jawa Pos Media Televisi (JTV).

Ketika seorang reporter berusaha menulis suatu berita sensitif, dia harus sanggup tampil dengan jawaban mengapa sumber-sumber berita bersangkutan perlu bekerja sama. Beberapa permohonan yang bisa diajukan termasuk bahwa cerita itu akan membantu menjelaskan pekerjaan yang sedang dilakukan oleh sumber tersebut. Reporter itu juga bisa mengemukakan secara tidak langsung, tugas sumber tersebut akan lebih mudah jika berita yang


(19)

lengkap mengenai hal itu diterbitkan. Maka disinilah peran produser dalam membantu reporter untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karena redaksi dan reporter harus saling bekerja sama untuk mendapatkan berita yang berkualitas serta berita itu layak dikonsumsi untuk publik.2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berusaha mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membangun interelasi pada reporter dan produser JTV ? 2. Faktor – faktor apa saja yang menghambat keselarasan visi reporter dan

produser di JTV ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tujuan, di antaranya :

1. Untuk menjelaskan cara membangun interelasi yang ada pada reporter dan redaksi JTV

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang bisa menghambat keselarasan visi reporter dan redaksi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis : Sebagai masukan atau sumbangan pada ilmu Komunikasi umumnya dan pada bidang penyiaran khususnya. Serta dengan makalah ini dapat dijadikan bahan referensi yang konstruktif untuk

mengembangkan dan menambah pemahaman pembaca.

2

Albert L Hester, Wai Lan J To, Pedoman Untuk Wartawan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1997), hal : 100


(20)

2. Secara Praktis : Diharapkan dengan adanya makalah penelitian ini, dapat menguasai pengetahuan tentang dunia media, khususnya dibidang reporter dan redaksi yang mana mereka saling dibutuhkan antar satu dengan lainnya, maka perlu adanya keharmonisan diantara keduanya.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Kegiatan penelitian dengan judul ”Keselarasan Visi Reporter dan

Produser di JTV” baru dilakukan sekarang. Namun, banyak referensi hasil penelitian terdahulu yang diperoleh dijadikan sebagai bahan masukan dan tolak ukur bagi penulis. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irma Firda, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, prodi Psikologi 2014. Dengan judul, “Interaksi sosial di tempat kerja pada mantan Penderita Psikotis”. Maka ditemukan beberapa kesamaan diantaranya, penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan fokus penelitian interaksi sosial di tempat kerja.

Perbedaan yang ada pada penelitian ini yakni, fokus penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Toko Parfum yang ada di Delta Plaza, dengan subyek orang yang menderita penyakit psikotis. Penelitian ini juga terfokus untuk meneliti gambaran mantan penderita psikotis yang berinteraksi dengan sosialnya di tempat kerja.

Penemuan kedua yakni, penelitian yang dilaksanakan oleh Arton Bimantara. Seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, prodi Ilmu

Komunikasi. Dengan judul “Komunikasi interpersonal kekompakan tim


(21)

beberapa kesamaan. Hal awal yang sama yakni, obyek yang diteliti sama– sama komunikasi antar pribadi, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teori interaksi simbolik. Namun, dalam penelitian ini juga terdapat perbedaan, diantaranya obyek yang diteliti adalah sebuah tim basket, sedangkan penelitian saya yakni obyeknya adalah produser dan reporter.

F. Definisi Konsep 1. Keselarasan

Keselarasan berasal dari kata selaras, yang berarti : searah, seiring, seirama, atau sejalan. Dengan kata lain keselarasan adalah situasi yang menggambarkan harus saling menumbuhkan ketenteraman sesama. Kebahagiaan hidup manusia akan tercapai apabila didasarkan pada keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam seluruh aspek kehidupan.3 Menurut kamus Bahasa Indonesia, keselarasan berarti menjadikan selaras; membuat supaya selaras; menyesuaikan.4

Sedangkan komunikasi sendiri merupakan aspek terpenting namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena itu seseorang harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.5

3

http://wahidasyafitri. blogspot. in/2013/06/makala-sila-pertama-pancasila. html

4

Kamus Bahasa Indonesia , (Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa , Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan , 2011) , hal : 267

5

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hal: 1


(22)

Keselarasan komunikasi mempunyai definisi kesesuaian makna untuk mencapai target yang ditentukan. Jika komunikator dan komunikan telah selaras maka hal yang mereka dapatkan yakni mudahnya dalam mencapai kesepakatan bersama. Jika hal ini diaplikasikan dalam sebuah perusahaan, maka tak dapat dipungkiri perusahaan akan mudah berkembang jika antar karyawan bisa menjaga hubungan interpersonal mereka.

Keselarasan merupakan hasil dari suatu hubungan yang baik antar komunikator dan komunikan. Sedangkan hubungan memiliki sikap yang dinamis. Komunikasi pada dasarnya adalah upaya orang dalam mengola persamaan dan perbedaan. Sebenarnya komunikasi menuntun untuk bersama-sama menuju kesamaan, namun tak dapat dipungkiri komunikasi juga menciptakan, mempertahankan, dan mengelola berbagai perbedaan.

Hubungan juga terbentuk melalui dialog. Komunikasi ini menentukan cara pemberian makna atau mendefinisikan hubungan dengan orang lain. Dialog juga memberikan peluang untuk mencapai kesatuan dalam perbedaan.

Melalui dialog seseorang dapat mengelolah kekuatan sentrifugal dan sentripental yang bersifat saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu kekuatan yang memberi penyatuan dan kekuatan yang memberikan perasaan untuk mempertahankan keutuhan.

2. Visi

Visi adalah pandangan jauh tentang suatu perusahaan ataupun lembaga dan lain-lain. Visi juga dapat diartikan sebagai tujuan perusahaan atau lembaga dan apapun yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya


(23)

pada masa yang akan datang atau masa depan. Visi tidak dapat dituliskan secara lebih jelas karena menerangkan mengenai detail gambaran sistem yang ditujunya. Hal ini disebabkan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang.6

Dalam buku versi baru Manajemen Sekolah, karya Sudarwan Danim menyebutkan, visi adalah daya pandang jauh ke depan, mendalam dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas–batas fisik, waktu, dan tempat. Cortada

mendefinisikan visi sebagai “A view of our environment will anable our tremendous future success”. Definisi ini menyiratkan bahwa kesuksesan yang bermakna pada masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan orang dalam memandang lingkungan sangat cermat. Faktor–faktor lingkungan itu amat menentukan kesuksesan menggapai masa depan itu.

Dilihat dari perspektif waktu, visi pada intinya menyoal tentang masa depan, dengan rentang waktu (time frame) tertentu. McLaughlin

mendefinisikan visi sebagai berikut: ”Vision: The long term future desired state of an organization, usually expressed in a 7 – 20 years time frame. Often included in the vision statement are the areas that organization needs to care about in order to succed. The vison should inspire and motivate”.

Visi, karenanya, tidak hanya berkaitan dengan apapun yang diinginkan oleh manusia organisasional, tetapi dapat juga merujuk pada nuansa–nuansa yang akan mewarnai gaya kepemimpinan dan manajemen sebuah perusahaan. Dilihat dari aspek bisnis, manusia organisasional

6


(24)

memiliki interest yang kuat pada bisnis. Hal itu diorientasikan secara institusional kepada semua orang yang ada pada unit bisnis. Hal itu diorientasikan secara institusional kepada semua orang yang ada pada unit bisnis itu.7

Untuk mencapai suatu visi, maka perlu adanya komunikasi. Karena mustahil, tanpa adanya suatu komunikasi visi bisa terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika produser dan reporter di JTV mampu membangun suatu komunikasi yang baik, maka disinilah jelas akan mudah menyelaraskan sebuah visi.

Meskipun belum pasti melalui sebuah komunikasi, mampu dengan mudah menyelaraskan sebuah visi. Tapi jembatan dari sebuah keselarasan visi yakni komunikasi, melalui komunikasilah kita mampu membangun hubungan dengan beragam jenisnya dari hubungan sambil lalu yang terjadi antara redaksi dan reporter. Komunikasi sendiri adalah sarana mencapai kegiatan bersama, menghubungkan satu dengan lainnya dan melalui hal ini juga mampu menjadikan alat untuk berbagai ide.8

3. Produser

Salah satu bagian yang ada pada perusahaan media televisi adalah produser. Produser adalah unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi. Produser merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan suatu program.

7

Sudarwan Dawin , Visi Baru Manajemen Sekolah , (Jakarta : PT Bumi Aksara , 2008) , hal : 71-72.

8

Ibnu Hamad , Komunikasi dan Perilaku Manusia , (Depok : PT Raja Grafindo Persada , 2013) , hal : 17


(25)

Dalam organisasi atau surat kabar di mana pun, sebelum seseorang reporter turun atau diturunkan ke lapangan, ia harus lebih dulu mendengarkan dari produser apapun yang dihasilkan dalam rapat redaksi di pagi hari seputar berita-berita yang perlu diliput jika wartawan atau reporter bekerja di harian pagi. Setiap surat kabar harian pagi memang selalu mengadakan rapat pagi yang dihadiri oleh para redaktur yang dipimpin oleh produser untuk menentukan berita–berita apa saja yang akan dimuat untuk mengisi halaman-halaman surat kabar mereka esok hari.

Pada produksi program informasi, khusunya program berita, produser bertanggung jawab terhadap suatu program berita. Stasiun televisi biasanya menyiarkan lebih lebih dari satu program berita dalam sehari semalam. Stasiun televisi yang berskala nasional biasanya memiliki tiga hingga empat berita reguler, yakni program berita pagi, siang, sore dan malam. Masing-masing program berita dipimpin oleh beberapa produser. Produser akan memutuskan apa saja yang akan disiarkan dalam program beritanya. Berapa lama durasi suatu berita dapat disiarkan, format apa yang digunakan apakah voice over (VO), paket, reader dan lain-lain.

Artinya, produser bertugas mengawasi pelaksanaan peliputan berita atau boleh juga disebut kapten regu pemberitaan. Dia bertanggung jawab atas disajikannya berita–berita yang berimbang dan lengkap tentang berita– berita yang berimbang dan lengkap tentang berita–berita utama, baik lokal maupun non lokal, yang penting dan ditunggu–tunggu pemirsa.9

9


(26)

4. Reporter

Reporter atau jurnalis bisa dikatakan merupakan posisi awal dalam karier jurnalistik di televisi, selain juru kamera. Reporter sering dianggap sebagai ujung tombak produksi berita televisi. Di dunia jurnalistik televisi, skill sebagai reporter menjadi bekal dasar untuk menapak ke posisi–posisi atau jenjang karir berikutnya. Dengan skill sebagai reporter di stasiun televisi Indonesia, bukan tidak mungkin juga akan menjadi bekal untuk menapak karier sebagai jurnalis televisi internasional.10

Perkembangan di dunia jurnalistik pertelevisian Indonesia menuntut tersedianya tenaga terampil dalam bidang pertelevisian, begitu juga dengan JTV. Karir di dunia jurnalistik televisi meliputi: produser, asisten produser, reporter, kameramen, presenter dan editor. Seorang reporter dituntut untuk mahir dalam menulis. Menulis bisa dikatakan suatu ketrampilan utama seorang, bahkan menulis juga bisa dikatakan sebagai keterampilan utama seorang reporter televisi, dan menulis untuk televisi sebagai media audio visual yakni menulis untuk mata dan telinga. Oleh karena itu, jika para reporter menulis dengan asal-asalan maka penonton sulit memahaminya. Apalagi ketika menulis suatu berita yang dibacakan oleh presenter tidak dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pasti ada trik tersendiri akan hal itu.

Reporter atau wartawan TV bekerja secara cepat mengumpulkan informasi, menentukan lead berita, menulis berita dan melaporkannya, baik secara live atau direkam dalam bentuk paket yang akan disiarkan kemudian.

10


(27)

Perkembangan teknologi yang cepat dalam pengiriman gambar dan suara, mengharuskan reporter untuk bekerja lebih cepat pula, ia harus cepat berangkat ke lokasi peliputan, mengumpulkan informasi di lapangan dan melaporkannya secara langsung di depan kamera walaupun tanpa persiapan yang cukup, harus mendapatkan poin tersendiri.

Wartawan televisi atau reporter sebagaimana wartawan radio, adalah wartawan penyiaran. Mengenai reporter ini Wark W. Hall dalam bukunya Broadcast Jurnalism mengatakan bahwa wartawan penyiaran adalah ”a newsperson who works for a radio or television”. Jadi, wartawan penyiaran adalah seseorang yang bekerja untuk stasiun radio atau televisi dan membuat suatu karya yang akan disiarkan melalui media radio atau televisi.

Seorang reporter televisi harus memahami ilmu jurnalistik di samping harus kreatif, dalam arti mengetahui benar peristiwa–peristiwa yang mempunyai nilai jurnalistik. Wartawan televisi yang baik adalah seorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, dalam hal ini ia tidak hanya dituntut untuk dapat menulis berita dengan baik dan benar saja, melainkan ia juga dapat menyampaikan berita dengan kata-kata baik dan benar serta mimik dan ekspresi yang baik di depan kamera.

Jadi jelas di sini, bahwa yang dimaksud dengan reporter adalah seseorang yang profesinya di bidang pemberitaan dan bekerja pada stasiun televisi dan radio, yang hasil liputannya akan disiarkan melalui media radio atau televisi. Sebagai reporter atau wartawan penyiaran, khususnya untuk televisi, maka seorang reporter harus membekali diri dengan pengalaman


(28)

dan pengetahuan yang luas melalui latihan–latihan yang intensif (mendalam) dan juga mengetahui benar mengenai sifat–sifat media televisi.11

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1. 1 Kerangka pikir penelitian

Dalam kerangka pikir penilitian dapat dijelaskan bahwa untuk membangun keberhasilan perusahaan, maka perlu adanya perhatian untuk

11

Morissan , Jurnalis Televisi Mutakhir , (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008) , hal : 48, 49 , 50.

Proses Komunikasi

Interaksi Simbolik Interelasi

Produser dan Reporter JTV


(29)

memperbaiki hubungan antar anggota perusahaan (interelasi). Perusahaan akan berfungsi secara efektif jika anggota dari perusahaannya mampu mengerjakan peran masing-masing secara konsisten. Dengan judul penelitian ”Keselarasan Komunikasi Pada Visi Produser dan Reporter“, maka hal awal yang akan dilaksanakan oleh peneliti yakni, menentukan obyek kajian, yang mana dalam penelitian ini peneliti menjadikan komunikasi antar pribadi sebagai obyek kajiannya.

Interelasi adalah hubungan antar satu dengan lainnya, yang dalam hal ini hubungan yang dimaksud antara reporter dengan produser. Agar sebuah tujuan berjalan sesuai yang diharapkan, maka perlu adanya keselarasan visi terlebih dahulu. Sedangkan, keselarasan tidak akan muncul jika interelasi yang dibangun antar keduanya tidak harmonis. Meskipun, tak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda, namun dalam sebuah perusahaan media, produser mempunyai jabatan lebih tinggi dibandingkan dengan reporter. Namun dengan hal itu, bukan berarti reporter tidak dapat andil dalam memberikan sebuah solusi, reporter boleh memberikan sebuah masukan, tapi harus sesuai dengan visi awal dari produser. Disinilah perlu adanya sebuah keselarasan visi.

Setelah meneliti hakikat dari sebuah interelasi serta cara membina interelasi yang baik, maka selanjutnya penelitian akan beralih ke topik utama dalam penelitian ini, yakni interelasi yang ada pada produser dan reporter Jawa Pos Media Televisi dalam keselarasan visi. Terjadinya sebuah interelasi yang baik harus mempertimbangkan cara–cara yang dapat mengintegrasikan semua aktivitas dari produser dengan reporter JTV, dan


(30)

cara yang paling praktis secara definitif saat ini adalah mendasarkan program–program redaksi pada analisis berita yang akan di muat. Tak hanya itu, memahami teori dan praktik hubungan antara redaktur pelaksana dan reporter sama pentingnya dengan memahami apa yang ingin diketahui oleh audiens yang berbeda-beda, yang dari merekalah respons atas sebuah pesan atau reputasi perusahaan berasal, sehingga prinsip-prinsip saling memahami, yang tidak memerlukan persetujuan, dapat diterapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan teori interaksionisme simbolik, model teori interaksionisme simbolik memandang bahwa makna–makna (meanings) dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi dalam kelompok-kelompok sosial. Bahasa dalam hubungan ini dipandang sebagai pengangkut realita (informasi) yang karenanya menduduki posisi sangat penting. Interaksionisme simbolik merupakan gerakan cara pandang terhadap komunikasi dan masyarakat yang pada intinya berpendirian bahwa struktur sosial dan makna–makna dicipta dan dilanggengkan melalui interaksi sosial.12

H. Metode Penelitian

Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang saling sambung menyambung berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena–fenomena. Peneliti ilmiah lebih banyak bergantung pada cara peneliti mengumpulkan fakta sehingga peneliti

12

Pawito , Penelitian Komunikasi Kualitatif ,(Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara , 2007), hal : 67


(31)

dalam melakukan penelitiannya memerlukan metode penelitian agar dapat menjelaskan data yang diperoleh.

Menentukan metode penelitian untuk hal yang cocok digunakan dalam suatu penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya mempertimbangkan kesesuaian metode dengan tujuan serta subyek penelitian.13 Di sini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal– hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari–hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir, oleh karena itu urut–urutan kegiatan dapat berubah–ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala–gejala yang ditemukan.14

Setiap karya ilmiah yang dibuat selalu disesuaikan dengan metodologi penelitian. Seorang peneliti harus mampu memahami metode penelitian yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahamipengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk

13

Pawito , Penelitian Komunikasi Kualitatif , (Yogyakarta : PT LKIS PELANGI AKSARA , 2007) , hal : 84.

14


(32)

mengkaji sejumlah subyek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama didalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna.

Jenis penelitian yang terkenal ada 2, yakni: penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam hal ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif karena sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau terucap dari informan dan juga dapat dari pengamatan perilaku yang diamati untuk diarahkan pada latar dan indvididu secara holistik penelitian kualitatif mempunyai tujuan agar peneliti lebih mengenal lingkungan penelitian, dan dapat terjun langsung ke lapangan.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek

Subyek penelitian kali ini adalah produser dan reporter yang berada di Jawa Pos Media (JTV) Surabaya. Dengan mengfokuskan penelitian yakni tentang interelasi antara produser dengan reporter yang berada di Jawa Pos Media Televisi (JTV) guna menyelaraskan sebuah visi .

b. Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi dengan menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang diaplikasikan untuk meneliti produser dan reporter yang ada di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya dalam upaya keselaran visi.


(33)

c. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti di lokasi Jawa Pos Media Televisi (JTV) yang terletak di lokasi Jalan Ahmad Yani No. 88, karena memang peneliti fokus untuk meneliti penyelarasan visi antara produser dengan reporter Jawa Pos Televisi (JTV).

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Pada suatu penelitian diperlukan jenis data yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Jenis Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui proses wawancara dan observasi. Data primer diperoleh dari sumber data primer, yaitu sumber pertama di mana sebuah data diperoleh.15 Dalam hal ini, peneliti memperoleh data tentang interelasi antara produser dengan reporter JTV untuk menyelaraskan visi.

2. Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber data tambahan atau pelengkap dari data primer yang ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data yang berasal dari dokumen-dokumen baik berupa buku, dokumen lain mengenai obyek penelitian yang dibutuhkan dalam

15

Burhan Bungin , Metodologi Penelitian Kuantitatif , (Jakarta : Kencana Prenada Group , 2005) , hal : 132


(34)

penelitian.16 Dalam hal ini, data-data diperoleh dari dokumen tentang obyek penelitian yakni produser dan reporter yang ada di JTV Surabaya. Yang termasuk dalam data sekunder adalah sumber data dari hasil wawancara dilakukan dengan pola purposive sampling, karena dengan pola ini peneliti bisa menentukan informan. Yakni mencari data dari satu reporter dan redaksi dari Jawa Pos Televisi (JTV) yang menjadi subyek penelitian dan bisa menghasilkan data yang diinginkan.

b. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari keterlibatan langsung peneliti untuk ada disekitar produser dan reporter JTV untuk mendapat info tentang interelasi yang terjadi pada reporter dan redaksi yang terjadi guna menyelaraskan makna.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan atau pelengkap dari data primer yang ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari buku–buku, internet serta beberapa referensi yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian.

3. Tahap – Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tahap penelitian yaitu :

16


(35)

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan, adalah tahap untuk menganalisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti sebelum di lapangan atau pra lapangan.17 Di antaranya:

1. Memilih lapangan penelitian, yakni di Jawa Pos Televisi (JTV) Surabaya.

2. Memilih dan memanfaatkan informan, hal ini dilakukan untuk

membantu mempermudah memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan.

3. Menyiapkan perlengkapan penelitian, semua perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis peneliti, disiapkan secara sempurna.18

b.Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap yang selanjutnya yakni tahap pekerjaan lapangan. Tahap pekerjaan lapangan adalah tahap di mana peneliti mulai memasuki

17

, Sugiono ,Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif ………. . hal : 245

18


(36)

lapangan. Peneliti berada di lapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan,19 dan dalam hal ini ada tiga bagian:

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri pekerjaan di lapangan Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu, ia perlu mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun secara mental. 2. Memasuki Lapangan

Ketika peneliti telah memasuki lapangan, hal – hal yang perlu di pahami adalah keakraban hubungan, maka ketika peneliti telah akrab dengan informan, data-data yang akan diperoleh akan lebih mudah, karena subyek dengan suka rela menjawab pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan. Untuk lebih akrab lagi, maka peneliti juga harus mampu mempelajari bahasa yang digunakan oleh latar penelitiannya. Peneliti sebaiknya tidak hanya mempelajari bahasa, tetapi juga simbol–simbol yang digunakan oleh orang–orang yang menjadi subyek. Peneliti hendaknya sekurang–kurangnya mengerti dan jangan hanya menduga bahwa ia mengerti agar tidak terjadi kesalah pahaman.20

3. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Peran peneliti dalam hal ini dibatasi. Peneliti berupaya menghitungkan pula keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin biaya sehingga peneliti tidak sampai terpancing untuk mengikuti arus

19

Lexy J Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif , hal : 137

20


(37)

kegiatan orang pada latar penelitiannya. Karena peneliti memberikan batasan, agar penelitian yang dilaksanakan sesuai dengan yang dijadwalkan, serta sesuai dengan tema kegiatan apa saja yang akan diikuti oleh peneliti. Setelah peneliti memperhatikan peran dilapangan, peneliti melakukan pencatatan lapangan. Catatan yang ditulis sewaktu mengadakan pengamatan wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu, agar mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.21

c. Tahap Pasca Lapangan

Tahap pasca lapangan adalah tahap dimana peneliti review terhadap tahap–tahap sebelumnya. Sehingga segala sesuatu sudah harus beres sebelum tahapan ini diakhiri.22

d. Analisis Data

Dalam hal ini, sama saja dengan tahap review terhadap tahap- tahap sebelumnya. Namun demikian, tahap ini adalah tahapan kunci dari kerja secara interaksionisme simbolik, sehingga segala sesuatu sudah harus beres, sebelum tahapan ini diakhiri. Dalam hal ini peneliti melakukan:

1. Mereview data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, apabila ada data yang terlewatkan atau meragukan maka harus ditelusuri kembali. 2. Konsep dan teori-teori yang telah dibangun dalam penelitian ini,

kemudian diuangkapkan bersama teori-teori lain, apakah teori-teori lain juga menunjang, memperluas atau menampik hasil penelitian.

21

Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, Hal : 144

22


(38)

3. Untuk mencapai draft laporan akhir, peneliti merevisi dan mengedit semua draft laporan yang telah dibuatnya, menjadi laporan akhir yang siap dipublikasikan.23

e. Pengabsahan Data

Agar data yang disajikan akurat, dan dipercaya, maka dalam tahapan ini peneliti akan mengecek dan melihat kembali data yang ada kemudian disajikan lengkap sebagai hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti akan melakukan :

1. Pengecekan melalui diskusi (diskusi dengan berbagai kalangan yang terkait dengan masalah yang menjadi topik penelitian untuk menguji keabsahan data).

2. Kecukupan referensi (keabsahan data dapat dilakukan dengan

memperbanyak referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang dilakukan).

3. Uraian rinci (peneliti akan menjelaskan secara terperinci dari data yang ditemukan oleh peneliti).

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian–kejadian, perilaku, obyek–obyek yang dilihat dan hal–hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap

23


(39)

selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola–pola perilaku dan hubungan yang terus– menerus terjadi. Jika hal itu sudah ditemukan, maka peneliti dapat menemukan tema–tema yang akan diteliti.24

Inti dari sebuah observasi adalah perilaku yang nampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar dan dapat dihitung dan juga dapat diukur. Selain itu, observasi juga harus mendapat tujuan tertentu, karena observasi tanpa tujuan bukan merupakan bagian dari observasi.

Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri/berkecimpung di lingkungan sosial yang diamati, melalui teknik partisipasi untuk memperoleh data relatif yang lebih akurat dan lebih banyak, karena peneliti secara langsung mengamati kejadian dan perilaku/peristiwa dalam lingkungan sosial tertentu.25 Dalam hal ini, peneliti langsung mengamati interelasi produser serta reporter di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya dalam hal penyamaan visi.

b. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara memberikan pertanyaan kepada informan, dan informan memberikan jawaban.26

24

Jonatan Sarwono , Metode Penelitian ………. Hal : 224

25

Rosady Ruslan , Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi ,hal 35

26


(40)

Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal, wawancara umum yang terarah, wawancara terbuka yang standar.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil obyek yang akan diwawancarai yakni produser serta reporter yang ada di JTV.

c. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk memperkuat bukti dari penelitian yang kita lakukan. Dokumentasi yang diambil berupa foto, yang terkait dengan hal – hal yang penting dan sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian – pengertian,


(41)

konsep – konsep dan pembangunan suatu teori baru. 27 Teknik analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahapan pengumpulan data, tahapan kedua adalah reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data dan tahapan yang terakhir adalah tahapan penarikan kesimpulan.

a. Tahap Reduksi Data

Proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Hasil wawancara, observasi akan dubah menjadi bentuk tulisan.

b. Tahap Display Data

Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpulan data dan telah berbentuk tulisan, langkah selanjutnya adalah display data. Mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam, serta akan memecahkan tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan meemberikan kode dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.

c. Tahap Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema

27Jonathan Sarwono , Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif…………


(42)

yang tercantum pada tabel subkategorisasi dan pengkodean yang sudah terselesaikan disertai dengan qoute verbatim wawancaranya.28

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan hasil penelitian. Banyak hal penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal diantaranya: subyektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol (observasi partisipasi), sumber data kualitatif yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian.29

Di dalam penelitian kuantitatif uji validitas dan uji realibitas dapat dilakukan terhadap alat penelitian untuk menghindari ketidak validan dan ketidaksesuaian instrument penelitian itu dianggap sudah valid dan sesuai dengan data yang diinginkan. Akan tetapi dalam penelitian kualitatif ketiga hal di atas akan terus mengganggu dalam proses–proses penelitian kualitatif. Untuk itu perlu dibangun mekanisme untuk mengatasi keraguan setiap hasil penelitian kualitatif. Sehubungan dengan itu, Moleong mencoba membangun teknik pengujian keabsahan data yang ia beri nama teknik pemeriksaan.30 Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang dipakai oleh peneliti adalah:

a. Perpanjangan Waktu

28

Haris Herdiansyah , Metode Penelitian Kualitatif , (Salemba Humanika : Jakarta , 2012) , hal : 161.

29

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, ………. . hal : 261 – 262.

30


(43)

Padget (1998) menyatakan bahwa perpanjangan waktu antara peneliti dengan subyek yang diteliti dapat menghindarkan penelitian dari bias kereaktifan dan bias responden.31 Dalam hal ini, peneliti melakukan proses pendekatan terlebih dahulu terhadap reporter serta redaksi JTV sebelum ke pokok pembahasan inti untuk melakukan wawancara kepada informan.

b. Triangulasi

Dalam proses ini, peneliti menggunakan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang fenomena interelasi reporter dengan redaksi yang ada di Jawa Pos Media Televisi (JTV) Surabaya.

c. Melakukan Cek Ulang

Melakukan cek ulang merupakan salah satu teknik meminimalisasi kesalahan untuk memastikan semua tahapan yang telah dilakukan sudah berjalan dengan prosedur yang telah ditetapkan.

I. Sistematika Pembahasan

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan penelitian ini, maka penulis merinci dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Sub bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah dalam penelitian, tujuan dari penelitian, dan juga manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian, kerangka konseptual

31


(44)

penelitian, metode penelitian, dijelaskan uraian singkat mengenai sistematika pembahasan penulisan penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang definisi dan tinjauan secara teoritis terkait fenomena yang diteliti. Dan dalam penelitian ini, maka akan mendeskripsikan segala sesuatu yang berkatan dengan public relation dan teori yang dipakai dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang data yang mendeskripsikan subyek dan lokasi penelitian. Serta juaga peneliti menjabarkan data-data dari penelitian.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini, berisi tentang tahapan – tahapan penelitian dari awal hingga akhir. Bagaimana peneliti mempersiapkan diri dalam kancah penelitian dan peneliti dapat mengenal subyek penelitian dengan baik sehingga data yang diterima dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, juga dicantumkan kegiatan pengambilan data seperti jadwal wawancara atau observasi yang telah dilakukan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab 5 ini berisi tentang kesimpulan proposal, kemudian saran-saran penelitian, kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(45)

(46)

29

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Pustaka

1. Keselarasan Dalam Membangun Visi

Komunikasi dikatakan berhasil apabila komunikator dan komunikan bisa menyamakan makna. Artinya, komunikasi tersebut bisa sesuai dengan harapan kedua belah pihak. Jika didevinisikan komunikasi mereka selaras. Setelah komunikator dan komunikan melakukan komunikasi, sama-sama berusaha untuk menciptakan makna dalam sebuah interaksi yang mereka bangun, maka tujuan yang utama yakni timbul sebuah keselarasan.

Keselarasan bermakna sama. Dalam kamus bahasa Indonesia keselarasan berasal dari kata laras yang artinya kesesuaian atau serasi.28 Keselarasan dalam makna komunikasi yakni kesesuaian makna untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Tujuan adalah sasaran yang membimbing kegiatan organisasi. Ia adalah patokan penilaian terhadap efektivitas, keberhasilan, kelangsungan hidup, dan kemampuan beradaptasi perusahaan.

Komunikasi memainkan peranan penting dalam penetapan tujuan perusahaan, memantau kemajuan pencapainya dalam menetapkan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan definisi ulang tujuan perusahaan. Perusahaan dibentuk dengan tujan utama untuk melayani masyarakat. Seperti halnya sistem, kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu

28

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher hal: 517


(47)

perusahaan tergantung pada ketersediaan sumber daya yang memadai. Perusahaan menyediakan barang dan jasa, sementara sebagai imbalannya biasanya dia menerima kompensasi.29

Keselarasan merupakan sarana utama untuk membangun masa depan perusahaan (visi). Visi berkaitan dengan pandangan ke depan ke mana instasi harus dibawa dan diarahkan agar dapat bekerja secara eksis, konsisten, antisipatif, inovatif, dan produktif. Visi pada hakikatnya adalah model masa depan organisasi yang menjadi komitmen dan milik bersama seluruh anggota organisasi. Perumusan dan penetapan visi merupakan langkah penting bagi pimpinan satuan organisasi dalam menetapkan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi. Visi harus bermanfaat dalam mengarahkan, meyakinkan serta memberi harapan untuk mencapai tujuan atau cita-cita, memperkuat komitmen, memotivasi dan menggerakkan semangat seluruh anggota satuan organisasi.30

Visi sendiri adalah daya dorong dan energi yang ditanamkan dalam instasi. Visi merupakan hal penting untuk dilekatkan pada kehidupan kerja karena visi yakni daya dorong yang membangunkan kehidupan instansi.31 Sebagai acuan hukum dalam mengemban tugas, visi dan misi setidaknya dapat dikembangkan dalam berbagai sumber filosofis, antara lain:

29

Brent D. Ruben, Komunikasi Dan Perilaku Manusiai (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2013) hal: 326

30

Ismail, Visi dan Misi Depag, Makalah (Surabaya: Balai Diklat Pegawai Teknis Keagamaan, 2005), hal :4

31


(48)

1. Sebagai Sumber Inspirasi

Inspirasi artinya sesuatu yang mengilhami atau adanya gagasan yang muncul. Inspiratif berarti sesuatu yang mampu dijadikan sebagai sumber gagasan, ide-ide, temuan-temuan baru dan wacana baru yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan visi dan misi. Dari sumber inilah para pegawai mampu berperan serta secara aktif menyampaikan gagasan, ide-ide, saran dan masukan serta kritikan yang berkaitan dengan kebijakan tugas dan implementasinya demi mutu pelayanan dan citra baik unit kerja. 2. Sebagai Sumber Inovasi

Inovasi artinya perubahan kearah yang lebih dinamis. Visi dan misi suatu unit kerja diharapkan menjadi umber perubahan kearah yang lebih baik bagi para aparatur dalam mengemban tugas-tugas instansinya.

3. Sebagai Sumber Kreatifitas

Kreatif artinya memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan yang bersifat (mengandung) daya cipta pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Visi dan Misi dapat dijadikan sebagai sumber kreatifitas bagi para aparatur di suatu unit kerja. Melalui telaah terhadap visi dan misi diharapkan para stakeholder mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan berbagai konsep kebijakan atau aturan-aturan tugas aparatur yang semakin intensif dan semakin mendukung terhadap terwujudnya tujuan organisasi atau unit kerja.


(49)

4. Sebagai Sumber Dedikasi

Dedikasi artinya pengorbanan tenaga, fikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia dan pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur Visi dan misi bias menjadi energy untuk membangkitkan dedikasi sehingga dalam menjalankan tugasnya para aparatur mengedepankan hati nurani yang mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma pengorbanan tenaga, fikiran dan waktu yang penuh tulus ikhlas sebagai niat pengabdiannya demi tujuan mulia dalam kepentingan Negara.

5. Sebagai Sumber Produktifitas

Produktif berarti mampu menghasilkan, mendatangkan atau memberi hasil menguntungkan atau membawa manfaat. Visi dan misi diharapkan juga menjadi sumber produktif bagi para stakeholder dalam melaksanakan tugas-tugasnyanya.32 Menurut Fred R. David bahwa pernyataan visi menjawab pertanyaan ”kita ingin menjadi seperti apa?” dan visi diperlukan untuk memotivasi kerja secara efektif.33

2. Hubungan Produser, Reporter dan Keharmonisan Kerja

Sebagai manusia pasti memerlukan suatu hubungan antar satu dengan lainnya, karena memang manusia adalah makhluk sosial. William Schutz selaku seorang psikolog mengembangkan teori mengenai kebutuhan interpersonal. Dalam teorinya dia menegaskan

32http://bdkjakarta. kemenag. go. id/file/media/2629forummembangunvisidanmisiinstansi. pdf

33


(50)

bahwa hubungan interpersonal yang berkelanjutan tergantung dari seberapa baik hal tersebut berkaitan dengan tiga kebutuhan dasar yakni kebutuhan afeksi, inklusi, serta kontrol.

Kebutuhan afeksi yakni keinginan untuk memberi dan mendapatkan kasih sayang. Sedangkan kebutuhan inklusi yakni keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu. Dan yang terakhir yakni kebutuhan kontrol. Kebutuhan ini dibutuhkan untuk mempengaruhi orang atau peristiwa dalam kehidupan.34

Menurut Roger hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut:

a. Bertemu satu sama lain secara personal.

b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lainnya secara berarti.

c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.

d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain.

e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan ganguan arti. f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan

memperkuat perasaan aman terhadap yang lain.

34

Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal dalam interaksi Keseharian(Jakarta: Salemba Humanika,2013), hal: 12


(51)

Pace dan Boren mengusulkan cara-cara untuk menyempurnakan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal cenderung menjadi sempurna bila kedua belah pihak mengenal standart sebagai berikut:

a.Mengembangkan suatu pertemuan personal yang langsung satu sama lain mengkomunikasikan perasaan secara langsung. b.Mengkomunikasikan suatu pemahaman empati secara tepat

dengan pribadi orang lain melalui keterbukaan diri.

c.Mengkomunikasikan suatu kehangatan, pemahaman yang positif mengenai orang lain dengan gaya mendengarkan dan merespon.

d.Mengkomunikasikan keaslian dan penerimaan satu sama lain dengan ekspresi penerimaan secara verbal dan nonverbal. e.Berkomunikasi dengan ramah tamah, wajar, menghargai secara

positif satu sama lain melalui repon yang tidak bersifat menilai. f.Mengkomunikasikan satu keterbukaan dan iklim yang

mendukung melalui konfrontasi yang bersifat membangun. g.Berkomunikasi untuk menciptakan kesamaan arti dengan

negoisasi arti dan memberikan respons yang relevan.35

Hal ini tentunya juga diaplikasikan dalam sebuah perusahaan, termasuk yang ada pada perusahaan media televisi. Dunia televisi memiliki banyak ”istilah” yang harus dimengerti oleh setiap orang yang bekerja di televisi agar komunikasi antara orang-orang dari

35


(52)

berbagai jenis keahlian itu dapat berjalan lancar. Tanpa istilah ini maka komunikasi akan terputus. Perkembangan teknologi digital yang berkembang pesat belakangan ini telah memberikan istilah-istilah baru untuk menjelaskan proses kerja baru.

Stasiun televisi membutuhkan sumber daya manusia yang cukup banyak. Begitu pula dalam struktur organisasi redaksi pemberitaan yang semuanya bekerja sebagai tim. Pada kenyataannya dibutuhkan banyak orang untuk menayangkan suatu program berita. Fungsi setiap orang itu seperti mata rantai yang panjang.

Keberhasilan pemberitaan stasiun televisi banyak bergantung kepada reporter dan juru kamera yang ada di lapangan serta korlip yang mengarahkan mereka di ruang redaksi. Namun demikian, kemampuan produser dan eksekutif produser dalam menyusun program acara juga tidak kalah pentingnya. Maka dari itu hubungan antara produser dan reporter perlu diperhatikan.

Jika produser dan reporter mampu menjaga hubungan diatara keduanya, maka tak heran keharmonisan dalam hubungan khusunya hubungan kerja akan mudah didapat. Tata hubungan kerja ialah hubungan yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam situasi kelompok atau perusahaan. Dalam tata hubungan kerja masing-masing berada dalam situasi kelompok, masing-masing-masing-masing pihak bekerja untuk kepentingan bersama, dan satu sama lain saling bekerjasama untuk mewujudkan tujuan perusahaan.36

36


(53)

Pada produksi program informasi, khusunya program berita, produser bertanggung jawab terhadap suatu program berita. Stasiun televisi biasanya menyiarkan lebih dari satu program berita dalam sehari semalam. Stasiun televisi berskala nasional biasanya memiliki tiga hingga empat program berita reguler. Yakni program berita pagi, siang, sore dan malam. Masing-masing program berita itu dibimbing oleh satu atau beberapa orang produser. Produser akan memutuskan berita-berita yang akan disiarkan dalam program beritanya, lamanya durasi berita yang akan disiarkan, format berita yang akan digunakan, voice over (VO), format berita berupa informasi bergambar, paket, reader (informasi yang dibacakan presenter saja), dan lain sebagainya. Singkatnya, produser bertugas membentuk program beritanya. Jika dirinci lagi maka terdapat beberapa jenis produser, yaitu: produser acara (show producer) dan produser lapangan (field producer).

1. Produser Acara (Show Producer)

Dalam tugasnya sehari-hari, produser acara atau show produser/line produser bertanggung jawab untuk mempersiapkan penayangan suatu program berita. Dia bertugas memilih berita-berita yang akan disiarkan pada suatu program berita. Produser acara harus memutuskan berita yang akan disiarkan dan mempersiapkan segala sesuatunya agar berita bisa ditayangkan. Produser acara harus mempersiapkan susunan berita yang berisi berbagai format berita yang akan ditampilkan pada program berita. Produser acara harus


(54)

memperhitungkan waktu tayang (durasi dari masing-masing format berita) itu. Dia juga harus mempersiapkan urutan beritanya, yang akan tampil pada segmen pertama, kedua dan seterusnya.

Produser acara akan diawasi langsung oleh produser eksekutif dan direktur pemberitaan. Dalam mempersiapkan susunan acara produser acara harus selalu tanggap dalam berbagai perkembangan berita. Dalam hal ini, struktur rundown dapat berubah sewaktu-waktu jika terdapat perkembangan yang dinilai menarik, produser acara dapat mengusulkan terhadap korlip untuk menugaskan reporter meliput peristiwa itu.

2. Produser Lapangan (Field Producer)

Produser lapangan bertugas melakukan koordinasi pada saat peliputan dan sesuai namanya. Produser lapangan akan lebih banyak berada di lapangan. Fungsi produser lapangan akan menjadi penting, ketika stasiun televisi melakukan liputan secara langsung atau live. Dia akan mengarahkan juru kamera dan reporter di lapangan, termasuk mempersiapkan wawancara atau narasumber yang akan diwawancarai. Produser lapangan membantu reporter melakukan riset guna mendapatkan informasi bagi suatu liputan, dia juga harus mempersiapkan


(55)

rencana perjalanan jika tim liputan harus berangkat ke daerah lain.37

Tugas produser tentunya dipengaruhi oleh reporter. Reporter adalah jurnalis atau wartawan yang bertugas mencari dan mengumpulkan informasi atau bahan pemberitaan melalui peliputan peristiwa yang terjadi. Reporter merupakan faktor terpenting dalam semua kegiatan pembuatan berita. Dia harus mengunjungi suatu peristiwa dan mencari informasi yang dapat dijadikan suatu berita. Memiliki sifat tidak puas pada peristiwa yang terjadi.

Para jurnalis harus bisa menjiwai produk jurnalistiknya dengan pengetahuan-pengetahuan yang bisa mengisi fungsi pers di masyarakatnya. Karenanya mereka dituntut untuk memperoleh pendidikan yang khusus di bidang jurnalisme. Semua reporter bekerja langsung di bawah penguasaan redaktur tertentu (kriminal,kota, olahraga, dan lain sebagainya). Mereka tergabung dalam jajaran yang disebut dengan desk. Dalam timnya reporter dikenal sebagai beat man dan rekan lainnya disebut dengan leg man.

Beat man ditandai dengan tugas rutinnya meliput keadaan kota, pengadilan, markas besar kepolisian, hotel-hotel, dan lain sebagainya. Untuk tugas hariannya dijalani dengan mengadakan pendekatan kepada para pejabat terkait. Melalui

37 Morissan,

Jurnalistik Televisi Mutaakhri, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), hal :


(56)

hubungan demikian dia menjadi mahir dalam upayanya memperoleh informasi yang kadang-kadang bersifat rahasia dari relasinya yang dia bina.

Sedangkan Leg man adalah reporter khusus yang ditugaskan meliput peristiwa-peristiwa tertentu oleh desknya. Mungkin seharian dia bisa menangani wawancara, selanjutnya melaporkan suatu pidato, mengadakan suatu penyelidikan, atau mengamati sidang-sidang di komisi DPR.

Selain beat man dan leg man di kalangan reporter dikenal juga dengan sebutan koresponden. Yakni, wartawan yang menetap di suatu daerah dan bertugas meliput semua peristiwa yang terjadi di daerahnya. Kemudian melaporkan kepada para editor media massa. Korespon luar kota memasok berita-berita tentang daerah-daerah yang jauh dari kantor media massanya namun masih berada dalam wilayah beredaranya siaran media.38

Reporter televisi bekerja secara cepat mengumpulkan informasi, begitupun reporter yang ada di PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV). Reporter harus bermental baja, mengumpulkan banyak berita, menulis, melaporkannya, baik secara langsung (live) atau direkam dalam bentuk paket yang akan disiarkan kemudian.

38


(57)

Perkembangan teknologi yang semakin maju mengharuskan para reporter harus bekerja keras juga. Reporter harus berangkat lebih cepat ke lokasi liputan, mengumpulkan informasi di lapangan dan melaporkannya langsung di depan kamera. Dalam hal ini wartawan yang memiliki ingatan yang kuat dan dapat langsung tampil on air. Berbicara lancar dan teratur di depan kamera walaupun tanpa persiapan yang cukup harus mendapatkan kredit poin tersendiri.39

Di JTV, reporter pun ada yang meliput berita-berita kriminal atau bencana. Berita yang mereka tulis tak diperbolehkan fiktif. Harus sesuai fakta. Maka, reporter harus mengunjungi lokasi kejadian perkara. Seorang reporter juga tak diperbolehkan mengedepankan emosi. Reporter harus memiliki psikis yang stabil. Sehingga, jika sikap tersebut dimiliki maka reporter tidak akan emosional. Dituntut untuk tetap obyektif dan berpikir jernih dengan berbagai situasi yang tengah dihadapi.

Seorang reporter di media televisi yang baik adalah seseorang yang mampu menjadi penyaji berita yang baik, menulis berita dengan baik dan benar. Sesuai dengan struktur berita televisi. Struktur berita TV terdiri dari lead serta tubuh berita.

1. Lead

Lead merupakan inti berita yang menjadi daya tarik berita. Lead biasanya terdiri dari 20 hingga 30 kata. Lead mengandung unsur what, where, dan when. Agar berita memiliki daya tarik

39


(58)

tersendiri sebaiknya lead mengandung unsur human interest. Maksud dari unsur human interest yakni dampak suatu peristiwa terhadap manusia. Jika menulis sebuah berita tentang kebakaran, maka angle yang diceritakan dulu yakni berapa banyak yang tewas dalam kejadian itu, banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal.

2. Tubuh Berita

Tubuh berita adalah penjelasan lebih rinci dari lead. Tubuh berita biasanya terdiri dari unsur why dan how. Unsur how dicantumkan dalam tubuh berita sebatas untuk mendukung atau memperjelas gambar. Penguraian ini meliputi penjelasan tentang kelengkapan peristiwa atau pendapat narasumber yang diberitakan dan dinilai penting.

Penguraian ditulis dengan memperhatikan hubungan yang logis dan menaati batas maksimal jumlah kata. Begitu juga dengan kutipan atau ucapan langsung narasumber. Kutipan yang dipilih tidak diperbolehkan sama dengan persis dengan narasi. SOT (sound on tape) yang dipilih harus merupakan penegasan dan kelanjutan dari narasi. Dengan struktur berita yang juga sesuai dengan media cetak dengan berbentuk piramida terbalik. Piramida terbalik menggambarkan bahwa informasi paling penting ditempatkan di atas, dan semakin ke bawah informasi yang ditulis hanya sebagai data pendukung.40

40


(59)

3. Interaksi SDM Perusahaan dan Keselarasan Media

Sebuah perusahaan akan berjalan apabila ada yang menggerakkan, yaitu karyawan. Karyawan dalam sebuah perusahaan umumnya lebih dari satu individu yang membentuk kelompok karyawan. Pada perusahaan yang bergerak di bidang media massa baik itu media cetak maupun media siar (radio dan televisi), secara spesifik mereka ada yang disebut sebagai seorang reporter, produser, koordinator liputan, wartawan, redaktur, pemimpin redaktur dan lain-lain.41

Berbicara mengenai karyawan itu sendiri adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapatkan imbalan berupa upah atau gaji.42 Dalam suatu perusahaan tidak dikenal dengan adanya kerja individu, yang ada adalah kerja tim. Begitu banyaknya perusahaan-perusahaan yang rela mengeluarkan uang lebih untuk memaksimalkan karyawannya dalam bekerja melalui pelatihan outbound.43 Berapa banyak pengusaha-pengusaha yang sukses menangkap fenomena itu dan berhasil mendulang emas di era 2010.

Masing-masing operator berlomba membuat branding secantik mungkin yang pada intinya bagaimana membangun tim yang baik, solid dan sinergi. Perusahaan mana yang tidak ingin memiliki SDM berkualitas, kompak dan loyalis. SDM yang baik tidak menjamin

42

Definisi karyawan: http://kbbi. web. id/karyawan

43


(60)

suatu kemajuan dalam perusahaan. Perusahaan yang cerdas akan mengelola SDM mereka dengan cara baik dan benar.

Tidak ada yang namanya kerja individu hingga keberhasilan individu dalam suatu perusahaan. Masing-masing divisi, kompartemen maupun bagian memiliki peranan untuk memajukan perusahaan. Seperti dalam olah raga sepak bola, perusahaan juga memerlukan kerjasama tim. Karena manusia telah lama bekerja sama, kita telah mencapai kemajuan yang menakjubkan. Suatu kelebihan lain dari kerja tim atau kelompok dibandingkan dengan kerja individu adalah hasilnya akan lebih besar daripada yang dilakukan sendiri.

Bekerjasama membuat seseorang mampu melakukan lebih banyak hal daripada bekerja secara sendiri-sendiri.44 Inilah yang penulis maksud dengan prinsip sinergi, yaitu suatu kesatuan adalah lebih baik dibandingkan dengan sejumlah bagian-bagian. Memang, kerja sama kelompok itu sangat efektif, namun seseorang perlu pula mengetahui bagaimana cara bekerja secara efektif di dalam kelompok. Banyak sekali hambatan dalam kerja kelompok yang harus diatasi individu untuk mencapai sinergi. Maka dari itu seseorang harus banyak belajar dan mengembangkan cara kerja kelompok. Salah satunya adalah persoalan komunikasi verbal antar individu dari kelompok itu. Dari komunikasi nilah terjadi suatu interaksi antar individu di dalam kelompok atau tim.

44

Michael West, Kerja Sama Kelompok yang Efektif, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal: 21.


(61)

Untuk dapat disebut sebagai sebuah tim, sekelompok individu yang memiliki tanggung jawab bersama haruslah mempunyai interaksi yang berkesinambungan. Jika tidak, tidak aka nada kesatuan koordinasi dan kesepakatan dalam upaya yang mereka usahakan. Interaksi sosial dapat saja mencakup pesta, makan siang bersama, perbincangan informal mengenai masalah-masalah keluarga, atau berolah raga bersama. Interaksi seperti ini mempererat ikatan sosial, kohesi dan keakraban yang membuat orang merasa aman dan nyaman satu sama lain.45

Sementara itu, interaksi dalam pelaksanaan tugas meliputi saling menukar informasi, komunikasi dan sebagainya yang memungkinkan setiap anggota mengkoordinasi berbagai upaya untuk mencapai target bersama.

Begitu pun juga komunikasi yang dibangun oleh satu tim di dalam perusahaan media. Dalam praktiknya, komunikasi adalah proses yang integral dalam fungsi-fungsi manajemen, sedangkan komunikasi merupakan input dan output dalam proses manajemen. Artinya, alur pekerjaan dilakukan secara menyeluruh melalui komunikasi vertikal, kebawah dan horizontal. Adapun komunikasi dari bawah maupun searah berguna bagi manajemen untuk mengetahui job performance.

Sedangkan aliran yang ke atas berupa feedback dimana manajer memperoleh informasi mengenai performance maupun masalah yang

45

Michael West, Kerja Sama Kelompok yang Efektif, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal: 38.


(62)

terjadi pada bawahan, dalam hal ini manajer menjalankan fungsi kontrol. Pendekatan sistem dalam manajemen komunikasi diperlukan mengingat semua fungsi manajemen maupun komunikasi merupakan suatu proses yang saling berkaitan satu sama lain. dengan pendekatan sistem, menunjukkan kegiatan-kegiatan dalam organisasi (perusahaan) akan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan perusahaan.46

Implementasi pendekatan sistem dalam kegiatan organisasi atau perusahaan berguna untuk menghadapi permasalahan yang kompleks, yang memerlukan pemecahan dan penanganan yang efektif yang mana pandangan sistem yang berhubungan dengan manajemen merupakan pendekatan baru ntuk menghadapi bermacam-macam persoalan yang muncul di perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan perusahaan terlebih dahulu menetapkan bentuk organisai dengan jelas.

47

Secara umum dapat dikembangkan ke dalam desain sistem yang dapat memecahkan persoalan perusahaan secara praktis, bermanfaat, dapat berinteraksi dalam setiap karakteristik perusahaan maupun organisasi. Pelaksanaannya dalam bidang manajemen komunikasi sama hanya berbeda dalam tingkatan maupun prosedur.

Perusahaan berkembang dan menjadi besar adalah keinginan setiap insan yang berada di manapun mereka mengabdi sebagai karyawan. Dengan adanya perkembangan tersebut perusahaan mampu

46

Ig. Wursanto, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), hal: 20.

47Ig. Wursanto,


(63)

bersaing dan mengikuti bidang usaha, demikian pula dengan harapan para pengelola media. 48

Perusahaan menjadi besar maupun maju bukanlah pekerjaan yang mudah dan singkat untuk dilakukan. Dukungan dari semua karyawan sebagai anggota perusahaan dimulai dari lini atas hingga lini bawah diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran perusahaan.

Dalam hal ini, ada keterlibatan hubungan antarindividu terkait fungsi dan tugasnya dalam struktur organisasi melalui jaringan kerja komunikasi dalam perusahaan, aktivitas komunikasi para anggota organisasi/perusahaan secara tetap menghubungkan individu yang membentuk alur informasi berdasarkan tingkatan dalam struktur organisasi.49 Kalau komunikasi sudah terjalin dengan baik antar individu di dalam suatu perusahaan akan memudahkan terwujudnya keinginan bersama. Dengan demikian akan tercipta suatu keselarasan komunikasi dalam perusahaan itu.

4. Visi Sebagai Tujuan Lembaga

Alasan umum yang membuat orang bekerja sama dalam suatu tim adalah karena mereka dapat berbagi dalam pencapaian suatu tujuan atau keinginan yang diyakini dapat lebih berhasil jika dilakukan bersama daripada sendiri-sendiri. Berbagi tujuan dan visi ini adalah unsur dasar dari tim di tempat kerja. Dengan menyisihkan waktu untuk mendefinisikan visi, tujuan dan target dengan jelas maka mereka yang

48

Ig. Wursanto, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, hal: 10.

49


(64)

bekerja sama dalam tim memiliki kesempatan lebih besar untuk bekerja secara efektif dan kreatif.50

Dari visi tumbuh pernyataan yang utuh dan menghasilkan tujuan utama tim. Semua ini menjadi pedoman untuk terbentuknya target-target yang lebih mendetail dan diaktualisasikan ke dalam rancangan tindakan. Pada gilirannya akan membangkitkan tindakan spesifik dari setiap anggota tim. Pencanangan visi kemudian memberi dasar bagi semua kegiatan yang dilakukan atas nama tim. Dan yang mengherankan, hanya sedikit tim yang mau menyediakan waktu mereka untuk menyusun visi, tujan, target dan rancangan tindakan.

Ada beberapa dimensi yang harus dipertimbangkan untuk membangun visi suatu tim. Ini mencakup kejelasan, motivasi, kemungkinan tercapai, tingkat pemahaman yang dapat diterima oleh anggota serta kelangsungan perkembangannya. Adalah mungkin untuk mempertimbangkan delapan unsur utama yang menjadi area di mana didalamnya sebuah visi tim menjadi fokus. Adapun delapan unsur itu antara lain, konsisten terhadap tujuan organisasi, kebutuhan untuk mendapat pelayanan, kualitas produk, nilai bagi masyarakat yang lebih luas, suasana hubungan dalam tim, perkembangan dan kesejahteraan para anggota tim, hubungan dengan tim-tim dan departemen lain dalam suatu organisasi serta hubungan dengan berbagai tim di luar organisasi.51

50

Ig. Wursanto, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, hal: 200.

51

Michael West, Kerja Sama Kelompok yang Efektif, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal: 35.


(65)

Untuk menentukan semua tujuan, target dan tindakannya, setiap tim harus memiliki visi yang jelas. Jika para anggota tim tidak mempunyai kejelasan mengenai orientasi, nilai dan maksud tujuan para rekan kerjanya, akan sulit bagi mereka untuk mengungkapkan pernyataan yang merangkum orientasi dan nilai-nilai ini. Ini menunjukkan pentingnya mengkomunikasikan orientasi dan nilai-nilai pekerjaan bagi setiap anggota tim.

Mereka harus menemukan serangkaian kata yang mengekspresikan nilai-nilai, minat dan motivasinya dengan akurat dan jelas. Nilai-nilai yang kita bawa ke tempat kerja mempengaruhi tindakan yang kita lakukan. Konsekuensinya agar dapat bekerja sama dengan baik, para anggota tim harus memiliki beberapa nilai yang sama dalam pekerjaan mereka. Dalam lingkungan kesehatan misalnya, setiap orang melakukan pekerjaan yang didasarkan pada nilai-nilai untuk menolong sesame. Pada tingkatan di mana visi merefleksikan dasar nilai-nilai tim, ia cenderung memotivasi loyalitas, upaya dan komitmen tim yang bersangkutan.52

Menyatukan nilai-nilai para individu ke dalam tujuan organisasional setiap tim bukanlah pekerjaan mudah. Meskipun demikian, nilai-nilai mengenai kesempurnaan dalam bekerja, menghormati orang lain, perkembangan, kesejahteraan setiap anggota terekspresi dalam hampir semua konteks. Bekerja dalam tim yang memiliki visi dan nilai-nilai yang tidak selaras dengan diri kita dapat

52

Michael West, Kerja Sama Kelompok yang Efektif, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1998), hal: 28.


(1)

102

dan tugas, sebagaimana yang terjadi dalam sebuah bangunan atau rumah, ada yang bertugas menjadi tangga, ada yang bertugas menjadi tiang, serta ada yang bertugas menjadi atap dan sebagainya. Dalam sebuah hadits diterangkan:

ي لك لع ا حاا بتك َ إ ...

98 [ 21 ]

Sesungguhnya Allah mewajibkan (kepada kita) untuk berbuat yang optimal dalam segala sesuatu….

Dalam menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab hendaknya dilakukan dengan optimal dan sungguh-sungguh. Janganlah anggota suatu organisasi melakukan tugas dan wewenangnya dengan asal-asalan. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa apabila seseorang hanya mementingkan kepentingan sepihak dan melakukan tugas serta tanggung jawabnya dengan asal-asalan. Hadits yang menerangkan tentang kekalahan umat Islam dalam perang Uhud menunjukkan bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan anggotanya sebagai bagian dari organisasi perang, maka akibatnya adalah organisasi tersebut mengalami kekalahan.99 Jadi dalam sebuah organisasi harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi penyalahgunaan wewenang.


(2)

100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa ada beragam cara dalam membangun interelasi produser dan reporter yang ada di JTV selama ini. Cara yang pertama yakni ketika produser sedang memberikan instruksi tugas kepada reporter. Untuk interelasi selanjutnya terjadi ketika reporter mengumpulkan berita.

Untuk interaksi pembagian tugas peliputan biasanya dilakukan melalui media masa. Padahal komunikasi yang dilakukan secara langsung akan lebih efektif dibandingkan melalui media whatsapp ataupun bbm. Interaksi selanjutnya dilakukan ketika sedang rapat redaksi yang dilakukan

seminggu sekali. Rapat tersebut dilaksanakan pada hari jum’at tepat pada

pukul 19. 00 WIB di ruang VIP room lantai satu JTV.

Oleh karenanya maka banyak penghambat yang ada untuk menyelaraskan visi diantara keduanya. Seperti jarang adanya komunikasi diantara keduanya. Karena reporter jarang berada di kantor. Reporter ada di kantor ketika pengumpulan berita pada pukul 16. 00, yang mana pada jam tersebut produser sedang sibuk untuk mengedit tulisan para reporter, dalam kata lain produser sedang dikejar deadline.

Ketika reporter sudah selesai menulis berita biasanya langsung pulang. Jarang adanya komunikasi informal yang dijalin antara keduanya.


(3)

101

Permasalahan yang akut yakni, seringnya produser dan reporter melakukan komunikasi melalui media elektronik, yakni whatssapp dan bbm.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti akan memberikan berbagai rekomendasi. Adapun rekomendasi tersebut adalah:

1. Rekomendasi bagi produser dan reporter JTV

a. Perlu seringnya melakukan komunikasi melalui tatap muka. Baik komunikasi untuk keperluan pekerjaan ataupun informal walau hanya beberapa menit saja. Karena kedekatan membuat irasional. b. Reporter dan produser jika sedang berada di kantor sebaiknya jangan

terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, karena manusia pasti butuh sosialisasi.

c. Komunikasi internal bisa lebih diperbaiki dulu untuk keberhasilan perusahaan.

2. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang komunikasi produser dan reporter ini, supaya melakukan survey terlebih dahulu dengan langsung terjun ke lapangan dan menentukan secara spesifik keilmuan yang ingin diteliti, karena masih banyak fenomena–fenomena yang ada didalam ruang redaksi dan perlu diungkap.

b. Diharapkan lebih mendalami makna hakikat keselarasan untuk kepentingan komunikasi, agar penelitian bisa lebih mudah dilakukan.


(4)

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif , Jakarta : Kencana Prenada Group

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif , Jakarta : Prenada Media Group

David, Fred R. 2012. Manajemen Strategik: Konsep, Jakarta: Prehallindo

Dawin, Sudarwan .2008. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta : PT Bumi Aksara

Hamad, Ibnu.2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia, Depok : PT Raja Grafindo Persada

Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Penelitian Kualitatif , Salemba Humanika : Jakarta

Hester, Albert L dkk. 1997. Pedoman Untuk Wartawan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Ismail. 2005. Visi dan Misi Depag, Makalah, Surabaya: Balai Diklat Pegawai Teknis Keagamaan

Kamus Bahasa Indonesia 2011, Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa , Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher

Moekizat. 1993. Teori Komunikasi, Bandung : Mandar Maju

Morissan. 2010. Jurnalistik Televisi Mutakhir, Jakarta : Kencana Prenada

Morissan.2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Jakarta: Kencana Prenada Group

Muhammad, Amir. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta:PT Bumi Aksara

Mulyana, Dedy. 2008. Komunikasi Efektif, Bandung : PT Remaja Rosydakarya


(5)

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif , Yogyakarta : PT LKIS Pelangi Aksara

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian , Yogyakarta : Graha Ilmu

Subardijah, Herman. Maret 2000. Psikologi Olahraga, Jurnal FIK-UNESA

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik, Bandung : Penerbit Nuansa

Susanto, Phil. Astrid S. Komunikasi dalam Teori & Praktik , Jakarta: Bina Cipta

Ruben, Brent D.2013. Komunikasi Dan Perilaku Manusiai ,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Usman Ks.2009. Television News , Bogor : Ghalia Indonesia

Wahyudi, JB. 1996. Dasar-Dasar Jurnalistik, Jakarta: Gajah Gita Nusa

West,Michael.1998. Kerja Sama Kelompok yang Efektif, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Wood, Julia T. 2013 Komunikasi Interpersonal dalam interaksi Keseharian, Jakarta: Salemba Humanika

Wursanto,Ig. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi, Yogyakarta: Andi Offset

http://bdkjakarta.kemenag.go.id/file/media/2629forummembangunvisidanmisiinstansi.pdf

http://dpict92.blogspot.com/2012/04/teori-interaksionisme-simbolik.html

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1599-

http://kbbi.web.id/karyawan

http://www.kompasiana.com/honey95t/handphone-alat-komunikasi-masa-


(6)

http://www.pengertianku.net/2014/09/pengertian-visi-dan-misi-beserta-perbedaannya.htmlS

kini_55291bb3f17e61a1368b457a

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/interaksi-simbolik/