PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM CSR PT. PETROKIMIA GRESIK : STUDI PADA KELURAHAN LUMPUR KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK.

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Firly Rosihani NIM. B76212102

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Firly Rosihani, B76212102, 2016. PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM CSR PT. PETROKIMIA GRESIK (Studi pada Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Corporate Social Responsibility, Masyarakat Kelurahan Lumpur

Penelitian ini dilatar belakangi banyaknya program CSR PT. Petrokimia Gresik yang diimplementasikan pada Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik, maka penulis ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang program CSR PT. Petrokimia Gresik.

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai persepsi masyarakat tentang program CSR PT. Petrokimia Gresik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teori legitimasi sehingga diperoleh beberapa temuan.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: 1) “Bantuan” membangun persepsi positif masyarakat terhadap PT. Petrokimia Gresik; 2) “Hanya bersifat cash dan tidak ada jangka panjang”, membangun persepsi negatif masyarakat; 3) Program CSR masih dianggap bantuan; 4) “Permintaan sumbangan berkelanjutan” merupakan hal yang harus diwaspadai; 5) Anggapan dana CSR adalah bantuan sehingga masyarakat tidak punya hak untuk memintanya; 6) Hubungan timbal balik dengan masyarakat.


(6)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN (sampul dalam) ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN TIM PENGUJI ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Hasil Penelitian ... E. Penelitian Terdahulu ... F. Definisi Konsep Penelitian ... G. Kerangka Pikir Penelitian ... H. Metode Penelitian ... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 3. Jenis dan Sumber Data ... 4. Tahap-tahap Penelitian ... 5. Teknik Pengumpulan Data ... 6. Teknik Analisis Data ... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... I. Sistematika Pembahasan ... BAB II : KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka ... 1. Persepsi ...

a. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi ... b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 2. Masyarakat ... 3. CSR (Corporate Social Responsibility) ... a. Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility) b. Prinsip-prinsip Social Responsibility ... c. Manfaat Corporate Social Responsibility ... B. Kajian Teori ... BAB III : PAPARAN DATA PENELITIAN

A. Profil Data ... 1. Sejarah Nama Desa Lumpur ... 2. Kondisi Geografis Kelurahan Lumpur ... 3. Kondisi Demografi Kelurahan Lumpur ... B. Deskripsi Data Penelitian ...

i ii iii iv v vi vii viii x xi 1 4 5 5 5 7 9 12 13 14 15 19 23 21 24 27 29 29 37 38 40 43 43 46 48 50 53 53 54 55 61


(7)

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data ... B. Konfirmasi dengan Teori ... BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA ... BIODATA PENULIS ...

81 99 104 105 xii xiv


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan unit bisnis yang keberadaanya tak dapat dilepas dari lingkungan masyarakat sekitar. Baik masyarakat yang berada di wilayah tempat industri tersebut berada, maupun masyarakat konsumen sebagai pihak yang mengkonsumsi hasil industri.

PT Petrokimia Gresik adalah sebuah perusahaan pupuk di Indonesia yang menempati lahan seluas 450 hektar berlokasi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia, yang berkerja dalam bidang produksi pupuk, bahan kimia dan bidang jasa. PT Petrokimia Gresik yang telah mendapat kepercayaan dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 70/MMP/Ke/2/2003 menjadi tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk urea bersubsidi untuk sektor pertanian di seluruh Jawa Timur, perlu mendapat dukungan dari seluruh masyarakat Jawa Timur.

Agar PT Petrokimia Gresik medapat dukungan dari masyarakat Jawa Timur khususnya masyarakat Gresik tempat dimana PT Petrokimia Gresik itu berada diperlukan berbagai macam program. Program-program tersebut harus mampu memberikan dukungan dan loyalitas yang tinggi sebagai imbal balik dari PT Petrokimia Gresik sehingga masyarakat merasa benar-benar memiliki terhadap PT Petrokimia Gresik. Selain itu, PT Petrokimia juga sadar betul


(9)

akan pentingnya menjaga citra baiknya sebagai perusahaan penghasil pupuk yang berkualitas yang selalu menjaga profesionalismenya.

Manajemen dan karyawan PT Petrokimia Gresik menyadari akan pentingnya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Berbagai program sudah dilaksanakan baik berupa program Corporate Social Responsibility (CSR) maupun program-program yang dapat lebih mendekatkan antara masyarakat dan karyawan serta manajemen PT Petrokimia Gresik.

CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat. Tujuan dari CSR sebagai wujud partisipasi perusahaan dalam membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah satunya yaitu menjaga stakeholders-nya dengan cara memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 3

dinyatakan, bahwa “Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen

Perseroan berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi

perseroan, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”

Kandungan pasal tersebut secara jelas menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggungjawab bukan hanya terhadap shareholder dan kreditur, sebagaiamana yang selama ini terjadi, melainkan juga kepada masyarakat sekitar yang justru secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi dan memperngaruhi operasional perusahaan. Di samping itu, perusahaan juga bertanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat dalam artian yang lebih


(10)

luas dalam radius yang tak terhingga, mengingat perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan.

Kelurahan Lumpur merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Gresik yang berada di pinggir pantai dan terletak di dekat pabrik PT Petrokimia Gresik. Luas wilayah Kelurahan Lumpur berdasarkan data monografi tahun 2014 seluas 34.637 Ha. Dan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 6.890 jiwa dengan jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.475 jiwa dan perempuan sebanyak 3.415 jiwa.1 Jenis pekerjaan penduduk Lumpur antara lain sebagai nelayan, pedagang, pengrajin, pelayaran, dan lainnya. Kelurahan lumpur masuk dalam kategori wilayah Ring I karena lokasinya paling dekat dengan pabrik.

Program CSR PT Petrokimia yang paling dikenal adalah program pengobatan gratis (Program Kampung Sehat) yang rutin dilakukan setiap bulannya. Fogging nyamuk demam berdarah juga rutin dilakukan tiap tahun di kelurahan lumpur untuk mencegah penyakit demam berdarah. Pada saat perayaan HUT Petrokimia Gresik, dilaksanakan Khitanan Masal umum yang tidak hanya diperuntukkan bagi warga kelurahan Lumpur saja, namun dari berbagai daerah.

Tahun 2014 hingga Oktober 2015 sektor Pengembangan Prasarana Umum dan Sarana Ibadah PT Petrokimia Gresik mengeluarkan dana sebanyak 135 juta. Dana tersebut direalisasikan berupa pembangunan renovasi Prangonan di Balai Gede, pembangunan dermaga limbah ikan, renovasi geladak nelayan, dan pembangunan langgar Sabilul Muttaqin pada tahun 2014. Sedangkan pada


(11)

tahun 2015 dana CSR direalisasikan berupa pemasangan keramik di Balai Purbo, renovasi jembatan/geladak nelayan, perbaikan dermaga nelayan di

Balai Pesusu’an, bantuan sarana dan prasaran pendidikan di Kober Indah Sari

(meja & kursi), dan perbaikan langgar Baitul Mahdi.2

Pada Desember 2016, PT. Petrokimia Gresik memberikan program CSR berupa pelatihan percetakan dan pemberian perlengkapan alat sablon kepada karang taruna. Dalam rangka pembangunan Masjid Karomah, perusahaan juga menyumbangkan uang sebesar 100 juta rupiah yang diserahkan dan diresmikan langsung oleh Direksi PT. Petrokimia Gresik.

Program bina lingkungan dalam hal pengembangan prasaran dan sarana ibadah juga berupa pemberian sembako, zakat, pemberian hewan qurban, sumbangan untuk kegiatan keagamaan, dll.

Berdasarkan banyaknya program CSR PT Petrokimia Gresik, maka penulis ingin mengetahui Persepsi Masyarakat Tentang Program Corporate

Social Responsibility (CSR) PT. Petrokimia Gresik (studi kasus di Kelurahan

Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan penelitian ini

adalah “bagaimana persepsi masyarakat tentang program Corporate Sosial

Responsibility (CSR)PT Petrokimia Gresik?”


(12)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah “untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang program Corporate

Sosial Responsibility (CSR)PT Petrokimia Gresik”.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut: 1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan memberikan kontribusi pada pengembangan penelitian di bidang Ilmu Komunikasi khususnya bagi mahasiswa komunikasi yang berkaitan kajian mengenai Corporate Sosial Responsibility (CSR).

2. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan yang bermanfaat mengenai gambaran tentang studi ilmu komunikasi terutama Corporate

Sosial Responsibility (CSR) sebuah perusahaan dan diharapkan dapat

memberikan masukan terhadap PT Petrokimia Gresik khususnya sebagai informasi dalam pengembangan dan implementasi CSR di masa yang akan datang, dan untuk memberikan nilai tambah perusahaan kepada semua

stakeholder.

E. Penelitian Terdahulu

Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini, peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang terkait


(13)

dengan fokus penelitian ini. Terdapat 2 (dua) penelitian yang dijadikan rujukan, yaitu:

Pertama adalah skripsi dari Hasriandi Mahasiswa Universitas Hasanuddin

tahun 2014 dengan judul “Persepsi Masyarakat dan Pemerintah terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT Bosowa Energi Jeneponto”.

Dalam penelitiannya saudara Hasriandi ingin meneliti bagaimana persepsi masyarakat dan pemerintah terhadap CSR PT Bosowa Energi. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti dan ingin mengetahui mengenai persepsi masyarakat Desa Punagaya. Perbedaan paling mencolok terdapat pada sasaran obyeknya, Hasriandi mengambil obyek PT Bosowa Energi sedangkan penulis mengambil obyek PT Petrokimia Gresik. Dalam penelitian oleh Hasriandi, persepsi masyarakat Desa Punagaya terhadap CSR adalah sedang. Beberapa program CSR perusahaan yang telah berjalan masih ada yang belum diketahui oleh masyarakat, hanya program yang bersifat fisik pada umumnya telah diketahui masyarakat.

Kedua adalah skripsi dari Muchammad Maskurulloh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014 dengan judul

“Persepsi Masyarakat tentang Kyai Politikus” (studi kasus persepsi masyarakat Desa Terungwetan Krian Sidoarjo terhadap kyai berpolitik). Dalam penelitiannya saudara Muchammad Maskurulloh ingin meneliti bagaimana kesan masyarakat dan harapan masyarakat tentang kyai berpolitik. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti dan ingin mengetahui mengenai persepsi. Perbedaan paling mencolok terdapat pada sasaran obyeknya, Muchammad Maskurulloh mengambil obyek


(14)

masyarakat Desa Terungwetan Krian Sidoarjo sedangkan penulis mengambil obyek Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Dalam penelitian oleh Muchammad Maskurulloh, persepsi masyarakat tentang kyai berpolitik bagi kyai Sunan Asyari ada yang pro dan kontra.

F. Definisi Konsep Penelitian 1. Pengertian Persepsi

Menurut Kenneth A. Sereno dan edward M. Bodaken, persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan.

Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana. Persepsi terdiri dari tiga aktvitas, yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi.3

Dedy Mulyana mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangann dari lingkungannya dan proses tersebut mempengaruhi perilaku seseorang. Sedangkan menurut Sarlino Wirawan Sarwono, persepsi merupakan kemampuan untuk mengordinasikan pengamatan.

Persepsi merupakan sebuah hasil pengamatan terhadap sebuah obyek atau perisiwa melalui panca indera sehingga diperoleh pemahaman.

3 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),


(15)

2. Pengertian Masyarakat

Secara umum masayarakat adalah sejumlah manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga melahirkan budaya dengan satu kesatuan kriteria dalam memiliki sistem hidup bersama.4 Bagi Ralp Linton, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja dalam waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengorganisir diri dan sadar, bahwa mereka merupakan suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang jelas.5

3. Pengertian Corporate Social Responsibility

Maignan & ferrell mendefinisikan CSR sebagai “A business acts in socially responsible manner when its decision and actions account for and

balance diverse stakeholder interests”. Definisi ini menekankan perlunya

memberikan perhatian secara seimbang terhadap berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.6

Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate sosial

responsibility) merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari

pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.7

4 Syahrizal Syarbaini Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 7. 5 Momon Sudarma, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hlm. 61-62. 6 A.B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility (Jakarta: Erlangga, 2009),

hlm.10.


(16)

Dalam penelitian ini yang dimaksud persepsi masyarakat adalah proses komunikasi yang di dalamnya merupakan aktifitas masyarakat berkaitan dengan nilai baik buruk atau positif-negatif. Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi seseorang tidak akurat, maka seseorang cenderung berkomunikasi dengan cara yang tidak akurat pula akibatnya komunikasi menjadi tidak efektif.8 Persepsilah yang menentukan seseorang memilih suatu pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.9

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan program CSR (Corporate

Social Responsibility) adalah segala macam bentuk bantuan yang diberikan

oleh PT. Petrokimia Gresik. Pengertian CSR dalam penelitian ini mengalami alih bahasa, sehingga CSR yang dimaksud oleh peneliti adalah wujud dari CSR yaitu bantuan yang diberikan PT. Petrokimia Gresik kepada masyarakat Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Proses penelitian ini dibangun berawal dari perhatian berbagai program CSR PT Petrokimia Gresik yang direalisasikan kepada masyarakat Gresik, khususnya di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Kerangka pikir Penelitian Persepsi Masyarakat Tentang Program Corporate

8 Ali Nurdin, Agoes Moh. Moefad. Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, Pengantar Ilmu

Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm. 159.

9 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),


(17)

Social Responsibility (CSR) PT. Petrokimia Gresik (studi kasus di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik) adalah sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan landasan teori legitimasi. Alasan penggunaan landasan teori ini atas dasar asumsi bahwa legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksikan strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju.

Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. O’dovan berpendapat legitimasi organisasi dapat

Program CSR PT Petrokimia Gresik

Warga Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik

Kabupaten Gresik

Persepsi Masyarakat PT Petrokimia Gresik


(18)

dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.10 Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup.

Legitimasi merupakan sistem pengolahan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus sama dengan harapan masyarakat. Peneliti ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang implementasi program CSR di Kelurahan Lumpur selama ini. Berbagai program sentralistrik dan disentralistik dialokasikan untuk masyarakat Kelurahan Lumpur, sehingga peneliti ingin mengetahui implementasi program CSR yang diberikan PT. Petrokimia Gresik kepada masyarakat Kelurahan Lumpur.

Dalam menentukan persepsi positif dan negatif dari informan, maka peneliti memberikan batasan terhadap statement yang masuk dalam kategori persepsi positif dan persepsi negatif. Berikut kategorinya:

1. Persepsi positif

Persepsi positif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memuji, masyarakat Kelurahan Lumpur memberikan statement memuji untuk PT. Petrokimia Gresik dan atau program CSR PT. Petrokimia Gresik.

10


(19)

b. Membanggakan, masyarakat Kelurahan Lumpur memberikan

statement bangga terhadap PT. Petrokimia Gresik dan atau program

CSR PT. Petrokimia Gresik. 2. Persepsi Negatif

Persepsi Negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mencela, masyarakat Kelurahan Lumpur memberikan statement mencela terhadap PT. Petrokimia Gresik dan atau program CSR PT. Petrokimia Gresik.

b. Mengkritik, masyarakat Kelurahan Lumpur memberikan statement kritikan terhadap PT. Petrokimia Gresik dan atau program CSR PT. Petrokimia Gresik.

H. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk menemukan kebenaran dan melalui proses yang panjang menggunakan metode atau langkah-langkah prinsip yang terencana dan sistematis guna mendapat pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap fenomena-fenomena yang terjadi. Titik tolak penelitian bertumpu pada minat untuk mengetahui fenomena sosial yang timbul karena berbagai rangsangan.11

11 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke arah Ragam Varian


(20)

Metode penelitian sangat penting karena berhasil atau tidaknya tergantung ketelitian dalam menentukan metode yang digunakan. Metode yang dilakukan, antara lain:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian tentang Persepsi Masyarakat tentang Program

Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Petrokimia Gresik (studi kasus

di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik), menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Peneliti mendeskripsikan atau mengkontruksi wawancara-wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dapat juga dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan informasi dari suatu fenomena yang terjadi.

Adapun jenis penelitiannya menggunakan kualitatif. Penelitian jenis ini menggunakan data-data berupa kata-kata, gambar bukan dari angka-angka dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.12

Riset kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan

prosedur statistic atau cara kuantitatif lainnya. Pendekatan kualitatif

diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting

12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Banding: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.


(21)

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

holistic. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau

organisasi kedalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.13

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan data kepada peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun subyek penelitian ini adalah warga Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik yang bertindak sebagai informan dalam penelitian ini.

b. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul maka yang menjadi obyek penelitian ini adalah kajian ilmu komunikasi khususnya pada Persepsi masyarakat tentang program Corporate Social Responsibility (CSR).

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja, Kelurahan Lumpur dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi dengan dosen pamong dari PT. Petrokimia Gresik. Pengambilan lokasi ini juga dilakukan dengan


(22)

pertimbangan bahwa Kelurahan Lumpur merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam Ring I atau lokasi yang berdekatan dengan pabrik dan terkena dampak langsung dari operasi pabrik. Khalayak di Kelurahan Lumpur juga dapat dijangkau oleh peneliti dan adanya keterbukaan dari masyarakat Kelurahan Lumpur terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

Secara geografis peneliti memiliki kedekatan dengan lokasi penelitian karena peneliti tinggal di Kota Gresik, sehingga memungkinkan bagi peneliti lebih memahami kondisi Kota Gresik. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih dalam realita di kota tersebut. Secara teknis, faktor kedekatan geografis ini juga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis dan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam data penelitian kualitatif, informan memiliki peran yang sangat penting untuk membantu penggalian data. Dari data-data yang ada kita dapat membentuk proposisi-proposisi, dari situ kita dapat menemukan hipotesis.14

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam jenis data yang digunakan untuk mendukung penelitian diantaranya:

14 Drs. Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(23)

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama dilapangan. Data primer merupakan data pokok dari penelitian ini yakni data yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.15 Dalam hal ini data yang diambil adalah persepsi masyarakat tentang program CSR PT Petrokimia Gresik.

2) Data Sekunder.

Data Sekunder adalah data yang diperoleh data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal juga sebagai data-data pendukung atau perlengkap data utama yang dapat digunakan oleh peneliti. Jenis data sekunder ini dapat berupa gambar-gambar, dokumentasi, grafik, manusrif, tulisan-tulisan tangan, dan berbagai dokumentasi lainnya. Prinsip data utama yang sumbernya dapat juga diperoleh langsung atau tidak langsung oleh peneliti juga dapat berupa datanya sendiri yang berupa dokumentatif yang dihimpun dari sebuah situasi sosial.16

Data yang diteliti meliputi berbagai kegiatan dari program CSR PT Petrokimia Gresik.

15 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Releation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006), hlm. 26-28.

16 Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta Selatan: Referensi,


(24)

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yang mana peneliti ingin menentukan informan yang

didasarkan pada kajian pokok penelitian untuk menggali dan berdasarkan tema penelitian yang ada. Purposive sampling disebut juga dengan sampel berdasarkan tujuan dalam arti memilih orang-orang yang dianggap dapat mewakili tingkat signifikasi dan prosedur pengujian hipotesis.17

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan pengumpulan data dilapangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan skripsi. Informan dalam penelitian ini adalah 9 informan yang berasal dari warga Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik.

Disini peneliti memilih beberapa informan yang dianggap mengerti maksud dan tujuan penelitian, yaitu:

1) Djumali. Bapak Lurah di Kelurahan Lumpur yang sudah menjabat selama 2 tahun.

2) Bapak Ismail. Beliau adalah ketua dari Balai Pasusukan. Dipilih sebagai salah satu informan karena menjabat sebagai ketua balai yang mana sebagai perwakilan para nelayan. Peneliti menganggap Bapak Ismail merupakan orang yang pantas dijadikan salah satu informan yang mengerti PT. Petrokimia Gresik karena sering menjadi perwakilan dari nelayan untuk datang ke perusahaan.

17 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),


(25)

3) Bapak Mustofa, yang menjabat sebagai ketua dari Balai Gede. Peneliti menganggap bahwa Mustofa layak menjadi salah satu informan karena banyak informasi yang dapat digali dari Mustofa. 4) Bapak pengurus langgar. Salah satu informan yang tidak ingin

disebutkan namanya, dipilih karena peneliti membutuhkan informasi dari salah satu pengurus langgar yang selama ini sering mendapatkan bantuan dari PT. Petrokimia Gresik.

5) Ibu Anis Nuryanah, yang menjabat sebagai Kasi Kesra dan Ekbang di Kelurahan Lumpur.

6) M. Bahrul Alam, yang menjabat sebagai wakil ketua karang taruna dipilih sebagai salah satu informan karena peneliti menganggap banyak informasi yang dapat digalih dari informan ini.

7) M. Johan Adi Prasetyo, salah seorang mahasiswa dipilih sebagai informan karena peneliti perlu mencari banyak informasi dari salah seorang mahasiswa yang ada di Kelurahan Lumpur.

8) Akhmad Firdaus, dipilih menjadi salah satu informan karena peneliti bisa mendapatkan informasi dari saudara Firdaus yang menjabat sebagai pengurus koperasi.

9) M. Hilmy Fakhruddin, dipilih menjadi salah satu informan karena M. Hilmy Fakhruddin adalah salah satu ketua dan pendiri organisasi PAL (Persatuan Arek Lumpur). Sehingga peneliti menganggap bahwa M. Hilmy layak menjadi salah satu informan karena banyak informasi yang dapat digalih dari M. Hilmy.


(26)

4. Tahap-tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian.

Tahap ini terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.

a. Tahap Pra Lapangan

a) Tahap pra lapangan terdiri atas:

Pada tahap pra-lapangan ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif, yang mana dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Sedangkan kegiatan dan perimbangan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:18

1) Menyusun rancangan penelitian, rancangan penelitian ini akan dijabarkan tersendiri secara detail, agar mudah dimengerti dan selanjutnya dapat dijadikan patokan oleh peneliti kualitatif

2) Mengurus surat perizinan, dalam hal ini peneliti mengurus perizinan penelitian dibagian Program Studi Ilmu Komunikasi dari Kepala Program Studi dan diajukan kepada Pimpinan Perusahaan yang akan diteliti.

3) Mengurus perizinan penelitian, pertama-tama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah siapa saja yang berwewenang memberikan izin pelaksanaan penelitian tersebut. Tentu saja

18 M. Djuanaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz


(27)

peneliti jangan mengabaikan izin meninggalkan tugas yang pertama-tama perlu dimintakan dari atasan peneliti sendiri, dan seterusnya yang terkati dengan penelitian.

4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian, tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya. Penjajakan dan penilaian lokasi peenlitian ini akan baik sempurna, bila peneliti banyak mengenal dan mengetahui dari konsultan penelitian, terkait dengan situasi, kondisi tempat lokasi penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan, hal ini dilakukan karena membantu agar cepat dan teliti dalam melakukan analisis, terutama bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnografi

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian, peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan, terutama pada saat interview dengan informan mulai dari tape

recorder, peralatan tulis dan lainnya yang dibutuhkan oleh

peneliti.

7) Etika Penelitian, merupakan hal yang penting dalam penelitian karena jika dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak bisa menjaga etikanya maka bisa berpengaruh terhadap instansi yang dibawanya. Peneliti haus menjaga hubungan


(28)

baik antara peneliti dengan orang-orang yang berada di tempat melakukan penelitian.

b) Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan ini, fokus peneliti berada pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak dan seakurat mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian.

Tahap pekerjaan lapangan ini, dapat dibagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut.19

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Sebelum memasuki lapangan, terlebih dahulu peneliti memahami latar lapangan yang akan diteliti, dan peneliti juga harus mempersiapkan diri secara fisik maupun mental. Selain itu, mempersiapkan pedoman wawancara kepada beberapa warga Kelurahan Lumpur agar peneliti mempunyai gambaran tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada informan yang ada di lapangan.

2) Memasuki Lapangan

Peneliti memasuki lapangan penelitian yakni mulai sedikit demi sedikit masuk pada kegiatan yang dilakukan oleh warga kelurahan Lumpur saat mengikuti program CSR PT Petrokimia Gresik selanjutnya melakukan proses

19 M. Djuanaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz


(29)

penelitian sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

3) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan

Apabila peneliti memanfaatkan pengmatan berperan serta, hendaknya hubungan akrab antara subyek dan peneliti dibina. Dengan demikian, peneliti dengan subyek penelitian dapat bekerja sama dengan saling bertukar informasi.

c) Tahap Analisis Data

Data yang terhimpun dari kegiatan pengumpulan data mungkin terlalu sedikit jumlahnya, mungkin juga terlalu besar. Walaupun telah mencukupi jumlahnya, data atau informasi harus dioleh/diproses agar menjadi informasi bermakna. Mengolah data memerlukan ketelitian dan kecermatan tersendiri dari peneliti/analisis. Dalam setiap pemrosesan data pasti terdapat prosedur reduksi, yaitu penyerdahanaan data. Dari data yang tlah disederhanakan ini dapat ditafsirkan, dan selanjutnya di tarik kesimpulan.20

d) Tahap Penulisan Laporan

Setelah sampai pada kesimpulan, perlu segera disusuin laporan pelaksanaaan penelitian sebagi bagian dari publikasi atau sosialisasi agar hasil penelitian diketahuo oleh orang lain dan

20 Dr, Suwartono, M.Hum, Dasar-dasar Metodologi Penelitian (Yogkakarta: Andi Offset, 2014),


(30)

mungkin dimanfaatkan oranglain, selain itu juga untuk kepentingan akuntabilitas (pemeriksaan oleh pihak lain).21

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam (Depth interview)

Metode interview juga bisa disebut dengan metode wawancara, metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.22

Wawancara dipergunakan untuk menggali data secara meluas dan mendalam, peneliti melakukan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan informan yang telah dipilih oleh peneliti. Wawancara dilakukan kepada informan yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan dengan penelitian.

b. Pengamatan (Observation)

Menurut Soehartono, observasi atau pengamatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, dalam arti sempit,

21 Ibid, Dasar-dasar Metodologi Penelitian (Yogkakarta: Andi Offset, 2014), hlm. 35. 22 Burhan Bungin, Metodoligi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga, 2001), hlm. 133.


(31)

pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indera dengan tidak mengajukan pertanyaan-pertanyan.23

Peneliti melakukan observasi dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian organisasi atau perusahaan yang telah diamati melalui teknik partisipasi dapat memperoleh data relatif akurat dan lebih banyak, karena peneliti secara langsung mengamati perilaku dan kejadian atau peristiwa dalam lingkungan sosial tertentu.24 c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dua, dokumen primer yang merupakan tulisan langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa yang bersangkutan. Kedua, dokumen sekunder yang merupakan tulisan dari cerita orang lain.25

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

23 DR. Mahi M. Hikmat, Metodologi Penelitian: Dalam perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),hlm. 74.

24 Rusady Ruslan, Metode Penelitian Public Releation dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006), hlm. 35.


(32)

dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26

Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan serta pengujian kesimpulan.

Reduksi data melibatkan langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Kemudian, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal termasuk yang berkaitan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data. Catatan yang dimaksud disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui.

Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data pada umumnya diyakini membantu proses analisis.

Penarikan dan pengujian keimpulan, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat.


(33)

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan keshohihan data. Adapun teknik yang digunakan antara lain:27

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikut sertaan dilakukan peneliti guna berorientasi pada dengan situasi, sekaligus guna memastikan apakah konteks ini mudah dipahami dan dihayati.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik pemeriksaan teman sejawat ini bermanfaat dalam membentuk kepercayaan. Hal ini merupakan proses menunjukkan diri sendiri kepada teman-teman peneliti yang merasa tidak menarik dalam suatu acara membuat pararel pembahasan analitis dan untuk menyelidiki aspek-aspek dari inkuiri.

27 M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metode Peneltian Kualitatif. (Yogyakarta: Ar-ruzz


(34)

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab. Adapun sistematika penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari Sembilan sub bab antara lain latar belakang, rumusan maslah dan fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penelitian terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini menguraikan penjelasan tentang kerangka teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan kajian teori yang berkaitan dengan Persepsi Masyarakat tentang Program CSR PT Petrokimia Gresik.

BAB III INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang profil data penelitian dan paparan tentang deskripsi data penelitian, terutama terkait dengan Persepsi Masyarakat tentang Program CSR PT Petrokimia Gresik.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini menampilkan analisi data yang telah dipaparkan dan konfirmasi temuan dengan teori.


(35)

Dalam Bab terakhir ini, peneliti menyajikan dua sub bab yang meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban langsung dan fokus penelitian, berisi tentang pokok permasalahan tersebut yang sudah tersusun dengan benar. Sub bab selanjutnya yaitu rekomendasi yang mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan dilaksanakannya penelitian lanjutan berdasarkan simpulan yang dihasilkan.


(36)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 1. Persepsi

Individu akan menggunakan informasi apa saja yang dapat diperoleh guna membentuk kesan terhadap suatu obyek. Proses ini dinamakan dengan persepsi, yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan sebagai pengelihatan, pengamatan, pemahaman atau tanggapan. Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari.

Menurut John R. Wenburg & william W. Wilmot, persepsi didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses pengindraan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses pengindraan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Stimulus yang diinderakan itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga


(37)

merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.1

Pola perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai realitas sosial yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, obyek, atau kejadian, atau reaksi mereka terhadap hal-hal tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, obyek, atau kejadian serupa.

Menurut Kenneth A. Sereno dan edward M. Bodaken, persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan seseorang. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan mana seseorang menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memperngaruhi indera seseorang.

Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana. Persepsi terdiri dari tiga aktvitas, yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi.2

Dedy Mulyana mendefinisakan persepsi sebagai proses internal yang memungkinkan seseorang memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangann dari lingkungan seseorang dan proses tersebut mempengaruhi perilaku seseorang. Sedangkan menurut Sarlino Wirawan Sarwono, persepsi merupakan kemampuan untuk mengoordinasikan pengamatan. Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip yaitu:

1 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 69-70.

2 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007hlm.


(38)

wujud dan latar, serta pola pengelompokan.3 Sebenarnya seleksi mencakup sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat dalam interpretasi, yang diartikan sebagai melekat suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan bermakna.

Pengertian persepsi kerap disamakan atau dianggap sama dengan pengertian respon, reaksi tingkah laku yang merupakan akibat dari stimulus sosial (gejala sosial) yang berupa nilai yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, nilai yang muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok perbuatan atau bertindak seperti pendapat yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto, bahwa interaksinya dengan perseorangan atau kelompok masayarakat terlihat adanya, serta mengadung rangsangan dan respon.4

Persepsi adalah hasil dari aksi dan reaksi.5 Persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat/panca indera (mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah), atensi dan interpretasi.6 Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dari definisi diatas, persepsi merupakan sebuah hasil pengamatan terhadap sebuah obyek atau perisiwa melalui panca indera sehingga diperoleh pemahaman.

3 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm.

44-45.

4 Soerjono Soekamto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 56-60. 5 Dimyati Mahmud, Psikologi: Suatu Pengantar. (Yogyakarta: BPFE, 1990), hlm. 52. 6 Riswandi, Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 47.


(39)

Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi seseorang tidak akurat, maka seseorang cenderung berkomunikasi dengan cara yang tidak akurat pula akibatnya komunikasi menjadi tidak efektif.7 Persepsilah yang menentukan memilih suatu pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.8

Proses persepsi meliputi, pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indera (indera pengelihatan, indera pencium, indera pengecap, dan indera pendengar), atensi dan interpretasi. Sensasi merupakan hasil dari kerja alat-alat indera (indera peraba, indera pengelihatan, indera pencium, dan indera pendengar). Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan.

Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indera punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Pengelihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk dipresentasikan. Oleh karena otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual, pengelihatan mungkin indera yang paling penting. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk

7 Ali Nurdin, Agoes Moh. Moefad. Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, Pengantar Ilmu

Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm. 159.

8 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),


(40)

ditafsirkan. Tidak seperti pesan visual yang menuntut mata mengarah pada obyek, suara diterima dari semua arah. Penciuman, sentuhan dan pengecapan terkadang memainkan peran penting dalam komunikasi.

Atensi tidak terelakkan karena sebelum merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun yang seseorang tangkap melalui panca indera, terlebih dahulu seseorang memperlihatkan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti persepsi mensyaratkan kehadiran suatu obyek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri.

Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian, cenderung dianggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian. Rangsangan seperti ini biasanya menjadi penyebab kejadian-kejadian berikutnya. Ini juga berlaku untuk manusia, orang yang paling diperhatkan cenderung dianggap paling berpengaruh.

Interpretasi adalah tahap terpenting dari persepsi, yaitu menafsirkan atau memberi makna atas informasi yang sampai kepada seseorang melalui panca indera dengan bantuan kognisi dan afeksi (proses metal). Mengintepretasi obyek tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan mengintepretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili obyek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai obyek sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya obyek tersebut.

Ketiga tahap persepsi (sensasi, atensi dam intepretasi) tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan satu tahap berakhir dan kapan tahap


(41)

berikutnya mulai. Dalam banyak kasus ketiga tahap tersebut berlangsung nyaris serempak.

Dari hal-hal tersebut dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu: (1) obyek atau stimulus yang dipersepsi; (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syaraf fisiologis; dan (3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis.9

Ketiga tahap persepsi (sensasi, atensi dam intepretasi) tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan satu tahap berakhir dan kapan tahap berikutnya mulai. Dalam banyak kasus ketiga tahap tersebut berlangsung nyaris serempak.10

Proses persepsi interpersonal disebut sebagai proses pembentukan pesan (impression formation), adapun proses persepsi interpersonal ini adalah sebagai berikut:11

1) Stereotyping

Penggunaan konsep ini menyederhanakan begitu banyak stimulus yang diterimanya. Menurut psikologi kognitif,

pengalaman-pengalaman baru akan dimasukkan pada “laci” kategori yang ada

dalam memori seseorang, berdasarkan kesamaannya dengan pengalaman masa lalu. Bersama itu, semua sifat yang ada pada pengalaman itu dikenakan pada pengalaman baru. Dengan cara seperti ini, orang memperoleh informasi tambahan dengan segera, sehingga

9 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 71.

10 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),

hlm. 181.


(42)

membantu dalam mengambil keputusan yang cepat atau dalam meramalkan peristiwa.

Stereotyping ini menjelaskan terjadinya primacy effect dan halo

effect. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan

pertama amat menentukan kategori. Begitu pula halo effect. Persona stimuli yang sudah disenangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.

2) Implicit Personality Theory

Konsep ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang lain. Memberikan kategori berarti membuat konsep. Teori ini tidak pernah dinyatakan karena itu disebut

implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari individdu

memiliki konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat yang lain.

3) Atribusi

Menurut Baron dan Byrne, atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution). Secara garis besar ada dua macam atribusi yaitu atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.

a) Atribusi Kausalitas

Menurut Heider, mengamati perilaku sosial, pertama-tama menentukan apa yang menyebabkannya, karena faktor situasional atau personal. Dalam teori atribusi hal itu lazim disebut kausalitas


(43)

eksternal dan kausalitas internal. Bagaimana mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan faktor internal, dan bukan faktor eksternal. Menurut Jones dan Nisbett, memahami motif persona stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama dengan memfokuskan oerhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua dengan memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.

Sedangkan menurut Harold Kelley, menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal yaitu: konsistansi, yakni apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; konsensus, yakni apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap; dan kekhasan (distinctiveness), yakni apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja. Apabila ketiga hal itu tinggi, maka orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal.

b) Atribusi Kejujuran

Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu: (1) Sejauh mana pernyataan orang itu menyinggung dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) Sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan denga pernyataan itu.

Rangsanagn yang menarik perhatian, cenderung dianggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian. Rangsangan seperti ini biasanya menjadi penyebab kejadian-kejadian


(44)

berikutnya. Tahap terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai persiapan dalam persepsi.

a. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Dalam persepsi, individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:12

1) Obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dapatang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat Indera, Syaraf dan Pusat Susunan Syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat


(45)

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk mnyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupaan langkah pertama sebagai persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. b. Faktor-faktor yang Mepengaruhi Persepsi

Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield, persepsi dipengaruhi 3 (tiga) faktor, yaitu:13

1) Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Terdapat 2 (dua) faktor yang bisa menarik perhatian, yaitu:

a) Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Apa yang seseorang perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimulus diperhatikan karena


(46)

mempunyai sifat-sifat yang menonjol, anata lain: gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan.

b) Faktor Internal Penaruh Perhatian

Apa yang seseorang perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor internal dalam diri seseorang. Faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian diantaranya yaitu faktor biologis, faktor sosiopsikologis, motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan.

2) Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus itu. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, bahwa obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Kerangka rujukan (frame of reference) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisasis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.


(47)

3) Faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, bila mempersepsikan sesuatu maka akan mempersepsikan suatu keseluruhan., tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Dengan kata lain, bagian-bagian medan yang terpisah (dari medan persepsi), dan karena itu dinamika khusus dalam interaksi ini menentukan distribusi fakta dan kualitas lokalnya.maksudnya adalah memahami suatu peristiwa tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

2. Masyarakat

Sejak lahir hingga mati, manusia hidup ditengah-tengah masyarakat. Seluruh kehidupannya, manusia berada pada posisi sebagai anggota masyarakat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia tidak akan menusiawi bila tidak bermasyarakat. Hubungan yang erat antara manusia secara individual dengan masyarakat, merupakan hakikat dari manusia dan kemanusiaan itu sendiri.

Secara umum masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga melahirkan budaya dengan satu kesatuan kriteria dalam memiliki sistem hidup bersama.14 Bagi Ralp Linton, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja dalam waktu yang cukup lama, sehingga

14 Syahrizal Syarbaini Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.


(48)

mereka dapat mengorganisir diri dan sadar, bahwa mereka merupakan suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang jelas.15

Menurut Maclver dan Page, masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Masyarakat selalu berubah menurut Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Nadel, masyakat adalah suatu kumpulan manusia yang terikat dalam suatu kesatuan, yaitu yang bertindak secara terintegrasi dan tetap serta bersifat kekal dan stabil.16

Masyarakat yang mencakup beberapa unsur sebagai berikut:17

a. Manusia yang dihidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yan harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpannya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau

15 Momon Sudarma, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hlm. 61-62. 16 Syahrizal Syarbaini Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 9. 17 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 24.


(49)

perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Sejak lahir, manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan sehingga disebut social animal. Sebagai social animal, manusia mempunyai naluri yang disebut gregariousness.

Setiap masyarakat mempunyai komponen-komponen dasar sebagai berikut:

a. Populasi, yakni warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut pandangan kolektif.

b. Kebudayaan, yaitu hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang mencakup sistem lambang-lambang dan informasi.

c. Hasil-hasil kebudayaan material.

d. Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain mencakup warga mayarakat secara individual, peranan-peranan, kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial.

e. Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya.

Dengan demikian, maka suatu masyarakat merupakan sistem adaptif, oleh karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai


(50)

kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan. Masyarakat senantiasa merupakan sistem, oleh karena mencakup berbagai komponen dasar yang saling berkaitan secara fungsional.

3. CSR (Corporate Social Responsibility)

a. Pengertian CSR (Corporate Social Responssibility)

CSR secara umum merupakan kontribusi menyeluruh dari dunia usaha terhadap pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari kegiatannya. CSR berusaha bagaimana korporasi sebagai agen ekonomi selalu patuh terhadap hukum dan peraturan, peduli terhadap persoalan sosial diseseseorangrnya, peduli terhadap perlindungan lingkungan hidup, kesehatan kerja dan sebagainya.

European Community telah mengeluarkan sebuah green report

tentang CSR. CSR dipandang sebagai konsep dimana korporasi dengan sukarela mengintegrasikan keprihatinan sosial dan lingkungan ke dalam operasi bisnis dan di dalam interaksi mereka dengan stakeholder.18 Dengan pengertian seperti ini maka CSR merupakan bagian dari strategic invesment, core business strategy, management

instrument, serta dalam operasional sehari-hari.

Maignan & Ferrell mendifinisakan CSR sebagai “A business acts in socially respinsible mannner when its decision and actions account

for balance diverse stakeholder interests”. Definisi ini menekankan

perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan

18 Sofyan Djalil, “Konteks Teoritis dan Praktis Corporate Social Responsibility”, Jurnal Reformasi


(51)

berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.19

Johnson and Johnson mendefinisikan “Corporate Social responnsibility (CSR) is abaout how companies manage the business process to produce an overall positive impact society”. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagaian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Ghana mendefinisikan “CSR is abot capacity building for sustainable likelihoods. It respects cultural differences and finds the business opportunities in building the skills of employees, the

community and goverment”. Lebih lanjut dinyatakan, ....”corporate

social responsibility (CSR) is about business giving back to society”.

Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara lebih dalam, bahwa sesungguhnya tanggungjawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility) memberikan kapasitas dalam

membangun corporate building menuju terjaminnya going concern perusahaan. Didalamnya, termasuk upaya peka (respect) terhadap adopsi sistematik berbagai budaya (kearifan lokal) ke dalam strategi

19 A. B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan Strategic


(52)

bisnis perusahaan, termasuk keterampilan karyawan, masyarakat, dan pemerintah.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lewat publikasinya “Making Good Business Sense” mendefinikan corporate social responsibility: “Continuing commitment by business to behave ethically and contributed to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and

society at large”. Definisi tersebut menunjukkan tanggung jawab

sosial perusahaan (corporate social responsibility) merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat seseseorangr dan masyarakat secara lebih luas.20

Menurut Lord Holme and Richard Watts, tanggung jawab social merupakan komitmen berkelanjutan para pelaku bisnis untuk memegang teguh pada etika bisnis dalam beroperasi, memberi kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, serta berusaha mendukung peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi para pekerja, termasuk meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat seseseorangr. Khasali Renald menyatakan bahwa tanggung jawab sosial memilki muatan strategis dalam mendukung konstruksi strategi


(53)

perusahaan guna mewujudkan keunggulan kompetitif (competitive

advantage).

b. Prinsip-prinsip Social Responsibility

Crowther David mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial

(social responsibility) menjadi tiga, yaitu: (1) sustainability; (2)

accountability; dan (3) transparency.21

Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam

melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan generasi masa datang.

Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan

bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal. Akuntabilitass dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun

image dan network terhadap para pemangku kepentingan.

Transparency, merupakan prinsip penting bagi ekternal.

Tranparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan


(54)

berikut dampak terhadap pihak eksternal. Transparansi merupakan satu hal yang penting bagu pihak eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri inforrmasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

Post menyatakan bahwa ragam tanggung jawab perusahaan terdiri dari tiga dimensi, yaitu: (1) economic responsibility; (2) legal

responsibility; dan (3) social responsibility.22

Economic responsibility, keberadaan perusahaan ditujukan untuk

meningkatkan nilai bagi stakeholder, seperti: meningkatkan keuntungan (laba), harga saham, pembayaran dividen, dan jenis lainnya. Disamping itu, perusahaan juga perlu meningkatkan nilai bagi para kreditur, yaitu kepastian perusahaan dapat mengembalikan pinjaman berikut interest yang dikenakan.

Legal responsibility, sebagian anggota masyarakat, perusahaan

memiliki tanggung jawab mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Termasuk, ketika perusahaan sedang menjalankan aktivitas operasi, maka harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan perundangan.

Social responsibility, merupakan tanggung jawab perusahaan

terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan. Social

responsibility menjadi satu tuntutan ketika operasional perusahaan

mempengaruhi pihak eksternal, terutama ketika terjadi ecternalities


(55)

dis-economic. Hal itu, memunculkan resistensi sosial dan dapat memunculkan konflik sosial.

c. Manfaat Corporate Social Responsibility

Yusuf Wibisono menyatakan bahwa, tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility) memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan reputasi perusahaan, menjaga image dan strategi perusahaan.23

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan seseseorangr dalam jangka panjang. Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.24

Pertama, mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitass yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktik-praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri di belakang perusahaan, membela institusi tempat mereka bekerja.

23 Nor Hadi, Corporate Social Responsibility (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 92. 24 A. B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan Strategic


(56)

Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang mengakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.

Ketiga, keterlibatan dan kebanggan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan ang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan seseseorangrnya. Kebanggan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.

Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.

Kelima, meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam risep Roper Search worldwide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang


(57)

konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.

B. Kajian Teoritis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori legitimasi. Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan seseseorangrnya baik fisik maupun nonfisik.

O’donovan berpendapat legitimasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.25 Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup

(going concern).

Legitimasi dapat diartikan sebagai kesediaan masyarakat dalam menerima dan mengakui kewenangan, keputusan dan kebijakan perusahaan. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan

25


(58)

upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju.

Sejalan dengan karakternya yang berdekatan dengan ruang dan waktu, legitimasi mengalami pergeseran bersamaan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan dan masyarakat dimana perusahaan berada. Perubahan nilai dan norma sosial dalam masyarakat sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia, juga menjadi motivator perubahan legitimasi perusahaan di samping juga dapat menjadi tekanan bagi legitimasi perusahaan.

Davis menyatakan kelangsungan hidup bisnis ditentukan oleh asumsi bahwa bisnis tetap ada jika melakukan jasa yang bermanfaat bagi masyarakat. Sethi menyatakan bahwa peran perusahaan dalam dinamika masyarakat harus berkembang secara konstan untuk terbiasa menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan harapan masyarakat. Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Deegan menyatakan:26

“Within a systems-oriented perspective, the entity is assumed to be influenced by, and in turn tohave influence upon, the socienty in which it operates. Corporate disclosure policies are considered to represent one important means by which management can influence external perceptions about their organisation.”

Definisi di atas, mencoba menggeserkan secara tegas perspektif perusahaan ke arah stakeholders orientation (society). Batasan tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi perusahaan merupakan arah implikasi

26


(59)

orientasi pertanggungjawaban perusahaan yang lebih menitikberatkan pada

stakeholders perspective (masyarakat dalam arti luas). Deegan, Robin dan

Tobin menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan sesuai (congruent) dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Ketika ada perbedaan antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai masyarakat, legitimasi perusahaan akan berada pada posisi terancam. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial masyarakat sering dinamakan “legitimacy gap” dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usahanya. Dengan demikian, pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan dapat digunakan untuk mengantisipasi atau menghindari tekanan sosial, untuk meningkatkan image perusahaan atau reputasi perusahaan.


(1)

103

perusahaan sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan

mempengaruhi hubungan dengan stakeholders, membantu perusahaan

untuk bertahan dan sukses.

Perkembangan kerangka riset menunjukkan bahwa soft asset

perusahaan adalah identitas dan image, menggambarkan keuntungan

kompetitif yang sangat kuat untuk ditiru. Image perusahaan yang baik

merupakan nilai strategi bagi perusahaan. Image perusahaan sebagai

atribut perusahaan yang mencerminkan luasnya stakeholders eksternal

melihat perusahaan baik atau buruk terutama berkaitan dengan aktivitas

CSR.

Hasil penelitian ini selaras dengan teori legitimasi bahwa jika

perusahaan dapat memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi

stakeholders, maka perusahaan akan memperoleh image positif atau

memperoleh legitimasi. Image perusahaan sangat menentukan

kelangsungan hidup perusahaan dan pengaruh hubungan dengan

stakeholders, yang membantu perusahaan untuk bertahan dan sukses.

Sehingga bila persepsi masyarakat positif akan berdampak positif sebagai

respon dari masyarakat, dan perusahaan berusaha untuk mendapat

penghargaan serta selalu merespin apabila terjadi komplain dari


(2)

104 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Bantuan dapat membangun persepsi positif masyarakat terhadap PT.

Petrokimia Gresik. Perusahaan juga selalu merespon dengan cepat segala

sesuatu yang diminta oleh masyarakat sekitar, itu sebagai salah satu upaya

kepedulian perusahaan terhadap stakeholder. Hanya bersifat cash dan tidak

ada jangka panjang akan membangun persepsi negatif masyarakat. Beberapa

program yang diberikan PT. Petrokimia Gresik hanya untuk jangka pendek,

bukan untuk jangka panjang. Seharusnya harus ada keberlanjutan, ada

program yang mempunyai hasil akhir yang bisa dibanggakan.

Seringnya mendapatkan program disentralistik membuat masyarakat

Kelurahan Lumpur menganggap program CSR adalah bantuan. Umumnya

CSR yang diberikan oleh PT. Petrokimia Gresik diwujudkan dalam bentuk

benda. Sehingga permintaan sumbangan berkelanjutan merupakan hal yang

harus diwaspadai, namun demikian fakta tersebut tidaklah mencerminkan

makna CSR.

Anggapan dana CSR adalah bantuan sehingga masyarakat tidak punya hak

untuk memintanya. Perusahaan harus menyalurkan sebagian dari

keuntungannya untuk masyarakat sekitar dan daerah. Dana tersebut bukan

bantuan, apalagi sedekah dari perusahaan untuk masyarakat seperti sembako.

Sehingga perlu adanya sosialisasi dari perusahaan dan kerjasama dengan


(3)

105

tepatnya disebut hak yang wajib diterima masyarakat sebagai bagian dari ganti

rugi material dan non material oleh perusahaan.

Apabila perusahaan berhasil menerapkan CSR dengan sendirinya

masyarakat akan menilai positif perusahaan tersebut, artinya sikap masyarakat

terhadap adanya perusahaan di tempat mereka akan didukung karena mereka

menganggap bahwa perusahaan tersebut tidak hanya melakukan kegiatan

bisnis saja di tempat mereka namun juga bermanfaat bagi mereka. Sebaliknya

apabila perusahaan tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat maka bisa

jadi perusahaan tersebut berada di ujung tanduk karena tidak mendapat

dukungan dari lingkungannya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah penulis paparkan, maka

terdapat beberapa saran dari penulis sebagai berikut:

1. Perusahaan sebaiknya menerjunkan anak magang sebagai perwakilan

perusahaan untuk mensosialisasikan CSR dan setiap varian CSR.

Fungsinya untuk memberikan informasi dan mensosialisasikan mengenai

CSR dan setiap varian program CSR yang akan dilaksanakan agar

masyarakat mengetahui maksud dan tujuan program tersebut.

2. Sebaiknya PT. Petrokimia Gresik mengembangkan dan meningkatkan

potensi dari program sablon digital yang sudah diberikan untuk karang

taruna. Program membuka perekonomian baru bagi masyarakat khususnya


(4)

106

3. Masyarakat sebaiknya mengajukan program untuk jangka panjang. Seperti

pelatihan menjahit, bantuan pembelian mesin jahit, hingga pemasaran

sampai terlihat hasil yang dapat menguntungkan.

4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang persepsi masyarakat yang

berkaitan tentang program CSR dan semoga penelitian ini dapat berguna

dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya

pada khalayak dan sasaran lain.

5. Proses persepsi dilalui dengan proses peerimaan stimulus pada reseptor

yaitu indera, yang tidak langsung berfungsi setelah dia lahir, tetapi akan

berfungsi sejalan dengan perkembangan fisiknya. Di dalam QS. An-Nahl 78 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

pengelihatan dan hati agar kamu bersyukur.” dan As-Sajdah ayat 9

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh (ciptaannya)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,

pengelihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Kedua ayat

tesebut memberikan gambaran bahwa manusia dilahirkan dengan tidak

mengetahui sesuatuapapun, maka Allah melengkapi manusia dengan alat

indera untuk manusia sehingga manusia dapat merasa atas apa yang terjadi

padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru dan mengandung

perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara satu dengan yang lainnya.

Dengan alat indera tersebut, manusia akan mengenali lingkungannya dan


(5)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Artmanda, Vrista. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Lintas

Media Jombang.

Asa, Arthur Berger. Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan

oleh M. Dwi Mariyanto, Sunarto. Jogyakarta: Tiara Wacana.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke

arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2001. Metodoligi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga.

Djuanaidi, M. Ghony & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Sosial Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Banding: Remaja

Rosdakarya.

M., Mahi Hikmat. 2011. Metodologi Penelitian: Dalam perspektif Ilmu

Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta Selatan:

Referensi.

Partanto, Pius A. & M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.

Rahmat, Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Releation dan Komunikasi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito W. & Eko A. Meinarno 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soehatono, Irwan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.


(6)

xiii

Susanto, A.B. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility. Jakarta:

Erlangga.

Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogkakarta: Andi Offset.

Rianti, Persepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Seni Batik Klasik,

http://www.scribd.com/doc/15252246/Bab-2-Acc diakses pada tanggal 29 September 2015 pukul 20.02 WIB