Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan T1 162007021 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan, (Kartono, 1993:76). Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati, sehingga orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut.

Kepemimpinan dapat timbul apabila terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut meliputi orang-orang, bekerja dari sebuah posisi organisatori, dan timbul dalam situasi yang spesifik (Winardi,2000:48).

Menurut Tannenbaum, Weschler dan Massarik dalam Yulk (1994:5), kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan. Menurut Siagian (2002:62) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya


(2)

sedimikian rupa, sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu tidak disenanginya.

Menurut Sunindhia (1993:4) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama-sama. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi.

Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan : “ Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di bawah garis komandonya. Mereka berada disitu karena sudah di atur oleh yang berwenang mengaturnya. Dinamakan pemimpin karena pada wujudnya ia bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Kouzes dan Posner (2004:13) ditemukan terdapat lima praktik kepemimpinan teladan, dan telah terbukti sangat relevan dengan perkembangan kepemimpinan itu sendiri selama ini, adalah sebagai berikut :


(3)

- Mencontohkan caranya

Gelar hanyalah sebuah pemberian, akan tetapi perilaku seseoranglah yang akan membuat seseorang tersebut mendapatkan penghargaan dari lingkungannya. Seorang pemimpin teladan mengetahui bahwa mereka apabila tetap memegang teguh komitmen dan ingin mencapai standar tertinggi, mereka harus menjadi model dari perilaku yang mereka harapkan dari orang.

- Menginspirasikan visi bersama

Para pemimpin menginspirasikan visi bersama. Untuk membuat seseorang menerima sebuah visi, pemimpin harus mengenali para pengikutnya dan berbicara dalam bahasa mereka. Orang harus percaya bahwa pemimpin mengerti kebutuhan mereka ddan memperhatikan keinginan mereka.

- Menantang proses

Pemimpin adalah pionir, orang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk mencari inovasi, tumbuh, dan melakukan perbaikan.

- Memungkinkan orang lain bertindak

Pemimpin teladan memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka memupuk kolaborasi dan membangun kepercayaan. Kerja tim melibatkan semua pihak yang memiliki kewajiban untuk membuat proyek berhasil. Kemampuan seorang pemimpin untuk memungkinkan orang lain melakukan tindakan sangatlah penting.


(4)

- Menyemangati jiwa

Dalam hal ini pemimpin menyemangati jiwa para pengikutnya untuk terus melangkah. Tindakan tulus dalam usaha untuk memperdulikan mereka dapat mengangkat semangat dan membuat orang terus maju.

Adapun menurut Hadari Nawawi (1995:74), secara operasional dapat dibedakan atas fungsi pokok kepemimpinan:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dupimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi Konsultatif

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Parisipasi

Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan


(5)

yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab.

Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang sendiri.

5. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

B. Kesadaran

1. Pengertian Kesadaran

Menurut Atkinson (2000:343), “Kesadaran merupakan suatu tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap stimulus internal maupun eksternal yaitu peristiwa-peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh, memori, dan pikiran”. Sedangkan menurut Sigmund Freud, “Kesadaran merupakan fenomena subjektif


(6)

yang isinya dapat dikomunikasikan hanya melalui bahasa dan perilaku”. Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran adalah keadaan sikap atau tingkah laku seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Evolusi kesadaran merupakan proses jangka panjang dalam diri seseorang. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang, maka seseorang akan memiliki identitas dan pandangan yang lebih luas terhadap dunia.

Selanjutnya ada dua faktor yang mempengaruhi kesadaran manusia, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (2004:48) dimana, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran ada dua, yaitu “Faktor-faktor endogen dan “Faktor-faktor eksogen”. Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau pembawaan. Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, antara lain pengalaman, alam sekitar, pendidikan, dan sebagainya. Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran selain berasal dari dalam diri seseorang kesadaran juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Pengaruh lingkungan ini adalah berupa upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat desa/kelurahan sebagai petugas pemungut pajak yang keberadaannya paling dekat dengan masyarakat.

Aparat desa/ kelurahan memberikan penyuluhan perpajakan kepada warga masyarakat tentang fungsi dan arti pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi kelangsungan pembangunan daerah, sehingga diharapkan dapat tercipta suatu kesadaran diri dari wajib pajak untuk membayar PBB yang menjadi kewajibannya.


(7)

2. Kesadaran Membayar Pajak

Menurut Soerjono Soekanto (1982:152), “Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada”. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk membayar pajak pada setiap individu sangat dipengaruhi oleh cara pandang masing-masing individu tentang pajak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk membayar pajak antara lain adalah tingkat pendidikan dan peranan aparat desa/kelurahan sebagai petugas pemungut pajak. Seseorang yang berpendidikan tinggi seharusnya juga memiliki kesadaran yang tinggi pula dalam membayar pajak. Begitu juga dengan aparat desa/ kelurahan sebagai petugas pemungut PBB, seharusnya perangkat desa/ kelurahan memberikan sosialisasi informasi tentang PBB dengan jelas dan rinci kepada masyarakat desa. Hal ini nantinya akan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang berhubungan erat dengan ketaatan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Menurut Soerjono Soekanto (1982:159), Ada beberapa faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kepatuhan hukum seseorang, antara lain:

1. Pengetahuan tentang peraturan-peraturan hukum. 2. Pengetahuan tentang isi peraturan- peraturan hukum. 3. Sikap terhadap peraturan- peraturan hukum.

4. Pola-pola prikelakuan hukum.


(8)

kesadaran wajib pajak PBB terhadap kewajiban perpajakannya dapat dipengaruhi oleh:

1. pengetahuan wajib pajak tentang PBB

2. pengetahuan wajib pajak tentang isi peraturan PBB yaitu Undang-Undang No.12 Tahun 1994

3. cara pandang individu terhadap PBB

4. sikap petugas pemungut PBB terhadap wajib pajak 5. ketaatan wajib pajak dalam membayar PBB. C. Pajak

1. Pengertian Pajak

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda mengenai pajak. Menurut Rochmat Soemitro sebagaimana dikutip oleh Erly Suandy (2004:11), “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasipublic (public investment)”.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa,

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.


(9)

Menurut Sri dan Suryo (2003:4) mengatakan pajak adalah :

1. Dipungut dari semua rakyat yang menurut Undang-Undang wajib membayar pajak

2. Dimasukkan untuk membayar kas Negara (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN)

3. Dapat di paksakan pembayarannya karena diatur oleh Undang-Undang.

4. Digunakan untuk pembayaran umum, artinya tidak terbatas pada sebagian orang saja tetapi menyeluruh untuk seluruh rakyat, baik untuk membayar pajak maupun yang belum membayar pajak.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1. Kepala Desa sebagai wakil rakyat kepada Negara

2. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang)

3. Berdasarkan Undang-Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

4. Tanpa timbal balik jasa atau kontra prestasi dari Negara secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.


(10)

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Secara umum PBB adalah pajak yang dikenakan kepada masyarakat yang mempunyai hak kepemilikan dari sebuah bidang tanah maupun bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut. Sedangkan menurut Rochmat Soemitro (2001:5), “Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta yang tidak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya dan oleh sebab itu keadaan status orang atau badan yang dijadikan subyek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan peneliti bahwa PBB adalah pajak yang dikenakan pada benda yang tidak bergerak.

Secara umum pengertian yang perlu dipahami dalam PBB antara lain:

1) Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah pekarangan, tambang, dll.

2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Selain itu yang termasuk dalam pengertian bangunan menurut Rochmat Soemitro (2001:9) adalah:

a) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang termasuk dalam satu kesatuan bangunan tersebut.

b) Kolam renang, jalan tol, pagar mewah, tempat olah raga, dan taman mewah.


(11)

c) Galangan kapal dan dermaga kapal.

d) Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas serta pipa minyak. e) Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

b. Asas Pajak Bumi dan Bangunan

Asas merupakan suatu dasar yang harus dianut dan diikuti dalam pelaksanaan suatu peraturan pemerintah. Asas berguna sebagai pedoman pelaksanaan agar kegiatan tersebut tidak keluar dari tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Asas PBB menurut Mardiasmo (2003:269) adalah: 1) Memberikan kemudahan dan kesederhanaan

Aturan yang berlaku sebaiknya tidak mempersulit sistem pembayaran dan penarikan pajak. Birokrasi yang sederhana dan tidak berbelit-belit akan lebih mudah dilaksanakan oleh wajib pajak.

2) Adanya kepastian hukum

Pajak memberikan suatu jaminan yang berlandaskan aturan-aturan dan norma-norma yang dituangkan dalam satu hukum tertulis. Hukum tertulis ini berisi tentang hak dan kewajiban wajib pajak dan pemungut pajak, sehingga jelas adanya tata aturan yang diterapkan serta sanksi-sanksi bagi yang melanggarnya.

3) Mudah dimengerti dan adil

Aturan-aturan yang ada sebaiknya mudah dimengerti. Artinya, aturan yang berlaku tidak menimbulkan kerancuan atau makna ganda. Adil berarti


(12)

bahwa pajak dikenakan sesuai dengan proporsi yang seimbang, tidak berat sebelah, sehingga pajak tidak akan merugikan salah satu pihak dan sebaiknya saling menguntungkan.

4) Menghindari pajak berganda

Aturan-aturan yang tertuang menjamin tidak adanya pajak ganda yang akan ditanggung oleh wajib pajak.

c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, yang menjadi objek PBB adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek PBB adalah:

1) Bumi atau tanah dan perairan

2) Bangunan yang didirikan diatas tanah atau perairan tersebut.

Untuk memudahkan penghitungan besarnya PBB yang terutang, maka diadakan pengklasifikasian bumi dan bangunan. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a) Letak tanah/bangunan b) Peruntukan tanah/bangunan


(13)

c) Pemanfaatan

d) Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a) Bahan yang digunakan b) Rekayasa

c) Letak

d) Kondisi lingkungan dan lain-lain. d. Objek Pajak yang Dikecualikan.

Tidak semua jenis objek dikenakan PBB, sehingga ada beberapa objek pajak yang dikecualikan atau tidak dikenakan PBB. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, objek pajak yang dikecualikan adalah sebagai berikut:

1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, kesehatan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti masjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dll.

2) Digunakan untuk tanah pemakaman, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu.

3) Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.


(14)

4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

e. Subjek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai atas bangunan, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

f. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

Cara pembayaran PBB adalah wajib pajak yang telah menerima SPPT, SKP, dan STP dari KPP Pratama atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT. Pembayaran PBB dapat dilakukan melalui:

1) Bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT atau 2) Petugas pemungut PBB kelurahan/desa yang ditunjuk resmi.

3) ATM dan Counter Teller Bank DKI untuk objek pajak yang berada di wilayah Propinsi DKI Jakarta.

4) ATM dan Counter Teller Bank Jatim untuk objek pajak yang berada di wilayah Propinsi Jawa Timur.

5) ATM dan Counter Teller BPD Bali untuk objek pajak yang berada di wilayah Propinsi Bali.


(15)

6) ATM BCA, ATM BII, ATM Bank Nusantara Parahyangan, dan Bank Bumi Putera di mana saja untuk objek pajak seluruh Indonesia.

Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% per bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan(Mardiasmo, 2001:247).

D. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Peningkatan Kesadaran Masyarakat dalam Pembayaran PBB

Pengaruh kepemimpinan kepala desa ini merupakan kepemimpinan formal yang perilaku kepemimpinannya hanya fokus terhadap peraturan yang ada dan menjalankan sebaik-baiknya. Dalam hal ini pengaruh kepemimpinan yang berorientasi pada tugas yang ditugaskan, dikarenakan kepemimpinan kepala desa merupakan kewenangan kepemimpinan yang didapatnya dari jabatan sebagai kepala desa, yang merupakan bagian dari system peranan formal. Kewenangan tersebut merupakan bagian dari system peranan formal. Kewenangan tersebut merupakan kekuasaan legistimasi. Artinya kekuasaan yang melekat pada jabatan tersebut untuk meyakinkan bahwa individu yang berada dalam jabatan di bawahnya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada.


(16)

camat seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintahan No. 73 Tahun 2005. Dengan demikian lurah juga termasuk salah satu pemimpin birokrasi.

Menurut Miftah Thoha (1997:142) pemimpin birokrasi merupakan :

“Pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit organisasi tertentu. Dia mempunyai bawahan atau staf sebagai pengikutnya. Para bawahan itu berada di bawah komandonya. Mereka berada disitu karena pada wujudnya ia bertugas memimpin, mengarahkan, mengendalikan baik orang-orang yang ada di kesatuannya ataupun fasilitas lain yang berada dalam wewenangnya”.

Menurut Miftah Thoha perilaku kepemimpinan ada dua macam, yaitu : 1. Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, ciri-cirinya :

a. Meminta dan kadang-kadang memberi ketenangan (infomasi). b. Mengarahkan memperjelas peran yang harus dilakukan c. Menyimpulkan keterangan dan tugas yang dibebankan d. Memacu kea rah tercapainya tujuan

e. Mengendalikan kegiatan secara keseluruhan

Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ini merupakan pemimpin birokrasi, seperti : Presiden, Wakil Presiden, Rektor, Dekan, Camat, Lurah yang melakukan peranan formal sesuai yang ditugaskan.

2. Perilaku kepemimpinan yang memelihara tata hubungan kemanusiaan, ciri-cirinya :


(17)

a. Mendorong terwujudnya peran serta (participation)

b. Di dalam berkomunikasi lebih banyak menunjukan sikap sebagai fasilitator

c. Lebih menyukai usaha menurunkan tegangan tinggi (tension reliever) d. Lebih bersikap sebagai pengamat terhadap proses pelaksanaan kerja

dari pada pengendali.

e. Lebih menyenangi pemecahan masalah antar pribadi

f. Lebih bersikap mendukung dan memuji atas semua pelaksanaan kerja bawahan.

Untuk perilaku kepemipinan ini biasanya kepemimpinan non birokrasi (Miftah Thoha, 1997:145).

Jadi, pengaruh kepemimpinan lurah itu sendiri merupakan bagian dari system pemerintahan formal yang di dapat dari wujud kewenangan jabatan dalam hirarki pemerintahan di Indonesia. Kepemimpinan ini memang selalu di wujudkan dalam suatu peranan formal yaitu jabatan sebagai lurah.

Menurut Terry (1991:142) dalam memotivasi terdapat asas dan pengaruh kepemimpinan lurah dalam memotivasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran terhadap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan mencakup beberapa hal, yakni :

1. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan dengan jelas kepada masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan melalui meminta informasi ataupun penyampaian


(18)

informasi ataupun pemberian arahan dari lurah kepada masyarakat kelurahan. Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami tentang prosedur pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta manfaat dari PBB itu sendiri. Dengan asas komunikasi, kesadaran masyarakat akan semakin meningkat. Sebab semakin banyak orang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut.

Menurut Terry (1991:144), komunikasi adalah cara untuk memudahkan manajemen, akan tetapi bukan kegiatan yang berdiri sendiri dan menjadi sebagian yang pokok dari segala sesuatu yang dikerjakan.

Berkomunikasi mengandung arti luas daripada sekedar menuliskan sesuatu di dalamnya juga tercakup suatu pengertian. Tidak ada komunikasi apabila tidak mengerti dan kekurangan tersebut merupakan penghalang utama dalam komunikasi.

Komunikasi yang baik merupakan motivasi, seluruh komunikasi terjadi dua arah, mendengarkan dan membaca adalah merupakan bagian-bagian penting dari komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu sarana dalam memberikan aktivasi terhadap aparat kelurahan dan masyarakat, ini dapat dilihat dari beberapa dimensi berikut ini :

a. Memberikan Informasi

Memberikan informasi merupakan suatu tugas seorang pemimpin dimana harus tetap mengemban amanat masyarakat dan siap sedia kala dibutuhkan,


(19)

serta sanggup memberikan keterangan seputar pekerjaan. b. Stabilisator

Merupakan unsur penengah yang menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah dalam menangani konflik. Stabilisator menekankan pada kualitas manusianya, yakni kualitas kedewasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu yang di bebankan kepadanya.

c. Fasilitator

Sikap fasilitator menunjukan adanya penghargaan yang hakikat terhadap manusia sebagai pendukung utama organisasi, sikap fasilitator berasumsi bahwa manusia berkembang sesuai dengan kodrat lahiriahnya. Tugas pemimpin fasilitator memperlancar dan mempermudah perkembangan.

2. Asas Mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan, dalam hal ini masyarakat dan aparat untuk berpartisipasi dalam memberikan kesempatan kepada mereka agar mereka merasa termotivasi. Dengan cara ini bawahan dalam hal masyarakat dan aparat merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan meningkat (Hasibuan, 2003:45).

Dalam hal ini mengikutsertakan masyarakat dan aparat dapat dijelaskan dalam dimensi sebagai berikut :

a. Mendorong untuk berpartisipasi


(20)

manusia, dimana manusia satu mencoba menyadarkan ataupun memperngaruhi manusia lainnya sehingga diharapkan mampu menyentuh dan menggugah perasaan. Dalam meningkatkan parisipasi bukan semata-mata menyuruh atau memaksa orang untuk melaksanakan kegiatan tertentu tetapi lebih menyentuh kepada hati nurani.

b. Memberi perhatian timbal balik

Perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan bawahan dengan mengemukakan leinginan, atau harapan dalam rangka pencapaian penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, disamping berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh bawahan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak atas bumi dan bangunan atau iuran rakyat kepada Negara yang diambil berdasarkan obyek pajak berupa tanah atau perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan penyelenggaraan pemerintah.

Indikator dari peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB meningkat.

Satu hal yang mempengaruhi kepatuhan dan dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap arti peting pajak itu sendiri, karena apabila masyarakat sebagai wajib pajak telah memahami arti penting pajak maka akan timbul kesadaran dalam membayar pajak dan hal ini tentu saja akan membantu kelancaran pelaksana pemungutan pajak.


(21)

2. Tercapainya target yang ditetapkan

Keberhasilan pemungutan PBB dapat tercapai apabila peran serta aktif masyarakat sebagai wajib pajak didukung dengan kesiapan aparat pemerintah sebagai petugas pemungut.

Menurut Siagian (1997:22), memberikan definisi keberhasilan sebagai berikut : “yang dimaksud keberhasilan atau berhasil adalah keseuaian antara rencana yang telah ditetapkan atau ditargetkan dengan hasil yang dicapai pada saat dilaksanakan”.

Dengan melihat penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah adalah apa yang dilakukan oleh lurah dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pelaksana actual jabatan yang di pegangnya dalam rangka untuk mendorong atau mengajak aparat dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

E. Kerangka Berpikir

Hakikat pemungutan pajak oleh Negara merupakan sebagai sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan nasional. Ada berbagai macam pajak yang salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan, sebagai subyek pajak dari pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan. Hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dimaksud untuk kepentingan masyarakat daerah. Oleh sebab itu hasil PBB


(22)

X

diserahkan kepada pemerintah daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat.

Kelurahan merupakan lembaga perpanjangan pemerintah daerah yang dibawahnya masih terdapat desa sebagai lembaga yang keberadaannya paling dekatr dengat masyarakat, maka desa memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa. Pemungutan PBB merupakan salah satu tugas kepala desa. Oleh karena itu, diharapkan kepala desa mampu untuk menggerakkan wajib pajak agar sadar akan arti pentingnya PBB sehingga mereka bersedia untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

X : Variabel Independen, yaitu : kepemimpinan kepala desa

Y : Variabel dependen, yaitu : kesadaran masyarakat membayar PBB : Pengaruh

Gambar 2.1. Model kerangka dasar penelitian pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB

F. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010:84). Dilihat dari latar belakang rumusan masalah dapat

Y


(23)

diajukan hipotesis sebagai berikut: a. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh positif dari kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB.

b. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh positif dari kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB.


(1)

informasi ataupun pemberian arahan dari lurah kepada masyarakat kelurahan. Tujuannya adalah agar masyarakat lebih memahami tentang prosedur pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta manfaat dari PBB itu sendiri. Dengan asas komunikasi, kesadaran masyarakat akan semakin meningkat. Sebab semakin banyak orang mengetahui suatu soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut.

Menurut Terry (1991:144), komunikasi adalah cara untuk memudahkan manajemen, akan tetapi bukan kegiatan yang berdiri sendiri dan menjadi sebagian yang pokok dari segala sesuatu yang dikerjakan.

Berkomunikasi mengandung arti luas daripada sekedar menuliskan sesuatu di dalamnya juga tercakup suatu pengertian. Tidak ada komunikasi apabila tidak mengerti dan kekurangan tersebut merupakan penghalang utama dalam komunikasi.

Komunikasi yang baik merupakan motivasi, seluruh komunikasi terjadi dua arah, mendengarkan dan membaca adalah merupakan bagian-bagian penting dari komunikasi.

Komunikasi merupakan salah satu sarana dalam memberikan aktivasi terhadap aparat kelurahan dan masyarakat, ini dapat dilihat dari beberapa dimensi berikut ini :

a. Memberikan Informasi

Memberikan informasi merupakan suatu tugas seorang pemimpin dimana harus tetap mengemban amanat masyarakat dan siap sedia kala dibutuhkan,


(2)

serta sanggup memberikan keterangan seputar pekerjaan. b. Stabilisator

Merupakan unsur penengah yang menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah dalam menangani konflik. Stabilisator menekankan pada kualitas manusianya, yakni kualitas kedewasaannya dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu yang di bebankan kepadanya.

c. Fasilitator

Sikap fasilitator menunjukan adanya penghargaan yang hakikat terhadap manusia sebagai pendukung utama organisasi, sikap fasilitator berasumsi bahwa manusia berkembang sesuai dengan kodrat lahiriahnya. Tugas pemimpin fasilitator memperlancar dan mempermudah perkembangan.

2. Asas Mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya mengajak bawahan, dalam hal ini masyarakat dan aparat untuk berpartisipasi dalam memberikan kesempatan kepada mereka agar mereka merasa termotivasi. Dengan cara ini bawahan dalam hal masyarakat dan aparat merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan meningkat (Hasibuan, 2003:45).

Dalam hal ini mengikutsertakan masyarakat dan aparat dapat dijelaskan dalam dimensi sebagai berikut :

a. Mendorong untuk berpartisipasi


(3)

manusia, dimana manusia satu mencoba menyadarkan ataupun memperngaruhi manusia lainnya sehingga diharapkan mampu menyentuh dan menggugah perasaan. Dalam meningkatkan parisipasi bukan semata-mata menyuruh atau memaksa orang untuk melaksanakan kegiatan tertentu tetapi lebih menyentuh kepada hati nurani.

b. Memberi perhatian timbal balik

Perhatian timbal balik adalah memotivasi bawahan bawahan dengan mengemukakan leinginan, atau harapan dalam rangka pencapaian penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, disamping berusaha memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh bawahan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak atas bumi dan bangunan atau iuran rakyat kepada Negara yang diambil berdasarkan obyek pajak berupa tanah atau perairan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi kelangsungan penyelenggaraan pemerintah.

Indikator dari peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

1. Kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB meningkat.

Satu hal yang mempengaruhi kepatuhan dan dan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap arti peting pajak itu sendiri, karena apabila masyarakat sebagai wajib pajak telah memahami arti penting pajak maka akan timbul kesadaran dalam membayar pajak dan hal ini tentu saja akan membantu kelancaran pelaksana pemungutan pajak.


(4)

2. Tercapainya target yang ditetapkan

Keberhasilan pemungutan PBB dapat tercapai apabila peran serta aktif masyarakat sebagai wajib pajak didukung dengan kesiapan aparat pemerintah sebagai petugas pemungut.

Menurut Siagian (1997:22), memberikan definisi keberhasilan sebagai berikut : “yang dimaksud keberhasilan atau berhasil adalah keseuaian antara rencana yang telah ditetapkan atau ditargetkan dengan hasil yang dicapai pada saat dilaksanakan”.

Dengan melihat penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan lurah terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah adalah apa yang dilakukan oleh lurah dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai pelaksana actual jabatan yang di pegangnya dalam rangka untuk mendorong atau mengajak aparat dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

E. Kerangka Berpikir

Hakikat pemungutan pajak oleh Negara merupakan sebagai sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan nasional. Ada berbagai macam pajak yang salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan, sebagai subyek pajak dari pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak dan memperoleh manfaat atas bumi dan bangunan. Hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan dimaksud untuk kepentingan masyarakat daerah. Oleh sebab itu hasil PBB


(5)

X

diserahkan kepada pemerintah daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat.

Kelurahan merupakan lembaga perpanjangan pemerintah daerah yang dibawahnya masih terdapat desa sebagai lembaga yang keberadaannya paling dekatr dengat masyarakat, maka desa memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa. Pemungutan PBB merupakan salah satu tugas kepala desa. Oleh karena itu, diharapkan kepala desa mampu untuk menggerakkan wajib pajak agar sadar akan arti pentingnya PBB sehingga mereka bersedia untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

X : Variabel Independen, yaitu : kepemimpinan kepala desa

Y : Variabel dependen, yaitu : kesadaran masyarakat membayar PBB : Pengaruh

Gambar 2.1. Model kerangka dasar penelitian pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB F. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010:84). Dilihat dari latar belakang rumusan masalah dapat

Y


(6)

diajukan hipotesis sebagai berikut: a. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat pengaruh positif dari kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB.

b. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat pengaruh positif dari kepemimpinan kepala desa terhadap kesadaran masyarakat membayar PBB.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KESADARAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PBB DI DESA JATIREJO KECAMATAN Pengaruh Kesadaran Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Kepatuhan Membayar PBB Di Desa Jatirejo Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun 2016.

1 8 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Kesenian Barongan di Desa Kunden Kecamatan Blora T1 152010012 BAB II

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan T1 162007021 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan T1 162007021 BAB IV

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan T1 162007021 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan

0 0 19

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pergeseran Makna Seni Tari Prajuritan di Desa Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga T1 BAB II

0 0 11

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Obesitas pada Masyarakat Desa Sanoba Kecamatan Sanoba Kabupaten Nabire – Papua T1 BAB II

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kualitas Produk dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Android di Dusun Wonolelo Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang

0 0 17