Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar

untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Di
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan melibatkan guru sebagai pendidik dan
siswa sebagai siswa, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau
proses pembelajaran.
Dalam rangka mendukung sumber daya manusia melalui pendidikan,
pemerintah memulai kurikulum pendidikan dalam Permendiknas No 22 Tahun
2006 yaitu mengenai Standar Isi untuk setiap tingkatan kelas di SD/MI berisi
enam (6) mata pelajaran. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang
direkomendasikan yang wajib disajikan di sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas.
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
dengan frekuensi jam pelajaran yang lebih banyak dibanding dengan mata
pelajaran yang lainnya. Matematika ini memiliki karakteristik objek kajian yang

abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten. Tujuan pembelajaran matematika
sesuai tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah melatih cara
berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsisten. Terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa
tersebut tercermin melalui kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Satuan pendidikan cabang matematika SD/MI

yang diajarkan salah

satunya adalah geometri. Banyak konsep matematika yang dapat ditunjukan atau
diterangkan dengan representasi geometri. Bangun-bangun geometri dapat mudah
dijumpai di sekitar kita, misalnya bentuk rumah, pintu, papan tulis, ubin, dan
sebagainya, sehingga bangun-bangun sangat akrab dengan siswa usia sekolah
dasar.

1

`


2

Gambaran mengenai geometri tersebut, cukup memberi alasan mengapa
geometri adalah bagian dari bidang studi matematika yang sangat penting untuk
diajarkanm, tidak hanya bisa membina proses berfikir siswa, geometri juga sangat
mendukung topik-topik lain dalam matematika. Oleh karena itu, siswa sekolah
harus memahami konsep-konsep dasar geometri dengan baik dan benar.
Namun materi geometri merupakan sulit dipahami oleh siswa. Hal ini
terjadi pada

SD Tarsisius Vireta Jl. Vila Regency 2 Tangerang kelas 1

Pembelajaran matematika pokok bahasan geometri bangun datar. Menurut guru
kelas 1 mengatakan bahwa siswa kelas 1 pada umumnya masih merasa asing
dengan istilah-istilah nama macam-macam geometri bangun datar itu sendiri
yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Padahal sesuai dengan kurikulum
2004, siswa kelas 1 diharapkan sudah dapat mengenal konsep: titik, segmen garis,
garis, sudut, segitiga, bujur sangkar, persegi panjang, lingkaran dan konsep
geometri bangun datar sederhana lainnya.

Namun permasalahan masih rendahnya hasil belajar siswa juga tidak
terlepas dari proses belajar dan mengajar matematika yang selama ini telah
berlangsung yang perlu dibenahi dalam praktek pembelajaran matematika di SD,
terutama dalam pembelajaran materi geometri. Pembelajaran matematika yang
berlangsung hingga saat ini cenderung masih menerapkan model pembelajaran
mekanistik.
Model pembelajaran mekanistik merupakan proses pembelajaran yang
berpusat pada guru. Guru sebagai sumber pengetahuan

dan sangat jarang

ditemukan siswa terlibat dengan aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat
pembelajaran, guru memberi siswa suatu rumus, kemudian memberi contoh cara
menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal diikuti dengan memberi soal
latihan sebanyak-banyaknya tentang penggunaan rumus tersebut. Siswa hanyalah
penerima pasif semua informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga terjadilah
proses penghafalan konsep atau prosedur dan pemahaman konsep matematika
rendah, serta tidak dapat menggunakannya jika diberikan permasalahan yang agak
kompleks. Siswa menjadi robot yang harus mengikuti aturan atau prosedur yang
berlaku dan terjadilah pembelajaran mekanistik.


`

3

Pada penelitian Sunardi (1998) melaporkan, dari 443 siswa tiga kelas
SLTP Jember terdapat 86% menyatakan bahwa persegi bukan merupakan persegi
panjang, 64,33% menyatakan bahwa belah ketupat

bukan merupakan jajar

genjang dan 36,34% menyatakan bahwa pada persegi ada dua sisi yang
berhadapan saling tegak lurus. Maka kenyataannya bahwa siswa lebih cenderung
menghafal dari pada memahami secara mendalam suatu materi kompetensi
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh mengolah
dan memanfaatkan informasi untuk ketahanan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Menurut Karso (2004:2.18) Penekanan pembelajaran matematika tidak
hanya pada melatih keterampilan dan hafal fakta, tetapi pada pemahaman konsep.
tidak hanya kepada “bagaimana” suatu soal harus diselesaikan, tetapi juga

“mengapa” soal tersebut diselesaikan dengan cara tertentu. Dalam pelaksanaannya
tentu saja tingkat berfikir siswa, mengingat objek matematika adalah abstrak,
sedangkan siswa SD yang masih barada pada tingkat operasi konkret. Maka
pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan pola perkembangan
intelektual anak. Menurut Piaget perkembangan kognitif anak SD berada dalam
usia operasional konkret yaitu usia antara 6-12 tahun. Serta menindak lanjuti dari
rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa, oleh karena itu kita perlu ada
sebuah model pembelajaran yang mampu menjembatani perbedaan objek
matematika dengan karakteristik anak SD serta model pembelajaran yang dipilih
oleh guru. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan
tersebut adalah Model Pemebelajaran Van Hiele.
Van Hiele dalam (Karso, 2004:1.20-1.22) menyatakan bahwa terdapat
lima tahap berurutan pemahaman berpikir geometri secara berurutan, yaitu tahap
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi. Setiap tahap pembelajaran
merujuk pada pencapaian tujuan pembelajaran dan peran guru dalam prosesnya
terdapat

situasi

yang


membuat

siswa

dalam

memahami

konsep

dan

mengekspresikan konsep secara lisan dan tulisan dengan menggunakan kosakata
yang tepat dan benar mengungkapkan konsepnya. Ada tiga unsur utama dalam
pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pengajaran

`

4


yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada
meningkatnya kemampuan penalaran siswa kepada tahap yang lebih tinggi dari
tahap yang sebelumnya.
Van Hiele dalam (Crowley, 1987) menetapkan model pembelajaran
dengan fase-fase yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam
pembelajaran dalam mencapai tujuan tersebut. Fase-fase pembelajaran tersebut
adalah: (1) fase informasi, (2) fase orientasi, (3) fase penjelasan, (4) fase orientasi
bebas, (5) fase integrasi. Pada akhir fase kelima, siswa mencapai tahap berpikir
yang baru.
Keunggulan model pembelajaran Van Hiele adalah difokuskan pada
materi geometri. Agar topik-topik pada materi geometri dapat dipahami dengan
baik, siswa dapat mempelajari topik-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat
kesukaran. Mulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang
paling rumit dan kompleks. Hal ini melatih berpikir siswa secara teratur dan
tersruktur. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk meningkatkan
kemampuan penalaran.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa penerapan
teori Van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri.
Husnaeni (2001:165) menyatakan bahwa penerapan model Van Hiele efektif

untuk peningkatan kualitas berpikir siswa dalam pembelajaran geometri. Dan
dalam penelitian Nurhayati (2007) dalam penelitian eksperimen menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan hasil belajar matematika kelas 1 pokok
bahasan geometri bangun datar antara pembelajaran menurut teori Van Hiele
dengan pembelajaran secara biasa SD Tarsisius Vireta Jl.Vila Regency 2
Tangerang.
Tetapi

hasil penelitian Sulkhan (2010) menyimpulkan bahwa (1)

Penerapan fase pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan tingkat pemahaman
siswa terhadap geometri, meskipun belum mencapai target yang diharapkan. (2)
Penerapan fase pembelajaran Van Hiele belum dapat meningkatkan tingkat
ketuntasan kelas secara signifikan ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran matematika, yaitu

`

5


60. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan tidak tercapainya target yang
telah ditentukan, yaitu (a) Siswa belum dapat berpikir abstrak, (b) Siswa
bergantung pada model yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, (c) Siswa
mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep yang telah diperoleh selama
kegiatan pembelajaran, terutama ketika dihadapkan pada permasalahan non rutin,
(d) Siswa masih menghafal konsep dan prosedur penyelesaian suatu masalah, (e)
Sulitnya melakukan variasi dalam kegiatan pembelajaran. Kegagalan dari
penelitian yang dilakukan oleh Sulkhan menjadi perhatian khusus bagi guru saat
melakukan kegiatan pembelajaran model Van Hiele agar tidak terjadi kegagalan
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang sudah direncanakan.
Berdasarkan observasi yang diteliti siswa SD Negeri Kebondowo 1 dan
SD Negeri Kebondowo 2 mendapatkan informasi oleh guru wali kelas, bahwa
hasil belajar matematika siswa kelas V masih menunjukkan kurang baik karena
cukup banyak siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu 60. Disamping itu, guru belum menggunakan model Van Hiele
sebagai model pembelajaran matematika geometri di sekolah tersebut yang masih
pembelajaran secara mekanistik.
Berdasarkan latar belakang, bermaksud mengadakan penelitian mengenai
perbedaan hasil belajar matematika siswa


kelas V menggunakan model

pembelajaran Van Hiele dengan model pembelajaran mekanistik.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: Apakah ada perbedaan signifikan hasil belajar
matematika siswa kelas V menggunakan model pembelajaran Van Hiele dengan
model pembelajaran mekanistik?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan

hasil belajar matematika siswa kelas V menggunakan model pembelajaran Van
Hiele dengan model pembelajaran mekanistik.


`

1.4

6

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia
pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi
gambaran mengenai penerapan model pembelajaran Van Hiele

pada materi

geometri.
1.4.2 Secara praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberi manfaat antara lain:
1.

Bagi Sekolah
Bagi pengambilan keputusan pendidikan atau yang berwenang menangani
pendidikan di SD dalam upaya untuk meningkatkan kualitas/mutu
pendidikan dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dalam
kegiatan belajar mengajar.

2.

Bagi guru
Dengan menerapkan model Van Hiele dalam materi geometri ini digunakan
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mudah dipahami dan menarik
perhatian siswa untuk lebih termotivasi dalam pembelajaran.

3.

Bagi siswa
Agar hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika lebih
baik dan optimal di sekolah.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Teori Van Hiele dengan Bruner Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Pokok Bahasan Geometri siswa Kelas V SD. T1 292008263 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik.

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB II

1 9 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB IV

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik. T1 292008181 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Menggunakan Model Pembelajaran Van Hiele dan Model Pembelajaran Mekanistik.

0 0 87

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran SAVI dan Model Pembelajaran Konvensional. T1 292008198 BAB V

0 0 2