Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal

DAFTAR INFORMAN
No
1.

Nama
Eppy Agus Purwoko Djati

Alamat

Usia
Pekerjaan
Ketua Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten
Semarang dan Dosen
54 Penyuluh BKKBN dan
pengurus Dharma Wanita
KabupatenSemarang bidang
Pendidikan
49 Pengurus Dharma Wanita
sebagai wakil ketua bidang
ekonomi

41 Ibu Rumah Tangga dan
Anggota Dharma Wanita
Kabupaten Semarang dari
UPEL Dinas Perhubungan
23 Fulltimer Dharma Wanita
Pengusaha Lerak “Sekar
Tantri”

2.

Wuryanti Sudjiwo

Gang Cikal (belakang
Toserba Murah)
Tuntang

3.

Herlina Triyoga


-

4.

Ani Sutrianingsih

Jl. Kartini, Gg
Setenan, Ungaran

5.
6.

Ayu Setyawati
Tri Haksanti

Sebantengan, Ungaran
Jl. Purna Karya III
No. 11, Ungaran

7.


Wahyu Wibowo

Bandaran, Ungaran

43

8.

Slamet Riadi

Bawen

48

Anggota Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten Semarang
dari UPEL Dinas Perhubungan
Anggota dari Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten Semarang

dari UPEL Dinas Perhubungan

59

ANGGARAN DASAR DHARMA WANITA

BAB I
NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI
Pasal 1
Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan yang disingkat DWP
Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita,
tanggal 7 Desember 1999, di Jakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

(1)

(2)

Pasal 3
Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang

menghimpun dan membina istri pegawai negeri sipil dengan kegiatan
dalam bidang pendidikan, ekonomi dan sosial budaya
Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak terikat
pada partai politik manapun.

Pasal 4
Organisasi DharmWanita Persatuan berpusat di ibukota negara Republik
Indonesia.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 5
Asas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila.
Pasal 6
Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya kesejahteraan
anggota dan keluarganya pada khususnya serta masyarakat paa umumnya melalui
peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung tercapainya tujuan
nasional berdaasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB III
TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 7

Tugas Pokok Dharma Wanita Persatuan adalah
(a)
Melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi
pekerti luhur.
60

(b)

Membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan,
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerja
sama dengan berbagai pihak, serta meningkatkan kepedulian sosial.

Pasal 8
Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah pembinaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Tugas
Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud Pasal 7.
BAB IV
KEANGGOTAAN


(1)

Pasal 9
Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah
(a) istri pegawai negeri sipil;
(b) istri pejabat negara bidang pemerintahan;
(c) istri pensiunan dan janda PNS
(d) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
yang belum berstatus persero;
(e) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
sudah berstatus persero;
(f) istri pegawai dan istri pensiunan serta janda pegawai Badan Hukum
Milik Negara (BHMN)
(g) istri kepala Perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri;
(h) istri perangkat pemerintahan kelurahan atau nama lain yang sederajat;
(i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan
TNI, istri Polisi Republik Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan
Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi pemerintahan

sipil;
(j) PNS perempuan dan pensiunan PNS perempuan
(2) Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) anggota biasa
(b) anggota luar biasa
(c) anggota kehormatan

61

BAB V
ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA
Bagian Pertama
Organisasi
Pasal 10
Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) DWP Pusat
(b) DWP Instansi Pemerintah Pusat
(c) DWP Provinsi
(d) DWP Kabupaten/ DWP Kota
(e) DWP Kecamatan/ nama lain yang sederajat

(f) DWP Kelurahan/ nama lain yang sederajat
Bagian Kedua
Unsur Pelaksana
(1) Unsur Pelaksana DWP Pusat adalah
(a) DWP Instansi Pemerintahan Pusat
(b) DWP Provinsi
(2) Unsur Pelaksana DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah DWP pada setiap
unit kerja masing-masing.
(3) Unsur pelaksana DWP Departemen Luar Negeri meliputi DWP
Perwakilan Pemerintah RI di luar negeri dan dalam negeri.
(4) Unsur pelaksana DWP Provinsi adalah
(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di Provinsi;
(b) DWP Instansi Pemerintah Provinsi;
(c) DWP Kabupaten/ DWP Kota.
(5) Unsur pelaksana DWP Kabupaten/ DWP Kota adalah
(a) DWP Instansi Vertikal Pemerintah Pusat di kabupaten/ DWP Instansi
Pemerintah Pusat di kota;
(b) DWP instansi pemerintah provinsi di kabupaten/ instansi pemerintah
provinsi di kota;
(c) DWP instansi pemerintah kabupaten/ DWP instansi pemerintah kota;

(d) DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat.
(6) Unsur pelaksana DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat adalah
(a) DWP Instansi pemerintah kecamatan/ nama lain yang sederajat;
(b) DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat.

62

BAB VI
KEPENGURUSAN
Bagian Pertama
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat
Pasal 12
Pangurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat nasional.
Pasal 13
(1) Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan pusat terdiri dari
(a) Ketua umum
(b) Beberapa orang ketua
(c) Sekretaris jenderal
(d) Tiga orang ketua bidang, dan
(e) Tiga orang wakil ketua bidang.

(2) Ketua umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang
diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan/ atau calon dari pengurus
DWP Pusat yang ditetapkan dalam Munas;
(3) Pangurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud Ayat
(1) Hruf (b), Huruf (c), Huruf (d), Huruf (e) dipilih dari utusan Dharma
Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan ditetapkan oleh ketua
umum.
(4) Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi
(a) Bagian Organisasi,
(b) Bagian Administrasi Umum,
(c) Bagian Keuangan, dan
(d) Bagian Humas dan Informasi
(5) Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) Pasal 13
ini terdiri dari
(a) Ketua Bidang Pendidikan
(b) Ketua Bidang Ekonomi, dan
(c) Ketua Bidang Sosial/ Budaya
Pasal 14
Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah
(a) Menetapkan kebijaksanaan umum organisasi sesuai dengan anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan
Rapat Kerja Nasional
(b) Mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah P
usat dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi;

63

(c) Mengesahkan susunan pengurus dan/atau
Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat dan Dharma
Wanita Persatuan Provinsi;
(d) Melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Dharma Wanita
Persatuan oleh Ketua Umum.
Bagian Kedua
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan/Nama Lain yang Sederajat dan
Kelurahan/Nama Lain yang Sederajat
Pasal 15
(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan/ nama lain yang sederajat dan
DWP Kelurahan/ nama lain yang sederajat terdiri dari :
(a) ketua,
(b) wakil ketua,
(c) sekretaris,
(d) bendahara, dan
(e) 3 (tiga) orang ketua bidang.
(2) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dari dan oleh anggota
dalam rapat anggota.
(3) Ketua DWP Provinsi dipilih dari utusan unsur pelaksana Dharma Wanita
Persatuan Provinsi dan atau calon yang diusulkan oleh DWP Provinsi yang
ditetapkan dalam Musyawarah Dharma Wanita Persatuan Provinsi.
(4) Ketua
DWP
Kabupaten/DWP
Kota
dipilih
dari
utusan unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP Kota
dan atau calon yang diusulkan oleh DWP Kabupaten/DWP Kota yang
ditetapkan
dalam
Musyawarah
Dharma
Wanita
Persatuan
Kabupaten/DWP Kota.
(5) Ketua DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan oleh
anggota dalam rapat anggota.
(6) Ketua DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat dipilih dari dan oleh
anggota dalam rapat anggota.
Pasal 16
Tugas pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan atu nama lain yang sederajat, dan DWP
Kelurahan atau nama lain yang sederajat adalah :

64

(a) menetapkan kebijaksanaan organisasi pada lingkungan masing-masing
sesuai dengan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, Keputusan
Musyawarah Nasional, dan kebijaksanaan pemimpin organisasi satu
tingkat di atasnya;
(b) menetapkan dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi
dan kondisi;
(c) Mengevaluasidan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja kepada
pengurus DWP satu tingkat di atasnya;
(d) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua DWP satu tingkat di
bawahnya.
Pasal 17
(1) Masa bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun,
dari munas ke munas.
(2) Jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) Pasal 17 ini karena satu dan lain hal tidak dapat
melaksanakan tugasnya, dilakukan penggantian pengurus antarwaktu.
(3) Jika dalam kurun waktu masa bakti Ketua Umum beralangan tetap,
dilakukan penggantian Ketua Umum antar waktu yang dipilih dari salah
satu Ketua melalui rapat pengurus DWP Pusat dengan persetujuan tertulis
dari pengurus DWP Provinsi
Bagian Ketiga
Wilayah Kerja
Pasal 18
(1) Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah negara
Republik Indonesia.
(2) Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi
masing-masing yang berada di tingkat pusat.
(3) Wilayah kerja pengurus DWP Departemen Luar Negeri meliputi instansi
Departemen Luar Negeri yang berada di pusat dan perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri.
(4) Wilayah kerja pengurus DWP Provinsi meliputi wilayah provinsi.
(5) Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota meliputi wilayah
kabupaten/kota.
65

(6) Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan atua nama lain yang sederajat
meliputi wilayah kecamatan.
(7) Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat
meliputi wilayah kelurahan.
BAB VII
PELINDUNG, PENASIHAT UTAMA, DEWAN PENASIHAT, DAN
PENASIHAT
Bagian Pertama
Pasal 19
(1) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP.
(2) Istri Presiden adalah Penasihat Utama DWP.
(3) Istri Wakil Presiden adalah Wakil Penasihat Utama DWP.
Bagian Kedua
Pasal 20
(1) Dewan Penasihat Dharma DWP terdiri dari :
(a) istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
(b) istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
(c) istri Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
(d) istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
(e) istri Ketua Mahkamah Agung (MA), dan
(f) istri menteri.
(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini
mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika
diminta maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.
Bagian Ketiga
Penasihat
Pasal 21
(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD, menteri,
ketua/kepala lembaga pemerintah non kementerian, kepala perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris Jenderal MPR, Sekretaris
Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal MA,
gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota,
camat, lurah, pemimpin BUMN, dan pemimpin BUMD yang belum dan
yang sudah berstatus persero adalah Penasihat DWP instansi pemerintah
yang bersangkutan.
(2) Sekretaris Daerah Provinsi dan Sekretaris
Daerah
Kabupaten/Kota
masing-masing adalah Penasihat DWP Provinsi dan DWP
66

Kabupaten/Kota juga merupakan Penasihat DWP Sekretariat Daerah yang
bersangkutan.
(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua DPD, istri Ketua BPK,
istri Ketua MA, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri
bupati/istri walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota,
adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.
(4) Pemimpin unit kerja, instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan atau nama lain yang sederajat dan kelurahan atau nama lain
yang sederajat, adalah Penasihat DWP instansi pemerintah yang
bersangkutan.
Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat
Pasal 22
Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas dan tanggung
jawab :
(a) mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan untuk kemajuan bagi
organisasi;
(b) memberi masukan dan arahan pada program organisasi;
(c) berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.
BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 23
(1) Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat nasional
dan daerah.
(2) Musyawarah nasional adalah forum tertinggi organisasi yang berwenang
(a) Menetapkan dan atau mengubah anggaran dasar
(b) Menetapkan program kerja
(c) Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban ketua umum
(d) Memilih dan menetapkan ketuan umum, dan
(e) Menetapkan keputusan lainnya.
(3) Musyawarah nasional sebagaimana dimaksud dala Ayat (1) Pasal 23 ini
dilaksanakan dalam lima tahun sekali.
(4) Musyawarah Daerah terdiri dari
(a) musyawarah provinsi dan
(b) musyawarah kabupaten/ kota.
(5) Musyawarah Daerah berkewajiban menyampaikan hasil Musyawarah Nasional
dan berwenang untuk
67

(6) Musyawarah daeah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Pasal 23 ini
dilaksanakan dalam 5 (lima) tahun sekali.
(7) Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar terhadap
kelangsungan organisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional Luar
Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana DWP
Pusat dan DWP Provinsi.
Pasal 24
(1) Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari
(a) rapat anggota
(b) rapat kerja
(c) rapat pengurus, dan
(d) rapat koordinasi
(2) Rpat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang
berkewajiban menyampaikan hasil Munas/ Musda dan berwenang untuk
(a) menetapkan program kerja
(b) mengevaluasi laporan pertanggungjawabab Ketua Dharma Wanita
Persatuan yang bersangkutan
(c) memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Ketua
DWP unit kerja di lingkungannya.
(d) Memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah provinsi dan
ketua DWP instansi pemerintah kabupaten/ kota.
(e) Menetapkan keputusan lainnya.
(3) Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengkoordinasikan, serta
mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan sesuai dengan
kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan.
(4) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketuan dan anggota pengurus
untuk membahas dan mengambil putusan tentang masalah organisasi dan
kegiatan dalam lingkungannya.
(5) Rapat koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan penasihat/
penasihat serta pihak lain pada semua tingkat kepengurusan.
BAB IX
ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 25
(1) Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang, vandel, bendera
olahraga, papan nama, lencana, himne, mars, dan pakaian seragam
68

(2) Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam anggaran rumah tangga
BAB X
KEUANGAN
Pasal 26
(1) Keuangan organisasi DWP diperoleh dari
(a) iuran anggota
(b) sumbangan lain yang tidak mengikat, dan
(c) usaha lain yang sah
(2) Keuangan organisasi DWP diverifikasi setiap tahun.
BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 27
(1) Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah
Nasional yang secara khusus diselenggarakan untuk itu setelah Pemimpin DWP
Pusat melakukan konsultasi dengan Pelindung, Penasihat Utama, dan Dewan
Penasihat serta memperhatikan usul dari Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat
dan ketua DWP Provinsi.
(2) Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi ditetapkan
dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada semua tingkatan serta
memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh DWP Pusat.
(3) Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika
(a) organisasi kedinasan dibubarkan dan
(b) organisasi kedianasan dilikuidasi
(4) Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan organisasi
ditetapkan lebih lanjut oleh pengurus DWP bersangkutan dengan berdasarkan
hasil musyawarah para anggota dan memperhatikan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh pengurus DWP satu tingkat di atasnya.
BAB XII
TINDAK LANJUT MUSYAWARAH NASIONAL
Pasal 28
(1) Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan rapat anggota, musyawarah
provinsi dan musyawarah kabupaten/ kota paling lama tiga bulan sejak putusan
Musyawarah Nasional ditetapkan.
69

(2) Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah disahkan
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak putusan Musyawarah Nasional
ditetapkan.
(3) Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan pada
akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan program kerja satu
tahun ke depan terhitung tanggal 1 Januari s.d 31 Desember.
BAB XII
LAIN-LAIN
Pasal 29
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan
(2) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) Pasal 29 ini
ditetapkan oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 30
(1) Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini,
Anggaran Dasar Hasil Munas I Tahun 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Anggaran Dasar hasil penyempurnaan Munas II Dharma Wanita Persatuan
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2009
Musyawarah Nasional II Dharma Wanita Persatuan
Sidang Paripurna

(Lampiran 1. Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang)
(Sumber: Dok. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang)

70

ANGGARAN RUMAH TANGGA DHARMA WANITA PERSATUAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya disingkat ART yang dimaksud
dengan
(1) Anggaran Dasar selanjutnya disingkat AD adalah Anggaran Dasar
sebagaimana ditetapkan dalam Musyawarah Nasional I Dharma Wanita
Persatuan Nomor: KEP 01/MN II DWP/XII/2009; tanggal 9 Desember
2009.
(2) Instansi Pemerintah
adalah
sebutan
kolektif
terhadap lembagalembaga pemerintahan seperti kementerian, kantor menteri negara, lembaga
pemerintah nonkementerian, Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Sekretariat Jenderal
Mahkamah Agung (MA), Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah
(BUMD), badan hukum milik negara (BHMN), dan pemerintah daerah beserta
jajaran organisasi dalam lingkungannya.
(3) Instansi Pemerintah Pusat yang disingkat IPP terdiri dari :
(a) kantor menteri negara koordinator
(b) kementerian;
(c) kantor menteri negara;
(d) lembaga pemerintah nonkementerian;
(e) Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, Sekretariat Jenderal
BPK, Sekretariat Jenderal MA, Sekretariat Jenderal DPD;
(f) BUMN termasuk bank-bank milik pemerintah;
(g) Badan hukum milik negara (BHMN)
(4) Instansi vertikal adalah satuan organisasi pemerintahan pusat yang berada di
wilayah/ daerah, seperti kantor wilayah (Kanwil) kementerian dan kantor
lembaga pemerintah nonkementerian.
(5) Unsur pelaksana adalah satuan organisasi DWP yang menyelenggarakan
fungsi sebagai pelaksana kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh pemimpin organisasi satu tingkat di atasnya.

71

(6) DWP Unit Kerja Instansi Pemerintah adalah DWP pada satuan organisasi
pemerintah yang mempunyai kedudukan, nama, dan tingkatan sesuai dengan
struktur organisasi instansi pemerintah yang bersangkutan.
BAB II
KEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan
Pasal 2
(1) Anggota biasa adalah
(a) istri pegawai negeri sipil (PNS);
(b) istri pensiunan dan janda pegawai negerisipil (PNS) yang tidak menyatakan
dirinya berkeberatan menjadi anggota;
(c) istri pegawai dan istri pensiunan badan usaha milik negara (BUMN) dan
badan usaha milik daerah (BUMD) yang belum berstatus persero;
(d) istri pegawai BUMN dan BUMD yang sudah berstatus persero;
(e) istri pegawai BMHN;
(f) istri kepala perwakilan Republik Indonesia (Rl) di luar negeri yang tidak
menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;
(g) istri walikota, istri wakil walikota, dan istri bupati, istri wakil bupati di
Provinsi DKI Jakarta.
(h) istri pejabat/petugas yang menyelenggarakan pemerintahan desa yang tidak
menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota.
(i) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI,
istri Polisi Republik Indonesia (Polri), istri purnawirawan Polri yang
suaminya ditugaskan pada instansi pemerintah sipil yang menyatakan
dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota;
(2) Anggota luar biasa adalah :
(a) istri menteri
(b) istri gubernur dan istri wakil gubernur
(c) istri bupati dan istri walikota; istri wakil bupati dan istri wakil walikota;
(d) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero, dan
berasal dari partai politik.
(e) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang sudah berstatus persero;
(f) istri pemimpin BHMN
(g) PND perempuan dan pensiunan PNS perempuan.

72

(3) Anggota kehormatan adalah :
(a) istri Ketua MPR
(b) istri Ketua DPR
(c) istri Ketua BPK
(d) istri Ketua MA
(e) istri Ketua DPD
(f) mantan Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan;
(h) mantan Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan
(4) Keanggotaan istri PNS yang berstatus warga negara asing (WNA)
ditetapkan oleh ketua DWP yang bersangkutan atau ketua DWP satu tingkat
di atasnya.
(5) Keanggotaan di luar ketentuan sebagaimana tercantum pada Pasal 2 Ayat (1),
Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4) ditetapkan oleh Ketua Umum DWP melalui surat
keputusan.
Pasal 3
(1) Anggota biasa mempunyai hak :
(a) memberikan pendapat dan saran;
(b) memilih dan dipilih menjadi pengurus;
(c) memperoleh manfaat dan pengayoman dari organisasi.
(2) Anggota luar biasa mempunyai hak :
(a) Memberikan pendapat dan saran;
(b) Memperoleh manfaat dari organisasi
(3) Anggota kehonnatan mempunyai hak :
(a) Memberikan pendapat dan saran
(b) Memperoleh manfaat dari organisasi
Pasal 4
Anggota mempunyai kewajiban untuk :
(a) menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara, dan pemerintah Republik
Indonesia;
(b) menjaga persatuan dan kesatuan serta memelihara nama baik organisasi;
(c) menaati dan melaksanakan ketentuan organisasi;
(d) berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi;
(e) memberikan sumbangan tenaga dan pikiran bagi kemajuan organisasi;
(f) membayar iuran.
Pasal 5
Anggota DWP yang menjadi anggota partai politik tidak boleh :
(a) menjadi pengurus DWP;
73

(b) membawa aspirasi partai politiknya ke dalam lingkungan organisasi.

Pasal 6
Keanggotaan DWP berakhir jika :
(a) meninggal dunia;
(b) jika tidak memenuhi ketentuan keanggotaan sebagaimana tercantum pada ART
Pasal 2.
BAB III
KEPENGURUSAN
Bagian Pertama
Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus DWP Pusat
Pasal 7
(1) Susunan pengurus inti DWP Pusat terdiri dari :
(a) ketua umum;
(b) beberapa orang ketua;
(c) sekretaris jenderal;
(d) tiga orang kedua bidang;
(2) Ketua Umum dipilih oleh unsur pelaksana DWP Pusat dari calon yang
diusulkan oleh unsur pelaksana DWP Pusat dan atau calon dari pengurus DWP
Pusat yang ditetapkan dalam Munas
(3) Pengurus DWP Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1), Huruf (b), (c), (d),dan
anggota pengurus lainnya dipilih dari utusan DWP Instansi Pemerintah
Pusat dan ditetapkan oleh ketua umum.
(4) Susunan organisasi sekretariat jenderal terdiri dari :
(a) Bagian Organisasi,
(b) Bagian Administrasi Umum, Bagian Keuangan,
(c) Bagian Informasi dan Humas
(5) Susunan pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Huruf
(a), (b), (c), dan (d) pasal 7 ini terdiri dari :
(a) seorang kepala bagian;
(b) beberapa anggota sesuai dengan keperluan.
(6) Susunan pengurus bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d)
pasal ini terdiri dari
(a) seorang ketua,
(b) seorang wakil ketua,
(c) seorang sekretaris, dan
(d) beberapa orang anggota sesuai dengan keperluan.
(7) Setiap bidang masing-masing dapat membentuk sub-bidang sesuai keperluan.
74

Pasal 8
(1) Tugas dan wewenang pengurus DWP Pusat adalah :
(a) menetapkan kebijaksanaan umum organisasi pada tingkat nasional sesuai
dengan anggaran
Dasar,
Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan
Musyawarah Nasional, dan hasil Rapat Kerja Nasional;
(b) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan umum yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan oleh unsur pelaksana DWP;
(c) melakukan pembinaan organisasi dalam bentuk, antara lain, penetapan
pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan
kegiatan.
(2) Ketua umum mempunyai tugas dan wewenang
(a) memimpin dan membina organisasi DWP;
(b) menetapkan kebijaksanaan organisasi sebagaimana digariskan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-Keputusan
Musyawarah Nasional;
(c) menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya pada Musyawarah Nasional
DWP;
(d) melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama DWP.
(3) Para ketua mempunyai tugas dan wewenang
(a) bersama ketua umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (2) pasal 8 ini;
(b) mewakili ketua umum dalam
bersifat teknis operasional;

mengkoordinasikan

tugas

yang

(c) memantau dan mengevaluasi kegiatan organisasi sesuai dengan bidang
tugas masing-masing;
(d) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.
(4) Sekretaris Jenderal mempunyai tugas dan wewenang
a) memimpin dan membagi tugas di lingkungan Sekretariat Jenderal DWP
Pusat;
b) merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi untuk ditetapkan oleh
ketua umum;
c) menyelenggarakan pengelolaan administrasi dalam rangka mendukung
kelancaran tugas-tugas organisasi;
d) menyelenggarakan pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
e) mengoordinasikan kegiatan-kegiatan Bagian Informasi dan Humas;
75

f) melakukan hubungan kerja/kerja sama dengan lembaga/organisasi
lain, sesuai dengan petunjuk ketua umum;
g) melaksanakan tugas-tugas lain atas petunjuk ketua umum
h) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.
(5) Ketua bidang mempunyai tugas
(a) memimpin dan membagi tugas di lingkungan bidang masing-masing;
(b) menjabarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh
ketua umum dalam bentuk pelaksanaan program kerja masing-masing;
(c) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.
(6) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Ayat (1), (2), (3), (4),
dan (5) dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Keija DWP.
Bagian Kedua
Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus Unsur Pelaksana DWP
Pasal 9
(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat dan
DWP Kelurahan atau nama lain yang sederajat terdiri dari :
(a) seorang ketua
(b) wakil ketua
(c) sekretaris bendahara;
(d) tiga orang ketua bidang
(e) pada Huruf (b), (c), (d), dan (e) dapat ditambah seorang atau lebih wakil
dan anggota pengurus sesuai dengan keperluan.
(2) Pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja dapat dibentuk
disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yang sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan bendahara.
(3) Tugas dan wewenang pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja adalah :
(a) menetapkan kebijaksanaan teknis organisasi berdasarkan hasil
Musyawarah Nasional, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan
kebijaksanaan organisasi satu tingkat di atasnya;
(b) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua satu tingkat di
bawahnya;
(c) melaksanakan
pembinaan organisasi
pada
unsur
pelaksana
dilingkungannya;
(d) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan
oleh unsur pelaksana di lingkungannya;
(e) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan
kondisi;
(f) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada organisasi satu tingkat di
atasnya.

76

(4) Wakil ketua mempunyai tugas dan wewenang :
(a) membantu ketua dalam pelaksanaan tugasnya;
(b) mewakili ketua dalam melaksanakan tugas yang bersifat teknis operasional;
(c) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
(5) Sekretaris mempunyai tugas dan wewenang :
(a) melaksanakan pembinaan teknis organisasi, pengelolaan administrasi dan
mengoordinasikan kegiatan informasi dan humas dalam rangka mendukung
kelancaran tugas organisasi;
(b) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
(6) Bendahara mempunyai tugas dan wewenang mengelola keuangan organisasi
dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.
(7) Ketua bidang mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan kegiatan
teknis operasional bidang masing-masing serta melaporkan pelaksanaan
tugasnya kepada ketua.
Bagian Ketiga
Pemilihan Ketua dan Pengurus
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
(4)

Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dalam Rapat Anggota;
Ketua DWP Provinsi dipilih dalam Musyawarah Provinsi;
Ketua DWP Kabupaten/Kota dipilih dalam Musyawarah Kabupaten/Kota;
Ketua unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah
Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan, DWP
Kelurahan/DWP Desa dipilih dalam Rapat Anggota;
(5) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.
Bagian Keempat
Pembentukan Pengurus DWP Unsur Pelaksana
/Unit Kerja pada Instansi Pemerintah Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan atau nama lain yang sederajat

(1)

(2)
(3)
(4)

Pasal 11
Unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP
Provinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan atau nama lain
yang sederajat dapat membentuk
kepengurusan di lingkungan masingmasing dengan mempertimbangkan keperluan serta efisiensi organisasi.
Ketua dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.
Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.
Susunan pengurus, tugas, dan wewenang pengurus berpedoman pada
ketentuan ART Pasal 9.

77

BAB IV
PENAMAAN DAN PENGGABUNGAN ORGANISASI
Pasal 12
(1) Penamaan atau sebutan organisasi pada unsur pelaksana dan/atau unit
kerja instansi pemerintah adalah dengan menyebut langsung nama
organisasi atau satuan unit kerja instansi pemerintah yang bersangkutan,
seperti DWP Kementerian Koordinator Perekonomian, DWP Kementerian
Dalam Negeri; DWP Kementerian Negara Lingkungan Hidup; DWP
Lembaga Administrasi Negara; DWP Sekretariat Negara; DWP
Sekretariat Negara; DWP Sekretariat Jenderal MPR; DWP Sekretariat
Jenderal MA; DWP Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali;
DWP Kantor Statistik Provinsi Sulawesi Selatan; DWP Kabupaten
Cilacap; DWP Kota Balikpapan; DWP Universitas Airlangga; DWP
Universitas Sam Ratulangi; DWP Kopertis Wilayah V.
(2) Pengesahan nama organisasi yang baru dibentuk atau penggabungan dua
atau lebih lembaga pemerintah ditetapkan oleh pengurus satu tingkat di
atasnya.
Pasal 13
(1) Penggabungan organisasi DWP antar unit kerja di lingkungan instansi
pemerintah dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari ketua satu
tingkat di atasnya.
(2) Khusus untuk unit kerja yang jumlah anggotanya sedikit dan dari instansi
yang berbeda, tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk
bergabung, secara organisatoris menjadi unsur pelaksana DWP
Kabupaten/DWP Kota yang bersangkutan.
BABV
PENGGANTIAN PENGURUS
ANTARWAKTU, PERTANGGUNGJAWABAN,
PENGESAHAN, DAN SERAH TERIMA
Bagian Pertama
Penggantian Pengurus Antarwaktu
Pasal 14
(1) Jika dalam kurun waktu masa bakti ketua umum berhalangan tetap, dilakukan
penggantian ketua umum antarwaktu yang dipilih dari salah satu ketua melalui
Rapat Pengurus Paripurna DWP Pusat dengan persetujuan tertulis dari pengurus
DWP Instansi pemerintah pusat dan pengurus DWP Provinsi.

78

(2) Penggantian jabatan ketua umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(1) Pasal 14 ini berlaku sampai diselenggarakannya musyawarah nasional
yang berikut.
(3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat, selain dimaksud
dalam Ayat (1) pasal 14 ini, ditetapkan oleh ketua umum.
(4) Penggantian jabatan ketua antarwaktu pada unsur pelaksana DWP
ditetapkan melalui kesepakatan pengurus/anggota secara demokratis dan
berpedoman pada AD/ART.
(5) Penggantian jabatan pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana DWP
ditetapkan oleh ketua.
Bagian Kedua
Pertanggungjawaban
Pasal 15
(1) Dalam menjalankan tugasnya
(a) Ketua Umum DWP bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional;
(b) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat bertanggung jawab kepada
anggota dalam Rapat Anggota;
(c) Ketua DWP Provinsi bertanggung jawab kepada Musyawarah Provinsi;
(d) Ketua DWP Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Musyawarah
Kabupaten/Kota;
(e) Ketua DWP unsur pelaksana/unit kerja bertanggung jawab kepada anggota
dalam Rapat Anggota.
(2) Ketua unsur pelaksana DWP melaporkan kegiatan organisasi kepada pengurus
satu tingkat di atasnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

(1)
(2)

(3)
(4)
(5)
(6)

Bagian Ketiga
Pengesahan dan Serah Terima
Pasal 16
Pengesahan Ketua Umum DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah
Nasional.
Penggantian ketua umum diikuti dengan serah terima jabatan yang dituangkan
dalam berita acara dan ditandatangani oleh ketua umum yang lama dan yang
baru.
Serah terima jabatan dilengkapi dengan penyerahan buku memori
pertanggungjawaban ketua umum kepada ketua umum terpilih.
Pengesahan pengurus pusat lainnya ditetapkan dengan surat keputusan ketua
umum.
Pengesahan ketua unsur pelaksana/unit kerja DWP ditetapkan oleh ketua satu
tingkat diatasnya, termasuk penggantian ketua antarwaktu.
Pengesahan pengurus unsur pelaksana/unit kerja DWP, ditetapkan oleh ketua
satu tingkat di atasnya hanya satu kali selama masa bakti.

79

(7) Jika terjadi penggantian pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana/unit kerja
pengesahannya dilakukan oleh ketua DWP yang bersangkutan.

Pasal 17
Serah terima jabatan ketua unsur pelaksana/unit kerja dituangkan dalam berita
acara dan ditandatangani oleh ketua yang lama dan baru, serta disaksikan oleh
penasihat.
BAB VI
DEWAN PENASIHAT DAN PENASIHAT
Bagian Pertama
Dewan Penasihat
Pasal 18
(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari istri Ketua MPR, istri Ketua DPR,
istri Ketua BPK, istri Ketua MA, istri ketua DPD, dan istri menteri.
(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal 18 ini
mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta
maupun tidak diminta, kepada pengurus DWP Pusat.
Bagian Kedua
Penasihat
Pasal 19
(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, Ketua DPD menteri,
kepala/ketua lembaga pemerintah nonkementerian, kepala perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri, gubernur/ wakil gubernur, bupati/wakil
bupati, walikota/ wakil walikota, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD
yang belum berstatus persero, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD yang
sudah berstatus persero, pemimpin BHMN, pemimpin unit kerja instansi
vertikal di daerah, camat, dan lurah adalah Penasihat DWP instansi yang
bersangkutan.
(2) Sekretaris Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah Kabupaten / Kota selain
menjadi Penasihat DWP Sekretariat Daerah masing-masing; juga adalah
Penasihat DWP Provinsi, DWP Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, Istri
Ketua DPD, istri menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri bupati/istri
walikota, dan istri wakil bupati/istri wakil walikota adalah Penasihat DWP
instansi yang bersangkutan.
(4) Istri wakil menteri yang tidak menjadi ketua adalah penasihat DWP Instansi
yang bersangkutan.

80

BAB VII
MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM, DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Bagian Pertama
Musyawarah Nasional
Pasal 20
(1) Musyawarah Nasional (Munas) diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat.
(2) Untuk menyelenggarakan munas, Ketua Umum DWP menetapkan panitia
munas, yang dibentuk selambat-lambatnya tiga bulan sebelum munas.
(3) Peserta munas adalah
(a) pengurus DWP pusat
(b) utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat;
(c) utusan DWP Provinsi.
(4) Peninjau ditentukan dan diundang oleh Panitia Musyawarah Nasional DWP
(5) Dalarn hal dilaksanakannya Munas Luar Biasa, penyelenggaraan dan
pesertanya adalah sama seperti pada munas sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(1), (2), (3), dan (4) pasal 20 ini.
(6) Penanggung jawab munas adalah Ketua Umum yang sedang menjabat
pada saat munas diselenggarakan.
Bagian Kedua
Musyawarah Daerah
Pasal 21
(1) Musyawarah daerah (Musda) dipersiapkan dan diselenggarakan oleh panitia
yang ditetapkan oleh Ketua DWP Provinsi atau Ketua DWP Kabupaten/Kota.
(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah :
(a) pengurus DWP Provinsi;
(b) utusan DWP Instansi Pemerintah Provinsi;
(c) utusan DWP Kabupaten/ Kota.
(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah :
(a) pengurus DWP Kabupaten/ Kota;
(b) utusan DWP instansi pemerintah kabupaten/kota
(c) utusan DWP Kecamatan atau nama lain yang sederajat
(4) Penanggung jawab Musyawarah Provinsi adalah Ketua DWP Provinsi
yang sedang menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.
(5) Penanggung jawab Musyawarah Kabupaten/Kota adalah Ketua DWP
Kabupaten/Kota yang sedang
menjabat
pada
saat
musyawarah
diselenggarakan.
81

Bagian Ketiga
Rapat
Pasal 22
(1) Rapat DWP terdiri dari :
(a) rapat anggota,
(b) rapat kerja,
(c) rapat pengurus, dan
(d) rapat koordinasi.
Pasal 23
(1) Rapat Anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota untuk
membahas masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.
(2) Rapat Anggota diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam
bulan.
(3) Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga
tidak memungkinkan untuk menghadirkan seluruhnya, rapat anggota dapat
dilakukan dengan cara perwakilan atau utusan.
(4) Tata cara penentuan perwakiian dan utusan sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(3) pasal 23 ini ditentukan lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP
yang bersangkutan.
Pasal 24
(1) Rapat Kerja diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat, Pengurus DWP
Instansi Pemerintah Pusat, pengurus DWP Provinsi, dan pengurus DWP
Kabupaten/Kota.
(2) Rapat Kerja Nas/onal adalah rapat pengurus DWP Pusat dengan DWP Instansi
Pemerintah Pusat dan Provinsi diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali
dalam tiga tahun.
(3) Rapat Kerja DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah rapat pengurus DWP
Instansi Pemerintah Pusat dengan pengurus unit kerja dalam lingkungannya.
(4) Rapat Kerja DWP Provinsi adalah rapat pengurus DWP Provinsi
dengan pengurus unsur pelaksana DWP Provinsi.
(5) Rapat Kerja DWP Kabupaten/Kota adalah rapat pengurus DWP
Kabupaten/Kota dengan pengurus unsur pelaksana DWP Kabupaten/Kota.
(6) Rapat Kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan, serta
mengintensifkan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan.
Pasal 25
(1) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara pemimpin dan anggota
pengurus untuk
membahas
dan mengambil
keputusan tentang
masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.

82

(2) Rapat pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga
bulan.
(3) Rapat pengurus terdiri dari :
(a) rapat pemimpin;
(b) rapat pengurus inti;
(c) rapat pengurus paripurna.
(4) Rapat pemimpin dihadiri oleh ketua umum/ketua/ wakil ketua, dan sekretaris
jenderal/sekretaris.
(5) Rapat pengurus inti dihadiri oleh ketua umum/ketua/wakil ketua,
sekretaris jenderal/sekretaris, bendahara, dan para ketua bidang.
(6) Rapat pengurus paripurna dihadiri oleh seluruh anggota pengurus.
Pasal 26
(1) Rapat Koordinasi adalah rapat antara pengu rus dan dewan penasihat/penasihat
dan pihak lain pada sernua tingkat kepengurusan.
(2) Rapat Koordinasi diiaksanakan jika ada :
(a) kegiatan kerja sama dengan pihak lain,
(b) kegiatan yang memerlukan
untuk kepentingan organisasi.

keputusansegera dan bersifat strategis

Bagian Keempat
Kuorum
Pasal 27
(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Luar Biasa, dan Musyawarah
daerah adalah sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah
satu dari jumlah peserta yang seharusnya hadir.
(2) Jika kuorum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal 27 ini tidak
terpenuhi, musyawarah ditunda sesuai dengan kebijaksanaan pemimpin
musyawarah.
(3) Ketentuan pada Ayat (1) dan (2) pasal ini berlaku juga untuk rapat yang
tercantum pada Pasal 23
Bagian Kelima
Pengambilan Keputusan
Pasal 28
(1) Setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.

83

(2) Jika cara tersebut pada Ayat (1) pasal 28 ini tidak tercapai, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak.
(3) Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika didukung oleh sekurangkurangnya setengah ditambah satu dari jumlah suara peserta yang hadir.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 29
(1) Keuangan DWP diperoleh dari :
(a) iuran anggota;
(b) sumbangan yang tidak mengikat;
(c) usaha lain yang sah
(2) Besarnya iuran, pembagian iuran anggota, dan pertanggungjawaban keuangan
diatur berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh pengurus DWP Pusat.
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 30
(1) Atribut DWP meliputi lambang, panji, vandel, bendera olah raga, papan nama,
lencana, himne, dan mars, serta pakaian seragam.
(2) Jenis, bentuk, ukuran, warna, dan cara penggunaan atribut sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) pasal 30 ini diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP
Pusat.
BAB X
TATA KERJA
Pasal 31
(1) Tata kerja dan pelaksanaan program kerja DWP diatur dalam Pedoman Tata
Kerja DWP dan Pelaksanaan Program Kerja DWP yang dibuat oleh pengurus
DWP Pusat.
(2) Pengurus DWP pada semua tingkatan dalam melaksanakan kegiatannya
mengacu Pedoman Tata Kerja DWP dan Pedoman Pelaksanaan Program
Kerja DWP.

84

BAB XI
LAIN-LAIN
Pasal 32
(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga DWP ini dapat dilakukan oleh pengurus
DWP Pusat jika terdapat hal-hal yang dipandang perlu atau perkembangan
keadaan yang mempengaruhi organisasi DWP.
(2) Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau menimbulkan
perbedaan tafsiran, penyelesaiannya diputuskan oleh pengurus DWP Pusat.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih
lanjut oleh pengurus DWP Pusat.

(Lampiran 2. Anggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan Kabupaten
Semarang.)
(Sumber: Dok. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang)

85

Lampiran 4. Surat Keputusan (SK) Pengesahan Pengurus Dharma Wanita
Kabupaten Semarang Masa Bakti 2009-2014
(Sumber: Dokumen Organisasi Dharma Wanita Kabupaten Semarang)

86

87

88

89

Lampiran 4. Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang
Periode Tahun 2009
(Sumber: Dokumen Organisasi Dharma Wanita Persatuan
Kabupaten Semarang)

90

Lampiran 5. Susunan Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang
Periode Tahun 2010
(Sumber. Laporan Berkala Dharma Wanita Persatuan Kabupaten
Semarang 2010)

91

Daftar Anggota Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang

Terdiri dari 19 Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Kecamatan dan 33
Dharma Wanita Persatuan Unsur Pelaksana Dinas Kabupaten Semarang.
Unsur Pelaksana Kecamatan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang :
1. DWP. Kecamatan Ungaran Barat
2. DWP. Kecamatan Ungaran Timur
3. DWP. Kecamatan Bergas
4. DWP. Kecamatan Bandungan
5. DWP. Kecamatan Suruh
6. DWP. Kecamatan Bringin
7. DWP. Kecamatan Susukan
8. DWP. Kecamatan Tengaran
9. DWP. Kecamatan Banyubiru
10. DWP. Kecamatan Bawen
11. DWP. Kecamatan Pringapus
12. DWP. Kecamatan Jambu
13. DWP. Kecamatan Kaliwungu
14. DWP. Kecamatan Getasan
15. DWP. Kecamatan Sumowono
16. DWP. Kecamatan Bancak
17. DWP. Kecamatan Tuntang
18. DWP. Kecamatan Ambarawa
19. DWP. Kecamatan Pabelan
Unsur Pelaksana Dinas Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang :
1. DWP. Sekretariat Daerah
2. DWP. Sekretariat Dewan
3. DWP. Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan
4. DWP. Kantor Pertahanan
5. DWP. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
6. DWP. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
7. DWP. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
8. DWP. DPPKD
9. DWP. Dinas Peternakan dan Perikanan
10. DWP. Dinas Bina Marga,SDA,ESDM

92

11. DWP. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
12. DWP. Bappeda
13. DWP. Inspektorat
(Lampiran 6. Anggota Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang)
(Sumber: Dok. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang)

93

Gambar 1. Gedung PKK kompleks DPRD Kabupaten Semarang yang digunakan
oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang
(Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 2: Ruang kerja para fulltimer Dharma Wanita dan PKK Kabupaten
Semarang (Sumber: dok. Pribadi)

94

Gambar 3: Ruang bagian depan gedung PKK tampak dari samping kanan
(Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 4: Ruang bagian depan gedung PKK tampak dari samping kiri
(sumber: dok.Pribadi
95

Gambar 5: Ruang Aula Gedung PKK (Sumber: dok.Pribadi)

Gambar 6: Suasana pertemuan Dharma Wanita Kabupaten Semarang pada
tanggal 8 Mei 2013 (Sumber: dok. Pribadi)

96

Gambar 7: Suasana pertemuan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten
Semarang pada tanggal 15 April 2013 (Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 8: Tanaman Sanseviera milik Ani Sutrianingsih, anggota Dharma
Wanita Kabupaten Semarang dari UPEL Dinas Perhubungan
(Sumber: dok.Pribadi)

97

Gambar 9: Hasil keterampilan Dharma Wanita Kabupten Semarang “Bros
Acrylic” (Sumber: dok.pribadi)

Gambar 10. Gambar seragam baru Dharma Wanita Persatuan
(Sumber: dok. Pribadi)

98

Gambar 11. Tri Haksanti dan Asih, para pedagang yang berjualan saat pertemuan
Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang (sumber:
dok.Pribadi)

Gambar 12: Wawancara dengan Ani Sutrianingsih anggota Dharma Wanita
Kabupaten Semarang dari UPEL Dinas Perhubungan (Sumber:
dok. Pribadi)
99

Gambar 13: Narasumber Tri Haksanti (dok. Pribadi)

Gambar 14: Buku agenda Dharma Wanita Persatuan yang dapat digunakan
anggota untuk mencatat kegiatan-kegiatan Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten Semarang (Sumber: dok. Pribadi)

100

Gambar 15: Seragam lama Dharma Wanita Persatuan digunakan sampai tahun
1999 (Sumber:Dokumentasi Dharma Wanita Kabupaten Semarang)

Gambar 16: Hadiah lotre berupa sabun mandi, pasta gigi, minyak goreng, dll
101

(Sumber: dok.Pribadi)

Gambar 16: Lerak “Sekar Tantri” (Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 17: Produk Lerak “Sekar Tantri” milik Tri Haksanti
(sumber: dok.Pribadi)

Gambar 18: Narasumber Eppy Agus Purwoko Djati, ketua Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten Semarang. (Sumber: dok. Pribadi)

102

Gambar 19: Narasumber Sudjiwo, pengurus Dharma Wanita Persatuan
Kabupaten Semarang bidang pendidikan (Sumber: dok. Pribadi)

Gambar 20: Narasumber Ayu Setyawati, fulltimer Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten Semarang (Sumber: dok. Pribadi)
103

Gambar 21. Bersama narasumber Herlina Triyoga, pengurus Dharma Wanita
Kabupaten Semarang bidang ekonomi (Sumber: dok. Pribadi)

104

105

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal T1 152009021 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal T1 152009021 BAB II

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal T1 152009021 BAB IV

0 10 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Organisasi Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Semarang dalam Upaya Mensejahterakan Anggotanya Melalui Pendidikan Non Formal T1 152009021 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komitmen Organisasi Kelompok Wanita Tani Kota Salatiga

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Karakteristik Komunitas Virtual Terhadap Kepuasan Anggotanya

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Angka 1-10 Melalui Flanel Angka di TK A Dharma Wanita Salatiga

0 0 16

DHARMA WANITA PERSATUAN BALAI PENGKAJIAN

0 1 1

DHARMA WANITA PERSATUAN DINAS PENDIDIKAN

0 0 1