PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS (ROA) PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI” PERIODE JANUARI 2010 – DESEMBER 2014.

(1)

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO,

DAN RASIO BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS (ROA) PADA

BANK SYARIAH MANDIRI ( Periode Januari 2010 – Desember 2014)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

BUDI ARDIANSYAH NIM: F14213216

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

P ENGE

SAHA|.I

TIIU

"EI\IGUJI

Tesis Budi Ardiansyah ini telah diuji

Fada tanggal 05 "iuni 2015

Tim Penguji:

1.

Prof" Dr. F{. Burhan Djamaluddin,IvtrA (Kehra)

.2

Prof,

Dr

fT. M, R.idlwan Nasir,

MIA

(Fenguji]

3,

Ilr" H. N4uh. Fathoni Hasyim.

M.Ag

(Fengujii

n{*r\'t

\/

,

..."r,i.!.i;..,..r.i

Surabaya, 03 Juli 2015

4f

r,Rtar=

$)<:-3

.9'zfisatNo

fffiI

Wof.Dr. H. Husein Azrz,M"Ag NIP. 19560103 1985031002


(3)

(4)

” PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS (ROA)

PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI” (Periode Januari 2010 – Desember 2014)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

profitabilitas (ROA) pada PT. Bank Syariah Mandiri pada periode

Januari 2010 sampai dengan Desember 2014. Materi penelitian ini terdiri

dari factor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) yaitu antara

lain: CAR, NPF, FDR, dan BOPO serta menggambarkan pengaruh yang

paling kuat dalam meningkatkan profitabilitas (ROA) di PT. Bank

Syariah Mandiri.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data diperoleh

dengan setting alamiah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menganalisa laporan keuangan perusahaan periode Januari 2010 sampai

dengan Desember 2014. Pendekatan fenomenologi digunakan untuk

mendiskripsikan pemahaman yang mendalam dari analisis pengaruh

dalam meningkatkan profitabilitas (ROA) di PT. Bank Syariah Mandiri.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum

seluruh variabel memiliki pengaruh terhadap peningkatan profitabilitas

(ROA) pada PT Bank Syariah Mandiri


(5)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. v

PERSETUJUAN ....….………... vi

PENGESAHAN TIM PENGUJI………... vii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah.………... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah………... ... 9

C. Rumusan Masalah………... 11

D. Tujuan Penelitian………... 11

E. Kegunaan Penelitian ... 12

F. Penelitian Terdahulu ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA..…….………... ….. 16

A. Kerangka Teoritik ...……….. ... 16

B. Profitabilitas ... 24

C. Rasio Kesehatan Bank ... 25

BAB III METODE PENELITIAN………... ... 30

A. Jenis Penelitian ………... 30

B. Teknik Pengumpulan Data ……….. ... 30

C. Teknik Analisis Statistik Data ……….. 30

D. Kerangka Konseptual ... 35

E. Sistematika Penulisan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 80


(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia. Konsep perbankan dan keuangan Islam yang pada mulanya di tahun 1970-an hanya merupakan diskusi teoritis, kini telah menjadi realitas faktual yang mencengangkan banyak kalangan. Penerapan ekonomi yang Islami menjadi fenomena baru di berbagai Negara, naik di Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika. Khusus di Indonesia, ekonomi Islam mulai diterapkan dalam bentuk Institusi pada tahun 1991 dengan bentuk baitul mal wat tamwil (BMT), Pada tahun 1992 berdiri Bank Syariah pertama yaitu Bank Muamalat dan pada tahun 1999 berdiri bank syariah terbesar di Indonesia yaitu Bank Syariah Mandiri.

Perkembangan pesat tersebut dapat terlihat ketika pasca krisis moneter yang menerpa Indonesia, dimana bank syariah termasuk bank yang kokoh dalam menghadapi krisis moneter yang menerpa Indonesia. Meski merupakan system yang baru di dalam dunia jasa keuangan, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa system yang dianut dapat menjawab tantangan krisis. Maka dengan fakta tersebut, pemerintah berupaya mendorong perkembangan perbankan syariah menjadi lebih baik setiap tahunnya. Bank syariah hadir sebagai sarana alternatif jasa yang semakin lengkap untuk masyarakat Indonesia, yang mayoritasnya adalah muslim dan pada akhirnya, Perbankan Syariah dan Perbankan


(8)

2

Konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana kepada masyarakat. Dan perbedaan diantara keduanya adalah meliputi perbedaan dari asasnya, perbedaan aspek pengaturan dan pengoperasionalnya, dan perbedaan produk.

Tujuan fundamental perbankan syariah adalah untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, financial, komersial, dan investasi sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan syariah Islam. Tujuan bisnis perbankan syariah tidak berbeda dengan perbankan konvensional yaitu memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan kepada masyarakat dengan prinsip syariah.

Target utamanya adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu memberikan jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat. Tampaknya dimensi religius harus dikemukakan sebagai tujuan akhir, dalam arti bahwa peluang untuk melakukan operasi keuangan yang halal jauh lebih penting dibanding model operasi keuangan itu sendiri .

Dengan lahirnya bank Islam yang beroperasi berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternative pengganti bunga pada bank-bank konvensional, merupakan peluang bagi umat Islam untuk memanfaatkan jasa bank seoptimal mungkin, merupakan peluang karena umat Islam akan berhubungan dengan perbankan dengan tenang, tanpa keraguan dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat


(9)

3

di dalam memobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan ekonomi umat berdasarkan kepercayaan dan kepada yang berhak menerimanya.

Dalam Al Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 58 disebutkan:

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. 1

Kemudian dalam syarat transaksi sesuai syariah antara lain adalah tidak mengandung unsur kedzaliman, bukan riba, tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain, tidak ada penipuan (gharar), tidak mengandung materi-materi yang diharamkan dan tidak mengandung unsur judi (maishir). Dengan nilai tersebut maka banyak umat Islam sangat mendambakan adanya bank yang dapat menjalankan syariah Islam. Peluang tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat Islam saja tetapi juga umat non muslim, karena bank Islam dinilai terbukti mampu menjadi sarana penunjang permbangunan ekonomi yang handal dan dapat beroperasi secara sehat, karena didalam operasinya terkandung misi kebersamaan antara nasabah dengan bank. Selain itu bank Islam mampu hidup berdampingan secara serasi dan kompetisi secara sehat dan wajar dengan bank-bank konvensional yang telah ada, Karena bank Islam tidak bersifat

1

Departemen Agama RI. Al-Quran Dan Terjemahannya Bandung: CV. Penerbit J-ART. 2004


(10)

4

bank-bank konvensional yang telah ada, karena bank Islam tidak bersifat eksklusif untuk umat Islam saja, tetapi tidak ada larang bagi umat non muslim untuk melakukan hubungan dengan bank Islam. Bahkan pengelolaannya pun dapat dilakukan oleh non muslim, seperti terjadi pada bank Islam di London, Luxemburg, Switzerland, dan bank-bank asing Pakistan.

Sebaiknya ada Bank syariah dengan asset yang minimal menyamai Bank Konvensional karena dengan adanya sebuah bank besar syariah maka dapat menjadi jangkar bagi Bank Umum Syariah lainnya di Indonesia karena berdasarkan data statistik perbankan indonesia, aset Bank Umum Syariah pada November 2014 senilai Rp. 197,5 trilliun mengalami kenaikan senilai Rp. 23,5 trilliun dari periode yang sama dari tahun sebelumnya senilai Rp. 174 trilliun tetapi apabila dibandingkan dengan aset pada tahun 2013 aset yang di miliki Bank umum syariah senilai Rp. 180,36 trilliun mengalami kenaikan Rp. 42,77 triliun jika dibandingkan dengan aset pada tahun 2012. Rasio kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) per bulan November tercatat sebesar 4,86% lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,08%. rasio kecukupan modal perbankan syariah atau CAR mencapi 15,66%. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perbankan syariah pun pada November 2014 sebesar 78,22% mengalami penurunan bila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 83,88%. Jumlah bank umum syariah yang ada di Indonesia per November 2014 sebanyak 12 buah. Selain itu terdapat 22 unit usaha syariah dan 163 bank perkreditan rakyat (BPR) syariah. Fenomena yang


(11)

5

terjadi saat ini bahwa pertumbuhan ekonomi yang melambat mengimbas sektor perbankan syariah Tanah Air. Hal ini terlihat dari kinerja bank syariah milik bank BUMN. Dari 4 bank syariah BUMN, hanya 1 bank yang mengalami kenaikan laba di tahun 2014. Bank Syariah Mandiri mencetak laba hanya sebesar Rp 71,8 miliar. Bank ini mengalami penurunan laba yang cukup dalam jika dibandingkan posisi laba tahun 2013 yang mencapai Rp 810,7 miliar. Hingga 2014, aset Bank Syariah Mandiri mencapai Rp66,94 triliun atau hanya tumbuh sekitar 4,3% secara year on year dari posisi Rp64,13 triliun. Sepanjangn tahun 2014 seluruh industri perbankan termasuk perbankan syariah mengalami beragam tekanan. Pertumbuhan ekonomi melambat dari 5,8% pada 2013 menjadi 5,1% di penghujung 2014. Industri juga dihimpit beban bunga yang terus mendaki, menyusul keputusan bank sentral menaikkan BI Rate. Sejak Juni 2013 hingga saat ini, BI Rate naik 200 basis poin. Yuslam Fauzi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), menilai perlambatan ekonomi menyebabkan volume pembiayaan turut melambat dan di sisi lain, kualitas aset pembiayaan terus mengalami pemburukan. Pembiayaan syariah hingga November 2014 hanya tumbuh 9,7% menjadi Rp198,376 triliun. Ini juga level terendah dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, jumlah pembiayaan macet atau kolektabilitas tingkat lima naik 73,45% menjadi Rp5,36 triliun dan jumlah pembiayaan tidak lancar juga naik 78% sehingga NPF kotor pun terkerek. Kenaikan NPF akan membentuk biaya pencadangan sehingga ujungnya laba perbankan syariah ambles. Hingga November 2014, laba perbankan hanya Rp1,89 triliun, turun hampir separuhnya dari pencapaian tahun lalu sebesar

3

www.syariah.bisnis.com/read/20150124/232/394770/2014-tahun-istighfar-perbank an-syariah


(12)

6

Rp3,44 triliun. 3

Direktur Eksekutif Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah OJK, Ahmad Buchori, mengatakan pihaknya kini sedang menyiapkan Roadmap Perbankan Syariah sebagai arah kebijakan pengembangan perbankan syariah 2015-2019. Rencananya roadmap tersebut akan diluncurkan pada event Pasar Rakyat Syariah 2015 yang digelar 14 Juni 2015 mendatang. Ada tujuh arah kebijakan pengembangan perbankan syariah dalam roadmap tersebut. Pertama, meningkatkan sinergi hubungan antar regulator dengan membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah yang digagas oleh Bappenas. Langkah ini dilakukan untuk mendukung pengembangan perbankan syariah sebagaimana yang dilakukan oleh Malaysia melalui Malaysia International Islamic Financial Centre (MIFC). Sejak 1992 pengembangan keuangan syariah, termasuk perbankan syariah di Indonesia dilakukan secara bottom up atau dari bawah. Arah pengembangan kedua dalam Roadmap Perbankan Syariah adalah edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat agar mereka bisa langsung memanfaatkan jasa atau produk keuangan syariah. Ketiga, meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM keuangan syariah. Keempat, peningkatan modal skala usaha yang terkait pula hubungannya dengan efisiensi dan permodalan. Kelima, produk yang harus beragam, variatif dan sesuai ekspektasi dan harapan masyarakat. Buchori menilai saat ini relatif produk perbankan syariah belum banyak yang sesuai dengan harapan masyarakat. Keenam, yaitu meningkatkan sinergi antara anak usaha dan induk bank syariah. Arah pengembangan ini diperlukan agar bank induk concern terhadap pengembangan anak usahanya


(13)

7

yang berupa bank syariah. Ketujuh adalah penyempurnaan peraturan dengan meningkatkan optimalisasi dari ketentuan, aturan, dan pengawasan di OJK. 4

Berdasarkan fenomena dan pemaparan pelaku ekonomi syariah maka perlu adanya monitoring kinerja untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan suatu bank apakah dalam kategori baik/buruk, salah satunya dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan, penggunaan rasio keuangan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kinerja suatu bank baik yang konvensional maupun yang syariah. Rasio ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan bank terutama bagi pihak debitur. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat kelemahan financial bank selama periode waktu berjalan. Kelemahan yang terdapat di bank dapat segera diperbaiki, sedangkan hasil yang cukup baik untuk dipertahankan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya analisis histories tesebut dapat digunakan untuk penyusunan rencana dan kebijakan di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut yaitu likuiditas, rentabilitas, resiko usaha bank, permodalan, dan efisiensi usaha. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan suatu bank apakah dalam kategori baik/buruk, salah satunya dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan, penggunaan rasio keuangan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kinerja suatu bank baik yang konvensional maupun yang syariah. Rasio ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan bank terutama bagi pihak debitur. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat kelemahan financial bank selama periode waktu berjalan. Kelemahan yang terdapat di bank dapat segera diperbaiki, sedangkan

4


(14)

8

hasil yang cukup baik untuk dipertahankan pada waktu yang akan datang. Selanjutnya analisis histories tesebut dapat digunakan untuk penyusunan rencana dan kebijakan di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut yaitu likuiditas, rentabilitas, resiko usaha bank, permodalan, dan efisiensi usaha.

Penilaian tingkat kesehatan salah satunya menggunakan rasio profitabilitas atau disebut juga rentabilitas atau kemampuan menghasilkan laba. Rasio profitabilitas di terjemahkan sebagai kemampuan bank untuk menghasilkan laba. Umumnya dikenal 6 tolak ukur tingkat profitabilitas, yaitu Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin GPM), Assets Utilization, Return On Asset (ROA), Earnings Per Share, dan Return On Equity (ROE). Menurut tata cara penilaian tingkat kesehatan ada dua metode yang menjadi ukuran tingkat kesehatan bank dilihat dari rentabilitasnya. Dua metode itu adalah Return On Asset (ROA) dan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Dalam penelitian ini penulis menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai tolak ukur.

Dapat dilihat dari Surat Edaran Bank Indonesia No. 26 / 5 / BPPP mengenai pengukuran tingkat kesehatan yang dilakukan dengan mengkuantifikasikan CAMEL dan melihat kepatuhan pada ketentuan pemerintah. CAMEL terdiri dari faktor permodalan (capital), kualitas aktiva produktif (asset), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity). Sedangkan kepatuhan pada ketentuan pemerintah dapat dilihat daridari judgment, pemberian batas maksimum pemberian kredit (BMPK), serta posisi devisa neto.


(15)

9

Dalam CAMEL yang dibahas mengenai likuiditas sebuah bank, salah satu indikatornya adalah dengan mengukur FDR dari sebuah bank. Bank Indonesia menetapkan batas maksimum rasio pemberian kredit terhadap dana yang terhimpun atau FDR adalah maksimal 110% dan standar besar tingkat FDR yang optimal adalah 85%-110%. Semakin besar FDR maka semakin besar profitabilitas bank. Tetapi apabila FDR terlalu besar maka bank tersebut cenderung tidak likuid.

Berdasarkan analisa tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Tingkat

Profitabilitas (ROA) pada Bank Syariah Mandiri” ( Periode Januari 2010 – Desember 2014 ).


(16)

10

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

a. Penetapan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai variable yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank. Manajemen bank perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan pengembangan usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya.

b. Penetapan FDR ( Financing To Deposit Ratio ) sebagai variable yang mempengaruhi profitabilitas, FDR adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Semakian rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam pembiayaan dan sebaliknya semakin tinggi FDR, maka semakin meningkat pula profitabilitas bank menunjukkan efektifitas penyaluran dananya.

c. Penetapan NPF (Non Performing Financing) menunjukkan resiko pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah sangat buruk. NPF adalah tingkat kesehatan


(17)

11

pembiayaan yang mempengaruhi profitabilitas bank. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan. Adanya pembiayaan bermasalah dapat mengakibatkan kerugian dengan tidak adanya perolehan pendapatan dari pembiayaan yang dilepaskan.

d. Penetapan BOPO ( Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ) menunjukkan rasio yang mengukur efisiensi dan efektifitas operasional suatu perusahaan dengan cara membandingkan satu dengan yang lainnya, Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank dalam mengendalikan biaya operasionalnya.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada masalah diatas maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang diteliti yaitu:

1. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri

2. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data laporan keuangan PT Bank Syariah Mandiri periode Januari 2010 sampai dengan September 2014

3. Tempat penelitian ini adalah PT Bank Syariah Mandiri

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan–permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini dapat


(18)

12

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri?

2. Apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri?

3. Bagaimana hubungan antar variable (CAR, NPF, FDR, dan BOPO) dengan tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri.

2. Untuk mengetahui apakah CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri.

3. Untuk menemukan hubungan antara variabel CAR, NPF, FDR, dan BOPO dengan tingkat profitabilitas (ROA) pada bank Syariah Mandiri.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan penganalisaan laporan keuangan bank terutama rasio-rasio yang penting bagi bank Syariah Mandiri.


(19)

13

dapat meningkatkan efektifitas dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan.

3. Bagi masyarakat adalah memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi tentang kondisi PT Bank Syariah Mandiri.

F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Taufiq Muttaqin

Penelitian yang berjudul Pengaruh CAR, LDR, KAP dan NPL Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA) BPR Syariah Rinjani. Metode penelitian yang digunakan analisa deskriptif dengan pendekatan survey, data kuantitatif laporan keuangan BPR Syariah Rinjani.

Hasil penelitian adalah untuk uji keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara keseluruhan dari CAR, NPL, KAP dan LDR terhadap ROA BPR Syariah Rinjani sedangkan hasil penelitian individu dengan menggunakan dua subhipotesis, subhipotesis pertama diterima yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR dengan tingkat profitabilitas bank dengan besarnya total pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar 30,6% sedangkan subhipotesis keduanya ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR terhadap profitabilitas ROA BPR Syariah Rinjani.

2. Penelitian Anggi Suwandhani

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dan seberapa besar pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas bank yang dinyatakan dengan Return on Asset


(20)

14

(ROA). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode asosiatif dengan pendekatan survey. Sementara untuk menganalisis data, digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis korelasi dan analisis regresi linier sederhana sebagai alat bantu perhitungannya.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara variabel X dengan variabel Y. kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) didapat nilai sebesar 65,28% atau dengan kata lain tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh sebesar 65,28% terhadap tingkat profitabilitas bank. Uji statistic t didapat nilai t hitung sebesar 4,945 dan t table sebesar 2,160. dengan demikian nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan t table. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga potensi yang diajukan bahwa tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank dapat diterima.

3. Penelitian M. Khoirul Anam

Penelitian tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap prediksi keuntungan pada industry keuangan mikro syariah di Tangerang. Metodologi yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode purposive sampling, dari pengujian terhadap 8 rasio yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Financing Risk Ratio, Asset Utilization, Net Present Value. Hasilnya rasio NPM dan BOPO berpengaruh negatif dari signifikan pada alpha 5%.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, walaupun penulis juga menggunakan analisis secara kuantitatif, namun penulis meneliti tentang kefektifan/besar peran dan menitikberatkan


(21)

15

pada masing-masing variable independen, dalam SPSS dijelaskan bahwa variable independen juga dapat menjadi variable perantara, variable independen yang dalam fungsinya juga sebagai variable perantara untuk mengetahui seberapa besar pengaruh CAR, NPF, FDR, dan BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA) Pada Bank Syariah Mandiri.

G. Sistematika Penulisan

Bab pertama tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dengan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hasil penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang landasan teori mengenai laporan keuangan yang meliputi tinjauan umum laporan keuangan, sumber dana bank syariah, komponen – komponen laporan keuangan, definisi profitabilitas, dan rasio kesehatan bank.

Bab ketiga terkait dengan metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisis statistik data, kerangka konseptual, gambaran umum Bank Syariah Mandiri dan indikator tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri periode 2010 sampai dengan 2014.

Bab keempat mengenai pemaparan dan pembahasan hasil penelitian dan analisis data.


(22)

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teoritik

1. Laporan Keuangan Bank Syariah

Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti sektor lainnya, adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi bank yang bermanfaat dalam mengambil keputusan.

Laporan keuangan (financial statement) menyimpulkan setiap kegiatan dalam setiap bidang fungsional. Neraca mewakili kesimpulan tentang keputusan manajemen yang telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan pernyataan Laba-Rugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba (profitability) dari keputusan manajemen selama periode tertentu. Financial statements terdiri atas 5 :

a. Laporan Laba/Rugi (income statements) adalah laporan yang menggambarkan kinerja dan kegiatan usaha bank syariah pada suatu periode tertentu yang meliputi pendapatan dan beban yang timbul pada operasi utama bank dan operasi lainnya. Penyusunan laporan laba rugi didasarkan pada pendapatan dan biaya diakui secara akrual sedangkan perhitungan distribusi pendapatan/hasil usaha menggunakan dasar kas. Bank Syariah harus mampu membedakan pendapatan akrual dan


(23)

17

b. Neraca (balancesheet) berisi laporan sistematis keadaan aktiva/assets, utang/ liabilities, dan modal sendiri/owners’ equity perusahaan pada saat tertentu.

c. Laporan arus kas (statements of cash flows) merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas pada bank selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama satu periode tertentu.

d. Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan.

e. Laporan perubahan dana investasi terikat (mudharabah muqayyadah) adalah laporan dari akad mudharabah dimana shahibul maal memberikan batasan kepada mudharib mengenai tempat, cara, dan objek investasi. Laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya.

f. Pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq, dan sadaqah merupakan laporan menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo ZIS pada tanggal tertentu.

g. Laporan sumber dan penggunaan dana qard merupakan laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan dana selama suatu jangka waktu tertentu, serta saldo qard pada tanggal tertentu.


(24)

18

h. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan mengenai gambaran umum bank syariah, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya.

2. Fungsi Laporan Keuangan

Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, laporan keuangan setidaknya harus berfungsi sebagai berikut 6 :

a. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. Pihak - pihak yang berkepentingan antara lain:

1) Sahibul maal / pemilik dana 2) Kreditur

3) Pembayar zakat, infaq, dan sadaqah 4) Pemegang saham

5) Otoritas pegawai 6) Bank Indonesia 7) Pemerintah

8) Lembaga penjamin simpanan 9) Masyarakat

b. Informasi dalam menilai prospek arus kas, bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur, dan


(25)

19

dalam penerimaan kas di masa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman.

c. Informasi atas sumber daya ekonomi tentang sumber daya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut.

d. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah serta informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan pegelolaan pendapatan dana bank tersebut.

e. Informasi untuk membantu pihak terkait di dalam menentukan zakat bank atau pihak lainnya.

f. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung jawab amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan rasional.

g. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank.

3. Acuan Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan bank syariah didasarkan dari beberapa acuan yang relevan, adapun acuan tersebut adalah 7 :

a. Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

b. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Umum, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah,

7

Aristya Hesti, Diah, Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode 2005-2006), progaram S1 UNDIP, Semarang, 2010.


(26)

20

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Umum, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAKS) dan Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).

c. Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization of Islamic Financing Institutions).

4. Sumber Dana Bank Syariah

Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Dana tersebut tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu saja tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus.

Berdasarkan data empiris dana yang berasal dari para pemilik bank itu sendiri ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali pada bank hanya sebesar 7% sampai 8% dari total aktiva bank. Bahkan di Indonesia rata-rata jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh bank belum pernah melebihi 4% dari total aktiva. Ini berarti sebagian besar modal kerja bank berasal dari masyarakat, lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari bank sentral.


(27)

21

Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah memiliki sumber dana dari pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk:

a. Titipan (wadiah) yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.

b. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed account) untuk investasi umum (general investment account/ mudharabah

mutkaqoh) dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara

proporsional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut. c. Investasi khusus (special investment account/ mudharabah muqayyahdah)

dimana bank bertindak sebagai manager investasi untuk memperoleh fee, jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi itu.

Sumber dana bank syariah terdiri dari: 1. Modal inti (core capital)

Modal ini adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham, yakni pemilik bank. Umumnya modal inti terdiri dari: a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari

modal perusahaan adalah saham.

b. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.


(28)

22

c. Laba ditahan, yaitu dana yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham namun ditanam kembali di dalam bank untuk menambah dana modal lebih lanjut.

2. Kuasi ekuitas (mudharabah account)

Bank menghimpun dana bagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:

a. Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted investement account), simpanan diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu.

b. Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebaai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka kehendaki.


(29)

23

c. Rekening tabungan mudharabah, prinsip ini digunakan untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah adalah dananya harus dalam bentuk uang (monetary form) dalam jumlah tertentu dan diserahkan kepada mudharib.

3. Titipan (wadiah) atau Simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit) Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank yang umumnya berupa giro atau tabungan:

a. Rekening giro wadiah, dalam hal ini bank Islam menggunakan prinsip

wadiah yad dhamanah. Bank sebagai custodian yang menjamin

kembali simpanan wadiah, dana tersebut dapat digunakan untuk kegiatan usaha dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh. Bank tidak boleh menjanjikan imbalan atau keuntungan kepada pemegang rekening wadiah dan pemilik rekening pun tidak boleh meminta imbalan atau keuntungan tersebut karena setiap imbalan atau keuntungan yang diperjanjikan dapat dianggap riba, namun bank dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah) kepada pemilik dana. b. Prinsip wadiah yad dhamanah juga dipergunakan oleh bank dalam

mengelola jasa tabungan, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. 8

8

Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.


(30)

24

B.Profitabilitas

Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank

dalam menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset.

Menurut Karya dan Rakhman, tingkat profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik diukur dari rasio laba terhadap asset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha Syariah. Rasio rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. ROA merupakan rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba bank syariah. ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak. 9


(31)

25

C.Rasio Kesehatan Bank

Kesehatan Bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor faktor sebagai berikut:

a. Permodalan (capital)

b. Kualitas Aset (asset quality) c. Manajemen (management) d. Rentabilitas (earnings) e. Likuiditas (liquidity)

f. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (sensitivity to risk market) 10

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) wajib memelihara tingkat kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas manajemen yang menggambarkan kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap Prinsip Syariah dan prinsip manajemen Islami, serta aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan UUS.

Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia untuk menggunakan bank syariah masih terbilang rendah, saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bank konvensional. Maka selain perlunya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keberadaan bank syariah, diperlukan

10

Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 yang diakses dari http://www.bi.go.id tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.


(32)

26

pula penilaian tingkat kesehatan bank syariah agar masyarakat mengetahui kinerja suatu bank syariah. Bank yang sehat adalah bank yang mampu menjalankan usahanya dengan lancar, sanggup memenuhi kewajibannya dan menjamin dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank tersebut aman serta mampu mengembangkan sumber daya yang sudah dipercayakan pemilik pada manajemen.

Hasil penilaian kondisi bank dapat digunakan sebagai sarana untuk menetapkan strategi usaha di masa mendatang oleh bank, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi pengawasan perbankan.

Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya peraturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang benar-benar sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana.


(33)

27

Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis, sehingga sistem penilaian tingkat kesehatan bank juga harus disesuaikan dengan kondisi yang senantiasa berubah agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya baik pada saat ini maupun pada masa mendatang. Penilaian kondisi bank meliputi penyempurnaan pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif serta penambahan penilaian faktor bilamana diperlukan. 11

Berdasarkan Prinsip Syariah, tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui:

1. Penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar.

2. Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen.

Penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. Permodalan (Capital)

a. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko.

b. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.

11

Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.


(34)

28

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

a. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti. b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Manajemen (Management)

a. kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS.

b. kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.

4. Rentabilitas (Earnings)

a. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi.

b. diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.


(35)

29

5. Likuiditas (Liquidity)

a. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.

b. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

6. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)

a. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar.

b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar. 12

Faktor finansial atau keuangan adalah penilaian kualitatif melalui penilaian kuntitatif dan kualitatif mengenai Aspek Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Asset Quality), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity) dan Solvabilitas. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah melalui analisis rasio keuangan dari Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, dan Likuiditas. Analisis rasio-rasio tersebut digunakan penulis sebagai teknik analisis data untuk menilai tingkat kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2009-2011. Proses penilaian Peringkat Faktor Finansial dilaksanakan dengan pembobotan atas nilai peringkat Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar.

12


(36)

78

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data yang telah penulis lakukan pada bagian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan kontribusi sebesar 95,2%. Sementara itu sisanya sebesar 4,8% merupakan kontribusi variabel yang tidak disertakan dalam penelitian ini. 2. CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara parsial memberikan pengaruh terhadap

ROA. Koefisien t hitung BOPO sebesar -7,279 dengan signifikansi  = 0,748

memenuhi persamaan thitung (7,279) > ttabel (2,85); sig (0,000) < 0,05 memberikan

kesimpulan bahwa pengaruh FDR terhadap ROA signifikan, sementara itu BOPO memiliki pengaruh parsial yang signifikan terhadap ROA.

3. Hubungan antara CAR, NPF, FDR, dan BOPO dengan ROA memiliki karakteristik yang berbeda. CAR, NPF, dan BOPO berkorelasi negatif dengan ROA sehingga sifat korelasinya berlawanan arah. Artinya pergerakan masing-masing indikator CAR, NPF, BOPO mendorong pergerakan ROA ke arah yang berlawanan (kenaikan CAR, NPF, atau BOPO menyebabkan penurunan ROA). Koefisien t hitung FDR sebesar 1,701 dengan signifikansi =

0,110 memenuhi persamaan thitung (1,701) < ttabel (2,85); sig (0,110) > 0,05


(37)

79

korelasinya searah. Artinya perubahan FDR akan menyebabkan perubahan ROA ke arah yang sama (FDR naik ROA naik).

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut di atas maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. PT. Bank Syariah Mandiri mempertahankan tingkat efisiensi operasional yang tercermin dari BOPO karena merupakan indikator yang mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap ROA. Di sisi lain pihak bank hendaknya tetap mempertahankan tingkat rasio-rasio kesehatan agar tetap berada di bawah standar ideal yang ditetapkan Bank Indonesia mengingat secara keseluruhan variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang tinggi terhadap tingkat profitabilitas.

2. Mempertimbangkan bahwa terdapat faktor-faktor penentu profitabilitas selain indikator-indikator dalam penelitian ini yang tidak dapat diukur secara kuantitatif (sensitifitas terhadap risiko pasar dan kepatuhan manajemen), hendaknya investor di bidang perbankan atau penanam modal tidak terpaku pada indikator-indikator finansial dan mempertimbangkan aspek-aspek manajerial mengingat hal tersebut sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan kajian mendalam dengan melakukan pengembangan yang mencakup analisis terhadap faktor-faktor non kuantitatif sebagaimana pada poin 2 dan dikombinasikan dengan aspek-aspek


(38)

80

finansial untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif terkait dengan profitabilitas bank.


(39)

81

DAFTAR PUSTAKA

Algaoud, L. M & Lewis, M. K Alih bahasa oleh Wirasubrata, B, 2007. Perbankan Syariah. Jakarta : Penerbit Serambi.

Aristya Hesti, Diah, Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode

2005-2006), Program S1 UNDIP, Semarang, 2010.

Hasan, M. Iqbal, 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Bogor, Penerbit Ghalia Indonesia

Hermawan Darmawi, 2011, Manajemen Perbankan, Jakarta, Penerbit Bumi Aksara.

Imam Ghozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Lukman Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan, Ghalila Indonesia, Jakarta. Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep,

dan Aplikasi, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumitro, Warkum, 2004. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank syariah : Dari teori ke praktik. Jakarta : Penerbit Gema Insani, hal. 256

Triandanu, Sigit dan Totok Budisantoso, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. edisi 2, Jakarta: Penerbit Salemba .

Peraturan Perundang-undangan:

UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, http://www.bi.go.id.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.


(1)

28

2.

Kualitas Aset (

Asset Quality

)

a. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif

bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah inti.

b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (

review

) internal,

sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif

bermasalah.

3.

Manajemen (

Management

)

a.

kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama

pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS.

b.

kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen

kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap

prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi

sosial.

4.

Rentabilitas (

Earnings

)

a.

kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung

ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi.

b.

diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk

mendapatkan

fee based income

, dan diversifikasi penanaman dana,

serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan

biaya.


(2)

29

5.

Likuiditas (

Liquidity

)

a.

kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity

mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.

b.

kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber

pendanaan, dan stabilitas pendanaan.

6.

Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (

Sensitivity to Market Risk

)

a.

kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai

akibat fluktuasi nilai tukar.

b.

kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

12

Faktor finansial atau keuangan adalah penilaian kualitatif melalui

penilaian kuntitatif dan kualitatif mengenai Aspek Permodalan (

Capital

),

Kualitas Aset (

Asset Quality

), Rentabilitas (

Earnings

), Likuiditas (

Liquidity

)

dan Solvabilitas. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menilai

tingkat kesehatan bank adalah melalui analisis rasio keuangan dari Faktor

Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, dan Likuiditas. Analisis rasio-rasio

tersebut digunakan penulis sebagai teknik analisis data untuk menilai tingkat

kesehatan PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 2009-2011. Proses penilaian

Peringkat Faktor Finansial dilaksanakan dengan pembobotan atas nilai

peringkat Faktor Permodalan, Kualitas Aset, Rentabilitas, Likuiditas, dan

Sensitivitas terhadap Risiko Pasar.


(3)

78

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data yang telah penulis lakukan pada

bagian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.

CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap ROA dengan kontribusi sebesar 95,2%. Sementara itu sisanya sebesar

4,8% merupakan kontribusi variabel yang tidak disertakan dalam penelitian ini.

2.

CAR, NPF, FDR, dan BOPO secara parsial memberikan pengaruh terhadap

ROA. Koefisien t

hitung

BOPO sebesar -7,279 dengan signifikansi

= 0,748

memenuhi persamaan t

hitung

(7,279) > t

tabel

(2,85); sig (0,000) < 0,05 memberikan

kesimpulan bahwa pengaruh FDR terhadap ROA signifikan, sementara itu

BOPO memiliki pengaruh parsial yang signifikan terhadap ROA.

3.

Hubungan antara CAR, NPF, FDR, dan BOPO dengan ROA memiliki

karakteristik yang berbeda. CAR, NPF, dan BOPO berkorelasi negatif dengan

ROA sehingga sifat korelasinya berlawanan arah. Artinya pergerakan

masing-masing indikator CAR, NPF, BOPO mendorong pergerakan ROA ke

arah yang berlawanan (kenaikan CAR, NPF, atau BOPO menyebabkan

penurunan ROA). Koefisien t

hitung

FDR sebesar 1,701 dengan signifikansi =

0,110 memenuhi persamaan t

hitung

(1,701) < t

tabel

(2,85); sig (0,110) > 0,05


(4)

79

korelasinya searah. Artinya perubahan FDR akan menyebabkan

perubahan

ROA ke arah yang sama (FDR naik ROA naik).

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut di atas maka peneliti dapat

memberikan saran sebagai berikut :

1.

PT. Bank Syariah Mandiri mempertahankan tingkat efisiensi operasional

yang tercermin dari BOPO karena merupakan indikator yang mampu

memberikan dampak yang signifikan terhadap ROA. Di sisi lain pihak bank

hendaknya tetap mempertahankan tingkat rasio-rasio kesehatan agar tetap

berada di bawah standar ideal yang ditetapkan Bank Indonesia mengingat

secara keseluruhan variabel-variabel tersebut memberikan kontribusi yang

tinggi terhadap tingkat profitabilitas.

2.

Mempertimbangkan bahwa terdapat faktor-faktor penentu profitabilitas

selain indikator-indikator dalam penelitian ini yang tidak dapat diukur secara

kuantitatif (sensitifitas terhadap risiko pasar dan kepatuhan manajemen),

hendaknya investor di bidang perbankan atau penanam modal tidak terpaku

pada indikator-indikator finansial dan mempertimbangkan aspek-aspek

manajerial mengingat hal tersebut sangat bergantung pada kondisi ekonomi

makro.

3.

Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan kajian mendalam dengan

melakukan pengembangan yang mencakup analisis terhadap faktor-faktor non

kuantitatif sebagaimana pada poin 2 dan dikombinasikan dengan aspek-aspek


(5)

80

finansial untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif terkait dengan

profitabilitas bank.


(6)

81

DAFTAR PUSTAKA

Algaoud, L. M & Lewis, M. K Alih bahasa oleh Wirasubrata, B, 2007.

Perbankan Syariah

. Jakarta : Penerbit Serambi.

Aristya Hesti, Diah,

Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal,

Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Dan Likuiditas Terhadap Kinerja

Keuangan (Studi Pada Bank Syariah Di Indonesia Periode

2005-2006)

, Program S1 UNDIP, Semarang, 2010.

Hasan, M. Iqbal, 2002.

Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan

Aplikasinya

. Bogor, Penerbit Ghalia Indonesia

Hermawan Darmawi, 2011,

Manajemen Perbankan

, Jakarta, Penerbit Bumi

Aksara.

Imam Ghozali. 2009.

Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS

, Edisi

4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Lukman Dendawijaya. 2009.

Manajemen Perbankan

, Ghalila Indonesia, Jakarta.

Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin, 2010,

Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep,

dan Aplikasi

, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006,

Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

,

Edisi 5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Sugiyono, 2005,

Metode Penelitian Kualitatif

, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sumitro, Warkum, 2004.

Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga

Terkait

, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001.

Bank syariah : Dari teori ke praktik

.

Jakarta : Penerbit Gema Insani, hal. 256

Triandanu, Sigit dan Totok Budisantoso, 2006.

Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya

. edisi 2, Jakarta: Penerbit Salemba .

Peraturan Perundang-undangan:

UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

,

http://www.bi.go.id

.

Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan

Bank

Umum

Berdasarkan

Prinsip

Syariah

.


Dokumen yang terkait

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 98 90

Analisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadapa Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – De

0 4 163

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Non Performing Financing, Capital Adequacy Ratio, Financing to Deposit Ratio, dan Biaya operasional Pendapatan Operasional Terhadap Return on Assets Pada Bank Syariah Yang Terdaftar Di BEI

1 5 60

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA.

3 26 41

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN BIAYA OPERASIONAL PADA PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PERBANKAN (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2014) SKRIPSI

0 0 120

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL PADA PENDAPATAN OPERASIONAL, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PEFORMING FINANCING, DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016

0 0 128

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA PERIODE 2014-2

0 0 36