Analisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadapa Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – De
ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF), BIAYA OPERASIONAL TERHADAPA PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO),
CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LABA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE SEPTEMBER 2009 – DESEMBER
2013 Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : RENDY KAMAL
109084000004
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Rendy Kamal
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 20 Oktober 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Ciekek Masjid 1 RT/RW 02/01 No. 1 Kecamatan Majasari, Pandeglang - Banten Telepon/Handphone : 0856-9565-5933
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Email : [email protected]
Facebook : Kemel Renz
Twitter : @keemmeell
PENDIDIKAN
1. 1997 – 2003 : SD Negeri 4 Pandeglang
2. 2003 – 2009 : MTS Darul Arqam Muhammadiyah Garut –
(7)
Abstract
This study aimed to analyze the influence of non-performing financing (NPF), operating expenses to operating income (BOPO), capital adequacy ratio (CAR) and the Indonesian sharia bank certificates (SBIS) against income of Islamic Banking in Indonesia. The data used in this study are monthly time series data from the period 2009 to 2013 published by Bank Indonesia from Indonesian Financial Statistics Report. The method of analysis used in this study is Ordinary Least Square (OLS).
These results indicate that the variable non-performing financing (0.0187) and operating expenses to operating income (0.0313) had a significant effect on the profit Islamic banking in Indonesia. While the variable capital adequacy ratio (0.1902) and the Indonesian sharia bank certificates (0.8955) had no significant effect on the profit of Islamic banking in Indonesia.
Keywords: Non-Performing Financing (NPF), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) The Indonesian Sharia Bank Certificates (SBIS) and Islamic Banking Income. Ordinary Least Square (OLS).
(8)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh non performing financing (NPF), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), capital adequacy ratio (CAR) dan sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) terhadap Laba Perbankan Syariah di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu bulanan dari periode tahun 2009 sampai tahun 2013 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari Laporan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel non performing financing (0.0187) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (0.0313) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan variabel capital adequacy ratio (0.1902) dan sertifikat bank indonesia syariah (0.8955) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci : Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Laba Perbankan Syariah. Ordinary Least Square (OLS)
(9)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah Hirabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga masih dapat merasakan nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat panjang umur dan nikmat sehat wal’afiat serta telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada kesejahteraan, keadilan, keberkahan dan kesempurnaan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa risalah, panglima besar islam, penyampai amanah dan pemberi nasihat kepada umat manusia serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh maupun sholehah yang diridhoi Allah SWT.
Hanya karena rahmat, karunia dan keridhaan-Nya penulis memiliki kekuatan, kemauan, kesabaran, kesempatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Laba Perbankan Syariah di Indonesia Periode September 2009 – Desember 2013”, dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun, didalam lubuk hati yang paling mendalam penulis berharap semoga skripsi ini sedikit banyaknya mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi banyak orang.
(10)
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini :
1. Spesial untuk kedua orang tua saya tercinta yaitu Papah dan Mamah yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, cinta, doa, nasihat dan motivasi untuk putramu selama ini. Tetesan keringat, air mata dan helaan nafas kalian merupakan dukungan terbesar untuk memberikan yang terbaik kepada Papah dan Mamah. Mudah-mudahan atas izin Allah SWT Rendi selalu dapat menjadi anak kebanggaan Papah dan Mamah, dapat selalu mengukir senyum Papah dan Mamah. Doa Papah dan Mamah lah yang selama ini mengiringi langkah rendi mengarungi kehidupan. Terima kasih pah, mah, rendi sayang papah mamah dan ingin membuat bahagia papah mamah dengan cara rendi sendiri. Semoga lindungan kasih semesta bersama papah mamah dan juga selalu mendapat kesehatan dan keberkahan dari Allah SWT. Amin
2. Terima kasih kepada orang tua “kedua” saya, Abdullah Rofiq di Garut. Terima kasih telah mengurus Rendi selama 6 tahun di Garut. Walaupun hampir setiap hari mendengar kenakalan dari rendi tapi mamang tidak pernah sekalipun marah dan hanya memberi nasehat agar tidak mengulangi lagi. Mamang suka kasih pesan kalau bandel berkelas itu bandel yang tidak narsistik. Berani bertanggung jawab dan tidak merugikan yang lemah. Terima kasih mang opiq, semoga selalu mendapat kesehatan dan keberkahan dari Allah SWT. Amin
3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta sekaligus sebagai dosen metodologi penelitian yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini. 4. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bapak Zuhairan Y.
Yunan, SE, M.Sc. Semoga bapak bisa membawa IESP menjadi lebih baik lagi dari segala sisi ke depannya. Amin
(11)
kalau selama ini saya selalu buat ibu jengkel maupun kesel bahkan setiap bimbingan akademik selalu telat. Semoga bu fitri selalu mendapat kesehatan dan keberkahan dari Allah SWT. Amin
6. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan mau meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi arahan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi serta sebagai penggagas @Sinlammim dan @tujuhqur’an. Terima kasih banyak Pak Roy, Semoga Allah SWT selalu melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat wal’afiat dan nikmat panjang umur serta kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Amin Ya Allah
7. Bapak Ali Rama, M.Ec selaku Dosen Pembimbing II yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Pak Ali semoga Allah SWT selalu melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat wal’afiat serta nikmat panjang umur dan selalu mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Amin Ya Allah
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang saya tidak dapat sebut satu persatu namanya. Namun tidak mengurangi rasa hormat saya, yang selama ini telah sabar dan banyak membantu perjalanan akademis selama di UIN, mudah-mudahan segala kebaikan Bapak Ibu dibalas oleh Allah SWT.
9. Kepada kakak-kakak dan adikku yang selalu membuat ramai suasana rumah. Kepada a Toni yang selalu melindungi saya dari marahnya papah, cepet nikah biar ada yang ngurus, buat teh Pipi dan keluarga kecilnya, dede AL dan a Alfan, buat Dea moga lulus kedokteran tahun ini buat bangga mamah papah. 10. Kepada keluarga besar beasmartfriend 1426 Darul Arqam Garut. Hatur nuhun
telah mewarnai hidup kemel dengan tawa dan canda selama ini. Selalu ada ruang buat keluarga seperti kalian, sampai nanti, sampai mati. Semesta tak pernah salah mengumpulkan manusia gila dalam satu kelompok.
(12)
11. Kepada barudak IKADAM Jabodetabek. Terima kasih telah banyak memberi masukan dan informasi untuk bisa hidup di Jakarta selama ini. Semoga makin sering lagi maen futsal dan diskusi bareng lagi kaya dulu.
12. Kepada para berandalan tak tau diri yang selalu menggangu waktu santai dikosan : Mawan abul (bos kepala suku), Candra (ladang pembantaian PES dikosan), Sarul Pras (insiden CNI bergoyang ga akan terlupakan), Alvin sang penghujat kepalsuan, Kokoh panda, Wildan (penemu tas warung), Rifqi GEDE, Andre kibo, Armen hercules, Sandy somay, Udin beksi, Jeki animal, Ajis, Nanda awak (si pemburu predator), Diki jhon (buronan dosen), Alfi galers, Nyamer, Tora, Fikri Boxir dan sang veteran Hafa. Percuma ganteng atau cantik kalo belum berkawan dengan komplotan rampok yang penuh kasih sayang ini.
13. Kepada para Celup Girl’s : Nisa, Dila, Iyta, Yanne, Dita, Wida. Semoga paras tak bertopeng dan hati secantik bidadari memenuhi senja abadi kalian
14. Kepada seluruh teman-teman IESP 2009 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya kepada teman-teman. Kita dulu punya slogan “We Will Always Together”.
Saya berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Kritik dan saran dari para pembaca untuk skripsi ini sangatlah diharapkan. Kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih.
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
(13)
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 16
C. Tujuan Penelitian ... 17
D. Manfaat Penelitian ... 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19
A. Konsep Dasar Ekonomi Islam ... 19
B. Perbankan Syariah ... 22
1. Definisi Bank Syariah ... 22
2. Tujuan Bank Syariah ... 23
3. Prinsip Bank Syariah ... 25
4. Fungsi dan Peranan Bank Syariah ... 25
5. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ... 26
6. Akad – Akad Dalam Perbankan Syariah ... 28
7. Produk dan Jasa Dalam Perbankan Syariah ... 30
C. Laba ... 39
D. Non Performing Financing (NPF) ... 45
E. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 48
(14)
G. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ... 50
H. Keterkaitan Antar Variabel ... 55
1. Keterkaitan Antara Non Performing Financing (NPF) Dengan Laba .. 55
2. Keterkaitan Antara Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Dengan Laba ... 57
3. Keterkaitan Antara Capital Adequacy Ratio (CAR) Dengan Laba .... 58
4. Keterkaitan Antara Sertifikat Bank Indonesia Bank Syariah (SBIS) Dengan Laba ... 60
I. Penelitian Terdahulu ... 61
J. Kerangka Berpikir ... 69
K. Hipotesis ... 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 73
A. Ruang Lingkup Penelitian... 73
B. Metode Penentuan Sampel ... 73
C. Metode Pengumpulan Data ... 74
D. Metode Analisis Data ... 75
1. Uji Asumsi Klasik ... 77
a. Uji Normalitas ... 77
b. Uji Multikolinearitas ... 78
c. Uji Heterokedastisitas ... 79
d. Uji Autokorelasi ... 80
2. Pengujian Hipotesis Statistik ... 83
a. Uji Parsial (Uji-t) ... 83
b. Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F) ... 84
3. Uji Koefisiean determinasi (R2) ... 84
E. Operasional Variabel Penelitian ... 85
1. Variabel Dependen ... 85
2. Variabel Independen ... 85
(15)
3. Visi dan Misi Perbankan syariah ... 92
4. Perkembangan Laba ... 93
5. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) ... 96
6. Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 98
7. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 100
8. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)... 102
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 104
1. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ... 104
a. Uji Normalitas ... 105
b. Uji Multikolinearitas ... 107
c. Uji Heterokedastisitas ... 108
d. Uji Autokorelasi ... 109
2. Pengujian Hipotesis Statistik ... 111
a. Uji Parsial (Uji t) ... 113
b. Uji F ... 118
3. Koefisien Determinasi (R2) ... 118
C. Analisis Ekonomi ... 119
1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Laba ... 119
2. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Laba ... 119
3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Laba ... 121
4. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Laba .. 122
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Implikasi ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... ix
(16)
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 Komposisi Laba, NPF, BOPO, CAR & SBIS Periode 2009 – 2013 di Indonesia ... 7
2.1 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional... 26
2.2 Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di Bank Syariah... 46
2.3 Penelitian Terdahulu... 65
4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera ... 106
4.2 Hasil Uji Correlaion matrix ... 107
4.3 Hasil Uji White Heterokedasticity ... 109
4.4 Hasil Uji Langrange Multiple Test (LM-Test) ... 110
(17)
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
1.1 Perkembangan Aset Periode Oktober 2008 – Maret 2009 ... 4
1.2 Perkembangan Laba Periode 2009 – 2013 ... ... 9
1.3 Perkembangan NPF Periode 2009 – 2013 ... ... 11
1.4 Perkembangan BOPO Periode 2009 – 2013 ... ... 12
1.5 Perkembangan CAR Periode 2009 – 2013 ... ... 13
1.6 Perkembangan SBIS Periode 2009 – 2013 ... ... 15
2.1 Kerangka Berpikir ... 69
4.1 Perkembangan Laba Periode 2009 – 2013 ... 94
4.2 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Periode 2009 – 2013. ... 96
4.3 Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Periode 2009 – 2013 ... 99
4.4 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Periode 2009 – 2013 ... 101
4.5 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Periode 2009 – 2013 ... 103
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1 Data Penelitian September 2009 – Desember 2013 ... xvi
2 Uji Normalitas ... xix
3 Uji Multikolinearitas ... xix
4 Uji Heterokedastisitas ... xx
5 Uji Autokorelasi ... xx
(19)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut Ekonomi Islam, semakin populer bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan melihat, islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor hambatan dalam pembangunan. Penganut paham liberalisme menilai bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila dibebaskan dari nilai-nilai normatif dan rambu-rambu ilahi (Antonio, 2001; 5).
Menurut Mochamad (2010 ; 8) kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan kebutuhan dan tuntutan kehidupan disamping itu juga terdapat dimensi ibadah. Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam bertujuan untuk :
1. Memenuhi kebutuhan hidup individu secara cukup dan sederhana 2. Memenuhi kebutuhan keluarga
3. Memenuhi kebutuhan jangkan panjang
4. Memberikan sumbangan dan bantuan sosial menurut jalan Allah SWT
Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional dapat diharapkan mendorong perkembangan perekonomian suatu negara. Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah kesejahteraan ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan
(20)
yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil dan pelayanan yang efektif (Setiawan, 2006; 16).
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Sitem perbankan konvensional seperti yang kita ketahui menggunakan bunga (interest) sebagai landasan operasionalnya. Berbeda halnya dengan perbankan konvensional yang menggunakan bunga sebagai landasan operasionalnya, sistem perbankan syariah menggunakan prinsip bagi hasil sebagai landasan dasar bagi operasionalnya secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan kaidah mudhrabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan, pengertian mudharabah pada pasal 1 butir 5 PBI tersebut adalah “perjanjian antara penanaman dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya”.
(21)
Melihat perkembangan perbankan syariah di Indonesia maka perlu dibentuk sebuah regulasi baru untuk mengaturnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan UU no.21 tahun 2008 yang mengatur tentang perbankan syariah. Sedangkan untuk menilai kesehatan bank syariah, bank indonesia menetapkan regulasi yang mengatur bagaimana cara menilai kesehatan sebuah bank syariah. Bank indonesia telah menetapkan peraturan bank indonesia no. 9/1PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah. Faktor-faktor yang di nilai antara lain : permodalan (capital), kualitas aset (assetquality), manajemen (management), rentabilitas (earning) likuIditas (liquidity) sensitivitas terhadap resiko pasar ( sensitivity to market risk). (Edhi Satriyo Wibowo, 2012:3).
Krisis global dunia yang terjadi pada tahun 2008 pun memberi dampak pada dunia perbankan Indonesia, dikarenakan eksposure pembiayaan perbankan yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik. Akan tetapi perbankan syariah tidak terlalu terkena dampak dari krisis global 2008. Ada dua faktor yang dinilai telah „menyelamatkan’ bank syariah dari dampak langsung guncangan sistem keuangan global yaitu belum memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi. Terbukti selama 2 bulan pertama di tahun 2009 jaringan pelayanan bank syariah mengalami penambahan sebanyak 45 jaringan kantor. Hingga saat ini sudah ada 1492 kantor cabang bank konvensional yang memiliki layanan syariah (Bank indonesia, 2009). Ini bisa dilihat dari pertumbuhan aset perbankan syariah selama periode oktober 2008 – maret 2009.
(22)
Grafik 1.1
Perkembangan Aset Perbankan Syariah (Milyar Rp) Periode Oktober 2008 – Maret 2009
Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah
Dijelaskan pada grafik di periode oktober 2008 sampai februari 2009 aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan walaupun sedikit menurun pada bulan maret. Hal ini membuktikan bahwa krisis global pada 2008 tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.
Kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai dengan februari 2009 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Non Performing Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah per februari 2009 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 33,3% pada februari 2008 menjadi 47,3% pada februari 2009. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp 40,2 triliun.
(23)
NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank, dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. (Purwanto, 2011:32)
Menurut Dendawijaya (2000:23) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasional. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh pada kontrak mudharabah salah satunya bergantung pada pendapatan bank.
Bank diharuskan untuk efisien dalam biaya operasional agar tingkat pendapatan laba semakin tinggi. Selain itu juga bank harus efisien agar bunga kredit ke nasabah rendah. Otomatis jika bank efisien bunga yang dibebankan akan semakin rendah, artinya semakin banyak kredit yang disalurkan kepada pelaku dunia usaha untuk melakukan ekspansi usahanya.
Faktor internal yaitu variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah, semakin tinggi CAR maka
(24)
semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap aktiva yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Tingginya rasio modal dapat melindungi depposan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank, dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan suatu bank.
Sedangkan kebijakan moneter dalam perekonomian modern merupakan variabel ekonomi yang signifikan dalam menciptakan kestabilan ekonomi suatu negara. jika dihubungkan dengan instrumen perbankan, dimana fungsi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai instrumen pengendali moneter melalui pengawasan terhadap kinerja bank umum. Hanya saja dikarenakan bahwa perbankan syariah umumnya berusaha untuk menghindari semaksimal mungkin berbagai unsur magrib (Maysir, Gharar, Ribawi) dimana SBI yang menggunakan sistem bunga yang berdasarkan atas diskonto, maka muncullah yang dianamakan dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berfungsi untuk menyerap kelebihan likuiditas (memenuhi kewajiban jangka pendek) didalam perbankan, tetapi pada tanggal 31 maret 2008 diganti dengan Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS) yang menggunakan akad juallah (Statistik Perbankan Syariah).
Disamping SBIS bank syarih juga memberikan kepada masyarakat luas untuk menyimpan dana dan memperoleh pembiayaan serta perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
(25)
Jika diamati, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia memang cukup mengesankan dibandingkan sejak awal berdirinya bank syariah pertama di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu Laba, NPF, BOPO, CAR dan SBIS berdasarkan data Bank Indonesia pada periode September 2009 sampai dengan Desember 2013 perkembangan instrument laba perbankan syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya dan dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Perkembangan Laba, Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR)
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) periode September 2009 – Desember 2013
Tahun Laba
(Milyar Rp)
NPF (%)
BOPO (%)
CAR (%)
SBIS (Milyar Rp)
2009 791 4,01 84,39 10,77 3076
2010 1051 3,02 80,54 16,25 5408
2011 1475 2,52 78,41 16,63 9244
2012 2645 2,22 74,75 14,13 4993
2013 3230 3,08 78,21 14,20 6699
(26)
Dapat dilihat dari Tabel 1.1 diatas perkembangan laba bank syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya walaupun masih. Hal ini menunjukkan indikasi positif yang ditinjau dari kemajuan pencapaian visi pengembangan yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga percepatan peningkatan laba bank syariah akan lebih mudah untuk tercapai. Kemudian perkembangan laba yang cukup stabil dengan pola kenaikan yang konsisten menunjukkan perkembangan laba bank syariah merupakan keunggulan bagi performa bank syariah di Indonesia.
Jika dilihat, pada tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perbankan syariah akibat dampak dari kenaikan harga minyak dunia serta krisis keuangan yang bermula dari permasalahan subrime mortgage telah mengganggu stabilitas keuangan, baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang yang terjadi di tahun 2008. Walaupun telah memberikan imbas terhadap ketahanan sistem keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mempengaruhi industri perkembangan syariah. Disamping itu, industri perkembangan syariah dapat mengahadapi tekanan yang cukup berarti dengan daya tahan sangat baik hingga dapat menigkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah yang terus berjalan efektif. Terbukti dari kenaikan laba perbankan syariah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari akhir tahun 2009 dimana laba perbankan syariah dari 791 milyar rupiah hingga mencapai 1.475 milyar rupiah pada tahun 2011.
(27)
Pada tahun 2013, laba perbankan syariah meningkat menjadi 3.230 milyar rupiah. Hal ini disebabkan oleh kinerja sektor riil yang membaik dan aktivitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat. Selain itu dengan mulai ekspansinya bank umum syariah baru yang berdiri ditahun sebelumnya..
Grafik 1.2
Perkembangan Laba Perbankan Syariah Tahun 2009 – 2013
Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah
Pergerakan laba perbankan syariah ini tidak lepas dari beberapa indikator yang mempengaruhinya yaitu Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Perkembangan laba perbankan syariah tidak lepas dari variabel NPF untuk melihat bagaimana kinerja kesehatan kredit macet perbankan syariah, maka dapat digunakan indikator NPF sebagai acuan. Besar kecilnya NPF dapat mempengaruhi kinerja perbankan
(28)
syariah. Semakin rendah nilai NPF maka kinerja perbankan syariah semakin baik. Sebaliknya, jika nilai NPF semakin tinggi maka kinerja perbankan syariah semakin buruk. Rata-rata NPF pada perbankan syariah mencapai 3-4% (BI, Desember 2011:36). Ini menunjukkan bahwa NPF menurun maka akan meningkatkan laba perbankan syariah yang sangat menggembirakan dalam menjalankan kegiatan perbankan syariah.
Pada kolom Non Performing Financing (NPF) terlihat bahwa nilai NPF semakin mengecil setiap tahunnya. Besar kecilnya NPF dapat mempengaruhi kinerja perbankan. Rata-rata NPF pada perbankan syariah di Indonesia mencapai 3-4% (BI, Januari 2013:38). Dengan nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat laba yang dihasilkan menjadi ikut meningkat. Nilai pembiayaan non lancar yang paling besar terjadi pada akhir tahun 2009 yang mencapai 4,01% dan terendah pada 2012 mencapai angka 2,22%. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dijelaskan bahwa NPF sangat mungkin untuk mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap risiko pembiayaan menemukan pembiayaan non lancar, jika ingin meningkatkan pembiayaan kepada masyarakat, pembiayaan yang tergolong non lancer pun sangat mungkin untuk ikut meningkat. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan standar berupa perbandingan persentase kategori tingkat pembiayaan non lancar dengan maksud, agar bank tidak perlu ragu dalam
(29)
meningkatkan layanan jasa pembiayaan kepada masyarakat, karena yang diperhatikan adalah bukan nominal melainkan perbandingannya yang kecil
Grafik 1.3
Perkembangan NPF Perbankan Syariah Tahun 2009 – 2013
Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah
Dalam kolom Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dapat dilihat masih adanya fluktuasi. Perkembangan BOPO terus menurun namun cenderung stabil dengan kisaran persentase sekitas 85% hinggan 74%. Rasio BOPO sempat meningkat hingga 84,39% pada bulan akhir 2009 . Hal ini dikarenakan tingkat efisiensi pada biaya operasional bank yang kurang efisien yang kemudian akan berdampak pada laba perbankan. BOPO dalam Perbankan syariah terus mengalami penurun setiap tahunnya dikarenakan perbankan syariah mulai menerapkan efisiensi yang efektif pada pengeluaran operasional sehingga meningkatkan pula laba perbankan syariah. BOPO sempat mencapai angka terendah pada periode 2012 sebesar 74,75% terlihat karena pendapatan
(30)
operasional perbankan syariah dalam periode laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, namun sempat mengalami kenaikan hingga sebesar 78,21% dikarenakan bank syariah banyak melakukan pembiayaan untuk meningkatkan laba perbankan syariah, seperti biaya anggaran promosi dan penambahan jumlah unit bank syariah.
Grafik 1.4
Perkembangan BOPO Perbankan Syariah Tahun 2009 – 2013
Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah
Dalam kolom CAR terlihat permodalan yang dikelola oleh perbankan cenderung stabil, bahkan sempat mencapai 16,63% pada 2011. Seperti diketahui peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan CAR minimal 8% hal ini yang mengakibatkan bank-bank selalu menjaga agar CAR yang dimiliki sesuai ketentuan. Saat CAR mencapai diatas 20% pada bulan Maret 2011 hal ini
(31)
perkembangan skala usaha yang berupa ekspansi kredit (pembiayaan). (www.indonesiafinancetoday.com)
Jika dilihat CAR terendah mencapai 10,77% dan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya hingga mencapai 16,63%. Hal ini disebabkan tingkat pembiayaan pada periode tersebut ditingkatkan sehingga bank pun harus memiliki tingkat kecukupan modal yang semakin tinggi pula. Pada periode 2012 sampai 2013 CAR mengalami penurunan yang stabil hingga mencapai 14,20%. Hal ini memperlihatkan perbankan berusaha menjaga ketersediaan modalnya dengan cukup baik dan mulai sedikit mengurangi pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah.
Grafik 1.5
Perkembangan CAR Perbankan Syariah Tahun 2009 – 2013
(32)
Variabel selanjutnya yang akan mempengaruhi laba perbankan syariah yaitu SBIS. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode 2009 sampai dengan Akhir 2013 dapat diketahui bahwa perkembangan SBIS setiap tahunnya sangat berfluktuatif sekali. Perkembangan SBIS yang berfluktatif ini disebabkan antara lain karena Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah juga berfluktuatif, sehingga penyerapan dana DPK yang ditempatkan pada SBIS juga mengalami penurunan. Pada periode ini tercatat bahwa SBIS terendah tercatat pada 2009 yaitu sebesar 3.076 milyar. Penurunan jumlah SBIS ini disebabkan karena menurunnya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah yang ditempatkan pada SBIS, pada periode ini DPK perbankan syariah cenderung digunakan untuk pembiayaan atau ditempatkan pada sektor rill.
Periode selanjutnya SBIS selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai 9.244 milyar. Setahun kemudian tepatnya yaitu pada 2012 SBIS kembali mengalami penurunan, namun penurunan ini tidak lebih rendah dibandingkan dengan penurunan yang terjadi pada 2009 yaitu sebesar 4.933 milyar. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2012 dikarenakan suku bunga yang menjadi acuan fee untuk SBIS menurun, penurunan suku bunga ini dilakukan Bank Indonesia untuk menumbuh kembangkan sektor riil dan peningkatan investasi. (www.indonesiafinancetoday.com)
(33)
Grafik 1.6
Perkembangan SBIS Tahun 2009 – 2013
Sumber : Data Bank Indonesia yang sudah diolah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas bahwa NPF, BOPO, CAR dan SBIS mempunyai dampak atau pengaruh terhadap Laba Perbankan Syariah di Indonesia. Oleh karena itu penulis memilih judul “ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING FINANCING (NPF), BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP LABA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE SEPTEMBER 2009 – DESEMBER 2013”.
(34)
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian berdasarkan seputar keadaan Jumlah Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Laba Perbankan Syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013.
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara parsial ?
2. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara parsial ?
3. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara parsial ?
(35)
4. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara parsial ?
5. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara simultan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian dapat menggambarkan arah dari penulisan serta konsisten dalam masalah, jadi merupakan solusi dari permasalahan yang ada.
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013.
2. Untuk menganalisis pengaruh Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013.
(36)
3. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013.
4. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013.
5. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – Desember 2013 secara simultan
D. Manfaat Penelitian
Solusi yang terpilih diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu penulis, lembaga, maupun masyarakat luas.
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah pada program S1 Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi Ekonomi Islam.
(37)
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini dan semoga dapat dijadikan gambaran serta menambah wawasan dalam bidang Laba Perbankan Syariah.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini akan menambahkan ke perpustakaan dibidang ilmu ekonomi dan studi pembangunan konsentrasi Ekonomi Islam dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang Laba Perbankan Syariah.
(38)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ekonomi Islam
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang berarti “peraturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang berarti Allah, dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi “sinlammim” bermakna “alam dicipta Allah untuk ibadah” (Mochamad Aziz, 2010;5).
Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS Adz-Dzariat [51]: 56)
Kata “islam” terdapat dalam 4 ayat dalam 3 surat yang berbeda. Kata Islam dapat ditemukan dalam beberapa surat di al-Quran. 1.
(39)
2. QS. Ali Imran [3]: 85.
3. QS. Al-Shaf [61]: 7.
4. QS. Al-Maidah [5]: 3.
Sedangkan berdasarkan kata jadian “salama” bermakna “keselamatan, kedamaian”. Sehingga jika digabungkan maka kata “Ekonomi Islam” secara harfiah berarti “aturan rumah tangga untuk keselamatan”. Di dalam filosofinya Ekonomi Islam terkandung tiga hal yaitu Ontologi Ekonomi Islam, Epistemologi Ekonomi Islam, dan Aksologi Ekonomi Islam (Mochamad Aziz, 2009).
Latar belakang keilmuan Ekonomi Islam disebut sebagai Ontologi Ekonomi Islam yaitu berupa alasan mendasar adanya Ekonomi Islam. Sesuai dengan sistem kehidupan yang ada pada diri manusia, keluarga, lingkungan, dan alam semesta maka elemen dasar penciptaan terdiri dari 3 unsur yaitu manusia, Allah, dan ibadah. Kemudian perpaduan 3 hal ini membentuk alasan besar penciptaan yaitu Islam, sehingga ontology dari Ekonomi Islam adalah Islam.
Artinya: Sesungguhnya Din (sistem) di sisi Allah adalah Islam. (QS. Ali-Imran [3]: 19).
(40)
Sesuai dengan firman Allah tersebut bahwa sistem atau Din yang diciptakan Allah itu hanya Islam. Sehingga sistem ekonomi yang ada seharusnya juga mengikuti aturan dalam sistem Islam. (Mochamad Aziz, 2009;8).
Islam dalam Ekonomi Islam merupakan konsep besar sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemology dari keilmuan Ekonomi Islam yang sedang berkembang yaitu kafah. Ekonomi Islam yang kafah muncul sebagai konsep dasar ekonomi dengan batasan Islam sebagai suatu sistem.
Artinya: Wahai orang-orang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara kafah. (QS. Al-Baqarah [2]: 208).
Konsep Ekonomi Islam yang kafah didukung oleh Quran Surat Al-Baqarah [2] ayat 208 bahwa tujuan dari Ekonomi Islam dapat dijalankan oleh orang-orang yang beriman dan dilakukan secara sistematis dan menyeluruh atau kaffah yang berarti dimulai dari Islam sebagai kerangka dasar kehidupan yang di dalamnya mengandung makna bahwa manusia diciptakan Allah untuk ibadah. Kemudian dikembangkan ke berbagai aspek termasuk ekonomi (Mochamad Aziz, 2010;11).
Kerangka dasar Islam dari konsep yang menyeluruh berupa kafah ini perlu diterjemahkan ke dalam penerapan berekonomi secara makro dan mikro ekonomi. Implementasi dari kedua hal tersebut dijabarkan dalam
(41)
hal misalnya antara penawaran dan permintaan. Secara analogis, gambaran tentang keseimbangan antara 2 hal dalam Al-Quran disebutkan sebagai hubungan antara hal yang baik dan hal yang buruk (Mochamada Aziz, 2010;14).
Artinya: dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (QS. Saba [34]: 28).
B. Perbankan Syariah 1. Definisi Bank Syariah
Definisi bank menurut Rodoni (2006:21) adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.
Definisi bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah. (Rodoni dan Hamid, 2008:14)
Bank Islam atau bank syariah menurut M. Syafi’i Antonio (2002:13) adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank syariah atau biasa disebut bank tanpa bunga, adalah lembaga
(42)
keuangan atau perbankan uang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Menurut Rivai dan Veithzal (2008;21), Islamic Banking adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran islam,berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat atau sebagai perantara keuangan. Prinsip islam yang dimaksud adalah perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha.
Perkembangan bank syariah di beberapa Negara memberikan pengaruh positif terhadap perbankan syariah di Indonesia karena mengingat Indonesia merupakan dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri jejaknya sejak tahun 1988, para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga dan akhirnya dengan undang-undang no.7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil di akomodasikan, maka Bank Mualamat Indonesia merupakan bank umum syariah pertama yang beroperasi di Indonesia. (Zainul Arifin, 2008:26).
2. Tujuan Bank Syariah
(43)
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktik riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan
meratakan pendapatan melalui investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha).
d. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang pada umunya merupakan program utama negara-negara sedang berkembang.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter pemerintah. Dengan aktivitas-aktivitas bank islam yang diharapkan mampu menghindari inflasi akibat penerapan sistem bunga, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non-islam (konvensional) yang menyebabkan umat islam berada di bawah
(44)
kekuasaan bank, sehingga umat islam tidak bisa melaksanakan ajaran agama secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya (Warkum Sumitro, 2000 ; 18).
3. Prinsip Bank Syariah
Menurut Rodoni (2009:123) prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah :
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah.
c. Memberikan zakat.
Jadi bisa dikatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
4. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
(45)
oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organizing for Islamic Financial Institution), yaitu sebagai berikut :
a) Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
b) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c) Penyedia jasa keuangan dan lalu-lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana mestinya.
d) Pelaksaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
5. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Berikut ini beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional seperti ditunjukkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional 1. Bunga Berbasis revenue/profit
loss sharing (bagi hasil)
Berbasis Bunga
(46)
3. Operasional Beroperasi dengan menggunakan sektor riil
Beroperasi dengan pendekatan sektor-sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil. 4. Produk Multi produk (jual beli,
bagi hasil, jasa)
Produk tunggal (kredit)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan
Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
6. Tidak mengenal negative
spread
Mengenal negative spread
7. Dasar hukum
Al-Qur’an, Sunnah, Fatwa ulama, Bank Indonesia dan Pemerintah
Bank Indonesia dan Pemerintah
8. Falsafah Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar)
Berdasarkan atas bunga (riba)
9. Operasional Dana masyarakat (Dana Pihak Ketiga/DPK)
Dana Masyarakat (Dana Pihak Ketiga/DPK)
(47)
(wa’diah) dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika “diusahakan” terlebih dahulu
Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan
menguntungkan
yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
Penyaluran dana pada sektor yang
menguntungkan dan aspek halal tidak
menjadi prioritas utama
10. Aspek social
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi
Tidak diketahui secara tegas
11. Organisasi Memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS)
Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) 12. Uang Uang bukan komoditi,
tetapi hanya alat pembayaran
Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran Sumber : (Rodoni dan Hamid, 2008:15)
6. Akad – Akad Dalam Bank Syariah
Fiqh muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya
(48)
mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa.
Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. Dalam akad, terms and condition-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined). Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia atau mereka menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.
a. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirbala). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikian pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk sekedar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut.
(49)
b. Akad Tijarah
Seperti yang telah kita singgung di atas, berbeda dengan akad tabarru’, maka akad tijarah/mu’awadah (compensational contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersial. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa menyewa, dan lain-lain.
7. Produk Dan Jasa Dalam Perbankan Syariah
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :
a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli b. Pembiayaan dengan prinsip sewa c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil d. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditunjukkan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip
(50)
jual-beli seperti Mudharabah, Salam, dan Istisnha serta produk ysng menggunakan prinsip sewa, yaitu Ijarah dan IMBT.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi-hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Musyarakah dan mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad pelengkap ditunjukkan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip di atas. Kita akan membahas masing-masing produk ini dengan lebih rinci pada uraian berikut.
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer or property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut :
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah,yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah
(51)
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank pemasok ditambah keuntungan (margin).
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jusl beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tubai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan
(52)
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
3) Pembiayaan Istishna’
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim Istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum pembiayaan Istishna adalah spesifikasi barang pesenan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya
(53)
Pada masa akhir sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk Pembiayaaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut.
1) Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi
(54)
(credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
2) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.
Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen
(55)
modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan mudharabah dalam literature fiqih berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha-usaha dari masing-masing pihak untuk melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan merusak ajaran islam.
d. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditunjukkan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakasanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekadar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul. Akad pelengkap ini adalah akad-akad tabarru.
(56)
1) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti-biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang.
2) Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria : Milik nasabah sendiri
Jelas ukuran, sifat, dan niali ditentukan berdasarkan nilai riil pasar.
Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan rusak atau cacat, nasabah harus bertanggung jawab.
(57)
Nasabah mempunyai hak untuk menjual barang tersebut dengan seizing bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya.
3) Qarh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal:
Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan ke haji.
Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) di produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank malalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.
Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
Sebagai pinjaman kepada pengurus bank dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan
(58)
mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui potongan gajinya.
4) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuas harus cakap hukum. Khusus untuk pembukaan L/C, apabila dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahah, salam, ijarah, mudharabah, atau musyarakah. 5) Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Untuk jasa-jasa ini, bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.
C. Laba
1. Definisi Laba
(59)
peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk didalamnya biaya kesempatan). Sementara itu laba dalam akutansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan di antara keduanya dalam segi pendefinisian. (www.wikipedia.org)
Menurut Baridwan (1992:55) laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Dan pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak. Kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003 : 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akutansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akutansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997:45).
(60)
Setiap pendirian suatu organisasi atau badan usaha memiliki tujuan. Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan oleh pemilik perusahaan adalah untuk menciptakan laba. Termasuk di dalamnya adalah pendirian sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun bank syariah. Laba juga dapat diartikan sebagai opportunity cost bagi seseorang yang menginvestasikan dana yang dimiliki.
Menurut Sastradipoera dalam Gumayantika (2008:82) laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) di atas pengeluaran (expenditure) bank. Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis atau sebaliknya. Laba dapat dilihat dari neraca bank, yaitu daftar yang memuat mengenai keuntungan (laba), total pendapatan dan total pengeluaran (expenditure) bank. Dengan rumus total aset adalah sebagai berikut :
2. Komponen – Komponen Yang Menetukan Besarnya Laba
Komponen – komponen yang menetukan besarnya laba, sebagai berikut : (www.wikipedia.org)
(61)
a) Penyimpangan laba kotor
Penyimpangan antar realisasi penghasilan dan biaya diluar usaha dibandingkan dengan anggaran penghasilan dan biaya diluar usaha b) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran meliputi semua biaya dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemasaran, yaitu :
Biaya untuk memperoleh atau menimbulkan pesanan Biaya untuk memenuhi atau melayani pesanan c) Biaya administrasi
Biaya administrasi dan umum adalah semua biaya yang terjadi dan berhubungan dengan fungsi adminitrasi dan umum, meliputi biaya dalam rangka penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
3. Laba pada Perbankan Syariah
Laba dalam akutansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. (www.wikipedia.org)
Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas kegiatan operasi suatu bank. Untuk menghitung seberapa besar laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, bank pada umumnya membuat suatu laporan yang kita kenal dengan laporan laba-rugi dengan tujuan untuk :
(62)
1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara
2. Menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan diterima oleh perusahaan
3. Menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan
4. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya dimasa yang akan datang 5. Menjadi dasar penghitungan penilaian efisiensi
Pengertian laba menurut pendapat ulama-ulama fiqih adalah pertambahan pada modal pokok pertambahan pada modal pokok perdagangan atau dapat juga dikatakan sebagai tambahan nilai yang timbul karena barter atau ekspedisi dagang.
Berikut ini beberapa aturan tentang laba dalam konsep islam : 1. Adanya harta (uang) yang dikhususkan untuk
perdagangan.
2. Mengoperasikan modal tersebut secara interaktif dengan unsur-unsur yang lain terkait untuk produksi, seperti usaha dan sumber-sumber alam.
3. Memposisikan harta sebagai obyek dalam pemutarannya karena adanya kemungkinan pertambahan atau
(63)
4. Selamatnya modal pokok yang berarti modal bisa dikembalikan
Dalam penghitungan laba yang dimungkinkan terjadi perubahan laba, yaitu kenaikan atau penurunan laba dari tahun ke tahun. Laba yang digunakan adalah relatif. Digunakan angka relative didasari alasan angka laba tersebut lebih representatif dibandingkan laba absolute. Dasar perhitungan laba adalah laba sebelum pajak.
Penentuan target laba ini penting untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, dengan adanya target yang harus dicapai, pihak manajemen termotivasi untuk bekerja secara optimal. Hal ini penting karena pencapaian laba ini merupakan salah satu ukuran keberhasilan sebuah bank dalam menjalankan aktivitasnya, sekaligus ukuran kinerja pihak manajemen ke depan. Kemudian bagi pihak manajemen, perolehan laba suatu bank tidak hanya sekedar laba saja, tetapi harus memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya ada jumlah angka baik dalam unit maupun dalam rupiah yang harus dicapai oleh manajemen suatu bank setiap periodenya.
Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba tahun yang bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah laba tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut (Usman dalam Hapsari, 2007:37) :
(64)
Dimana : pertumbuhan laba bank i pada periode t laba bank i pada periode t
laba bank i pada periode t-1
Di bank konvensional, laba diperoleh dari hasil total bunga yang didapatkan melalui simpanan nasabah. Sedangkan bank syariah
memperoleh laba dari sistem bagi hasil antara pihak bank dengan nasabah. Dalam bank konvensional, manajemen tidak ikut menanggung resiko kerugian jika bank tersebut bermasalah, sedangkan pada bank syariah manajemen ikut menanggung beban kerugian jika usahanya tidak mampu dioperasikan lagi. Karena selain bertanggung jawab penuh terhadap
kelangsungan hidup perusahaan, bank syariah memberikan persentase laba bersih yang lebih kepada manajemen jika kinerjanya dalam mengelola perusahaan dinilai layak untuk diperhitungkan. Jadi selain memperoleh gaji, manajemen juga memperoleh deviden dari laba bersih akhir tahun.
D. Non Performing Financing (NPF)
1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti : pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah,
(65)
hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian (Veithzal , 2007;34).
Menurut Sudarsono (2007;16) pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.
NPF = Pembiayaan Non Lancar x 100% Total Pembiayaan
Tabel 2.2
Perhitungan NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah (Debitur) di Bank Syariah
Jenis Pembiayaan
Kategori yang Diperhitungkan Dalam NPF
Kurang Lancar Diragukan Macet
Murabahah, Istshna, Ijarah, Qard
Tunggakan lebih dari 90 hari s.d. 180 hari
Tunggakan lebih dari 180 hari s.d. 270 hari
Tunggakan lebih 270 hari
Salam Telah jatuh Tempo s.d. 60 hari
Telah jatuh tempo s.d. 90 hari
(66)
Sumber : (Ihsan, 2011:23)
2. Penilaian Kesehatan Non Performing Financing (NPF)
Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, skor nilai NPF ditentukan sebagai berikut :
Lebih dari 8%, skor nilai = 0 Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga Mudharabah,
Musyarakah
Tunggakan s.d. 90 realisasi bagi hasil diatas 30% s.d. 90% dari proyek pendapatan.
Tunggakan lebih dari 90 hari s.d. 180 hari realisasi bagi hasil kurang dari 3%
Tunggakan lebih dari 180 hari, realisasi pendapatan kurang dari 30% dari
proyeksi pendapatan lebih dari 3 periode pembayaran
(67)
E. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
1. Pengertian Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO termasuk rasio (earnings). Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Kuncoro dan Suhardjono, 2002:64)
Menurut Dendawijaya (2009:120), rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan pendapatan operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk menukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berrati semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. BOPO dinyatakn dengan rumus :
BOPO =
Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
(68)
BOPO merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional, yang merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipegaruhi oleh struktur biaya operasional, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk. Biaya dana bagi bank merupakan biaya operasional bank dengan jumlah terbesar.
Menurut Muhammad (2006;37) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dana, yaitu struktur sumber dana, tingkat bagi hasil dan cadangan wajib.
F. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencakupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. (Suhardjono,2002:40)
Rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (Dendawijaya,2001:34).
CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)
CAR =
(1)
xvii
Apr '11
510000000000
3,79%
78,78% 19,86%
4042000000000
Mei '11
626000000000
3,76%
79,05% 19,58%
3879000000000
Jun '11
777000000000
3,55%
78,13% 15,92%
5011000000000
Jul '11
927000000000
3,75%
77,13% 15,92%
5214000000000
Agu '11
1051000000000
3,53%
77,65% 15,83%
3647000000000
Sep '11
1205000000000
3,50%
77,54% 16,89%
5885000000000
Okt '11
1319000000000
3,11%
78,03% 15,30%
5656000000000
Nov '11
1515000000000
2,74%
77,92% 14,88%
6447000000000
Des '11
1475000000000
2,52%
78,41% 16,63%
9244000000000
Jan '12
127000000000
2,68%
86,22% 16,27%
#############
Feb '12
362000000000
2,82%
78,39% 15,91%
4243000000000
Mar '12
581000000000
2,76%
78,21% 15,33%
6668000000000
Apr '12
728000000000
2,85%
77,77% 14,97%
3825000000000
Mei '12
994000000000
2,93%
76,24% 14,97%
3644000000000
Jun '12
1296000000000
2,88%
75,74% 16,12%
3936000000000
Jul '12
1528000000000
2,92%
75,87% 16,12%
3036000000000
Agu '12
1751000000000
2,78%
75,89% 15,63%
2918000000000
Sep '12
2028000000000
2,74%
75,44% 14,98%
3412000000000
Okt '12
2332000000000
2,58%
75,04% 14,54%
3321000000000
Nov '12
2576000000000
2,50%
75,29% 14,82%
3242000000000
Des '12
2645000000000
2,22%
74,75% 14,13%
4993000000000
Jan '13
359000000000
2,49%
70,43% 15,29%
4709000000000
Feb '13
659000000000
2,72%
72,06% 15,20%
5103000000000
Mar '13
1044000000000
2,75%
72,95% 14,30%
5611000000000
Apr '13
1360000000000
2,85%
73,95% 14,72%
5343000000000
(2)
xviii
Mei '13
1636000000000
2,92%
76,87% 14,28%
5423000000000
Jun '13
1921000000000
2,64%
76,18% 14,30%
5443000000000
Jul '13
2185000000000
2,75%
76,13% 15,28%
4640000000000
Agu '13
2514000000000
3,01%
77,87% 14,71%
4299000000000
Sep '13
2894000000000
2,80%
77,98% 14,19%
4523000000000
Okt '13
3086000000000
2,96%
79,06% 14,19%
5213000000000
Nov '13
3443000000000
2,62%
78,59% 12,30%
5107000000000
Des '13
3230000000000
3,08%
78,21% 14,20%
6699000000000
(3)
xxix
Lampiran 2
Uji Normalitas
Jarque-Bera
0 4 8 12 16 20
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Residuals
Sample 1 52
Observations 52
Mean
-5.70e-15
Median
0.238106
Maximum
1.328697
Minimum
-1.799316
Std. Dev.
0.740553
Skewness
-0.762779
Kurtosis
3.121859
Jarque-Bera
5.074716
Probability
0.079075
Lampiran 3
Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
NPF BOPO CAR LNSBIS
NPF 1.000000 0.393855 -0.321114 -0.535033 BOPO 0.393855 1.000000 -0.370231 -0.246047 CAR -0.321114 -0.370231 1.000000 0.412760 LNSBIS -0.535033 -0.246047 0.412760 1.000000
(4)
xx
Lampiran 4
Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: WhiteF-statistic 0.591157 Prob. F(4,47) 0.6707 Obs*R-squared 2.490867 Prob. Chi-Square(4) 0.6463 Scaled explained SS 2.158868 Prob. Chi-Square(4) 0.7066
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/31/14 Time: 06:46 Sample: 1 52
Included observations: 52
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -6.580529 5.323801 -1.236058 0.2226 NPF^2 122.4801 126.8610 0.965467 0.3393 BOPO^2 -0.316526 2.389339 -0.132474 0.8952 CAR^2 -11.58319 20.21638 -0.572961 0.5694 LNSBIS^2 0.008785 0.006031 1.456703 0.1518
R-squared 0.047901 Mean dependent var 0.537872 Adjusted R-squared -0.033128 S.D. dependent var 0.791141 S.E. of regression 0.804139 Akaike info criterion 2.493123 Sum squared resid 30.39208 Schwarz criterion 2.680743 Log likelihood -59.82120 Hannan-Quinn criter. 2.565052 F-statistic 0.591157 Durbin-Watson stat 1.710045 Prob(F-statistic) 0.670694
Lampiran 5
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 2.242666 Prob. F(34,13) 0.0606 Obs*R-squared 44.42582 Prob. Chi-Square(34) 0.1087
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/31/14 Time: 06:44
(5)
xxi
Sample: 1 52
Included observations: 52
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NPF 40.06774 17.20765 2.328485 0.0367 BOPO -6.765547 4.827827 -1.401365 0.1845 CAR 4.101936 21.31487 0.192445 0.8504 LNSBIS 0.779831 0.668570 1.166416 0.2644 C -19.25871 20.90563 -0.921221 0.3737 RESID(-1) 0.930479 0.291888 3.187794 0.0071 RESID(-2) -0.169870 0.285163 -0.595697 0.5616 RESID(-3) 0.032259 0.347312 0.092883 0.9274 RESID(-4) -0.466165 0.392655 -1.187211 0.2564 RESID(-5) 0.338393 0.305372 1.108132 0.2879 RESID(-6) -0.104186 0.343876 -0.302976 0.7667 RESID(-7) -0.088916 0.443388 -0.200537 0.8442 RESID(-8) 0.070322 0.405384 0.173470 0.8650 RESID(-9) 0.131618 0.336297 0.391375 0.7019 RESID(-10) 0.388328 0.479587 0.809714 0.4327 RESID(-11) 0.095246 0.409022 0.232862 0.8195 RESID(-12) 0.753471 0.632797 1.190699 0.2551 RESID(-13) -0.513621 0.329924 -1.556785 0.1435 RESID(-14) 0.337912 0.516099 0.654743 0.5240 RESID(-15) -0.203983 0.469517 -0.434452 0.6711 RESID(-16) 0.584156 0.461024 1.267084 0.2274 RESID(-17) -0.303946 0.372334 -0.816325 0.4290 RESID(-18) 0.373883 0.433588 0.862300 0.4041 RESID(-19) -0.073828 0.384084 -0.192218 0.8505 RESID(-20) 0.357884 0.453236 0.789620 0.4439 RESID(-21) -0.204703 0.419822 -0.487595 0.6340 RESID(-22) -0.109091 0.423329 -0.257698 0.8007 RESID(-23) -0.165992 0.466785 -0.355607 0.7278 RESID(-24) 0.528187 0.370343 1.426209 0.1774 RESID(-25) -0.218200 0.519724 -0.419839 0.6815 RESID(-26) -0.166331 0.395319 -0.420752 0.6808 RESID(-27) 0.228200 0.383930 0.594380 0.5625 RESID(-28) 0.013842 0.394887 0.035053 0.9726 RESID(-29) -0.026131 0.528871 -0.049409 0.9613 RESID(-30) -0.275014 0.423443 -0.649472 0.5273 RESID(-31) 0.160307 0.362541 0.442176 0.6656 RESID(-32) -0.305146 0.405789 -0.751982 0.4655 RESID(-33) 0.007484 0.402432 0.018598 0.9854 RESID(-34) -0.040598 0.365501 -0.111076 0.9133
R-squared 0.854343 Mean dependent var -5.70E-15 Adjusted R-squared 0.428575 S.D. dependent var 0.740553 S.E. of regression 0.559804 Akaike info criterion 1.791244 Sum squared resid 4.073941 Schwarz criterion 3.254677 Log likelihood -7.572346 Hannan-Quinn criter. 2.352290 F-statistic 2.006596 Durbin-Watson stat 2.425191 Prob(F-statistic) 0.088399
(6)
xxii
Lampiran 6
Uji OLS
Dependent Variable: LNLABAMethod: Least Squares Date: 05/31/14 Time: 06:39 Sample: 1 52
Included observations: 52
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
NPF -29.05347 11.92446 -2.436460 0.0187 BOPO -8.338904 3.756054 -2.220123 0.0313 CAR -7.980407 6.004527 -1.329065 0.1902 LNSBIS 0.046531 0.352222 0.132108 0.8955 C 34.84170 10.52434 3.310582 0.0018
R-squared 0.284784 Mean dependent var 27.47153 Adjusted R-squared 0.223915 S.D. dependent var 0.875665 S.E. of regression 0.771423 Akaike info criterion 2.410051 Sum squared resid 27.96937 Schwarz criterion 2.597670 Log likelihood -57.66132 Hannan-Quinn criter. 2.481980 F-statistic 4.678614 Durbin-Watson stat 0.826272 Prob(F-statistic) 0.002920