TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK : STUDI AKULTURASI ISLAM DAN HINDU.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh

Muafa Erni Vidyawati A02212075

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Sedangkan

fokus masalahnya adalah (1) Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik itu dilaksanakan? (2) Segi apa saja yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten Gresik?

Dalam menjawab rumusan masalah tersebut penulis menggunakan motedoe

kebudayaan yang meliputi lokasi penelitian dan pengumpulan sumber.

Pendekatan Antropologi serta teori Akulturasi. J. Powel mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Sehingga dari pendekatan itu dapat dilihat apa saja yang terkait dalam upacara tradisi sedekah bumi. Serta dapat melihat akulturasi Islam dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi tersebut.

Maka dari hasil yang penulis simpulkan bahwa Tradisi Sedekah Bumi Akulturasi Islam dan Hindu mempunyai fungsi sebagai seorang manusia kita harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (1) Tradisi sedekah bumi di desa Laban dilaksanakan ketika pada saat musim panen padi yang dilaksanakan pada bulan Mei. (2) Macam-macam sesaji berupa beras maupun kelapa. Ini merupakan perpaduan antara Islam dan Hindu (macam-macam sesaji). Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu. Do’a-do’a yang dibacakan ketika


(7)

ABSTRACT

This thesis entitled The tradition of Alms Earth Menganti In the village of Laban District of Gresik "Acculturation Study of Islam and Hinduism". While the focus of the problem is (1) How did the tradition of alms earth Laban village Menganti District of Gresik conducted? (2) Segi what acculturated in the tradition of alms earth Laban village Menganti District of Gresik?

In answer to the problem formulation, the author uses motedoe culture that includes the location of research and gathering resources. Anthropological approaches and Acculturation theory. J. Powel revealed that acculturation can be interpreted as the entry of foreign cultural values into traditional local culture. So from that approach can be seen what is involved in traditional ceremonies earth alms. And can see the acculturation of Islam and Hindu traditions contained in the earth alms.

So from the results that the authors conclude that the tradition of Alms Earth Acculturation Islam and Hinduism has a function as a human being we should always give thanks to God Almighty. (1) The tradition of alms earth in the village of Laban held at a time when the harvest season of rice held in May. (2) Various offerings of rice and coconut. It is a blend of Islamic and Hindu (assorted offerings). The show is a series of implementation alms tradition of the earth are the elements of Hinduism. Prayer-prayer that was read when the execution of the event tradition of alms.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii

PENGESAHAN ………... iv

MOTTO ……… v

PERSEMBAHAN ……… vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRAC ……… viii

PEDOMAN TRANSLITERASI……… ix

KATA PENGANTAR ………. x

DAFTAR ISI ……… xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ………. 7


(9)

E. Penelitian Terdahlu ……….. 8

F. Metodologi Penelitian ……….. 9

G. Sistematika Pembahasan ……….. 12

BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Letak Geografis ………. 14

B. Sistem Pemerintahan Desa Laban ………. 16

C. Kondisi Sosial Agama ……… 25

D. Kondisi Sosial Ekonomi ………. 27

E. Kondisi Sosial Budaya ……… 30

BAB III : TRADIS SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Dilaksanakan Sedekah Bumi ……… 34

B. Waktu dan Tempat ……….. 37

C. Jalannya Sedekah Bumi ……….. 38

1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 38

2. Proses Tradisi Sedekah Bumi ……….. 43

BAB IV : BEBERAPA SEGI AKULTURASI PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN


(10)

A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi ……… 51

B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi ……….. 52

C. Pelaksanaa Tradisi Sedekah Bumi ……….... 53

D. Kelengkapan Tradisi Sedekah Bumi ………. 55

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 58

B. Saran ……… 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.

Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di dalam masyarakat berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan norma-norma itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang pada akhirnya menjadi adat istiadat. Adat istiadat diwujudkan dalam bentuk tata upacara.

Kebudayaan memiliki unsur-unsurnya secara universal, yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam membentuk corak kebudayaan secara keseluruhan, sesuai dengan potensi, fungsi, dan sifat dari unsur-unsur dan hubungan-hubungan diantara unsur-usnur tersebut. Unsur-unsur universal mencakup:

1. Sistem bahasa 2. Sistem pengetahuan 3. Sistem keyakinan (religi)

4. Sistem kekerabatan dan organisasional 5. Sistem mata pencaharian


(12)

6. Sistem teknologi 7. Sistem kesenian1

Dari unsur-unsur keudayaan sudah menjadi bagian dari tiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sosial dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.2

Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini. Tradisi agama banyak ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia. Tradisi bahasa Latin : tradio “diteruskan” atau kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis atau lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah.

Islam menyuguhkan tradisinya di Jawa dengan upacara-upacara seperti Maulid Nabi, Rajab, Suro dan lain sebagianya. Namun masyarakat Jawa selalu mengkaitkan tatacara upacara aslinya. Yaitu slametan dan nyadran untuk menghormati nenek moyang mereka dalam rangka mendapatkan berkah.

Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang sikap hidupnya mendasarkan kepada adat-istiadat, yaitu tatacara hidup yang diwariskan oleh lingkungannya

1

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT: Rineka Cipta. 1990), 203-204. 2


(13)

sejak berabad-abad lamanya. Sebelum agama Hindu dan budha masuk, masyarakat Jawa didalam menaggapi alam lingkunnya, selalu memandang bahwa benda-benda mempunyai daya hidup dan mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap hidup dan kehidupannya, yang kemudian disebut animism-dinamisme.

Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya dan masyarakat Laban khusunya adalah merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan tuntunan zaman. Yang jelas bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba hati-hati agar dalam melaksanakan segala sesuatu mendapatkan keselamatan baik lahir maupun batin.3

Dalam kehidupan keberagamaan, kecenderungan untuk mengakomodasi Islam dengan budaya Jawa sempat melahirkan kepercayaan-kepercayaan serta upacara-upacara ritual seperti upacara-upacara sedekah bumi.

Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu adat berupa prosesi seserahan hasil bumi dari masyarakat kepada alam. Tradisi ini biasanya ditandai dengan pesta rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat. Tradisi ini sudah berlangsung turun

3


(14)

termurun dari nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di wilayah yang kuat akan budaya agraris.4

Di Jawa peneyebaran agama Islam dihadapkan kepada dua jenis lingkungan budaya kejawen, yaitu lingkungan budaya istana (Majapahit) yang telah menyerap unsur-unsur Hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang masih hidup dalam bayangan animism-dinamisme. Ini dapat dilihat dengan hasil peninggalan orang-orang dahulu misalnya Candi Borobudur, Candi Penataran di Blitar dan lain-lain.5

Sedekah Bumi adalah salah satu upacara tradisional untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini masih banyak kita jumpai pada masyarakat di daerah pedesaan, yang kehidupannya ditopang dari sektor pertanian. Tradisi Sedekah Bumi ini menjadi sarana ucapan terima kasih warga setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan. Seluruh penduduk berkumpul dengan penuh suka cita untuk mengungkapkan rasa terima kasih mereka melalui berbagai kegiatan ritual keagamaan dan pesta rakyat. Bagi masyarakat Jawa khususnya para kaum petani, Tradisi sedekah bumi bukan sekedar rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan. Akan tetapi, tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang mendalam. Selain mengajarkan rasa syukur tradisi sedekah bumi juga mengajarkan pada kita bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam semesta. Ritual sedekah bumi inilah yang menurut mereka sebagai

4

Soekmono, Pengantar Sejarah kebudayaan Inonesia Jilid II (Jakarta: Kanisius, 1990), 28. 5


(15)

salah satu simbol yang paling dominan bagi masyarakat Jawa karena menunjukan rasa cinta kasih sayang dan sebagai penghargaan manusia atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya.

Menurut, Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat adanya terjadi proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya kseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.

Akultuasi terjadi melalui kontak budaya yang diantaranya yaitu kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau individu dalam dua masyarakat. Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebaraannya.

Akulturasi di Indonesia terdiri dari beberapa proses diantaranya yang pertama subtitusi yakni proses yang mengganti unsur budaya tradisional dengan unsur budaya modern yang lebih memudahkan masyarakat. Kedua originasi yakni proses masuknya budaya modern yang benar-benar baru dan belum dikenal masyarakat yang menyebabkan dalam tatanan kehidupan masyarakat.


(16)

Seperti akulturasi di desa Laban yakni Sedekah Bumi. Acara dipusatkan di tengah-tengah balai desa Laban. Pada acara tersebut, seluruh masyarakat Laban harus hadir. Tujuannya untuk keselamatan bersama dan masyarakat pun membawa nasi kuning, nasi putih dan jajanannya seperti onde-onde, kucur, renginang, ketan, kocor, apem, wingko dll.6

Sedekah Bumi diadakan dan masing-masing warga diminta membawa sesaji dari rumah. Sesaji itu merupakan simbol permohonan keselamatan masyarakat kepada Tuhan Yang Mahaesa. Inti Sedekah Bumi itu untuk menghindarkan masyarakat dari bencana sekaligus sebagai bentuk perseduluran antar warga.

Ritual yang diadakan menampilkan hiburan seperti wayang kulit. tradisi ditutup dengan doa bersama yang dipimpin tokoh-tokoh agama, baik dari agama Hindu maupun Islam. Sedekah bumi merupakan bagian dari budaya yang berkembang dalam masyarakat Laban. Tradisi tersebut merupakan akulturasi kebudayaan dan agama.

A.Rumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan membatasi yang disesuaikan judul, Trdaisi Sedekah Bumi di Desa Laban Kecamatan Menganti Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu”. Kajian ini

6


(17)

dibatasi dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak keluar dari masalah apa yang tertulis. Berikut masalah peneliti ini dibuat:

1. Bagaimana tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik itu dilaksanakan?

2. Segi apa saja yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi Desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten Gresik?

B.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui kondisi masyarakat agama Islam dan Hindu.

2. Untuk mengetahui juga akultursi apa saja yang ada dalam tradisi sedekah bumi tersebut.

3. Untuk menambah khazanah kepustakaan Sejarah Islam.

C. Pendekatan dan Kerangka Teori

Suatu hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Dengan akalnya manusia mampu berbudaya, sehingga kelangsungan hidupnya bisa berlanjut. Sesuai dengan orientasi di atas, penulis menggunakan pendekatan antropologi. Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari makhluk anthropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari suatu komplek masalah-masalah khusus mengenai makhluk manusia. Pendekatan antropologi merupakan salah satu upaya memahami


(18)

agama dengan cara melihat wujud praktek yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat wujud praktek keagamaan yang dimaksudkan di sini adalah tentang tradisi-tradisi atau upacara-upacara yang dijalankan oleh masyarakat muslim dan Hindu di laban Menganti Gresik Tradisi Sedekah Bumi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. J. Powel mengungkapkan bahwa akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya yang berbeda itu bertemu, yang luar mempengaruhi yang telah mapan untuk menuju suatu keseimbangan.7 Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi sebagai suatu kebudayaan dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing yang demikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dan kebudayaannya.8

D.Penelitian Terdahulu

1. Peneliti Agus Atiq Murtadlo “Akulturasi Islam dan budaya Lokal dalam tradisi upaca sedekah laut di pantai teluk penyu kabupaten Cilacap”. Fokus peneliti ini adalah akulturasi Islam dan budaya lokal.

7

W.M. Bakker SJ, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 115.

8


(19)

2. Peneliti Ma’rifah “Upaya Dakwah K.H. Zaini Rasyid dalam mengubah Upacara Ritual Sedekah Bumi di Desa Tebuwung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik”. Fokus Peneliti ini adalah upaya dakwah dalam mengubah upacara ritual sedekah bumi.

Sementara penulisan skripsi ini yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi di desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik “Studi Akulturasi Islam dan Hindu” ini penulis mengungkap keberadaan tradisi sedekah bumi di desa Laban Kecamatan Menganti karena terdapat segi Akulturasi antara masyarakat Islam dan Hindu.

E.Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten Gresik. Subyek penelitian skripsi ini adalah masyarakat desa Laban dan tokoh agama yang ada di desa Laban.

2. Pengumpulan Sumber

Tahapan pertama dalam penelitian sejarah megumpulkan informasi-informasi yang terkait dengan penelitian yang akan dibahas. Untuk itu pada tahap ini dilakukan cara-cara pengumpulan sumber sebagai berikut:

a. Metode observasi atau pengamatan dilakukan agar dapat memebrikan informas atau suatu kejadian yang tidak dapat dan ditelah menjadi


(20)

kebiasaan masyarakat setempat. Di samping itu metode observasi juga digunakan sebagai langkah awal yang baik untuk menjalin interaksi sosial dengan tokoh masyarakat dan siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini. b. Metode interview atau wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan

mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan keterangan-keterangan. Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada pelaku, orang yang mengetahu tentang akulturasi Islam dan Hindu. Menurut prosedurnya penulis melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin dengan menyusun pokok-pokok permasalahan, selanjutnya proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.

c. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu jenis data primer dan data sekunder. Jenis data adalah akulturasi serta tindakan orang yang diwawancarai dan diamati. Hal ini dapat dikatakan data primer karena diperoleh dan dikumpulkan dari sumber pertama. Data primer yang berasal dari wawancara mendalam berkaitan dengan informan kunci, yakni orang yang dianggap tahu dan orang sebagai pelaku tentang dilaksanakannya akulturasi Islam dan Hindu. Selanjutnya data sekunder adalah dokumen, buku yang ada kaitannya dengan masalah ini, serta laporan hasil penelitian sebelumnya.


(21)

d. Bahan dan Sumber

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan sumber-sumber diantaranya:

1) Sumber kepustakaan (data literatur)

Sumber yang digunakan untuk mencari teori tentang masalah-masalah teoritis yang diteliti, yaitu mencari kepustakaan dari buku-buku serta tulisan-tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam skripsi ini.

2) Sumber Lapangan (data empiris)

Sumber data ini dari lokasi penelitian yaitu desa Laban Kecamatan Menganti kabupaten Gresik.

a) Informan adalah individu-individu yang memiliki beragam posisi, sebagai mempunyai akses sebagai informan yang dibutuhkan peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh masyarakat, aparat desa dan masyarakat yang ada di desa Laban. Dalam hal ini tentunya dipilih informan kunci yang lebih memahami masalah pokok yang menjadi obyek penelitian ini, dimana juga mampu memberikan informasinya secara akurat dan padat.


(22)

b) Peristiwa dan aktifitas, setiap rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Dala peristiwa dari proses kegiatan selametan yang dilakukan di desa Laban Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan, maka skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab, dan tiap-tiap bab dibagi menjadi beberapa bagian yang susunan lengkapnya adalah sebagai berikut:

Pada bab pertama pendahuluan berisi tentang gambaran umum yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu dan metodologi penelitian. Dalam metode penelitian juga berisi pembahasan lokasi,waktu penelitian dan teknik pengumpulan data.

Pada bab kedua menjelaskan tentang kondisi desa Laban, yang meiputi letak geografis, sosial agama, sosial ekonomi dan sosial budaya.

Pada bab ketiga menjelaskan kondisis di lapangan tempat dimana peneliti mengadakan penelitian terutama pada saat pelaksanaan sedekah bumi, latar belakang, dasar dan tujuannnya dilaksanakannya tradisi sedekah bumi.

Pada bab keempat menjelaskan analisa dari pelaksanaan Sedekah Bumi yang berlaku pada masyarakat desa Laban, khusunya yang berhubungan dari segi


(23)

akulturasi budaya Islam dan Hindu yang terdapat dalam tradisi sedekah bumi di desa Laban.

Pada bab kelima sebagai bab terakhir berisi penutupan antara lain kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah.


(24)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis

Secara geografis Desa Laban terletak pada posisi 7,8 Lintang Selatan dan 12,9 Bujur Timur. Topografi krtinggian desa ini adalah berupa dataran sedang yaitu sekitar 3 m di atas permukaan laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Gresik tahun 2014, selama tahun 2014 curah hujan di Desa Laban rata-rata mencapai 1000 m3 curah hujan terbanyak terjadi pada bulan januari – februari hingga mencapai merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2012-2015.1

Secara administratif, desa Laban terletak di wilayah Kecamatan Mengati Kabupaten Gresik dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga.

Batasan-batasan wilayah ini adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Made, Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Setro,

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Randegansari, Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Lakarsanti.

Jarak tempuh desa Laban ke kecamatan Menganti sekitar 3 km, yang dapat ditempuh dengan waktu 20 menit. Sedangkan jarak ke kabupaten Gresik adalah 35 km yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam.

1


(25)

Pembagian lahan di desa Laban sebagian besar adalah lahan Pertanian tanaman pangan Padi di musim penghujan sedangkan Jagung dan Polowijo di musim kemarau. Pada lahan tegalan banyak digunakan untuk tanaman perkebunan mangga gadung yang di kirim ke Jakarta maupun Bandung.

Sebagai sumber pendapatan asli desa (PADES) sangat berperan dalam pelaksanaan pemeintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini mengingat disamping Kepala Desa dan perangkat desa mendapat penghasilan tetap melalui dana ADD dari kabupaten juga mendapat tambahan penghasilan dari pengelolahan Tanah Kas Desa tersebut.

Kantor desa Laban maupun balai desa Laban saat ini sudah respresentatif untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan mebelair untuk rak buku maupun meja kursi tamu. Adapun lahan lainnya tercatat sebagaimana pada table berikut:

Tabel 1.d

Uraian Sumber daya Alam Volume Satuan Keterangan

Lahan persawahan 123, 038 Ha

Lahan perkebunan 54, 664 Ha


(26)

Waduk 2, 447 Ha

Makam 1, 130 Ha

Lapangan 0, 874 Ha

Tkd 16, 874 Ha

Lain-lain 5, 227 Ha

Dari data potensi desa ini menunjukkan jumlah penduduk sejumlah 7860 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1985 jiwa. Dengan rincian jumlah menurut jenis kelamin adalah perempuan 3865 jiwa dan laki-laki 4004 jiwa.

B. Struktur Pemerintahan Desa Laban

Berdasarkan cerita orang-orang dahulu sejarah terbentuknya desa Laban yaitu konon katanya disekitar kawasan desa Laban tersebut banyak sekali ditumbuhi pohonn yang rindang dan sejuk yang namanya pohon laban yang tumbuh subur, karena terlalu banyaknya pohon laban yang tumbuh subur, maka pohon tersebut dikeramatkan dan dijadikan nama desa untuk desa Laban itu sendiri.2

Penduduk desa Laban sampai saat ini tidak tahu bentuk dan model pohon tersebut, mungkin saat ini pohon laban sudah tidak ada lagi dan tidak tumbuh lagi di desa Laban.

2


(27)

Kepala pemerintah desa Laban mulai dari dulu sampai sekarang dapat disusun secara berurutan sebagai berikut:

1. Kunto

2. Lembu Suro

3. Aluwi

4. Ngaseri

5. Giman

6. Munali 7. Muktar

8. Mukamad

9. Asy’ary

10.Subriyanto

11.Slamet Efendi kepala desa sekarang

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan desa Laban tidak bias lepas dari stuktur administratif pemerintah pada level diatasnya. Hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut:

Nama Pejabat Pemerintah Desa Laban Table 1.a

No Nama Jabatan


(28)

2 Eko Hs Sekertaris Desa

3 - Kaur Pemerintah

4 Jurawi Kaur Umum

5 Deshyta Dwi FW Kasi Ekobak

6 M Suripto Kasi Kesra

7 Bambang Subadri Kasi Trantib

8 Suprapto Ketua RW I

9 Joko Santoso Ketua RW II

10 Samsuri Ketua RW III

11 Paiman Ketua RW IV

12 Mian abror Ketua RW V

13 Suyono Ketua RW VI

14 Hery Susanto Ketua RW VII

15 Samir Ketua RT I

16 Subani Ketua RT II

17 Yuliono Ketua RT III

18 Agus Sulistiono Ketua RT IV

19 Syaikhul Rosyidin Ketua RT V

20 Hamsyah Ketua RT VI

21 Sugiono Ketua RT VII


(29)

23 Moh Soleh Ketua RT IX

24 Malikin Ketua RT X

25 Agus Widayat Ketua RT XI

26 Mat nur Ketua RT XII

27 Samsir Ketua RT XIII

28 Marjoko Ketua RT XVI

29 Nuriyadi Ketua RT XV

30 Kamaludin Ketua RT XVI

31 Kusaini Ketua RT XVII

32 Suprat Ketua RT XVII

33 Maskur Ervianto Ketua RT XIX

34 Sukirno Ketua RT XX

35 Suhari Ketua RT XXI

36 Markadi Ketua RT XXII

37 Nyono Ketua RT XXIII

38 Arif Harianto Ketua RT XXIV


(30)

Daftar Masalah dan Potensi Dari Bagian Kelmbagaan Tabel 1.b

No Lembaga Masalah Potensi

1 Pemdes Kurangnya

penggunaan IT

Tenagan ada, sarana tersedia

2 LKM Sebagian pengurus

kurang berperan

aktif

Lembaga ada,

pengurus lengkap

3 RT Sebagian pengurus

kurang berperan

aktif

Lembaga ada,

pengurus lengkap

4 RW Sebagian pengurus

kurang berperan

aktif

Lembaga ada,

pengurus lengkap

5 KUD Sebagian pengurus

kurang berperan

aktif

Lembaga ada,

pengurus lengkap

6 PKK/ Dasa Wisma Sebagian pengurus

kurang berperan

aktif

Lembaga ada,

pengurus lengkap


(31)

ke masyarakat pengurus lengkap

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat memepengaruhi dalam jangka panjang pada peningkatan perekonomian.3 Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Prosesntase tingkat pendidikan desa Laban rata-rata berpendidikan SD atau sederajat samapai SMA.

Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di desa Laban tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, disamping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di desa Laban baru tersedia di tinggkat pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP), sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada ditempat lain.

Solusi yang bias menjadi alternative bagi persoalan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di desa Laban yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di desa Laban bahkan beberapa lembaga bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada tidak bias bekembang.

3


(32)

Pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat ke depan. Masyarakat yang produktif harus didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat dapat dipilih dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi. Adapun penyakit yang sering diderita anatara lain infeksi pernafasan, malaria, penyakit sisitem otot dan jaringan peningkat. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup berat dan memiliki durasi yang cukup lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat. Ini tentu mengurangi daya produktifitas masyarakat desa Laban secara umum.

Daftar Sumber Daya Manusia Table 1.c

No URAIAN SUMBER DAYA MANUSIA

VOLUME SATUAN KETERANGAN

1 Jenis kelamin Kepala Rumah Tangga

a. Laki-laki 1842 Orang


(33)

2 Pendidikan Kepala Keluarga

1. SD/ Sederajat 25 %

2. SMP/ Sederajat 40 %

3. SMA/ Sederajat 25 %

4. Perguruan Tinggi 5 %

3 Pendidikan Penduduk

1. SD/ Sederajat 20 %

C. SMP/ Sederajat 30 %

D. SMA/ Sederajat 30 %

E. Perguruan Tinggi 20 %

4 Lapangan Usaha Kepala

Keluarga

1. Pertanian 60 %

2. Perkebunan 5 %

3. Peternakan 3 %

4. Industry Pengelolahan

2 %

5. Bangunan/ Konstruksi

5 %

6. Perdagangan 15 %

7. Informasi/ komunikasi


(34)

8. Jasa Pendidikan / jasa kesehatan / jasa kemasyarakatan dan pemerintah

5 %

6 Lapangan Usaha

Penduduk

1. Pertanian (Padi dan Palawijo)

40 %

2. Perikanan Budidaya 5 %

3. Industry Pengolahan 10 %

4. Bangunan/ konstruksi

10 %

5. Perdagangan 20 %

6. Jasa Pendidikan / jasa kesehatan / jasa kemasyarakatan dan pemerintahan

5 %

7. Peternakan 5 %


(35)

C. Kondisi Sosial Agama

Jumlah penduduk tersebut menurut data yang beragam Islam sebanyak 7254 jiwa, data ini saya peroleh dari data potensi desa 2015/2016. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk desa Laban 80% beragama Islam dan yang 20% beragama non muslim.4 Terlepas apakah mereka aktif

menjalankan syari’at Islam atau tidak namun mereka mempunyai respon yang besar terhadap kegiatan kemasyarakatan yang condong Islam, terbukti dengan data-data yang saya peroleh meeka mempunyai kegiatan rutin sebagai berikut: Adanya kelompok-kelompok tahlilan, ada dua macam kelompok yaitu: a. Tahlilan yang diadakan setiap hari minggu malam dan tahlilan dilakukan

di setiap rumah penduduk berdasarkan Rt.

b. Tahlilan akbar yang dilaksanakan di masjid desa Laban yang mengikuti adalah warga desa Laban yang dilakukan setiap satu bulan sekali.

c. Ada juga tempat bersholawat (diba’an) yang dilakuka oleh anak-anak kecil setiap seminggu sekali tepatnya pada hari sabtu malam bertempat dirumahnya setiap anak yang ikut bergiliran.

d. Kegiatan ceramah agama (pengajian) yang diadakan bila memperingati hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dll.

Dalam penyiaran agama Islam di desa Laban terdapat sarana Masjid Hidayatullah dan Masjid Sabilil Huda. Ke dua Masjid tersebut terletak di desa

4


(36)

Laban namun dari keduanya itu yang digunakan untuk solat jum’at hanyalah

masjid Sabilil Huda. Karena merupakan pusat kegiatan keIslamian dan peniaran agama Islam.

Lebih dari itu untuk mengetahui kemurnian Islam mereka dapat diketahui realita yang lain selain mereka juga aktif dalam mengikuti kegiatan yang berbau keagamaan seprti tersebut mereka juga aktif dalam melaksanakan acara-acara seperti bersih desa, suro, safar dll.

Selain agama Islam yang merupakan mayoritas di desa Laban ada juga yang beragama Hindu, hal ini terbukti dengan keberadaan tempat beribadah Pura terletak di tengah-tengah desa Laban yang bernama “Pura Jagad

Dumadi”.

Di desa Laban yang beragama Hindu ada 150 kepala keluarga. Adapun ritual orang Hindu dinataranya sebagai berikut:

a. Potong Gigi adalah upacara keagamaan Hindu. Upacara ini termasuk upacara manusa yadnya yang dilakukan pada saat potong gigi dengan mengkikis 6 gigi bagian atas yang berbentuk taring. Tujuan dari upacara ini adalah untuk mengurangi sifat buruk pada diri seseorang.

b. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah. Ngaben merupakan ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenazah kepada kehidupan mendatang.


(37)

Puncak upacara ngaben yaitu pada pembakaran keluhuran (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu atau kertas) besrerta dengan jenazah.

c. Tingkeban (Nujuhbulanan) Upacara tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kaili. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semnjak benih tertanam didalam rahim ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang dan disertai doa yang bertujuan untuk memohon kepata Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberkan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

d. Ogoh-ogoh merupakan serangkaian upacara tawur kesanga masyarakat Hindu. Ogoh-ogoh sebagai lambing sifat-sifat negatife yang harus dilebur agar tidak menganggu kehidupan manusia.5

D. Kondisi Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Laban yang akan saya bicarakan berkisar pada mata pencaharian dan partisipasi masyarakat dalam kehidupan sosial ekonomi.

Mata pencaharian dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pertanian

5


(38)

2. Peternakan 3. Perikanan

4. Perdagangan

5. Pertukangan

6. Kepegawaian

Penduduk desa Laban yang mata pencaharian bertani ada area tegal 164,434 Ha. Adapun untuk sawah tanaman padi dan palawijo 123,038 Ha. Tanaman yang dihasilkan selain padi dan palawijo ada jagung, ubi jalar, kacang panjang dll. Selain tanaman juga bisa ditanam sperti pohon kelapa, mangga, pisang dll.

Di desa Laban area perkebunan hanya seluas 54,664 Ha yang berupa pekarangan. Karena sebenarnya sebagaian besar warga desa Laban bermata pencaharian sebagai pegawai pabrik dan berdagang.

Tingkat pendapatan rata-rata penduduk desa Laban Rp 1.000.000. secara umum mata pencaharian warga masyarakat desa Laban dapat diidentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/dagang, industri, dll. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 20 %, yang bekerja disektor jasa berjumlah 5 %, yang bekerja disektor industri 40 % dan bekerja di sektor lain-lain 35 %.6

6


(39)

Kantor desa Laban maupun Balai desa Laban saat ini sudah representif untuk melayani warga masyarakat, meskipun masih kekurangan rak buku, meja dan kursi tamu.

Lembaga kemasyarakatan di desa Laban masih perlu ditangani karena belum mempunyai kantor sendiri yaitu PKK, Karang Taruna, LPMD dan BPD hal tersebut tidak mengurangi Lembaga tersebut beraktifitas.

Adapun masalah dalam segi potensi kalender musim sebagai berikut:

Kalender Musim Table 2.a

No Maslah Potensi

1 Kekurangan air bersih Sumber air ada

2 Kekurangan pangan Tanah sawah masih cukup luas

3 Banyak penyakit Dekat dengan klinik dan

puskesmas

4 Banjir Gotong royong warga

5 Angin puyuh -

6 Panen Sulit mencari tenaga kerja


(40)

7 Tanam Sulit mencari tenaga kerja tanam

E. Kondisi Sosial Budaya

Membicarakan tentang sosial budaya yang berkembang dimasyarakat Laban pasti ada perubahan dinamika politik dan system politik di Indonesia yang lebih demokratis memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme poolitik yang dipandanglebih demokratis. Dalam konteks politik lokal desa Laban hal ini tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilpres, pemilukda, dan pilgub) yang melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan kepala desa Laban sebagaimana tradisi kepaa desa di Jawa, biasanya para peserta kandidat nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan elit kepala desa lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena ini inilah yang biasa disebut pulung dalam tradisi Jawa bagi keluarga-keluarga tersebut.

Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu. Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bias diganti


(41)

sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku.

Pada bulan Juli dan November 2013 masyarakat desa Laban juga dilibatkan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur putara I dan II secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada pilihan kepala desa, namun hamper 70 % daftar pemilih tetap, memebrikan pilihannya. Ini adalah progres demokrasi yang cukup signifikan di desa Laban.7

Berdasarkan deskripsi bebrapa fakta diatas, dapat dipahami bahwa desa Laban mempunyai dinamika political loka yang bagus. Hal ini terlihat dari segi pola kepemimpinan, mekanisme, pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan system politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal.

Di desa Laban budaya masyarakat Jawa sangat terasa. Desa Laban dalam hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/ Islam masih adanya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni yang semuanya merupakan sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.

7


(42)

Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respon baik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat desa Laban dalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama dan budaya di desa Laban tentunya hal ini membutuhkan kearifan sendiri.

Dalam catatn sejarah, selama ini belum pernah terjadi bencana alam dan sosial yang cukup berarti di desa Laban isu-isu terkait dengan itu, seperti kemiskinan dan bencana alam, tidak smapai pada titik kronis yang membahayakan masyarakat dan sosial.

Daftar Sumber Daya Sosial Budaya Table 2.b

No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya

Volume Satuan Keterangan

1 Festival Budaya Tari 1 Kali

2 Sedekah Bumi 1 Kali

3 Upacara Adat 2 Kali


(43)

5 Kerja Bakti 4 Kali


(44)

BAB III

TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK A. Latar Belakang Dilaksanaan Sedekah Bumi

Perkataan "Sedekah Bahasa Arab: ةقدص transliterasi: sadakah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan

baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada

saudaramu adalah sedekah.

Makna sedekah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT.

Menurut rumusan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat dalam

bukunya “ Manusia dan Kebudayaan di Indonesia” pengertian slametan


(45)

“Selametan adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi do’a sebelumdibagikan”. (Koentjaraningrat, 1970: 340)

Dengan demikian yang dimaksud dengan slametan diatas adalah upacara terima kasih atau upacara rasa syukur atau hasil panen pada pada pelaksanaannya setelah panen. Selametan atau sedekah bumi ini dilakukan dengan maksud untuk menanggulangi mala petaka yang bakal terjadi baik yang akan menimpa badannya maupun yang akan menimpa tanamannya, sebab hamper semua selametan bertujuan untuk memperoleh keselamatan dengan tidak ada peganggu satu apapun.

Asal-usul tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan masyarakat desa Laban tidak lepas dari cerita rakyat yang terbentuk dalam suatu penuturan yang terbesar secara lisan dan diwariskan secara turun teumurun kepada masyarakat setempat. Dalam masyarakat tradisional, cerita rakayat biasanya diyakini akan kebenarannya, tetapi pada masyarakat yang sudah ada dipengaruhi unsur kebudayaan modern dan kemajuan zaman, keyakinan itu sudah mulai luntur.

Cerita rakyat pada dasarnya akan selalu tersimpan dalam ingatan. Maka dalam penyajiannya cerita tersebut tidak memiliki bentuk yang tetap. Ketidak tetapan tersebut disebabkan ketidak mampuan seseorang yang untuk mengingat cerita secara lengkap, adanya tuntutan untuk menyelarasikan cerita itu dengan sipendengar dan yang paling penting adalah adanya perbedaan


(46)

nalar antara generasi yang dulu dengan generasi sekarang dalam meneceritakan sesuatu karena terpengaruh oleh zaman.

Desa Laban memiliki kekayaan alam yang begitu besar dan melimpah sehingga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat Laban khususnya para petani.

Akan halnya dengan desa-desa yang ada di Kecamatan Menganti, desa Laban juga memiliki kebudayaan warisan nenek moyang yakni tradisi ritual sedekah bumi yang bersifat sacara pelaksanaanya. Kegiatan tradisi sedekah bumi ini dilakukan setiap bulan Mei setelah panen padi karena menurut mereka bulan Mei adalah bulan disaat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Karena tradisi sedekah bumi selalu dinanti masyarakat Laban sehingga semua warga desa senantiasa datang untuk mengikuti atau menyaksikan tradisi sedekah bumi ini.

Menurut cerita para penduduk desa Laban, tradisi seperti ini sudah ada sejak dulu zaman nenek moyang, karena menurut mereka ini adalah warisan yang patut untuk dilakukan sehingga masyarakat Laban pun meneruskan tradisi ini karena baik bagi desa mereka.

Berawal dari kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang timbul lah tradisi sedekah bumi yang sampai sekarang tetap eksis keberadaannya. Sebenarnya diadakan atau timbulnya sedekah bumi ini adalah bertujuan untuk


(47)

tasyakuran panen padi dan melindungi desa dari segala bencana atau mara bahaya. Dengan lewat tradisi sedekah bumi ini pemerintah desa secara langsung member wejangan tentang pentingnya bersyukur dan kerja keras untuk membangun dan meningkatkan perekonomian bangsa dan Negara umumnya terutama warga desa Laban pada khususnya.

Demikianlah asal-usul timbulnya tradisi sedekah bumi yang ada di desa Laban yang diadakannya secara turun temurun hingga sekarang masih ada.

B. Waktu dan Tempat

Dalam menentukan waktu pelaksanaan upacara tradisi sedekah bumi yaitu pada tanggal 29 Mei 2016 yang merupakan dimana tanggal yang sudah memasuki wilayah musim kemarau dan musim panen bagi warga masyarakat desa Laban. Setiap tahunnya tanggal yang bertepatan dengan sedekah berubah-ubah.

Tempat pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut berada ditengah-tenagh lapangan desa Laban, namun dikarenakan pada saat itu hujan turun lebat dan keadaan lapangan yang tidak memadai akhirnya tradisi sedekah bumi dilaksanakan dibalai desa Laban.1

1


(48)

C. Jalannya Sedekah Bumi

Dua bulan sebelum tradisi sedekah bumi dilaksanakan, bagian seketariat desa atau administrasi disibukkan dengan segala sesuatu yang menyangkut surat menyurat. Diantara surat tersebut ditujukan kepada seponsor-sponsor tetap dan administrasi pemerintah serta yang menyangkut dan yang berkepentingan dalam hal sedekah bumi.

Satu bulan sebelumnya panitia yang sudah terbentuk atas dasar musyawarah yang melibatkan kepala desa, kasun, RT dan Rw. Kepanitian yang sudah dibentuk ini telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak perangkat desa dan warga masyarakat desa Laban. Panitia yang sudah terbentuk mempunya fungsi dan tugasnya sendiri-sendiri termasuk kebersihan lingkungan. Petugas keamanan baik hansip atau satpam sudah mulai mempersiapkan diri dan tenaga yang kuat untuk siap bertugas.

Langkah-langkah yang diambil dalam rangka melaksanakan tradisi sedekah bumi sebagai berikut:

1. Persiapan Tradisi Sedekah Bumi

Sebagaimana biasa yang sering kita jumpai, ketika akan

menyelanggarakan kegiatan terutama berskala besar perlu diadakan persiapan-persiapan terlebih dahulu, dengan tujuan agar aktifitas yang akan kita laksanakan dapat berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil seperti yang kita inginkan.


(49)

Tradisi sedekah bumi ini seperti juga upacara-upacara tradisional lainnya, langkah pertama adalah dengan membentuk kepanitiaan atas dasar musyawarah, yang terdiri dari

- Kepala Desa

- Pamong Desa,

- Ketua RT, RW

- Tokoh masyarakat yang dikoordinir langsung oleh Kepala Desa.

Adapun tugas dari kepanitiaan ini adalah mengatur jalannya kegiatan tradisi dari awal sampai akhir.

Setelah kepanitiaan dibentuk, baru mereka menyusun persiapan-persiapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan upacara tradisi sedekah bumi, diantaranya adalah pencarian anggaran dana pihak ketua pelaksana tradisi sedekah bumi sudah mengirimkan proposal untuk permohonan bantuan dana yang ditujukan kepada :

- RS Surya Medika

Selain mengajukan proposal ketua pelaksana tradisi sedekah bumi juga meminta dana kesetiap warga dengan nominal Rp 50.000.


(50)

Bersih lingkungan dan segala hal yang menyangkut keamanaan dan kebersihan yang sudah mulai dipersiapkan. Dalam hal ini keamanan pihak desa selain hansip dan satpam juga tapi para panitia meminta bantuan kepada :

- Petugas Kepolisian Kecamatan Menganti. - Satuan Keamanan Kecamatan Lakar Santri.

Dalam persiapan upacara tradisi sedekah bumi, selain sibuk ditempat upacara dilakukan dibalai desa juga disibukkan oleh ibu-ibu warga masyarakat desa Laban yang mempersiapkan untuk kegiatan tersebut, seperti memasak, membuat tumpeng, dan lain-lainnya. Semua itu menunjukkan bahwa tradisi masyarakat desa Laban masih memiliki cirri khas keramah-tamahan, dengan memberikan jaumuan terhadap tamu yang datang baik warga desa maupun tamu atau para undangan dari luar desa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Hal biaya secara keseluruhan ditaggung oleh pihak panitia pelaksana Tradisi Sedekah Bumi seperti sesaji, pakaian seragam, terop, wayang, masyarakat hanya sebagai pelaksana.

Adapun macam-macam sesaji yang dipersipakan pada upacara tradisi sedekah bumi diantaranya adalah :

1) Minuman


(51)

- Kopi 2) Beras

3) Kelapa Parut 4) Nasi dikepal 5) Telur

6) Kecap

7) Kue-kue

Kue-kue yang disajikan adalah kue khas desa Laban, karena kue tersebut sudah mnjadi adat yang disetiap tahunnya selalu ada dan tidak boleh ketinggalan.

8) Bunga yang sudah diambil dari tangkai dan diacmpuri dengan Melati, Kenanga Merah, Kenanga Putih.2

9) Tumpeng Raksasa, tumpeng ini dibuat oleh para panitia dan warga dari orang Islam dan Hindu yang ada di desa Laban. Tumpeng ini alasnya terbuat dari kayu yang bisa dipegang dan diangakat orang banyak.

Karena tumpeng ini hanya terbuat dari buah-buahan dan sayuran diantaranya adalah:

Buah-buahan :

- Buah Apel

- Bauh Jeruk

2


(52)

- Buah Per

- Buah Anggur

- Buah Semangka Kuning dan Merah

Sayuran :

- Cabai

- Wortel

- Terong

- Kacang Panjang

- Tomat

Perlengkapan sesaji yang seperti itu merupakan sisa-sisa kepercayaan zaman mitos. Mitos adalah cerita-cerita kuno yang dituturkan dengan bahasa indah dan isinya dianggap petuah, berguna bagi kehidupan lahir batin serta dipercayai dan dijunjung tinggi oleh pendukungnya dari generasi satu ke generasi berikutnya, biasanya mitos menceritakan perihal kejadian bumi, langit, nenek moyang, manusia, dewa, dan upacara yang berhubungan dengan keagamaan dan kepercayaan.

Maksud diselenggarakan sesaji dalam upacara trsebut adalah mendukung kepercayaan masyarakat terhadap adanya kekuatan Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari makhluk-makhluk halus seperti Jin,


(53)

Syetan, Demit dan lain-lain. Supaya tidak menganggu keselamatan, keahagiaan , ketentraman hidup dan kesehatan masyarakat desa Laban atau sebaliknya yaitu meminta berkah dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa agar menolong dan dijauhkan atau dihindarkan gangguan dari makhluk halus lainya.

2. Peoses Tradisi sedekah Bumi

Setelah beberapa perlengkapan tradisi sedekah bumi dipersiapkan maka tradisi tersebut akan segera dimulai. Adapum macam-macam perlengkapan tersebut diantaranya adalah : sesaji, tumpeng, tumpeng raksasa desa.

Tradisi sedekah bumi yang ada di desa Laban dilaksanakan setiap 1 tahun sekali setelah panen padi. Pada hari pertama yaitu pada tanggal 28 Mei 2016 dimulai pukul 20.00-23.00 wib biasanya diadakan kegiatan

mele’an (jagongan) disertai dengan tontonan orkes, pada saat hari kedua

tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.00-13.30 adalah acara tradisi sedekah bumi dengan diarak nya tumpeng raksasa beserta kepala desa dan istrinya yang diiringi dengan alunan musik yang terbuat dari bambu dan gong, alat tersebut merupakan alat musik orang Hindu yang biasanya dipakai pada saat arakan ogoh-ogoh.

Warga desa Laban mayoritas beragama Islam, dan minoritas beragam Hindu. Akan tetapi nilai-nilai ajaran Islam kurang begitu dipegang teguh,


(54)

sehingga dalam aktifitasnya masih mengacu pada buday-budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.

Kepercayaan masyarakat desa Laban pada hal-hal yang lain sudah begitu menangkar yang sangat sulit untuk dihilangkan. Sehingga kalau tradisi sedekah bumi tidak diadakan, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti panen rusak, bahaya kelaparan, dan lain sebagainya.

Puncak keramaian dari proses jalannya tradisi sedekah bumi adalah pada saat datangnya hari pelaksanaan. Karena disaat itu segenap panitia sekaligus bersama stafnya berkumpul di Balai Desa dalam rangka menyambut datangnya Bapak Kepala Desa beserta Istrinya diiringi dengan alunan music tradisional dengan diaraknya tumpeng raksasa yang terbuat dari buah-buahan segar.

Adapun susunan acara tradisi sedekah bumi diantaranya adalah:

1) Pembukaan

2) Pembacaan Do’a

3) Sambutan-sambutan :

- Bapak Kepala Desa Laban

- Panitia Pelaksana Tradisi Sedekah Bumi

4) Pembacaan dan penjelasan tentang tradisi sedekah bumi (ikrar)

Sebagaimana Ikrar yang telah dibacakan pada waktu slametan oleh bapak Agus adalah sebagai berikut :


(55)

Nyelani atur dumateng sederek sepuh utawi enom sedoyo

kulo sa’dremi nglanteraken hajatipun sederek jaler mila

istri sedoyo wau caos muli matur kanjeng eyang sekalian pramilo dipun muli metri dipun suweni suap pandunganipun, rahayu wilujeng, wilujengo anggenipun

sami satu gregriyo, wilujeng sa’kluarganipun sedoyo wilujengo sa’kluarganipun sedoyo, wilujengo sak pola

tingkahipun sampun wonten alangan satunggal punopo kajawi sangking punikoingkah wayah kolo rumiyen

karibetan pengglih sa’kelebete karibetan penggalih

ingkang wayah suwun idilantaran kanjeng eyang sekalian panembahan sampun kedatengan lan kinabulan panyuwuni pun ingkang wayah sedoyo sami sowan dateng ten balai deso sekalian panembahan mawi wilujeng.

Sedoyo wau kagem saos dahar kajeng eyang sekalian

sa’rene sampun kedateng sedoyo pikajengipun ingkang

wayah sedoyo sami angleksanani nadaripuin ing dinten puniko mugi kanjeng eyang sekalian kreso nrimo sampon ngantos nagih tampo nyambut sageto luar ing dinten puniko kajawi sangking puniko ingkang wayah sedoyo

sami idi anggenipun pados sandang lan pangan sa’lami

nipun mugi sageto gampang gangsar pados sandang lan panen pari mugi lancar, drajatipun sageto semulur kebejanipun sageto kedateng sedoyo panyuwuni.

Ingkah wayah sedoyo sami ngabekti wonten ing pesarean balai deso nipun kanjeng eyang panembahan sekalian. Dawuhi pun kanjeng eyang sekalian mugi kanjeng eyang dipun dawuhi nyoto idi ingkang bade kecadong asto kaleh

kaembon sa’laminipun gesang ingkang wayah sedoyo

sageto tetepo imanipun mentepo panggenanipun langgeng

sami griyo geriyo sa’laminipun sa’kluarganipun sedoyo

anggenipun sami ngabekti dating eyang skalian lan Tuhan Yang Maha Esa.

Terjemahannya sebagai berikut :

Sebagai kata pembuka kepada saudara semua yang terhormat, saya hanya sebagai pengatar hajat dari saudara-saudara sekalia, maka semua kehendak yang disampaikan kepada nenek moyang sekalian, maka dari itu dimohon dengan kemudahan hati atas do’a restunya keselamatan dan keutuhan


(56)

dalam berkeluarga, semoga sehat seluruh kluarganya, selamat dalam melakukan seluruh kegiatan tidak ada halangan sesuatupun kecuali dari pada itu semua ananda dulu mempunyai masalah-masalah dalam kebingunan ananda minta lewat nenk moyang panembahan sekalian karena sudah terkabul seluruh permintaan anda, kami semua datang untuk persembahan dengan selamat di balai desa. Semua ini disajikan sebagai sajian kepada nenek moyang.

Berhubung sudah tecapai semua keinginan kami semua melaksanakan nadar di hari ini semoga nenek moyang memberikan keberkahan kepada panen padi kami semua.

Kami meminta do’a restu dalam mencari nafkah sandang,

pangan selama-lamanya, dapat meningkatkan derajatnya dan mendapatkan keuntungan-keuntungan serta dapat terkabul semua keinginannya.

Semoga kami semua selalu diberi kesehatan, diberikan panen padi yang baik dan desa ini terhindar dari bahaya atau bencana apapun. Maka kita wewujudkan rasa syukur ini kepada arwah leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa dengan mengadakan trdisi sedekah bumi.

5) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang telah dibawa masyarakt dari rumah untuk dimakan bersama-sama dibalai desa yang diikuti bapak-bapak, anak kecil maupun ibu-ibu.

6) Pembagian Hadiah Kupon

7) Slametan dilanjutkan dengan pembagian tumpeng yang sudah dibawa oleh warga. Pembagian tumpeng tersebut dibagikan kepada orang yang berada disekitar balai desa maupun warga yang dari luar desa Laban yang menyaksikan acara tradisi sedekah bumi tersebut.


(57)

Setelah serangkaian acara tradisi sedekah bumi tersebut berkahir barulah tumpeng raksasa tadi menjadi rebutan warga-warga pengunjung yang hadir dibalai desa. Pada saat malam harinya dilanjutkan dengan tontonan wayang.3

Pegelaran Wayang kulit dimaksudkan agar semua permintaan mereka dikabulkan, karena wayang disini merupakan sarana yang digunakan sebagai penghubung antara mereka dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pagelaran wayang ini ditayangkan semalam suntuk sampai pagi subuh, karena mereka beranggapan bahwa waktu malam itulsh yang baik untuk berdo’a sehingga akan dengan mudah permintaan mereka didengarkan.

Penutupan dilanjtukan dengan so’a selamat :

َح َ يْن دلا ىِف َنِت َا َنبَ

ِةَنَس

ِةَنَسَح ِةَ ِخ آا ىِفَو

ِ نلا َ اَ َع َنِقَو

Artinya :

“Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat dan

periharalah kami dari siksa api neraka. “

3


(58)

BAB IV

BEBERAPA SEGI AKULTURASI PADA SEDEKAH BUMI DI DESA LABAN

Ditengah-tengah masyarakat ada satu anggapan cukup kuat tentang sedekah bumi yang sudah menjadi tradisi masyarakat Laban dan berkembang sampai sekarang ini adalah merupakan produk sinkritisasi keyakinan atau kepercayaan yang bersumber dari berbagai agama baik dari keyakinan Animisme dan Dinamisme, maupun juga agama-agama yang datang kemudian seperti Hindu, Budha dan Islam.

Persepsi semacam ini kiranya cukup beralasan, sebab sejarah juga membuktikan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan Jawa khusunya adalah suatu masyarakat yang mengalami penempatan dan berbagai agama kemudian agama tersebut menjadi pegangan hidup bagi segenap bangsa dan masyarakat nusantara.

Dari berbagai macam agama yang berkembang khusunya di pulau Jawa dan Indonesia pada umunya, yang diawali pertama kalinya oleh agama Hindu dan Budha (kurang lebih sekitar abad ke-4 M, dua abad sebelum Nabi Muhammad SAW di lahirkan).1 Kemudian diikuti selanjutnya oleh agama Islam yang dating kira-kira abad ke-6 atau abad ke-7 M.2 Dari sini lalu timbul suatu bentuk perpaduan budaya agama

1

Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 26. 2


(59)

corak sifatnya. Hal ini yang kemudian oleh para ahli ilmu diistilahkan dengan sebutan proses akulturasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Ali Murtopo bahwa yang sesungguhnya terjadi di Indonesia setelah masuknya pengaruh Hindu secara cultural adalah yang kita kenal dengan nama Akulturasi. Artinya masyarakat dan kebudayaan Nusantara tetap sebagai suatu subyek yang berkembang memperkaya diri dengan unsur-unsur kebudayaan Hindu.3

Dari akulturasi budaya semacam itu, kemudian mengendap menjadi suatu kepercayaan yang mentradisi secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga sekarang ini. Demikian pula dengan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Laban .

Masyarakat sebagai bagian dari masyarakat Jawa dan Indonesia pada umumnya yang kesemuanya itu tidak dapat dipisah-pisakhan. Dalam dinamika budaya dan tradisi senantiasa diwarnai pula oleh gerakan perkembangan budaya dan tradisi yang terjadi di Jawa atau Indonesia secara luas,

Proses dinaminasi budaya dan tradisi khususnya Jawa dan nusantara pada umumnya diperkaya oleh berbagai agama yang masuk ke Indonesia seperti dikatakan oleh bapak Ali Murtopo sendiri yang anatar lain sebagai berikut :

Harus diakui bahwa baik Hindu maupun agama Islam ikut memperkaya an masyarakat dan kebudayaan Nusantara, khususnya dibidang religi, bidang kemayarakatan, serta dibidang kesenian. Selain itu ada juga

3


(60)

kelompok yang dating bersama kaum penjajahan Kristen atau kelompok Khatolik.4

Kebudayaan itu sendiri pada dasarnya adalah tradisi dari gagasan-gagasan atau ide-ide sebagai subyek utama yang kemudian tertuang dalam karya-karya nyata pada perilaku manusia, maka cara untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur akulturasinya tidak ada cara lain kecuali harus memahami simbol-simbol atau perilaku nyata pada gerak kehidupan manusianya. Budiono Herusatoto dalam hal simbol budaya ini mengatakan :

Kebudayaan sendiri terdiri dari gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil karya dan perilaku manusia. Sehingga tidaklah berlebih apabila dikatakan bahwa begitu eratnya kebudayaan manusia dengan simbol-simbol, sehinggga manusia dapat pula disebut sebagai mahluk bersimbol. Dengan perkataan lain dunia kebudayaan adalah dunia penuh simbol. Manusia berfikir dengan berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis.5

Untuk memudahkan dalam pembahasan ini maka akan diuraikan sedemikian rupa sesuai dengan segi-segi yang ada pada tradisi sedekah bumi dimana selengkpanya adalah sebagai berikut :

A. Dasar Tradisi Sedekah Bumi

Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya ( Bab III ) bahwa yang menjadi dasar tradisi sedekah bumi adalah mengikuti kebiasaan orang-orang terdahulu. Mereka beranggapan bahwa tradisi sedekah bumi adalah warisan dari leluhur mereka yang harus dilestarikan dan dilaksanakan. Jika tidak dilaksanakan

4

Ibid., 27. 5


(61)

maka akan membawa bencana besar bagi desa mereka. Salah seorang ibu Supiani di desa Laban mengatakan bahwa :

Tradisi yang biasa dilaksanakan masyarakat desa Laban adalah mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari orang-orang tua terdahulu sehingga kami tidak dapat meninggalkannya, apalagi meninggalkan hal yang demikian itu takutnya akan membawa membawa malapetaka atau bencana bagi kami seperti timbulnya wabah penyakit, hama merusak tanaman atau bencana yang lain semua itu kami hindarikan dengan melaksanakan upacara tradisi sedekah bumi.6

Bagi realitas tersebut tampak bahwa masyarakat desa Laban masih begitu kuat keyakinan terhadap pelaksanaan tradisi sedekah bumi sebagai

penolak bala’. Artinya mereka berkeyakinan terhadap roh-roh halus, mahluk-mahluk halus yang mampu mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan demikian maka dapat ditegaskan bahwa kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang merupakan kepercayaan Hindu sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa :

Tempat rakyat bersandar dan mempercayai diri tetaplah Brahmana, kasta tertinggi dalam pembagian caturwarna. Kitab suci rakyat Hindu tetap Weda. Kepercayaan akan banyak Dewa dan berbagai macam mahluk halus lainnya tetap pula berlangsung.7

Kepercayaan tersebut sangat dominan mendasari pelaksanaan tradisi sedekah bumi di desa Laban tersebut. Tradisi sedekah bumi yang biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya Jawa khususnya adalah merupakan pengembangan dari budaya Maulid Nabi, namun

6

Supiani, Wawancara, Laban, 29 Mei 2016. 7


(62)

masyarakat desa Laban tradisi tersebut mengalami perkembangan yang akhirnya sebagai dasar pokok tradisi itu adalah sudah mengalami sinkritisasi, baik dari Hindu ataupun Islam.

B. Tujuan Tradisi Sedekah Bumi

Ditinjau dari latar belakang sejarahnya, dimana tradisi itu pada mulanya bertujuan yang tadinya bersifat menghormati setelah itu berupa menjadi meminta perlindungan dari berbagai malapetaka, dan ditimpahkan berkah panen nya agar semakin meningkat rizqinya, sesuai dengan hasil wawancara adalah :

“setiap diadakan tradisi sedekah bumi saya selalu membuat sesajen untuk diletakkan dibalai desa, didepan tempat tontonan ludruk, dan diberikan kepada sinden, dengan alasan sebagai syarat supaya tidak terjadi apa-apa dan dilancarkan semua urusan”

Dari uraian diatas maka dapat ditarik pengertian bahwa ditinjau dari tujuan sedekah bumi, maka tradisi sedekah bumi tersebut mengalami dan merupakan akulturasi budaya dari agama Hindu. Sebab kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang bias memberikan perlindungan dan pertolongan terhadap kelangsungan hidup manusia. Maka kepercayaan ini identik dengan kepercayaan agama Hindu yang mempercayai adanya mahluk halus yang banyak merugikan manusia disebut Dewa Batata Kala.


(63)

C. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi

Ditinjau dari pelaksanaan tardisi sedekah bumi yang terjadi dan dilaksanakan oleh masyarakat desa Laban tidak luput dari asimilasi bermacam-macam agama yang ada di Indonesia yaitu Islam dan Hindu. Hal ini dapat dilihat pada rangkaian acara meliputi :

- Kirap sesaji dimana pelaksanaan tradisi ini lebih diperkaya dengan sesaji yang semuanya itu dipersembahkan kepada arwah para leluhur.

Hal ini adalah merupakan buadaya yang diambil dari agama Hindu yang dimaksudkan untuk mempengaruhi para Dewa agar berkenan menolong manusia, dalam faham agama Hindu.8

Pertunjukan wayang, pada mulanya Wayang adalah hiburan bagi masyarakat dalalm rangkaian acara tersebut, namun kenyataan yang terjadi dalam prakteknya adalah sebagai penolak bala’.9 Pertunjukan wayang telah kita lihat sebagai upacara kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan menolak bala’. Sesuailah pernyataan ini dengan pendapat H. Muh Said dalam bukunya yang antara lain mengatakan :

Pertunjukan wayang telah kita lihat sebagai tradisi kepercayaan bangsa Indonesia yang mula-mula dengan tujuan menolak bala’.

8

Harun Hadi Wijoyo, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 17. 9


(64)

Orang Hindu mula-mula datang ke Indonesia kira-kira pada permulaan Masehi untuk bermacam-macam tujuan antara lain untuk mengembangkan agamnya dan berdagang. Yang baik dan yang buruk menurut etika Hindu ini disampaikan dalam bentuk lakon pertunjukan wayang biarpun kurang disadari oleh penonton.

Bahwa terjadinya pelaksaan tradisi sedekah bumi ini terjadi penyimpangan disebabkan karena kurangnya pendidikan agama, pada dasarnya setiap individu sejak lahir telah memiliki fitrah tauhid yang dapat tumbuh dan berkembang baik menuju kesempurnaan, lalu mengenai perkembangan berikutnya tergantung pada pendidikan selanjutnya.

Bahkan sebelum manusia lahir ke dunia, Allah telah mendidiknya tentang ajaran Islam dan Tauhid sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 172 -173:

ا ب ا ل تفا مه عب م ًةَي اَ لبق م ا ؤ ابا شا ا َ ا آ ل ت ا

( لطب لا لعف

271

)

تي ْا لّصف ل

عج ي م َلعل

(

271

)

Artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa


(65)

menjawab “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi. (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kami tidak mengatakan. Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan).

“Atau agar kami tidak mengatakan” “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah engkau akan membinasakan kami karena perbuatan

orang-orang yang sesat dahulu?”.

D. Kelengkapan Tradisi Sedekah Bumi

Dimaksdkan disini sebagai kelengkapan upacara tradisi adalah segala sesuat yang akan sebagai sarana dalam acara agar memenuhi persyaratan. Misalanya warna-warnai sesaji dan bentuk kesenian yang dimaksudkan sebagai suguhan agar penonton dan leluhur mereka berkenan dan merestui segala permohonan mereka.

Dalam kelengkapan sesaji yang dihidangkan oleh masyarakat desa Laban bermacam-macam. Karena sebagai syarat dari tradisi sedekah bumi itu sendiri seperti bunga, kemenyan, kelapa dan lpertunjukan wayang kulit. Kelengkapan semacam itu, jika ditinjau dari segi agama adalah merupakan sinkritisasi kebudayaan berasal dari berbagai agama.


(66)

Kelengkapan semacam itu, jika ditinjau dari segi agama adalah merupakan sinkritisasi kebudayaan berasal dari berbagai agama. Misalnya soal kurban, disamping berasal dari agama Islam juga ajaran Hindu termasuk bagian dalam upacara tradisi. Kebiasaan membawa sesaji dimaksudkan sebagai tumbal agar segala yang diinginkan cepat tercapai adalah merupakan praktek-praktek dari agama Hindu.

Realitas kelengkapan semacam itu semakin menguatkan terhadap pengertian diatas yang mengatakan bahwa hal itu merupakan akulturasi budaya Islam dan Hindu.

Dalam prakteknya pelaksanaan tradisi sedekah bumi ini terdapat pada unsur-unsur budaya baik yang berasal dari agama Islam maupun Hindu. Sedangkan unsur-unsur yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi tersebut antara lain adalah :

a. Macam-macam sesaji baik berupa beras, jajanan, minuman, sayuran, buah-buahan, maupun kelapa. Berarti ini merupakan perpaduan antara Islam dan Hindu (macam-macam sesaji).

b. Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu.


(67)

c. Do’a-do’a yang dibacakan ketika pelaksanaan acara tradisi sedekah bumi dilaksanakan antara lain meliputi mantra-mantra dari agama Hindu dan ditutup dengan do’a penutupan dari agama Islam.


(68)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti mencoba memberikan kesimpulan, dimana bahasan pokok adala dari segi akulturasi budaya Islam dan Hindu antara lain adalah :

1. Tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Laban adalah merupakan kelanjutan dari tradisi nenek moyang mereka. Tradisi ini bermaksud untuk memberikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Karena minimnya mereka terhadap kemurnian ajaran Islam maka dalam

prakteknya tradisi sedekah bumi tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya terlalu kuat pengaruh tradisi nenek moyang yang melingkupi kehidupan mereka. Tujuan semula tradisi ini sendiri adalah bersyukur atas panen ydan untuk keselamatan desa mereka yang kemudian berubah menjadi penghormatan terhadap leluhur dan meminta pertolongan. 3. Dalam prakteknya pelaksanaan tradisi sedekah bumi ini terdapat pada

unsur-unsur budaya baik yang berasal dari agama Islam maupun Hindu. Sedangkan unsur-unsur yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi tersebut antara lain adalah :

a. Macam-macam sesaji baik berupa beras maupun kelapa. Berarti ini merupakan perpaduan antara Islam dan Hindu (macam-macam sesaji).


(69)

b. Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah bumi tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu.

c. Do’a-do’a yang dibacakan ketika pelaksanaan acara tradisi sedekah bumi dilaksanakan antara lain meliputi mantra-mantra dari agama Hindu dan

ditutup dengan do’a penutupan dari agama Islam.

d. Pengaruhnya terhadap keagamaan mereka karena adanya akulturasi budaya dalam pelaksanaan tradisi tersebut maka timbullah kepercayaan sinkritis dalam pola tata laku kehidupan mereka. Sehingga cita-cita kehidupan muslim yang bersifat murni dan konsekwen sangat sulit untuk di timbulkan.

B. Saran

Setelah memahami dan mengahayati pembahasan tentang tradisi sedekah bumi yang berkembang di desa Laban dengan segala rangkaian acara yang mewarnainya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diantaranya :

1. Hendaknya dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi tidak dicampur didalamnya antara suatu acara yang merupakan budaya dan acara yang merupakan ajaran agama khusunya agama Islam, pada kenyataannya memang mayoritas penduduk desa Laban adalah beragama Islam. Sehingga dapat membedakan mana yang merupakan suatu budaya yang murni dan suatu ajaran yang harus dilakukan dan diwajibkan dari salah satu agama sebagai penganutnya. Sehingga dengan demikian target yang ingin dicapai


(70)

dalam penyiaran agama Islam sesuai dengan yang diharapkan, karena penulis melihat rangkaian acara tradisi tersebut ada do’a Islam.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya Thomas Wiyasa. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2000.

Herususanto Budiono. Simbolis Dalam Budaya Jawa. Jakarta: Hadinita Graha Widya. 1987.

Hamka. Sejarah Umat Islam Jilid IV. Jakarta: Bulan Bintang. 1984.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press. 1990.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT: Rineka Cipta. 1990.

Murtopo Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: CSIS. 1987.

Simuh. Islam dan Pengumpulan Budaya Jawa. Bandung: TERAJU. 2003.

Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid II. Jakarta: Kanisius 1990.

SJ.W.M. Bakker. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. 1984.

Wijoyo Harun Hadi. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1990.


(72)

Rusman, Wawancara, Laban, 4 Maret 2016.

Cita, Wawancara, Laban, 8 Mei 2016

Supiani, wawancara, Laban, 29 Mei 2016

Gatot, Wawancara, Laban, 29 Mei 2016


(1)

c. Do’a-do’a yang dibacakan ketika pelaksanaan acara tradisi sedekah bumi dilaksanakan antara lain meliputi mantra-mantra dari agama Hindu dan


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti

mencoba memberikan kesimpulan, dimana bahasan pokok adala dari segi

akulturasi budaya Islam dan Hindu antara lain adalah :

1. Tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Laban adalah

merupakan kelanjutan dari tradisi nenek moyang mereka. Tradisi ini

bermaksud untuk memberikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Karena minimnya mereka terhadap kemurnian ajaran Islam maka dalam

prakteknya tradisi sedekah bumi tersebut banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya terlalu kuat pengaruh tradisi nenek moyang yang

melingkupi kehidupan mereka. Tujuan semula tradisi ini sendiri adalah

bersyukur atas panen ydan untuk keselamatan desa mereka yang kemudian

berubah menjadi penghormatan terhadap leluhur dan meminta pertolongan.

3. Dalam prakteknya pelaksanaan tradisi sedekah bumi ini terdapat pada

unsur-unsur budaya baik yang berasal dari agama Islam maupun Hindu.

Sedangkan unsur-unsur yang berakulturasi dalam tradisi sedekah bumi

tersebut antara lain adalah :

a. Macam-macam sesaji baik berupa beras maupun kelapa. Berarti ini


(3)

b. Pertunjukan yang merupakan serangkaian dari pelaksanaan tradisi sedekah

bumi tersebut adalah unsur-unsur dari agama Hindu.

c. Do’a-do’a yang dibacakan ketika pelaksanaan acara tradisi sedekah bumi dilaksanakan antara lain meliputi mantra-mantra dari agama Hindu dan ditutup dengan do’a penutupan dari agama Islam.

d. Pengaruhnya terhadap keagamaan mereka karena adanya akulturasi budaya

dalam pelaksanaan tradisi tersebut maka timbullah kepercayaan sinkritis

dalam pola tata laku kehidupan mereka. Sehingga cita-cita kehidupan

muslim yang bersifat murni dan konsekwen sangat sulit untuk di

timbulkan.

B. Saran

Setelah memahami dan mengahayati pembahasan tentang tradisi

sedekah bumi yang berkembang di desa Laban dengan segala rangkaian acara

yang mewarnainya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diantaranya :

1. Hendaknya dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi tidak

dicampur didalamnya antara suatu acara yang merupakan budaya

dan acara yang merupakan ajaran agama khusunya agama Islam,

pada kenyataannya memang mayoritas penduduk desa Laban

adalah beragama Islam. Sehingga dapat membedakan mana yang

merupakan suatu budaya yang murni dan suatu ajaran yang harus

dilakukan dan diwajibkan dari salah satu agama sebagai


(4)

dalam penyiaran agama Islam sesuai dengan yang diharapkan,

karena penulis melihat rangkaian acara tradisi tersebut ada do’a


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya Thomas Wiyasa. Upacara Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan. 2000.

Herususanto Budiono. Simbolis Dalam Budaya Jawa. Jakarta: Hadinita Graha

Widya. 1987.

Hamka. Sejarah Umat Islam Jilid IV. Jakarta: Bulan Bintang. 1984.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press. 1990.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT: Rineka Cipta. 1990.

Murtopo Ali. Strategi Kebudayaan. Jakarta: CSIS. 1987.

Simuh. Islam dan Pengumpulan Budaya Jawa. Bandung: TERAJU. 2003.

Soekmono. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid II. Jakarta: Kanisius

1990.

SJ.W.M. Bakker. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

1984.

Wijoyo Harun Hadi. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

1990.


(6)

iii

Rusman, Wawancara, Laban, 4 Maret 2016.

Cita, Wawancara, Laban, 8 Mei 2016

Supiani, wawancara, Laban, 29 Mei 2016

Gatot, Wawancara, Laban, 29 Mei 2016