PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTORISASI BILANGAN MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH DI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH THORIQUL ULUM NGRAME PUNGGING MOJOKERTO.

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI

FAKTORISASI BILANGAN MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH

DI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH THORIQUL ULUM NGRAME PUNGGING MOJOKERTO

SKRIPSI

Oleh :

JAINUN NIM. D54211097

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TAHUN 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI

FAKTORISASI BILANGAN MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH

DI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH THORIQUL ULUM NGRAME PUNGGING MOJOKERTO

Oleh

JAINUN

ABSTRAK

Rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap materi faktorisasi bilangan di Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto memicu peneliti untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas agar bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tersebut dengan menggunakan strategi Pembelajaran Make A Match, karena strategi pembelajaran Make A Match melibatkan siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui strategi Make A Match pada materi faktorisasi bilangan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari perangkat-perangkat atau uraian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto yang berjumlah 16 siswa, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mendiskripsikan apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan strategi Make A Match pada materi faktorisasi bilangan. (2) Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penggunaan strategi pembelajaran Make A Match pada materi faktorisasi bilangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Make A Match pada materi faktorisasi bilangan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto. Peningkatan rata-rata aktivitas siswa siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan yakni 7% menjadi 9%. Dari data angket respon siswa dapat dikatakan positif karena respon siswa terhadap strategi pembelajaran Make A Match semakin meningkat.


(6)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN SAMPUL...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...iii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI...iv

ABSTRAK...v

MOTTO...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR DIAGRAM ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tindakan yang Dipilih...5

D. Tujuan Penelitian...5

E. Lingkup Penelitian...6


(7)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Aktivitas ...9

B. Pengertian Belajar ...9

C. Klarifikasi Aktivitas Belajar...12

D. Penjabaran dari Aktivitas Belajar...13

E. Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran...18

F. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar...19

G. Faktor yang mempengaruhi dalam Belajar...19

H. Strategi Pembelajaran ...33

I. Pengertian Strategi Pembelajaran Make A Match...42

1. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Make A Match...44

2. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Make A Match...45

J. Faktor Bilangan, Faktor Persekutuan dan Faktorisasi Bilangan...46

K. Kerangka Berfikir... ...49

L. Hipotesis Tindakan...49

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ...50

B. Setting dan Subjek Penelitian...54

C. Variabel yang Diselidiki...55

D. Rencana Tindakan...55

E. Data dan Cara Pengumpulannya...60

F. Indikator Kinerja... ... 62


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...63

1. Deskripsi hasil Aktivitas Belajar Siswa ...63

a. Deskripsi Pembelajaran Siklus I...65

b. Deskripsi Pembelajaran Siklus II...73

2. Deskripsi Respon Aktivitas Belajar Siswa...76

B. Pembahasan...76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...80

B. Saran ...80

DAFTAR PUSTAKA...82

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...84

BIODATA PENELITI...85


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan setiap manusia. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih baik lagi untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini maka pendidikan di negara ini perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pendidikan formal atau sekolah.

Matematika adalah salah satu bagian terpenting dalam dunia pendidikan 1. Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari2.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang diperlukan oleh siswa untuk menunjang prestasi belajarnya3. Selain itu matematika juga diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya belajar matematika saat ini diharapkan kepada siswa mulai dari sekolah dasar hingga menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi untuk menguasai ilmu matematika. Namun dari hasil wawancara dengan siswa Madrasah Ibtida’iyah Thoriqul Ulum, sebagian besar siswa mengungkapkan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, karena matematika merupakan ilmu yang abstrak. Tidak heran jika

1

Pitadjeng, Belajar Matematika Yang Menyenangkan,(Jakarta:Depdiknas,2006), hal 9

2

Sunaryo,Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari,(Surabaya:Citra Media,1992), hal 16

3


(10)

2

banyak siswa tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini mengakibatkan rendahnya aktivitas belajar siswa di sekolah.

Aktivitas belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar dari siswa yang kurang efektif, bahkan tidak termotivasinya siswa sendiri dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik inilah yang mengakibatkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini, peran guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi siswa. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana belajar yang kondusif.

Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran4.

Penguasaan materi pelajaran apapun (bukan hanya pelajaran matematika) membutuhkan ketekunan dan tingkat penguasaan materi salah satunya ditentukan oleh ketekunan belajar siswa itu sendiri5. Namun waktu yang dibutuhkan oleh tiap-tiap siswa untuk dapat menguasai suatu materi itu tidak sama. Asalkan siswa tersebut memiliki minat dan waktu yang cukup untuk mempelajari materi tersebut, maka siswa akan mampu menguasainya. Untuk menunjang proses pembelajaran, selain bahan ajar,

4


(11)

3

strategi juga mempunyai peran penting dalam suatu proses pembelajaran. media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media ini berisikan pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran6. Strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru.

Untuk itu seorang guru harus pandai-pandai memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk siswa. Sehingga dengan adanya strategi pembelajaran yang sesuai akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. keberhasilan seorang guru dalam mengajar akan terlihat dari antusias serta peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kata lain guru dikatakan berhasil dalam pembelajaran bila pelajaran yang diberikan kepada siswa bisa dikuasai dengan baik dan benar. Upaya peningkatan aktivitas belajar siswa tidaklah mudah, karena suasana lingkungan, metode pembelajaran sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jadi perlu adanya strategi pembelajaran yang cocok sehingga dapat membangkitkan semangat dan aktivitas belajar siswa7.

Dalam pembelajaran matematika kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Ngrame Pungging Mojokerto muncul permasalahan yaitu rendahnya aktivitas belajar siswa. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dibutuhkan strategi pembelajaran yang cocok, tempat belajar yang nyaman

6

Arsyad, Media Pembelajaran ,( Jakarta, Raja Grafindo Persada,2002), hal 4

7


(12)

4

dan menyenangkan, agar semua materi yang diberikan oleh guru dapat difahami serta diserap dengan baik8.

Salah satu strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Make A Match. Karena strategi pembelajaran ini siswa dituntut untuk belajar sambil bermain. Sehingga siswa aktif secara langsung dalam proses pembelajaran. Dari sini diharapkan kerjasama dan keaktifan siswa dalam pembalajaran. Dengan demikian siswa belajar matematika tidak hanya mendengarkan guru saja, namun juga diperlukan timbal balik antara guru dan siswa yang akhirnya bisa menumbuhkan minat dan semangat belajar yang akhirnya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

Strategi pembelajaran mencari pasangan (Make A Match) dipilih karena strategi ini menuntut adanya kerjasama dalam mencari pasangan suatu materi yang sudah disiapkan untuk dapat meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa9, dengan kata lain pembelajaran Make A Match menuntut kerjasama antar siswa dengan cara mencari pasangan dari materi yang disajikan, sehingga siswa akan lebih kreatif dan efektif dalam proses pembelajaran, serta akan berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.

Dengan adanya permasalahan tersebut diatas penulis mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas :

8


(13)

5

“PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI

FAKTORISASI BILANGAN MELALUI STRATEGI MAKE A

MATCH” DI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH THORIQUL ULUM NGRAME PUNGGING MOJOKERTO.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan strategi Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi faktorisasi bilangan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto?

2. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan strategi Make A Match pada materi faktorisasi bilangan di kelas IV Madrasah Ibtida’iyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto?

C.Tindakan yang Dipilih.

Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah tentang rendahnya aktivitas belajar siswa yang meliputi keterampilan berfikir, pemecahan masalah, kemampuan menyelesaikan masalah pada mata pelajaran matematika materi faktorisasi bilangan adalah dengan diterapkannya strategi pembelajaran Make A Match.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mendiskripsikan terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa


(14)

6

dengan menggunakan strategi Make A Match dalam pembelajaran matematika pada materi faktorisasi bilangan.

2) Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan strategi pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran matematika pada materi faktorisasi bilangan.

E. Lingkup Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, seperti rendahnya aktivitas belajar siswa, kurangnya minat dengan pelajaran matematika, dan kurangnya memaksimalkan media yang ada dalam proses belajar mengajar, maka pembatasan penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Make A Match pada materi faktorisasi bilangan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto.

F. Signifikansi/Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diadakan dengan permasalahan di atas, antara lain :

1. Bagi Peneliti

a. Bertambahnya informasi dan berkembangnya wawasan mengenai Strategi pembelajaran Make A Match sehingga nantinya dapat diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran.

b. Merupakan tambahan pengalaman didalam perbaikan juga


(15)

7

2. Bagi Guru

a) Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya yang

akhirnya dapat menimbulkan rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya.

b) Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat

menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

c) Membuat guru lebih percaya diri karena mampu melakukan analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas sehingga dapat menemukan kekuatan dan kelemahan yang kemudian dapat mengembangkan alternatif untuk mengatasinya.

d) Guru dapat kesempatan berperan aktif mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan sendiri 3. Bagi Siswa

a) Dapat meningkatkan proses dan aktivitas belajarnya. b) Siswa merasa dapat perhatian khusus dari guru.

c) Perilaku guru yang juga berperan sebagai peneliti dapat menjadi modal yang bagus bagi siswa, sehingga diharapkan siswa juga dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri.


(16)

8

4. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.


(17)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama dengan siswa lain. 1) Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”.

Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas10.

2) Menurut W.J.S. Poewadarminto aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan 3) Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik

secara jasmani atau rohani11.

B.Pengertian Belajar

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk

10

Anton M Mulyono, Pengertian Aktivitas Belajar (Bandung: Pustaka Martiana,2001),hal 26

11

Sriyono, Arti Kata Belajar, kamus besar Bahasa Indonesia cetakan edisi I, (Jogyakarta,2002), hal 21


(18)

10

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain.

Oemar Hamalik mengatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan12. Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. 1) Menurut Sardiman A.M, belajar merupakan suatu proses interaksi antara

diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

2) Menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya Drs.Mahfud Shalahuddin yang berjudul "Pengantar Psikologi Pendidikan", belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul Dedaktik Asas- Asas belajar, belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor faktor yang tidak termasuk latihan.

Dari pengertian-pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku


(19)

11

atau kecakapan. Sedangkan belajar aktif merupakan suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan Trinandita menyatakan bahwa ” hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri13. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar14. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu

13

Trinandita,Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran,(Bandung: indeks, 2009) ,hal 117

14

Lou Anne, Membangkitkan Minat Dan Aktivitas Belajar Siswa (Bandung: Rosdakarya,1993), hal 134


(20)

12

jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksipengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas belajar diperlukan sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas15.

C. Klasifikasi Aktivitas Belajar

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut Paul B Dierich dalam buku Sardiman menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1) Kegiatan- kegiatan visual (Visual activities).

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

15


(21)

13

2) Kegiatan- kegiatan lisan (oral/ Oral Activities).

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan (Listening Activities).

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis (Writing Activities).

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing Activities).

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. 6) Kegiatan-kegiatan motorik (Motor Activities).

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental (Mental Activities).

mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

Kegiatan- kegiatan emosional (Emotional Activities), seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.


(22)

14

D. Penjabaran dari Aktivitas Belajar

1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam kategori aktivitas belajar. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.


(23)

15

3. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar. Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan bacaan.

4. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi. Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan16. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca.

16


(24)

16

Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni, sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum dalam belajar.

5. Membuat ikhtisar atau ringkasan

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.


(25)

17

6. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal. Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif singkat.

7. Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis.

8. Mengingat

Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar. Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur seseorang.


(26)

18

9. Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.

10. Latihan atau praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.

E. Upaya Pelaksanaan Aktivitas Dalam Pembelajaran

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :


(27)

19

1) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.

2) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pelatihan diluar.

3) Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

4) Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

F. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Belajar

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti :

1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain 2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru 3. Mampu menjawab pertanyaan

4. Senang diberi tugas belajar


(28)

20

6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran 7. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa 8. Mencoba sendiri konsep-konsep

9. Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.

G. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas aktivitas belajar.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan


(29)

21

menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:

1) Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.

2) Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat. 3) Istirahat yang cukup dan sehat.

keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi aktivitas belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.


(30)

22

b. Faktor psikologis

adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan , motivasi, ingatan, minat, sikap, bakat, konsentrasi belajar, percaya diri, kebiasaan belajar dan cita-cita

1. Kecerdasan

kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah serta menciptakan kreatifitas serta peluang-peluang luar biasa untuk menjalani suatu kehidupan.

2. Motivasi

adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.17 Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.


(31)

23

a) Motivasi intrinsik

adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Menurut Arden N. Frandsen yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas 2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia

dan keinginan untuk maju.

3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang - orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman- teman.

4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya.

b) Motivasi ekstrinsik

Adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar18.

18


(32)

24

Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni menerima kesan, menyimpan kesan, dan memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya. Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini


(33)

25

tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu sub material pembelajaran selesai.

Kemampuan reproduksi, yakni pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian, atau untuk merespon tantangan-tantangan dunia pendidikan yang berada di sekitar atau diluar kehidupannya. Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini


(34)

26

melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.

4. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya. Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan antara lain:

a. Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.


(35)

27

b. Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

5. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya19. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,

19


(36)

28

seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.

6. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Berkaitan dengan belajar, Slavin mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar20. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk


(37)

29

melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

7. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam – macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, aktivitas belajar siswa meningkat kembali.


(38)

30

8. Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus – menerus, memberikan bermacam macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa. 9. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari – hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: a) Belajar pada akhir semester.

b) Belajar tidak teratur.

c) Menyia - nyiakan kesempatan belajar. d) Bersekolah hanya untuk bergengsi.


(39)

31

e) Datang terlambat bergaya seperti pemimpin.

f) Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain.Bergaya minta “ belas kasihan “ tanpa belajar. Kebiasaan – kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

10. Cita – cita Siswa

Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita – cita dalam hidup. Cita – cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “ gambaran yang jelas “ tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut ikutan. Cita – cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita –cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita –cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita – cita dengan kemampuan berprestasi, maka


(40)

32

siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

2. Faktor eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru , administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.


(41)

33

c. Lingkungan sosial keluarga.

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

d. Lingkungan non sosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah; 1) Faktor lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi


(42)

34

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

H. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan, awalnya digunakaan dalam lingkungan militer namun akhirnya kata strategi

digunakan dalam berbagai bidang termasuk dipakai dalam istilah

pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategipembelajaran. Sebagaimana dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi, mengatakan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatukegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”21. Moedjiono juga mengatakan sebagaimana dikutip Masitoh dan Laksmi Dewi, bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk guru menggunakan siasat tertentu.

Dari pendapat diatas strategi pembelajaran dapat dimaknai secara sempit dan luas. Secara sempit strategi mempunyai kesamaan dengan metode yang berarti cara untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Kalau secara luas strategi diartikan sebagai suatu cara penetapan keseluruhan aspek


(43)

35

yang berkaitan dengan mencapai tujuan pembelajaran, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Dick dan Carey yang dikutip oleh Suparman mengatakan bahwa strategi pembelajaran menjelaskan komonen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa. Dick dan Carey menjelaskan lima komponen umum strategi pembelajaran, yaitu: a) kegiatan prapembelajaran, b) penyajian informasi, c) partisipasi siswa, d) tes, dan e) tindak lanjut22. Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi pembelajaran.

Berkaitan dengan strategi ini, ada kesepakatan beberapa ahli. Mereka menyatakan bahwa strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat ini, konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai berikut : 1) Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam

menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.

2) Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif. 3) Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang

digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

22


(44)

36

4) Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berikut ini akan dijelaskan empat komponen utama strategi pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pembelajaran, metode, media, dan waktu. Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu a) penjelasan singkat tentang isi pembelajaran, b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (apersepsi), dan c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran. Penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu a) uraian, b) contoh, dan c) latihan. Penutup terdiri atas dua langkah, yaitu a) tes formatif dan umpan balik dan b) tindak lanjut. Bila dibagankan urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 2.1

Urutan Kegiatan Pembelajaran

No. Komponen Langkah Kegiatan


(45)

37

b.Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa (apersepsi). c. Penjelasan tentang tujuan pembelajaran.

2 Penyajian

a. Uraian b. Contoh c. Latihan

3 Penutup

a. Tes formatif dan umpan balik b. Tindak lanjut

Strategi pembelajaran terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Setiap langkah itu mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan strategi yang sama.

Media pembelajaran berupa media cetak dan atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Seperti halnya penggunaan strategi pembelajaran, ada kemungkinan beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu strategi digunakan pada beberapa langkah.

Berikut ini dibagankan hubungan keempat komponen yang membentuk strategi pembelajaran Suparman.


(46)

38

Tabel 2.2

Komponen Strategi Pembelajaran Suparman

Urutan Kegiatan Pembelajaran Strategi Media Waktu

Pendahuluan

Deskripsi singkat

Relevansi

TIK

Penyajian

Uraian Contoh Latihan

Penutup

Tes formatif Umpan balik Tindak lanjut

Karena itu, dalam pemilihan strategi pembelajaran ada dua pertanyaan yang harus diperhatikan. Pertama, seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori pembelajaran yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan?. Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai masalah kejiwaan manusia. Dalam dunia pendidikan, ilmu psikologi ini digunakan untuk membantu mengenali jiwa anak didik dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor agar dalam proses belajar mengajar semakin lancar.

Hubungan psikologi dengan pendidikan dan pembelajaran sangat erat sekali, karena dengan mempelajari ilmu kejiwaan seorang guru dapat


(47)

39

memberikan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik. Artinya, psikologi digunakan sebagai pedoman dalam memberikan materi pendidikan dan pembelajaran. Sehingga yang menjadi tujuan dalam pendidikan dan pembelajaran yang berupa ranah kognitif, afektif dan psikomotor akan mudah tercapai.

Adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini menuntut adanya perubahan proses pembelajaran di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara optimal. Menurut Rusman pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.

Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut, diantaranya guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang


(48)

40

sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.

Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika guru mengajarkan topik tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang aktivitas belajar dan faktor-faktor belajar merupakan hal yang sangat penting diketahui bagi seorang guru dan calon guru.

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap aktivitas belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran seperti itu aktivitas belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak


(49)

41

pada pencapaian nilai akhir siswa. Dalam satu tahun belakangan ini siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas tidak lebih dari 25%.

Rendahnya Aktivitas belajar siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa.Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan strategi Make A Match.

Strategi pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Ibrahim mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial23. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada

23


(50)

42

dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Strategi pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan strategi pembelajaran Make A Match. yaitu strategi untuk mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan strategi ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Tehnik strategi pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran . Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan24. Langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran Make A Match sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.


(51)

43

3) Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang. 4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5) Pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa

Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

6) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

7) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

8) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.

10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

I. Pengertian Strategi Pembelajaran Make A Match

Strategi pembelajaran Make A Match merupakan strategi pembelajaran mencari pasangan yang dikembangkan Lorna Curran. Merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada murid. Penerapan strategi ini di mulai dari teknik yaitu setiap murid mendapat sebuah kartu, lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.


(52)

44

Suprijono menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu” yang berisi pertanyaan-pertanyaan (soal) dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut25. Menurut Lorna Curran prosedur pembelajaran Make A Match adalah :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang mungkin cocok untuk sesi review ( persiapan menjelang tes atau tujuan). 2. Setiap murid mendapat satu buah kartu.

3. Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan PERSEBAYA berpasangan dengan kartu SURABAYA, atau pemegang kartu yang berisi nama JOKOWI berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN RI. 4. Murid bisa juga bergabung dengan 2 atau 3 murid lain yang memegang

kartu 3+3 membentuk kelompok dengan pemegang kartu 2 x 3 dan 12 : 2. Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran Make A Match bagi murid antara lain sebagai berikut:

a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian murid c) Mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.


(53)

45

1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Make A Match

Adapun langkah-langkah yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam pembelajaran tersebut menurut Rusman adalah :

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian lainnya bentuk jawaban.

b) Setiap murid mendapat satu buah kartu.

c) Tiap murid memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang. d) Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Artinya murid yang kebetulan mendapat kartu “soal”maka harus mencari pasangan yang memegang kartu “jawaban soal” .

e) Setiap murid dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap murid mendapat kartu yang berbeda sebelumnya.

g) Demikian seterusnya samapai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua murid.

h) Kesimpulan/penutup.


(54)

46

2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Make A Match

Strategi pembelajaran Make A Match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. a. Kelebihan Strategi Pembelajaran Make A Match

1) Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis. 2) Munculnya dinamika gotong - royong yang merata diseluruh

murid.

3) Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.

b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Make A Match

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. 2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid

terlalu.

3) Banyak bermain - main dalam proses pembelajaran. 4) Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai. 5) Jika kelas anda termasuk gelas gemuk lebih dari 30 orang / kelas

berhati- hatilah.

6) Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita mempersiapkan kartu-kartu.


(55)

47

J. Faktor Bilangan, Faktor Persekutuan dan Faktorisasi Bilangan

1. Faktor Bilangan

Faktor bilangan adalah pembagi suatu bilangan, yaitu bilangan-bilangan yang membagi habis bilangan-bilangan tersebut. Cara untuk menentukan faktor suatu bilangan ini erat kaitannya dengan perkalian dan pembagian.

Contoh 1.

Andi memiliki 12 buah apel dan 18 buah jeruk. Dia berencana untuk membagikan buah-buah tersebut secara rata kepada temannya. Yang dimaksud rata di sini adalah bahwa temannya akan mendapatkan buah apel dan buah jeruk yang banyaknya sama dengan temannya yang lain. Ada berapa banyak teman Andi yang akan menerima buah-buahan tersebut? Berapa banyak teman Andi maksimal yang akan menerima buah-buahan tersebut?

Gambar 2.1


(56)

48

Kemungkinan pertama, Andi dapat memberikan buah-buahan tersebut kepada seorang temannya. Sehingga temannya tersebut akan mendapatkan 12 buah apel dan 18 buah jeruk. Kemungkinan ini merupakan kemungkinan yang paling sederhana. Kemungkinan kedua, Andi dapat memberikan buah-buahan tersebut kepada 2 orang temannya, Sehingga masing-masing temannya akan mendapatkan 12 : 2 = 6 buah apel dan 18 : 2 = 9 buah jeruk.

Apakah Andi dapat membagikan buah-buahannya tersebut secara rata kepada 4 orang temannya? Tentu tidak. Buah apel yang berjumlah 12 memang dapat dibagi dengan 4, akan tetapi banyaknya buah jeruk, yaitu 18, apabila dibagi dengan 4 sama dengan 4 dan sisa 2. Atau dengan kata lain, 18 dibagi 4 tidak menghasilkan suatu bilangan bulat. Ini dapat dikatakan bahwa 4 merupakan faktor dari 12, tetapi bukan faktor dari 18. Mari kita kembali kepada permasalahan di awal. Ada berapa banyak teman Andi yang akan menerima buah-buahan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita daftar semua faktor dari 12 dan 18. Semua faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12. Sedangkan semua faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, dan 18.

2. Faktor Persekutuan

Adalah faktor-faktor yang sama dari dua bilangan atau lebih. Banyaknya teman Andi yang akan diberikan buah harus dapat membagi bilangan 12 maupun 18. Sehingga banyaknya teman Andi haruslah faktor-faktor persekutuan dari 12 dan 18, yaitu 1, 2, 3, dan 6. Bilangan 12


(57)

49

dan 18 memiliki faktor-faktor yang sama, yaitu 1, 2, 3, dan 6. Faktor-faktor yang sama tersebut disebut Faktor-faktor persekutuan.

3. Faktorisasi Bilangan

Faktorisasi bilangan adalah memfaktorkan bilangan dengan bentuk perkalian bilangan – bilangan dari suatu bilangan, Faktorisasi bilangan dapat diperoleh dengan menggunakan pohon faktor. Untuk lebih jelasnya cara menentukan faktorisasi bilangan dengan menggunakan pohon faktor Contoh 1

Faktorisasi bilangan dari 24 = 2 x 2 x 2 x 3 atau 23 x 3 24

2 12 2 6

2 3

Contoh 2

Faktorisasi bilangan dari 30 adalah 2 x 3 x 5 30

2 15

3 5

Contoh 3

Faktorisasi bilangan dari 28 adalah 2 x 2 x 7 atau 22 x 7 28

2 14


(58)

50

K. Kerangka Berfikir

Upaya guru untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan berbagai cara dan strategi agar dapat tercapai secara maksimal. Sudah dijelaskan diatas esensi matematika yaitu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. Esensi ini menjadi acuan terhadap strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan. Jika strategi pembelajaran matematika menggunakan cara-cara lama seperti ceramah, menghafal dan praktek yang tampak kering membosankan dan kurang bersemangat. Seorang guru harus tanggap untuk membuat variasi pembelajaran dengan strategi yang lain. Penerapan strategi yang tepat dapat berpengaruhi terhadap minat dan aktivitas belajar siswa.Sebaliknya, kesalahan dalam penerapan metode atau strategi pembelajaran akan berakibat fatal. Peneliti sebagai guru matematika kelas IV MI Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto menggunakan strategi Make A Match, yang dirasa sesuai dengan karakteristik siswa. Karena pembelajaran ini menggunakan strategi yang terkesan bermain dalam belajar, dan berdasarkan kajian teori diatas maka terbukti bahwa dengan menggunakan strategi Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

L. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori mengenai faktorisasi bilangan , Maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah dengan penerapan strategi pembelajaran Make A Match aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.


(59)

151550

 

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kemmis dan Taggart. Basrowi mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas26.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa inggris classroom action research adalah tindakan sekelompok guru yang memperbaiki kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri27. Para guru tersebut dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. PTK secara umum bertujuan untuk memberikan sumbangan bagi peningkatan profesionalitas guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan siswa belajar.

Model penelitian ini menuntut kerjasama antara peneliti dengan guru lain (teman sejawat). Peneliti sebagai perencana penelitian, pengumpul data, penganalisis data. Teman sejawat bertindak sebagai observator penelitian, dan pelaksana tindakan.

      

26

Basrowi, Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor:Ghalia Indonesia,2008), hal 25 

27

Rochiati Wiriatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007). hal 13 


(60)

51  

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah peneliti memilih menggunakan alur model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Adapun proses alurnya dimulai dari peneliti yang mempunyai seperangkat rencana tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada juga peneliti yang telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi. Kebanyakan penelitian tindakan kelas mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Langkah selanjutnya adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas menggunakan beberapa siklus. Masing-masing siklus mempunyai tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi28. Secara umum, Kemmis dan Taggart menggambarkan alur PTK sebagai berikut:

       28


(61)

52  

Gambar 3.1

Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.

Kennis dan Carr mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya29. Dalam penjelasannya lebih lanjut terhadap definisi tersebut

       29

Kennis, Carr, Penelitian Tindakan Kelas ,(Jakarta:Indeks, 2012), hal 42 

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi


(62)

53  

bidang pendidikan masuk dalamnya. Itu berarti bahwa guru diharapkan ikut terlibat dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Kedua pakar ini menyatakan bahwa situasi tidak akan berubah secara cepat seperti yang diharapkan para guru, namun mereka akan belajar sesuatu tentang proses perubahan itu sendiri, yaitu bahwa mereka memerlukan orang lain dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus difahmi, bukan sebagai langkah-langkah yang statis terselesaikan dengan sendirinya, tapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Para ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda-beda, Zainal Arifin dalam Metodologi Penelitian Pendidikan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu Perencanaan ( planning ), Tindakan ( acting ), pengamatan (observing), dan refleksi ( reflecting )30. Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih dengan menggunakan model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart dikarenakan setiap siklusnya mempunyai 4 tahapan yakni tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi diharapkan bisa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di MI Thoriqul Ulum Pungging Mojokerto.

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa dilakukannya tindakan kelas adalah dalam rangka guru untuk introspeksi, bercermin, merefleksikan diri


(63)

54  

atau mengevaluasi diri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru diharapkan cukup profesional dan untuk selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya yang sekaligus dapat meningkatkan kwalitas dari anak didiknya.

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus PTK sebagai berikut :

a. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Thoriqul Ulum Ngrame kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap, yaitu pada bulan Juli 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik MI Thoriqul Ulum Ngrame kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

c. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan sampai menunjukkan peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa sesuai dengan perencanaan. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas belajar siswa pada


(64)

55  

materi faktorisasi bilangan melalui strategi pembelajaran Make A Match.

2. Subjek Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang, terdiri dari 9 siswa laki – laki dan 7 siswa perempuan.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel–variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto

2. Variabel proses : Strategi pembelajaran Make A Match

3. Variabel output : Peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi faktorisasi bilangan

D. Rencana Tindakan

Adapun penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan, setiap siklus terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


(65)

56  

1) Observasi awal

Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV yang berkaitan dengan aktivitas belajar. Kegiatan tersebut diantaranya :

a. Observasi terhadap strategi pembelajaran yang digunakan di kelas IV, serta buku-buku yang dipakai.

b. Meneliti siswa secara individual dan mencatat semua masalah yang dihadapi selama dalam proses belajar mengajar.

c. Melakukan diskusi dengan para pengamat bahwa pembelajaran yang akan digunakan adalah Make A Match

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

1) Menentukan materi pembelajaran. 2) Menyusun rencana pembelajaran.

3) Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa. 4) Membuat lembar angket siswa.

5) Membuat soal-soal dan jawaban dengan menggunakan kartu. b. Tahap pelaksanaan

Secara garis besar pada tahap pelaksanaan adalah :

1) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok , kelompok A kelompok B ,kelompok C dan kelompok D.

2) Guru menyampaikan indikator yang hendak dicapai dalam


(66)

57  

3) Guru memberikan kartu soal kepada kelompok A dan kelompok C dan kartu jawaban kepada kelompok B dan kelompok D.

4) Kelompok A berpasangan dengan kelompok B, Dan kelompok C berpasangan dengan kelompok D.

5) Kelompok siswa yang mendapat kartu soal mencari/mencocokkan dengan kelompok jawaban dan sebaliknya.

6) Mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas bagi siswa yang sudah menemukan pasangannya.

7) Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut. 8) Guru memberikan pekerjaan rumah.

c. Tahap pengamatan

Dalam kegiatan pengamatan observer mengumpulkan serta menyusun data yang diperoleh dari proses pembelajaran yaitu :

1) Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran

2) Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan strategi pembelajaran Make A match. d. Tahap refleksi

Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada refleksi adalah :

1) Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana.

2) Mencatat kendala– kendala yang dihadapi selama proses


(67)

58  

3) Mengadakan dialok dengan siswa yang mengalami keterlambatan belajar yang dikarenakan kurang respon serta kurang aktifnya dalam pembelajaran.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap perencanaan pada siklus II ini adalah :

1) Menyusun rencana pembelajaran 2) Menentukan materi pembelajaran

3) Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa. 4) Membuat lembar angket siswa.

5) Membuat soal-soal dan jawaban dengan menggunakan kartu. b. Tahap pelaksanaan

Guru melaksanakan RPP sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I yaitu

1) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok , kelompok A

kelompok B, kelompok C, kelompok D, dan setiap kelompok beranggotakan 4 siswa.

2) Guru menyampaikan indikator yang hendak dicapai dalam

pembelajaran.

3) Guru memberikan kartu soal kepada kelompok A dan kelompok C dan kartu jawaban kepada kelompok B dan kelompok D

4) Kelompok A berpasangan dengan kelompok B, Dan kelompok C berpasangan dengan kelompok D


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78  

 

Tabel 4.3 memberikan gambaran bahwa dari rata-rata aktivitas belajar siswa pra siklus ke siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, yaitu dari 5% menjadi 7% dan akhirnya menjadi 9%. Data rata-rata aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dari Pra siklus ke siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Perbandingan persentase rata-rata peningkatan aktivitas belajar siswa pada pra siklus dengan siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 4.2

Diagram Perbandingan Persentase rata-rata aktivitas Belajar Pra Siklus dengan Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dengan menerapkan strategi pembelajaran Make A Match pada materi faktorisasi bilangan memberikan dampak terhadap meningkatnya aktivitas belajar siswa. Dari kedua grafik tersebut juga digambarkan bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I dan siklus II telah berhasil meningkat. Dari data hasil rata-rata pada siklus II diperoleh bahwa persentase peningkatan rata-rata aktivitas belajar secara klasikal sebesar 9%. Begitu juga respon siswa terhadap

5% 7% 9% 0 2 4 6 8 10

Pra Siklus Siklus I Siklus II


(2)

79  

pembelajaran Make A Match mengalami kenaikan yang positif. Dengan hasil pada siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti melalui penerapan strategi Make A Match dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari hasil rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I 7% Siklus II 9% maka dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Thoriqul Ulum Ngrame Pungging Mojokerto.

2. Dari data angket respon siswa dapat dikatakan positif karena respon siswa terhadap strategi pembelajaran Make A Match semakin meningkat.

B. Saran 

Dengan pembuktian bahwa strategi pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, maka beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain:

1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan strategi pembelajaran Make A Match sebagai suatu alternatif mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran yang lain guna meningkatkan aktivitas belajar siswa.


(4)

81

2. Untuk melaksanakan pembelajaran Make A Match memerlukan persiapan yang matang sehingga guru mampu menentukan topik yang benar-benar bisa diterapkan dalam pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal.

3. Untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai materi faktorisasi bilangan dan lebih diperluas lagi tentang pembelajaran matematika maka dapat dilakukan dengan teknik yang lain atau teknik yang sama dengan melakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

DAFTAR PUSTAKA

Anne, Lou. Membangkitkan Minat Dan Aktivitas Belajar Siswa .Bandung: Rosdakarya.1993.

Arifin,.Zainal Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendekia.2008.

Arsyad. Media Pembelajaran Jakarta: Raja Grafindo persada. 2002. Ahmadi. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:CV Pustaka Setia.

1997.

Burhan, Cara Mudah Belajar. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas 2008 Curran,.Lorna Strategi Pembelajaran Make A Match. Surabaya: Citra

Media.1994.

Carey, Dick Rumusan Strategi Pembelajaran Jogyakarta: Dian Rakyat. 2005.

Carr, Kennis. Penelitian Tindakan Kelas .Jakarta:Indeks. 2012.

Djamaroh.Strategi Belajar .Jakarta: Rineke Cipta. 2008.

Hayinah, Motivasi Ekstrinsik Belajar Bandung : Wacana Prima. 2007.

http://orangmajalengka.blogspot.com/201506/,html Pintu ilmu pengetahuan, 15 juni 2015.

Hamalik, Oemar. Makna Kata Belajar. Jakarta: Imperial Bhakti Utama. 2003.

Ibrahim Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2000.

Isroji.Pembelajaran Kooperatif. Bandung:Pustaka Pelajar. 2009

Laksmi Dewi, Masitoh, Strategi Pembelajaran Jakarta: Depag RI. 2009.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1997.


(6)

Mulyono.,Anton Pengertian Aktivitas Belajar. Bandung: Pustaka martiana.2001. Pitadjeng.Pendidikan Matematika yang menyenangkan.Jakarta:Depdiknas. 2006 Suwandi, Basrowi, Prosedur Penelitin Tindakan Kelas, Bogor :Ghalia

Indonesia,2008)

Suharsimi, Arikunto ,. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: PT Bumi aksara.2001.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian: Dalam Teori dan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. 2006.

Slavin. Minat,Bakat Dan Kemampuan. Jakarta: Kompas. 1994.

Slavin. Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Jakarta: Kompas. 2007.

Sriyono. Arti Kata Belajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan edisi I, Jogyakarta. 2002.

Suparman, Suhaena. Proses Belajar. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2001.

Suprijono. Metode Pembelajaran Make A Match. Bandung: Nusa Media. 2009.

Sunaryo, Matematika dalam Kehidupan Sehari hari,Surabaya:Citra Media. 1992.

Saputra, Tirta.Pengantar Dasar Matematika. Surabaya:Citra Media. 1992

Wagito, Bimo. Arti kata angket siswa,Bandung, Pustaka Mutiara. 2010

Wiriatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:Remaja Rosdakarya . 2007.

Trinandita. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran. Bandung: indeks. 2009.


Dokumen yang terkait

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Waru Kecamatan Kebakkramat Tah

0 3 14

PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH Peningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Waru Kecamatan Kebakkramat Tah

0 3 11

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV SDN Gajahmati Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 16

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas IV SDN Gajahmati Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL MAKE A MATCH PADA MATERI BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SEMESTER 2 DI SD 4 DERSALAM KUDUS

0 0 26