Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

(1)

Oleh: Atik Tri Indraeni

103017027183

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

i

Terhadap Motivasi Belajar Matematika, skripsi jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap motivasi belajar matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Penelitian ini dilakuakn di SMP Paramarta Jombang – Ciputat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster randomsampling. Instrumen penelitian yang diberikan berupa angket sebanyak 29 butir pernyataan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji liliefors untuk menguji normalitas data, uji fisher untuk menguji homogenitas varians dan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil perhitungan hipotesis diperoleh nilai thitung = 3,63 kemudian dikonsultasikan pada

ttabel pada taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 86 diperoleh ttabel = 1,66.

Karena thitung > ttabel atau 3,63 > 1,66, maka Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika.


(3)

ii

Motivation Learning Mathematics, Mathematics Education majors thesis, Faculty of Science Tarbiyah And Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this study was to determine the effect of cooperative learning make a match type of motivation to learn mathematics. The method used in this study was quasi experimental method with Two Group randomized study design posttest Subject Only. This research was in junior high dilakuakn Paramarta Jombang - Ciputat. The sampling technique in this study using cluster randomsampling. The research instrument in the form of a questionnaire given to a 29 point statement. The data analysis technique in this research uses liliefors test to test data normality, Fisher test to test the homogeneity of variance and t-test to test the hypothesis. From the calculation results obtained hypothesis tcount = 3.63 ttable were consulted on the significant level of 0.05 and 86 degrees of freedom obtained ttable = 1.66. Because tcount > ttable or 3.63 > 1.66, then Ha is received so that it can be concluded that the motivation to learn mathematics students using cooperative learning make a match type is higher than the motivation to learn mathematics students using conventional learning. Thus the type of cooperative learning make a match affect the motivation to learn mathematics.


(4)

iii

Memang masih banyak kekurangan dan saya sadar betapa lemahnya diri saya di hadapan-Nya karenanya saya selalu memohon bantuan dan pertolongan agar selalu diberi kemudahan di dalam segala urusan baik yang bersifat lahiriah maupun bathiniyah. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikut sampai akhir zaman.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami penulis, namun berkat do’a, kesungguhan hati, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak ada kata yang dapat penulis ucapkan lagi, kecuali hanyalah rasa terima kasih yang tidak terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-masukan positif atas penyusunan skripsi ini. Lebih khusus lagi penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika. 4. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang

Dengan kesabaran dan keikhlasan telah membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Firdausi, M.pd selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan. Terima kasih atas semua bimbingan arahan, ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah membimbing, mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis masih melaksanakan perkuliahan. Semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah


(5)

iv

memberikan dorongan moril maupun materil serta do’anya yang tak henti -hentinya sampai penyusunan skripsi ini selesai. Semoga amal ibadahnya dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

8. Bapak Drs.Kusman selaku Kepala Sekolah SMP Paramarta yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian skripsi ini, bapak dan ibu guru SMP Paramarta yang selalu mendukung dan memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak-kakakku Dhini Sri Wahyuningsih, Aris Fajar Gunawan dan Raudhatul Jannah terimakasih atas doa dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tidak lupa untuk ketiga ponakanku tersayang (Ivan, Icha dan Bima) yang senantiasa menghibur di saat penulis sedang sedih dan merasa lelah.

10. Sahabat-sahabatku Qori, ALQ, Santi dan Tinah (terimakasih telah sabar mendengarkan curahan hati, memberikan masukan dan memberikan motivasi). Teman-teman seperjuangan di Jurusan Matematika angkatan 2003 khususnya Njah , Faizati, Dini, Teh Mimin, Mba Novita, dan Asniah (terimakasih untuk bantuannya). Dan semua teman-teman seperjuangan dan seperkuliahan kelas A maupun kelas B yang tak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi, persahabatan dan kenangan yang tak terlupakan.

11. Semua pihak yang terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu nama, jabatan serta sumbangsihnya, penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hanya do’a yang penulis haturkan semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Akhirnya Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak yang membacanya. Amiin Yaa Rabbal’Alamiin.


(6)

v


(7)

vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Kegunaan Penelitian ... 4

Bab II PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS... 6

A. Deskripsi Teoritik ... 6

1. Motivasi Belajar Matematika ... 6

a. Motivasi Belajar ... 6

b. Indikator Motivasi Belajar ... 22

c. Pengertian Matematika dan Karakteristik Matematika... 23

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match... 27

a. Pembelajaran Kooperatif ... 27

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match... 33


(8)

vii

C. Kerangka Berfikir ... 39

D. Perumusan Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 41

B. Metode Dan Desain Penelitian ... 41

C. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Analisis Data ... 47

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Homogenitas ... 48

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Data ... 51

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 56

1. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Homogenitas ... 57

C. Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan ... 58

D. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(9)

viii

A Match ... 34

Tabel 3 Desain Penelitian ... 42

Tabel 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 44

Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas... 44

Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 47

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen ... 52

Tabel 8 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Ekperimen ... 53

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas kontrol ... 54

Tabel 10 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kelompok kontrol ... 57


(10)

ix

Grafik 2 Histogram Dan Poligon Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Kontrol ... 55


(11)

x

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 130

Lampiran 4 Angket Motivasi Belajar ... 131

Lampiran 5 Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar Matematika ... 133

Lampiran 6 Perhitungan Item Uji Validitas ... 135

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ... 138

Lampiran 8 Perhitungan uji reliabilitas instrumen angket motivasi Belajar matematika ... 140

Lampiran 9 Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa ... 141

Lampiran 10 Perhitungan Membuat Daftar Distribusi Frekuensi, Varians, Simpangan Baku Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 11 Perhitungan Membuat Daftar Distribusi Frekuensi, Varians, Simpangan Baku Kelas Kontrol ... 144

Lampiran 12 Tabel Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ... 146

Lampiran 13 Tabel Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ... 148

Lampiran 14 Perhitungan Uji Homogenitas ... 150

Lampiran 15 Uji Hipotesis Statistik ... 152

Lampiran 16 Daftar A Luas di Bawah Kurva Normal Baku Dari 0 ke Z ... 155

Lampiran 17 Tabel Harga Distribusi F ... 156

Lampiran 18 Tabel Nilai Kritis L Uji Lilifors ... 160

Lampiran 19 Surat Bimbingan ... 161

Lampiran 20 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 162


(12)

1

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan formal berlangsung melalui proses belajar mengajar mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan informal adalah pendidikan yang dapat diperoleh di luar sekolah. Proses belajar mengajar terdiri dari tiga komponen, yaitu pengajar (dosen, guru, instruktur), siswa yang belajar, dan konsep-konsep tertentu yang diberikan oleh pengajar. Guru merupakan komponen yang sangat besar kontribusinya terhadap keberhasilan atau kegagalan pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut untuk senantiasa mengembangkan berbagai metode pembelajaran kreatif, inovatif, yang mampu membangkitkan energi belajar serta menggali dan mengembangkan potensi anak didik.

Keberhasilan atau kegagalan pendidikan yang dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar dapat diukur dari berhasil atau tidaknya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman materi dan prestasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Sebaliknya semakin rendah pemahaman dan prestasi belajar siswa, maka semakin rendah pula tingkat keberhasilannya.

Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, bahkan pada jenjang perguruan tinggi juga masih diberikan pelajaran matematika, karena pendidikan matematika merupakan salah satu pondasi dari kemampuan sains dan teknologi.

Sementara itu kebanyakan guru yang mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak


(13)

melakukan pembelajaran yang bermakna.1 Cara mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi. Akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistik. Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan motivasi belajar agar siswa dapat terus belajar. Karena pada matematika banyak rumus-rumus yang harus dipahami oleh siswa maka siswa harus di beri motivasi agar siswa tidak putus asa dalam belajar matematika.

Selain metode mengajar guru dalam kelas, ada faktor lain yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah latar belakang ekonomi dan sosial budaya siswa, kemajuan teknologi dan informasi, merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu.2 Pada pembelajaran matematika banyak rumus-rumus yang dipelajari, sehingga siswa menjadi malas untuk belajar matematika dan menghafal rumus-rumus matematika.

Metode mengajar merupakan suatu cara atau jalan yang ada dalam pembelajaran. Dalam lembaga pendidikan, agar murid atau peserta didik dalam belajar dapat menerima, menguasai dan bisa mengembangkan hasil pelajaran, maka cara-cara mengajar harus tepat, efisien dan efektif. Cara mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi cara belajar siswa. Cara mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya, karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya kurang jelas. Di dalam proses belajar mengajar biasanya guru mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional atau dengan metode ceramah yaitu guru menjelaskan kepada siswa di depan kelas kemudian memberikan contoh soal dan siswa disuruh untuk mengerjakan soal latihan. Sehingga siswa akan menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat materi yang disampaikan oleh guru.

1

Agus Ahmad, Pengembangan Pembelajaran Matematika Tingkat SMP,

http://agahsalam.blogspot.com/2009/01/pengembangan-pembelajaran-matematika.html, 14 Juni 2009, pkl. 16:25

2

Astute, Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Kerja Sama Guru Dan Orang Tua, http://www.bimakab.go.id/files/tuti-1.doc, 1 Oktober 2009, pkl. 11: 46


(14)

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu dewan guru di SMP Paramarta yaitu Ibu Aminah S.Pd mengatakan “motivasi belajar matematika masih rendah, karena guru yang memberikan materi kurang memahami metode pembelajaran yang harus diberikan kepada siswa”. Dari hasil wawancara tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar matematika masih rendah karena kurang memahaminya sistem pengajaran yang dilakukan oleh pengajar terhadap siswa, maka penulis mencoba menerapkan sistem pembelajaran tipe make a match.

Tipe make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran. Keunggulan dari tipe make a match ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan tipe make a match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang berisi jawaban, siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal atau jawaban dan berusaha menjawabnya, setiap siswa yang bisa mencocokkan kartu jawaban dengan kartu pertanyaan akan mendapatkan nilai atau reward.

Salah satu tipe yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan tipe make a match atau mencari pasangan. Pembelajaran ini dimulai dari siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Motivasi Belajar Matematika

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya motivasi belajar matematika siswa

2. Pembelajaran konvensional yang membuat siswa menjadi bosan dalam pembelajaran matematika


(15)

3. Kurang bervariasinya guru dalam mengajar

4. Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap motivasi belajar matematika siswa

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian agar persoalan penelitian dapat dikaji dengan mendalam. Maka penulis membatasinya dengan motivasi Intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar individu. Materi yang diberikan dalam penelitian ini adalah Relasi Dan Fungsi untuk kelas VIII, sedangkan pembelajaran yang digunakan adalah tipe make a match.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: “Apakah ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dengan tipe make a match terhadap motivasi belajar matematika?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar matematika siswa, dengan melihat ada tidaknya perbedaan antara motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan tipe make a match dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi penulis adalah dari hasil penelitian ini penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan.


(16)

2. Manfaat bagi siswa adalah dapat menumbuhkan motivasi belajar matematika, mengatasi kesulitan dan kejenuhan dalam belajar matematika, melatih dan mengembangkan kreativitas berpikir.

3. Manfaat bagi guru adalah dapat menjadi masukan bagi guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan tipe make a match.


(17)

6

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Motivasi Belajar Matematika a. Motivasi Belajar

1) Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, motivation yang berarti dorongan. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive berarti alasan dan daya penggerak. Motif diartikan sebagai segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.1Kata motif diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.2 Dengan demikian, perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motif yang dimilikinya.

Motivasi adalah kuatnya dorongan (dari dalam diri manusia) yang membangkitkan semangat pada makhlik hidup, yang kemudian hal itu menciptakan adanya tingkah laku dan mengarahkannya pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.3

Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Vroom mengatakan bahwa motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang

1

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-23, ,h. 60

2

Sardiman AM, interaksi dan motivasi belajar mengajar (jakarta: raja grafindo persada, 2001), h. 73

3

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007), cet. ke-1, h. 343


(18)

dikehendaki. Kemudian John P. Champbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku.4

Menurut Mc. Donald seperti yang dikutip Sardiman A. M dalam buku Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar mengatakan bahwa, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini motivasi mengandung tiga elemen, yaitu:

a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang pada organisme manusia.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. 5

Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

a) Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

b) Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

c) Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan

4

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., h. 72

5


(19)

intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.6

Dari beberapa pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah upaya seseorang untuk mendorong melakukan tindakan atau aktivitas yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan keinginan melakukan sesuatu kegiatan belajar. Beberapa teori motivasi, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Hierarki Kebutuhan Maslow

Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkatan kebutuhan, yaitu: kebutujan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.7

b) Teori keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG) Aldefer

Aldefer merumuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG), yaitu:8

6

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke-3, h. 183-184

7

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 40-42

8

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya..., h. 43


(20)

(1) Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang

dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada hierarki Maslow.

(2) Kebutuhan keterkaitan, berkaitan dengan hubungan kemitraan.

(3) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang

berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang dikemukakan Maslow.

2) Macam-Macam Motivasi

Secara fitrah, motivasi dalam diri manusia terbagi kepada tiga macam, yakni:9

a) Motivasi Spiritual

Yaitu dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan ruhaninya. Seperti mengharapkan keredhaan, kecintaan, dan perjumpaan dengan Pencipta Zat Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan dirinya dan kebutuhan-kebutuhan yang menunjang kehidupannya.

Dari contoh motivasi spiritual di atas adalah ridho. Ridho berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata rodiya yang berarti senang, suka, rela. Sedangkan menurut kamus al-Munawwir ridho artinya senang, suka, rela, dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-Nya yang setiap saat selalu kita rasakan. 10

Firman-firman Allah SWT. Yang mengisyaratkan motivasi spiritual dalam diri manusia yaitu:

9

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian...h. 345 10

Perilaku Terpuji (Adil, Ridho, Rela Berkorban),


(21)

                  

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

(Qs. Al-Bayyinah (98):5).

Motivasi spiritual ini menjalankan fungsinya dengan memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; seperti memelihara diri dari sikap kufur, nifaq, syirik, fasik, dan dzalim, agar tidak mendapatkan kemarahan dan murka-Nya baik di dunia maupun di akhirat.

(1) Motivasi memelihara diri dari kemusyrikan Firman Allah SWT:

































































Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,

“Sesungguhnya Allah adalah al-Masih putra Maryam,” padahal

al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah

Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. (QS. Al-Maidah (5): 72).


(22)



                      

Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj (22): 31).

Syirik adalah perbuatan, anggapan atau iktikad menyekutukan Allah SWT, dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa disamping Allah SWT. Sedangkan orang yang melakukannya atau pelakunya disebut dengan musyrik.

(2) Motivasi memelihara diri dari kekufuran

Kufur adalah perbuatan dan sikap tidak percaya kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan kitab-Nya Al-Qur`an. Khawarij mendefinisikan kafir sebagai perbuatan meninggalkan perintah Tuhan atau melakukan dosa besar. Muktazilah mengartikan sebagai suatu sebutan yang paling buruk yang digunakan untuk orang-orang yang ingkar terhadap Tuhan. Sedangkan golongan Asy’ariyah berpendapat kafir adalah pendustaan atau ketidaktahuan (al-jabl) akan Allah SWT.

Ada 12 macam bentuk kekafiran yaitu kafir, Harbi, kafir irnad, kafir ingkar, kafir juhud, kafir kitab, kafir mu’ahid, kafir musta’min, kafir zimmi, kafir nifaq, kafir ni’mah, kafir syirik, kafir riddah.11

(3) Motivasi memelihara diri dari kemunafikan

Nifaq adalah perbuatan, tindakan, atau sikap berpura-pura atau ingkar apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang ada

11


(23)

dalam hati dan tindakan atau perbuatan.12 Sifat-sifat orang yang munafik: mereka suka berdusta, mereka suka mengingkari perjanjian dan khianat, mereka bersikap angkuh dan suka menyombongkan diri, mereka suka menghalang-halangi orang-orang beriman untuk taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, mereka suka mengajak manusia kepada kekafiran, mereka suka memerintahkan yang mungkar dan suka mencegah yang baik.

b) Motivasi fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Yaitu dorongan fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik atau yang bersifat jasmaniah. Motivasi-motivasi ini ada beberapa di antaranya adalah:13

(1) Motivasi pemeliharaan diri

Yaitu memelihara diri dari rasa lapar, haus, letih, suhu panas dan dingin, rasa sakit pernapasan, dan lainnya. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya:

                                            

Maka Kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak

(pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.” Kemudian

setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata,

12

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian..., h. 358

13


(24)

“Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Q.S. Thaha (20): 117 - 120)

(2) Motivasi kepada kelangsungan hidup

Yaitu dorongan fitrah manusia berupa motivasi seksual kodrat keibuan. Motivasi seksual adalah berfungsi memberikan keturunan untuk kelangsungan keberadaan jenis.

c) Motivasi psikologis (kejiwaan)

Yaitu motivasi yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat kejiwaan, antara lain:14

(1) Motivasi memiliki

Motivasi memiliki adalah dorongan yang menganjurkan untuk mencari keuntungan materi dan dunia. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman-firman-Nya berikut ini:

                           

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidupdi dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali Imran (3): 14).

14


(25)

(2) Motivasi Agresif

Yaitu dorongan dalam diri manusia yang menganjurkan kepada tindakan merugikan dan menyakiti orang lain, baik dengan benturan secara fisik, sikap, maupun kata-kata.

Bentuk-bentuk motivasi agresif dalam Al-Qur`an dan as-sunnah banyak disebutkan diantaranya: motivasi kemarahan, motivasi dendam kesumat, motivasi kedengkian (Hasad), motivasi pengejekan dan pencemoohan, motivasi Menggunjing (Ghibah), motivasi persaingan.

Dalam belajar siswa memiliki keikhlasan dalam mengikuti proses pembelajaran. Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Ciri-ciri orang ikhlas: 1) terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia atau sendiri; 2) senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang lain, baik ada pujian atau celaan; 3) selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT; 4) mudah memaafkan kesalahan orang lain.15

Manfaat dan Keutamaan Ikhlas diantaranya adalah sebagai berikut: 16

1. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram; 2. Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT; 3. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa

15

Ikhlas Menurut Islam, http://sites.google.com/site/otoehkasela/ikhlas-menurut-islam, 8 Februari 2011, pkl. 15:30

16

Ikhlas Menurut Islam, http://sites.google.com/site/otoehkasela/ikhlas-menurut-islam, 8 Februari 2011, pkl. 15:30


(26)

serta dijauhkan dari api neraka

4. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT; 5. Doa kita akan diijabah;

6. Dekat dengan pertolongan Allah;

7. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

8. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat;

9. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah;

10.Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang- orang yang ikhlas dalam membangun masjid;

11.Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain; 12.Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa

adanya yang diberikan oleh Allah SWT).

Sedangkan dalam proses belajar motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:17

a) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau tidak berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.18

Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.19 Konsep motivasi intrinsik mengidentifikasikan tingkah laku

17

Drs. H. Martinis Yamin, M. Pd., Paradigma Pendidikan Konstruktivistik: Implementasi KTSP dan UU. No. 40 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet. Pertama, h. 108.

18

Sardiman A. M, Interaksi Dan Motivasi..., h. 89

19


(27)

seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu, apabila ia menyenangi kegiatan itu maka termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi intrinsik berisi:

(1) Penyesuaian tugas dengan minat (2) Perencanaan yang penuh variasi (3) Umpan balik atas respon siswa

(4) Kesempatan respon peserta didik yang aktif, dan

(5) Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. 20

Ada beberapa cara yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik, yaitu dengan:21

(1) Membangkitkan minat

(2) Mempertahankan keingintahuan

(3) Menggunakan berbagai cara penyajian yang menarik (4) Membantu siswa menentukan sasaran mereka sendiri.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.22 Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

20

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 9

21

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (Teori Dan Praktek), (Jakarta: Indeks, 2009), h. 132 –135

22


(28)

Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.23

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya.

Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik berisi:

24

(1) Penyesuaian tugas dan minat (2) Perencanaan yang penuh variasi (3) Respons siswa

(4) Kesempatan peserta didik yang aktif

(5) Kesempatan peseta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan

(6) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Dalam bukunya Drs. H. Martinis Yamin yang berjudul Paradigma Pendidikan Kontruktivistik, mengatakan bahwa ada beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik, menurut Winkel diantaranya adalah:

23

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan…, h. 108

24


(29)

(1) Belajar demi memenuhi kebutuhan

(2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan (4) Belajar demi meningkatkan gengsi

(5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi

memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:25 a) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

b) Hadiah

c) Saingan/kompetisi d) Pujian

e) Hukuman

f) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar g) Membentuk kebiasaan yang baik

h) Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok

i) Menggunakan metode yang bervariasi, dan

j) Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3) Fungsi Motivasi

Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Dalam bukunya Oemar Hamalik yang berjudul Kurikulum Dan Pembelajaran mengatakan fungsi motivasi dalam belajar diantaranya adalah sebagai berikut:

25

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 20-21


(30)

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, oleh karena itu manusia tidak dapat terpisahkan dari kegiatan belajar untuk memenuhi rasa ingin tahu tersebut. Melalui kegiatan belajar juga diperoleh perubahan dalam diri individu belajar seperti dari keadaan tidak tahu menjadi tahu.

Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik mereka ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau


(31)

pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by

change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai aktivitas

yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader

sense) is originated or changed through practice or training. Belajar

adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.26

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.27 Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: 28

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dalam bukunya Drs. H. Martinis Yamin, pengertian belajar menurut Gage mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.29

Dalam bukunya Abdul Rahman Shaleh, mengatakan bahwa ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan modern, yaitu:

26

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi...,h. 12-13

27

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 2

28

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor…h. 3 - 4

29

Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2008), cet. ke-1, h. 122


(32)

1) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning mengemukakan “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.”

2) Gagne, dalam buku The Condition Of Learning menyatakan bahwa:”belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-sama dengan isi ingatan memengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” 3) Morgan, dalam buku Introduction Of Phsychology

mengemukakan: “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.”

4) Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan: “belajar adalah suatu perubahan dimana kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” 30

Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap aktivitas yang dilakukannya berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Dalam pembelajaran dikenal motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.31

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

30

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi..., h. 207-208

31


(33)

mendukung.32 Motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar.33

Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah Memberi angka, Hadiah, Saingan/kompetisi, Ego-involvement, Memberi ulangan, Mengetahui hasil, Pujian, Hukuman, Hasrat untuk belajar, Minat dan Tujuan yang diakui.34

Dari beberapa pengertian motivasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal maupun eksternal atau daya penggerak siswa dalam belajar dengan tujuan mengubah tingkah laku siswa dalam belajar.

b. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator-indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

32

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi..., h. 23

33

Sunartombs, Pengertian Motivasi Belajar,

http://sunartombs.wordpress.com/2008/09/23/motivasi-belajar/, 15 Agustus 2010, pkl. 15:58

34


(34)

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 35

Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan 3) Menunjukkan minat

4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu 8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.36

Dari dua indikator motivasi belajar di atas, peneliti mengambil indikator yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno dalam bukunya yang berjudul Teori Motivasi & Pengukurannya (Analisis Di Bidang Pendidikan) yaitu: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Selain indikator tersebut adapula indikator lain yang diambil adalah perhatian, kerjasama, ikhlas, ridho, dan kebutuhan.

c. Pengertian Matematika Dan Karakteristik Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Prancis), matematico (Italia), matematiceski (Rusia), atau mathematick (Belanda) berasal dari bahasa latin yaitu mathematica yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike, yang berarti “relating to

learning”. Bahasa itu mempunyai akar kata mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Bahasa matematika

35

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi..., h. 23

36


(35)

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).37

Istilah matematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata

mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).

Perkataan matematika berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa yaitu mathanein yang mengandung arti belajar dan berpikir. Jadi berdasarkan etimologi Elea Tinggih, yang dikutip Erman Suherman dalam bukunya Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer mengatakan bahwa perkataan matematika berarti ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.38

Pengertian matematika dalam kamus besar bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus pusat pembinaan dan perkembangan bahasa Indonesia disebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.

Dalam buku strategi belajar mengajar matematika kontemporer, Suherman dan Winataputra, mengemukakan pandangan beberapa ahli berkenaan dengan istilah matematika antara lain:

1) James, mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan dengan jumlah yang banyak, terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

2) Reys dan kawan-kawan menyatakan matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan.

3) Kline mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi adanya matematika itu manusia dapat memahami permasalahan sosial, Ekonomi, dan alam.

37

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2003), h. 15

38


(36)

Lerner mengatakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kemudian menurut Paling matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.39

Dalam buku Sri Anitah dan kawan-kawan, ada beberapa pengertian matematika:

1) R. Soedjadi, mengemukakan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir.

2) Keysen, matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak.

3) Chanles Echels, matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya.

4) Herman Hudoyo, mengemukakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis.

5) Russeffendi, matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif.

6) Russeffendi, matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.40

Dari beberapa pengertian matematika di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalahcabang ilmu eksak yang mempelajari tentang logika, bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan.

Adapun karakteristik dalam matematika. Beberapa karakteristik matematika itu adalah:

1) Memiliki objek kajian abstrak

39

Mulyono Abdurrahman, pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 252

40


(37)

Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu adalah fakta, konsep, skill, dan prinsip.

2) Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan hal penting yang juga harus ditaati. Kesepakatan yang sangat mendasar adalah unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan aksioma. Unsur-unsur-unsur yang tidak didefinisikan ini juga disebut unsur primitif. Sedangkan aksioma atau postulat muncul untuk menghindari pembuktian yang berputar-putar sehingga kebenarannya aksioma ini tidak perlu dibuktikan.

3) Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat diartikan sebagai pemikiran dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang sederhana maupun dalam bentuk yang sangat kompleks

4) Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika banyak sekali simbol-simbol yang digunakan. Simbol-simbol itu dapat berupa huruf, lambang bilangan, lambang operasi dan sebagainya. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika.

5) Memperhatikan semesta pembicaraan

Seperti halnya dengan kosongnya arti dari simbol-simbol atau tanda-tanda dalam matematika juga diperlukan kejelasan lengkap atau semesta pembicaraan apa simbol atau tanda itu digunakan. 6) Kepastian dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang berkaitan satu dengan yang lain, ada pula sistem yang lepas satu dengan yang lain.


(38)

2. Kajian Teori Tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

a. Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) berasal dari

kata cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.41

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivis dan merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai bahan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga

41


(39)

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif diantara anggota kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini sociushomo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah.

Menurut Nurhadi dan Senduk dalam bukunya Made Wena pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa42. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.43

Dari beberapa pengertian pembelajaran kooperatif diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalahpembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk menyelesaikan tugas atau masalah dengan melakukan kerja sama antar siswa.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 tahapan yaitu:44

42

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. I, cet. 1, h. 189

43

Doantara Yasa, Pembelajaran Kooperatif,

http://ipotes.wordpress..com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif, 01 Juli 2009 pkl. 21: 42

44


(40)

Tabel 1

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Tahap Perilaku Guru

Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada materi yang dipelajari dan memotivasi siswa untuk belajar.

Tahap 2: Menyajikan informasi atau materi pelajaran

Menyajikan informasi atau materi pelajaran kepada siswa baik dengan demonstrasi atau bahan bacaan.

Tahap 3: Mengorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan bekerja sama dalam kelompok agar terjadi perubahan yang efisien.

Tahap 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Mengamati, mendorong, dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas

Tahap 5: Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Tahap 6: Mengumumkan pengakuan atau penghargaan

Memberikan umpan balik terhadap hasil kerja seluruh kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah menunjukkan hasil kerja baik.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:


(41)

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.

5) Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: 45

45

Yasa Doantara, Metode Pembelajaran Kooperatif,


(42)

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.

Siswa dalam menyelesaiakn materi yang diberikan oleh guru menggunakan pembelajaran kooperatif atau pembelajaran yang dilakukan bersama-sama. Maksudnya siswa dalam menyelesaiakan belajarnya dengan kelompok.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Dalam satu kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dengan adanya siswa yang memiliki berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, maka didalam satu kelompok apabila ada yang tidak bisa mengerti bisa menjelaskan kepada teman yang lain.

3) Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

Apabila di dalam kelas terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka guru mengelompokkan siswa dalam satu kelompok yang mempunyai suku., ras, budaya, jenis kelamin yang berbeda juga.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perseorangan.

Penghargaan yang diberikan akan lebih diutamakan kepada kerja kelompok yang siswa lakukan, agar siswa dapat melakukan kerjasama dalam menyelesaikan masalah dengan baik dan siswa yang lain juga ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah:


(43)

2) Unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,

3) Membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Adapun manfaat dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar

2) Meningkatkan hubungan antar kelompok, pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi.

3) Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, pembelajaran kooperatif dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.

4) Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berpikir, pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar.

5) Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan 6) Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas

7) Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya. 46

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai keunggulan. Keunggulan dari pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru.

2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain.

4) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

5) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

46


(44)

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai keterbatasan. Keterbatasan pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.

2) Memerlukan latihan agar siswa terbiasa belajar dalam tim

3) Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi pembelajaran kooperatif. ` 4) Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.

5) Guru memerlukan kemampuan khusus untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan pembelajaran kooperatif. 47

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

1) Tipe Make A Match

Tipe make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorn Curran. Tipe make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Salah satu keunggulan tipe ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tipe make a match ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan tipe make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.48 Penerapan tipe ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Manfaat tipe make a match bagi siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

47

Sri Anitah W, Strategi..., h. 6.10

48

Agus Suprijono, Cooperative Learning (TEORI & APLIKASI PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 94


(45)

a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

siswa

Kelemahan tipe make a match bagi siswa adalah sebagai berikut:

a) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi, jangan sampai siswa terlalu

banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. c) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

2) Tahap-Tahap Dalam Pembelajaran Tipe Make A Match

Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap dalam tipe make a match adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Tahap-Tahap Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Tahap 1:

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dan memotivasi siswa untuk belajar

Menyimak dan Mendengarkan

Tahap 2: Menyajikan informasi atau materi pelajaran

Menyajikan informasi atau materi pelajaran kepada siswa baik dengan demonstrasi atau bahan bacaan.

Menyimak dan mendengarkan.

Tahap 3: Menyiapkan konsep atau topik.

Menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik.

Siswa

mempersiapkan untuk memulai permainan


(46)

Mengorganisasikan kedalam kelompok-kelompok belajar

dua kelompok, kelompok yang pertama memegang kartu pertanyaan dan kelompok yang kedua memegang kartu jawaban.

yang diperintahkan oleh guru.

Tahap 5: Membagikan kartu kepada siswa

Membagikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban kepada siswa.

Mendapatkan satu kartu pertanyaan atau kartu jawaban.

Tahap 6: Memberikan waktu kepada ,siswa untuk memikirkan jawaban atau pertanyaan

Mengamati dan memberikan dorongan kepada siswa untuk menemukan pertanyaan atau jawaban.

Memikirkan jawaban atau pertanyaan dari kartu yang dipegang.

Tahap 7: Memberikan waktu kepada siswa untuk mencari

pasangan kartu

pertanyaan atau kartu jawaban.

Mengamati siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang

dipegang.

Mencari pasangan kartu yang dipegang.

Tahap 8:

Memasangkan antara kartu pertanyaan dengan kartu jawaban

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menunjukkan pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang benar di depan kelas.

Maju ke depan untuk menunjukkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban kepada siswa yang lain dan guru.

Tahap 9: Memberikan penghargaan atau Hukuman

Siswa yang dapat mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban sebelum batas waktunya akan diberi poin

Siswa menunjukkan pasangan kartu kepada guru.


(47)

dan siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Tahap 10: Memberikan

kesimpulan

Bersama-sama dengan ,siswa, guru

menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

Tahap 11: Evaluasi Memberikan latihan soal kepada siswa.

Mengerjakan latihan soal.

3. Pembelajaran Konvensional

Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.

Model pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang kegiatannya meliputi:

a. Guru menerangkan suatu konsep

b. Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya c. Guru memberikan soal-soal latihan

d. Siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas-tugas serta ulangna atau tes yang diberikan guru.

Menurut Djamarah pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.49

49

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pembelajaran-konvensional/, 17 Agustus 2010, pkl. 15: 04


(48)

Sedangkan menurut Burrowes menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.50

Setelah guru memberikan materi, guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini guru mengaitkan materi dengan contoh yang ada pada kehidupan yang nyata. Tanpa adanya tujuan pembelajaran, siswa tidak dapat mengetahui apa tujuan dari mempelajari materi tersebut.

Menurut Brooks & Brooks, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.51

B. Penelitian Yang Relevan

1. Hasil penelitian Risqi Kurnia Budiati (2009) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Make A Match (PTK pembelajaran matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kudus)” diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Kemampuan mengajukan pertanyaan sebelum tindakan sebesar 9.52% dan setelah tindakan sebesar 69.05%, 2) Kemampuan menjawab pertanyaan sebelum tindakan sebesar 21.43% dan setelah tindakan sebesar 73.80%, 3) Kemampuan mengemukakan ide atau pendapat sebelum tindakan sebesar 14.28% dan setelah tindakan sebesar 52.38%, 4) Kemampuan mengerjakan soal di depan kelas sebelum

50

Ketut Juliantara, Pendekatan Pembelajaran Konvensional,

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/, 17 Agustus 2010, pkl. 15: 12

51


(49)

tindakan sebesar 35.71% dan setelah tindakan sebesar 83.33%, dan 5) Kemampuan menyanggah atau menyetujui ide teman sebelum tindakan sebesar 16.67% dan setelah tindakan sebesar 61.90%.

2. Hasil penelitian Amanatus Sholihah (2009) yang berjudul “Penerapan Based Learning (PBL) Dan Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Wahid Hasyim Malang Pada

Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel” penelitian ini

menemukan bahwa hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa siklus 1 banyak siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV adalah 73, 4%. Berdasarkan kekerangan-kekurangan pada siklus 1, maka dilakukan beberapa perbaikan pada siklus 2 yaitu meningkatkan pengelolaan kelas dan pemberian motivasi belajar yang lebih. Pada siklus 2 banyaknya siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV menjadi 82,3%. Menurut ketuntasan pembelajaran yang di tetapkan pada SMP Wahid Hasyim Malang, pelaksanaan pembelajaran dikatakan mendukung atau berhasil apabila sekurang-kurangnya 80% siswa mendapat nilai minimal 65 sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan problem based learning dan make a match

dalam penelitian ini berhasil. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil observasi aktivitas yang masuk dalam kategori sedang pada siklus 1dan masuk pada kategori baik pada siklus 2.

3. Hasil penelitian Romiyatun (2008) yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Make A Match Dan Snow Ball Throwing Pada Kompetensi Dasar Gulma, Hama Dan Penyakit Tanaman Dengan Memperhatikan ESQ Siswa (studi kasus pada pembelajaran biologi kelas VIII MTs Negeri Tanon Sragen)”, mewnyimpulkan bahwa: 1) prestasi belajar yang menggunakan model pembelajaran make a match lebih baik dibanding model pembelajaran snow ball throwing , 2) prestasi belajar siswa yang ESQ nya rendah lebih baik dibanding denga siswa yang ESQ nya tinggi,


(50)

3) interaksi antara metode belajar dengan ESQ terhadap belajar tidak tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

C. Kerangka Berfikir

Didalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah hasilnya terkadang tidak memuaskan yakni tidak sesuai seperti yang diharapkan khususnya pada pembelajaran matematika yang disebabkan karena siswa merasa tidak senang, takut untuk belajar matematika, bosan untuk belajar matematika dan mereka menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit selain itu juga cara guru dalam memberikan materi dengan cara yang sama.

Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, baik itu yang berasal dari luar individu maupun dari dalam individu. Salah satu faktor yang berasal dari dalam individu adalah motivasi, yaitu motivasi untuk belajar matematika. Motivasi perlu ditumbuh kembangkan di dalam proses pembelajaran karena dengan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar maka ia akan bersungguh-sungguh untuk belajar tanpa merasa terpaksa dan hasil yang diperoleh akan lebih optimal. Sedangkan secara fitrah, motivasi dalam diri manusia terbagi kepada tiga macam yaitu motivasi spiritual, motivasi fisiologis dan motivasi psikologis.

Faktor lain yang mempengaruhi proses pembelajaran yang berasal dari luar individu adalah metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Pemilihan cara mengajar dalam pembelajaran yang kurang tepat oleh guru akan mengakibatkan kurang optimalnya hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru tidak menyesuaikannya dengan karakteristik siswa yang diajar. Dan banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional karena menganggap pembelajaran ini yang tepat dalam menyampaikan materi kepada siswa. Dimana siswa hanya duduk di kursinya mendengarkan penjelasan lalu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa tidak merasa nyaman untuk belajar matematika dan mereka tidak dapat mempelajari matematika dengan baik, sehingga ia menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit.


(51)

Tipe make a match memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses pembelajaran secara aktif dengan menggunakan kartu dan proses ini dipengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh atau sampai pada persamaan pemahaman dengan murid. Dengan tipe make a match, pembelajaran melibatkan negoisasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi. Wacana penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru atau antara sesama murid.

Tipe make a match pada pembelajaran matematika akan memberi keuntungan, selain pembelajaran matematika lebih bermakna dan menyenangkan, siswa mendapat kebebasan dalam mengajukan ide-ide dan masalah-masalah serta mendiskusikan perihal konsep yang terkait dengan pembelajaran tanpa dibebani rasa takut serta berargumentasi menuju pada penguasaan konsep yang ilmiah (matematis).

Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diduga tipe make a match dapat mempengaruhi motivasi belajar matematika siswa. Singkatnya dengan menggunakan tipe make a match, siswa akan lebih baik dalam memahami konsep matematika yang diberikan serta mampu menggunakannya dalam memecahkan persoalan.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(1)

kemudian arahkan nilai tersebut pada kolom dengan urutan nilai 5, maka diperoleh nilai Zt sebesar 0,4394.

5. S (Z) = 0,0682

44 3

  n fk

6. F(Z) = karena nilai Z = -1,55 (berarti nilai Z lebih kecil dari 0), berarti 0,5 – 0,4394 = 0,0606

7. Lt = karena n > 30, maka acuan yang digunakan adalah 0,134

633 , 6

886 , 0

8. Lo = diperoleh dari nilai F(Z)S(Z) yang memiliki nilai 0,123 karena Lo 

Lt (0,129  0,134), maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas tersebut


(2)

Lampiran 14

Perhitungan Uji Homogenitas

Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dilakukan dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Ha : Data memiliki varians homogen

Ho : Data tidak memiliki varians homogen

1. Jumlah sampel

ne = 44

nk = 44

2. Derajat kebebasan

Db1 (pembilang) = ne – 1 = 44 – 1 = 43 Db2 (penyebut) = nk– 1 = 44 – 1 = 43

Rumus uji Fisher hitung:

terkecil ians

terbesar ians

S S F

. var

. var

2 1

2 2  

Dimana S2 =

 

1

2 2

   

n n

x x

n

3. Menentukan kriteria pengujian:

a. Jika Fhitung Ftabel maka H0 diterima, yang berarti variansi populasi dari

kedua variabel homogen.

b. Jika Fhitung Ftabel maka Ha diterima, yang berarti variansi populasi dari

kedua variabel tidak homogen. 4. Menentukan Ftabel

Karena nilai F(0,05:43,43) tidak terdapat dalam tabel, maka dapat digunakan interpolasi sebagai berikut:

dari tabel distribusi F diperoleh nilai F(0,05: 40,42) = 1,68 dan F(0,05: 40,44) = 1,66, sehingga:

F(0,05:40,43) = 1,68 -

0,02

2 1

= 1,67 Dari distribusi F juga diperoleh:


(3)

F(0,05:50,43) = 1,64 -

0,01

2 1

= 1,635 Dengan demikian:

F(0,05: 43,43) = 1,67 -

0,035

10

1

= 1,67

Maka ttabel untuk F(0,05: 43,43) adalah 1,67.

Ftabel = 1,67.

Uji homogenitas nilai motivasi akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Diketahui: Varians eksperimen = 42,25

Varians kontrol = 57,26

Sehingga: Fhitung =

25 , 42

26 , 57

= 1,36 Ftabel =1,67

Karena Fhit < Ftab (1,37 < 1,67), maka Ho diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa varians nilai motivasi akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.


(4)

Lampiran 15

Uji Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis: Ho = 1 2

Ha = 1 2

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji –t, dengan langkah-langkah perhitungannya:

1. Merumuskan hipotesis

Keterangan:

1

 = Rata-rata skor motivasi belajar matematika siswa kelompok

eksperimen.

2

 = Rata-rata skor motivasi belajar matematika siswa kelompok

kontrol.

2. Data sampel post test Kelas eksperimen

n = 44

S12 = 42,25

x = 120,77

Kelas kontrol

n = 44

S22 = 57,26

x = 115,14

3. Distribusi Probabilitas sampling

Menggunakan uji –t dengan taraf nyata  = 0,05 dan dk = ((n1– 1) + (n2–

1) = 43 + 43 = 86, karena tidak ada di tabel maka menggunakan interpolasi sebagai berikut:

60 86 120


(5)

ttabel (0,05:86) = 36 26 ) 66 , 1 36 ( ) 67 , 1 26 (   x x = 1,66

4. Menentukan kriteria pengujian

 terima Ho, jika thitung (to) < ttabel (tt)  tolak Ho, jika thitung (to) > ttabel (tt)

5. Menentukan uji statistik

 Varians gabungan, standar deviasi, dan uji-t untuk post test

 Varians gabungan

S2 =

2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1      n n S n S n =

2 44 44 26 , 57 1 44 25 , 42 1 44      = 86 18 , 2462 75 , 1816  = 49,76

 Standar deviasi

S = S2  49,767,05

 Uji-t t = 44 1 44 1 05 , 7 14 , 115 77 , 120 1 1 2 1 2 1      n n S x x = 3,63


(6)

6. Kesimpulan

 Kesimpulan dari tes akhir (tes akhir)

Karena didapat thitung > ttabel (3,63 > 1,66), maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat perbedaan rata-rata motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

make a match dengan motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Make A Match (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMPN egeri

0 4 16

Article Text 2901 1 10 20170811

0 0 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH ... 1 PB

0 0 13

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MATERI LINGKARAN KELAS VIII SMPN 1 SUMB

0 1 8