BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA.

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN
KONSELING KELUARGA DALAM MENGATASI PELAKU
CYBERBULLYING SEORANG REMAJA DI WONOCOLO SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Islam (S.Sos.I)

Oleh:
KISMAN
NIM: B53212082

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016

ABSTRAK
Kisman (B53212077), 2016 Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan
Konseling Keluarga dalam Mengatasi Pelaku Cyebrbullying Seorang
Remaja Di

Wonocolo Surabaya
Dalam skripsi ini ada dua permasaalahan yang dikaji atau fokus penelitian yakni
(1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling islam dengan pendekatan konseling
keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di Wonocolo Surabaya?
(2) Bagaimana hasil Bimbingan dan Konseling islam dengan pendekatan konseling
keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di Wonocolo Surabaya?
Untuk menjawab permasaalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan analisis komparatif yakni membandingkan teori konseling keluarga
dengan proses konseling, sedangkan dalam pengumpulan data melalui observatif
partisipatif, wawancara tak terstruktur dan dokumentasi, setelah data terkumpul analisis
proses dilakukan dengan membandingkan teori konseling keluarga dengan keadaan dan
situasi di lapangan, dalam hal ini sebuah keluarga. Untuk tingkat keberhasilan yakni
membandingkan kondisi keseharian klien sebelum dan sesudah proses konseling
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Proses bimbingan dan konseling
islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi perilaku cyberbullying
terhadap anak pelaku cyberbullying di lakukan konselor dengan langkah langkah
identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment/Threapy dengan teknik konseling
individual kepada pelaku dan kepada kedua orang tua pelaku dimana konselor menjadi
facilitative comfortable (2) Hasil bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan
konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo

surabaya ini terlihat pada perubahan keseharian pelaku yang lebih positif dan lebih
produktif walaupun belum terlalu signifikan akan tetapi konseling keluarga memberi
pengaruh kebahagiaan bagi kedua orang tua pelaku yang sebenarnya tanpa
mememerlukan treatment khusus pelaku sudah dapat memperbaiki tingkah lakunya

Kata Kunci : Konseling keluarga, Remaja, Orang tua, Cyberbullying

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ..................................................... iii
MOTTO .........................................................................................................iv
PERSEMBAHAN............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................vi
ABSTRAK .....................................................................................................ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii

BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Definisi Konsep ....................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................... 10
G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 18

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian tentang Bimbingan dan Konseling islam, Konseling
keluarga dan Perilaku cyberbullying
1. Bimbingan dan konseling islam ...................................... 22
a) Pengertian bimbingan dan konseling islam ................ 22
b) Tujuan bimbingan dan konseling islam ..................... 23
c) Prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling islam ........ 23

x


d) Unsur-unsur bimbingan dan konseling islam ............ 24
2. Konseling keluarga .......................................................... 28
a) Pengertian Konseling Keluarga .................................. 28
b) Tujuan Konseling Keluarga ....................................... 31
c) Fungsi Konseling Keluarga ........................................ 32
d) Teknik-teknik Konseling Keluarga ............................ 36
e) Tahapan dan proses konseling keluarga ..................... 37
f) Fungsi dan peran konselor ......................................... 39
g) Hubungan orang tua dan emaja .................................. 40
3.

Perilaku Cyberbullying................................................... 42
a) Pengertian Cyberbullying ......................................... 42
b) Proses terjadinya Cyberbullying ............................... 44
c) Macam Macam Cyberbullying ................................. 45
d) Faktor Penyebab Munculnya Cyberbullying ............. 47
e) Ancaman Pidana Pelaku Cyberbullying .................... 47
f) Dampak dari Perilaku Cyberbullying ........................ 49


B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ......................... 50
BAB III : PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ......................................... 52
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 52
2. Deskripsi Konselor............................................................ 56
3. Deskripsi Klien ................................................................. 57
B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 59
1. Deskripsi masalah ............................................................. 59
2. Deskripsi

Tentang

Proses

Pelaksanaan

Konseling

Keluarga dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying
Seorang Remaja di Wonocolo Surabaya ............................ 59

3. Deskripsi Hasil Konseling Keluarga dalam Mengatasi
Perilaku Cyberbullying seorang Remaja Di Wonocolo
Surabaya ........................................................................... 80

xi

BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Tentang Proses Pelaksanaan Konseling Keluarga
dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di
Wonocolo Surabaya ................................................................ 81
B. Analisis Tentang Hasil Akhir Konseling Keluarga dalam
Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja di
Wonocolo Surabaya ................................................................ 86
BAB V

: PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 87
B. Saran ...................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi
informasi, fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak
di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang
juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing
masing, sehingga teknologi informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi
kemajuan sebuah bangsa. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di
dunia, teknologi informasi (information technology) memegang peran penting baik di
masa kini maupun di masa mendatang, sebagai akibat dari perkembangan yang
demikian, teknologi informasi telah menyebabkan dunia manjadi tanpa batas
(borderless) dan menyebabkan perubahan sosial secara signifikan berlangsung
demikian cepat. Sehingga dapat dikatakan teknologi informasi saat ini telah menjadi
pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan

kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia juga sekaligus menjadi sarana
efektif perbuatan melawan hukum1
Di era di gital ini dimana

media komunikasi sudah semakin berkembang,

khusunya di bidang cybermedia sudah banyak sekali situs, aplikasi, dan media sosial
seperti facebook, twitter, instagram dan path yang di ciptakan dengan harapan
sosialisasi umat manusia yang semakin membaik karena adanya kemudahan dalam
melakukan komunikasi tanpa adanya batas ruang dan waktu. Jika dilihat dari sektor
1

Budi suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2014) hal 2

teknologi informasi, penggunaan

internet di Indonesia mencapai sekitar 82 juta

pengguna dan 95% dari angka tersebut menggunakan internet untuk mengakses
jejaring social, dari jumlah pengguna internet tersebut 80% di antaranya adalah

remaja berusia 15-19 tahun, dan dalam penggunaan media sosial facebook, Indonesia
menduduki peringkat ke-4 besar di dunia2
Menurut Triantoro safaria, Ph.D dosen psikologi universitas ahmad dahlan
(UAD) Yogyakarta, di kutip dari media online Panjinasional.com “pertumbuhan
penggunaan internet di indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Jika di tahun
2010 rata rata peningkatan pengguna internet di kota besar di indonseia masih
berkisar antara 30-35 persen, pada tahun 2012 di dapatkan adanya peningkatan
jumlah pengguna internet berkisar antara 40-45 persen”

dan

tidak

menutup

kemungkinan pengguna internet akan terus bertambah dari tahun ketahun.
Tidak bisa dipungkiri bahwa di balik manfaat media sosial, juga menimbulkan
banyak mudarat dan dampak yang mengkhawatirkan, mulai dari pornografi, kasus
penipuan, dan kekerasan yang semua bermula dari dunia maya dan fenomena yang
marak sekarang terjadi di kalangan remaja akibat perkembangan social media ini

adalah fenomena cyberbullying.
Di bandingkan bullying istilah cyberbullying mungkin belum terlalu sering
terdengar ditelinga kita, bullying seringkali di identikan dengan perilaku siswa siswi
di sekolah yang melakukan tindakan kekerasan kepada siswa-siswi lain. Bullying

2

2015

Pengguna Internet di Indonesia capai 82 Juta, http://www.kominfo.go.id. diakses pada sabtu, 1 Agustus

biasanya dilakukan oleh pihak yang memiliki status lebih tinggi kepada mereka yang
statusnya lebih rendah3
Perkembangan teknologi tanpa di berangi asuhan orang tua ternyata berbahaya
bagi anak, selain mudah mengakses situs terlarang anak juga cenderung melakukan
intimidasi atau bullying melalui media sosial, yayasan Anti Bullying Sejiwa mencatat
sebanyak 30 juta anak, usia 10-18 tahun rentan terhadap cyberbullying tersebut4
Dari hasil penelitian Flourensia Septy Rahaya tentang Cyberbullying sebagai
dampak negative penggunaan teknologi informasi (2012) menemukan bahwa
fenomena cyberbullying sudah terjadi di kalangan remaja kita di Indonesia. Namun

sayangnya sebagian besar remaja tidak menyadarinya dan menganggap bahwa
perlakuan cyberbullying adalah sesuatu yang wajar dilakukan oleh para remaja,
mereka belum mengetahui dampak yang dapat timbul dari aksi tersebut terutama
untuk para korban
Pelaku Cyberbullying yang sempat menghebohkan dunia cybermedia yang terjadi
pada oktober 2014 lalu adalah seorang remaja anak tukang sate, dia menghina
Presiden RI dengan mengunggah gambar Presiden berdampingan dengan Wakil
Presiden dengan tanda silang dan tulisan Indonesia melarat, selain itu dia juga
mengunggah gambar Presiden tanpa busana hasil editanya, hal itu dilakukanya
melalui media facebook
Kedudukan keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan pribadi
individu dari anak hingga remaja yang mana masa remaja merupakan masa transisi,
dimana pada masa ini individu akan sangat rentan dalam berperilaku menyimpang.
4

30 juta anak beresiko kena cyberbullying, (http://riaupos.co/87928-berita-30-juta-anak-berisiko-kenacyber-bullying.html) di akses 9 Oktober 2015

Keluarga dalam konteks sosial budaya tidak bisa dipisahkan dalam tradisi yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, maka dari itu orang tua berperan penting
dalam mendidik anak agar menjadi orang yang pandai dalam hidup berbudaya dan
bermasyarakat.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, dan
kegiatan yang berhubungan dengan peribadi dalam posisi atau situasi tertentu,
peranan pribadi dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku yang di
harapkan oleh keluarga, kelompok, dan masyarakat5
Dalam pandangan islam, Keluarga adalah lingkungan pendidikan, pendidikan di
lingkungan keluarga berlangsung sejak anak lahir. Bahkan setelah dewasa pun orang
tua masih berhak memberikan nasehatnya kepada anak. Oleh karena itu, peran orang
tua sangat strategis dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak. Allah berfirman
dalam surah An-Nisa ayat 36

‫ِﯾن‬
َ ‫َواﻋْ ُﺑ ُدوا ﱠ‬
ِ ‫ﷲ َو َﻻ ُﺗ ْﺷ ِر ُﻛوا ِﺑ ِﮫ َﺷ ْﯾ ًﺋﺎ ۖ َو ِﺑ ْﺎﻟ َواﻟِدَ ﯾ‬
ِ ‫ْن إِﺣْ َﺳﺎ ًﻧﺎ َو ِﺑذِي ْاﻟﻘُرْ َﺑ ٰﻰ َو ْاﻟ َﯾ َﺗﺎ َﻣ ٰﻰ َو ْاﻟ َﻣ َﺳﺎﻛ‬
‫ْن‬
ِ ‫ب ِﺑ ْﺎﻟ َﺟ ْﻧ‬
ِ ‫ب َواﻟﺻﱠﺎ ِﺣ‬
ِ ‫ﺎر ْاﻟﺟُ ُﻧ‬
ِ ‫ب َواﺑ‬
ِ ‫ﺎر ذِي ْاﻟﻘُرْ َﺑ ٰﻰ َو ْاﻟ َﺟ‬
ِ ‫َو ْاﻟ َﺟ‬
‫ت أَ ْﯾ َﻣﺎ ُﻧ ُﻛ ْم ۗ إِنﱠ ﱠ‬
ْ ‫ﯾل َو َﻣﺎ َﻣﻠَ َﻛ‬
(36) ‫ﺎن ﻣ ُْﺧ َﺗ ًﺎﻻ َﻓ ُﺧورً ا‬
َ ‫ﷲَ َﻻ ُﯾﺣِبﱡ َﻣنْ َﻛ‬
ِ ‫اﻟﺳ ِﱠﺑ‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukaNya dengan sesuatu

apapun dan berbuat baiklak kepada kedua orang tua ibu dan bapak, karib kerabaa,
anak anak yatim orang orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga banggakan diri (QS. AnNisa (4): 36)6
Orang tua harusnya bertanggung jawab atas setiap kelakuan atau perbuatan

5
6

Agus sutjanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Rineka Cipta 1996) hal.67
Tafsir ibnu katsir online Versi 1.0

anak, tanggung jawab orang tua itu diantaranya bergembira menyambut kelahiran
anak, memberi nama yang baik, memperlakukan anak dengan lemah lembut, dan
kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak,
menanamkan akidah tauhid, membimbing dan melatih anak mengerjakan sholat,
mencegah dari perbuatan dan pergaulan bebas menjauhkan anak dari hal hal porno
(pornoaksi, pornografi dan pornowicara).
Pola asuh orang tua serta bimbingan keluarga sangat berperan penting dalam
pembentukan pribadi sehat dikalangan remaja, Pribadi yang sehat adalah pribadi yang
mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, orang lain, dan
lingkungan sosial. Di samping itu, kepribadian yang sehat adalah pribadi yang
memiliki kepribadian siddiq yaitu sifat kongruensi, yakni serasi antara apa yang ada
didalam hati dengan perbuatan, memegang teguh keprcayaan, serasi di antara sikap
dan prilaku7
Keluarga sangat berperan penting dalam pewarisan nilai-nilai kehidupan yang
mulia kepada generasi penerusnya. Keluarga yang sehat akan menyumbang
terbinanya masyarakat yang sehat. Keluarga akan berjalan sesuai dengan peran dan
fungsinya, jika anggota keluarga didalamnya berperan menurut fungsinya masingmasing serta mampu menyikapi problema yang kerap kali menghampiri. Kebahagiaan
di dalam keluarga tentulah menjadi salah satu tujuan yang ingin diperoleh mereka
yang mendirikannya8.
Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan yang harus dijaga, dirawat, dan
diberi bekal sebaik-baiknya seperti firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9:
7
8

Lin tri rahayu, Psikoterapi perspektif islam& psikologi kontemporer. (malang 2009) hal. 289-290
Hasan Basri, Merawat Cinta Kasih, Cet.1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal. 55

‫ِﯾن ﻟَ ْو َﺗ َر ُﻛوا ﻣِنْ َﺧ ْﻠﻔ ِِﮭ ْم ُذرﱢ ﯾ ًﱠﺔ ﺿِ َﻌﺎ ًﻓﺎ َﺧﺎﻓُوا َﻋﻠَﯾ ِْﮭ ْم َﻓ ْﻠ َﯾ ﱠﺗﻘُوا ﱠ‬
ً ‫ﷲَ َو ْﻟ َﯾﻘُوﻟُوا َﻗ ْوﻻ َﺳد‬
‫ِﯾدا‬
َ ‫ش اﻟﱠذ‬
َ ‫َو ْﻟ َﯾ ْﺧ‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”9.
Dalam pandangan islam keluarga adalah miniatur masyarakat, keluarga adalah
institusi yang kaya nilai, orang tua bertanggung jawab untuk mewariskan nilai nilai
itu kepada anak anak. Pewarisan nilai nilai itu diwariskan melalui pindidikan dan
interaksi positif. Sebagai mahluk pedagogik, anak pasti bisa dididik sehingga pada
akhirnya anak mampu dengan baik mengemban amanat dari allah yang bertugas
sebagai khalifah dimuka bumi, hal ini tersurat dalam alquran berikut10
Bimbingan keluarga yakni interaksi antara orang tua dan anak sangat penting
untuk membangun pemahaman akan bahaya cyberbullying. Oleh karena itu saya
sangat tertarik untuk mengkaji fenomena cyberbullying dikalangan remaja serta
solusi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anaknya yang menjadi
pelaku cyberbullying
B. Rumusan masalah
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan diatas maka fokus
penelitian yang di kaji dalam skripsi ini adalah:

9

Al-Alim, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan, Cet.6 (Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2010) hal.79
10
Syaiful bahri, Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam Keluarga (Jakarta: Rineka cipta, 2014) hal
33

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan konseling
keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo
surabaya?
2. Bagaimana hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling
keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di wonocolo
surabaya?

C. Tujuan penelitian
Bertitik tolak dari pada rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian
skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses pelaksanaan

bimbingan dan

konseling islam dengan pendekatan konseling keluarga dalam mengatasi pelaku
cyberbullying seorang remaja di surabaya
2. Untuk mengetahui hasil bimbingan dan konseling islam dengan pendekatan
konseling keluarga dalam mengatasi pelaku cyberbullying seorang remaja di
surabaya
D. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut:
1. Secara teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang
konseling keluarga dalam menangani perilaku cyberbullying
b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang penanganan perilaku
cyberbullying dengan konseling keluarga
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam mengatasi
masalah anak remaja yang berkaitan dengan perilaku cyberbullying
c. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani perilaku
cyberbullying

E. Definisi konsep
Sebelum lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian yang berjudul “Bimbingan
Dan Konseling Islam Dengan Pendekatan Konseling Keluarga Dalam Mengatasi
Pelaku Cyberbullying Seorang Remaja Di Wonocolo Surabaya” agar terhindar
dari kesalah pahaman dalam memahami makna serta dapat memudahkan dalam
mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan
definisi konsep terlebih dahulu, adapun definisi konsep pada penelitian ini adalah:
1. Bimbingan dan konseling islam
Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu, agar individu tersebut menyadari kembali akan eksistensinya sebagai

mahluk allah yang seharusnya hidup selaras dengan mahluk allah dengan
ketentuan dan petunjuk allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia
akhirat11
2. Konseling Keluarga
Konseling keluarga adalah usaha membantu individu anggota keluarga untuk
mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya
melalui sistem kehidupan keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan
prilaku yang positif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula
terhadap anggota keluarga lainnya12
Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota
keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak baik dalam
melihat permasaalahanya maupun penyelesaianya sebagai suatu system,
permasaalahan yang dialami oleh anggota keluarga akan efektif di atasi jika
melibatkan anggota keluarga yang lain13
3. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi
berbagai pengalaman baru, berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di
dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru dan tidak terduga yang
memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan14
Elizabeth Hurlock (1990) membagi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17
tahun) dan masa remaja akhir (16 hingga 17 atau 18 tahun) perkembangan masa
11
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UUI Press,
1992) hal.5
12
Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga, (bandung: Alfabeta, 2009) hal. 87-88
13
Latipun, Psikologi Konseling (Malang: pers universitas muhammadiyah malang, 2001) hal. 12
14
Kathryn Geldard, Konseling Remaja (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 ) hal. 49

remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati dewasa.
Istilah adolescence atau remaja juga mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik.15
4. Cyberbullying
Cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya terutama pada
media sosial. Bentuk dari cyberbullying adalah ejekan, ancaman, hinaan, ataupun
hacking. Fenomena cyberbullying banyak bermunculan dan akibat fatal dari
tindakan ini adalah bunuh diri16
Cyberbullying adalah segala bentuk kekerasan yang di alami oleh anak atau
remaja dan dilakukan teman seusia mereka melaluai dunia cyber atau internet,
cyberbullying merupakan kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,
dihina, diintimidasi atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media
internet teknologi digital atau telepon seluler. Tindakan cyberbullying amat
beragam, bisa berupa pesan ancaman melalui email, mengunggah foto yang
mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan
mengolok olok korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk
mengancam korban dan membuat masalah
Cyber bullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18
tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang
terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi

15

Muhammad Al-Mighwar, Psikologi remaja, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) hal.56
Yana choria utama, Studi tentang korban cyberbullying di kalangan remaja surabaya,fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik 2013-2014 (jurnal online) (http://journal.unair.ac.id/download-fullpaperskmnts73d7a00d3dfull.pdf.html) terakhir di akses, 2 agustus 2015
16

akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut
cyber harassment)17
Singkatnya cyberbullying merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan
seseorang melalui media sosial atau media online dengan menggunakan sarana
teknologi komunikasi dan media elektronik terhadap orang lain dengan tujuan
tertentu. Cyberbullying pada umumnya dilakukan melalui media situs jejaring
sosial seperti Facebook, Twiter, Yahoo Massenger, dan Email. Pelaku
dari cyberbullying itu sendiri kebanyakan adalah para remaja18
F. Metode penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data data dengan tujuan tertentu19

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kulatitatif, penelitian kualitatif menekankan
pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu)
lebih banyak meneliti hal hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari,
pendekatan kualitatif lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan pada
hasil akhir; oleh karena itu urutan urutan kegiatan dapat berubah ubah tergantung
pada kondisi dan gejala gejala yang di temukan20

17

https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying
Abil,
adel,
ayu
dkk,
Cyberbullying,
jurnal
psikologi
(online)
(http://abduljalil.web.ugm.ac.id/2015/02/12/cyberbullying/) di akses 4 agustus 2015
19
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (Bandung; alfabeta 2010) hal 2
20
Jonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) Hal.257
18

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
penelitian studi kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang suatu subjek
penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
atau personalitas21
2) Sasaran dan Lokasi penelitian
Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti mengambil
data dari subjek penelitian yakni seorang remaja sebagai sumber informan yang
menjadi pelaku cyberbullying berdomisili di surabaya dan aktif menggunakan
social media facebook, twitter, instagram, dan path yang selanjutnya di sebut
sebagai klien sedangkan konselor dalam penelitian adalah Kisman sekaligus
peneliti, lokasi penelitian bertempat di Kel Jemurwonosari Kec Wonocolo kota
Surabaya
3) Jenis dan sumber data
a. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data non statistik
dimana data yang di perolah nantinya adalah dalam bentuk verbal, tulisan dan
gambar, bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini
adalah :
1) Data primer yakni data yang langsung di ambil dari lapangan yang mana
di peroleh dari deskripsi tentang latar belakang informan.
2) Data sekunder yakni data yang di ambil dari sumber kedua atau berbagai
sumber guna melengkapi data primer22
21

Moh Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia 1988) Hal 66
Burhan bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001) hal. 128

22

b. Sumber data
Ada pun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1) Sumber data primer yakni sumber data yang langsung di peroleh peneliti
melalui informasi langsung dari kilen yakni seorang remaja yang menjadi
pelaku cyberbullying
2) Sumber data sekunder yakni sumber data yang di peroleh dari berbagai
sumber guna melengkapi data primer seperti ayah dan ibu pelaku
4) Tahap Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti akan membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan pertanyaan
mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara, pedoman
wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal
ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi
pedoman wawancarara.
Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti
membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri
untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti
membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi
terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap
lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku

subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera
mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti akan
bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah
subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan
subjek tersebut mengenai waktu dan temapat untuk melakukan wawancara.
b. Tahap pelaksanaan penelitiaan
Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah
wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan
wawancara dalam bentuk verbal tim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan
analisis data dan interprestasi
5) Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi Partisipatif
Yakni observasi di mana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa

yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya23
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat proses konseling dengan ikut
serta dalam kegiatan sehari hari klien serta melalui pertemanan di social
media facebook, twitter, path, dan instagram.
b. Wawancara tak terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan Pertanyaan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari
responden dan pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti percakapan seharihari24. Wawancara tidak terstruktur memberi lebih banyak kelonggaran
daripada wawancara terstruktur biasanya dikerjakan secara bersama atau
bergantian dengan observasi terlibat25
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
mendalam pada diri klien yang meliputi: Identitas diri klien, kondisi keluarga
klien, lingkungan dan Ekonomi klien serta permasaalahan yang dialami klien

c. Dokumentasi

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung, Alfabeta: 2012) hal.227
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal.191
25
Esther kuntjara, Penelitian Kebudayaan, (yogyakarta: Graha ilmu, 2006) hal. 67
24

Dokumentasi atau metode dokumenter adalah metode yang digunakan
untuk meneliti data historis26. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian27. Dalam
penelitian ini data dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan
informasi tentang lokasi penelitian meliputi luas wilayah penelitian, jumlah
penduduk, batas wilayah, kondisi topografi penelitian
6) Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data di
lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu28. Langkah-langkah analisis dalam model ini adalah sebagai
berikut;
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasanya dilakukan dalam
26

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya,
(Surabaya: Prenada Media Group, 2012) hal.124
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, hal.240-246

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan tes yang bersifat naratif.
c. Concluion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukan masih bersifat sementara (tentatif), dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
7) Teknik pemeriksaan keabsahan data
Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian
kualitatif untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini peneliti
memakai keabsahan data sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksut mencari atau menemukan ciri-ciri
atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci
sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor
yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk kepentingan itu
peniliti disini dituntut mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses

penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat
dilakukan
b. Triangulasi
Triangulasi

yakni

teknik

pemeriksaan

keabsahan

data

yang

memanfaatkan sesuatu yang lain, triangulsai dibedakan menjadi empat
macam yakni; menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) triangulasi Sebagai
teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan antara lain sebagai berikut:
1) Triangulasi data
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda
2) Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak
Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan
terhadap hasil pengumpulan data.
3) Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat
4) Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti
metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi
pada saat wawancara dilakukan

G. Sistematika pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami keseluruhan isi dari skripsi ini, maka
perlu di susun secara sistematika sehingga menunjukan totalitas yang utuh dalam
penulisan skripsi ini, adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V
BAB pokok pembahasan yakni:
BAB I

: Yakni Pendahuluan adalah bab pertama yang akan mengantarkan
pembaca untuk dapat mengetahui tentang apa yang di teliti, untuk
apa dan mengapa penelitian itu dilakukan, bab ini membahas
tentang Latar Belakang Masalah. Rumusan Masalah. Tujuan Dan
Manfaat Penelitian. Definisi Konsep. Metode Penelitian. dan
Sistematika Pembahasan.

BAB II

: Adalah Tinjuan Pustaka. bab ini membahas tentang tinjauan
pustaka yang akan dijelaskan dari beberapa referensi untuk
menelaah objek kajian yang dikaji serta penelitian terdahulu yang
relevan, dalam tinjauan pustaka ini pembahasanya meliputi 1.
Pengertian Bimbingan dan konseling islam, Tujuan bimbingan dan
konseling islam, Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Unsur-unsur
bimbingan dan konseling islam 2. Konseling keluarga. yang terdiri
dari; Definisi Konseling Keluarga. Tujuan Konseling Keluarga.

Fungsi Konseling Keluarga. Azas Azas Konseling Keluarga.
Langkah-Langkah

Konseling Keluarga.

Fungsi

Dan

Peran

Konselor. Proses Konseling. serta Hubungan Antara Remaja Dan
Orang

Tua.

2.

Cyberbullying,

yang

meliputi;

definisi

Cyberbullying, Proses Terjadinya Cyberbullying, Macam-Macam
Cyberbullying,

Factor

Yang

Mempengaruhi

Terjadinya

Cyberbullying, Ancaman Pidana Pelaku Cyberbullying dan
Dampak Dari Perilaku Cyberbullying. 3. Hasil Penelitian Yang
Relevan
BAB III

: Adalah Penyajian Data, bab ini membahas tentang Deskripsi
Umum Objek Penelitian dan Deskripsi Hasil Penelitian. Deskripsi
umum objek penelitian membahas tentang setting Penelitian,
Deskripsi Klien, serta Masalah yang di hadapi Klien. Deskripsi
Hasil Penelitian yakni Deskripsi Hasil Pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti mulai dari awal penggalian data hingga akhir
penelitian yang meliputi; Proses Pelaksanaan Konseling Keluarga
dalam Mengatasi Pelaku cyberbullying Serta Deskripsi Langkah
Langkah Yang Akan dilakukan oleh orang tua kepada anak remaja
dalam mengatasi perilaku cyberbullying

BAB IV

: Adalah Anailis Data. bab ini membahas tentang Analisis Proses
Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying dan
Analisis dari hasil Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

Cyberbullying sehingga di peroleh hasil konseling keluarga dapat
memecahkan masalah remaja yakni perilaku cyberbullying.
BAB V

: Adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi yang
meliputi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bimbingan Konseling Islam, Konseling Keluarga dan Perilaku Cyberbullying
1. Bimbingan konseling islam
a. Pengertian Bimbingan dan konseling islam
Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan kepada
individu melalui pendekatan nilai nilai keislaman, Bimbingan
Agama

adalah

usaha

memberikan bantuan

kepada

Konseling

seseorang

atau

sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir batin dalam
menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama
hendaknya dengan membangkitkan getaran batin (iman) di dalam dirinya
untuk mendorongnya

mengatasi

masalah

yang

dihadapi.

Bimbingan

Konseling Agama merupakan bantuan yang bersifat mental spiritual dimana
diharapkan melalui kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan seseorang mampu
mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapinya1
Sedangkan menurut Tohari, Bimbingan dan Konseling Islam adalah
pemberian bantuan terhadap individu agar hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Dengan demikian Bimbingan dan Konseling Islami merupakan proses
bimbingan sebagaimana proses bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya
berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul

1

Al-Irsyad An-Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta: PT. Bina Reka Cipta, 2000), hal.4-5

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
Bimbingan dan Konseling Islam yaitu suatu proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh konselor kepada Konseli yang mempunyai masalah dalam
hidupnya baik lahir dan batin, sehingga dengan bantuan tersebut Konseli
mampu menyelesaikan masalahnya dengan potensi yang dimilikinya sehingga
tercapai kehidupan di dunia dan akhirat
b. Tujuan bimbingan dan konseling islam
Tujuan umum dari Konseling Agama ialah membantu Konseli agar ia
memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya dan memiliki keberanian
mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang dipandang baik,
benar dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia dan untuk kepentingannya
di akhirat2
Adapun Tujuan Konseling islam secara khusus menurut Tohari Musnamar
dalam bukunya “Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam”.
Menurutnya, tujuan Bimbingan Konseling Agama secara khusus adalah sebagai
berikut:
1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
c. Prinsip prinsip bimbingan dan konseling islam
Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yang menjadi pegangan di dalam
proses Bimbingan dan Konseling Islam. Prinsip-prinsip itu adalah

2

Achmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2000) Hal. 89

1) Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelainan-kelainan
kepribadian yang bersifat individual serta masing-masing mempunyai
kemungkinan-kemungkinan berkembang dan menyesuaikan diri dengan
situasi sekitar
2) Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari dua
factor yaitu pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar
3) Setiap individu adalah organisasi yang berkembnag atau tumbuh, ia
adalah dalam keadaan selalu berubah, perkembanganya dapat di bimbing
kearah pola hidup yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan
masyarakat sekitar
4) Setiap individu dapat memperolah keuntungan pilihan pemberian bantuan
dalam hal melakukan kehidupan yang sukses
5) Setiap individu harus diberi hak sama serta kesempatan yang sama dalam
mengembangkan

pribadinya

masing-masing

tanpa

memandang

perbedaan suku bangsa dan agama
6) Setiap individu memiliki fitrah (kemampuan dasar) beragama yang dapat
berkembang dengan baik bilamana diberi kesempatan untuk melalui
bimbingan yang baik
7) Konseling agama harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah yang
dikerjakan semata-mata mengharap ridha Allah SWT
8) Proses pemberian konseling harus sejalan dengan tuntunan Syari’at
Islam3
b. Unsur-unsur bimbingan dan konseling islam
3

Achmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Hal. 76-77

1) Konselor
Konselor adalah orang yang bermakana bagi Konseli,
konselor menerima Konseli apa adanya dan bersedia dengan
sepenuh hati membantu Konseli mengatasi masalahnya saat yang
kritis sekalipun, dapat menyelamatkan Konseli dari keadaan yang
tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang maupun jangka
pendek dalam kehidupan yang terus berubah4
HM Arifin mengatakan untuk menjadi konselor islam
haruslah memiliki sifat sifat sebagai berikut:
a. Memiliki kematangan dalam bertindak menghadapi
permasalahan yang memerlukan pemecahan.
b. Sikap

dan

perasaan

kemanusiaan

yang

terikat
harus

terhadap

nilai-nilai

ditegakkan,

terutama

dikalangan anak bimbingannya.
c. Berkeyakinan bahwa yang dibimbing mempunyai
kemampuan dasar yang baik.
d. Memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap ank
bimbingannya.
e. Memiliki kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
f. Pribadi yang bulat dan utuh tidak berjiwa pecah-pecah.

4

Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik
Dakwah, (Surabaya: Bagian Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997) hal. 14

Mempunyai pengetahuan teknisi termasuk metode
tentang bimbingan dan penyuluhan serta mampu
menerapkannya dalam tugas.5

2) Konseli
Konseli adalah orang yang perlu memperoleh perhatian
sehubungan

dengan

masaalah

yang

dihadapinya

dan

membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya.
Namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu
sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi Konseli itu sendiri6
Menurut Kartini Kartono, Konseli hendaknya memiliki
sikap dan sifat sebagai berikut:
a) Terbuka

Keterbukaan

Konseli

akan

sangat

membantu

jalannya proses konseling. Artinya Konseli bersedia
mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi
suksesnya proses konseling
b) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka
Konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar

5

HM. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Golden Trayon, 1992)
hal. 28-30
6

Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik
Dakwah, hal.14

bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak
akan membocorkan rahasianya kepada siapapun
c) Bersikap jujur

Seorang Konseli yang bermasalah, agar masalahnya
dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya Konseli
harus jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur
mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami
d) Bertanggung jawab

Tanggung

jawab

Konseli

untuk

mengatasi

masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan
proses konseling Seseorang yang menjadi Konseli
berarti mempunyai masalah dan perlu mendapatkan
Bimbingan dan Konseling Islam karena pada dasarnya
orang yang bermasalah adalah orang yang jauh dari
nilai-nilai agama, maka keimanan harus dirumbuhkan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi sehingga
tercapailah kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin7
3) Masalah
WS. Winkel menyatakan masalah adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai
sesuatu. Bentuk kongkret dari hambatan atau rintangan itu
bermacam-macam, misalnya: godaan, gangguan dari luar,
tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup8
7

Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik
Dakwah, hal.14
8
W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan di Sekolah Menengah, (Jakarta:

Masalah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan.
Karena seseorang akan merasa tidak nyaman ketika berhadapan
dengan kenyataan yang berbeda dengan harapan.

2. Konseling keluarga
a. Pengertian Konseling Keluarga
1) Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari kata Councel yang artinya bersama atau
berbicara bersama. Pengertian berbicara bersama dalam hal ini

adalah

pembicaraan konselor dengan klien atau beberapa klien, pendapat lain
mengatakan konseling berasal dari bahasa latin yaitu consilium yang
mempunyai makna: dengan, bersama, menerima, atau memahami. Sedangkan
dalam bahasa latin Anglosaxon berasal dari kata sellan yang mempunyai
makna menyerahkan atau menyampaikan sehingga dapat di katakan konseling
adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu masing masing disebut
konselor dan klien yang mana terjadi dalam suasana yang professional
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan dalam perubahan
perubahan dalam tingkah laku klien (Pepinsky dalam Shertzer & Stone 1974)9
Selain itu banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian
Konseling. Menurut Hartono dan Boy soedarmadji dalam buku Psikologi
Konseling mendefinisikan konseling ini menjadi dua bagian

yaitu

Gramedia,1989), hal. 56
9

Faizah Noer Laila, Bimbingan dan konseling sosial (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014) hal. 4-6

konvensional dan modern. Definisi konvensional lebih bercirikan bahwa
pelayanan konseling tidak menggunakan teknologi informatika sedangkan
definis konseling modern bercirikan suatu pelayanan konseling menggunakan
teknologi informatika. Secara konvensional konseling didefinisikan sebagai
pelayanan professional (professional service) yang diberikan oleh konselor
kepada konseli secara tatap muka (face to face) agar konseli dapat
mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive)
pelayanan konseling berfungsi kuratif dalam arti penyembuhan dalam hal ini
konseli adalah individu yang mengalami masalah dan setelah memperoleh
pelayanan konseling ia diharapkan secara bertahap dapat memahami
masalahnya (problem understanding) dan memecahkan masalahnya (problem
solving). Definisi konseling modern merupakan hasil perkembangan konseling
dalam abad teknologi, sehingga proses konseling depengaruhi oleh kemajuan
teknologi

khususnya

teknologi

informatika,

dimana

konselor

dapat

menggunakan media10
2) Pengertian Keluarga
Keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak. Ada tiga bentuk kelurga yaitu Nuclear Family (terdiri dari
ayah, ibu, dan anak), Extended Family (terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek,
kakek, paman, atau bibi), dan Blended Family (keluarga inti ditambah dengan
anak dari pernikahan suami/istri sebelumnya). Klien adalah bagian dari salah

10

26-28

Hartono dan Boy soedarmadji, Psikologi konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012) hal

satu bentuk keluarga tersebut11 Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan
terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai
unsur sistem sosial manusia. Suasana yang kondusif akan menghasilkan warga
masyarakat yang baik karena didalam keluargalah seluruh anggota keluarga
belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat12

3) Pengertian Konseling Keluarga
Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang konseling keluarga,
Menurut Sofyan willis (Konseling Keluarga, 2008) Konseling keluarga
sebagai upaya bantuan yang di berikan kepada individu anggota keluarga
(pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal
mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari
semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga 13
Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam kamus Psikologi, Family
Therapy (terapi keluarga) adalah uatu bentuk terapi kelompok dimana
masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota
keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha
penyembuhannya14

11

220

12

Namora lumongga lubis, memahami dasar-dasar konseling (Jakarta: Prenada Media Group 2011) hal

Novi hendri, Psikologi dan konseling keluarga (Medan: Cita pustaka media perintis 2012) hal 11
Sofyan willis, Konseling keluarga, (Bandung : Alfabeta 2008) hal. 83
14
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV Pioner Jaya, 1987), hal 167
13

Sedangkan Konseling keluarga menurut Hasnida adalah sebagai suatu
proses

interaktif

yang

berupaya

membantu

keluarga

memperoleh

keseimbangan homeostatis (kemampuan mempertahankan keluarga dalam
keadaan seimbang) sehingga anggota keluarga dapat merasa nyaman
Konseling keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan
melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah
yang dialam15
Perez mengemukakan pengertian konseling keluarga (Family Therapy)
sebagai berikut: “Family therapy is an interactive process which seeks to aid
the family inregaining a homeostatic balance with which all the member are
comfortable. In pursuing this objective the family therapist operates under
ce