Bimbingan konseling Islam dengan terapi dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri di Ngagel Surabaya.
BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI DZIKIR
DALAM MENGATASI PERSELINGKUHAN SEORANG
PEREMPUAN TERHADAP LELAKI YANG SUDAH BERISTRI DI
NGAGEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh:
Ida Ayu Kusumawati NIM B03212008
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Ida Ayu Kusumawati (B03212008), Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri Di Ngagel Surabaya.
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri di ngagel surabaya?, (2) Bagaimana hasil akhir bimbingan konseling islam dengan terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri di ngagel surabaya?
Peneliti menggunakan metode penelitian kulaitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan di analisa menggunakan deskriptif komparatif. Adapun pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses Bimbingan Konseling Islam, dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment dan evaluasi/follow up. Dalam pemberian treatment peneliti menggunakan terapi dzikir, dengan menyadarkan sebagai hamba Allah. Adapun hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 67%, hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada sikap atau perilaku klien yang sebelumnya mengalami perselingkuhan terhadap lelaki yang sudah beristri, sekarang klien sudah mulai menikmati swasana kehidupan barunya.
(7)
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii
MOTTO ...iv
PERSEMBAHAN ...v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ...vi
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL...xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah...3
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian ...4
E. Definisi Konsep ...5
1. Bimbingan Konseling Islam ...5
2. Perselingkuhan...6
3. Terapi Dzikir...7
F. Metode Penelitian ...10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...10
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ...11
3. Jenis dan Sumber Data...12
4. Tahap-tahap Penelitian ...13
5. Teknik Pengumpulan Data ...14
6. Teknik Analisis Data ...17
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data...19
G. Sistematika Pembahasan...26
BAB II : BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI DZIKIR, DAN PERSELINGKUHAN A. Bimbingan Konseling Islam, Terapi Realitas dan Kejenuhan 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ...29
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ...34
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ...35
d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ...39
e. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam ...41
f. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ...42
g. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ...44
2. Perselingkuhan a. Pengertian perselingkuhan...46
(8)
c. Faktor-faktor Penyabab Perselingkuhan...50
3. Berdzikir a. Pengertian Dzikir ...53
b. Bentuk dan Cara Berdzikir ...56
c. Keutamaan Dzikir...59
4. Perselingkuhan sebagai Masalah Bimbingan dan Konseling Islam ...61
5. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Masalah Perselingkuhan ...63
6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...64
BAB III : BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI DZIKIR DALAM MENGATASI PERSELINGKUHAN SEORANG PEREMPUAN TERHADAP LELAKI YANG SUDAH BERISTRI A. Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri di Ngagel Surabaya 1. Deskripsi Lokasi Penelitian...66
2. Deskripsi Konselor dan Klien ...71
3. Deskripsi Masalah Klien ...73
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri di Ngagel Surabaya ...78
a. Identifikasi Masalah ...78
b. Diagnosa...87
c. Prognosa ...87
d. Treatment (Terapi) ...88
e. Evaluasi (Follow Up) ...96
2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri di Ngagel Surabaya...98
BAB IV: ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI DZIKIR DALAM MENGATASI PERSELINGKUHAN SEORANG PEREMPUAN TERHADAP LELAKI YANG SUDAH BERISTRI) A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri di Ngagel Surabaya...100
B. Analisis Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir dalam Mengatasi Perselingkuhan Seorang Perempuan terhadap Lelaki yang sudah Beristri di Ngagel Surabaya ...105
(9)
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ...107
B. Saran ...109
DAFTAR PUSTAKA ...111
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Beberapa alasan yang mendorong seseorang untuk menikah antara lain agar kebutuhan dasar akan cinta dan keintiman dengan lawan jenis dapat terpenuhi, sebagai sarana untuk berbagi perasaan dan memberi motivasi dengan pasangan serta menyalurkan kebutuhan seksual secara benar dan positif melalui lembaga perkawinan yang sah.
Pada dasarnya kebutuhan-kebutuhan tersebut menghendaki adanya pemenuhan. Karena itu manusia berbuat ataupun bertingkah laku, akan dikaitkan untuk memenuhi kebutuhannya. Bila kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi, dan tidak dapat dimengerti oleh individu yang bersangkutan, maka hal tersebut akan dapat menimbulkan berbagai macam masalah yang akan menganggu kehidupan psikologis dari individu yang bersangkutan. Beberapa masalah pasangan yang seringkali menjadi masalah dalam suatu perkawinan yakni salah satunya adalah perselingkuhan. Perselingkuhan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan yang menarik, sebab perselingkuhan tidak hanya
(11)
didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita di segala lapisan dan golongan, serta tidak memandang usia.
Pada umumnya terjadi perselingkuhan oleh suami disebabkan karena adanya peluang dan kelalaian. Kemapanan, yaitu karier suami sedang menanjak yang diikuti dengan penghasilan berlebihan, merupakan faktor yang dapat menyebabkan suami lengah atau lalai dan berpeluang untuk berselingkuh. Hal ini sering terjadi pada eksekutif usia 40-an, yang oleh mereka disebut sebagai “puber kedua” atau“life begins at 40”.1
Buss berhipotesis bahwa ada perbedaan karakteristik pandangan antara pria dan wanita dalam memilih pasangan, di mana hal ini disebabkan karena perbedaan peran biologis antara keduanya selama reproduksi. Menurut argumen ini, pria tertarik pada wanita yang memiliki karakteristik fisik yang menunjukan kemampuannya untuk mengandung dan melahirkan anak yang sehat setelah berhasil mengandung. Dengan demikian, pria seharusnya tertarik pada wanita yang muda, fit, dan sehat sebagian diwakili oleh daya tarik fisik. cabang lain dari teori ini menyatakan bahwa pria yang lebih tua akan tertarik pada wanita yang lebih muda, berapa pun usia pria mereka menginginkan relasi dengan wanita yang berada dalam usia reproduktif.2
1
Prof.Dr.H.Dadang Hawari,penyiksaan fisik dan mental dalam rumah tangga, Jakarta: FKUI 2009, hal 57.
2
Howard S. Friedman&Miriam W. Schustack.Kepribadian Teori Klasik dan Riset Moern Jilid 2, Jakarta : penerbit Erlangga 2008, hal 140-141
(12)
Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti halnya Jakarta, tetapi juga di kota-kota kecil atau pun di daerah, perselingkuhan umumnya terjadi karena masing-masing tidak mau saling terbuka atau mendengarkan apa yang dikeluhkan pasangannya. Perselingkuhan juga bisa terjadi karena faktor kesepian, jarang merasakan kepuasan seks atau godaan dari luar (tempat hiburan bernuansa erotis, wanita perayu, dan sebagainya).
Adapun fenomena yang terjadi saat ini dimana seorang perempuan bernama Sita (samaran) 23 tahun telah menjalin sebuah hubungan kepada lelaki yang sudah beristri yang tidak lain lelaki tersebut adalah omnya sendiri yaitu om Bambang (samaran) 35 tahun. Hubungan itu terjadi ketika Sita mulai merasa nyaman dengan omnya dan pada akhirnya timbul lah rasa cinta itu. Kedekatan itu terjadi ketika Sita duduk dibangku SMP yang mana Sita ditinggal mati oleh sang ayah, lalu sebagai pengganti ayahnya yang kemanapun dia pergi mulai dari berangkat sekolah, pergi les yang tadinya dianter sama ayahnya kini digantikan oleh omnya. Seiring berjalannya waktu rasa itu hadir ditengah-tengah Sita dan sang om. Sampai pada akhirnya Sita menyatakan cintanya kepada omnya sendiri dan hubungan itu berjalan hingga sekarang.
(13)
Berdasarkan latar belakang konteks penelitian di atas, maka peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses Terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri Di Ngagel Surabaya?
2. Bagaimana hasil akhir dari proses Terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri Di Ngagel Surabaya?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses konseling Islam denganTerapi Dzikirdalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang suah beristri Di Ngagel Surabaya.
2. Untuk mengetahui hasil akhir dari Terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri.
(14)
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Segi Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain tentang Terapi Dzikir dalam menangani perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri.
b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa Terapi Dzikir mempunyai peranan.
2. Segi Praktis
a. Peneliti diharapkan membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri.
b. Menjadi bahan pertimbangan selanjutnya oleh peneliti lain dalam melaksanakan tugas penelitian.
E. DEFINISI KONSEP
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah
(15)
Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir untuk mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri Di Ngagel Surabaya. Adapun rincian definisinya adalah :
1. Bimbingan Konseling Islam
Menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa bimbingan dan konseling Islami adalh proses pemberian bantuan terarah. Kontinu, dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Al Hadith Rasulullah Saw. Kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Al Hadith.3
Adapun yang di maksud Bimbingan Koseling Islam dalam skripsi ini adalah bantuan dalam bentuk terapi dan motivasi yang dilakukan secara rutin terhadap individu, dengan renungan-renungan yang membangunkan perasaan klien yang timbul langsung dari pemikiran dan isi dalam hatinya, dan ini akan memotifasi seorang remaja untuk sedikit-demisedikit meninggalkan perilaku yang kurang
3
Drs. Syamsul Munir Amin M.A,Bimbingan dan Konseling Islam, (jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23
(16)
bermoral dan selalu berusaha untuk mengingat Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Perselingkuhan
Secara etimologi, Perselingkuhan adalah bentuk ketidaksetiaan suami terhadap istri atau sebaliknya. Hadirnya orang ketiga yaitu “WIL” (Wanita Idaman Lain) dan “PIL” (Pria Idaman Lain) dalam suatu rumah tangga merupakan indikasi adanya perselingkuhan, meskipun hadirnya orang ketiga itu dirahasiakan.4
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah melibatkan dua orang yang salah satunya berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual.5
Disini perselingkuhan yang terjadi yaitu Sita dengan Bambang dimana keduanya masih ada hubungan darah yakni antara om dengan ponakannya. Hubungan tersebut berlangsung sudah lama semenjak Sita duduk dibangku SMA hingga sekarang. Hubungan itu terjadi ketika Sita ditinggal mati oleh ayahnya, lalu sebagai pengganti ayahnya yang selalu mengantar dia kemana pun itu digantikan oleh
4
Prof.Dr.H.Dadang Hawari,penyiksaan fisik dan mental dalam rumah tangga, Jakarta: FKUI 2009, hal 58.
5
(17)
omnya. Om tersebut adalah sepupu dari sang ayah, seiring dengan berjalannya waktu rasa nyaman itu ada awalnya dia hanya biasa saja sampai pada akhirnya dia sadar bahwa dia sudah jatuh cinta terhadap omnya sendiri. Dan pada waktu dia menginjak kelas 2 SMA, Sita mengatakan cintanya kepada omnya. Lalu sama omnya diterima begitu aja dan hubungan itu berjalan sampai detik ini.
3. Berdzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata
artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, ataumengerti perbuatan baik.6
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik. Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan memuji
6
In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, Semarang: Syifa Press, 2006, hlm. 7
(18)
dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.7
Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir dan Doa, menjelaskan bahwasannya dzikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (subhanaallah), membaca tahlil (la ilaha illallahu), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis (quddusun), membaca takbir (allahuakkbar), membaca hauqollah (la hawla wala quwwata illa billah), membaca hasbalah (hasbiyallah), membaca basmalah (bismillahirrahmanir rahim), membaca al-qur’an al majid dan membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterimadari Nabi SAW.8
Bentuk dan Cara Dzikir Dzikir terbagi menjadi beberapa macam, adapun bentuk dan cara dzikir adalah sebagai berikut:
a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Dengan
7
Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Uraian tentang Mistik, Cet ke-IIIX, Ramadhani, Solo, 1996, hlm, 276
8
Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy,Pedoman Dzikir Dan Doa,(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 36.
(19)
melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.
b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazhlafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan sebagainya.
c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
4. Hubungan Konseling dengan Terapi Dzikir
Menurut Asisi (1994), bahwa dzikir merupakan proses penyadaran diri sebagai hamba Allah, penyembuhan terhadap penyakit kerohanian bahkan penyakit sosial. Dzikir ini selain sebagai pesan bimbingan keagamaan juga sekaligus sebagai salah satu metode terapi penyakit mental. Dzikir dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa, tak diragukan lagi merupakan obat
(20)
kegelisahan yang dirasakan manusia saat menghadapi berbagai tekanan dan bahaya hidup, serta tak ada tempat bersandar dan penolong.9
F. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, perspesi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.10 Jadi pendekatan yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dihadapi oleh konseli secara menyeluruh yang di deskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi secara umum.
Pada jenis penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus (case study), yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang
9
Iqra al-Firdaus,Rahasia Kekuatan Doa & Dzikir Bagi Kesehatan, (Jakarta: Laksana2011), hal. 344
10
(21)
berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.11 Jadi pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian studi kasus.Karena peneliti ingin melakukan penelitian secara rinci dan mendalam dalam kurun waktu tertentu untuk membantu konseli mengubah perilaku positif serta mampu menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini terdapat tiga subyek yang menjadi sasaran oleh peneliti, antara lain:
a. Konseli
Konseli dari penilitian ini adalah teman saya sendiri yaitu Sita yang berumur 23 tahun. Sita ini mengalami perselingkuhan terhadap omnya sendiri dimana omnya tersebut sudah berkeluarga. Hubungan itu terjadi ketika Sita berada dibangku kelas 2 SMA dan berjalan hingga sampai saat ini.
b. Konselor
Konselor adalah Ida Ayu Kusumawati seorang mahasiswi Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
c. Informan
11
(22)
Informan dalam penelitian ini adalah tetangga, teman serta keluarga terdekat. Lokasi penelitian ini bertempat di Ngagel Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal (diskripsi) bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan. Dalam data primer ini dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, tingkah laku, latar belakang dan masalah konseli, pandangan konseli tentang keadaan yang telah dialami, dampak dengan adanya masalah yang dialami konseli, proses serta hasil dengan adanya konseling keluarga. 2) Data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau
berbagai sumber guna melengkapi data primer.12 Di peroleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan konseli, riwayat pendidikan konseli, dan perilaku keseharian konseli b. Sumber data
12
Burhan Bungin, metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128
(23)
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh :
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan konseling dan konselor yang memberikan konseling. 2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis peroleh dari data primer.13 Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, dan tetangga klien.
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga tahapan dalam penelitian, sebagaimana yang ditulis oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya “Metode Penelitian Kualitatuf”. Tiga tahapan tersebut antara lain:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian , mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan dan persoalan lapangan, semua itu digunakan peneliti untuk
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 129.
(24)
memperoleh deskripsi secara global tentang obyek penelitian, yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian bagi peneliti selanjutnya.
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti memahami penelitian, persiapan diri memasuki lapangan dan perperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Di sini peneliti menindaklanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang diteliti dengan cara mengumpulkan data-data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini, peneliti menganalisa data yang telah didapatkan dari lapangan, yakni dengan menggambarkan dan menguraikan masalah yang ada sesuai kenyataan.14
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan)]
14
Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hal. 127-148.
(25)
Observasi adalah Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan perilaku yang tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan tertentu. Pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah untuk mendiskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.15
Disini peneliti mengamati sikap konseli dimana didalam lingkungan keluarga bagaimana sih sikap yang ditunjukan selama ini. Dan bagaimana cara dia bersosialisasi terhadap masyarakat sekitar apakah konseli termasuk orang yang pendiam atau sebaliknya.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
15
Haris Herdiansyah,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Salemba Humanika 2011), hal. 131-132
(26)
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.16
Dalam proses wawancara peneliti mengajukan pertanyaan kepada konseli sebagai bentuk penunjang dari keabsahan proses analisis data. Dalam proses wawancara ini peneliti mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang membuat dia jatuh cinta terhadap omnya sendiri?, kenapa dia mau menjalin hubungan sama omnya?, apa yang melatar belakangi dia melakukan perselingkuhan?, bagaimana sikap dia terhadap lingkungan keluarga?,
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek yang bersangkutan.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya
16
(27)
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, patung, film dan lain-lain. Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.17
Yang termasuk dalam dokumentasi di dalam penelitian ini yakni bki dengan terapi Dzikir untuk mengatasi perselingkuhan seorang perempuan terhadap lelaki yang sudah beristri dengan proses wawancara, serta proses observasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar.
6. Analisis Data
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara kualitatif.Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar tercapai konsistensi, dilanjutkan dengan langkah abstraksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan mempertimbngkan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan dianggap mendasar dan universal. Gambaran dan informasi tentang peristiwa atas obyek yang 17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 240
(28)
dikaji tetap mempertimbangkan derajat koherensi internal, masuk akal, dan berhubungan dengan peristiwa factual dan realistic. Dengan cara melakukan komparasi hasil temuan hasil dan pendalaman makna, maka diperoleh suatu analisis data yang terus menerus secara simultan sepanjang proses penelitian.18 Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.19
Teknik analisis data ini dilakukan setelah proses pengumpulan data yang telah diperoleh. Penelitian ini bersifat studi kasus, untuk itu, analisis data yang digunakan adalah deskriptif-komparatif yaitu setelah terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Deskriptif-komparatif adalah sejenis penelitian yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu20. Alasan peneliti
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2001), hal. 106
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), hal. 248.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 245
(29)
menggunakan deskriptif-komparatif karena didalam penelitian ini, peneliti membandingkan antara fenomena yang ada dimasyarakat dengan yang akan diteliti yang berhubungan dengan sikap, kegiatan serta sifat yang dilakukan oleh klien.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data ini benar-benar bisa dipertanggung jawabkan maka dalam penelitian kualitatif dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data, sehingga memperoleh tingkat keabsahan data. Teknik untuk memeriksa keabsahan data antara lain:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai pengumpulan data tercapai.21
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
21
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 327-328
(30)
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekutan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dibedakan menjadi empat macam, yakni:
1) Trianggulasi data (data trianggulation) atau trianggulasi sumber adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.
2) Trianggulasi peneliti (investigator trianggulation) adalah hasil peneliti baik data maupun simpulan menngenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
3) Trianggulasi metodologis (methodological trianggulation) jenis trianggulasi bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
(31)
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
4) Trianggulasi teoritis (theoretical trianggulation) trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulakan data dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada dilapangan diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat dilakukan dengan:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan dan orang berada.
(32)
e) Membandingkan hasil awal wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Penelitian menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan teknik observasi dan dokumentasi, penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.22
Tabel 1.1
JADWAL PENELITIAN No. Tanggal Kegiatan Penelitian
1. 27 April2016 Penyerahan surat izin penelitian
2. 5 Mei 2016 Membaca fenomena yang ada dilapangan 3. 20 Mei 2016 Mengambil data konseli data dan data lapangan
4.
30 Mei s/d 5 Juni 2016
Melakukan proses konseling
5. 1 s/d 8 Juni 2016 Evaluasi konseling
6. 20 Juni 2016 Hasil dari proses konseling 7. 24 Juni 2016 Laporan
Tabel 1.2 22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 269.
(33)
PEDOMAN WAWANCARA dan OBSERVASI
Pedoman Wawancara
No Informasi Data yang diperoleh Pedoman wawancara
1 Klien
a. Identitas klien
b. Latar belakang masalah yang dihadapi klien
- Siapa nama klien? - Tempat tanggal lahir
klien?
- Pendidikan klien? - Berapa usia klien? - Dimana tempat tinggal
klien?
Sejak kapan masalah itu muncul?
Bagaimana masalah itu bisa terjadi?
2 Informan
a. Kebiasaan klien
b. Kondisi lingkungan klien
Bagaimana keseharian klien?
- Bagaimana latar belakang keluarga klien?
- Bagaimana kondisi lingkungan klien?
(34)
c. Profil kelurahan - Bagaimana profil kelurahan tempat tinggal?
- Apa saja kegiatan yang ada di kelurahan ngagel surabaya? - Bagaimana lingkungan
Kelurahan ngagel? - Apakah di kelurahan
ngagel pernah ada sosialisai tentang perselingkuhan?
3 Konselor
a. Identitas Konselor
b. Proses konseling yang dilakukan
- Siapa nama konselor? - Tempat tanggal lahir
konselor?
- Berapa usia konselor? - Riwayat pendidikan
konselor?
Bagaimana proses konseling yang dilakukan oleh konselor?
(35)
Pedoman Observasi
No
Obyek
Data yang diperoleh
Pedoman observasi
1 Konseli Data konseli
- Mengamati ruang konseling.
- Mencatat apa saja yang dikatakan oleh klien. - Mencatat semua sikap
yang ditunjukkan oleh klien.
- Mencatat semua pakaian yang dikenakan klien saat wawancara.
- Mengamati mimic wajah dan gesture klien.
2 Kelurahan
Letak geografis - Mengamati letak kelurahan ngagel surabaya.
- Mengamati keadaan lingkungan di sekitar
(36)
Letak Demografis
kelurahan ngagel surabaya
Mengamati fasilitas yang ada di kelurahan ngagel surabaya
3 Klien
Keadaan
Lingkungan Klien
- Mengamati klien dengan lingkungan sekitar klien.
- Mengamati latar belakang keluarga klien
- Mengamati kegiatan keseharian klien
- Mengamati hubungan klien dengan keluarga klien.
(37)
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan, yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II:TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian pustaka sebagai landasan teori dalam penelitian dan penulisan skripsi. Pada bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan Bimbingan konseling Islam, pengertian bki, tujuan bki, fungsi bki, langkah-langkah bki, hubungan bki dengan terapi Dzikir. Lalu juga dibahas tentang terapi dzikir, tujuan terapi, ciri-ciri terapi, tehnik-tehnik terapi, kemudian juga dibahas tentang pengertian perselingkuhan, sebab-sebab terjadinya perselingkuhan, gejala dan ciri-ciri perselingkuhan, dan cara-cara
(38)
mengatasi perselingkuhan. Dan juga peneliti meneliti penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III: PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum objek penelitian yang berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang meliputi: deskripsi konselor, deskripsi klien dan deskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang deskripsi hasil penelitian yang berisi: ciri perselingkuhan, proses Bimbingan konseling Islam dalam menangani perselingkuhan, serta deskripsi hasil proses dari Bimbingan Konseling Islam dalam Menangani perselingkuhan terhadap lelaki yang sudah beristri..
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi laporan hasil penelitian yang berupa analisis proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Serta laporan analisis hasil akhir dalam proses konseling.
BAB V: PENUTUP
(39)
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Kajian Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a) Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berati mengarahkan (to direct), membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to steer).23
Dari segi pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan oleh seorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan bertujuan membantu seorang agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.24
23
Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cet.ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5.
24
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III,(Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 4.
(40)
Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan dalam bukunya Sofyan S. Wilis bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.25
Dari pengertian bimbingan yang dijelaskan oleh pakar bimbingan dan konseling tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seorang pembimbing kepada seorang individu maupun kelompok agar individu maupun kelompok yang dibimbing tersebut dapat mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku sehingga akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan pengertian konseling adalah dalam bahasa Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian counseling dapat
25
(41)
diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.26
Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tersebut, dalam hubungaannya dengan keseluruhan program ketenagaan, supaya dapat mempelajari lebih baik, tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamkan tentang dirinya untuk realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.27
Dari pemaparan pengertian konseling di atas dapat disimpulkan bahwa konseling itu merupakan suatu proses bantuan yang dilakukan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi.
26
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 21.
27
Saiful Akhyar Lubis,Konseling Islami Kyai dan Pesantren,(Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007), hal. 38.
(42)
Setelah diketahui arti dari bimbingan dan konseling, maka kemudian dalam hai ini, perlu diketahui juga maksud dari penulis dalam mendefinisikan Bimbingan Konseling Islam itu sendiri, adalah sebagai berikut:
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.28
Aunur Rohim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam, bimbingan dan konseling islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu menjalani hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT., sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.29 Bantuan dalam bimbingan dan konseling islam dapat dilakukan melalui wawancara oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
28
Tohari Musnamar,Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam(Yogyakarta:UII PRESS, 1992), hal. 5.
29
(43)
mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.30
konseling islami adalah aktifitas yang bersifat ”membantu”, dikatakan membantu karena pada hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntunan Islam (al-Quran dan sunnah Rasul-Nya). Pada ahirnya diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat.
Sedangkan dalam karya Samsul Munir dijelaskan bahwa, Bimbingan Dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu, dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits. Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Qur’an dan Hadits telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal, maka individu
30
(44)
tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di mukabumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.31
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.
b) Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam secara umum adalah membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan
31
(45)
bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhirat nya.32
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situas dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.33
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Membahas tentang fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dalam usaha pemberian bantuan terhadap individu yang bermasalah ada beberapa fungsi menurut Thohari Musnamar, yaitu :
1. Fungsi prefentif, yaitu membantu individu atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
32
Ahmad Mubarok, Agama Teori dan Kasus,Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 89.
33
(46)
2. Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang dihadapinya atau dialaminya.
3. Fungsi preserfatif, yaitu membantu inidividu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik itu menjadi baik.
4. Fungsi developmental atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara atau mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya sebab munculnya masalah baginya.34
Menurut Imam Sayuti Faried fungsi Bimbingan dan Konseling Islam terdiri atas :
1) Fungsi Pencegahan, maksudnya ialah seseorang dapat menghindari sesuatu yang tidak baik atau menjauhkan diri dari larangan Allah SWT. Firman Allah SWT. dalam surat Al-Ankabut ayat 45 :
34
(47)
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.35
2) Fungsi Pengembangan, maksudnya ialah agar klien dapat mengembangkan kemampuan bakat dan minat yang dimilikinya sesuai dengan potensinya. Firman Allah SWT. dalam surat Ar - Rahman ayat 33 :
Artinya :“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
35
(48)
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”36
3) Fungsi Penyaluran, maksudnya yaitu untuk mengarahkan klien kepada perbuatan yang baik dengan menyesuaikan potensi yang dimilikinya. Firman Allah SWT. dalam surat At-Taghabun ayat 16:
Artinya : “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yangberuntung.”37
4) Fungsi Perbaikan, maksudnya itu untuk mengatasi suatu perbuatan yang sudah terlanjur terjerumus ke dalam suatu kemaksiatan misalnya berbuat zina, maka melalui bimbingan dan konseling islam klien akan meninggalkan
36
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Semarang : Asy-Syifa, 1991), hal. 365
37
(49)
perbuatan itu sesuai dengan tuntunan agama. Fungsi ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam surat Hud ayat 114 :
Artinya :“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”38
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa fungsi dari Bimbingan dan Konseling Islam adalah untuk pencegahan, perbaikan, penyaluran, dan pengembangan. Sehingga dapat diharapkan klien mendapat ketentraman dan ketenangan bathin dengan mengharap keridhaan Allah SWT.
d. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam
38
(50)
Dalam pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling Islam memiliki asas-asas, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam. Berikut adalah asas-asas dalam Bimbingan dan Konseling Islam39:
a) Asas Kerahasiaan, memiliki arti bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan pada orang lain. Asas ini merupakan salah satu kunci agar bimbingan dan konseling islam dapat berjalan dengan baik.
b) Asas Kesukarelaan, proses bimbingan dan konseling islam harus berlangsung atas dasar kesukarelaan baik dari pihak klien maupun konselor. Klien diharapkan suka rela dan tanpa ragu-ragu menyampaikan masalahnya serta menceritakan segala fakta dan hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Asas kesukarelaan bagi konselor memiliki arti bahwa dalam memberikan bantuan haruslah tidak dengan terpaksa dan dilakukan dengan ikhlas.
c) Asas Keahlian, usaha bimbingan dan konseling islam perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan
39
Prayitno dan Erna Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta : Rineka Cipta, 2004), hal. 115.
(51)
menggunakan prosedur, tehnik, dan alat (instrumen) yang memadai.
d) Asas Alih Tangan, dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling islam asas alih tangan terjadi jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien, namun klien yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim klien tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli seperti Psikiater, Dokter, dan Psikolog.
e) Asas Saling Menghargai dan Menghormati, dalam bimbingan dan konseling islam, kedudukan konselor dengan klien pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak klien merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masng-masing sebagai makhluk Allah.40
e. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
40
Aswadi, Iydah Dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam ,(Surabaya : Dakwah Digital Press, 2009), hal 31.
(52)
a) Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya (mengingatkan kembali akan fitrahnya).
b) Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya, sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah Swt, namun manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu bertawakkal kepada Allah Swt.
c) Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapinya.
d) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.
e) Membantu individu mengembangkan kemampuannya mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang dan memperkirakan akibat yang akan
(53)
terjadi, sehingga membantu mengingat individu untuk lebih berhati- hati dalam melakukan perbuatan dan bertindak.41
f. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam
a) Konselor
Konselor adalah orang yang bermakna bagi klien, konselor menerima klien apa adanya dan bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam mengatasi masalahnya walau saat kritis sekalipun.42
Adapun menjadi seorang konselor tidak lepas dari prasyarat yang ada. Adapun syarat menjadi konselor antara lain:
a. Kemampuan profesional
b. Sifat kepribadian yang baik
c. Kemapuan bermasyarakat dengan baik
d. Takwa kepada Allah43
41
Tohari Musnamar,Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.hal. 35-40. 42
Imam Sayuti F 0arid,pokok-pokok tentang bimbingan penyuluhan agama, (Surabaya: Biro Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel), hal. 14.
43
(54)
Dari beberapa syarat diatas pada hakikatnya seorang konselor haruslah mempunyai kemapuan melakukan bimbingan dan konseling, serta bisa mempertanggung jawabkan pekerjaannya sebagai konselor.
b) Klien
Klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya. Namun, demikian keberhasilan dalam mengatasi masalah itu sebenarnya sangat ditentukan oelh pribadi klien itu sendiri.
Setidaknya ada beberapa sikap dan sifat yang mesti dimiliki klien untuk memudahkan dalam proses konseling:
a. Terbuka
Keterbukaan klien akan sangat membantu sukseknya jalannya proses konseling.
b. Bersikap Jujur
Seorang yang klien yang berharap masalahnya dapat teratasi harus bersikap jujur. Artinya klien harus mengemukakan data-data permasalahannya dengan benar.
(55)
c. Sikap percaya
Klien harus percaya pada konselor benar-benar akan menolongnya, dan percaya bahwa konselor tidak akan mebocorkan rahasianya pada orang lain.
d. Bertanggung jawab e. Masalah
Masalah adalah semua hal yang dapat menghanbat di dalam mencapai tujuan. Dan dapat pula diartikan ketidaksesuaian antara keinginan yang didambakan dengan kenyataan yang dihadapi.44
g. Langkah-langkah konseling Islam
1. Langkah identifikasi kasus
Langkah pertama ini adalah dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini konselor mencatat kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memeilih kasus yang mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
44
(56)
2. Langkah diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah untuk menetapkan masalah yang di hadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang di lakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan data, setelah data terkumpul kemudian di tetapkan masalah yang di hadapi serta latar belakangnya.
3. Langkah pragnosis
Langkah prognosis ini merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan di laksanakan untuk membantu klien menangani masalahnya, dari Diagnosis di atas.
4. Terapi
Dalam hal ini konselor dan klien bersama melakukan proses terapi guna meringankan beban masalah yang klien hadapi, terutama tentang keputusan yang di ambilnya.
(57)
Setelah klien dan konselor bersama–sama melakukan proses terapi mencari dan menemukan solusi yang terbaik bagi masalah klien, maka kemudian masuk kepada tahap Evaluasi ini adalah penilaian terhadap alternative atau putusan yang di ambil oleh klien baik dari segi kelebihan maupun segi kekurangan putusan klien tersebut. Tahap ini juga merupakan tindak lanjut yang berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan konseling yang telah berlangsung, yakni disini konselor mengamati dan memantau klien agar jangan sampai kembali ke dalam masalah yang lain.45
1. Perselingkuhan
a. Pengertian perselingkuhan
Secara etimologi, Perselingkuhan adalah bentuk ketidaksetiaan suami terhadap istri atau sebaliknya. Hadirnya orang ketiga yaitu “WIL” (Wanita Idaman Lain) dan “PIL”(Pria Idaman Lain) dalam suatu rumah tangga merupakan indikasi adanya perselingkuhan, meskipun hadirnya orang ketiga itu dirahasiakan.46
45
Djumhur dan Moh. Surya,Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,(Bandung : CV. Ilmu, 1975), hal. 104-106.
46
Prof.Dr.H.Dadang Hawari,penyiksaan fisik dan mental dalam rumah tangga, Jakarta: FKUI 2009, hal 58.
(58)
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah melibatkan dua orang yang salah satunya berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur yakni saling ketertarikan, saling ketergantungan, saling memenuhi secara emosional dan seksual. Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual.47
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perselingkuhan adalah hubungan pribadi terjadi di luar nikah yang melibatkan dua orang, salah satu diantaranya berstatus nikah. Sehingga mengakibatkan timbulnya masalah bagi pelakunya, terlebih keduanya masih mempunyai hubungan sanak saudara yaitu antara om dengan ponakannya sendiri. Dengan kata lain dalam selingkuh terdapat tiga unsur yakni adanya saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling memenuhi dengan maksud menimati hubungan dengan orang lain sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi-seksualitas.
Masyarakat memandang perselingkuhan sebagai perbuatan yang tidak patut, terutama perselingkuhan yang dilakukan oleh istri. Sebagian yang lain memandang perempuan yang berselingkuh sebagai sampah
47
(59)
masyarakat, ia dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai agama, karena ia menghancurkan rumah tangga yang dilandasi oleh agama.48
Adapun Alasan yang dikemukakan wanita yang berselingkuh tidak sama dengan alasan yang dikemukakan para pria, antara lain :
a) Percaya diri, wanita yang berselingkuh mengemukakan bahwa mereka menikmati perhatian yang diberikan oleh laki-laki terhadap kecantikan, keindahan tubuh, serta kemampuan yang mereka miliki.
b) Mereka ingin menikmati pengalaman seksual yang lebih luas, tidak dibatasi hanya pada satu pasangan saja
c) Mereka mencari kedekatan emosional yang mereka harapkan dapat memperolehnya dari pria lain
d) Sebagian wanita mengemukakan bahwa mereka merasa kesepian dalam hubungannya dengan suami, dan mereka mencari pria lain yang mengisi kesepian tersebut
e) Mereka berusaha untuk lebih mengenal diri mereka sendiri dengan mencari pria yang memberikan kasih sayang yang mereka butuhkan.
48
Rifki Rufaida, Pandangan Masyarakat terhadap Perceraian Akibat Perselingkuhan, (SkripsiUniversitas Islam Negeri Malang, 2005), 47
(60)
f) Alasan lain bahwa melalu perselingkuhan mereka merasa diri mereka menjadi lebih muda, gairan yang ditunjukkan oleh pasangan selingkuh mereka membuat diri mereka merasakan kebebasan.49
b. Jenis-jenis Selingkuh
Beberapa jenis perselingkuhan diklasifikasikan oleh psikolog muda Paula Hall sebagai berikut:
a) The boat-rocking affair. Perselingkuhan ini terjadi ketika seseorang merasa tidak puas dengan hubungannya. Tanpa disadari, perselingkuhan menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari masalah dan membuatnya muncul ke permukaan.
b) The exit affair.Hal ini terjadi ketika perselingkuhan dijadikan cara untuk lepas dari sebuah hubungan. Seseorang yang bukannya menghadapi masalah dengan pasangannya, melainkan malah memilih lari dalam perselingkuhan.
c) The thrill affair. Sebuah hubungan yang terlarang bisa menimbulkan sensasi tersendiri. Rasa cemas karena takut
49
Monty P. Satiadarma,Menyikapi Perselingkuhan,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 31
(61)
ketahuan memompa adrenalin dalam tubuh sehingga hubungan perselingkuhan dianggap lebih menarik.
d) The three’s company affair. Sebuah perselingkuhan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Ada sebagian orang yang tidak bisa berkomitmen dengan satu orang. Orang-orang dalam golongan ini merasa tidak puas dengan hubungan monogamy. Kehadiran orang ketiga bisa menjadi penyaluran dalam masalah emosi.50
Adapun jenis-jenis perselingkuhan yang umum terjadi antara lain :
1. Selingkuh seksual :
1) Selingkuh “kecelakaan”
2) Selingkuh “perburuan” (playboy/playgirl)
2. Selingkuh perasaan / emosional
1) Cinta tak berbalas atau bertepuk sebelah tangan 2) Selingkuh platonik
3) Selingkuh menyeluruh
4) “pengaturan-pengaturan” perkawinan (poligami termasuk di dalam selingkuh jenis ini.
50
(62)
3. Selingkuh online / penyelewengan di internet baik melalui email maupunchat room
4. Keterlibatan pornografi 5. Teleponseks51
c. Faktor-faktor Selingkuh
Perselingkuhan dapat menimbulkan akibat yang fatal dalam keharmonisan sebuah rumah tangga, bukan saja terancamnya keutuhan rumah tangga, tetapi juga terkadang membawa dampak ikutan yang cukup berat, seperti hancurnya masa depan anak-anak, rasa malu yang ditanggung keluarga besar, rusaknya karir dan lain sebagainya. Lebih dari itu semua adalah rusaknya tatanan sosial pada masa mendatang. Terdapat berbagai faktor kenapa suami atau istri melakukan selingkuh, antara lain adalah:
a) Faktor utama
1. Iman yang hampa
Kosongnya iman adalah penyebab dari semua perilaku buruk, begitu pula badai rumah tangga merupakan bukti keroposnya bangunan iman. Iman akan menjamin seseorang tetap 51
(63)
dijalur kebenaran, karena orang yang beriman merasa seperti ntingkah lakunya diperhatikan Allah swt. “maka tidak mungkin seseorang yang beriman melakukan perselingkuhan atau berbuat yang mendekatkan diri pada perzinaan”.52
2. Kebutuhan biologis
Permasalahan perselingkuhan yang kerap terjadi antara pasangan suami isteri salah satunya diakibatkan oleh kebutuhan biologis yang tidak terpenuhi. Menurut Monti P. Satiadarma “sebagian dari perilaku perselingkuhan mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak berniat sedikitpun untuk meninggalkan isteri mereka. Akan tetapi mereka merasakan bahwa hubungan seksual dengan isterinya mengalami hambatan. Alasannya tentu bisa bermacam-macam, bisa karena alasan sakit atau alasan lainnya”.53
3. Faktor ekonomi
Tarif perekonomian keluarga yang menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan materi merupakan sesuatu yang sering
52
Abu al-Ghifari, Badai Rumah Tangga, hal. 28
53
(64)
menjadi sumber permasalahan pada kehidupan berumah tangga. “Desakan ekonomi merupakan salah satu alasan mengapa seseorang melakukan perslingkuhan. Alasan ini lebih banyak dikemukakan oleh kalangan wanita, namun adapula sejumlah pria mengemukakan hal ini sebagai alasan tindakan perselingkuhan mereka”.54
4. Konflik dengan pasangan
Setiap pasangan suami isteri seharusnya menjadikan suatu perselisihan proses menuju keluarga yang harmonis dengan menjadikan pelajaran sebagai kehidupan rumah tangganya kedepan, dan jangan menjadikan perselisihan tersebut berlarut-larut sehingga menjadi konflik dalam keluarga. “Hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan menjadi alasan yang paling sering diungkapkan laki-laki untuk mencari kesenangan diluar. Apalagi jika konflik rumah tangga itu berakhir dengan pertengkaran hebat akan sulit untuk mendamaikannya, sementara kebutuhan seks datang tak terduga. Maka lambat laun muncul hasrat untuk melampiaskan diluar”.55
b) Faktor Pendukung
54
Nur fadillah,Metode anti perselingkuhan&perceraian, (Genius publisher), hlm. 28.
55
(65)
Faktor fasilitasi sosial. Lemahnya institusi masyarakat dalam masalah moral sosial dan hukum menjadi lahan subur selingkuh. RT seolah memperoleh ancaman serius dari lingkungan. RT yang sejak awal sudah bagus semacam digerus perlahan- lahan oleh lingkungan yang memfasilitasi kebejatan moral atau memperbolehkan (permisivitas masyarakat).
Faktor ketersediaan group secara sosial. Nampaknya tidak semua kaum selingkuh ini mendapatkan kecaman masyarakat, tetapi juga memperoleh penerimaan dari komunitas tertentu meskipun terbatas. Bisa kita bayangkan bahwa orang dengan bangga mengumbar pengalaman selingkuhnya sebagai sebuah prestasi keperkasaan, atau keseksian. Sedangkan di masyarakat komunitas yang kontra selingkuh semakin menipis kekuatan daya tangkalnya. Hal ini karena selingkuh dianggap sebagai fenomena yang terlalu sering terjadi.
Faktor lemahnya sangsi sosial dan hukum. Secara umum masyarakat kita sangat murah memaafkan kesalahan. Walaupun kesalahan itu sangat fatal menurut kacamata agama. Sedikit sekali kasus selingkuh diproses menjadi kasus hukum.56
56
http://id.news.yahoo.com/viva/20100317/tls-mengapa-wanita-rentan-selingkuh-di-u-34dae5e.html. diakses pada 23 februari 2013.
(66)
2. Berdzikir
a) Pengertian Dzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata
artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, di antara pengertian-pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, ataumengerti perbuatan baik.57
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu Tarekat Uraian Tentang Mistik. Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.58
Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir dan Doa, menjelaskan bahwasannya dzikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (subhanaallah), membaca tahlil (la ilaha illallahu), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis
57In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A
, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, Semarang: Syifa Press, 2006, hlm. 7
58
Aboe Bakar Atjeh,Pengantar Ilmu Tarekat Uraian tentang Mistik, Cet ke-IIIX, Ramadhani, Solo, 1996, hlm, 276
(67)
(quddusun), membaca takbir (allahuakkbar), membaca hauqollah (la hawla wala quwwata illa billah), membaca hasbalah (hasbiyallah), membaca basmalah (bismillahirrahmanir rahim), membaca al-qur’an al majid dan membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang diterimadari Nabi SAW.59
Banyak ayat Al-Qur an yang berisi perintah Allah SWT. Agar
manusia senantiasa berdzikir mengingat-Nya. Beberapa di antaranya adalah surat An-Nisa ayat 103, Al-Ma idah ayat 4, Al-Hajj ayat 36 dan Al-Jumu ah ayat 10.
Artinya: “ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu Berba ing...”(QS. An-Nisa ayat 103)
59
Teungku Hasbi Ash-Shiddieqiy,Pedoman Dzikir Dan Doa,(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hal. 36.
(68)
Artinya:“dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)...”(QS. Al-Ma idah ayat 4)
Artinya: “maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat)...”(QS. Al-Hajj ayat 36)
Artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”(QS. Al-Jumu ah ayat 10)
b) Bentuk dan Cara Berdzikir
Ibnu Ata , seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kata-Kata Hikmah) membagi dzikir atas tiga bagian:d zikirjali(dzikir jelas,
(69)
nyata), dzikirkhafi(dzikir samar-samar) dan dzikirhaqiqi (dzikir sebenar-benarnya)60.
a. DzikirJali
Ialah suatu perbuatan mengingat Allah swt. dalam bentuk ucapan lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah swt. yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Mula-mula dzikir ini diucapkan secara lisan, mungkin tanpa dibarengi ingatan hati. Hal ini biasanya dilakukan orang awam (orang kebanyakan). Hal ini dimaksudkan untuk mendorong agar hatinya hadir menyertai ucapan lisan itu.61
b. DzikirKhafi
Adalah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan ataupun tidak. Orang yang sudah mampu melakukan dzikir seperti ini merasa dalam hatinya senantiasa memiliki hubungan dengan Allah swt. Ia selalu merasakan kehadiran Allah swt. kapan dan dimana saja. Dalam dunia sufi terdapat ungkapan bahwa seorang sufi, ketika melihat
60
Ensiklopedi Islam, jilid 6(Jakarta: PT Ichtiar Baru van Houve,...) hlm., 332.
61
(70)
suatu benda apa saja, bukan melihat benda itu, tetapi melihat Allah swt. Artinya, benda itu bukanlah Allah swt., tetapi pandangan hatinya jauh menembus melampaui pandangan matanya tersebut. ia tidak hanya melihat benda itu akan tetapi juga menyadari akan adanya Khalik yang menciptakan benda itu.62
c. DzikirHaqiqi
Yaitu dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah swt. Dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu tiada yang diingat selain Allah swt. Untuk mencapai tingkatan dzikirhaqiqiini perlu dijalani latihan mulai dari tingkat dzikirjalidan dzikirkhafi.
Cara Dzikir Dzikir terbagi menjadi beberapa macam, cara dzikir adalah sebagai berikut:
a. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
62
(71)
Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah SWT akan bertambah.63
b. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazhlafazh yang di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat, membaca Al-Qur'an dan sebagainya.64
c. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.65
c) Keutamaan Dzikir
Keutamaan dzikir secara umum banyak sekali menurut Saiful Ghofur dalam karyanya Rahasia dzikir dan doa, diantaranya ialah:
a. Terlindung dari bahaya godaan setan
63
Khalili al-Bamar, Ajaran Tarekat(Suatu Jalan Pendekatan Diri Terhadap AllahSwt)., hal. 209
64
Martin Lings, Wali Sufi Abad 20., hal. 104 65
Iqra al-Firdaus,Rahasia Kekuatan Doa & Dzikir Bagi Kesehatan, (Jakarta: Laksana 2011), hal. 344
(72)
Setan tak pernah berhenti untuk menggelincirkan manusia dari rida Allah. segala bentuk godaan akan diumpamakan kepada manusia agar lalai dan terlena. Karena itu, dengan berdzikir kita memohon kepada Allah supaya terlindung dari godaan setan yang terkutuk.66
b. Tidak mudah menyerah dan putus asa
Hidup di dunia tak jarang penuh dengan permasalahan. Adanya permasalahan ini sejatinya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang. Bagi yang tidak kuat menanggung permasalahan tersebut, acap kali cenderung berputus asa. Padahal, berputus asa adalah perbuatan yang dilarang oleh Islam.67
c. Memberi ketenangan jiwa dan hati
Segala gundah dan resah bersumber dari bagaimana hati menyikapi kenyataan. Jika hati lemah dan tak kuat menanggung beban hidup, besar kemungkinan yang muncul adalah suasana resah dan gelisah. Artinya, tidak tenang. Ketidaktenangan juga bisa timbul akibat perbuatan dosa. Hati ibarat cermin dan dosa adalah debu. Semakin sering berbuat dosa, semakin memupuk debu yang
66
Samsul Amin Ghofur,Rahasia Zikir dan Doa(Jogjakarta: Darul Hikmah, 2010) hlm., 143-147.
67
(73)
mengotori cermin. Karena itu, untuk meraih ketenangan jiwa dan hati kita dianjurkan untuk memperbanyak zikir. d. Mendapatkan cinta dan kasih sayang Allah
Allah memiliki sifat Ar-RahmandanAr-Rahim. Kedua ini berasal dari suku kata ar-rahmah yang berarti kasih sayang. Kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya begitu luas. Oleh sebab itu, kasih sayang Allah harus kita raih dengan memperbanyak zikir.68
e. Tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan dunia yang melenakan Hidup di dunia hanya sementara. Begitu pun segala hal yang diraih dalam kehidupan dunia. Kenikmatan dunia adalah fana. Jelas, segala kesenangan dan kenikmatan dunia bisa melenakan jika tidak disikapi dengan bijaksana. Dengan kejernihan hati dan senantiasa mengingat Allah melalui dzikir, kenikmatan dunia itu bisa menjadi perantara untuk meraih kebahagiaan akhirat.
Masih banyak sekali keutamaan dzikir dalam kehidupan ini. Dengan dzikir akan terbuka kemudahan dalam memahami suatu hal, terhindar dari segala macam penyakit hati, terhindar dari segala macam penyakit ruhani maupun jasmani, terhindar dari rasa takut, cemas dan gelisah serta merasa aman dari segala macam gangguan. Bahkan, dzikir
68
(74)
bisa membuat kita mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah dan memperoleh kemudahan dalam melewati titian Shirath al-Mustaqim.69
3. Perselingkuhan Merupakan Masalah Bimbingan dan Konseling Islam
Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari permasalahan yang membebaninya. Seperti halnya masalah perselingkuhan yang hampir semua orang pernah mengalaminya. Baik yang berpacaran, bertunangnan, bahkan yang sudah menikah.
Bimbingan konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu yang mengalami masalah. Adapun masalah-masalah yang ditangani dalam bidang konseling yakni: masalah psikologis yang ringan seperti; ketidak stabilan emosional, ketidakmatangan, ketidak mampuan mengontrol diri, dan perasaan ego negatif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari baik itu ma`salah perkawinan, problem karena ketegangan jiwa atau syaraf, problem tingkah laku sosial, problem karena masalah alkoholisme, ataupun dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara khusus memerlukan bantuan.
69
(1)
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian dari bimbingan dan konseling islam
dengan terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan
terhadap lelaki yang sudah beristri.
Pertama, proses bimbingan konseling islam yang dilakukan
konselor dengan langkah-langkah konseling mulai dari identifikasi
masalah, diagnosa, prognosa, treatmen dan evaluasi. Pada tahap
identifikasi masalah sampai dengan prognosa, dalam perbandingannya
diketahui adanya relevansi antara teori dengan lapangan. Namun pada
tahap treatmen yang dilakukan 5x pertemuan. Pertemuan yang pertama
konselor berusaha menyadarkan klien tentang identitasnya sebagai
seorang ponakan. Setelah klien sadar akan identitasnya pertemuan yang
kedua konselor membuat pernyataan yang menilai bahwa apa yang
dilakukan oleh konseli itu perbuatan yang baik atau tidak. Jika klien sudah
menyadari bahwa apa yang dilakukan itu tidak baik pada pertemuan yang
(2)
Dzikir yang terakhir yakni melalui hati seperti: bertaubat dengan
sungguh-sungguh dan berniat untuk tidak mengulanginya lagi. Setelah
dilakukan proses terapi dzikir tersebut pertemuan keempat konselor
membantu klien untuk merumuskan rencana-rencana tindakan yang akan
dilakukannya agar tidak melakukan perselingkuhan kembali. Pertemuan
yang kelima atau pertemuan terakhir yakni mengevaluasi kembali
perubuhan diri konseli ke arah yang lebih baik.
Kedua adapun hasil dari bimbingan dan konseling Islam dengan
terapi Dzikir dalam mengatasi perselingkuhan seorang perempuan
terhadap lelaki yang sudah beristri adalah bahwa dalam pemberian
Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Dzikir yang dilakukan
konselor, konseli menyadari akan identitasnya sebagai ponakan serta
mampu menilai apa yang dilakukannya selama ini tidak baik. Menyibukan
diri dengan mengikuti kegiatan-kegitan yang berhubungan dengan
keagamaan. Penelitian ini dapat dikatakan cukup berhasil karena pada
awalnya terdapat empat gejala yang nampak dialami oleh klien sebelum
proses pemberian terapi Dzikir yang diberikan pada klien, dua dari empat
(3)
Kondisi konseli sebelum dan sesudah proses konseling
No Kondisi Klien
Sebelum Sesudah
Ya Tidak Ya Tidak Kadang-kadang
1 Sering ketemu √ √
2 Jalan bersama √ √
3 Sering sms dan telepon √ √
4 Kepo (ingin tau) di sosmed √ √
dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri klien ke arah yang olebih baik.
Tingkat keberhasilan penggunaan terapi Dzikir dalam proses konseling yaitu
50% dari gejala yang tidak dilakukan klien.
B. Saran
1. Kepada konselor
Kepada konselor, untuk selalu mengamalkan ilmunya kepada
setiap orang, agar ilmunya bermanfaat bagi sesama. Dengan banyak
mengamalkan ilmu itu, maka banyak pengalaman yang akan diperoleh,
karena sebaik-baik guru bagi kita adalah sebuah pengalaman.
Permasalahan yang di hadapi seorang konselor tentu akan terus
mengalami perubahan sesuai dengan fenomena yang terjadi di
masyarakat sehingga di butuhkan banyak bekal bagi konselor untuk
(4)
Tetaplah sabar dan berusaha untuk lebih baik untuk kedepan,
karena ini semua merupakan sebuah ujian kehidupan, dan Allah tidak
akan pernah menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan hamba itu
sendiri. Percayalah bahwa Allah senantiasa bersama kita. Dan pasti
akan selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian.
Selalu mengingat Allah merupakan salah satu cara untuk
menenangkan hati dan pikiran. Jika kita sudah mampu tenang dalam
hati dan pikiran, niscaya kita akan dapat berfikir lebih positif, karena
dengan berfikir positif, dengan mudah kita akan segera menemukan
penyelesaian masalah tersebut.
3 Kepada Masyarakat
Dengan adanya permasalahan ini, penulis berpesan kepada
masyarakat khususnya bagi seseorang yang berencana untuk
melakukan perselingkuhan, hendaklah memikirkan secara matang dan
penting untuk memperhatikan terlebih dahulu dampak kedepannya..
Dan jangan selalu berpikir bahwa hanya kesenangan yang diperoleh
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat Uraian tentang Mistik, (Cet ke-IIIX,
Ramadhani, Solo, 1996)
Agus Santoso, dkk,Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2003)
Al-firdaus Iqra, Rahasia Kekuatan Doa & Dzikir Bagi Kesehatan, (Jakarta:
Laksana, 2011)
Amin Samsul Ghofur,Rahasia Dzikir & Doa,(Yogyakarta: Darul Hikmah, 2010)
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002)
Baswardono dono,Poligami itu Selingkuh, (Yogyakarta: galangpress, 2007)
Bungin Burhan, metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001)
Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011)
Howard S. Friedman&Miriam W. Schustack.Kepribadian Teori Klasik dan Riset Moern Jilid 2, (Jakarta : penerbit Erlangga) 2008
Huda Nurul Haem,Awas Illegal Wedding, (Jakarta: Hikmah, 2007)
In’ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono, (Semarang: Syifa Press, 2006)
Moleong Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005)
(6)
112
Rufaida Rifki, Pandangan Masyarakat Akibat Perceraian Akibat Perselingkuhan,
(Universitas Negeri Malang, 2005)
Rufaida Rifki, Pandangan Masyarakat Akibat Perceraian Akibat Perselingkuhan,
(Universitas Negeri Malang, 2005)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2011)
Satiadarma Monti P., Menyikapi Perselingkuhan, (Jakarta: Yayasan Obor