Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Menangani kenakalan remaja pelaku balap liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh: Ubaidillah tsani NIM. B03213030
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(2)
(3)
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi oleh Ubaidillah tsani ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Surabaya, 21 -luli 2017
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya wah dan Komunikasi
t2 t99403
t
001198603 2 004
Iu-ra. M. A NIP. 196 3 199103 1 001
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Ubaidillah Tsani (B03213030), Bimbingan Konseling Islam dengan terapi behavior dalam menangani kenakalan remaja pelaku balap liar di desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
Fokus penelitian adalah (1)Bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior dalam menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk ?(2)Bagaimana hasil pelaksanaan terapi behavior dalam menangani kenakalan remaja seorang pelaku balap motor liar di Desa keramat Kabupaten Nganjuk ?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,observasi, dokumentasi, dan jenis penelitian yaitu studi kasus, suatu model yang menekankan pada eksplorasi pada satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam. Dalam menganalisa proses terapi behavioral untuk menangani kenakalan remaja pelaku Balap liar yang digunakan adalah berupa hasil observasi dan wawancara yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisis data.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses terapi behavioral untuk menangani kenalakan remaja pelaku balap liar dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdapat dalam terapi behavioral menggunakan teknik Modelling, mulai dengan menentukan model, dan meniru perilaku yang dicontohkan oleh model untuk menangani kenakalan remaja pelaku balap liar. Hasil dari penelitian proses terapi menggunakan terapi behavioral dengan teknik Modelling dapat menangani kenakalan remaja konseli. Dan hasil dari proses bimbingan dan konseling Islam dengan teknik modeling untuk menangani kenakalan remaja seorang pelaku Balap liar diperoleh hasil gejala yang sedikit terlihat sebesar 33% dan gejala yang tidak terlihat 67% dengan standart >75% atau 75% sampai dengan 10% dikategorikan cukup berhasil.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penulisan ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep ... 6
F. Metode Penilitian ... 11
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 11
2. Sasaran Dan Lokasi Penelitian ... 12
3. Jenis Dan Sumber Data ... 12
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 14
6. Teknik Analisis Data ... 16
7. Teknik Keabsahan Data ... 16
G. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 20
1. Bimbingan Dan Konseling Islam ... 20
a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam ... 20
b. Tujuan BKI dan Fungsi BKI ... 25
c. Unsur-unsur BKI ... 28
2. Terapi Behavior dan teknik Modelling ... 29
a. Pengertian terapi Behavior ... 29
b. Teknik modelling ... 31
c. Manfaat teknik modelling ... 32
d. Tujuan Teknik modelling ... 33
(8)
f. Unsur utama dalam teknik modelling ... 35
g. Langkah-langkah modelling ... 36
3. Kenakalan remaja ... 36
a. Pengertian Remaja ... 36
b. Ciri-ciri remaja ... 37
c. Pengertian kenakalan remaja... 38
d. Jenis kenakalan remaja ... 41
e. Bentuk-bentuk kenakalan remaja ... 43
f. Penyebab kenakalan remaja ... 44
4. Balap liar ... 46
a. Pengertian Balap liar ... 46
b. Faktor-faktor Balap liar ... 46
c. Dampak positif Balap liar... 47
d. Dampak negatif Balap liar... 48
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 48
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 50
1. Deskripsi lokasi penelitian... 50
a. Lokasi penelitian ... 50
b. Luas wilayah ... 50
c. Kondisi kependudukan... 50
d. Keadaan Ekonomi masyarakat... 50
e. Pendidikan masyarakat ... 51
f. Keagamaan masyarakat ... 51
2. Deskripsi Konselor ... 51
a. Deskripsi konselor ... 51
b. Pengalaman konselor ... 52
3. Deskripsi Konseli ... 53
a. Biografi konseli ... 53
b. Kepribadian konseli ... 53
c. Keadaan ekonomi keluarga konseli ... 54
d. Lingkungan sekitar konseli... 54
e. Latar Belakang keluarga Konseli ... 55
f. Latar Belakang keagamaan Konseli ... 55
g. Latar Belakang sosial Konseli ... 56
4. Deskripsi Masalah ... 56
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57
1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi ... 57
a. Identifikasi Masalah ... 61
b. Diagnosis ... 64
c. Prognosis ... 65
d. Terapi(Treatment)... 68
e. Evaluasi(Follow Up) ... 80
(9)
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Pelaksaan Terapi ... 85 B. Analisis Hasil Pelaksanan Terapi ... 89
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan suatu harapan baru bagi suatu bangsa dan keluarga, pada masa remaja dimana masa yang menarik perhatian bagi orang tua, masyarakat, dan pendidik. Kita sering membaca, mendengar, dan bahkan melihat secara langsung kenakalan para remaja yang bisa berakibat fatal dan bahkan merugikan bagi masa depan mereka.
Remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap dimana rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, perjudian, dan balap motor liar.1
Kenakalan remaja atau perilaku menyimpang ini dapat terjadi di berbagai ruang lingkup masyarakat. Seperti kasus kenakalan remaja terjadi pada salah satu remaja di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
Namun harus diakui pula bahwa masa remaja merupakan masa yang tepat untuk mengembangkan segala potensi positif yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan, dan minat. Selain itu masa ini adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Oleh karena itu sebaiknya mereka mendapat perhatian dari keluarga dan pendidik agar mereka tidak tersesat ke jalan yang salah.
Lingkungan sekitar tidak selalu baik bagi pendidikan dan perkembangan remaja. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang-orang dewasa serta
anak-1
(11)
2
anak muda kriminal dan anti sosial yang bisa merangsang reaksi emosional buruk pada remaja.
Terkait dengan kenakalan remaja, hal ini juga dialami oleh Keceng (bukan nama sebenarnya). Keceng merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Dilihat dari hubungan anak dan orangtua keceng termasuk anak yang di perhatikan oleh orang tuanya. Walaupun orang tua keceng sibuk dengan perkerjaannya, kedua orang tua keceng ini masih tetap memperhatikan keceng.
Keceng sejak SMP sampai saat ini memiliki sebuah hobi yakni balap motor. Namun sayang, keceng melakukan sebuah balap motor yang liar dikarenakan rumah keceng ini sangat dekat dengan arena anak-anak balap liar dan terpengaruh oleh teman-temanya sehingga keceng menjadi sangat suka balap motor liar.
Kondisi ini mempengaruhi kegiatan keceng. Semenjak duduk di bangku SMA, keceng sering bolos sekolah untuk menyempurnakan sepedah motornya untuk balap liar malam hari dan keceng sering tertidur di kelas karena tengah malam dia melakukan balap liar. Hal ini terjadi sampai dia duduk di bangku kuliah dan sering bolos kuliah demi motor yang akan digunakan untuk balap liar.
Balap liar merupakan suatu tindakan melanggar hukum karena sudah dijelaskan dalam KUHP pasal 503 ayat 1 yang berbunyi barang siapa membikir ingar atau riuh sehingga ketentraman malam hari dapat terganggu, diancam
(12)
3
dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima ribu rupiah.2
Sedangkan dampak balap liar bagi masyarakat jelas mengganggu dikarenakan suara motor yang berisik, anak-anak yang naik motor menjadi ugal-ugalan, dan terjadinya taruhan atau judi saat balap liar. Sebagai masyarakat semestinya tidak menginginkan daerah tempat tinggal mereka digunakan untuk tempat berjudi melalui balap liar tersebut. Usaha masyrakat sekitar yang bisa mereka lakukan untuk mencegah balap liar agar tidak terjadi di daerah tempat tinggal mereka adalah ketika masyarakat melihat akan terjadi balap liar di lingkungan mereka, masyarakat akan menghubungi pihak kepolisian agar membubarkan grombolan yang akan melakukan balap liar.
Masyarakat juga berusaha sendiri dengan mengumpulkan para warga dan menduduki tempat yang akan dijadikan balap liar sehingga anak-anak yang akan melakukan balap liar menjadi takut karena sudah banyak warga sekitar di tempat biasa mereka balap liar. Namun usaha masyarakat tersebut hanya akan membatalkan balap liar di tempat tersebut saja dan mereka akan mencari tempat lain untuk melakukan kegiatan balap liar.
Jika yang melakukan balap liar (JOKI) tertangkap oleh pihak kepolisian akan ditahan sepedah motor dan joki karena joki dan sepeda motor dinilai sebagai kunci utama terjadinya balap liar. Sedangkan untuk proses pengluaran sepeda motor dari kepolisian joki harus dapat menunjukkan surat-surat kepemilikan sepedah motor dan sering kali kendarran yang di gunakan balap
(13)
4
liar tidak standart joki harus menyetandartkan motor tersebut di kantor polisi dan mengurus surat tilang yang diberikan oleh pihak kepolisian. Untuk joki memerlukan orangtuanya sebagai jaminan untuk mengeluarkan joki dari kantor polisi. Namun kedua cara tersebut tidak membuat joki dan teman-temannya mengurungkan niatnya untuk melakukan balap liar dikarenakan balap liar ini sudah menjadi hobi .
Kita sebagai orang yang tidak suka balap liar menganggap balap liar merupakan sebuah hobi yang merugikan, mengganggu, tidak menguntungkan, dan bahkan merusak masa depan. Namun ada orang yang berasal dari balap liar menjadi seorang pembalap prefesional bernama Eko sulistiyo atau biasa di kenal Eko Kodok di dunia balap motor. Pemuda asal Semarang yang lahir pada tanggal 3 maret 1985 ini pada awalnya juga sama seperti Keceng yang hobi dengan balap liar, namun saat ini Eko kodok sudah menjadi seorang pembalap yang bisa dibilang top. Bahkan untuk kontraknya Eko Kodok mendapat 125 juta pertahun itu belum termasuk bonus ketika dia berhasil naik podium. Dari pendapatan yang dia dapat sudah lebih dari kata cukup untuk menghidupi keluarga3.
Berkaca dari masalah yang dihadapi oleh keceng tersebut, memang saat ini banyak terjadi permasalahan-permasalahan remaja yang serupa dengan apa yang dialami oleh keceng, meskipun dengan latar belakang berbeda akan tetapi
3
http://infobalapliarjakarta.blogspot.co.id (diakses tgl 15 september 2016 pada pukul 12.14 wib)
(14)
5
tidak bisa dipungkiri faktor tidak adanya pengarahan yang tepat kepada remaja merupakan salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja. Maka dari itu peneliti mencoba membahas dan berupaya membantu permasalahan yang dialami oleh keceng melalui penelitian dengan judul : “Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior untuk Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas maka fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar Di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk ?
2. Bagaimana hasil pelaksanaan Terapi Behavior Dalam Menangani
Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar Di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti melakukan penelitian ini, antara lain:
1. Untuk menjelaskan proses dari pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar Di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
(15)
6
2. Untuk menjelaskan hasil akhir setelah menjalani Terapi Behavior Dalam Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar Di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut : 1. Secara teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang bimbingan konseling islam dengan terapi behavior dalam menangani perilaku balap motor liar.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi tentang pengurangan perilaku balap motor liar dengan menggunakan pendekatan konseling.
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan daat membantu pada seorang remaja di keramat untuk dapat mengurangi perilaku balap motor liar.
b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengurangi perilaku balap liar.
E. Definisi Konsep
Dalam pembahasan ini perlu kiranya peneliti membatasi sebuah konsep yang diajukan dalampenelitian dengan judul “BimbinganDan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior Dalam Menangani Kenakalan Remaja Seorang Pelaku Balap Motor Liar Di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk”. Adapun defenisi konsep dari penelitian ini antara lain :
(16)
7
1. Terapi Behavior
a. Pengertian terapi behavior
Terapi behavior merupakan salah satu pendekatan untuk memahami individu yang dilihat dari perilaku manusia. Dikarenakan perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi beajar. Pendekatan tingkah laku atau behavior menekan pada dimensi kognitif indiviu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku.4
Dalam terapi tingkah laku banyak teknik-teknik untuk menjalankan penyembuhan terhadap tingkah laku yang salah, diantaranya teknik-teknik tersebut adalah :
1) Latihan asertif
Perilaku asertif adalah perilaku antara perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan.
Teknik yang banyak digunakan untuk latihan asertif adalah latihan berperilaku yaitu melakukan atau melatih suatu tindakan yang cocok dan efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan persoalan pada klien.
4
(17)
8
2) Perkuatan positif
Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh mengubah tingkah laku.5
Dalam penelitian ini perkuatan positif digunakan saat klien mengalimi keraguan yang di alammi ketika memperlihatkan perilaku yang diharapkan. Sehingga konseli akan teteap konsisten melihatkan perilaku yang diharapkan tersebut.
3) Percontohan (modeling)
Dalam modeling, individu mengamati seorang model dan
kemudihan diperkuat mencontoh perilaku model. Pada kasus ini konselor akan menunjukan perilaku seseorag model sebagai contoh perilaku yang diharapkan.
Dalam teknik modeling terdapat 2 tipe model yang dapat digunakan diantaranya :
a) Model hidup
Model hidup merupakan model yang dapat mengajarkan tingkah laku yang sesuai dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan sosial. Contohnya guru, keluarga atau terapis itu sendiri.
5
Geralg Corey, Teori dan praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2003), hal. 212-223
(18)
9
b) Model simbolik
Model simbolik tingkah laku model ini ditunjukan dengan vidio, foto, dan biografi. Model yang memiliki kesamaan dengan klien akan memudahkan klien untuk meniru perilaku yang di inginkan.6. Dari beberapa teknik Behavior diatas, semuanya bertujuan merubah perilaku yang salah sesuai dengan proses, perubahan ini selalu melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kehendak), aksi (tindakan).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Modeling dengan tipe model hidup (live model). Dimana peneliti dan konseli memilih orang yang dijadikan panutan oleh konseli dan memiliki latar belakang yang sama dengan konseli.
2. Pengertian Kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma yang berlaku di masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi anak-anak menuju dewasa. Dampak kenakalan remaja tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang sekitarnya.7
Adapun pemahaman yang beragam oleh para pakar mengenai arti kenakalan remaja, diantaranya :
a. Walgito dalam bukunya mengungkapkan bahwa kenakalan remaja atau juvenile delinquency adalah tiap perbuatan, bila perbuatan tersebut
6
Singgih D. Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia 2000). Hal 222
7
(19)
10
dilakukan oleh orang dewasa maka merupakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.8
b. B. Simanjuntak menerangkan bahwa suatu perbuatan disebut delinquent apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup. Suatu perbuatan anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.9
c. Menurut teori patologi sosial, kenakalan remaja juga merupakan bagian dari sosiopatik atau penyakit sosial. Sosiopatik yaitu semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.10
Kenakalan remaja bisa di artikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan ditinjau dari segi agama, jelas bahwa apa yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah tentu semua yang di anggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang agama.11
Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain.
8
Bimo Walgito,Kenakalan Remaja, (Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), Hal. 2
9
B. Simanjuntak,Latar Belakang Kenakalan Anak, (Bandung, Alumni, 1979), Hal. 62 10
Kartini Kartono,Psikologi Sosial Jilid I, (Jakarta, Rajawali, 1992), Hal. 1 11
(20)
11
3. Balap liar
Balap liar merupakan suatu kegiatan menguji kecepatan kendaraan sepedah motor yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan suatu keuntungan dan dilaksanakan dengan sembarangan tanpa ada aturan resmi atau melanggar aturan yang sudah di tetapkan. Balap liar merupakan suatu kegiatan yang tidak teroganisir dalam peraduan sepedah motor berdasarkan jenis kecepatan dan kapasitas mesin. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai ajang gengsi antar pemilik motor dan bengkel yang memiliki motor balap. Balap liar biasanya dilakukan di tengah perkampungan atau jalan tol yang belum dioprasikan. Balap liar ini dilaksanakan antara dua belah pihak yang sudah menyepakati tempat, waktu, dan taruhanya.12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan & Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan diambil kesimpulan.13
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif, yakni metode dengan tujuan memberikan gambaran tentang kelompok atau
12
Http://Infobalapliarerwincasidi.Blogspot.co.id (Diakses Tgl 25 Desember 2016 Pada Pukul16.00 Wib)
13
(21)
12
indvidu, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang sedang diteliti.14
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai bimbingan dan konseling Islam dengan terapi behavior dalam menangani kenakalan remaja. Sedangkan jenis pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang langsung dilakukan di lapangan, yaitu langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data primer. 2. Sasaran Dan Lokasi Penelitian
Wilayah penelitian adalah objek kajian yang akan diteliti oleh penulis, yang terkait dengan klien. Klien adalah seorang remaja yang berperilaku nakal atau tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
3. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data adalah jenis data yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini. Data empiris merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan yang dilakukan berdasarkan investigasi langsung peneliti kepada informan.
Sumber data dalam penelitian kualitatif ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah salah seorang remaja pelaku balap liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk.
14
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial(Bandung: PT. Rosdakarya,2004), Hal. 35.
(22)
13
Data primer yang di ambil oleh peneliti antara lain tentang : a) Identitas lengkap konseli
b) Latar belakang keluarga konseli c) Latar belakang pendidikan konseli d) Latar belakang lingkungan sosial konseli
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki informasi atau data tersebut atau bisa lewat dokumen. Sumber data sekunder dalam penelitian ini peneliti menggali data atau informasi melalui ibu dari remaja tersebut dan untuk mengetahui ketika bermasyarakat peneliti menggali data dari tetangga sekitar remaja tersebut dan teman-teman konseli. Untuk data sekunder yang akan peneliti ambil antara lain tentang : a) Sikap atau perilaku yang ditunjukkan konseli selama di rumah dan
dilingkungan sekitar
b) Kegiatan sehari-hari yang dilakukan konseli selama di rumah c) Gaya bergaul konseli
d) Tingkat ibadah konseli 4. Tahap-tahap penelitian
a. Tahapan pra-lapangan
Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif, kegiatan dan pertimbangan tersebut diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai lokasi penelitian,
(23)
14
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian,dan etika penelitian.
b. Tahap lapangan
Pada tahap lapangan ini pertama, peneliti perlu memahami latar belakang dan persiapan diri. Setalah itu yang kedua, peneliti mulai memasuki lapangan dimana peneliti pada tahapan ini menjalin keakraban hubungan, mempelajari bahasa, dan peranan peneliti. Dan ketiga, berperan serta sambil mengumpulkan data dimana dalam tahapan ini peneliti menerapkan observasi, dan wawancara dengan alat bantu yang digunakan dalam teknik ini seperti alat tulis, kamera, dan tape recorder. c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data adalah proses mengorganisasikan, mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan dalam analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tekhnik sebagai berikut:
a. Observasi
Nasution 1988 menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
(24)
15
Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung.15
Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati. Peneliti akan terlibat dalam kegitan balap liar dan ketika berada di rumah bersama keluarga dan tetangga sekitarnya. Guna mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun data-data yang diambil dari metode observasi adalah:
1) Faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku balap liar yang dilakukan konseli.
2) Usaha konseli untuk menjadi orang yang lebih baik b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide untuk tanya jawab. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Tujuan wawancara yang digunakan adalah informational interview adalah wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi.16
Dalam melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan untuk ditanyakan dan dijawab oleh informan yang akan diteliti. Dan juga peneliti dalam melakukan
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hal 226
16
(25)
16
wawancara peneliti juga sudah menyiapkan alat bantu untuk dibawa saat wawancara seperti alat perekam suara, camera, kertas dan pulpen yang dapat membantu pelaksanaan wawancara agar menjadi lancar.
Adapun data-data yang diambil dari metode wawancara adalah sebagai berikut:
1) Identitas dan latar belakang konseli
2) Hasil proses konseling dengan teknik Behavior 3) Semua data yang berkaitan dengan subjek penelitian 6. Teknik Analisis Data
Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tehnik analisis deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan kenyataan yang realistis.
Dalam peneslitian ini digunakan metode Komparatif untuk membandingkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan pencatatan (coding).
Aplikasi dalam penelitian ini adalah membandingkan tingkah laku seorang remaja balap liar di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk ketika sebelum dan sesudah peneliti menerapkan konseling behavioral dengan menggunakan tehnikmodelingdengan data yang telah dikumpulkan peneliti melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian ditarik
(26)
17
kesimpulan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti “Konseling Behavioral dengan Tehnikmodelingdalam menangani kenakalan remaja ”. 7. Teknik Keabsahan Data
Dalam melakukan penelitian kualitatif, instrumen penelitian utamanya adalah manusia, karena itu yang diteliti dan di periksa adalah keabsahan datanya. Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan beberapa teknik diantaranya:
Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari sumber lain.
Model penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih teruji keabsahanya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda.17
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya.
b. Membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya (sekunder).
c. Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan didukung dokumentasi sewaktu penelitian berlangsung, sehingga informasi yang
17
Nusa Putra Dan Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Hal. 87.
(27)
18
diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan derajat kepercayaan yang tinggi.
Jadi setelah penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudihan data tersebut digabungkan sehingga saling melengkapi.
Ketekunan pengamatan di lapangan, dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang diperoleh dari informan utama, maka perlu mengadakan pengamtan di lapangan secara langsung dalam waktu yang panjang. Adapun maksud utama adanya ketekunan pengamatan dilapangan dalam waktu yang panjang di lapangan ini untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik oleh informan utama maupun infoman penunjang.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.Jadwal Penelitian dan pedoman wawancara
(28)
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan Penelitian Terdahulu yang Relevan (menyajikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan)
BAB III PENYAJIAN DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek Penelitian, dan Deskripsi hasil Penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan ditemukan beberapa hal yang mendukung penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikkan terhadap situasi tertentu.
(29)
✁
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan Dan Konseling Islam
a. Pengertian bimbingan dan konseling islam
1) Bimbingan
Istilah bimbingan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” dengan asal katanya “guide” yang diartikan sebagai menuntun,
memimpin, menunjukkan jalan, memberi petunjuk, mengatur,
mengarahkan, dan memberi nasehat.18
Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad 20, yaitu pada tahun 1908. Sejak itu rumusan demi rumusan tentang bimbingan bermunculan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagai suatu pekerjaan khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan tersebut dikemukakan sebagai berikut:
a) Bimbingan membantu individu untuk memahami dan
menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan, dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk dapat memperoleh penyesuaian
18
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2012), Hal 4
(30)
✂ ✄
yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan. (Dunsmoor & Miller, dalamMcDaniel, 1969).
b) Bimbingan membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. (Chiskolm, dalam McDaniel, 1959).
c) Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu perumbuhan anak muda atas kekuatanya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memmberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. (Lefever, dalamMcDaniel,1959).
d) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemapuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan. (jones, Staffire & Stewart, 1970).19
Berdasarkan butir-butir pokok tersebut maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat
19
Prayitno,Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Hal 93
(31)
☎☎
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.20
2) Konseling
Konseling terjemahan dari bahasa inggris “counseling” dengan asal katanya “counsel” yang diambil dari bahasa Latin yaitu “counsilium”, artinya bersama atau bicara bersama. Pengertian bicara bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).21
Dari uraian tersebut dapat diartikan konseling adalah sebagai kegiatan pemberian nasehat, pemberian anjuran untuk melakukan sesuatu atau mengadakan pembicaraan dengan bertukar pikiran tentang sesuatu.22
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi konseling. Shertzer dan Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat didalam literature tentang konseling. Dari hasil bahasanya itu, mereka sampai pada kesimpulan, bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan koseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
20
Prayitno,Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Hal 99
21
Latipun,Psikologi Konseling,(UMM Press, 2002), Hal 4 22
Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2012), Hal 16
(32)
✆ ✝
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif
perilakunya.23
Dalam definisi yang lebih luas, Rogers (dikutip dari lesmana, 2005) mengartiakan konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain(klien), agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan baik.
Rogers (1971) mengartikan “bantuan” dalam konseling adalah adalah menyediakan kondisi, sarana, dan keterampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memahami rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan, dan aktualisasi diri. Memberikan bantuan juga mencakup kesediaan konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan, keinginan yang tidak terpenuhi, kegagalan yang alami, trauma, dan konflik yang sedang dihadapi klien.24
3) Bimbingan dan koseling islam
Hakikat bimbingan dan konseling islam adalah upaya membantu membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada firah, dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. Kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan rasulnya, agar fitrah yang ada pada
23
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan & Konseling: Dalam Berbagai Latar Kehidupan,(Bandung: Reflika Aditama, 2006), Hal 10
24
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Hal 2
(33)
✞ ✟
individu itu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai tuntunan Allah SWT.
Dari rumusan diatas tampak, bahwa konseling islami adalah aktifitas yang bersifat “membantu”, dikatakan membantu karena pada hakikatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakan tuntunan islam (al-Qur’an dan sunah rasul-nya). Pada akhirnya diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat, bukan sebaliknya kesengsaraan dan kemelaratan didunia dan akhirat.25 Pihak yang membantu adalah konselor, yaitu seorang mukmin yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang tuntunan Allah dan menaatinya. Bantuan itu terutama berbentuk pemberian berbentuk dorongan dan pendampingan. Dalam memahami dan mengamalkan syari’at islam. Dengan memahami dan mengamalkan syari’at islam itu diharapkan segala potensi yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa berkembang optimal. Akhirnya diharapkan individu menjadi hamba Allah yang muttaqin mukhlisin, mukhsinin, dan mutawakkilin; yang terjauh dari godaan setan, terjauh dari tindakan maksiat, dan iklas melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
25
Anwar Sutoyo, Bimbingan & Konseling Islam: Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Hal 22
(34)
✠ ✡
b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Tujuan bimbingan konseling islam memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai melalui kegiatan bimbingan adalah agar individu memahami dan menaati tuntunan agama.
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah agar individu yang dibimbing secara bertahap bisa berkembang menjadi pribadikaffah, dengan cirri-ciri seperti berikut:
1) Dalam aspekaqidah, keimanannya kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-rasul-Nya, ketentuan-Nya (qadha dan qadar), hari kebangkitan, dan perhitungan, surga dan neraka mentap dan tiada keraguan.
2) Dalam hal ibadah (mahdhoh); ia hanya beribadah kepada allah dan tidak kepada yang lain, shalatnya khusyu’, melaksanakan puasa, haji, dan berjihad dijalan allah dengan harta dan jiwanya, selalu menyadari bahwa pada setiap hartanya ada hak untuk orang miskin, oleh sebab itu dia selalu mengeluarkan untuk zakat, infak, dan shadaqah; sedikit tidurnya untuk mendirikan shalat tahajud, selaluingat kepada Allah, mohon ampun dan berserah diri kepadanya.
3) Dalam hubungan keluarga; ia berbuat baik kepada keduanya orang tuanya dan kerabatnya, bergaul secara baik antara suami-istri, menjaga dan mebiayai keluarga dengan harta yang halal, dan membiasakan kehidupan keluarga sesuai dengansyari’at islam.
(35)
☛6
4) Dalam hubungan sosial dan akhlaq; ia bergaul dengan orang laim secara baik, selalu menjauhkan diri dari perbuatan zina, perkataannya benar, selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya, adil, menepati jani, suka memaafkan, mendahulukan kepentingan orang lain, dan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat, gemar menolong sesama dan ber-amar ma’ruf nahi mungkar, selalu memberi manfaat kepada lingkungan, tidak memusuhi orang lain dan menyakitinya. 5) Dalam aspek kepribadian; ia tidak sombong, bila disebut asma Allah
gemetar hatinya, dan jika diingatkan dengan ayat-ayat allah ia tunduk dan patuh, hanya berserah diri kepada Allah, konsisten terhadap apa yang diyakininya, mempunyai kehendak yang kuat dan mapu mengendalikan hawa nafsu, mampu menahankan amarah dan mengendalikan.
6) Dalam hubungannya dengan kehidupan praktis dan professional; ia tulus dalam bekerja dan menyempurnakan hasil kerjanya, berusaha dengan giat dalam memperoleh rejeki.
Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui bimbingan adalah agar individu yang dibimbing selamat dan bisa hidup bahagia didunia dan akhirat.26
Fungsi Bimbingan dan konseling islam memiliki setidaknya empat fungsi, yakni fungsi pencegahan (preventif), pemahaman, perbaikan, pemeliharaan dan pengembangan:
26
Anwar Sutoyo, Bimbingan & Konseling Islam: Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Hal 24
(36)
27
1) Fungsi pencegahan yaitu usaha untuk pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bimbingan dan konseling islam berfungsi untuk mencegah seseorang untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat, dengan nasihat dan bimbingan yang diberikan oleh konselor kepada konseli untuk mengontrol dirinya dalam setiap perbuatan.
2) Fungsi pemahaman yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu dengan keperluan pengembangan konseli. Maksudnya, membantu konseli untuk memahami pesan-pesan Al-Quran dan As Sunnah serta Al hikmah (metode menghayati rahasia kebaikan dibalik peristiwa) secara mantap.
3) Fungsi perbaikan yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya bergabai permaslahan yang dihadapi konseli. Dalam hal ini membantu yaitu membantu konseli menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang harus mengikuti ketentuan dan petunjuk Allah, agar hidup bahagia artinya konseli diajak kembali menelusuri petunjuk dan ketentuan Allah.
4) Fungsi pengembangan yaitu fungsi yang membantu konseli untuk mengembangkan keilmuan baik agama maupun ilmu umum yang dimiliki, mengembangkan potensi baik yang dimiliki oleh konseli agar menjdi individu yang lebih baik. Semakin banyak pengetahuan agama
(37)
28
yang dimiliki maka semakin kuat keimanan dan ketaatan seseorang kepada Allah SWT.27
c. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam
1) Konselor
Konselor adalah orang yang bermakna bagi klien, konselor menerima klien apa adanya dan bersedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam mengatasimasalahnya walau saat kritis sekalipun.Adapun syarat menjadi konselor antara lain:
a) Kemampuan professional b) Sifat kepribadian yang baik
c) Kemampuan bermasyarakat dengan baik d) Takwa kepada Allah
Dari beberapa syarat diatas, pada hakikatnya seorang konselor
haruslah mempunyai kemampuan melakukan bimbingan dan
konseling, serta bisa mempertanggung-jawabkan pekerjaannya
sebagai konselor. 2) Klien
Klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya. Namun, demikian keberhasilan dalam mengatasi masalah itu sebenarnya sangat ditentukan oleh
27
Zidayatul Fildza Dan Ragwan Albaar, Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Modeling Dalam Mengatasi Polah Asuh Otoriter Orang Tua,(Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 01 Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2011)
(38)
29
pribadi klien itu sendiri. Setidaknya ada beberapa sikap dan sifat yang mesti dimiliki klien untuk memudahkan dalam proses konseling: a) Terbuka
Klien yang terbuka akan sangat membantu jalannya proses konseling
b) Bersikap jujur
Klien harus mengemukakan semua permasalahannya dengan jujur tanpa ada yang ditutupi.
c) Sikap percaya
Klien harus percaya bahwa konselor adalah orang yang tidak akan membocorkan rahasia kliennya.
d) Bertanggung jawab
Tanggung jawab klien untuk mengatasi permasalahannya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.
3) Masalah
Masalah adalah semua hal yang dapat menghanbat di dalam mencapai tujuan.
2. Terapi Behavior dan Teknik Modelling a. Terapi behavior
Terapi behavior adalah sebuah pendekatan yang diarahkan pada tujuan-tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru yang lebih baiuk,
(39)
30
menghapus tingkah laku lama yang kurang baik, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.28
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.29
Konselor dalam terapi behavior memegang peranan aktif dan direktif dalam pelaksanaan proses konseling. Dalam hal ini konselor harus mencari pemecah masalah klien. Fungsi utama konselor adalah bertindak sebagai guru, penerah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator, dan mendiagnosis tingkah laku maladptif klien dan mengubahnya menjadi tingkah laku adaptif (Corey, 2009).
Fungsi lain konselor adalah sebagai model bagi kliennya, banduran (Corey, 2009) mengatakan bahwa proses fundamental yang paling memungkinkan klien dapat mempelajari tingkah laku baru adalah melalui proses imitasi dan percontohan sosial. Konselor dijadikan model pribadi yang ingin diditiru oleh klien karena klien, cenderung memandang konselor sebagai orang yang patut untuk diteladani. Klien serering kali meniru sikap, nilai, dan tingkah laku konselor.30
28
Gerald Corey,Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi,(Bandung: PT. Reflika Aditama, 2003), Hal 200
29
Mohamad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2013), Hal. 23
30
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), Hal 170
(40)
31
Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimnpulan bahwasanya terapi behavior yaitu suatu terapi yang menitik beratkan pada polah tingkah laku belajar untuk mendapatkan perilaku yang diinginkan.
b. Teknik Modeling
Dalam modeling, individu mengamati seorang model dan kemudihan diperkuat mencontoh perilaku model. Pada kasus ini konselor akan menunjukan perilaku seseorag model sebagai contoh perilaku yang diharapkan.
Dalam teknik modeling terdapat tipe model yang dapat digunakan diantaranya :
1) Model hidup (live model)
Model hidup merupakan model yang dapat mengajarkan tingkah laku yang sesuai dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan sosial. Contohnya guru, keluarga atau terapis itu sendiri.
2) Model simbolik (symbolic model)
Model simbolik tingkah laku model ini di tunjukan dengan vidio, foto, dan biografi. Model yang memiliki kesamaan dengan klien akan memudahkan klien untuk meniru perilaku yang di inginkan.
3) Penokohan ganda (multiple model)
Terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.
(41)
32
Teknik modeling ini di kembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal dengan teori sosial belajar(social learning theory)31.
Dari beberapa teknik Behavior diatas, semuanya bertujuan merubah perilaku yang salah sesuai dengan proses, perubahan ini selalu melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi (kehendak), aksi (tindakan).
c. Manfaat Teknik Modeling
Manfaat dari penokohan atau modelling menurut Bandura ada tiga hal yaitu:
1. Pengambilan respon atau ketrampilan baru dan memperhatikan dalam
perilakunya setelah memadukan apa yang dia peroleh dari
pengamatannya dengan pola perilaku yang baru, contohnya: ketrampilan baru dalam olahraga, dalam hubungan sosial,bahasa atau pada anak dengan penyimpangan perilaku yang tadinya tidak mau berbicara, kemudian mau lebih banyak berbicara.
2. Hilangnya respon takut setelah mengamati tokoh melakukan sesuatu yang oleh pengamat dapat menimbulkan perasaan takut namun pada tokoh yang dilihatnya tidak berakibat apa-apa atau akibatnya bahkan positif. Contoh : tokoh yang bermain dengan ular dan ternyata tidak digigit.
3. Pengambilan suatu respons dari respons-respons yang diperlihatkan oleh tokoh yang memberikan jalan untuk ditiru. Melalui pengamatan
31
Singgih D. Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia 2000). Hal 222
(42)
33
terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan suatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan ternyata tidak ada hambatan. Contoh: remaja yang berbicara mengenai mode pakain di televisi.32
d. Tujuan Teknik Modelling
Tujuan penggunaan teknik modelling disesuaikan dengan kebuthan ataupun permasalah konseli, diantaranya yaitu: untuk membantu konseli merespon hal-hal yang baru, melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat atau terhalang, dan mengatasi respon-respon yang tidak layak.33
Selain itu perilaku mode yang digunakan tentunya untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk sebagaimana perilaku yang diharapkan.34
Jadi dapat disimpulkan tujuan teknik modelling dapat merubah tingkah laku dengan mengamati model agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk
e. Prinsip-prinsip Teknik Modelling
Menurut gantika komalasari prinsip-prinsip modelling sebagai berkut:
32
Singgih Dan Gunarsah, Konseling Dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007),221.
33
Lutfi Fauzan, “Teknik Modelling”, Http://Lutfifauzan. Wordprees.Com Teknik Modeling. (Diakses 3 Januari 2017)
34
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press,2014) Hal 57.
(43)
34
1) Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.
2) Kecakapan sosial tentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang ada.
3) Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya.
4) Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
5) Status kehormatan sangat berarti.
6) Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.
7) Modeling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan alat visual lainya.
8) Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelmpok atau peserta lain.
9) Prosedur modelling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.35
35
(44)
35
f. Unsur utama dalam teknik modelling
Menurut teori belajar sosial, perbuatan dilihat dengan
menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara terperinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap berikut: 1) Perhatian (attention)
Subyek harus memperhatikan tingkah laku model untuk
mempelajarinya, subyek memberi perhatian pada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki model. Contohnya: seorang pemain music yang tidak percayadiri meniru tingkah laku pemain music terkenal. Akibatnya, ia tidak menunjukkan gayanya sendiri.
2) Mengingat(retention)
Subyek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Dengan cara ini, subyek dapat melakukan peristiwa itu kelak apabila diperlukan atau dinginkan. Kemampuan menyimpan informasi merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak(reproduction)
Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku, subyek juga dapat menunjukkan kemampuanya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi, setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang dimintanya. Praktik lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan ketrampilan.
(45)
36
4) Motivasi
Motivasi juga perlu dalam pemodelan Albert Bandura karena penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.36
g. Langkah-Langkah Modelling
1) Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model)
2) Pada saat konseli memperhatikan model berikan penguatan alamiah. 3) Skenario modeling harus dibuat realistik
4) Lakukan modeling dari yang palin mudah ke yang lebih sukar.37
3. Kenakalan Remaja a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa deawasa, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaanya dan sebagainya.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak tergolong sebagai anak-anak dan belum juga dapat diterima sepenuhnya masuk sebagai golongan dewasa. Remaja ada di antara anak-anak dan orang dewasa , oleh karena itu remaja sering dikenal dengan fase “mencari jati dirir” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu dan memfungsikan secara maksimal fisik maupun
36
Adang Hambali, Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian (Lanjutan) Studi Atas Teori Dan Tokoh Psikologi Kepribadian,(Bandung: Pustaka Setia, 2013), Hal. 159-160.
37
Gantina Komalasari, Teori Dan Teknik Konseling,(Jakarta: PT Indeks,2011), Hal 179-180
(46)
37
psikisnya (Monks dkk.,1989). Namun yang perlu ditekan masa remaa merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.38
b. Ciri-Ciri Remaja
Ada beberapa ciri-ciri yang harus diketahui, diantaranya adalah : 1) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur lebih banyak. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tumbuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertumbuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.
2) Perkembangan seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi sepermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
38
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT BUMI AKSARA, 2005), Hal 9-10
(47)
38
3) Cara berpikir kausalitas
Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orangtua, guru, lingkungan, yang masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orangtua tidak memahami cara berpikir remaja, akibatnya timbul kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar.
4) Menarik perhatian lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampung-kampung yang diberi peranan.
5) Terikat dengan kelompok
Kelompok atau geng sebenarnya tidak berbahaya asal kita bisa mengarahkannya. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah dan sekolah.39
c. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma yang berlaku di masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi
39
(48)
39
anak-anak menuju dewasa. Dampak kenakalan remaja tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang sekitarnya.40
Adapun pemahaman yang beragam oleh para pakar mengenai arti kenkalan remaja, diantaranya Walgito dalam bukunya mengungkapkan bahwa kenakalan remaja ataujuvenile delinquencyadalah tiap perbuatan, bila perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa maka merupakan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.41
Sedangkan B. Simanjuntak menerangkan bahwa suatu perbuatan disebut delinquent apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup. Suatu perbuatan anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.42
Selain itu, menurut teori patologi sosial, kenakalan remaja juga merupakan bagian dari sosiopatik atau penyakit sosial. Sosiopatik yaitu semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.43
Kenakalan remaja bisa di artikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial yang melanggar norma-norma dalam masyarakat. Sedang ditinjau dari segi
40
Singgih D. Gunarsa,Teori-Teori Konseling,(Bandung: Bani Quraisy, 2003), Hal 25 41
Bimo Walgito,Kenakalan Remaja, (Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1982), Hal. 2
42
B. Simanjuntak,Latar Belakang Kenakalan Anak, (Bandung, Alumni, 1979), Hal. 62 43
(49)
40
agama, jelas bahwa apa yang dilarang dan apa yang disuruh oleh agama. Dan sudah tentu semua yang di anggap oleh umum sebagai perbuatan nakal, adalah hal-hal yang dilarang agama.44 Kenakalan remaja adalah suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain.
Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat.45
Menurut pengalaman Polri dalam menangani kasus-kasus yang terjadi di masyarakat dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang turut mempengaruhi kenakalan remaja. Untuk terjadinya suatu pelanggaran ada dua unsur yaitu niat untuk melakukan suatu pelanggaran dan kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut.46
Pada umumnya yang diartikan dengan Juvenile itu adalah seorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin. Pengertian ini menunjukkan suatu batas usia tertentu. Mengenai batas
44
Zakiyah Daradjat,Kesehatan Mental, (Jakarta, Bulan Bintang, 1989) Hal, 112 45
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998) Hal, 6
46
Ninik Widiyanti, Kejahatan Dalam Masyarakat Dan Pencegahannya, (Jakarta, Bina Aksara, 1987 )Hal,116
(50)
41
usia tertenrtu ini dibedakan dalam batas usia ke bawah dan batas usia ke atas. Adapun pembedaan batas usia ini tergantung dari sudut manakah dilihatnya dan ditafsirkannya. Gejala yang serius daripada kenakalan anak yang paling banyak dicatat adalah:
1) Membolos yang sudah menjadi kebiasaan 2) Pergaulan di masa lampau yang buruk
3) Jiwanya yang bandel dan kasar, serta keras kepala dan sukar untuk menerima perkataan atau nasihat orang lain
4) Kebiasaan mencari keributan, mengunjungi tempat yang tak sehat dan tidak wajar bagi anak
5) Berbuat cabul atau paling sedikit suka menyimpan dan membaca buku-buku gambar atau film yang bercorak pornografis.
Bahwa luasnya gejala kenakalan anak-anak berbeda disetiap daerah dan di lain pihak suatu gejala tertentu hanya mungkin terjadi di suatu daerah saja sedangkan di daerah lain tidak ada. Ini disebabkan oleh karena tergantung dari situasi dan kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya gejala kenakalan anak-anak.47
d. Jenis Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, masalah ini semakin dirasakan dan meresahkan masyarakat terutama dilingkungan sekolah. Jensen membagi kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis, yaitu:
47
Romli Atm Asasmita, Problema Kenakalan Anak-Anak/Remaja Yuridis Sosio-Kriminoligis, (Bandung, Armico, 1983)Hal,41.
(51)
42
1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti : perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan juga hubungan seks sebelum menikah.
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dan sebagainya.48
Sedangkan menurut Y Singgih. Gunarsa dan Singgih D Gunarsa mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yaitu kenakalan remaja yang banyak terjadi pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diakui dalam undang-undang. Adapun perilaku a-moral dan a-sosial tersebut indikasinya adalah sebagai berikut:49
1) Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit di golongkan pelanggaran hukum.
48
Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja I,(Jakarta, Rajawali Pres, 1991)Hal,200-201
49
Y. Singgih Gunarsa Dan Singgih D Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta, Mulia, 1990)Hal, 19
(52)
43
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.
Kenakalan yang banyak dijumpai pada saat ini adalah yang bersifat a-moral dan a-sosial, indikasinya adalah sebagai berikut: berbohong, membolos, kabur dari rumah, keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan, membaca dan menonton film porno, turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau menghisap ganja atau pemakaian narkoba.
Sedangkan kenakalan yang dianggap melanggar hukum
diselesaikan melalui hukum dan seringkali bisa disebut dengan istilah kejahatan. Adapun kenakalan yang dianggap melanggar hukum tersebut indikasinya adalah sebagai berikut: perjudian, pencurian, penggelapan barang, penipuan, menjual gambar dan film porno, pemerkosaan, pembunuhan dan tindakan-tindakan anti sosial perbuatan yang merugikan milik orang lain, pengguguran kandungan.
e. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk dan tingkat kenakalan remaja secara kualitatif dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Kenakalan ringan, yaitu bentuk kenakalan remaja yang tidak terlalu merugikan atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Andai
(53)
44
merugikan maka sangat kecil sekali kerugian yang ditimbulkan. Seperti contohnya mengganggu teman yang sedang belajar atau tidur di dalam kelas sewaktu pelajaran.
2) Kenakalan sedang, yaitu kenakalan yang dimulai terasa akibat negatifnya, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Akan tetapi belum mengandung unsur pidana, masih sebatas hubungan keluarga. Misalnya seorang anak jajan diwarung tidak membayar, mengebut di jalan raya atau mencontek.
3) Kenakalan berat, merupakan kenakalan remaja yang terasa merugikan baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, masyarakat dan Negara dimana perbuatan tersebut sudah mengarah pada perbuatan yang melawan hukum. Misalnya, mencuri, judi, menjambret, dan lain sebagainya.50
Kenakalan yang dialami oleh klien merupakan kenakalan berat karena balap liar selain merugikan diri sendiri juga mengganggu masyarakat sehingga banyak masyrakat yang memusuhi anak remaja yang melakukan balap liar selain itu balap liar juga melanggar hukum yang telah ditetapkan oleh negara.
f. Penyebab Kenakalan Remaja
Penyebab kenakalan remaja menurut beberapa teori: teori biologis, teori psikogenis (psikologis dan psikiatris), teori sosio genesis, dan teori subkultural.
50
Sukanto, Kenakalan Remaja, Paper Diskusi Ilmiah, (Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2001)Hal 15-16
(54)
45
1) Teori Biologis
Kenakalan dapat muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan atau kombinasi gen dan melalui pewarisan tipe-tipe kecendrungan yang luar biasa (abnormal). Sehingga membuahkan tingkah laku yang menyimpang.
2) Teori Psikogenesis
Teori menekankan kenakalan remaja berasal dari psikologis atau isi kejiwaan remaja. Anatara lain inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, rasionalisasi, konfik batin, emosi yang kontroversial, dan lain-lain.
3) Teori Sosiogenesis
Para sosiolog berpendapat penyebab kenakalan remaja murni dari sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya. Misalnya disebabkan oleh pengaruh sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial yang keliru atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. 4) Teori Subkultur
Menurut teori subkultur ini, sumber kenakalan remaja ialah: sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyrakat yang didiami oleh remaja delinkuen tersebut. Sifat-sifat masyarakat tersebut antara lain ialah: punya populasi yang padat, status sosial-ekonomis penghuninya rendah,
(55)
46
kondisi fisik perkampungan yang rendah, banyak disorganisasi familial dan sosial bertingkat tinggi.
Kemunculan kenakalan remaja dengan subkulturnya itu merupakan reaksi terhadap permasalahan suatu stratifikasi penduduk dengan status sosial rendah yang ada di tengah suatu daerah yang menilai secara berlebihan status sosial tinggi dan harta kekayaan.51
4. Balap Liar
a. Pengertian Balap Liar
Balap liar merupakan suatu kegiatan menguji kecepatan kendaraan sepedah motor yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan suatu keuntungan dan dilaksanakan dengan sembarangan tanpa ada aturan resmi atau melanggar aturan yang sudah di tetapkan.
Balap liar merupakan suatu kegiatan yang tidak teroganisir dalam peraduan sepedah motor berdasarkan jenis kecepatan dan kapasitas mesin. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai ajang gengsi antar pemilik motor dan bengkel yang memiliki motor balap. Balap liar biasanya dilakukan di tengah perkampungan atau jalan tol yang belum dioprasikan. Balap liar ini dilaksanakan antara dua belah pihak yang sudah menyepakati.52
b. Faktor-Faktor Pendorong Balap Liar
51
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2014), Hal.25-32.
52
Http://Infobalapliarerwincasidi.Blogspot.Co.Id (Diakses Tgl 25 Desember 2016 Pada Pukul16.00 Wib)
(56)
47
1) Ketiadaan fasilitas sirkuit untuk balapan
Ketiadaan fasilitas sirkuit untuk balapan membuat para pecinta otomotif memilih menggunakan jallan raya umum sebagai gantinya. Jika pun tersedia harus melalui proses yang panjang.
2) Gengsi dan nama besar
Balap liar juga merupakan ajang adu gengsi dan pertaruhan nama besar. Bisa antara pemilik motor, joki, dan nam bengkel. Untuk saling menunjukkan siapa yang terbaik.
3) Uang taruhan
Uang taruhan termasuk faktor yang membuat balap liar menjadi suatu hobby. Hampir sama dengan taruhan pada umumnya namun uang yang di jadikan taruhan akan berlimpat ganda.
4) Kesenangan dan memacu adrenyalin
Bagi para pelaku balap liar mereka akan mendapatkan kesenangan dan sensasi balap liar, ada rasa yang luar biasa yang tidak dapat digambarkan.
5) Keluarga dan lingkungan
Kurangnya perhatian orang tua, terjadi masalah dalam keluarga, atau ketika terlalu berlebihannya perhatiian orang tua kepada anak, dan sebagainya, juga dapat menjadi faktor pendorong anak melakukan aktivitas-aktivitas negative seperti balap liar. Selain itu pengaruh
(57)
48
teman juga dapat menjadi salah satu faktor pendorong anak ke perilaku negative tersebut.53
c. Dampak Positif Balap Liar
1) Tercipta nya rasa solidaritas yang tinggi antara pembalap atau teman. 2) Menjadi lebih mahir dalam mengotak-ngatik atau memodifikasi
kendaraan.
3) Terciptanya semangat yang tinggi, dan pantang menyerah. 4) Wawasan menjadi lebih luas tentang otomotif.
d. Dampak Negatif
1) Mengganggu kelancaran jalan raya.
2) Mengganggu ketentraman masyarakat karena polusi suara. 3) Merugikan orang tua dan membuat orang tua khawatir 4) Pemicu tawuran antar geng motor.
5) Sering terjadinya pelanggaran norma. 6) Memicu perbuatan yang dilarang agama.
7) Dampak terberat adalah kehilangan nyawa sendiri.54
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1. Judul : Bimbingan Konseling Islam Dengan Terapi Behavior
Dalam Mengatasi Seorang Remaja Pecandu Judi Balap Motor Di Taman
53
Http://Duniabalapliar098.Blogspot.Co.Id/2015/08/Penyebab-Terjadinya-Balap-iar.Html (Di Akses Pada 16 Maret 2017 Pukul: 22.51WIB)
54
Http://Fatimahdesta.Blogspot.Co.Id/2015/08/Dampak-Balapan-Liar_26.Html (Di Akses Pada 16 Maret 2017 Pukul: 22.51WIB)
(58)
49
Pendidikan Al Qur`An Miftahul Huda Desa Tropodo Kec. Waru Kab. Sidoarjo
Nama : Ahmad Budiono
Tahun : 2016
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam
Universitas : UIN Sunan Ampel Surabaya
Persamaan : Sama-sama menggunakan terapi Behavior untuk
mengatasi kenakalan remaja pecandu judi balap motor. Metode yang di gunakan metode kualitatif.
Perbedaan : Teknik yang digunakan dalam penelitian saya
menggunakan modeling hidup (live), sedangkan dalam penelitian ini menggunakan modeling simbolik.
2. Judul : Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Behaviour
Dalam Mengatasi Kebencian Seorang Anak Kepada Ayahnya Di Perumahan Pondok Jegu Trosobo Siduoarjo
Nama : Muznatul Husniyah
Tahun : 2016
Jurusan : Bimbingan dan Koneling Islam
Universitas : UIN Sunan Ampel Surabaya
Persamaan : Sama-sama menggunakan teknik Behavior
Perbedaan : Fokus penilitian diatas pada penanganan kebencian
seorang anak kepada ayah nya sedangkan dalam penelitian saya berfokus pada penanganan kenakalan remaja.
(59)
50
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum objek penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Desa Kramat RT 01 RW 02 Kelurahan Kramat Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk.
b. Luas Wilayah Dan Batas Wilayah
1) Luas kelurahan Kramat sekitar kurang lebih 242,12 Ha. 2) Batas wilayah kelurahan Kramat terdiri dari :
a) Sebelah Utara : Kelurahan Ganung Kidul, Kecamatan Nganjuk b) Sebelah Selatan: Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Loceret c) Sebelah Barat : Kelurahan Payaman, Kecamatan Nganjuk d) Sebelah Timur : Desa Kapas, Kecamatan Sukomoro
c. Kondisi Kependudukan
Penduduk Desa Kramat pada saat ini berjumlah 6.558 jiwa dan 1.809 KK. Penduduk Desa Kramat berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sejumlah 2.911 (44%) adalah penduduk laki-laki dan 3.647 (56%) adalah penduduk perempuan.
d. Keadaan Ekonomi Masyarakat
Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Kelurahan Kramat, diketahui bahwa 32,17% penduduk bermata pencaharian utama sebagai
(60)
51
petani, 15,03% penduduk bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil.
e. Kondisi Pendidikan Masyarakat
Tingkat kemajuan pendidikan yang ada di Desa Keramat cukup tinggi karena seiring perkembangan waktu, pendidikan sangatlah penting terutama dalam hal mendapat pekerjaan. Banyak diantara kaum muda yang meneruskan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Namun, banyak pula yang berwirausaha atau meneruskan usaha orang tua untuk berdagang, dan ada pula yang setelah lulus SMA atau SMK memilih bekerja sebagai karyawan swasta.
f. Kondisi Keagamaan Masyarakat
Mayoritas penduduk menganut agama Islam. Namun ada pula bebrapa penduduk yang beragama Kristen. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak diantara masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dari agama Islam seperti dilihat pada banyaknya masyarakat yang mengikuti shalat berjamaah di masjid dan adanya kegaiatan TPQ, upacara kehamilan 4 bulanan, upacara kelahiran bayi atau yang disebut selapan bayi yang biasanya disertai aqiqah, upacara kematian yaitu adanya pembacaan yasin dan tahlil selama 7 hari berdasarkan perhitungan jawa.
2. Deskripsi Konselor a. Deskripsi Konselor
Konselor bernama Ubaidillah Tsani, yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Ibu Adiyati Sulistya Ningsih dan Bapak Budi
(61)
52
Basuki. Konselor lahir di Nganjuk pada tanggal 2 Juli 1995. Tempat tinggal konselor berada di Jln. Gatot Subroto 4 No. 15 Kelurahan Kauman Kabupaten Nganjuk.
Pada tahun 2007, konselor lulus dari Sekolah Dasar Negeri Kauman III, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 5 Nganjuk dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMAN 1 Sukomoro yang lulus pada tahun 2013. Setelah lulus dari sekolah menengah atas tersebut, konselor melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan memilih Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dengan prodi S1 Bimbingan dan Konseling Islam.
b. Pengalaman Konselor
Pada waktu mata kuliah keterampilan komunikasi konseling, konselor melakukan proses konseling dengan teman sekelas sendiri atau disebut juga dengan konseling sebaya. Pada waktu mata kuliah Bimbingan dan Konseling Islam, konselor juga melakukan proses konseling terhadap teman dengan permasalahan merasa bersalah terhadap orang tua karena merasa menjadi beban.
Selain pada waktu kuliah konselor juga pernah melakukan proses konseling pada waktu KKN (kuliah kerja nyata) di Madiun dan pada waktu PPL di Kampung Anak Negeri. Pada waktu KKN proses konseling bisa dibilang cukup banyak dan beraneka ragam diantaranya kenakalan remaja setempat dan permasalahan ekonomi keluarga. Pada waktu PPL
(62)
53
permasalahan yang diangkat mengenai irasional seorang anak terhadap tingkah laku anak kakaknya.
3. Deskripsi konseli a. Biografi konseli
Nama : Keceng (Bukan nama sebenarnya)
Tempat/tanggal/lahir: 04 Mei 1994
Alamat : Desa Keramat
Riwayat pendidikan : - SDN Payaman 2 - SMPN 5 Nganjuk - SMAN 1 Sukomoro
- Universitas Airlangga (sedang ditempuh)
Untuk lebih mengetahui kondisi atau keadaan konseli secara dalam, maka konselor akan menguraikan tentang kepribadian Keceng, keadaan ekonomi, dan lingkungan sekitar konseli sebagai berikut:
b. Kepribadian Konseli
Keceng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sunardi dan Ibu Suprapti. Bapak Sunardi bekerja sebagai pengacara. Keluarga Keceng bisa dibilang keluarga yang mempunyai perekonomian menengah keatas dan waktu kecil keinginan Keceng selalu dituruti karena memang keluarganya mampu untuk memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan Keceng pada waktu kecil itu, dan sampai sekarang.
(63)
54
Keceng adalah seseorang remaja yang cukup boros. Sejak kelas 8 SMP, Keceng sudah menyukai balap motor liar, dan karena itulah masyarakat sekitar tidak menyukai Keceng. Namun Keceng merupakan remaja yang pandai bergaul dengan remaja sesama penyuka balap liar.
c. Keadaan Ekonomi Konseli
Keceng belum mempunyai penghasilan dan masih bergantung terhadap orang tuanya. Keadaan ekonomi keluarga Keceng bisa dikatakan dalam kategori menengah keatas. Ayah dan ibu Keceng yang masih bekerja sebagai pengacara bahkan ayah Keceng merupakan mantan anggota DPRD Nganjuk bisa dikatakan bahwa keadaan ekonomi keluarga Keceng terpenuhi. Dapat dilihat dari barang-barang yang dimiliki dan besar nya rumah Keceng.
d. Lingkungan Sekitar Konseli
Keceng tinggal di Desa Keramat. Lingkungan sekitar rumah Keceng merupakan daerah yang cukup banyak penduduknya. Sebagaian penduduknya ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, petani, dan ada yang menjadi pengusaha atau berdagang di sekitar desa Keramat yang ditinggali Keceng tersebut.
Banyak juga remaja yang seumuran dengan Keceng di desa Keramat tersebut tetapi jarang ada remaja yang menyukai balap liar seperti Keceng. Remaja disekitar sana lebih memilih membantu orang tua di sawah daripada melakukan balap liar. Namun jika ada balap liar di desa Keramat, lintasan yang dipakai tepat berada di depan rumah Keceng
(1)
☞ ✌
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis proses dan hasil pelaksanaan terapi behavior dengan
teknik modeling untuk menangani kenakalan remaja dengan studi kasus balap liar
di Desa Keramat Kabupaten Nganjuk, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses terapi behavior dengan teknik modeling untuk menangani kenakalan
remaja dengan studi kasus balap liar dengan menggunakan langka-langkah
sebagai berikut, yaitu a. Masalah konseli mengenai merasa gelisah ketika tidak
melakukan balap liar. Adapun langkah-langkahnya adalah : 1) Mengontrol diri
dengan melakukan sholat berjamaah, 2) Mengajak konseli untuk berkumpul
dengan lingkungan yang baru yang jauh dari balap liar; b. Masalah konseli
mengenai kurangnya rasa bersyukur ketika melakukan balap liar Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Mengajak untuk lebih bersyukur
dengan selalu mengucap “Alhamdulillahirobbilaalamin”, 2) Membandingkan
kehidupan konseli dengan orang miskin; c. Mengenai masalah konseli mudah
terpancing emosi. Adapun langkah-langkahnya adalah : 1) Mengajak konseli
untuk berpuasa, 2) Mengajak konseli untuk berfikir akibat dari emosi tersebut.
2. Hasil dari proses konseling dengan treatment teknik modeling untuk
menganangi kenakalan remaja pelaku balap liar terhadap konseli ini cukup
(2)
✍ ✎
hasil follow up yang dilakukan konselor bersama konseli deserta informan
lainnya, yang mana dari beberapa perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum
menjalani proses konseling dan treatment mengalami perubahan kearah yang
lebih baik, seperti : konseli jadi bisa memanfaatkan waktu dengan baik, konseli
mulai rutin melakukan sholat 5 waktu, dan ketika stres melandanya ia sudah
dapat menghibur dengan pergaulan yang baru. Dan konseli mulai mau memulai
usaha baru dengan berjualan alat-alat motor yang di lakukan secar online.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi konselor
Pelaksanaan konseling behavior dengan teknik modeling untuk menangan
Kenakalan remaja dengan studi kasus balap liar di Desa Kermat Kabupaten
Nganjuk hendaknya dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih
banyak menambah ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku dan
mencari lebih banyak lagi pengalaman konseling. Sehingga dalam melakukan
proses konseling mendapatkan hasil yang memuaskan dan guna dapat
membantu sesema dengan lebih maksimal dan lebih banyak lagi cakup
lingkungan yang dituju.
2. Bagi konseli
Menjadi seseorang yang di sukai oleh banyak orang sangat lah
(3)
✏ ✑
orang lain untuk menjadi orang yang disukai. Tetaplah tegar dalam menghadapi
masalah yang ada jangan sampai salah jalan. Berjanjilah pada dirimu sendiri
untuk membahagiyakan mamah, papah,dan keluarga besar. Serta mengurangi
untuk bergaul dengan teman-teman yang membawa dampak buruk.
3. Bagi orang tua
Keluarga merupakan pilar yang sangat menentukan pribadi dan
perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk apapun pekerjaan seberapa
penting pekerjaan alangkah baiknya jika masih menyempatkan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak agar mereka tidak merasa kurang
kasih sayang dn juga perhatian sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang
kurang baik bagi mereka.
4. Bagi pembaca
Jadikanlah fenomena kenakalan remaja kali ini sebagai proses
pembelajaran dalam menambah khasanah keilmuan kalian, selalu bersyukur
dan jadilah individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarmu meskipun itu
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Asasmita Atm Romli,Problema Kenakalan Anak-Anak/Remaja Yuridis
Sosio-Kriminoligis, (Bandung, Armico, 1983)
Bachtiar Wardi,Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,(Jakarta: Logos, 1999)
Corey Geralg, Teori dan praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT.
Refika aditama, 2003)
Daradjat Zakiyah,Kesehatan Mental, (Jakarta, Bulan Bintang, 1989)
D. Gunarsa Singgih,konseling dan psikoterapi, (Jakarta: gunung mulia 2000)
D. Gunarsa Singgih,teori-teori konseling,(Bandung: Bani quraisy, 2003)
Gunarsah Singgih,konseling dan psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007)
Kartono Kartini,kenakalan remaja(Jakarta: Pt. Raja grafindo persada, 2014)
Kartono Kartini,Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1998)
Kartono Kartini,Psikologi Sosial Jilid I, (Jakarta, Rajawali, 1992)
kartono Kartini, psikologi umum, (Bandung: mandar maju,1996)
Kartono Kartini,Psikologi Sosial Jilid I, (Jakarta, Rajawali, 1992)
Komalasari Gantina,Teori dan teknik konseling,(Jakarta: PT Indeks,2011)
Laela Noer Faizah, Bimbingan Konseling Sosial, (surabaya : UIN Sunan Ampel press,2014)
Latipun,Psikologi Konseling,(UMM Press, 2002)
Lubis Lumongga Namora,Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori Dan
Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011)
Lutfi Fauzan, “Teknik Modelling”,http://lutfifauzan. Wordprees.com teknik modeling.
L. Zulkifli,psikologi perkembangan,(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2003)
Mohammad Asrori & Mohammad Ali, Psikologi Remaja,(Jakarta: PT BUMI
AKSARA, 2005)
Ninin Dwilestari Nusa putra,penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rajagrafindo
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Nurihsan Juntika Achmad, Bimbingan & Konseling:Dalam Berbagai Latar
Kehidupan, (Bandung: Reflika Aditama, 2006)
Prayitno,Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
Ragwan Albaar dan Zidayatul Fildza, Bimbingan konseling islam denganteknik modeling dalam mengatasi polah asuh otoriter orang tua, (jurnal bimbingan konseling islam, vol 01 Fakultas dakwah UIN sunan ampel Surabaya, 2011)
Salahudin Anas,Bimbingan dan Konseling,(Bandung: PUSTAKA SETIA, 2010)
Sarwono Wirawan Sarlito,Psikologi Remaja I,(Jakarta, Rajawali Pres, 1991)
Simanjuntak .B,Latar Belakang Kenakalan Anak, (Bandung, Alumni, 1979)
Simanjuntak. B,Latar Belakang Kenakalan Anak, (Bandung, Alumni, 1979)
Singgih D Gunarsa dan Y. Singgih Gunarsa,Psikologi Remaja, (Jakarta, Mulia,
1990)
Sirajd Shahudi,pengantar bimbingan dan konseling,(Surabaya: PT Revka Petra
Media, 2012)
soehartono Irawan, Metode penelitian sosial (Bandung: PT. Rosdakarya,2004)
Soesilo .R,KUHP & KUHAP, (Surabaya: graha media press 2012)
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung:
Alfabeta, 2014)
Sutoyo Anwar, Bimbingan & Konseling Islam: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
Surya Mohamad,Teori-teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2013)
Sukanto,Kenakalan Remaja, Paper diskusi Ilmiah,(Dosen IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2001)
S. Willis Sofyan,Remaja & Masalahnya, (Bandung : ALFABETA. 2014)
ujam jaenudin dan Adang Hambali, Psikologi Kepribadian (lanjutan) studi atas teori dan tokoh psikologi kepribadian (Bandung: Pustaka setia, 2013)
Walgito Bimo,Kenakalan Remaja, (Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fakultas
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Widiyanti Ninik,Kejahatan Dalam Masyarakat Dan Pencegahannya, (Jakarta,
Bina Aksara, 1987)
http://infobalapliarerwincasidi.blogspot.co.id
http://duniabalapliar098.blogspot.co.id/2015/08/penyebab-terjadinya-balap-liar.html
http://fatimahdesta.blogspot.co.id/2015/08/dampak-balapan-liar_26.html
http://infobalapliarjakarta.blogspot.co.id