PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PEMILIHAN PRODUK QARDH PADA BMT MANDIRI SEJAHTERA JAWA TIMUR CABANG SEMBAYAT GRESIK MELALUI PERSEPSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEDAGANG DI PASAR SEMBAYAT GRESIK.
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP
PEMILIHAN PRODUK QARDH PADA BMT MANDIRI
SEJAHTERA JAWA TIMUR CABANG SEMBAYAT GRESIK
MELALUI PERSEPSI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA PEDAGANG DI PASAR SEMBAYAT GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
RIZKIYATUL HABIBAH NIM: C04212035
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap
Pemilihan Produk Qardh Pada BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur Cabang
Sembayat Gresik Melalui Persepsi Sebagai Variabel Intervening Pada
Pedagang di Pasar Sembayat Gresik” ini merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menguji faktor tingkat pendidikan yang mempengaruhi perilaku pemilihan produk qardh secara langsung pada BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur cabang Sembayat Gresik dan secara tidak langsung melalui persepsi sebagai variabel intervening pada pedagang di Pasar Sembayat Gresik
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan menguji hipotesis penelitian dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur. Analisis jalur digunakan karena diduga terdapat hubungan korelasional antar variabel bebas, sehingga terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan SPSS 19 untuk menguji data penelitian. Penelitian dilakukan pada 55 pedagang di pasar Sembayat yang memilih produk qardh dengan menyebar kuesioner,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan dan persepsi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih pada produk qardh. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai t hitung pada kedua variabel tersebut yang berada di bawah nilai t tabel (2,004), yaitu masing-masing sebesar 1,615 dan 1,389, juga nilai probabilitas signifikasi untuk masing-masing sebesar 0,112 dan 0,171, keduanya di atas taraf signifikasi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemilihan produk qardh tidak dipengaruhi tingkat pendidikan yang sudah di tempuh oleh pedagang dan juga persepsi manfaat, pemahaman, pengetahuan yang pedagang rasakan ketika memilih produk qardh.
Perusahaan di harapkan untuk sering memberikan edukasi tentang kewirausahaan dan juga produk yang dimiliki kepada pedagang, memberikan pelayanan excellent, memperluas akses jaringan dan mangsa pasar agar tidak hanya di pasar sembayat, melainkan melebar ke pasar-pasar tradisional lainnya, mengingat pentingnya peredaran uang di pasar yang mana menjadi pusat ekonomi pedagang sehari-hari. Agar nasabah yang memiliki pembiayaan dalam produk qardh bisa menjangkau ke produk pembiayaan lainnya.
(7)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM………. i
PERNYATAAN KEASLIAN……… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii
PENGESAHAN ………. iv
MOTTO ………. v
ABSTRAK……….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vii
KATA PENGANTAR……… viii
DAFTAR ISI……….. x
DAFTAR TABEL……….. xiv
DAFTAR GAMBAR………. xv
DAFTAR TRANSLITERASI……… xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah……… 7
C. Tujuan Penelitian………. 7
D. Kegunaan Hasil Penelitian………... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep pendidikan ……….. 10
a. Pengertian Pendidikan ………..……. 10
b. Tingkat Pendidikan ……....………… 11
c. Fungsi Pendidkan ……..……..…….. 12
d. Ruang Lingkup Pendidikan ……..…. 15
2. Konsep Persepsi ……...……… 16
a. Pengertian Persepsi ……..……...… 16 b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Persepsi ……..……..……..……...…..
(8)
xi
c. Faktor-faktor Yang Menentukan Persepsi ……..……..……..……..…...
d. Proses Terjadinya Persepsi ……....…. 22
e. Aspek-aspek Persepsi ……..……..…. 23
f. Nilai Yang di Persepsikan Pelanggan. 24 g. Indikator Persepsi ………... 26
3. Keputusan Pembelian …..……….…. 27
a. Pengertian Keputusan Pembelian …… 27
b. Peran Pembeli ……..……… 28
c. Perilaku Pembelian Pada Konsumen .. 29
d. Struktur Keputusan Pembelian …....… 32
e. Tahap-tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian ……… f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian …...……..…… g. Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian ….… 4. Qardh ………..………. 41
a. Pengertian Qardh ……….………….. 41
b. Pengelolaan Qardh……… 43
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan…………. 45
C. Kerangka Konseptual……….. 49
D. Hipotesis……….. 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………. 51
B. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 52
C. Populasi dan Sampel Penelitian……… 52
D. Variabel Penelitian……… 53
E. Definisi Operasional………. 54
F. Uji Validitas dan Reliabilitas..………. 56
G. Data dan Sumber Data………. 56 21
35
36
(9)
xii
H. Teknik Pengumpulan Data………... 57
I. Teknik Analisis Data……… 58
J. Uji Hipotesis ……… 63
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian ………...……… 65
2. Karakteristik Responden ……...………… 74
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ………..… 77
C. Hasil Data ………....…… 82
1. Uji Asumsi Klasik ……..………... 82
a. Uji Normalitas ……… 82
b. Uji Multikolinieritas …………...…… 83
c. Uji Heteroskedastisitas ……...……… 84
2. Analisis Jalur a. Pengaruh Langsung ……...………….. 86
b. Pengaruh Tidak Langsung ……..……. 88
c. Pengaruh Total ………. 92
d. Kesalahan Regresi ……… 92
e. Diagram Jalur ………..……. 95
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemilihan Produk Qardh pada BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur Cabang Sembayat Gresik Melalui Persepsi Sebagai Variabel Intervening Pada Pedagang di Pasar Sembayat Gresik ……….……….
98
1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemilihan Produk Qardh Secara Langsung ……….…
98
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Pemilihan Produk Qardh Melalui Persepsi Sebagai Variabel Intervening Pada Pedagang di Pasar Sembayat Secara tidak Langsung ……
(10)
xiii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………. 104
B. Saran……… 105
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Perekonomian Indonesia yang kini semakin memprihatinkan dan tuntutan masyarakat terhadap perbaikan sistem ekonomi dirasakan perlu adanya sumber-sumber keuangan untuk penyediaan guna membiayai usaha masyarakat. Kesulitan yang di hadapi oleh para pedagang dalam mengembangkan usahanya antara lain modal usaha, dikarenakan sumber dana dari luar yang bisa membantu mengatasi kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh.1
Bank menyediakan jasa perkreditan untuk mengatasi masalah keterbatasan modal untuk usaha para pedagang. Sektor perkreditan bagi bank sendiri merupakan salah satu usaha yang sangat penting karena pendapatan bunga dari kredit sebagai komponen yang dominan dibandingkan dengan jasa-jasa perbankan lainnya, dalam pemberian kredit kepada masyarakat pihak bank akan selalu di hadapkan pada risiko yang cukup besar seperti apakah dana bantuan kredit yang dipinjamkan tersebut akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah disepakati atau tidak. Bank meminta jaminan kepada nasabah sebagai pengaman apabila debitur tidak mampu melunasi kreditnya. Penyediaan jaminan untuk memperoleh kredit menjadi pembatas bagi pedagang untuk bisa
1
Yanti Windyarti, Skripsi Persepsi Pedagang Keci di Pasar Kanjengan Terhadap Pembiayaan
(12)
2
memanfaatkan jasa perkreditan dikarenakan tidak semua pedagang mampu menyediakan jaminan yang dipersyaratkan oleh bank.
Bank syariah di dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan dengan prinsip-prinsip syariah. Salah satu prinsip adalah menerapkan prinsip bagi hasil yang bebas dari riba (bunga), yang mana secara perspektif Islam keberadaan riba dilarang sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Imran ayat 130 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”2
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Terbukti, krisis 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya. Berbanding terbalik dengan Bank
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Sinar Baru
(13)
3
Muamalat yang justru mampu bertahan dari badai krisis tersebut dan menunjukkan kinerja yang meningkat.3
Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan bagian dari bank syariah atau semacam LSM yang beroperasi seperti bank koperasi dengan pengecualian ukurannya yang kecil dan tidak mempunyai akses ke pasar uang. Baitul Maal Wattamwil terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan umat Islam yang mengelola dana umat Islam yang bersifat sosial dan sumber dana baitul mal berasal dari zakat, infaq, shodaqoh, hibah dan lain-lain sedangkan baitut tamwil adalah lembaga keuangan yang mengelola dan umat yang sifatnya komersial sesuai dengan syariat Islam.4 Baitul Maal Wattamwil (BMT) berfungsi menghimpun dana menyalurkan dana kepada masyarakat sebagaimana bank atau lembaga keuangan lain.
Baitul Maal Wattamwil (BMT) berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil karena kebanyakan dari mereka adalah pedagang yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas kredit dari bank konvensional untuk mengembangkan usaha, hal ini disebabkan prosedur bank konvensional yang sulit serta kelemahan yang dimiliki oleh pedagang pasar dalam hal
3 Perkembangan Perbankan Syari’ah.
http://www.islamic-center.or.id/berita-mainmenu-26/islamindonesia-mainmenu-33/823-perkembangan-perbankan-syariah-di-indonesia di akses 9 november 2015 16:33
4
Ilmi, Makhalul, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII
(14)
4
manajemen, pemasaran dan jaminan yang merupakan faktor-faktor penting bagi penilaian bank.
Adapun produk-produk yang di miliki oleh Baitul maal wattamwil (BMT) Mandiri Sejahtera diantaranya adalah : Mudharabah ( bagi hasil ), musyarakah ( penyertaan ), murabahah ( jual beli ), rahn ( gadai ), qhordul hasan ( hutang ).
Kecamatan Manyar merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Gresik yang saat ini tingkat indutrialisasinya melaju sangat pesat, terbukti dengan adanya pabrik-pabrik baru di wilayah ini, sekarang dengan adanya pembangunan pelabuhan Internasional di wilayah Kecamatan Manyar semakin menarik perusahaan-perusahaan besar untuk mendirikan perusahaan di sepanjang wilayah ini, karena di lihat dari prospek kedepan sangatlah benefit, secara geografis sebagian besar wilayah Kec.Manyar adalah berupa lahan tambak karena posisinya yang dekat dengan pantai, seiring perkembangan zaman kawasan ini sekarang mulai ditumbuhi dengan berbagai macam industri kecil menengah sampai dengan yang berskala nasional maupun internasional. Kecamatan Manyar mempunyai potensi perkembangan industri yang pesat dalam setiap tahunnya, terbukti dengan berdirinya perusahaan-perusahan baru di setiap tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk kecamatan Manyar mencapai 109.781 dan angka ini turun pada tahun 2012 menjadi 107.817 jiwa dan di tahun 2013 naik
(15)
5
menjadi 110.1395 jiwa dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, Sembayat merupakan salah satu desa di Kecamatan Manyar, yang mana tingkat ekonomi di daerah tersebut sangatlah menarik perhatian dengan adanya pasar Sembayat yang beroperasi setiap harinya, banyak para pedagang dari tetangga desa maupun masyarakat Sembayat yang melakukan kegiatan berdagang di pasar Sembayat ini, di pasar Sembayat ini mempunyai banyak tipe pedagang diantaranya seperti pedagang grosir, pedagang eceran dan pedagang kaki lima.
Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. Pedagang dapat dikategorikan menjadi : pedagang grosir dan pedagang eceran.
Banyak cara dan usaha ditempuh pedagang dalam menunjang kondisi dan kebutuhan sosial ekonominya di tengah derasnya arus perkembangan perekonomian yang setiap hari selalu menuntut persaingan dan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat, salah satunya dengan menggunakan jasa pembiayaan pada BMT Mandiri Sejahtera untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan para pedagang di pasar Sembayat. namun selama ini tingkat preferensi nasabah dari kalangan pedagang di pasar sembayat hanya memilih produk yakni qardhul hasan/qardh di Baitul Maal Wattamwil (BMT), dikarenakan tingkat pendidikan atau ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan sangatlah minim dan juga faktor
5
(16)
6
lainnya seperti persepsi yang mana bisa dipengaruhi dari banyak faktor seperti faktor sosial, budaya dan ekonomi. Tingkat pendidikan yang diperoleh para pedagang akan mempengaruhi persepsi pedagang terhadap pemilihan produk qardh pada BMT Mandiri Sejahtera.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sistematis, yang di lakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.6 Sedangkan pengertian singkat tentang persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.7
Sedangkan persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa akan terjadi pengaruh tingkat pendidikan yang telah diterima oleh seorang pedagang terhadap persepsi yang mereka berikan, hal ini dikarenakan sifat dari pendidikan itu sendiri yang dapat menciptakan kesadaran/persepsi dan kemampuan mengembangkan diri dalam menghadapi sosial kemasyarakatan, dengan demikian tentu akan mempengaruhi terhadap pemilihan produk qardh pada BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik. maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Pengaruh
6
Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Malang: Usaha Nasional 1993) hlm 27
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1991) hlm
(17)
7
Tingkat Pendidikan Terhadap Pemilihan Produk Qardh di BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur Cabang Sembayat Gresik Melalui Persepsi Sebagai Variabel Intervening Pada Pedagang di Pasar Sembayat”.
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini, maka akan dibuat beberapa rumusan masalah yang di susun dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh secara langsung antara tingkat pendidikan pedagang terhadap pemilihan produk qardh ?
2. Adakah pengaruh secara tidak langsung antara tingkat pendidikan terhadap pemilihan produk qardh melalui persepsi pedagang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh secara langsung antara tingkat pendidikan pedagang terhadap pemilihan produk qardh.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara tidak langsung antara tingkat pendidikan terhadap pemilihan produk qardh melalui persepsi pedagang.
(18)
8
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Secara Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran sumbangsih yang konstruktif bagi :
a. Diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu perilaku konsumen dan menambah kajian ilmu perilaku konsumen khususnya ilmu keputusan pembelian.
b. Pengembangan penelitian dibidang perilaku konsumen khususnya pada para pedagang di pasar.
c. Diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pemasaran dan strateginya bagi pelajar atau mahasiswa yang menjalankan Studi Ekonomi Syariah di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis islam.
d. Bagi peneliti lain, penelitian ini bermanfaat untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan berguna bagi pengembangan BMT Mandiri Sejahtera Cabang Sembayat, memperkuat dan menyempurnakan teori-teori yang ada.
(19)
9
b. Dapat dijadikan salah satu bahan perbandingan bagi peneliti yang meneliti bidang model pemasaran dan pelayanan di BMT untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam mengetahui perilaku konsumen pada pemilihan produk qardh di BMT Mandiri Sejahtera
(20)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
John Dewey memandang pendidikan sebagai sebuah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman agar lebih bermakna, sehingga pengalaman tersebut dapat mengarahkan pengalaman yang akan dapat berikutnya.1 Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani, “peadagogy” yang artinya mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah di antara seorang pelayan.sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan “peadagogos”. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan dengan “educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam, dan pendidikan diistilahkan “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.2
Sedangkan menurut Frederick J. Mc. Donald disebutkan
“education is the sense used here, in a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of
1
John Dewey, Democracy And Education: An Introduction to The Philosophy of Education
(NewYork:Mc Graw Hill Book Company) 2
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial
(21)
11
human beings”3. Artinya pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah proses atau aktivitas yang mengarah pada perubahan perilaku manusia.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan di Indonesia dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal. Sedangkan pengertian sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, terarah yang dilakukan oleh pendidik yang professional, dengan program yang diruangkan dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik setiap jenjang tertentu.4
Sementara pengertian pendidikan formal sendiri menurut undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SLTP dan SLTA), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Dimana masing-masing jenjang memiliki kurikulum dan target capaiannya yang meliputi: 1) Kegiatan belajar mengajar pada tingkat sekolah dasar (SD) di
maksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
3
Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology (Tokyo: Wadsworth Publishing
Company, Inc. San Fransisco, 1959), hlm. 4 4
(22)
12
dasar karakter, kecakapan, keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara optimal sehingga memiliki ketahuan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
2) Sedangkan sekolah menengah baik menengah pertama dan atas bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan dan keterampilan yang kuat untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam hubungan dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut.
3) Adapun PT (Perguruan Tinggi) ditujukan untuk mengembangkan kemampuan afektif, psikomotorik, serta kemampuan analisis untuk dapat menyelesaikan persoalan sosial.
c. Fungsi Pendidikan
Berbicara tentang fungsi pendidikan memang banyak pendapat yang berbeda dalam merumuskannya, di antaranya adalah Achmadi, yang merumuskan fungsi pendidikan sebagai berikut:
1) Mengembangkan wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya sehingga dengannya akan timbul kreatifitasnya.
(23)
13
2) Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannnya sehingga keberadaannya baik secara individual maupun sosial lebih bermakna.
3) Membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidup individual maupun sosial.5
Selain itu, seorang ahli sosiologi pendidikan, Ballantine menekankan bahwa fungsi pendidikan adalah identik dan sejalan dengan proses perubahan melalui proses sosialisasi, seleksi, latihan, penempatan individu dalam posisi tertentu dalam masyarakat, inovasi serta pengembangan personal dan sosial.6
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan di samping dapat memberikan wawasan tentang pengetahuan kepada peserta didik juga dapat menentukan atau meningkatkan status sosial ekonomi peserta didik. Artinya, bahwa seseorang yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi, akan lebih tinggi pula status sosial ekonominya dalam kehidupan masyarakat. Karena dengan bekal yang telah diperoleh seseorang dari lembaga pendidikan yang pernah dimasuki secara tidak langsung dapat membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi
5
Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Semarang: Aditya Media, 1992), hlm
23.
6
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
(24)
14
kelangsungan hidup individual maupun sosial sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dari ayat di atas menunjukkan betapa sangat mulianya orangorang yang mempunyai ilmu pengetahuan di sisi Allah. Sedangkan waktu di dunia saja dapat dirasakan kemuliaan itu. Jadi orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan dapat memanfaatkannya, maka Allah akan memberikan kemudahan baik di dunia maupun di akhirat.
(25)
15
d. Ruang Lingkup Pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan menurut pelaksanaannya dibagi menjadi pendidikan formal dan non formal.
TIM Pengembangan MKDK IKIP Semarang mengemukakan tentang pembagian pendidikan tersebut sebagai berikut :
a. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam lingkungan keluarga
b. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau oganisasi tertentu.
c. Pendidikan non formal adalah pendidikan di luar sekolah yang bisa berupa pelatihan-pelatihan.7 Pendidikan ini dilakukan secara teratur, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik dengan
7
Tim Pengembangan MKDK, Dasar-dasar Kependidikan,(Semarang: IKIP Semarang Press,
(26)
16
pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok adalah angota masyarakat Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan.
B. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan dan daya memahami.8 Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk membedakan mengelompokkan dan memfokuskan yang ada di lingkungan mereka disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi.9
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan, dan diinterpretasikan.10
8
Pitus A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: 2001 Arkola) hlm 591
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta: 1976, Bulan Bintang) hlm 39
10
Nugroho J Setiadi,Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strartegi dan Penelitian
(27)
17
Menurut Stanton sebagaimana yang dikutip di buku perilaku konsumen yang ditulis oleh Nugroho : “ Persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu dan stimulus (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima
indera.”
Deskripsi lain menurut Kotler adalah proses dimana kita memilih, mengatur, menerjemahkan masukkan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti.11 Poin utamanya adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam setiap diri kita.
Menurut Schiffman dan Kanuk sebagimana yang dikutip di buku perilaku konsumen oleh Tatik Suryani : Persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna.12
Selain itu, dalam buku yang ditulis oleh John C.Mowen mengatakan persepsi adalah proses dimana individu diekspose untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya.13
11
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management, edisi 13 jilid 1, Bob
Sabrana,(Jakarta: Erlangga, 2008) hlm179. 12
Ujang Suwaman, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran Edisi
Kedua,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2011) hlm 96
13
(28)
18
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses seoramg individu dalam memilih, mengatur dan menginterpretasikan sebuah informasi. Suatu persepsi yang dihasilkan dapat berupa rangsangan yang positif maupun negatif.
Persepsi setiap orang pasti berbeda-beda terhadap suatu objek, oleh karena itu persepsi memiliki sifat subyektif. Persepsi yang di bentuk oleh seseorang di pengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu di perhatikan dari persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansi bisa sangat berbeda dengan realitas.14
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
1) Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat di pengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagi bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna.
2) Keluarga
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah keluarganya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara
14
Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian
(29)
19
yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.
3) Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.15
Sedangkan Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut P. Siagian Sondang adalah :
1) Diri yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat. Karakteristik individu yang turut berpengaruh antara lain: sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan harapan.
2) Sasaran persepsi yang mungking berupa orang, benda atau peristiwa. Sasaran ini berpengaruh antara persepsi.
3) Faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang artinya bahwa dalam situasi mana persepsi itu timbul
15
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo
(30)
20
perlu mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam menumbuhkan persepsi.16
Sementara David Krech dan Richard, Menyebutkan sebagai faktor fungsional, faktor struktural, faktor situasional dan faktor personal.
1) Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-fator personal. Faktor personal yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2) Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat. Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
3) Faktor-faktor Situasional, faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang mempengaruhi persepsi.
4) Faktor Personal, faktor personal ini terdiri atas pengalaman, motivasi dan kpribadian.17
16
(31)
21
Menurut Miftah Thoha, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut :
1) Faktor internal : perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi.
2) Faktor eksternal : latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.
Dengan demikian dari beberapa konsep persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses penafsiran seorang terhadap stimuli yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan, keinginan dan pengalaman yang relevan terhadap stimuli yang dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam menentukan pilihan hidupnya
c. Faktor-faktor yang Menentukan Persepsi
Sesuai dengan definisi diatas faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menentukan persepsi adalah:
1) Karakteristik dari stimulus
2) Hubungan stimulus dengan sekelilingnya
17
(32)
22
3) Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri
Stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu.18
Kita bisa merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma dan rasa dari stimulus. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimulus yang sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus sebagai stimulus yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen.
d. Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi merupakan proses yang terdiri dari seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap stimulus. Proses persepsi terdiri dari :
1) Seleksi perseptual
Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada psychological set yang dimiliki. Psychological set yaitu berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen.
2) Organisasi Persepsi
18
(33)
23
Organisasi persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagi suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh. Pengorganisasian seperti itu memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.
3) Interpretasi Perseptual
Proses terakhir pada persepsi ialah memberikan interpretasi atas stimulus yang di terima oleh konsumen. Setiap stimulus yang menarik perhatian konsumen baik di sadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang telah tersimpan dalam waktu yang lama (long term memory) yang berhubungan dengan stimulus yang diterima. Informasi dalm ling term memory akan membentuk konsumen untuk menginterpretasikan stimulus.
e. Aspek – aspek Persepsi
Pada hakikatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga yaitu:
(34)
24
a. Komponen kognitif ( komponen perseptual ), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen afektif ( komponen emosional ), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. c. Komponen Konatif ( komponen perilaku ), yaitu komponen
yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap
f. Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan
Dewasa ini konsumen lebih terdidik dan lebih berpengetahuan. Konsumen mempunyai sarana untuk memverifikasi klaim perusahaan dan mencari alternatif yang lain.konsumen memperkirakan tawaran mana yang akan memberikan nilai anggapan tertinggi dan bertimdak atas dasar perkiraan sebagai berikut :
(35)
25
Tabel 2.1 Nilai yang dipersepsikan pelanggan
Sumber : Manajemen Pemasaran, Philip kotler
Nilai yang dipersepsikan pelanggan adalah selisih antara penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran terhadap alternatifnya. Total manfaat pelanggan adalah nilai moneter kumpulan manfaat ekonomi, funsional, dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari suatu penawaran pasar yang disebabkanoleh produk, jasa, personel, dan citra yang terlibat. Total biaya pelanggan (total customer cost) adalah kumpulan biaya yang dipersepsikan yang diharapkan pelanggan untuk dikeluarkan dalam mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan
Nilai yang dipersepsikan
pelanggan
Total Manfaat Pelanggan
Manfaat Produk
Manfaat Jasa
Manfaat Personel
Total Biaya Pelanggan
Biaya Moneter
Biaya Waktu
Biaya Energi
Manfaat Citra Biaya
(36)
26
menyingkirkan suatu penawaran pasar, termasuk biaya moneter, waktu, energi dan psikologis.
Maka, nilai yang dipersepsikan pelanggan didasarkan pada selisih antara apa yang didapatkan pelanggan dan apa yang ia berikan untuk kemungkinan pilihan yang berbeda. Pelanggan mendapatkan manfaat dan menanggung biaya. Pemasaran dapat meningkatkan nilai penawaran pelanggan melalui beberapa kombinasi peningkatan manfaat ekonomi, fungsional, atau emosional dan/atau mengurangi satu jenis biaya atau lebih.
g. Indikator Persepsi
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif maupun negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi yang tertentu pula.19 Menurut Djapri Basri, indikator persepsi (perception) adalah kemampuan individu untuk mengamati atau mengenal perangsang (stimulus) sesuatu hingga berkesan menjadi20 :
1.) Pemahaman, merupakan kesan terhadap sesuatu, kemudian menegerti tentang makna dan artinya.
19
Jajang Sulaeman, Persepsi Mengenai Suasana Religius Dalam Keluarga
20
Basri, Djapri, Persepsi Guru Terhadap Implementasi Program Pendidikan Sistem Ganda Di
(37)
27
2.) Pengetahuan, merupakan sesuatu yang timbul karena disebabkan oleh pemahaman.
3.) Sikap, merupakan bentuk yang dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan yang kemudian diteruskan dengan perilaku tentang pemahaman dan pengetahuan tersebut.
4.) Tanggapan – tanggapan, merupakan reaksi dari pemahaman, pengetahuan, sikap yang tercermin dalam pemikiran yang berkembang dalam pendapat tentang reaksi tersebut.
Berdasarkan teori di atas, maka indikator persepsi merupakan kemampuan individu dalam memahami, mengetahui, bersikap dan kemudian memberikan tanggapan tentang apa yang dipahaminya.
3. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Untuk mendapat gambaran mengenai keputusan pembelian, berikut ini akan dikemukakan definisi mengenai keputusan pembelian menurut para ahli :
Menurut Philip Kotler keputusan pembelian yaitu : “beberapa
tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan
keputusan pembelian suatu produk”. Sedangkan menurut Chapman dan Wahlers keputusan pembelian adalah : “sebagai keinginan
konsumen untuk membeli suatu produk. Konsumen akan memutuskan produk yang akan dibeli berdasarkan perspesi mereka terhadap produk
(38)
28
tersebut berkaitan dengan kemampuan produk tersebut dalam
memenuhi kebutuhannya”21
.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu keputusan orang akan melalui suatu proses tertentu, demikian pula pada hal keputusan memilih produk atau merek, mereka akan melaksanakan proses terlebih dahulu mungkin karena mereka tidak mau menanggung resiko apabila membeli produk tersebut, sehingga mereka akan penuh dengan pertimbangan-pertimbangan
b. Peran pembeli
Seorang pemasar perlu mengetahui siapa yang berperan dalam kegiatan pembelian, karena semua itu mengandung implikasi yang akan digunakan untuk merancang produk yang akan diproduksi, penentu pesanan dan penentu anggaran biaya produksi. Beberapa peranan dalam keputusan pembelian menurut Philip Kotler sebgai berikut :22
1) Initiator : individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu yang mempunyai kebutuhan/ keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.
2) Influencer : individu yang mempunyai pengaruh keputusan untuk membeli baik secara sengaja atau tidak sengaja.
21
Chapman, Joe dan Wahlers, Russ, Journal of Marketing Theory and Practice (Jakarta, 1999),
hlm 176 22
(39)
29
3) Decider : individu yang memutuskan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya.
4) Buyer : individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.
5) User : individu yang menggunakan produk atau jasa yang dibeli
c. Perilaku Pembelian Pada Konsumen
Ada empat perilaku pembeli seperti yang memebedakan jenis-jenis tersebut berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek. Dari empat jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut23 :
1) Berdasarkan Pada Tingkat Keterlibatan Pembeli a. Perilaku pembeli yang rumit
Konsumen melalui perilaku pembeli yang rumit pada saat mereka memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari adanya perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada. Konsumen akan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam membeli bila produk yang diinginkan mahal, tidak sering membeli, beresiko dan amat mencerminkan dirinya. Umunya konsumen tidak mengetahui terlalubanyak mengenai
23
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian,
(40)
30
kategori produk yang bersangkutan dan harus belajar mengenai barang tersebut. Pembeli ini akan melalui proses belajar yang ditandai dengan mengembangkan kepercayaan terhadap produk, kemudahan sikap akhirnya membuat pilihan pembeli yang sudah dipikirkan.
b) Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan
Kadang-kadang konsumen yang sangat telihat dalam pembelian melihat hanya sedikit perbedaan antara merek-merek yang ada. Keterlibatan yang mendalam disebabkan oleh kenyataan bahwa pembelian itu mahal, tidak sering dilakukan dan beresiko. Dalam kasus ini pembeli melihat-lihat untuk mempelajari apa yang tersedia, tetapi akan membeli cepat karena perbedaan tidak terlihat. Pembeli mungkin akan menanggapi terutama harga yang baik atau kemudahan membeli. Setelah pembelian, pembeli mungkin mengalami ketidakcocokan yang timbul akibat menyadari cirri-ciri tertentu yang mungkin kurang menyenangkan, konsumen akan menjadi dewasa karena lebih banyak informasi yang dapat membenarkan keputusan memebelinya untuk mengurangi ketidakcocokan.
2) Berdasarkan pada tingkat perbedaan merek
(41)
31
Banyak produk dibeli dibawah kondisi tingkat keterlibatan yang rendah dan tidak terdapatnya perbedaan yang jelas antara merek-merek yang ada. Konsumen dalam kasus ini tidaklah melalui urutan kepercayaan / sikap / perilaku yang normal. Konsumen tidaklah mencari secara ektensif mengenai informasi merek-merek yang ada, mengevaluasi karakteristiknya dan membuat pertimbangan yang hati-hati mengenai merek mana yang akan dibeli. Konsumen adalah penerima informasi yang positif pada saat mereka melihat iklan. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap merek tetapi memilihnya berdasarkan kebiasaan. Setelah membeli bahkan mereka mungkin tidak mengevaluasi terhdap merek yang mereka pilih sehingga proses membeli : kepercayaan merek yang dibentuk oleh proses belajar yang pasif diikuti perilaku membeli yang mungkin disertai evaluasi. b) Perilaku membeli yang mencari keragaman
Situasi membeli ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah namun terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen sering terlihat melakukan banyak pergantian merek itu, karena bertujuan mencari keragaman da ketidakpuasan. Pemimpin pasar dan merek-merek minor dalam jenis produk ini memiliki strategi pemasaran yang berbeda. Pemimpin pasar akan berusaha mendorong perilaku pembelian karena
(42)
32
kebiasaan dengan mendominasi rak-rak penjualan menghindari kekurangan persedian dan sering mensponsori iklan untuk meningkatkan konsumen. Perusahaan penantang akan mendorong pencari variasi dengan menawarkan harga yang lebih rendah, kupon gratis dan iklan yang menyajikan untuk mencoba sesuatu hal yang baru
d. Struktur Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian yang diambil oleh pembeli sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan yang terorganisir. Menurut Philip Kotler setiap keputusan pembelian mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen – komponen tersebut antara lain24 :
1) Keputusan tentang jenis produk 2) Keputusan tentang bentuk produk 3) Keputusan tentang merek
4) Keputusan tentang penjualan 5) Keputusan tentang jumlah produk 6) Keputusan tentang waktu pembelian 7) Keputusan tentang cara pembayaran
Komponen-komponen tesebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Keputusan tentang jenis produk
24
(43)
33
Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli suatu produk serta alternative lain yang mereka pertimbangkan.
2) Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan pebelian dalam suatu produk. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, corak, dan sebagainya. Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset pemasaran untu mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik mereknya.
3) Keputusan tentang merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih sebuah merek dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam mengambil
4) Keputusan tentang penjualan
Konsumen harus megambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar
(44)
34
dn pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut.
5) Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai degan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli. 6) Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini menyangkut tesedianya uang untuk membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengukur waktu produksi dan kegiatan pemasaran
7) Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang tentang penjual dan jumlah pembelinya. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya
(45)
35
e. Tahap – tahap dalam proses Keputusan Pembelian
Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian produk adalah sebagai berikut25:
Tabel 2.2 Lima tahap proses keputusan pembelian
Sumber : Manajemen pemasaran, Philip Kotler
Kelima tahap di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengenalan masalah adalah tahap dimana konsumen mengenali adanya suatu masalah atau kebutuhan.
2) Pencarian informasi adalah tahap dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi, dilakukan dengan cara meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi.
25
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran(Edisi Ketiga Belas), (Jakarta :
PT. Indeks,2008) hlm 235
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi
Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku PascaPembeli an Konsumen mengenali apa yang mereka butuhkan dan inginkan konsumen mencari informasi mengenai produk melalui berbagai sumber konsumen membandingk
an apa yang mereka akan dapat dan bayar konsumen memutuskan produk tertentu, membeli dan mengkonsum si konsumen merasa puas atau tidak dan berprilaku berdasarkan keadaan tersebut.
(46)
36
3) Evaluasi berbagai alternatif adalah tahap dimana konsumen menggunakan informasi yang telah didapat untuk mengevaluasi merek-merek alternatif.
4) Keputusan pembelian adalah ( dalam hal ini keputusan memilih produk ) adalah tahap dimana konsumen benar-benar melakukan pembelian.
5) Perilaku pasca pembelian adalah merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian dan konsumsi dilakukan dan berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan.26
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelian terdiri dari beberapa tahapan yang dengan pengenalan masalah terhdap kebutuhan dan keinginan serta tidak berhenti setelah pembelian dilakukan. Para pemasar telah mendalami berbagai hal yang mempengaruhi pembelian, serta pengembangan suatu pengertian tentang bagaimana konsumen dalam kenyataannya membuat keputusan itu dan bagaimana tipe keputusan membeli konsumen.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian yaitu :
26
(47)
37
1) Faktor budaya
Faktor budaya seseorang mempengaruhi perilaku konsumen mereka dalam mencari, menyeleksi dan mengkonsumsi suatu produk secara mendalam dan konsisten. Pengaruh faktor ini akan bersifat lebih permanen dan kalau bisa perlu usaha kerja keras merubahnya. Pemasar perlu memahami peran yang dimainkan oleh faktor budaya, yang didalamnya terdapat budaya, subbudaya, dan kelas sosial.
a) Budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi,keinginan, dan perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya.
b) Subbudaya adalah pembagian budaya dalam kelompok-kelompok budaya berdasarkan faktor horisontal, yaitu berdasar kebangsaan,agama,kelompok ras, dan daerah geografis
2) Faktor sosial
Faktor sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang terbentuk dan berasal dari lingkkungan sekitar kita. Aktivitas sosialisasi seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya sehari-hari akan membentuk pola perilaku yang khas pada masyarakat. Termasuk faktor sosial adalah pengaruh kelompok,keluarga, dan peran status.
(48)
38
a) Kelompok merupakan dua atau lebih orang yang berinteraksi atas dasar kesamaan aktivitas untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama.
b) Keluarga adalah kelompok sosial yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku konsumen, khususnya pada masyarakat yang memiliki budaya kekeluargaan.
c) Peran dan status didefinisikan sebagi posisi seseorang dalam masing-masing kelompok atau dalam lingkungannya 3) Faktor pribadi
Faktor pribadi yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup dan personalitas.
a) Usia dan tahapan sikus hidup akan mempengaruhi apa yang dibeli dan bagaimana mereka melakukan pembelian.\ b) Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kepada pilihan
produk yang akan dibeli. Aktivitas dalam pekerjaan, lingkungan pekerjaan, mobilitas dan karakteristik lingkungan akan menentukan perilaku mereka membeli produk.
c) Situasi ekonomi akan mempengaruhi pola pembelian konsumen. Mereka yang secara ekonomi baik akan memiliki banyak pilihan, sementara yang ekonominya kurang baik aan terbatas pilihannya.
(49)
39
d) Gaya hidup adalah pola seseorang dalam hidup yang tercermin dalam aktivitas, minat dan pendapatannya terhadap sesuatu. Gaya hidup seseorang mempengaruhi perilakunya khususnya dalam kaitan dengan pilihan produk agar sesuai dengan gaya hidup yang dipilih.
e) Kepribadian adalah sekumpulan karakteristik psikologi unik yang secara konsisten yang mempengaruhi cara seseorang merespon situasi di sekelilingnya.
4) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah merupakan faktor dari dalam diri seseorang dan menentukan bagaimana mereka memilih dan mengkonsumsi produk. Pemasar perlu memahami faktor psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
a) Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseoramg untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
b) Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk memebentuk gambaran dunia yang berarti.
c) Pembelajaran adalah sebuah perubahan perilaku seseorang oleh karena pengalaman yang di dapat. Pembelajaran terjadi karena interaksi dorongan, rangsangan, pertanda, respon dan penguatan.
(50)
40
d) Keyakinan dan sikap, keyakinan adalah suatu pola yang diorganisasi melalui pengetahuan yang kemudian di pegang oleh seorang individu sebagai kebenaran dalam hidupnya. Sikap adalah evaluasi, perasaan, tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap suatu objek atau ide.27
g. Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian
Proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk atau jasa akan dipengaruhi oleh kegiatan oleh pemasar dan lembaga lainnya serta penilaian dan persepsi konsumen itu sendiri. Proses keputusan pembelian akan tediri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi altenatif, pembelian, kepuasan konsumen. Pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen akan memberikan pengetahuan kepada pemasar bagaimana menyusun strategi dan komunikasi pemasaran yang lenih baik. Persepsi konsumen akan mempunyai keputusan pembelian dikarenakan orang mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi konsumen terutama didukung oleh kemampuan seseorang untuk
mendapatkan suatu barang atau jasa . Menurut Philip Kotler “keputusan
pembelian seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologi utama, antara lain persepsi serta keyakinan dan pendirian”. Berdasarkan uraian diatas maka proses keputusan pembelian konsumen sangat ditentukan oleh faktor psikologi mereka sendiri antara lain persepsi serta keyakinan dan
27
(51)
41
pendirian mereka, kemudian mengidentifikasi masukan-masukan informasi yang mereka peroleh mengenai barang atau produk kemudian mengevaluasinya untuk kemudian melakukan keputusan pembelian.28
4. Qardh
a. Pengertian Qardh
Salah satu bentuk fungsi sosial BMT adalah pelayanan al-qard al-hasan, sebuah aktivitas ekonomi yang tidak asing ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Qardh merupakan pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai dengan berat, ukuran dan jumlahnya).
Secara etimologi kata qard berasal dari qa-ra-da yang berarti memotong.29 Dikatakan demikian karena harta tersebut benar-benar dipotong apabila diberikan kepada peminjam. Al-qardh secara bahasa juga bisa diartikan sebaga pinjaman atau hutang, sedangkan al-hasan artinya baik. Apabila digabungkan al-Qardh al-hasan berarti pinjaman yang baik. Dalam menjelaskan al-Qardh al-hasan para ahli fiqih muamalah menggunakan istilah Qardh, karena istilah Qardh
28
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran(Edisi Ketiga Belas), (Jakarta :
PT. Indeks,2008) hlm 153 29
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlar, al-‘Ashri ; Kamus Kontemporer Arab Indonesia
(52)
42
hasan ditemukan dalam literatur fiqh muamalah, meskipun demikian, Qardh yang dimaksud oleh mereka itulah al-Qardh al-hasan.30
Sedangkan ulama hanafiah mengatakan bahwa al-Qardh al-hasan adalah pinjaman kebajikan atau tidak dikenakan biaya (hanya mewajibkan membayar sebesar pokok utangnya), atau pinjaman tanpa laba.31 Bila suatu saat si peminjam tidak dapat mengembalikan dana pinjaman pada waktunya, ia diberikan kelonggaran waktu pembayaran. Kemudian, jika si peminjam benar-benar tidak bisa mengembalikannya sebab terjadi force major atas suatu keadaan yang memaksa, yakni keadaan di mana debitur (peminjam) terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, si pemberi pinjaman harus menganggapnya sedekah.
Qardhul Hasan tergolong dalam akad tabarru’. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang
artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya.32 Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasan diberikan kepada:
a. Mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan-tujuan yang sangat urgen.
30Muhammad Syafi’i Antonio,
Bank Syariah dari Teori ke Praktek, cet 1(Jakarta : Gema Insani, 2001) hlm 131
31
Marvin K Lewis dan Lativa M Agloud, Perbankan Syari’ah: Prinsip, praktek dan Prospek,
diterjemahkan dari “islamic bangking” (Jakarta :Serambi, 2007) hlm 108 32
Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo
(53)
43
b. Para pengusaha kecil yang kekurangan dana tetapi mempunyai prospek bisnis yang sangat baik.33
b. Pengelolaan Qardh
Sumber dana qardh terdiri atas: infaq, shadaqah, denda , sumbangan/hibah dan lain sebagainya.
Sumber dana infaq dan sedekah dari pihak luar bank adalah dana yang diterima dari pihak luar atau dari rekening nasabah atas permintaan nasabah. Sumber dana kebajikan berupa pendapatan non halal berasal dari penerimaan giro dari bank konvensional atau penerimaan lainnya yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan operasional bank. Dana Qardh dapat disalurkan sebagai dana bergulir untuk kegiatan sosial. Dana Qardh harus disalurkan kepada yang berhak sesuai syariah, sebab dana ini bersifat sosial dan tidak bermotif mencari keuntungan.34
Al-Qardh al-hasan adalah pinjaman kemurahan dan merupakan salah satu keistimewaan BMT. Pinjaman lunak ini diberikan hanya kepada orang yang sangat membutuhkan dan tergolong miskin atau tidak mampu. Peminjam hanya diwajibkan untuk membayar kembali utangnya tanpa memberikan bagian laba yang diperolehnya kepada
33
Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hlm 34
34
Muhammad Ndratuzzaman, Perbankan Syariah, (Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah,
(54)
44
bank. Pinjaman ini dapat dipergunakan untuk masalah konsumsi atau untuk melakukan usaha (produktif)
Dalam memberi pinjaman di atas, bank syariah dapat meminta kepada debitur, karena jaminan itu dibutuhkan untuk mengamankan dana yang dititipkan sebagai amanah, baik berupa giro dan berbagai bentuk simpanan lainnya.
Adapun perbedaan antara Qardh dan Qardhul Hasan sebagai berikut :
1. Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih kembali, sedangkan Qardhul Hasan pemberian pinjaman kepada orang lain, dimana peminjam tidak diharuskan mengembalikan pokoknya apabila dirasakan benar-benar peminjam tidak mampu untuk mengembalikannya. Sehingga Qardhul Hasan ini dianggap shadaqah. Walaupun pada prinsipnya bukanlah produk yang Profitable namun tetap harus diperhatikan sistem dari produk ini agar lebih optimal dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi.
2. Dilihat dari segi sumber dana, sumber dana Qardh berasal dari dana komersial atau modal. sedangkan sumber dana Qardhul Hasan berasal dari dana sosial yakni dana zakat, infaq, dan sadaqah.
(55)
45
B. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah teknologi informasi. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa skripsi dan jurnal-jurnal.
Tabel 2.3 Hasil penelitian terdahulu
No Judul Nama Persamaan Perbedaan Hasil
1. Analisis pengaruh usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan motivasi wirausahawan dalam keputusan pembelian asuransi jiwa di surabaya Johana Indriana Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keputusan pembelian Menggunakan regresi logistik untuk mencari signifikansi pengaruh dari faktor usia , tingkat
pendidikan,tingka t pendapatan dan motivasi terhadap keputusan pembelian asuransi Faktor usia,pendidikan dan pendapatan, berpengaruh dalam keputusan pembelian asuransi jiwa. Akan tetapi faktor motivasi belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam keputusan pembelian, dan faktor pendapatan memiliki pengaruh
(56)
46
yang paling signifikan dalam keputusan pembelian 2. Analisis
pengaruh pengetahuan, persepsi, dan gaya hidup terhadap keputusan pembelian dinar sebagai investasi pilihan (studi kasus gerai dinar depok) Rizal setyawa n Menganalisi s pengaruh persepsi terhadap keputusan pembelian
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain analisis tabulasi deskriptif, analisis tabulasi silang dan regresi logistik
Dari lima belas (15) pernyataan faktor persepsi, ada lima variabel yang memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian dinar. Faktor persepsi tersebut adalah persepsi dinar memiliki bentuk menarik, persepsi dinar mengandung
aspek syar’i, dinar
sulit dipalsukan, persepsi lebih baik membeli dinar daripada menabung, dan persepsi lebih baik membeli dinar daripada tanah. 3. Pengaruh
Persepsi dan Preferensi Konsumen terhadap Keputusan Widya Wardani Mengidentif ikasi faktor-faktor yang mempengar uhi persepsi konsumen Data dianalisis dengan analisis partial least square dengan variabel produk, fasilitas, citra
Di lihat dari sisi persepsi konsumen, variabel persepsi konsumen yang mempengaruhi
(57)
47
Pembelian Hunian Green Product terhadap keputusan pembelian pengembang, metode pembayaran, dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
antara lain citra pengembang, produk dan fasilitas. Dan penilaian terhadap keputusan pembelian, hasil survei menunjukkan bahwa faktor yang memiliki nilai faktor muatan tertinggi adalah merekomendasikan kepada pihak lain untuk melakukan pembelian.
4. Pengaruh persepsi harga, atribut produk dan persepsi risiko terhadap keputusan pembelian susu formula Imam Febri Cahyadi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi terhadap keputusan pembelian Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa persepsi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen dengan nilai t-hitung sebesar 3,454> nilai t-tabel 1,984 dan tingkat
(58)
48
5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat nasabah dalam produk Qardh dengan gadai emas di PT. Bank Sumut syariah cabang Medan
Hamzah Gufron
Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami tentang produk yang ditawarkan oleh Bank Sumut Syariah cabang Medan tentang Produk Qardh dengan Gadai Emas Menggunakan Tehnik (Simple Random
Sampling)
Dengan Analisis Regresi
Berganda (OLS)
Hasil dari analisis penelitian
menunjukkan bahwa faktor Promosi, prosedur
pencairan pinjaman, dan Harga taksiran barang memiliki pengaruh positif dan signifikan pada a 1% terhadap Minat nasabah untuk menggunakan Produk Bank
Sumut Syariah cabang Medan. Dengan demikian faktor-faktor tersebut, faktor
Promosi merupakan faktor yang paling utama dalam mempengaruhi minat nasabah untuk menggunakan Produk Qardh dengan Gadai Emas di PT. Bank sumut Syariah Cabang Medan.
(59)
49
C. Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini menggambarkan tingkat pendidikan ( X ) mempengaruhi persepsi ( Y ) terhadap pemilihan produk qardh ( Z ).
Model Kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.5 kerangka konseptual
Tingkat Pendidikan ( x ) adalah variabel eksogen yakni variabel penyebab, Persepsi ( y ) adalah variabel moderating dan Pemilihan produk qardh ( z ) adalah variabel endogen yakni variabel yang disebabkan.
D. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.35 Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002) hlm 64
Tingkat Pendidikan( X )
Persepsi (Y )
Pemilihan Produk Qardh
(60)
50
H0 = Diduga tingkat pendidikan pedagang berpengaruh secara langsung
terhadap pemilihan produk qardh.
H1 = Diduga Tingkat Pendidikan berpengaruh secara tidak langsung terhadap
(61)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap karena kegiatan ini berlangsung mengikuti proses tertentu sehingga ada langkah-langkah yang perlu dilalui secara berjenjang sebelum melangkah pada tahap-tahap berikutnya. 1
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.2 Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan mempertimbangkan yang dikemukakan oleh Arikunto tentang sifat umum penelitian kuantitatif, antara lain:
1. kejelasan umur: tujuan, subjek, sumber data sudah mantap, dan rinci sejak awal
2. dapat menggunakan sampel 3. kejelasan desain penelitian
4. analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul
1
J.R.Raco, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Grafindo.2010), hlm 2-3
2
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan, cetakan ke-3 (Jakarta bumi aksara,1995) hlm
(62)
52
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis pendekatan penelitian yaitu: waktu dan dana yang tersedia, dan minat peneliti. Dengan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Atau penelitian yang dilakukan untuk pengumpulan data untuk menguji atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir suatu objek yang diteliti.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari – Maret, yang berlokasi di BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur Cabang Sembayat Gresik Jl. K.A Shidiq 23 Sembayat Kec. Manyar Kab. Gresik.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Salah satu tujuan penelitian adalah menjelaskan sifat populasi. Populasi dapat di definisikan sebagai suatu kumpulan subjek, variable, konsep atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota populasi untuk mengetahui sifat populasi bersangkutan. Proses meneliti setiap anggota populasi ini dinamakan sensus. Namun demikian, sering kali meneliti setiap anggota populasi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. Dalam hal ini, prosedur yang biasa dilakukan adalah mengambil sampel dari populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat representative. Suatu sampel yang tidak representative terhadap setiap anggota populasi,
(63)
53
berapapun ukuran sampel itu, tidak dapat digeneralisasi untuk menjelaskan sifat populasi dimana sampel diambil.3
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh pedagang di pasar sembayat, Sampel penelitian ini mengambil pada pedagang yang melakukan pembiayaan pada BMT. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan simple random sampling yakni pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.
D. Variabel penelitian
Variabel merupakan konsep yang memiliki bermacam-macam nilai. Selain itu, variabel penelitian dapat juga disebut sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian yang meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti terdiri dari: 1. Variabel Eksogen
Pada penelitian ini yang menjadi variabel eksogen adalah pengaruh tingkat pendidikan.
2. Variabel Moderating (Intervening)
Pada penelitian ini yang menjadi variabel moderating adalah persepsi pedagang di pasar sembayat.
3. Variabel Endogen
3
(64)
54
Pada penelitian ini yang menjadi variabel endogen adalah pemilihan produk qardh pada BMT Mandiri Sejahtera.
E. Definisi operasional
Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab.4
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Tingkat pendidikan pedagang dapat diketahui dengan mengukur pendidikan terakhir yang di tempuh, dari tingkat SD, SMP, SMA atau Sarjana sehingga dapat mencerminkan tingkat pendidikan pedagang dalam melihat, memilah dan memilih atau mengkonsumsi suatu produk. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal dan yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa jenjang pendidikan yang telah baku mulai dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, dan pendidikan non formal meliputi pelatihan atau edukasi.
4
(1)
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemilihan produk qardh di BMT Mandiri Sejahtera Jawa Timur melalui persepsi sebagai variabel intervening pada pedagang di pasar Sembayat Gresik sebagai berikut :
1. Tidak ada hubungan langsung antara variabel exogeneous tingkat pendidikan dengan variabel moderating persepsi. angka t penelitian sebesar 1,999 < t tabel sebesar 2,004, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Nilai koefisien beta sebesar 0,265 atau jika di buat persen menjadi sebesar 26,5% menunjukkan bahwa pengaruh sebesar ini tidak signifikan karena nilai signifikansi / probabilitas hasil penghitungan yang tertera dalam kolom Sig sebesar 0,051 > 0,05. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa diduga tingkat pendidikan berpengaruh langsung secara signifikan terhadap keputusan memilih tidak diterima.
2. Tidak ada hubungan langsung antara variabel moderating persepsi dengan variabel endogeneous keputusan memilih. Hasil perhitungan dengan IBM SPSS menujukkan angka t penelitian sebesar 1,389 < t tabel sebesar 2,004, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Karena tidak ada hubungan liniear antara kedua variabel, maka variabel variabel moderating persepsi tidak
(2)
105
mempengaruhi variabel endogeneous keputusan memilih. Nilai koefisien beta (sebesar 0,187 atau jika di buat persen menjadi sebesar 18,7% menunjukkan bahwa pengaruh sebesar ini tidak signifikan karena nilai signifikansi / probabilitas hasil penghitungan yang tertera dalam kolom Sig sebesar 0,171 > 0,05. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa diduga tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung melalui persepsi pedagang secara signifikan terhadap keputusan memilih tidak diterima
B. SARAN
Adapun hal-hal yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan yang bersifat konstruktif terhadap perkembangan produk qardh dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan
Untuk meningkatkan nasabah dalam memilih produk qardh, perusahaan di harapkan untuk sering memberikan edukasi tentang kewirausahaan kepada pedagang, memberikan pelayanan excellent, memperluas akses jaringan dan mangsa pasar agar tidak hanya di pasar Sembayat, melainkan melebar ke pasar-pasar tradisional lainnya, mengingat pentingnya peredaran uang di pasar yang mana menjadi pusat ekonomi pedagang sehari-hari. Agar nasabah yang memiliki pembiayaan dalam produk qardh bisa menjangkau produk-produk pembiayaan lainnya.
(3)
106
2. Bagi peneliti selanjutnya
Apabila ada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengangkat keputusan memilih maka disarankan untuk memperhatikan variabel-variabel bebas lain yang berpengaruh dengan keputusan pembelian, seperti lokasi/tempat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Semarang: Aditya Media, 1992) Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlar, al-‘Ashri ; Kamus Kontemporer Arab Indonesia
(Yogyakarta : Multi Karya Grafika, 1996)
Basri, Djapri, Persepsi Guru Terhadap Implementasi Program Pendidikan Sistem Ganda Di Kotamadya Banjarmasin. (Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang – Depdiknas, 2001)
Chapman,Joe dan Wahlers, Russ, Journal of Marketing Theory and Practice (Jakarta,1999) Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2007)
Daien , Amier Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Malang: Usaha Nasional 1993) Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991) Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Wadsworth Publishing
Company, Inc. San Fransisco, 1959)
Http://gresikkab.bps.go.id/ di akses 9 november 2015 17:02
Ilmi, Makhalul, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Press,2002)
Jalaludin, Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2000) John Dewey,Democracy And Education: An introduction to the philosophy of
Edycation(NewYork:Mc Graw Hill Book Company)
John C.Mowen,Consumer Behaviour, edisi kelima jilid 1,Lina salim,(Jakarta : Erlangga, 2001)
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) J.R.Raco, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Grafindo.2010)
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, (Jakarta : Erlangga Edisi Keenam, Jilid 1)
Kotler,Philip, Marketing Management (Pearson Custom Publishing,2000)
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Edisi Ketiga Belas), (Jakarta : PT. Indeks, 2008)
(5)
Marvin K Lewis dan Lativa M Agloud, Perbankan Syari’ah: Prinsip, Praktek dan Prospek,
Diterjemahkan dari “Islamic Bangking” (Jakarta :Serambi, 2007)
Morissan, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012)
Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif (Yogyakarta:Rake Sarasin, 2002)
Ndratuzzaman, Muhammad Perbankan Syariah, (Jakarta : Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2005)
Perkembangan perbankan syari’ah. http://www.islamic-center.or.id/berita-mainmenu-26/islamindonesia-mainmenu-33/823-perkembangan-perbankan-syariah-di-indonesia P. Siagian Sondang, Teori Motivai dan Aplikasinya, (Jakarta, 1995. Rineka Cipta)
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management, edisi 13 jilid 1, Bob Sabrana,(Jakarta: Erlangga, 2008)
Pitus A Partanto, M. Dahlan Al Barry, kamus ilmiah populer (Surabaya: 2001 Arkola)
Setiadi J, Nugroho, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi Untuk Strartegi dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta : Prenada Media Group, 2003)
Sumitro, Warkum, Azas-Azas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (Jakarta : PT.Grafindo Persada, 1996)
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah(Yogyakarta: Ekonisia,2005) Sulaeman, Jajang, Persepsi mengenai suasana religius dalam keluarga
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000)
Soenarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989) Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Singarimbun, et al, metode penelitian observasi (jakarta LP3S, 1989)
Suharno dan Yudi Sutarso, marketing in practice, (yogyakarta : Graha Ilmu , 2010)
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
Suwarman, Ujang, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran Edisi Kedua,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2011)
(6)
Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, cet 1(Jakarta : Gema Insani, 2001)
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007)
Tim Pengembangan MKDK, Dasar-dasar Kependidikan ,(Semarang: IKIP Semarang Press, 1991)
Windyarti, Yanti, Skripsi Persepsi Pedagang Keci di Pasar Kanjengan Terhadap Pembiayaan Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)