STRATEGI DAKWAH KH.ZAINUL ARIFIN DI MUSHOLLA AR-RAHMAN DESA SEMBAYAT, KECAMATAN MANYAR, KABUPATEN GRESIK.

(1)

STRATEGI DAKWAH KH. ZAINUL ARIFIN DI MUSHOLLA

AR-RAHMAN DESA SEMBAYAT, KECAMATAN MANYAR,

KABUPATEN GRESIK

Skripsi

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

FITRI LAILI HAMIDAH NIM. B01213006

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Fitri Laili Hamidah, NIM. B01213006. Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Strategi Dakwah, KH. Zainul Arifin

Fokus Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana Strategi Dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman Desa Sembayat?

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyuluruh, dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif, sedangkan untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah KH. Zainul Arifin? Adalah menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yakni: observasi, wawancara bebas, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Strategi dakwah yang digunakan oleh KH. Zainul Arifin meliputi : a). KH. Zainul Arifin memulai dakwah dengan menggunakan sholat tasbih dan sholat hajat dan dilanjutkan dengan berdakwah. b). Mencari materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-sehari masyarakat sekitar. c). Menggunakan bahasa lokal (jawa) agar mudah dipahami oleh jama’ah atau mad’u yang mengikuti kegiatan tersebut. Terkait fokus masalah dan kesimpulan tersebut, Peneliti merekomondasikan untuk melanjutkan kajian lanjutan terhadap masalah yang peneliti kaji, tetapi tentunya dengan fokus masalah dan analisi yang berbeda.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN... . iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... . vii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Konseptualisasi... 8

F. Pembahasan... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka... 11

1. Dakwah... 11

2. Strategi Dakwah... 17

a. Pengertian Strategi... 17

b. Teknik dan Taktik Dakwah... 22

B. Kajian Teoritik... 30

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenin Penelitian... 35

B. Subyek Penelitian... 35


(8)

D. Tahap - tahap Penelitian... 42

E. Teknik Pengumpulan Data... 47

F. Teknik Analisis Data... 49

G. Teknik Keabsahan Data... 51

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Setting Penelitian... 55

B. Penyajian Data... 58

C. Analisis Data... 66

1. Temuan Data... 67

2. Relevansi Temuan... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 77

B. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS LAMPIRAN - LAMPIRAN


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Islam adalah Agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini melalui utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW. Agama Islam merupakan Agama tauhid yang di dalamnya mengandung berbagai ajaran baik perikehidupan dan hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lain. sejak itu pula terjadilah kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Dalam Islam, tindakan menyebarkan dan mengomunikasikan pesan-pesan Islam merupakan esensi dakwah. Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk mengimbau

orang lain kearah Islam.1

Dakwah adalah salah satu kewajiban agama yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya sebagai bukti dari rasa taat pada perintah Allah SWT dan Rosul-Nya. Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah yang merupakan tugas sebagai manusia Muslim sudah

tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 yaitu :

1


(10)

2





































































Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.2

Karena dakwah adalah sebuah kewajiban agama, sama halnya

seperti sholat dan puasa.3 Kerja dakwah adalah kerja menggerami

kehidupan umat manusia dengan nilai-nilai iman, islam dan takwa demi

kebahagiaan kini dan nanti.4 Mengingat pentingnya dakwah itulah maka

dakwah bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukana secara asal-asalan, melainkan perlu dipikirkan dan direncanakan secara matang karena

dakwah menentukan perkembangan dan pertumbuhan Islam.5Namun

aktivitas dakwah tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang karena

harus di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang.

Allah berfirman:























































Artinya : 2

Al Mubin, Al-Qur’an Dan Terjemahnya Revisi Terbaru, (Semarang : Asy Syifa, 1999), h. 93

3

A. Sunarto, Etika Dakwah, (Surabaya: Jaudar Press, 2015), h. 23 4Ahmad Syafi’i,

Membumikan Islam, (Surabaya: Dakwah Press, 2009) h. 101 5


(11)

3

“dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan

hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS Al Isra`: 36]6

Seperti ayat di atas, Aktivitas dakwah Seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar memiliki persyaratan sebagai seorang pendakwah. Mengingat tujuan utama berdakwah adalah menyeru umat manusia menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT, maka pijakannya adalah ketentuan-ketentuan yang telah menjadi ketetapan-Nya. Jadi, aktivitas menyeru, mengajak bukan memaksa, merangkul bukan memukul.

Hal itu berlandaskan pada sumber utama hukum Islam (al-Qur’an dan

hadits).

Pada prinsipnya, pesan apa pun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan

dengan al-Qur’an dan hadits, tidak dapat disebut sebagai pesan dakwah.

Dan sebagai penunjang, agar pesan-pesan dakwah tersebut dapat diterima dengan baik oleh mitra dakwah, maka diperlukan strategi yang tepat.

Namun di era sekarang, terdapat fenomena banyaknya da’i baru bermunculan dimana ketika dibenturkan dengan masalah keprofesionalan,

hal ini menjadi sebuah pertanyaan. Pada saat ini Fenomena da’i berbulu

musang justru kian bermunculan, bahkan lebih parah dari pada sekedar dai berbulu musang. Muncul oknum da’i yang berani memungut imbalan alias

6


(12)

4

upah dari masyarakat yang di dakwaihnaya. Alias da’i Walakedu (jual ayat kejar duit).7

Mengingat seorang da’i haruslah mempunyai akhlaq, perkataan

dan perbuatan yang seirama dengan apa yang disampaikannya. Apalagi di era globalisasi ini, umat membutuhkan da’i yang bisa membimbing dan membenahi masyarakat, setelah terlebih dahulu membenahi dan membimbing dirinya sendiri.

Seperti tokoh sebagai objek penelitian kami, dia bernama KH. Zainul Arifin, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci yang terpanggil hatinya untuk mengajak masyarakat, mendakwahkan

agar tanpa pamrih, mengenalkan aqidah dan syari’ah Islam melalui

kegiatan yang mendekatkan umat kepada Allah SWT.

Dakwahnya di masyarakat sangat memberikan peran yang sangat penting terutama di Desa Sembayat Kecamatan Manyar Kabupten Gresik. Karena strategi dakwah yang dia berikan dilakukan dengan cara melakukan sholat sunnah tasbih dan hajjat terlebih dahulu. Hal tersebut memberikan peran yang sangat penting untuk pembentukan pola fikir positif serta efek religiusitas bagi warga di Desa Sembayat dan masyarakat luas umumnya.

Seperti yang dilakukan KH. Zainul Arifin, dia berusaha seoptimal mungkin untuk membekali dirinya, bukan hanya dengan ilmu pengetahuan

7


(13)

5

agama yang cukup sebelum memutuskan untuk mendedikasikan dirinya sebagai penyambung risalah Ilahi, tetapi dia juga berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan strategi dakwah yang dipandang tepat, agar materi dakwahnya dapat dengan mudah diterima oleh mitra dakwah.

Melanjutkan pembahasan yang terkait peneliti memaparkan bahwa strategi dakwah KH.zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman ini merupakan perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Adapun itu harus mengetahui tujuan dari dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, maka dakwah itu tidak akan sempurna kecuali

menggunakan suatu metode dan teknik.8

Strategi dakwah KH. Zainul Arifin ini bagi peneliti, mempunyai peranan yang sangat penting untuk memajukan Islam yang diharapkan untuk bisa memberikan bimbingan keIslaman di tengah masyarakat modern sekarang ini.

Dakwah merupakan kegiatan komunikasi, setiap bentuk

komunikasi adalah sebuah drama. Oleh karena itu, seorang pembicara hendaknya mampu mendramatisasi (membuat jama’ah merasa tertarik)

terhadap pembicara.9 Dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan tujuan

retorika yang berkaitan dengan dakwah yakni “mempengaruhi audiens”

karena dalam berdakwah membutuhkan tehnik-tehnik yang mampu memberikan pengaruh efektif kepada khalayak masyarakat sebagai objek

8

Hamza Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, Alpha, Surabaya, 2005, h.38. 9


(14)

6

dakwah. Sebagaimana dakwah adalah sarana komunikasi yang menghubungkan, memberikan, dan menyerahkan segala gagasan, cita-cita dan rencana kepada orang lain dengan motif menyebarkan kebenaran

sejati.10Banyak Da’i atau pendakwah yang tidak sampai pesannya kepada

khalayak karena da’i tersebut tidak mampu menuangkan kedalam bahasa yang baik, sehingga dakwah yang disajikan monoton dan tidak menarik. Dalam hal ini maka aktifitas da’i dalam praktik dakwah menarik untuk dikaji dan diidentifikasi apa yang mereka tampilkan dalam berdakwah, baik dalam metode, strategi, penggunaan gaya bahasa, gerak tubuh, penampilan, dan pendekatan humanis lainnya.

Beberapa pertimbangan yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain: pertama, penelitian mengenai kiprah ustadz KH. Zainul Arifin dalam aktivitas dakwahnya, menurut sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Padahal fenomena tersebut merupakan salah satu kajian yang cukup menarik dalam ranah keilmuan dakwah. Kedua, karena peneliti memutuskan untuk mengambil minat studi “Public Speaking” pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Ampel Surabaya, oleh karena itu peneliti terfokus srategi dakwah dalam judul penelitian ini, menurut peneliti sangat selaras dengan desain keilmuan di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

tersebut, khususnya untuk minat studi Public Speaking.11

10

Yusuf Zainal Abidin, hal 133 11


(15)

7

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana strategi dakwah KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman di Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui strategi dakwah yang digunakan KH. Zainul Arifin di Musholla Ar-Rahman di Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Sendiri

Penelitian ini diharapkan dapat melatih kepekaan terhadap sebuah informasi verbal maupun non verbal dan juga menjadi cara pandang peneliti dalam melihat teks, konteks, maupun ceramah keagamaan

2. Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Masyarakat a. Secara Teoritis

Menambah informasi dalam ilmu dakwah tentang strategi dakwah dan memberikan sumbangan pemikiran teoritis yang ilmiah tentang strategi dakwah yang relevan untuk dipilih dan diterapkan pada masyarakat.


(16)

8

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pemasukan dan perbadingan bagi pihak-pihak yang terkait yaitu yang bergerak di bidang dakwah, dan juga penelitian ini bisa dijadikan tambahan literatur keilmuan untuk pembinaan dan pengembangan jurusan.

E. KONSEPTUALISASI

Pada konseptualisai ini, peneliti menjelasakan tentang konsep yang ada dalam judul penelitian ini, maka disini dapat dijelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalam judul antara lain:

1. Strategi Dakwah

Menurut Asmuni Syukir strategi dakwah artinya siasat atau taktik, yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah yang mana di dalam penggunaannya harus memperhatikan beberapa

azaz-azaz dakwah terlebih dahulu.12

Strategi dakwah membutuhkan penyesuaian yang tepat, yakni dengan memperkecil kelemahan dan ancaman serta memperbesar keunggulan dan peluang, karena strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilanya.

12


(17)

9

Strategi dakwah artinya siasat, taktik, yang merupakan seni dalam menentukan rancangan bangunan sebuah perjuangan

(pergerakan) dalam melaksanakan dakwah.13

Berdasarkan beberapa pengertian di atasa strategi dakwah adalah cara atau taktik yang digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yaitu membentuk Khoirul Ummah.

2. Da’i

Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fa’il (kata menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang melakukan dakwah kepada orang lain (mad’u)14

. Dalam kegiatan dakwah Da’i merupakan unsur yang penting dalam sukses atau tidaknya suatau kegiatan berdakwah. Dalam hal ini yang di maksud adalah objek yang akan diteliti metode dan pesan dakwahnya dalam penelitian ini.

F. PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan proposal, untuk lebih mudah memahami penulisan proposal ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:

13

Didin Hafinuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 71. 14


(18)

10

Bab I adalah pendahuluan, rumusan maslah, tujuan, manfaat penelitian, konseptuliasi dan diakhiri dengan pembahasan. Bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.

Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian kepustakaan konseptual yang menjelaskan tentang strategi dakwah.

Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, subyek, obyek dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis data, teknik pemeriksaan dan keabsahan data

Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian, pada bab ini menjelasrkan tentang hasil yang didapat selama penelitian. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait

dengan rumusan masalah, berupa metode dan pesan dakwah da’i tersebut.

Bab V adalah penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan dan rekomendasi serta saran-saran. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya.


(19)

11

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Dakwah

Dakwah ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab

“ da’wah”. Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ain, dan

wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, menyuruh, datang, mendorong, menyebabkan mendoakan, menangisi dan meratapi.1

Sementara itu dakwah Islam ialah menyeru kejalan Allah yang melibatkan unsur-unsur menyeru, pesan media, metode atau strategi

yang diseru, dan tujuan.2 Dengan demikian secara etimologi pengertian

dakwah dan tablig itu merupakan suatu proses penyampaian tablig pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan

agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.3

Zaini Muchtarom, misalnya, berpandangan bahwa dakwah merupakan upaya untuk mengajak dan menyeru umat manusia, baik perorangan maupun kelompok kepada agama Islam, pedoman hidup

yang diridhai oleh Allah dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan

1

Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Pranada Media Group, 2012), h.1 2

Aep Kusnawan et. Al. Komunikasi Penyerian Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. vii

3


(20)

12

amal shaleh dengan cara lisan (lisanul maqal) maupun perbuatan

(lisanul hal) guna mencapai kebahagiaan hidup kini di dunia dan nanti di akhirat.4

Sedangkan Asmuni Syukir yang mengutip pendapat Hamzah Yaqub dalam bukunya yang berjudul “Publisistik Islam”, memberikan makna dakwah sebagai upaya mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya. Dan mengutip pendapat dari Team Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah atau Khotbah Agama Islam (pusat) Departemen Agama R.I. dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Dakwah Kepada Suku Terasing”, Asmuni Syukir memahami dakwah sebagai setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran. Berpijak pada dua pandangan mengenai pengertian dakwah tersebut, Asmuni Syukir mempunyai konsepsi sendiri mengenai pengertian dakwah, yakni memberikan makna dakwah sebagai upaya yang bersifat pembinaan dan pengembangan. Bersifat pembinaan, artinya dakwah sebagai kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Sedangkan dakwah bersifat pengembangan mempunyai makna sebagai suatu kegiatan yang

4


(21)

13

mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang

belum ada.5

Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada 3 yaitu:

1. Dakwah Lisan (da'wah bil al-lisan)

Pelaksanaan dakwah lisan adalah dengan cara

menyampaikan untuk mengantar kepada uraian, dimana para pendengar dapat merasakan apa yang akan diuraikan nanti.

2. Dakwah Tulis (da'wah bil al-qolam)

Pelaksanaan dakwah tulis adalah dengan cara menguraikan atau mengulas soal-soal keagamaan dimajalah, surat kabar, brosur, mengarang buku, spanduk dan sebagainya.

3. Dakwah Tindakan (da'wah bil al-hal)

Pelaksanaan dakwah tindakan bisa melalui radio dakwah Islam maupun melalui televisi dakwah Islam.

Dalam dunia dakwah, orang yang berdakwah biasa disebut Da’i

dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut

dengan Mad’u.

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai

upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.

5


(22)

14

b. Nur Syam mengatakan bahwa dakwah adalah proses merealisasikan

dakwah Islam dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan sistem dengan mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologis individu atau masyarakat agar target maksimalnya tercapai.

c. Hamzah Ya’kub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk

Allah dan Rasul-Nya.6

Tujuan dakwah adalah mengubah pandangan hidup manusia bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara kerana yang berkuasa ke atas segalanya adalah Allah SWT. Berdakwah penting dalam menyebarkan agama Islam kepada bukan hanya pada umat Islam, tetapi juga kepada mereka yang masih mencari-cari makna sebenar kehidupan ini. Tanpa dakwah, Islam tidak akan berkembang dan yang tinggal hanya Islam keturunan. Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu:                                  

“Katakan: Inilah jalanku; aku dan pengikutku dan sadar mendakwakan kamu menuju Allah. Maha Sucilah Allah, dan aku

6


(23)

15

tidak termasuk dalam golongan orang-orang musyrik”. (Q.S. Yusuf:

108).7

Unsur – unsur Dakwah, komponen-komponen yang terdapat

dalam setiap kegiatan dakwah.8 Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Da’i (Pelaku Dakwah), adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga.

2. Mad’u (Penerima Dakwah), adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok.

3. Maddah (Materi Dakwah), adalah isi pesan atau materi

yang disampaikan da’i kepada mad’u.

4. Wasilah (Media Dakwah), adalah alat yang digunakan

untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u.

5. Thariqah (Metode Dakwah), adalah jalan atau cara yang

dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.

6. Atsar (Efek Dakwah), adalah feedback (umpan balik).

7

Departemen Agama,Al-Qur’an dan Termjemah (Al-Yusuf, ayat 108), PT. Sygma, Bogor, 2007, h. 248

8


(24)

16

7. Ghoyatul al Dakwah (Tujuan Dakwah atau Ultimate Goal

Dakwah), adalah suatu nilai ideal akhir yang ingin dicapai dalam keseluruhan aktivitas dakwah.

Karakteristik Da’i, setidaknya ada empat karakter yang harus dimiliki oleh setiap da’i, yaitu:

1. Iman yang bisa melahirkan keikhlasan 2. Memiliki ilmu yang bisa melahirkan amal.

3. Memiliki Akhlaq Yang Bisa Melahirkan Keteladanan.

4. Memiliki Wawasan Kekinian Yang Bisa Melahirkan Semangat Dakwah.

Karakteristik Mad’u, yaitu:

1. Adanya feed back, menerima atau menolak;

2. Dari sisi ekonomi kita lihat kaya miskin, profesi, jenis kelamin;

3. Dari sisi lingkungan, orang yang berpengetahuan dengan tidak tahu.

Dari berbagai definisi mengenai istilah dakwah yang dikemukakan oleh para ahli ilmu dakwah di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dakwah merupakan upaya yang terorganisir secara sistematis dan terarah guna mencapai tujuan dakwah, yakni terwujudnya suatu tatanan kehidupan yang diridhai oleh Allah SWT, yaitu suatu kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat


(25)

17

2. Strategi Dakwah

a. Pengertian Strategi

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu seni mengunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di peperangan, atau rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.9

Menurut Asmuni Syukir Strategi dakwah artinya sebagai metode, siasat, taktik, atau maniuvers yang dipergunkan dalam

aktivitas / kegiatan dakwah.10

Menurut Halim, strategi ialah sebuah seni dalam menentukan rancangan untuk membangun sebuah perjuangan ( pergerakan) yang dapat dijadikan siasat yang biasanya yang lahir dari pemikiran

penelitian, pengamatan seseorang untuk mencapai tujuan.11

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini:

1. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian dakwah)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sember daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,

arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah

9

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 1092

10

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.32 11

A. Halim, Strategi Dakwah yang Teravaikan dalam Jurnal Ilmu Dakwah (Surabaya, Fakultas Dakwah Iain Sunan Ampel, 2002), h.43


(26)

18

pencapaian tujuan. Oleh sebab itu seblum mennetukan strategi , perlu di rumuskan tuuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.

Dalam kegiatan komunikasi Efendi mengartikan strategi sebagai

perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai

suatu tujuan. Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang harus ditempuh, tetapi juga berisi taktik oprasionalnya. Ia harus didikung teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah di uji kebenarannya. untuk strategi komunikasi tersebut, segala sesuatunya harus memerhatikan komponen komunikasi dalam teori

Harold D. Lassell, yaitu Who Says What in Which Channel to Whom

with What Effect (komunikator, pasar, media, komunikan dan efek). Selain membuat definisi, ia juga membuat strategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Strategi Sentimentil (al- manhaj al athifi)

2. Strategi Rasional (al-manhaj al-aqli)

3. Strategi Indriawi (al manhaj al-hissi)

Strategi Sentimentil (al-manhaj al athifi) adalah dakwah yang

memfokuskan aspek hati yang menggerekan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode-metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang


(27)

19

terpinggirkan (marginal) dan di anggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf (imannya lemah) dan sebagainya. Strategi sentimentil ini di terapkan Rasulullah saat menghadapi kaum musyrik Mekkah.

Strategi Rasional (al-manhaj al aqli) adalah dakwah dengan

beberapa metode yang memfokuskan pada aspek pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berpikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan contoh dan bukti sejarah merupakan beberapa metode dari strategi rasional.

Rasulullah mengguakan strategi ini untuk menghadapi

argumentasi para pemuka Yahudi. Mereka terkenal dengan kecerdikannya. Saat ini kita menghadapi orang-orang terpelajar yang ateis rasionalis.

Dalam kitab Al-Qur’an mendorong penggunaan strategi rasional

dengan beberapa terminologi antara lain:

a. Tafakkur, ialah menggunakan untuk mencapainya dan

memikirkannya.

b. Tadzakkur, ialah menghadirkan ilmu yang harus dipelihara

setelah dilupakan.

c. Nazhar, ialah mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada

objek yang sedang diperhatikan.

d. Taammul, ialah mengulang-ulang pemikiran hingga


(28)

20

e. I’tibar, ialah bermakna perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju pengetahuan yang lain.

f. Tadabbur, ialah suatu usaha memikirkan akibat-akibat

setiapmasalah.

g. Istibshar, ialah mengungkap sesuatu atau menyikapnya, serta memperlihatkan kepada pandangan hati.

Strategi Indriawi (al-manhaj al hissi) juga dapat dinamakan

sebagai strategi ilmiah. Ia di definisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan rasulullah dahulu mempraktekkan Islam sebagai perwujudan strategi indrawi yang disaksikan oleh para sahabat. Para sahabat dapat menyaksikan mukjizar Rasulullah SAW secara langsung. Seperti terbelahnya rembulan, bahkan menyaksikan malaikat Jibril dalm bentuk manusia. Sekarang

kita menggunak Al-Qur’an untuk memeperkuat atau menolak hasil

penelitian Ilmiah. Pakar Tafsir menyebutnya dengan tafsir ilmi. Adnan

Oktar, penulis produktif dari Turki yang memakai nama pena Harun Yahya menggunakan strategi ini dalam menyampaikan dakwahnya. M. Quraish Shihab, pakar tafsir kenamaan dari Indonesia, juga sering menggunakan hasil penemuan ilmiah saat menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an.12

12


(29)

21

Fungsi strategi dakwah baik secara mikro maupun makro ada dua, yaitu:

1. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang berisi

informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

2. Menjembatani “Cultur Gap” , akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai dan norma-norma agama maupun budaya. Strategi dakwah yang dipergunakan di dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa Azas Dakwah, agar proses dakwah dapat mengenai sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat objek dakwah.

Beberapa azas dakwah yang harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut:

1. Azas Filosofis. Azas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam

proses atau dalam aktivitas dakwah.13

2. Azas Kemampuan dan keahlian Da’i.

3. Azas Sosiologis. Azas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik,

13


(30)

22

pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio-kultural sasaran dakwah dan sebagainya.

4. Azas Psikologis. Azas ini membahas masalah yang erat

hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia,

begitupun saran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang unik yakni berbeda satu sama lainnya. Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau kepercayaan (rakhaniah) tak luput dari masalah-masalah psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.

5. Azas Efektifitas dan Efisiensi. Azas ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah harus berusaha menyeimbangakan antara biaya, waktu maupun tenaga yang dikeluarkannya dengan pencapaiaan hasilnya, bahkan kalau bisa waktu, biaya dan tenaga sedikit dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain ekonomis biaya, tenaga dan waktu, tapi dapat mencapai hasil yang

semaksimal mungkin atau setidak-tidaknya seimbang antara

keduanya.14

b. Teknik dan Taktik Dakwah

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan, kita memerlukan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan

14


(31)

23

metode adalah cara yang digunakan untuk melakukan strategi , dalam

setiap penerapan metode dibutuhkan beberapa teknik. 15

Strategi tidak dapat dilepaskan dengan istilah taktik dan tehnik. Itulah sebabnya, maka tidak jarang pengertian dan penamaan beberapa istilah tersebut campur aduk menjadi satu. untuk memudahkan pemahaman, perlu kiranya disampaikan pengertian istilah-istilah tersebut. Tehnik berfungsi untuk memenangkan taktik, dan taktik adalah untuk memenangkan strategi. jadi taktik sesungguhnya merupakan pelaksanaan detail dari strategi, jadi bisa dikatakan bahwa taktik adalah jabaran praktis dari sebuah strategi. disamping itu, strategi biasanya berskala luas dan dalam kurung waktu yang cukup lama, sementara taktik selalu sedemikian. oleh karena itu bisa saja terjadi sama dalam strategi tetapi berbeda dalam taktik. hanya saja apapun strategi dan taktik yang dipilih, keduanya harus bisa saling menunjang 16

dan melengkapi.

Pengertian Taktik Dakwah, Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya individual, masing-masing pendakwah memiliki taktik yang dalam menggunakan teknik yang sama, setiap pendakwah yang menjalankan kegiatan dakwah masing masing memiliki pendekatan, strategi, metode,

teknik, dan taktik yang berbeda satu sama lain.17

15

Hamza Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: Alpha, 2005), h. 49 16

A. Halim, “Strategi Dakwah Yang Terabaikan” dalam Jurnal Ilu Dakwah, h. 43 17


(32)

24

Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi mitra dakwah yang berbeda. Dengan demikian keberhasilan dakwah lebih bersifat kasuistik. Keberhasilan dakwah dengan suatu teknik belum tentu sukses dalam dakwah yang lain. Taktik dakwah dapat menjadi identitas individu, setiap orang cenderung pada taktik tertentu, meski taktik yang lain bisa dilakukannya. Ada taktik dominan dalam diri kita, sehingga ini yang sering muncul dari kita, baik disadari maupun tidak disadari, taktik hampir bersama dengan karakter kita.

c. Keutamaan Sholat

menurut bahasa sholat berarti do’a. Dengan pengertian ini, sholat adalah ibadah yang setiap gerakannya mengandung do’a. Dalam kajian Islam, sholat adalah ibadah yang berisi bacaan dan gerakan yang diawali dengan takbir yang ditutup dengan salam.

Diantara semua kewajiban dalam Islam, sholat adalah yang meninggi kedudukanya dan paling pokok. Perintah sholat di

ulang-ulang di beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits. Sholat adalah tiang agama

yang tidak boleh ditinggalkan oleh siapapun, dalam kondisi apapun.orang yang sakit berat tetap berkewajiban sholat dengan cara semampunya.

A. Perintah Sholat dalam Al-Qur’an

Kata sholat disebut dala Al-Qur’an sebanyak 234 kali. Dalam

penyebutannya, selalu dikaitkan dengan ketentuan ibadah lain atau akibatnya, yaitu:


(33)

25

a. Kewajiban Sholat dan Ketentuan Waktunya.

Sholat harus dikerjakan pada waktu yang telah ditetapkan:

                                   

sungguh sholat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”(Q.S. An-Nisa’ 4:103)

                                       

maka sabarlah kamu atas yang mereka kerjakan, dan bertasbilhlah (sholatlah) dengan memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, dan bertasbilah (sholatlah) pada waktu waktu di mlam hari dan pada

waktu-waktu di siang hari supaya kamu merasa senang”(Q.S. Thaha

20:130)

b. Sholat dan Keselamatan dari Dosa

Sholat menghadilkan keimanan dan kedekatan seseorang kepada Allah, sehingga ia merasa takut dan malu melakukan dosa.                                             

bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu yaitu al kitab

(Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sungguh sholat itu

mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut 29:45).

Menurut Muhsin Qira’ati (2001), bahwa sholat yang khusuk akan menjdikan pelakunya memiliki kesadaran sosial dengan


(34)

26

memberikan zakat dan sedekah. Dengan sikap sosial itu, tidak ada lagi orang yang lapardi lingkungannya. Hilangnya kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin merupakan modal terwujudnya keharmonisan masyarakat, sehingga tidak akan terjadi kemungkaran di tengah masyarakat, misalnya pencuruan, perampokan dan pembunuhan.

c. Sholat dan Rahmat Allah.

Sholat akan mendatangkan rahmat Allah SWT bagi pelakunya.

                

Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu di beri rahmat” (Q.S. An-Nur 24:56)

B. Perintah Sholat dalam Hadis

Perintah sholat dalam hadis lebih banyak dari pada Al-Qur’an. Teknis pelaksanaan sholat yang belum di jelaskan

dalam Al-Qur’an di uraikan semua dalam hadis. Peringatan

keras bagi muslim yang mengabaikan sholat juga lebih jelas dan detail.

Sholat merupakan perbuatan manusia yang pertama kali diperiksa oleh Allah, Rasululah SAW bersabda, “perbuatan manusia yang pertama kali pada hari kiamat adalah sholat, jika sholat itu baik, maka baiklah semua nilai perbuatannya,


(35)

27

dan jika jelek, maka jeleklah seluruh nilai perbuatannya”( HR. At Thabrani dari Abdullah bin Qurth r.a).

Sholat merupakan pembeda status antara muslim dan kafir. Rasulullah SAW bersabda, “batas utama antara sesorang dengan kekafiran adalah meninggalkan sholat” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud, Al Tirmidzi dan Ibnu Majjah dari Jabir r.a)

Mengingat pentingnya sholat, maka Nabi SAW berwasiat

berulang-ulang menjelang wafatnya. “sholat, sholat.

Bertakwalah kepada Allah (berhati-hatilah) terhadap budak-budak yang kalian miliki” (HR. Al-Nasa’i dari Anas bin Malik r.a).18

C. Sholat Tasbih

Shalat Tasbih adalah shalat sunnah yang didalamnya banyak mengandung bacaan tasbih, sebanyak 300 kali tasbih yang dibaca dalam sholat tersebut. Hukum shalat tasbih adalah sunnah. Shalat Tasbih dianjurkan kepada kita untuk dilakukan setiap hari, atau kalau tidak mampu dilakukan dalam seminggu sekali, atau sebulan sekali, atau setahun sekali. Atau paling tidak harus ada seumjur hidup sekali. Demikian Rasulullah menganjurjkan kepada kita.

Hikmah/Keistimewaan Shalat Tasbih:

a. Tasbih merupakan Kalimat yang paling dipilih Allah.

18

Moh Ali Azis, 60 menit terapi sholat Bahagia, (Surabaya: PT.Duta Aksara Mulia, 2014),h. 75-80


(36)

28

"Suatu hari Rasulullah ditanya apakah ucapan yang paling unggul? Rasulullah menjawab:„Yang dipilih Allah swt terhadap para malaikat-Nya dan hamba-Nya adalah ucapan: Subhanallahi wa bihamdihi" (HR. Muslim)

b. Memberatkan amal timbangan

Rasulullah bersabda,

„Ada dua kalimat yang keduanya ringan diucapkan di lidah namun memberatkan timbangan amal dan keduanya disukai oleh Allah, yaitu: Subhanallahi wa bi hamdihi subhanallahil azhim’ (HR. Bukhari dan Muslim).

c. Akan Menghapuskan semua dosa

Rasulullah bersabda,

“Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahi wa bi hamdihi 100 kali, maka Allah akan menghapuskan kesalahannya meskipun kesalahannya itu sebanyak buih dilautan’’ (HR. Bukhari dan Muslim)

d. Punya perkebunan kurma di surga nanti

„’Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanallahil azhimi wa bi hamdihi, maka ditanamkan baginya satu pohon kurma di surga’’(HR. Tirmidzi)

e. Terhindar dari penyakit-penyakit berat

“Suatu kali Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah

SAW dan berkata, „Wahai Rasulullah, ajarkan aku beberapa kalimat (ucapan) yang dengannya Allah memberi manfaat kepadaku, karena sungguh umurku sudah tua dan aku merasa


(37)

29

lemah untuk melakukan apapun’. Lalu Rasulullah SAW berkata

: Adapun untuk duniamu, maka ketika engkau selesai shalat Shubuh, maka ucapkanlah tasbeh sebanyak tiga kali. Jika engkau membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta (lepra), penyakit biasa, lumpuh akibat pendarahan otak

atau stroke.” (HR. Ibnu as-Sunni dan Ahmad).

f. Senjata menghadapi persoalan besar

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, RA bahwa jika Rasulullah SAW menghadapi persoalan penting, maka beliau mengangkat kepalanya ke langit sambil mengucapkan: Subhanallahil azhim, dan jika beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa, maka

beliau mengucapkan: Ya hayyu ya qoyyum”. (HR.Tirmidzi)19

a. Sujud Syukur

Sujud syukur artinya sujud terima kasih karena mendapat nikmat (keuntungan) atau karena terhindar dari bahaya kesusahan yang besar. Sujud syukur hukumnya sunat.

Dari Abu Bakrah, “sesungguhnya apabila datang kepada Nabi Muhammad SAW, sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka,

beliau langsung sujud berterima kasih kepada Allah.” (Riwayat Abu

Daud dan Tirmidzi). 20

19

http://www.akidahislam.com/2016/09/tata-cara-shalat-tasbih-lengkap-dengan.html(diakses

tanggal 17 desember 2016) 20


(38)

30

B. Kajian Teoritik

Teori Interaksionalisme Simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Blummer pada tahun 1937. Meskipun sebenarnya George Herbert Mead (1934) yang paling populer sebagai peletak dasar teori tersebut. Interaksi simbolik di lain pihak, menunjukan adanya proses sosial internal (dalam diri orang) yang berupa penunjukan diri serta penafsiran ,walaupun binatang juga mampu bertindak secara nonsimbolis (sudah tentu seperti manusia juga), namun hanya manusialah yang memilki kemampuan untuk berinteraksi secara simbolis, seorang mansuia akan memberikan responnya kepada tindakan orang lain atas dasar makna

tindakan atau lambang.21

Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi obyek bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan implus, tuntunan budaya atupun tuntunan peran, manusai bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka berdasarkan obyek-obyek di sekeliling mereka.

Menurut teori interaksi symbolik, kehidupan sosisal pada dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka

tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

mengempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran

21

B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi terjemahan oleh Soejono Trimo (Bandung: Remadja Karya, 1986), h. 235


(39)

31

simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam

interaksi soisal.22

Secara ringkas teori Interaksionisme Simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:

a. Individu merespon suatu situasi simbolik, mereka

merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan media yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

b. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna

tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan

melalui penggunaan bahasa, negosiasi itu

dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya dengan obyek fisik, tindakan ataupun peristiwa (bahkan tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu) namun juga gagasan yang abstrak.

c. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah

dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi soosial, perubahan intrepretasi dimungkinkan karena individu dapat

22

Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto, Sunarto, (Yogyakarta: Tiara Wacana Jogja, 2000), h. 14


(40)

32

melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Berbagai kegiatan manusia sebagai makhluk sosial memunculkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Misalnya, kegiatan manusia untuk berdakwah yakni menyampaikan sesuatu ajaran untuk mengajak kebaikan. Untuk menunjukan antara dakwah dengan masyarakat dalam prespektif ini dapat dijelaskan melalui contoh berikut: seorang da’i yang sedang

melakukan aktivitas dakwah change agent dalam mengeluarkan zakat dan

shodaqoh untuk membantu masyarakat pedesaan yang sedang dilanda kelaparan dengan memeberikan pengajian-pengajian dengan menyebut berbagai pahala yang akan didapatkan oleh pembayar zakat dan shodaqoh. Pengajian itu dilakukan dengan menggunkan bahasa simbol komunikasi

dakwah antara change agent dengan clientnya, juga memberikan contoh

untuk orang mengeluarkan zakat dan shodaqoh dan menunjukan dalil-dalil Al-Qur’an dan As- Sunnah. Meski sudah memeberikan penjelasannya amat meyakinkan, namun masyarakat tidak secara otomatis bersedia mengeluarkan zakat dan shodaqoh. Karena manusia bukanlah makhluk

stimulus – respon, melainkan makhlik stimulus – proses – respon.

Masyarakat akan berpikir terlebih dahulu melakukan atau tidak melakukan anjuran tersebut. Mereka akan mengalkulasikan terlebih dahulu, menghitung kondisi keuangannya sendiri cukup atau tidak dan memepertimbangkannya kembali karena dia sendiri mempunyai rencana untuk membiayai suatu kebutuhan rumah tangganya. Kegagalan untuk


(41)

33

membantu orang-orang kelaparan dapat bersifat fatal apabila masyarakat tidak meimiliki dana lebih dari kebutuhan pokok mereka sendiri dan itu

berarati tidak bisa menolong orang-orang yang sedang dilanda kelaparan.23

Dari teori yang telah di paparkan alasan yang mendasari mad’u

untuk meluangkan waktunya mendengar pesan dakwah adalah, dalam prespektif interaksionisme Simboli, dakwah dengan pesan yang dibawahnya dapat mengilhami pikiran anggota masyarakat untuk bertindak dan bersikap tertentu tehadap kejadian atau fenomena yang yang terjadi dalam masyarakat. Prespektif ini berpendapat bahwa manusia itu merupakan makhluk kreatif dan menerjemahkan simbol-simbol yang si terimanya. Anggota masyarakat dapat memberi makna yang berbeda-beda ketika mendengankan dakwah seorang. Ada yang terharu menitikan air mata. Ada yang geram terhadap kemungkaran, terutama terhadap tempat-tempat hiburan malam yang seringkali menjadi sumber kemaksiatan yang lain seperti pelacuran, minuman keras dan perjudian misalnya. Tetapi banyak juga di antara anggota masyarakat yanag tidak peduli terhadap kenyataan sosial tersebut.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai macam skripsi yang terkait dengan penelitian ini khususnya penelitian pada Strategi Dakwah yang pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan di arsip oleh perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya.

23


(42)

34

Diantara skripsi yang pernah ditemukan peneliti yang ada hubunganya dengan penelitian ini adalah:

1. Yang pertama, Strategi Dakwah Ustadz M. Musthofa Mubasyir oleh

Mahasiswa Uin Sunan Ampel Surabaya Yulia Pangestuti, NIM:

B01211034, S1 – Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Pada Tahun

2015 . Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam dan menyuluruh peneliti menggunakan metodologi kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi dan wawancara.

2. Strategi Retorika Ustad Busiri Ramli dalam Tabligh dalam Jam’iyah Istighosah kalam adzim oleh mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya MOCH Syamsul Hadi, NIM: B01304050, S1 - Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Pada Tahun 2009. Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam peneliri menggunakan metodoligi kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah obsevasi partisipan, wawancara dan dokumentasi.


(43)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, di ambil

kesimpulan dan selanjutnya di carikan pemecahan.1 Secara umum

metode penelitian dapat diartikan sesuatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran pada bidang ilmu pengetahuan.

Peran dan fungsi metode yang sangat penting tersebut dapat dilihat pada langkah-langkah yang lazim dilakukan pada tahap penelitian. Persoalan penting yang patut dikedepankan adalam metode penelitian ini adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang dikumpulkan sehinggan hasil akhir penelitian ini mampu menyajikan informasi yang

valid dan reliable.

Dalam studi ini, jenis penelitian yang dipilih adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau melukiskan secara sistematis,

1


(44)

36

faktual, dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat-sifat hubungan antara

fenomena yang diselidiki.2

Sedangkan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi tertentu termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari suatu

fenomena.3

Metode kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data

deskriptif atau lisan di masyarakat bahasa. 4 data yang dimaksud adalah

hasil wawancara mendalam dengan narasumber maupun subjek terkait. Bentuk kongkritnya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang khususnya orang yang berada di daerah sekitar Sembayat seperti mad’u yang berada di sekitar Musholla Ar-Rahman.

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian jenis kualitatif deskriptif adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana

bentuk strategi dakwah K. H. Zainul Arifin terhadap para jama’ah

sekitar Musholla Ar-Rahman, maka metode penelitian yang sesuai adalah metode kualitatif.

2

Moch. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 63 3

Moch. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 55 4

Djajasudarma, T. Fatimah, Metodologi Linguistik Ancangan Metode Penelitian Kajian, (Bandung: Reflika Aditama, 2012),h. 11


(45)

37

2. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha menampilkan secara utuh dan membutuhkan kecermatan dalam pengamatan dan pemaparan sehingga bisa dipahami secara menyeluruh hasil dari penelitian.

3. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, peneliti dituntut untuk terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sesuai dengan bentuk penelitian yang peneliti harapkan.

B. Subyek Penelitian

Penelitian kualitatif, sasaran penelitian yang dianggap sebagai subyek ditempatkan sebagai sumber informasi, yang dari sini peneliti belajar mengenai apa yang diinginkan. Subjek penelitian ini adalah yang akan dimintai keterangan atau orang yang akan diteliti. Jadi yang dimaksud di sini adalah KH. Zainul Arifin selaku Pendakwah sedangkan sebagai di Musholla Ar-Rahman Sembayat, Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Lokasi ini terletak sangat stretegis karena terdapat di daerah yang mudah di jangkau yakni jalur pantura, sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti dakwahnya terutama pada penyampaian strateginya dalam berdakwah.

Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan letak geografis serta hemat dan prakteknya dalam mempergunakan waktu, tenaga, dan biaya.5

5


(46)

38

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian skripsi ini ada 2 yaitu jenis data Primer dan jenis data Skunder.:

1. Jenis Data Primer

Jenis data Primer adalah jenis data yang diperoleh lansung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kali. Dalam penggumpulan data Primer ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan observasi (Pengamatan) dan wawancara. Data Primer ini diperoleh dengan melakukan pengamatan pada kegiatan Sholat Tasbih dan Pengajian KH. Zainul Arifin pada jama’ah Musholla Ar-Rahman Sembayat. Sedangkan wawancara nya, peneliti berdialog seperti biasa dengan KH. Zainul Arifin tentang strategi retorika serta faktor-faktor yang menjadi dasar dia dalam menggunakan strategi itu. Dan kepada para anggota jama’ah Musholla Ar-Rahman, peneliti berdialog tentang bagaimana pendapat mereka tentang Sholat Tasbih dan Pengajian K. H.

Zainul Arifin, dalam kehidupan para jama’ah sehari-hari.6 maksudnya

ialah apakah para jama’ah itu tertarik dengan aktivitas Sholat Tasbih dan Pengajian dia dan apakah materi cerama yang mereka terima itu sudah diterapkan dalam kehidupan sehari seperti orang-oranng yang tingkat menengah kebawah dan lain-lainnya.

6


(47)

39

2. Jenis Data Skunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung penelitian, data ini berupa kajian pustaka atau teori-teori yang bekaitan dengan obyek penelitian yang mendukungnya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh. Sedangkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut, sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.7

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman dan pengambilan foto. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Jika peneliti merupakan pengamat tak diketahui pada tempat-tempat umum, sedangkan bertanya akan terbatas

7


(48)

40

sekali, jika peneliti menjadi pengamat berperanserta pada suatu latar penelitian tertentu, kegiatan tersebut akan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya tergantung pada suasana dan keadaan yang dihadapi.

Pada dasarnya, ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh semua orang, namun pada penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Perumusan masalah yang baik akan membatasi studi. Membatasi studi disini sebenarnya adalah membatasi kata-kata dan tindakan yang akan dijaring dari orang-orang yang menjadi subyek penelitian. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan wawancara dengan beberapa informan yang ada dengan penyaringan kata-kata atau jawaban dari wawancara peneliti dengan informan, sehingga yang dimuat dalam laporan hanya yang relavan atau yang penting-penting saja.

b. Sumber data tertulis

Sumber data tertulis merupakan sumber kedua dari kata-kata dan tindakan, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Buku dan karya ilmiah lainnya sangat berharga bagi peneliti, guna menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat tempat


(49)

41

penelitian dilakukan, begitu juga dengan arsip dan dokumen pribadi

atau dokumen resmi.8

c. Foto

Sekarang ini foto sudah banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif, karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan dalam foto yang biasanya, apabila diambil secara sengaja, sikap dan keadaan dalam foto menjadi sesuatu yang sudah dipoles sehingga tidak menggambarkan sesuatu sebenarnya.

Pengambilan foto sebaiknya dalam keadaan tidak dibuat-buat.9

Untuk memperoleh sumber data dalam penelitian ini didapat dari hasil dokumentasi, wawancara dan observasi kepada K. H. Zainul Arifin.

8

ibid, h. 159 9


(50)

42

D. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan dalam menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan ( Tanggal 16 September 2016 dan 30

September 2016).

Tahap pra-lapangan adalah langkah-langkah yang dirancang dan dilaksanakan penulis dalam melaksanakan pengamatan sekilas sebelum penelitian mendapat surat izin dari pejabat berwenang. Tahapan atau langkah-langkah yang ditempuh

sebelum terjun langsung ke lapangan sebagai berikut10 :

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Rancangan suatu penelitian biasanya dinamakan usulan penelitian. Dalam menyusun rancangan penelitian ini, peneliti mula-mula memikirkan tema penelitian yang cocok dan menarik yang disesuaikan dengan fenomena sosial dan agama pada dakwah yang ada dilingkungan masyarakat. Setelah mendapatkan tema yang menarik, kemudian peneliti mengajukan usulan judul skripsi lengkap dengan sistematika rancangan penelitian ke Kantor Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang menilai dan memilah apakah judul penelitian yang sedang diajukan sudah pernah diteliti dan relevan dengan konsentrasi yang dipilih atau

10


(51)

43

tidak. Baru kemudian setelah diperiksa dan mendapatkan persetujuan dari kepala jurusan, judul skripsi disahkan menjadi judul penelitian skripsi.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam menentukan atau memilih lapangan adalah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Hal ini berfungsi untuk melihat apakah terdapat relevansi dengan kenyataan yang ada di lapangan. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam memilih lapangan penelitian adalah pertimbangan geografis dan praktis. Pertimbangan geografis misalnya jarak lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti berimplikasi pada pertimbangan praktis yaitu, dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.

c. Memilih Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

belakang.11 Selanjutnya informan bermanfaat bagi peneliti

agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang terjaring. Informan dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu

11


(52)

44

key informan dan informan pelengkap. Key informan pada penelitian ini adalah KH. Zainul Arifin.

d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Setelah data yang diinginkan tercapai semua maka hal

yang selanjutnya dilakukan adalah menyiapkan

perlengkapan penelitian. Perlengkapan penelitian ini adalah alat-alat yang diperlukan untuk melakukan penelitian, perlengkapan yang perlu peneliti siapkan diantaranya adalah handphone, kamera, bolpoin, buku catatan, alat perekam dan sebagainya.

e. Persoalan Etika Penelitian

Hal yang perlu diperhatikan adalah tentang etika penelitian. Peneliti hendaknya memiliki etika dalam penelitian, khususnya pada saat interaksi dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini peneliti senantiasa bersikap sopan.

2. Tahapan Pekerjaan Lapangan (14 Oktober 2016 dan 28

Oktober 2016)

Setelah mempersiapkan segala hal yang terkait dengan persiapan pada tahap lapangan, selanjutnya peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut dibawah ini:


(53)

45

Untuk dapat memahami latar penelitian, peneliti meminta keterangan terkait dengan sasaran penelitian dan memulai mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental serta mencoba untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebiasaan, juga menjalin hubungan yang baik dengan obyek sasaran.

b. Memasuki Lapangan

Untuk memasuki lapangan yakni mengikuti aktifitas KH. Zainul Arifin serta dibutuhkan beberapa teknik untuk membatasi latar yang akan diteliti dan mempersiapkan diri dalam meneliti subyek penelitian. Teknik tersebut adalah: persiapan mental, memilih informan dengan memperhatikan petunjuk dari

informan terdahulu agar lebih terarah dalam

memperoleh data yang dibutuhkan, menggunakan teknik wawancara mendalam mengenai data yang deperlukan dengan K. H. Zainul Arifin.

c. Pengumpulan Data

Pencarian data di lapangan dengan menggunakan alat pengumpul data yang sudah disediakan secara tertullis ataupun tanpa alat yang hanya merupakan angan-angan tentang sesuatu hal yang akan dicari dilapangan. Pengumpulan data dimulai sejak memasuki latar penelitian


(54)

46

dengan melakukan pengarahan batas studi, mencatat data yang diperoleh dari KH. Zainul Arifin, maupun para

anggota jama’ah Musholla Ar-Rahman Sembayat.

d. Tahap Analisis

Berikut adalah kegiatan yang peneliti lakukan dalam tahap ini:

1. Pengumpulan data, yang diperoleh melalui wawancara,

observasi serta catatan lapangan selama penelitian berlangsung. Kemudian data-data tersebut disusun secara naratif dan sistematis dan dikelompokkan sesuai dengan kriterianya masing-masing.

2. Menyusun data sesuai dengan kategori-kategori yang

sesuai dengan masalah penelitian.

e. Penulisan Laporan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan hasil penelitian yang sesuai dengan buku panduan skripsi Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan sesuai dengan arahan dosen pembimbing.

2. Penyimpulan penelitian.


(55)

47

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka penggumpulan data maka peneliti

menggunakan tehnik penggumpulan data sebagai berikut dibawah ini:

1. Observasi

Dalam pelaksanaan observasi partisipan ini maka penulis terjun langsung kelapangan dengan melibatkan diri langsung pada aktifitas Sholat Sunnah dan Ceramah di Musholla Musholla Ar-Rahman Kelurahan Sembayat. jadi selain penulis juga sebagai anggota jama’ah, sehingga hal ini dapat mempermudah proses pengamatan yang terhindar dari masa kecurigaan dari mereka. Dengan demikian kegiatan yang mereka lakukan masih orsinil dan tidak di buat-buat, akhirnya data dapat dijamin

keabsahanya.12Jadi dalam pelaksanaan observasi ini penulis

melibatkan diri secara langsung dalam aktivitas subjek dengan mengikuti kegiatan Sholat Sunnah dan Ceramah yang dipimpin langsung oleh KH. Zainul Arifin.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau orang yang diwawancarai.

12


(56)

48

Menurut Paton, ia membagi cara wawancara menjadi tiga, dua diantaranya:

1) Wawancara pembacaan informal

Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat

bergantung pada pewawancara itu sendiri.13 hubungan

pewawancara dan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari saja. Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik wawancara guna mencari informasi dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan biografi KH. Zainul Arifin.

2) Wawancara baku terbuka

Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku, urutan pertanyaan, kata-katanya dengan cara penyampainnya pun sama untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang terjadi antara seorang terwawancara dengan yang lainnya.

Jenis wawancara ini digunakan sebagai alternatif lain dari kedua jenis wawancara di atas. Dengan jenis ini dapat diperoleh informasi tentang strategi dakwah KH. Zainul Arifin.

13


(57)

49

3. Dokumentasi

Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film.14 Jadi,

selain menggunakan kedua teknik di atas, penelitian ini juga menggunakan teknik atau model dokument asi sebagai penunjangnya, yaitu dengan cara mencari data-data dari arsip-arsip, dokumen, foto, rekaman radio dan data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Seperti mengambil foto saat pengajian berjalan untuk memperkuat dokumentasi penelian, dan bukti aktifitas

dakwah oleh KH. Zainul Arifin, beserta dokumentasi para jama’ah

untuk membuktikan bahwa jama’ah dia tidaklah sedikit dan

bermacam-macam dari jama’ah yang tua sampai para remaja.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui teknik pengumpulan data tersebut, peneliti ini memasuki tahap analisis data. Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisi deskriptif, yakni data yang dikumpulkan adala berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci

terhadap apa yang sudah diteliti. 15 Analisis data merupakan bagian

yang amat penting di dalam metode ilmiah, karena dengan analisis

14

Ibid, h. 216 15


(58)

50

sebuah data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Data-data atau informasi yang tekumpul dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan yang berkenaan dengan strategi dakwah KH. Zainul Arifin setelah dibuat catatan lapangan, kemudian langsung diketik atau ditulis dengan rapi, terperinci, serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Oleh karena itu data tersebut harus dianalisis dan direduksi sejak dikumpulkannya data-data yang diperoleh, yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, kemudian direlevansikan. Hal ini untuk memberikan deskripsi yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya, jika sewaktu-waktu diperlukan.

2. Kategori Data

Setelah data terkumpul dan diketik dengan rapi maka selanjutnya data-data yang diperoleh dikategorisasikan, maksudnya adalah menyusun atau memilah-milah setiap satuan kedalam bagian bagian yang memiliki kesamaan.


(59)

51

Data itu harus dapat memberikan deskripsi secara holistic tentang dakwah KH. Zainul Arifin Oleh sebab itu, diperlukan display data dengan bentuk rekaman siaran dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai dan tidak kerepotan dengan setumpuk data yang diperoleh tersebut.

G. Teknik Keabsahan Data

Pada setiap penelitian manapun tentu tidak menutup

kemungkinan

terjadian pemalsuan data oleh infoman untuk menutupi

kekurangannya. Untuk

itu perlu digunakan teknik keabsahan data dalam rangka untuk menguji

kembali data yang dianggap lemah.

Ada beberapa definisi tentang validitas diantaranya

menurut Frankel dikatakan bahwa “ validitas menujukan kesamaan, pengertian maupun penggunaan masing-masing peneliti yang berbeda dalam mengumpulkan data. Sedangkan batasan validitas menurut Sugiyono dikatakan bahwa “validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti”. Jadi dari kedua pendapat itu jelas


(60)

52

batasan validitas adalah berkenaan dengan ketepatan antara data

objek sebenarnya dengan penelitian.16

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif untuk memerikasa kevaliditasan data yang dikumpulkan peneliti. Dan teknik yang digunakan peneliti adalah:

1. Perpanjang pengamatan / keikutsertaan

Perpanjangan pengamatan artinya peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, melakukan wawancara dengan sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru ditemui.

Peneliti akan mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini meru pakan data yang sudah benar atau tidak.

Dengan perpanjangan pengamatan ini, hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk dan semakin karab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Oleh karena itu peneliti memperpanjang keikutsertaan selama satu bulan.

2. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan

Poin ini masih berkaitan dengan poin nomer satu, bahwasanya dalam meningktan ketekunan pengamatan, peneliti akan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

16

http://skripsi mahasiswa.blogspot.co./2009/11/validitas-dan-realibitas-peneliti.html.diakses pada 16 Desember 2016 pikul: 11.30)


(61)

53

berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan

pengamatan, peneliti dapat mengecek kembali, serta

mendiskripsi data secara akurat dan sitematis.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah pengujian kredibilitas dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untung kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi terdiri atas:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber merupakan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui dari beberapa sumber.17 Adapun cara

yang ditempuh peneliti adalah membandingkan data yang disampaikan di sepan umum dengan data yang disampaikan

secara pribadi. Membandingkan pendengar mad’u atau

narasumber sekunder dengan informasi yang diperoleh dari KH. Zainul Arifin, serta membandingkan hasil wawancara dengan data dari dokumen.

b. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkaitan dengan keefektifan waktu. Peneliti akan mengumpulkan data dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar dan belum

17


(62)

54

banyak masalah akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel.

4. Triangulasi antar pribadi

Teknik ini dilakukan dengan car meng-expose hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi degan rekan-rekan sejawat.


(63)

55

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Setting Penelitian

1. Biografi KH. Zainul Arifin

Gambar: 4.1

KH. Zainul Arifin, di daerah Gresik siapa yang tidak kenal dengan

sosok KH. Zainul Arifin?. Sikap dia yang ramah, santun dan tawadlu’

(rendah hati). Dia merupakan salah satu tokoh masyarakat dan juga pengurus Pondok Pesantren Mambaus Sholihin yang terletak di Desa Suci


(64)

56

Kecamatan Manyar. Sejak muda dia sudah menggeluti dunia belajar mengajar dan berdakwah ini. Dia terpanggil hatinya untuk mengajak masyarakat, mendakwahkan agama tanpa pamrih, mengenalkan aqidah dan syari’ah Islam melalui kegiatan yang mendekatkan umat kepada Allah SWT.

KH. Zainul Arifin atau yang sering dikenal sebagai “Yai Arifin” lahir di Ujung Pangkah Gresik pada tanggal 18 November 1953 ini merupakan anak pertama dari 9 bersaudara. Dia mempunyai 4 saudara perempuan dan 5 saudara laki-laki dari ayah yang bernama Bapak Masyhar dan Ibu Asfila.

Dia menempuh ilmu pendidikan dari mulai tingkatan SR (Sekolah Rakyat) yang stara dengan tingkatan SD kelas 1-6 di Ujung Pangkah, kemudian melanjutkan ke SMP 8 Surabaya Bunguran, namun dia disana tidak lama, ayah dia menyuruh untuk kembali karena khawatir dengan kehidupan di kota. Kemudian sang ayah menyarankan sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama) Madrasah Al-Muniroh yang setara dengan MA, kemudian dia melanjutkan ke Pondok Pesantren Langitan.

Kemudian dia juga pernah mengajar di MI dan MTS Desa Ketapang Ujung Pangkah. Pada Tahun 1977 dia di tarik oleh Habib Husain Al-Hafsih, di utus oleh Kiyai Faqih Langitan untuk ke Pondok Pesantren Yapi Bangil, bersama dengan teman-teman dari Langitan banyak. Pada tahun 1981 dia di tarik oleh Kiyai Bukhin (kyai Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci), namun nama pondok waktu itu belum


(65)

57

Mambaus Sholihin namun At- Tohiriyah. Setelah nama pondok di rubah oleh Yai Utsman Al-Ishaqi R.a menjadi Mambaus Sholihin. Disana dia mengajar dari tahun1982 sampai sekarang. Pada tahun 1983 - 1997 dia

juga mengajar di YASMU Manyar.1

Gambar: 4.2

Awal mula dia berdakwah dari rumah ke rumah dengan mad’u yang berpakaian apa adanya, karena waktu itu banyak masyarakat desa yang belum begitu memahami tentang agama, bahkan sebelum dia berdakwah di masjid, dakwah nya di mulai dari rumah ke rumah.

Dia pertama kali khutbah jum’at pada tahun 1983 di Desa Suci hingga sekarang. Dan juga sering kali dia mengisi khutbah jum’at di berbagai desa seperti: Perumahan Dinari, Ndahan, dan Bunder Asri. Dan

1


(66)

58

juga biasanya dia mengisi pengajian di Desa Sidayu, Raci Tengah dan Sembayat dari tahun 1983 hingga sekarang.

Dia berdakwah mulai dari belum menikah pada tahun 1971 hingga

sekarang. Materi dakwah yang dia sampaikan tentunya dari Al-Qur’an dan

Hadis dengan mengaji kitab tasawuf, syari’at, fiqh, dan cerita tentang wali-wali (manaqib). Selain bergelut dengan dunia dakwah dia juga sampai saat ini masih aktif mengajar di MA dan MTS namun tidak produktif seperti dulu, saat ini dia hanya mengajar Akhlak, Tauhid dan Faro’id.

B. Penyajian Data

Gambar: 4.3

Keberhasilan dakwah itu mungkin tidak lepas dari bagaimana sang da’i dalam menggunakan strategi yang dikuasai demi kelancaran


(1)

76

Jadi strategi dakwah yang digunakan oleh KH. Zainul Arifin adalah:

1. KH. Zainul Arifin memulai dakwah dengan menggunakan sholat tasbih dan sholat hajat dan dilanjutkan dengan berdakwah.

2. Mencari materi berhubungan dengan kehidupan sehari-sehari masyarakat sekitar.

3. Menggunakan bahasa lokal (jawa) agar mudah dipahami oleh jama’ah atau mad’u yang mengikuti kegiatan tersebut.


(2)

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Azas-azas Strategi Dakwah yang digunakan oleh KH. Zainul Arifin meliputi :

a. Azas Filosofis (penyusunan tujuan dan target serta pengukuran kemampuan dan kahlian yang dimiliki) Azas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktifitas dakwahnya.

b. Azas Sosiologis (membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah)

c. Azas Psikologis (membahas masalah yang erat dengan kondisi psikis dan kejiwaan manusia) azas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiawaan manusia.

d. Azas Efektifitas dan Efisiensi waktu (azas ini maksudnya adalah di dalam efektivitas dakwah harus menseimbangkan antara biaya, waktu, tempat dan keadaan).

Jadi strategi dakwah yang digunakan KH. Zainul Arifin adalah:

1. KH. Zainul Arifin memulai dakwah dengan menggunakan sholat tasbih dan sholat hajat dan dilanjutkan dengan berdakwah.


(3)

78

3. Menggunakan bahasa lokal (jawa) agar mudah dipahami oleh jama’ah atau mad’u yang mengikuti kegiatan tersebut.

Saran : setelah kajian yang dilakukan, penyusun merekomondasikan pada mahasiswa, umumnya mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam yang nantinya akan membaca dan menelusuri skripsi ini untuk melanjutkan kajian lanjutan terhadap masalah yang peneliti kaji, tetapi tentunya dengan fokus masalah dan analisa yang berbeda


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Syihab, Alwi, Islam Inklusif, (bandung: Penerbit Mizan, 1998) Sunarto, A. Etika Dakwah, (Surabaya: Jaudar Press, 2015)

Syafi’i Ahmad, Membumikan Islam, (Surabaya: Dakwah Press, 2009) Bisri, Hasan, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Dakwah Press, 2009)

Aziz , Moh. Ali, Ilmu Dakwah, (Surabaya: Prenada Media Group, 2012)

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (surabaya:Al ikhlas,1983) Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)

Uchana, Efendy Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Cangara, Hafed, Pengantar Ilmu Komunikasi ,(Jakarta:penerbit rajawali pers), Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2012)

Arikunto, Suharsimi, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group, 2012)

Moeleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D.(Bandung: Alvabeta, Cet-17, 2012)


(5)

Kusniaawan, Aep Komunikasi Penyerian Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004)

Muriah, Siti Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000)

Muchtarom, Zaini Dasar-dasar Manajemen Dakwah

Halim, A. Strategi Dakwah yang Teravaikan dalam Jurnal Ilmu Dakwah (Surabaya, Fakultas Dakwah Iain Sunan Ampel, 2002)

Tualeka, Hamka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya: alpha, 2005 Aziz , Moh. Ali 60 menit terapi sholat Bahagia, (Surabaya: PT.Duta Aksara

Mulia, 2014),

Rasjil, Sulaiman Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013),

Aubrey,Fisher, B Teori-teori Komunikasi terjemahan oleh Soejono Trimo (Bandung: Remadja Karya, 1986),

Asa, Berger, Artur Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, terjemahan oleh M. Dwi Mariyanto, Sunarto, (Yogyakarta: Tiara Wacana Jogja, 2000),

Nasir, Moch Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005

T, Fatimah, Djajasudarma, Metodologi Linguistik Ancangan Metode Penelitian Kajian, (Bandung: Reflika Aditama, 2012)

J, Moleong, Lexy , Metodologi Penelitian Kualitatif

Bachtiar Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Perpus Nasional, 1997),


(6)

Sugiyono, Metode Penelitian kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010)

Non Buku

http://skripsi

mahasiswa.blogspot.com/2009/11/validitas-dan-reabilitas-penelitian.html

http://sofiswa.blogspot.co.id/2011/12/hakekat-materi-metode-teknik-media-dan.html.

http://skripsi

mahasiswa.blogspot.co./2009/11/validitas-dan-realibitas-peneliti.html.diakses pada 16 Desember 2016 pikul: 11.30)

https://cahayawahyu.wordpress.com/life/motivation-2/dan-sebaik-baik-manusia-adalah-orang-yang-paling-bermanfaat-bagi-orang-lain/

Wawancara dengan KH. Zainul Arifin, Pada Tanggal 10 Desember 2016 Observasi yang peneliti ikuti pada hari jum’at, 14 Oktober 2016