Pengaruh pemahaman materi Aqidah Akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI: studi kasus di SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ANDINI ZAHRA ADYSTIA D71213080

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

APRIL 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ABSTRAK

Andini Zahra Adystia, D71213080, 2017. Pengaruh Pemahan Meteri Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5

Surabaya.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi di lapangan karena masih banyak perilaku siswa yang tidak mencerminkan akhlak yang baik, bagaimana hal ini menjadikan tanda tanya besar bagi orang tua siswa, guru, dan masyarakat.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemahaman siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya terhadap materi aqidah akhlak ? (2) Bagaimana perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya? (3) Apakah ada pengaruh antara pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya?.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, interview, angket dan dokumentasi. Peneliti mencoba menjawab dengan metode analisa deskriptif, penjabaran hasil data dihitung dengan nilai frekuensi prosentasi relatif. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemahamn materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya digunakan rumus korelasi product moment dan hasilnya diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemahaman materi aqidah akhlak siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya dalam kategori baik. Perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya dalam kategori cukup baik. Dan pemahaman materi aqidah akhlak memiliki pengaruh terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya, dibuktikan dari hasil rxy > r tabel. Sehingga (Ha) diterima. Dan dinyatakan ada pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya. Dan dari hasil penelitian “rxy” berada pada interpretasi “cukup”. Sehingga Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya adalah adalam kategori cukup.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Hipotesis Penelitian ... 10

G. Batasan Masalah ... 11

H. Definisi Operasional ... 12


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pemahaman Materi Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pemahaman ... 19

2. Pengertian Aqidah Akhlak ... 21

3. Penjelasan Singkat Materi Ajar Aqidah Akhlak ... 26

B. Tinjauan Tentang Perilaku Perilaku Siswa 1. Pengertian Perilaku ... 35

2. Pengertian Siswa ... 36

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 37

C. Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 45

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak Geografis SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 59


(9)

3. Visi dan Misi SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 61 4. Profil Sekolah SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 62 5. Struktur Organisasi SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 63 6. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Wachid Hasyim 5

Surabaya ... 64 7. Keadaan Siswa SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 70 8. Rekap Nilai Aqidah Akhlak Kelas XI SMA Wachid

Hasyim 5 Surabaya ... 71 B. Penyajian Data

1. Data Pemahaman Materi Aqidah Akhlak terhadap Siswa

Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 76 2. Data Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5

Surabaya di Sekolah. ... 78 C. Anaisis Data

1. Data Pemahaman Materi Aqidah Akhlak terhadap Siswa

Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 83 2. Data Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5

Surabaya di Sekolah. ... 84 3. Data Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak

Terhadap Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ... 85

BAB V PENUTUP


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Saran ... 94


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 ... 58

4.1 ... 62

4.2 ... 63

4.3 ... 64

4.4 ... 67

4.5 ... 70

4.6 ... 71

4.7 ... 75

4.8 ... 75

4.9 ... 76

4.10 ... 78

4.11 ... 79

4.12 ... 81

4.13 ... 86

4.14 ... 91


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman sekarang pergaulan para siswa sangatlah bebas. Dimana para orang tua menjadi khawatir terhadap perilaku anak – anaknya terutama saat di luar pengawasan. Karena kekhawatiran inilah para orang tua memilih sekolah yang bernuansa agamis. Di sekolah tersebut anak – anak mereka akan diberi materi keagamaan dalam seminggu lebih dari satu kali jam pelajaran. Namun meskipun begitu tidak sedikit kasus tindak kriminal datang dari siswa – siswi yang mengenyam pendidikan di sekolah agamis.

Sekolah agamis yakni salah satunya sekolah islam, yang mana dalam pelajaran agama islam dipecah menjadi empat mata pelajaran, yakni Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih dan Al-qur’an Hadist. Di dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq para siswa di ajarkan untuk bersikap baik dimana setiap keadaan ada tata caranya. Lalu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, para siswa di ajarkan untuk mengambil hikmah dari kisah – kisah terdahulu dan belajar untuk terus melakukan dan melestarikan kebudayaan islam. Lalu untuk mata pelajaran Fiqih para siswa di ajarkan melakukan hal yang halal dan menjauhi hal yang haram. Dan mata pelajaran Al-qur’an Hadist disini para siswa di ajarkan membaca Al-qur’an dengan benar dan para siswa


(13)

dapat mengetahui dalil – dalil yang mempertegas perintah dan larangan dari Allah swt.

Setiap sekolah mengajarkan pada siswa – siswinya hal – hal yang baik melalui materi ajar, contoh sikap para guru dan kegiatan – kegiatan yang menumbuhkan rasa tanggung jawab, berbagi dengan sesama dan beberapa hal yang memiliki tujuan demi terbentuknya akhlak mahmudah para siswa. Seperti yang kita ketahui bahwasannya nabi Muhammad juga telah di utus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Akhlak mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji, dapat disebut juga dengan akhlak fadhilah (utama). Sedangkan Al – Ghazali menggunakan istilah munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat – sifat yang baik. Dalam berusaha manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas – malasan, tidak menunggu, tetapi segera mengambil keputusan.1

Untuk memperoleh ketetapan dan kepastian yang baik dan yang buruk, tidak mungkin dapat ditemukan selama hanya didapatkan dari kesimpulan manusia. Namun dalam islam apa yang disebut baik dan buruk mendapatkan kepastian yang mutlak. Apabila dari segi agama telah dinyatakan baik, maka pastilah kebaikannya, begitu juga sebaliknya, apabila dinyatakan tidak baik dari


(14)

segi agama, maka sudah dapat dipastikan keburukannya2. Dalam al – Qur’an Allah swt. Berfirman:

ٌﺔﺴﺴ ﺴﺣ

ُﻬﺸـِ ُ ﺸنِإ ﺴو ﺳةﺴﺪﱠﺴ ُ ﺳﺗوُﺮُـ ِﰲ ﺸُ ﺸـُ ﺸﻮﺴﺴو ُتﺸﻮﺴﺸﺒ ُ ُ ﺸِرﺸﺪُ ﺒﻮُﻮُ ﺴ ﺎﺴﺴﺸـﺴأ

ﱞ ُ ﺸ ُ ۚ ﺴكِﺪﺸِﻋ ﺸ ِ ِِﺬٰﺴ ﺒﻮُﻮُﺴـ ٌﺔﺴﺌِﺷﺴ ﺸُﻬﺸـِ ُ ﺸنِإﺴو ِﱠﻪﺒ ِﺪﺸِﻋ ﺸ ِ ِِﺬٰﺴ ﺒﻮُﻮُﺴـ

٧٨ ﺎ ًﺜِﺪﺴﺣ

ﺴنﻮُﻬﺴﺸﺴـ ﺴنوُدﺎﺴﺴ ﺴﻻ ِمﺸﻮﺴﺸﺒ ِء ﺴﻻُﺆٰﺴ ِلﺎﺴﺴ ِﱠﻪﺒ ِﺪﺸِﻋ ﺸ ِ

3

ۚ ﺴ ِ ﺸﺴـ ﺸ ِﺴ ﺳﺔﺴﺌِﺷﺴ ﺸ ِ ﺴ ﺴﺎﺴ ﺴأ ﺎﺴﺴو ِﱠﻪﺒ ﺴ ِﺴ ﺳﺔﺴﺴ ﺴﺣ ﺸ ِ ﺴ ﺴﺎﺴ ﺴأ ﺎﺴ

٧٩ ﺒًﺪ ِﻬﺴ ِﱠﻪِﺎ ٰﻰﺴﺴﺴو ۚ ًﻻﻮُ ﺴر ِسﺎﱠِ ﺴكﺎﺴﺸﺴ ﺸرﺴأﺴو

4

Artinya:

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?(78).

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi (79).5

Ayat di atas telah memberikan pedoman bagi ummat manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar tidak tersesat. Diperlihatkan yang baik dan yang buruk, agar manusia dapat memilih sendiri dengan akal pikirannya.

2 Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf (Sidoarjo: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.32 3 QS. An – Nisa’ ayat 78

4 QS. An – Nisa’ ayat 79


(15)

Ditunjukkan apa yang membawa kebaikan dan diperlihatkan apa yang mengakibatkan keburukan dan kejahatan.6

Ada beberapa definisi ilmu akhlak menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:

1. Menurut Al Mas’udi7 dalam kitabnya Tafsir Khallaqi fi Ilmi al Akhlaq bahwa ilmu akhlak adalah: kaidah – kaidah yang dipergunakan untuk mengetahui kabikan hati dan panca indra. 2. Menurut Ahmad Amin dalam kitabnya al – Akhlaq memberikan

pengertian Ilmu Akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilaksanakan sebagian orang kepada oranglain, tujuan yang hendak dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan yang seharusnya diperbuat.

Dari 2 definisi ilmu akhlak diatas, pada dasarnya mempunyai arti yang sama meskipun berlainan redaksi. Berangkat dari pengertian di atas, lalu apa yang membedakan antara ilmu akhlak dan etika, moral, budi perkerti (pendidikan karakter). Untuk mempertegas pengertiannya, setidaknya dapat dilacak dari dua hal yakni, dari aspek historitas dan sumber nilai yang dijadikan dasar dari masing- masing ilmu tersebut. Karena kalau melihat dari aspek objek kajian, maka sebenarnya tidak ada perbedaan antara ilmu akhlak, etika, moral,

6 Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, Ibid. h.33


(16)

karakter dan budi pekerti, sebab semua ilmu itu meletakkan kajiannya pada perilaku,tingkah laku, atau perbuatan manusia.8

Kajian – kajian ke – Islaman sudah menunjukkan dengan jelas bahwa keberadaan wahyu bersifat mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral dan susila sifatnya terbatas dan dapat diubah. Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam al – Qur’an dan as – Sunnah itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai”. Jika Al – Qur’an misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada ibu dan bapak, menghormati sesama muslimin, dan menyuruh menutup aurat, maka suruhan tersebut belum disertai dengan cara – cara, sarana, bentuk dan lainnya. Cara – cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam Al – Qur’an dan Hadist itu memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama dari waktu ke waktu.

Hasil pemikiran akal pikiran manusia jelas diperlukan dan kesepakatan masyarakat untuk menggunakannya. Jika demikian adanya maka ketentuan baik – buruk yang terdapat dalam etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat dgunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam al – Qur’an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral, dan susila, ketentuan akhlak yang terdapat dalam al – Qur’an dan Hadist akan sulit dilaksanakan9.

8 Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf (Sidoarjo: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.6


(17)

Maka sangat pentinglah bagi para siswa menerima pembelajaran aqidah akhlak yang didalamnya menjelaskan mengenai tatacara bertingkah laku yang baik sebagaimana mestinya menjadi seseorang yang berbudi pekerti terutama menjadi muslim dan muslimah. Dan materi Aqidah Akhlak ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada peserta didik akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dan juga memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan sekitar.

Aqidah akhlak juga bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam10, dengan demikian para siswa tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

Meskipun materi aqidah akhlak telah diajarkan, tidak sedikit dari mereka masih memiliki sikap yang jauh dari akhlak mahmudah atau akhlak yang baik. Dari sinilah saya menganggap hal ini sangat menarik untuk diteliti. Apakah karena tidak memahami atau karena mereka memahami hanya setengah – setengah? Atau bagaimana?.


(18)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya dalam materi aqidah akhlak?

2. Bagaimana perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya di sekolah?

3. Bagaimana pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Bertujuan untuk mengetahui pemahaman materi aqidah akhlaq siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

2. Bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya di sekolah.

3. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sarana studi saya tentang pemahaman siswa terhadap materi Aqidah Akhlak khususnya di SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

2. Sebagai sarana studi saya tentang perilaku siswa khususnya kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.


(19)

3. Sebagai sarana untuk uji hipotesis tentang adanya pengaruh pemahaman materi Aqidah Akhlak terhadap perilaku siswa khususnya kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

E. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari dari kegiatan peniruan / plagiasi penemuan dalam memecahkan sebuah permasalahan, maka disini saya akan memaparkan beberapa karya ilmiah yang mempunyai ranah pembahasan yang sama dengan pembahasan yang akan saya sampaikan didalam skripsi yang sedang saya rencanakan ini. Dan karya – karya tersebut nantinya juga menjadi bahan telaah saya dalam menyusun skripsi yang sedang saya rencanakan ini. Karya – karya ilmiah itu diantaranya adalah:

1. Skripsi yang berjudul : “ PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI SHALAT FARDHU BERJAMA’AH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MANTUP LAMONGAN

” Karya ini ditulis oleh Abidatul Choiro, bersama dengan bapak dosen pembimbing; M.Nawawi. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5874. 2. Skripsi yang berjudul : “ IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQIH

DALAM MENINGKATKAN EQ DAN SQ SISWA KELAS VIII A DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SURABAYA ” Karya ini ditulis oleh


(20)

Ririn Choirun Nisa, bersama dengan bapak dosen pembimbing; Mochamad Tolchah. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5706.

3. Skripsi yang berjudul : “ PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS IV DI MINU WALI SONGO SUMBERJO BOJONEGORO ” Karya ini ditulis oleh Lutfi Alfiyatin, bersama dengan bapak dosen pembimbing; Sutikno. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5875.

4. Skripsi yang berjudul : “ KORELASI ANTARA HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK DENGAN PERILAKU SISWA KELAS IX DI MTS. DARUSSALAM SIDODADI TAMAN SIDOARJO ” Karya ini ditulis oleh Miftakhul Khusna, bersama dengan bapak dosen pembimbing; Syamsudin. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5653.

5. Skripsi yang berjudul : “IMPLEMENTASI PENANAMAN PERILAKU KEAGAMAAN MELALUI TELADAN KEBAIKAN DI SMP ISLAM TERPADU AL-KAHFI TARIK-SIDOARJO” Karya ini ditulis oleh Neneng Dwi Cahyanti, bersama dengan bapak dosen pembimbing; Yahya


(21)

Aziz. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5130.

6. Skripsi yang berjudul : “ IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DALAM MENANAMKAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI SD KYAI IBRAHIM SURABAYA ” Karya ini ditulis oleh Anita Fauziyah, bersama dengan bapak dosen pembimbing; Syaifuddin. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan di digital library uinsby dengan URI : http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/5132

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.11

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(22)

1. Hipotesis Kerja atau hipotesis Alternatif (Ha)

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variabel). Jadi hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah : Pemahaman materi aqidah akhlak mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil (Ho)

Yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan Y (Independent dan Dependent Variable). Jadi hipotesis nol dalam penelitian ini adalah: Pemahaman materi aqidah akhlak tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya.

G. Batasan Masalah

Dalam skripsi yang sedang saya rencanakan ini. Saya beri judul : Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya. Sesuai dengan judul, saya akan membahas tentang bagaimana pemahaman siswa terhadap suatu mata pelajaran khususnya mata pelajaran aqidah akhlak. Yang mana setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda.

Selanjutnya, dari pemahaman para siswa khususnya yang saya teliti yakni siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya, mereka akan berprilaku


(23)

sesuai dengan apa yang meraka tahu, apa yang mereka pahami dan apa yang mereka anggap benar.

Dengan begitu, saya hanya membatasi tentang materi aqidah akhlak yang diajarkan, pemahaman siswa dan perilaku siswa di sekolah. Karena tidak memungkinkan bila saya harus meneliti perilaku mereka di rumah atau tempat – tempat lain yang biasa mereka kunjungi.

H. Definisi Operasional

Agar pembahasan lebih fokus dan mengarah kepada sasaran pembahasan, maka dalam defenisi operasional saya paparkan beberapa kata kunci sesuai dengan judul yang ada, yakni: Pengaruh, Pemahaman, Aqidah Akhlaq dan Perilaku.

1. Pengaruh : Pengertian Pengaruh Menurut Wiryanto. Pengaruh merupakan tokoh formal maupun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.” Sementara itu, Surakhmad menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya.


(24)

Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apapun yang ada di sekitarnya. Jadi, pengaruh adalah hasil dari sikap yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dikarenakan seseorang atau kelompok tersebut telah melakukan dan menjalankan kewajibannya terhadap pihak yang memintanya untuk menjalankan kewajiban tersebut. Oleh karena itu, kekuasaan dan pengaruh mempunyai hubungan yang sangat erat. Yaitu apabila seseorang mempunyai kekuasaan maka dia dapat mempengaruhi pihak lain untuk menjalankan kehendaknya, seperti apa yang diinginkan oleh “penguasa” tersebut dan “pengaruh” apa yang mungkin timbul.12

2. Pemahaman : Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.1 3

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar1 4

. Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah

12

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-pengaruh-menurut-para-ahli.html. Diakses pada tanggal 15 Desember 2016

13 Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), h.109

14 Amran YS Chaniago. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Cet. V; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.


(25)

bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.1 5

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.

Pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori:

a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah – Putih, menerapkan prinsip – prinsip listrik dalam memasang saklar.

b. Tingkat Kedua adalah pemahaman penafsiran. Yakni menghubungkan bagian – bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Contohnya dapat menyusun kalimat dengan benar. My friend is studying bukan My Friend Studying.

c. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang

15 Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). (Cet.IX; Jakarta: Bumi


(26)

konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan item yang susunannya termasuk sub-kategori tersebut., tetapi tidak perlu berlarut-larut mempermasalahkan ketiga perbedaan itu. Dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar.

Menyusun item tes pemahaman

a. Karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya, berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk ke dalam pemahaman terjemahan. Dapat menghubungkan hubungan antar unsur dari keseluruhan pesan suatu karangan termasuk ke dalam pemahaman penafsiran. Item ekstrapolasi mengungkapkan kemampuan dibalik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan atau tulisan.

b. Membuatkan contoh item pemahaman tidaklah mudah. Cukup banyak contoh item pemahaman yang harus diberi catatan atau perbaikan sebab terjebak ke dalam item pengetahuan. Sebagian item pemahaman


(27)

dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram, atau grafik. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.1 6

3. Aqidah Akhlak : Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang asas ajaran agama Islam dan juga mengajarkan tentang berperilaku, sehingga peserta didik dapat mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah swt dan dapat mengaplikasikan dalam bentuk perilaku yang baik dalam kehidupan. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, ataupun terhadap masyarakat. Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari aqidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik sebelumnya.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah swt serta merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

4. Perilaku : Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yakni:

16 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Hasil Belajar Mengajar, ( Bandung:Remaja


(28)

a. Perilaku yang alami: yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa refleks – refleks dan insting - insting.

b. Perilaku operan : yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk. Perilaku yang diperoleh. Perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif).17

Sedangkan Kurt Lewin merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakeristik individu (P) dan lingkungan (E), yaitu B = f (P,E).

Karakter individu meliputi berbagai variabel speprti motif, nilai – nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang paling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor – faktor lingkungan dalam menentukan perilaku., bahkan kadang – kadang kekuatannya lebih besar dari pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks.18

17http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html. Diakses

pada 17 Desember 2016

18 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengkurunnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),


(29)

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memahami alur penulisan skripsi ini kami akan memaparkan beberapa bagian BAB pembahasan dari apa yang akan kami rencanakan nantinya :

BAB I, berisikan tentang Latar Belakang Permasalahan, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Batasan Masalah, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II, berisikan tentang kajian teoritis yang membahas tentang tinjauan umum tentang pemahaman materi aqidah akhlak, lalu tinjauan tentang perilaku siswa, dan pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa.

BAB III, berisikan tentang metodologi penelitian yang meliputi : Jenis penelitian, Sumber data, Teknik penentuan subyek/ obyek penelitian, Teknik pengumpulan data, dan Teknik analisis data.

BAB IV, berisikan laporan hasil penelitian yang memaparkan gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, dan analisis data.

BAB V, adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan materi skrispi ini beserta saran – saran dari penulis untuk perbaikan dalam penulisan kemudian.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pemahaman Materi Aqidah Akhlak 1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.19

Pemahaman didefinisikan proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami20. Dalam taksonomi bloom, “ kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal”21.

Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggenaralisir, memberikan

19Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), h.109

20W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h. 636 21Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008),

h. 24


(31)

contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.22 Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep.

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.23

Sedangkan menurut Anas Sudjono pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.24

22 Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). (Cet.IX; Jakarta: Bumi

Aksara,1993), h.134

23 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 44.


(32)

Dari banyaknya pengertian di atas, sebenarnya pemahaman pada dasarnya sama, yaitu kondisi dimana seseorang mampu mengambil keputusan setelah melewati proses mengingat dan menghafal dengan cara mampu menjelaskan dan menyimpulkan.

2. Pengertian Aqidah Akhlak

Aqidah dan Akhlak memiliki definisi masing – masing namun keduanya memiliki hubungan yang erat. Aqidah merupakan salah satu pokok – pokok ajaran islam begitu juga dengan Akhlak. Aqidah dalam bahasa arab adalah ‘aqidah, yang diambil dari kata dasar ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan, ‘aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian. Setelah berbentuk menjadi ‘aqidah, maka ia bermakna keyakinan. Dengan demikian, ‘aqidah, yang berhubungan dengan kata ‘aqdan, menjadi bermakna keyakinan. Yang kokoh di hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.25

Pengertian Aqidah secara istilah (dalam agama) berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hasan al-Banna, di mana ia mengatakan : “ Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh

25 Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel


(33)

hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan”.26

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa aqidah itu merupakan dasar keyakinan yang terkait dengan rukun iman dan merupakan asas dari ajaran islam.

Sedangkan pengetahuan mengenai aqidah disebut ilmu aqidah, ilmu tauhid atau ilmu ushuludin yang membahas mengenai keimanan terhadap Allah Yang Maha Esa dan dasar – dasar kehidupan beragama. Sering juga disebut ilmu kalam, antara alain karena pada zamn kecermelangan Islam, para ulama Tauhid sibuk membahas, mendiskusikan dan memperdebatkan kalam ilahi.27 Ayat – ayat al – Qur’an yang berkenaan dengan aqidah salah satunya yakni QS Al – A’raaf ayat 172 :

ٰﻰ ﺴﺴ ُْ ﺴﺪﺴﻬْﺷﺴأﺴو ُْﻬﺴــِّرُذ ِْ ِرﻮُﻬُ ْ ِ ﺴمﺴدآ ِﺴ ْ ِ ﺴ ﺴر ﺴﺬﺴﺧﺴأ ْذِإﺴو

ﺎ ُ �ِإ ِﺔﺴﺎﺴِْﺒ ﺴمْﻮﺴـ ﺒﻮُﻮُﺴـ ْنﺴأ ﺴ�ْﺪِﻬﺴﺷ ٰﻰﺴﺴـ ﺒﻮُﺎﺴ ُْ ِّﺴﺮِ ُ ْ ﺴﺴأ ِْﻬِ ُْـﺴأ

۱٧ﻓ ﺴﲔِِﺎﺴ ﺒﺴﺬٰﺴ ْ ﺴ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

26Ibid, h.58.

27 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru


(34)

Sedangkan pengertian akhlak dilihat dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata

akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’ala yang berarti al- sajiyah (perangai), ath-thabi’ah

(kelakuan, tabi‟at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).28 Dapat disimpulkan pengertian akhlak secara bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan menurut istilah akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik.29

Menurut Mahjuddin akhlak adalah perbuatan manusia yang bersumber dari dorongan jiwanya. Maka gerakan refleks, denyut jantung dan kedipan mata tidak dapat disebut akhlak, karena gerakan tersebut tidak diperintah oleh unsur kejiwaan. Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang bersumber dari dorongan jiwa, tertanam dalam jiwa, dan selalu ada padanya.

Adapun makna akhlak secara terminologi, maka para ulama memberikan definisi – definisi beragam sebagaimana berikut :

28 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : Rajawali press, 2013), h.1


(35)

Menurut Ibnu Miskawaih definisi akhlak adalah :30

ﺳﺔﺴْؤُرﺴو ﺳﺮْ ِ ِْﲑﺴ ْ ِ ﺎﺴِﳍﺎﺴْـﺴأ ﺴِإ ﺎﺴﺴﳍ ﺲﺔﺴِﺒﺴد ِ ْـ ِ ﺲلﺎﺴ ُ ُْْﺴﺒ

Artinya : “Khuluq adalah keadaan jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan – perbuatan dengan tanpa pemikiran dan pertimbangan”

Sementara itu, menurut Ahmad Amin sosok pakar akhlak modern, menyatakan sebagai berikut :31

ﺎًْـﺴﺷ ْ ﺴﺎﺴْ ِﺒ ﺒﺴذِإ ﺴةﺴدﺒﺴرِْﻹﺒ ﺴنﺴﺒ ِْﺴـ ِةﺴدﺒﺴرِﻹﺒ ُةﺴدﺎﺴ ُ ﺴِﺄ ُ ُْْﺴﺒ ُْﻬُﻀْﺴـ ﺴفﺴﺮﺴ

ُِْْ ِﺎ ُةﺎﺴﺴ ُْﺒ ﺴ ِ ﺎﺴﻬْـﺴدﺎﺴﺴـ

Artinya : “Sebagian ulama mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan, maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak”.

Berdasarkan pengertian aqidah dan akhlak di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran aqidah akhlak adalah mata pelajaran yang mengajarkan tentang asas ajaran agama Islam dan juga mengajarkan tentang berperilaku, sehingga peserta didik dapat mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah swt serta mengaplikasikan dalam bentuk perilaku yang baik dalam kehidupan. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, ataupun terhadap masyarakat.

30 Ibn Miskawaih, Tahdzib al – Akhlak fi al-Tarbiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1985), h.25 31 Ahmad Amin, Kitab al-Akhlak, (Kairo: Dar al-Mishriyah, 1929), h.5-6


(36)

Mata pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari aqidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyyah. Mata pelajaran aqidah akhlak merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah Swt. dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang diajarkan dalam mata pelajaran aqidah akhlak terdiri dari dua aspek, aspek yang pertama adalah aspek aqidah dan aspek yang kedua adalah aspek akhlak.

Aspek aqidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsisp-prinsip aqidah Islam, metode peningkatan aqidah, wawasan tentang aliran-aliran tentang aqidah Islam sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang macam-macam tauhiid seperti tauhiid uluhiyyah, tauhiid rububiyyah, tauhiid ash-shifat wa al-af’al, tauhiid rahmaniyah, tauhiid mulkiyah, dan lain-lain serta perbuatan syirik dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, disamping berupa pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan


(37)

tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak32

3. Penjelasan Singkat Materi Ajar Aqidah Akhlak Kelas X – XI

Berikut penjelasan singkat materi aiqdah akhlak yang dijelakan dalam buku pegangan murid kelas X – XI semester 1.

a. Asmaul Husna

Asmaul Husna memiliki arti yakni nama – nam Allah yang baik, Jumlah asmaul husna ada 99. Mengenai asmaul husna sendiri Allah menyebutkannya dalam surat Al – A’raf ayat 180:

ﺴْﲰﺴْﻷﺒ ِِﻪﺴو

ﺴْﲰﺴأ ِﰲ ﺴنوُﺪِ ُْـ ﺴ ِﺬﺒ ﺒوُرﺴذﺴو ﺎﺴِﻬ ُﻮُ ْدﺎﺴ ٰﺴْ ُْ ﺒ ُﺌﺎ

ِِﺎ

ﺴنﻮُﺴْﺴـ ﺒﻮُﺎﺴ ﺎﺴ ﺴنْوﺴﺰْ ُﺴ

۰

٨

۱

Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

Fungsi Asmaul Husna antara lain : 1) Untuk pengantar do’a

2) Untuk digunakan sebagai dzikir kepada Allah 3) Menjadikan kita penghuni surga


(38)

Dari sembilan puluh sembilan asmaul husna, ada sepuluh diantaranya yang benar – benar kita tanamkan dalam hati dan kita laksanakan dalam perbuatan sehari – hari33. Yaitu : Al Adlu, Al – Ghoffaru, Al – Hakimu, Al – Maliku, Al – Hasibu, Arrahman dan Arrahim, Al – Lathif, Al – Haliim, Al – Ghoniyyu, dan Al Mushowwiru.

1) Al – Adlu (Adil) . Keadilan Allah tiada tandingannya dan meliputi segala hal. Seberat dan seringan apapun amal baik maupun buruk akan mendapatkan keadilan Allah bik di sunia maupun di akhirat.

2) Al – Ghoffaru (Pengampun). Ampunan Allah selalu dilimpahkan kepada makhluknya yang bertaubat dan dari perbuatan dosa.

3) Al – Hakimu (Bijaksana). Kebijaksanaan Allah kepada makhluknya tidak terbatas kepada bentuk ciptaannya saja. Akan tetapi mencakup segala hal.

4) Al – Maliku (Raja). Allah merajai apa yang ada di langit dan di bumi. Ia sebagai raja memiliki sifat yang sempurna, tidak seperti raja lain di dunia yang banyak kekurangannya.

5) Al – Hasibu (Membuat Perhitungan). Segala sesuatu yang diciptakan Allah tentunya sudah diperhitungkan segala –


(39)

galanya, balasan yang berlipat ganda akan diberikan Allah swt kepada orang yang bersyukur.

6) Arrahman dan Arrahim (Pemurah dan Penyayang). Allah maha pemurah mempunyai pengertian bahwa Allah melimpahkan karunianya kepada semua makhluk di dunia ini dan di akhirat kelak. Yang benda, yang hewan, yang manusia, iman atau kafir semua mendapat karunia Allah. Orang kafir dan mu’min sama – sama diberi Allah hidup, bernafas, menikmati makanan dan miuman, bisa bergerak dan lain – lain semua itu semata karena sifat maha pemurah Allah. Lain halnya dengan sifat maha penyayang Allah yang hanya ditujukan kepada orang – orang beriman kelak di akhirat saja. Allah akan memasukkan orang yang beriman ke surga sebagai balasan atas keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah ketika di dunia.

7) Al – Lathif (Lembut). Sifat kelembutan Allah kepada hamba – hambanya yang beriman sangat terasa sekali, sehingga orang – orang yang beriman secara sadar atau tidak, akan bersikap lembut kepada sesamanya sebagaimana Allah telah berbuat lembut kepadanya.

8) Al – Haliim (Penyantun). Allah maha penyantun yang mana Allah memberi penangguhan kepada orang – orang yang telah lalai dalam sumoahnya. Apabila orang telah bersumpah tetapi


(40)

bukan disengaja dalam sumpahnya itu maka Allah tidak memberikan siksa kepadanya.

9) Al – Ghoniyyu (Kaya). Kekayaan Allah tidak terbatas dan sangat mencukupi kebutuhan seluruh makhluknya. Tidak ada satupun makhluk yang mati karena kelaparan. Itu menunjukkan bahwa Allah sanggup mecukupi kebutuhan seluruh makhluknya. Berbeda dengan kekayaan manusia yang terbatas. Janganlah merasa sombong walaupun kita sudah punya rumah, mobil, motor bahkan punya harta karun yang banyak sekali. 10) Al Mushowwiru (Yang Membentuk Rupa). Allah yang telah

membentuk rupa kita. Rupa yang telah dibentuk Allah itu adalah sesuai dengan kehendaknya sendiri. Tidak bisa diminta juga tidak bisa ditolak. Allah sangat bebas mau membentuk rupa makhluknya, seperti apa saja modelnya, manis atau masam, bula atau lonjong, spenuhnya kekuasaan Allah sang pencipta.

b. Husnudzdzon

Husnudzdzon berarti berprasangka baik atau berbaik sangka.

Husnudzdzon termasuk sikap atau perilaku terpuji yang juga lazim disebut akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah ini tidak tebatas hanya pada perilaku antara manusi dengan manusia saja, namun lebih luas lagi


(41)

yaitu : akhlaqul karimah kepada Allah, akhlaqul karimah kepada diri sendiri, akhlaqul karimah kepada sesama makhluk Allah.

Diantara sikap terpuji atau akhlaqul karimah kepada Allah adalah Husnudzdzon. Sikap ini sudah selayaknya dan sudah semestinya dimiliki oleh setiap manusia sebagai hamba Allah. Berprasangka baik kepada Allah akan melahirkan sikap optimis dan Raja’. Sedangkan berprasangka baik pada diri sendiri akan melahirkan sikap gigih, inisiatif dan rela berkorban. Adapun berprasangka baik kepada sesama mampu melahirkan perilaku – perilaku pemaaf, toleran, suka membantu, dan bijaksana. Manusia pun diharuskan bersikap

husnudzdzon kepada lingkungan dengan memiliki sikap terpuji terhadap tumbuh – tumbuhan dan hewan.34

c. Iman Kepada Malaikat

Salah satu ciri orang – orang bertaqwa keapda Allah adalah mempercayai hal – hal yang ghoib, diantaraya beriman kepada malaikat. Malaikat adalah makhluk rohani yang bersifat ghoib, mereka diciptakan dari cahaya karena sifatnya ghoib, maka malaikat hidup di satu alam yang berbeda dengan alam yang kita saksikan ini, tidak ada yang mengetahui perihal keberadaan mereka sesungguhnya kecuali Allah.35

34 As’ad Thoha, Aqidah Akhlaq..., h.17


(42)

Malaikat adalah makhluk ghoib yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk dapat menjelma dalam rupa seperti manusia atau lainnya yang dapat dilihat. Malaikat mempunyai sifat – sifat khusus dibanding makhluk – makhluk Allah yang lain, juga punya nama – nama khusus sesuai dengan tugasnya.

Setelah kita mengenal kemudian mempercayai adanya malaikat beserta tugas – tugasnya, maka kita dapat mewujudkannya sebgai perilaku sehari – hari yakni dengan memiliki sifat mawas diri dan istiqomah. Dengan iman kepada malaikat kita percaya bahwa apa yang kita lakukan akan selalu diawasi baik perkataan, perbuatan ataupun hanya getaran hati, semua dicatat dan kemudian disampaikan kepada Allah. Dari sinilah kita selalu istiqomah dalam melakukan aktifitas kebaikan dalam perkataan maupun perbuatan.

d. Adab Berpakaian dan Berhias, dalam Perjalanan, Bertamu dan Menerima Tamu

Adab berasal dari bahasa Arab yang artinya tatakrama. Dalam aspek kehidupan semuanya memiliki tatakrama seperti halnya, berpakaian dan berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu.

Adab berpakaian yang benar adalah untuk menutup aurat dan memperindah jasmani. Adab perjalanan yakni memperbanyak sholawat kepada nabi Muhammad, niatkan berpergian untuk tujuan mencari ridho Allah, sebelum memulai perjalanan bersedekahlah agar terhindar dari


(43)

marabahaya. Adab bertamu salah satunya mempunyai maksud yang baik, memperhatikan keadaan tuan rumah agar kita tidak menganggu tidur atau kesibukannya. Adab menerima tamu yakni memenuhi kebutuhan tamu selama bertamu seperti memberi makan dan minum, bersikap ramah dan bertutur kata yang sopan kepada tamu.36

e. Perilaku Tercela ( Hasad, Riya’, Takabbur, Nifaq dan Aniyah ) 1) Hasad atau dengki ialah rasa atau sikap yang tidak senang terhadap

kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya atau mencelakakan orang lain tersebut.

2) Riya’ artinya memperlihatkan diri kepada orang lain dengan maksud pamer yakni beramal bukan karena Allah tapi kerana manusia. 3) Takabbur ialah membesar diri, yaitu menganggap bahwa dirinya

lebih dari pada yang lain. Orang takbbur tidak dapat menilai dirinya dan orang lain secara obyektif, ia tidak dapat memberikan penilaian yang benar, dengan kata lain orang takabbur itu menolak kebenaran. 4) Nifaq artinya menyimpang. Orang yang nifaq disebut munafiq, .

adapun pengertian munafiq yaitu orang yang pada lahirnya menunjukkan beriman tetapi didalam hatinya tidak percaya sedikitpun.


(44)

5) Aniyah juga disebut dengan dhalim. Dhalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, orang yang dhalim pada diri sendiri dengan melakukan penganiayaan terhadap dirinya. Lalu dhalim

terhadap orang lain dengan mengambil hak orang lain37. f. Iman Kepada Rasul

Iman kepada rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang yang telah menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya agar mereka beriman38. Kita sebagai manusia harus menjadikan rasul teladan dalam kehidupan kita dan juga mempercayai kebenaran ajaran yang dibawa para rasul.

g. Nabi Muhammad Rasul Terakhir

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama ketika beliau berusia 40 tahun sewaktu sedang bertafakkur di gua Hiro’39, beliau menerima surat Al – Alaq ayat 1 – 5. Yang berbunyi :

ﺧ . ﺧ ىﺬ ﺒ ّر ﺎ أﺮ ﺒ

أﺮ ﺒ . نﺎ ﺒ

. ﺎ نﺎ ﻹﺒ ّ . ﺎ ّ ىﺬ ﺒ .مﺮ ﺒ ّرو

Artinya: Bacalah dengan menyebut nama Tuhan Mu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhan Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

37 As’ad Thoha, Aqidah Akhlak... ,h.35 - 44

38 Faqih arifin, Aqidah Akhlak Untuk SMA/SMK Kelas 11, (Sidoarjo: Al Maktabah. 2008), h.1


(45)

Untuk selanjutnya ayat – ayat Al Qur’an turun berangsur – angsur kepada nabi Muhammad selama 22 tahun 2 bulan 22 hari dengan 2 pada 2 kota yang berbeda yakni 12 tahun 5 bulan 13 hari di Mekkah, dan 9 tahun 9 bulan 9 hari di Madinah.

h. At – Taubah

Taubat berarti kembali, yakni ia kembali dekat dengan Allah setelah sekian lama menjauh dariNya dikarenakan ia telah melakukan sesuatu yang tidak disukaiNya.40 Hukum taubat adalah wajib. Adapun dosa – dosa yang harus ditaubati yakni dosa vertikal atau dosa kepada Allah dengan cara meninggalkan dosa yang telah diperbuat, menyesali dosanya, dan bertekad tidak mengulanginya lagi. Sedangkan dosa horizontal atau dosa terhadap sesama cara taubatnya sama dengan dosa vertikal hanya saja ditambah dengan menyelesaikan permasalahan dengan pihak yang bersangkutan seperti minta maaf dan ganti rugi.


(46)

B. Tinjauan Tentang Perilaku Siswa 1. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku mempunyai arti yang luas sekali, yang tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, lari-lari, berolah raga, bergerak, dan lain-lain; akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, penampilan emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum, dan seterusnya. Perilaku menurut Kamus Ilmiah Populer adalah “tindakan, perbuatan, sikap”.41

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.42 Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respons yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.43

Menurut James P. Chaplin perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya.44

41 Pius A. Partanto, et.al., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.587

42 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h.9

43Ibid, h.10

44 Herri Zan Pieter dan Namora Lamongga Lubis, Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta: Kencana Prenata


(47)

Menurut Kartini Kartono perilaku adalah proses mental dari reaksi seseorang yang sudah tampak dan yang belum tampak atau masih sebatas keinginan.45

Menurut Soekidjo Notoatmodjo perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktifitas yang mempengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang.46

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah segala kegiatan manusia yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadarinya. Termasuk di dalamnya berbicara, berjalan, cara ia melakukan sesuatu, caranya bereaksi terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, maupun dari dalam dirinya. Dengan kata lain bagaimana cara seseorang berintegrasi dengan dunia luar.

2. Pengertian Siswa

Pengertian siswa pada kamus yakni pelajar atau murid yang berada pada sekolah dasar dan menengah.47 Maka siswa adalah sebutan untuk peserta didik yang berada disekolah, karena ketika peserta didik berada dalam lingkup keluarga disebut anak, peserta didik dalam lingkungan

45Ibid, h.27 46Ibid, h.27

47 Djanlinus Syah dkk, Kamus Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,


(48)

pesantren disebut santri, peserta didik di dalam majelis disebut jamaah (anggota).

Sedangkan definisi peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam pendidikan Islam, yang menjadi peserta didik bukan hanya anak – anak, melainkan juga orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik maupun psikis. Hal itu sesuai dengan prinsip bahwa pendidikan Islam berakhir setelah seseorang meninggal dunia. Buktinya, orang yang hampir wafat masih dibimbing mengucapkan kalimat tauhid.48

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Pada dasarnya manusia itu sudah membawa bakatnya sejak lahir, sedang dalam perkembangan selanjutnya sangat tergantung pada pendidikan. Dengan ini maka manusia yakin dan mampu mewujudkan potensi manusia sebagai aktualisasi dan pendapat, ini ada relevansinya dengan ajaran Islam, yang mengakui adanya pembawaan, di samping pula mengakui pentingnya pendidikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku siswa, baik yang bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal). Faktor internal merupakan segala sifat dan


(49)

kecakapan yang dimiliki atau dikuasai individu dalam perkembangannya, diperoleh dari hasil keturunan atau karena interaksi keturunan dengan lingkungan. Faktor eksternal merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, keturunan, pembawaan atau heredity merupakan segala ciri, sifat, potensi, dan kemampuan yang dimiliki individu karena kelahirannya. Ciri, sifat dan kemampuan-kemampuan tersebut dibawa individu dari kelahirannya, dan diterima sebagai keturunan dari kedua orang tuanya.49

Sedangkan menurut Dalyono lingkungan adalah segala material dan stimulus di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural.50

Dari pengertian di atas yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar individu dan yang mengelilinginya sepanjang hidupnya.

Dalam buku Landasan Psikologis Proses Pendidikan dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu yaitu faktor yang pertama internal : keturunan, pembawaan atau heredity merupakan segala ciri, sifat, potensi, dan kemampuan yang dimiliki individu karena

49 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005), h.44


(50)

kelahirannya. Ada dua kategori ciri atau sifat yang dimiliki oleh individu, yaitu ciri dan sifat-sifat yang menetap (permanent state) seperti warna kulit, rambut, bentuk hidung, mata, telinga, dan lain-lain; dan sifat-sifat yang bisa berubah (temporary state) seperti besar badan, sikap tubuh, kebiasaan, minat, ketekunan, dan lain-lain. Faktor yang kedua adalah faktor lingkungan; lingkungan alam geografis, ekonomi, sosial, budaya, politik, keagamaan, keamanan.51

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia dalam hubungannya antara pembawaan dengan lingkungan, sampai sekarang kadang-kadang masih dipermasalahkan, mana yang lebih penting dari kedua faktor tersebut, sehingga pandangan tersebut menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perilaku manusia.

C. Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Materi aqidah akhlak diberikan di setiap lembaga pendidikan yang berbasis agama islam. Dimana diharapkan dapat membentuk perilaku siswa dalam kesehariannya. Jadi materi yang disampaikan bukan hanya untuk diketahui, diingat dan diujikan tapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari – hari oleh setiap siswa. Oleh karena itu materi aqidah akhlak sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa.


(51)

Materi aqidah akhlak sendiri memiliki tujuan yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah swt, memperbaiki kesalahan – kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama Islam dalam keseharian, menjaga hal – hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat dirinya dari menuju kesempurnaan akhlak.

Dalam materi aqidah akhlak para siswa di ajarkan berbagai macam tatacara dan contoh – contoh sifat terpuji maupun sifat tercela. Sebagaimana nabi Muhammad selalu menghiasi perilakunya dengan akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak mahmudah yakni Al – Amanah, Ash – Shidqu dan Ash – Shabr.

1. Al – Amanah

Al – Amanah artinya kesetiaan ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Dan kebalikan dari sifat ini adalah khianat. Yang dimaksud amanah adalah sikap pribadi yang jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, bisa berupa harta benda maupun sebuah kewajiban.

Dalam Al – qur’an banyak ayat yang memberikan keternagan tentang manusia dari berbagai segi, secara geris besar menusia adalah makhluk fungsional yang bertanggung jawab. Di dalam surat al – Mu’minun ayat 115, Allah berfirman :


(52)

۱۱ﻖ ﺴنﻮُﺴ ْﺮُـ ﺴ ﺎﺴْـﺴِإ ُْ ﺴأﺴو ﺎًﺜﺴـﺴ ُْﺎﺴْﺴﺴﺧ ﺎﺴﳕﺴأ ُْْـِ ﺴ ﺴ

َأ

Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

Ayat di atas mengandung tiga penegasan sekaligus, yaitu: a. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah

b. Manusia diciptakan tidak sia – sia, tetapi berfungsi.

c. Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang dilakukannya pada waktu hidup di dunia, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi dari pada fungsi manusia itu sendiri.52

2. Ash – Shidqu

Ash – Shidqu ialah memberitahukan sesuatu sesuai dengan fakta, dalam bahasa indonesia disebut dengan istilah benar atau jujur. Penggambaran ini tidak hanya dalam ucapan , juga dalam perbuatan seperti isyarah dengan tanga, goyang kepala, dan sebagainya.53

Kewajiban bersifat dan bersikap benar ini diperintahkan dalam Al – qur’an Surat At – taubah ayat 119 :

52 Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf, h. 66 53Ibid, h. 67


(53)

۱۱٩ ﺴﲔِِدﺎﺼﺒ ﺴ ﺴ ﺒﻮُﻮُﺴو ﺴﻪﺒ ﺒﻮُـ ﺒ ﺒﻮُﺴآ ﺴ ِﺬﺒ ﺎﺴﻬـﺴأ ﺴ�

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

3. Ash – Shabr

Ash – Shabr ialah kesabaran dimana manusia mampu menahan diri dari apa yang disukainya atau tabah menerimanya dengan rela dan berserah diri. Sebagai hamba Allah manusia akan menerima nikmat dan juga musibah. Maka selalu ingatlah kepada Allah, bersyukur atas nikmat yang diberi dan tak putus asa ketika ditimpa musibah. Berikut firman Allah, surat Ar – Ra’d ayat 11 :

ُِّﲑﺴُـ ﺴ ﺴﻪﺒ نِإ ِﻪﺒ ِﺮْﺴأ ْ ِ ُﺴﻮُ ﺴْﺴﳛ ِِْﺴﺧ ْ ِﺴو ِْﺴﺪﺴ ِْﲔﺴـ ْ ِ ﺲتﺎﺴِّﺴُ ُﺴ

ﺎﺴﺴو

ُﺴ دﺴﺮﺴ ﺴﺴ ﺒًﺌﻮُ ﺳمْﻮﺴِ ُﻪﺒ ﺴدﺒﺴرﺴأ ﺒﺴذِإﺴو ِْﻬِ ُْـﺴِﺄ ﺎﺴ ﺒوُِّﲑﺴُـ ٰﱴﺴ ﺳمْﻮﺴِ ﺎﺴ

۱۱ ﺳلﺒﺴو ْ ِ ِِوُد ْ ِ ُْﺴﳍ

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Maka ketika siswa mengetahui dan memahami penjelasan materi aqidah akhlak tentang sifat al – amanah, ash – sidiq, dan ash- shabr siswa akan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari karena paham semua


(54)

itu adalah perilaku yang mampu membawanya ke kebahagian dunia dan akhirat.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan bagi persoalan yang sedang diselidiki.54

Metode yang digunakan dalam suatu penelitian ditentukan oleh sifat persoalannya dan jenis data yang diperlukan. Sering ada urutan logis dimana satu jenis penelitian akan mengikuti jenis penelitian yang lain. Kadang – kadang para peneliti mungkin lebih baik mulai dengan suatu studi historis, untuk memastikan apa yang telah dilakukan orang dimasa lalu. Selanjutnya, dengan dilakukannya studi deskriptif akan diperoleh keterangan mengenai kedudukan masalah itu dalam pendidikan pada saat ini.55

Menurut kamus webster’s new international, penelitian adalah penyelidikan yang hati – hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip – prinsip, suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematik untuk menguji jawaban – jawaban sementara tentang permasalahan yang diteliti melalui pengukuran yang cermat terhadap fakta – fakta secara empiris.56 Untuk itu sebelum penelitian

54Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,(Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 50

55Ibid, h.51


(56)

dilaksanakan peneliti harus menggunakan metode – metode yang sesuai, dengan syarat peneliti mengetahui secara pasti jenis – jenis dan sifat penelitian agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah usaha untuk mempelajari suatu permasalahan secara sistematik dan objektif sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan umum. Penelitian dapat pula diartikan sebagai suatu cara pengamatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan, baik discovery

maupun invention. Discovery diartikan sebagai hasil penemuan yang sebetulnya memang sudah ada, sedangkan invention diartikan sebagai hasil penemuan yang benar – benar baru dengan dukungan fakta.57

Sedangkan penelitian ini termasuk dalam metode penelitian

discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.58 Jenis penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan teknik product moment.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu tahapan untuk mengatur latar penelitian agar memperoleh data yang valid dan sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian59.

57 Fauti Subhan, Penelitian Tindakan Kelas, (Sidoarjo: Qisthos Digital Press. 2013), h.5 58 Sugiyono, Metode Peneitian..., (Bandung: Alfabeta, 2015), h.13

59 Tim Penyusun Buku Pedoman UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi,


(57)

Pada tahap pertama yaitu menentukan sampel, sampel diambil berdasarkan jumlah populasi dari kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya yang berjumlah 144 orang dengan cara menggunakan teknik

simple random sampling yaitu penulis mengambil sampel secara acak pada kelas XI IPS dan kelas XI MIPA.

Selanjutnya pada tahap kedua yakni menentukan metode pengumpulan data dan instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.

Lalu pada tahap ketiga yaitu tahap terakhir, penulis menentukan teknik analisis data. Analisis yang dipakai adalah teknik korelasi prouduct moment.

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian yakni obyek penelitian atau apa yang menjadi titik fokus sebuah penelitian. Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable). Untuk variabel bebas yang merupakan variabel yangmempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat, dalam penulisan ini adalah Pengaruh Pemahaman Materi Aqidah Akhlak.


(58)

Sedangkan untuk variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau mebjadi akibat karena variabel bebas, dalam penulisan ini yaitu Perilaku Siswa Keles XI SMA Wachid Hsyim 5 Surabaya.

2. Indikator Penelitian

Indikator penelitian adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai petunjuk atau keterangan, dimana dalam penelitian ini indikatornya adalah pemahaman materi aqidah akhlak siswa dan perilaku siswa.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui intrumen, berikut instrumen yang penulis gunakan:

a. Instrumen Penelitian tentang Pemahaman Materi Aqidah Akhlak. 1) Asmaul Husna

2) Husnudzdzon

3) Iman Kepada Malaikat

4) Adab Berpakaian dan Berhias, dalam Perjalanan, Bertamu dan Menerima Tamu

5) Perilaku Tercela ( Hasad, Riya’, Takabbur, Nifaq dan Aniyah ) 6) Iman Kepada Rasul

7) Nabi Muhammad Rasul Terakhir 8) At – Taubah


(59)

Berikut penerapannya dalam angket:

Instrumen Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Nama Lengkap :

No Absen : (P/L)

Kelas :

NO SOAL PILIHAN GANDA. JAWABLAH SALAH

SATU! 1 Arti dari

asmaul husna yaitu...

a. Nama tuhan yang cantik

b. Nama – nama Allah yang baik

c. Nama Allah yang

sempurna

2 Al

Mushowwiru berarti... a. Yang memben tuk rupa b. Yang memb entuk langit c. Yang membentuk bumi 3 Raja’ berarti

...

a. mendekat b. menyes al

c. mengharap 4 Toleran

merupakan salah satu husnudzdzon kepada ....

a. Allah b. Sesama c. Lingkungan

5 Berikut sifat – sifat malaikat, kecuali... a. Memiliki jenis laki/pere mpuan b. Tercipt a dari cahaya c. Tidak bernafsu

6 Menjaga pintu surga, tugas malaikat ...

a. malik b. ridwan c. isrofil

7 Salah satu fungsi berpakaian adalah... a. mengikuti trend b. memper indah jasmani

c. pamer ke orang lain


(60)

8 Tamu hendaknya dijamu, diberikan makan/minum adalah adab...

a. perjalana n

b. bertamu c. menerima tamu

9 Merasa ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain tanpa mencelakakan orang lain adalah pengertian dari ...

a. Dengki b. Iri hati c. Serakah

10 Membesarkan diri ialah...

a. Takabbur b. Riya’ c. Nifaq

b. Instrumen Penelitian tentang Perilaku Siswa 1) Berhusnudzdzon Kepada Allah

2) Berhusnudzdzon Kepada Diri Sendiri 3) Berhusnudzdzon Kepada Sesama 4) Berhusnudzdzon Kepada Lingkungan 5) Beriman Kepada Malaikat

6) Berpakaian Sesuai Adab

7) Melakukan Perjalanan Sesuai Adab 8) Beriman Kepada Rasul


(61)

Berikut penerapannya dalam angket :

Instrumen Perilaku Siswa Nama Lengkap :

No Absen : (P/L)

Kelas :

Berilah Tanda (X) Pada Salah Satu Kolom yang Sesuai dengan Jawaban Anda!

No Item Soal Selalu Terkadang Tidak Pernah 1 Saya optimis

dengan hasil ulangan setelah saya

belajar 2 Saya

mengharap kepada Allah

untuk mengabulkan

keinginan saya 3 Saya rajin

mengerjakan tugas 4 Saya

berinisiatif bangun lebih

pagi agar tidak terlambat kesekolah 5 Saya rela


(62)

rumah dimalam hari untuk belajar 6 Saya

memaafkan teman yang meminjam alat tulis saya

tanpa izin 7 Saya

membantu teman yang perlu bantuan 8 Saya tidak

merusak (memetik, menginjak,

dan menjadikan

tempat sampah) tumbuhan disekolah 9 Saya

menolong hewan yang

butuh pertolongan 10 Saya

membuang sampah pada


(63)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi : Seluruh siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya yang berjumlah 144 orang.

2. Sampel: 10 siswa XI IPS 1, 10 siswa XI IPS 2, 12 siswa XI MIPA 1, 12 siswa XI MIPA 2 dengan keseluruhan jumlah 44 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam skripsi. Maka dalam hal ini penulis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, wawancara dan angket.

1. Observasi menurut sutrisno hadi merupakan hal yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation dan non participant observation,

selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.60

2. Dokumentasi adalah hal – hal yang telah di simpan dalam bentuk dokumen secara tertulis, dengan ini penulis mendapatkan dokumen – dokumen sekolah yang berupa data guru, siswa dan keadaan sekolah.

60 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:


(64)

3. Wawancara adalah pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara lisan. Ada beberapa kelebihan dari wawancara, yakni peneliti bisa kontak langsung dengan responden, sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam.61 Sedangkan menurut Sugiyono wawancara tidak harus bertatap muka tetapi juga bisa lewat telepon, wawancara dapat dilakuakn secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga angket adalah sebagi berikut:

a. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

b. Apa yang dinyatakan subyek kepada peneliti adalah benar-benar dapat dipercaya

c. Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud peneliti.62

4. Angket/ Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Menurut Uma Sekaran (1992) prinsip penulisan angket adalah prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik.63 Dalam membuat kuesioner juga harus

61 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: CV Sinar Baru, 1989), h.102 62 Sugiyono, Metode Penelitian..., h.194


(65)

memperhatikan langkah – langkahnya, berikut petunjuk dalam membuat kuesioner:64

a. Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner sambil dijelaskan maksud dan tujuannya.

b. Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidak salah. Kalau perlu diberikan contoh.

c. Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkap identitas responden. Dalam identitas ini sebaiknya tidak diminta mengisi nama. Identitas cukup mengungkap jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan lain – lain yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian.

d. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa kategori/ bagian sesuai dengan masalah penelitian, sehingga memudahkan analisisnya. Bagian satu mengungkap masalah penelitian pertama, bagian dua mengungkap masalah penelitian kedua dan seterusnya.

e. Rumusan pertanyaan dibuat singkat tapi jelas sehingga tidak membingungkan dan salah penafsiran.

f. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain harus dijaga sedemikian rupa, sehingga nampak logikanya dalam satu rangkaian yang sistematis.


(66)

g. Usahakan kemungkinan jawaban, kalimat atau rumusannya tidak lebih panjang dari pertanyaan.

h. Teknik penyusunan kuesioner harus dipertimbangkan cara pengolahannya, apakah dengan manual atau komputer.

i. Kuesioner yang terlalu banyak/panjang akan melelahkan responden dan pengisiannya tidak objektif lagi.

j. Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan si pengisi. E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuatitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis hubungan antar dua variabel, bila datanya ordinal maka statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman Rank, sedang bila datanya interval atau ratio digunakan Korelasi Product Moment. Bila akan menguji signifiknasi komparasi data dua sampel, datanya interval ataur ratio digunakan t-test dua sampel, bila datanya nominal digunakan Chi Kuadrat.65

Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua yakni bagaimana pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak dan bagaimana perilaku siswa kelas XI, penulis menggunakan teknik analisa prosentase . semua data – data yang


(67)

berhasil dikumpulkan dari beberapa sumber penelitian akan dibahas oleh penulis dengan metode analisis deskriptif, yaitu menjelaskan data dengan menggunakan peritungan preosentase atau biasa disebut frekuensi relatif.

Sebelum penulis menjawab hasil data secara korelasi product moment, maka penulis akan menghitung nilai frekuensi prosentase relatif atas penelitian sebagai bentuk table prosentase, digunakan rumus sebagai berikut:

P = �

� x 100 % Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi

N : Jumlah Responden

Adapun untuk memberikan nilai pada angket pemahaman materi aqidah akhlak, penulis memberikan ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk skor jawaban benar adalah 3 2. Untuk skor jawaban salah adalah 2 3. Untuk skor tanpa jawaban adalah 1

Dan untuk nilai pada angket perilaku siswa kelas XI, penulis memberikan ketetentuan sebagai berikut :

1. Untuk skor jawaban selalu dinilai 3 2. Untuk skor jawaban terkadang dinilai 2 3. Untuk skor jawaban tidak pernah dinilai 1


(68)

Setelah mendapatkan hasil berupa proentase, hasilnya dapat di tafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut :

Baik (76% - 100%)

Cukup Baik (56% - 75%)

Kurang Baik (40% - 55%)

Tidak Baik (di bawah 40%)

Untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI di SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya. Maka penulis menganalisis dengan mengkorelasikan variabel – variabel penelitian yang ada untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara variabel pemahaman materi aqidah terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya. Oleh karena itu teknik analisa untuk mencari ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel tersebut, penulis menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

��� = �.∑ �� −(∑ �) (∑ �)

�[� ∑ �2 −(∑ �)2][� ∑ �2−(∑ �)2]

Keterangan:


(69)

∑ �� : Jumlah perkalian X dan Y

∑ � : Jumlah nilai X

∑ �2 : Jumlah nilai kuadrat X

∑ � : Jumlah nilai Y

∑ �2 : Jumlah nilai kuadrat Y

N : Banyak data

Jika harga r hitung lebih kecil dari “r” Product Moment, maka korelasi tersebut tidak signifikan, begitu pula sebaliknya, dalam memberikan interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product moment (xy) pada umumnya digunakan sebagai berikut: (Tabel 3.1).66

Tabel 3.1 Tabel Interpretasi Besarnya r Interpretasi

0,00 – 0,20 Sangat lemah atau rendah 0,20 – 0,40 Lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Cukup

0,70 – 0,90 Kuat atau tinggi 0,90 – 1,00 Sangat kuat atau tinggi


(70)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan, situasi dan kondisi dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian.

1. Letak Geografis SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya

Letak SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya adalah di kota Surabaya tepatnya di Jalan Raya Sememi No 7, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo. Lokasinya cukup strategis, di depan jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh kendaraan. SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya berada di daerah yang baik untuk melaksanakan pendidikan karena berdekatan dengan lembaga – lembaga penting. Adapun tempat – tempat yang menunjang adanya sekolah ini yaitu : sebelah selatan ada SMPN 53 Surabaya, MtsN 3 Surabaya, RS Bakti Dharma Husada, Puskesmas, Kantor Kelurahan, Kantor Kecamatan dan SDN Sememi 1 Surabaya, SD/SMP/SMA Citra Berkat dan Perumahan Citraland. Sebelah barat ada SMP Wachid Hasyim 7 Surabaya, RSI Darus Syifa’, SMP Wijaya Putra, SMA/SMK Wijaya Putra dan Universitas Wijaya Putra. Sebelah utara ada SMAN 12 Surabaya, Waterpark Sememi dan Perumahan Taman Oasis. Sebelah timur ada SMP Assa’adah, SMPN 26 dan Food juction.


(71)

2. Sejarah Singkat SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya

SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya merupakan salah satu lembaga formal yang mengadakan kegiatan pendidikan belajar mengajar yang berada di bawah naungan yayasan Wachid Hasyim. Dimana adanya sekolah ini adalah salah satu tujuan dari pihak yayasan untuk mengembangkan wilayah Surabaya Barat.

Adapun SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya ini didirikan tepatnya di Jalan Raya Sememi, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, wilayah kota Surabaya bagian barat. Dengan SK Pendirian Sekolah 1134/104.7/4/1984, bertanggalkan 08 – 06 – 1984 di atas tanah yang luasnya 9500 m. Pada tahun 2003 SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya mulai melakukan proses belajar mengajar dengan kepala sekolah pertamanya Drs. Moh. Alam.

SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya di awal berdirinya berstatus terakreditasi B lalu sekitar tahun 2012 mengalami perubahan status yaitu terakreditasi A. Sejak awal ketua yayasan sudah menetapkan bahwasannya kepala sekolah untuk SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya yakni Bapak Moh Alam yang hingga saat ini masih menjalankan amanat sebagai kepala sekolah.


(1)

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Penelitian yang dilakukan penulis tentang pengaruh pemahamn materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya menghasilkan 3 kesimpulan penting yaitu :

1. Pemahaman materi aqidah akhlak yang dimiliki siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya tergolong memuaskan. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh bahwa pemhaman materi aqidah akhlak siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya berada di antara (76% - 100%) yang artinya baik. Karena dari hasil penyebaran angket menunjukkan pencapaian sebesar 77,04%.

2. Perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya tergolong cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh bahwa perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya berada di anatara (56% - 75%) yang artinya cukup baik. Karena dari hasil penyebaran angket menunjukkan pencapaian sebesar 75,2%.

3. Pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya tergolong cukup mempengaruhi. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh bahwa pengaruh pemahaman materi aqidah akhlak terhadap perilaku siswa kelas XI SMA Wachid


(2)

Hasyim 5 Surabaya berada di antara (0,40 – 0,70) yang artinya cukup. Karena dari hasil perhitungan menggunakan product moment menunjukkan besar rxy = 0,438.

B.SARAN

Dari penelitian yang saya lakukan saya dapat memberi beberapa saran yakni lebih ditingkatkan kreatifitas guru dalam mengajar khususnya mata pelajaran aqidah akhlak yang mampu membuat siswa lebih mudah memahami dengan cepat materi aqidah akhlak, karena disaat siswa paham akan isi dalam meteri aqidah akhlak mereka secara tidak langsung bertindak dan melakukan aktifitas sehari – hari dari ilmu pengetahuan yang mereka pahami. Seperti contoh materi tentang akhlak terpuji dan tercela, didalam pembahasannya akan dijelaskan sifat – sifat mana sajakah yang masuk dalam akhlak terpuji dan akhlak tercela, ketika siswa memahami betul meteri tersebut, maka mereka dapat menggolongkan atau mengklasifikasikan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam kehidupan mereka, dan mereka akan menjauhi sifat - sifat yang termasuk akhlak tercela, bahkan mereka juga akan menasehati sesamanya untuk tidak memiliki sifat akhlak tercela.

Selain meningkatkan kreatifitas dalam mengajar semua guru juga ikut andil sebagai contoh teladan para siswanya dalam berprilaku. Terutama guru mata pelajaran agama khususnya yang mengajar aqidah akhlaq. Apalagi jaman sekarang privasi semakin tipis dengan adanya sosial media. Dari hal ini juga


(3)

para siswa bisa mengetahui aktifitas guru – gurunya dan bisa dijadikan sebagai tolak ukur prilaku sehari - hari mereka.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru Agensindo: 2005).

Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karaker Mulia, (Jakarta: Rajawali Perss, 2013).

Ahmad Amin, Kitab al-Akhlak, (Kairo: Dar al-Mishriyah, 1929).

Al Mas’udi, Tafsir al-akhlaq fil ilmi al-akhlaq (Surabaya: Salim Nabhan, tt). Ali Mas’ud, Akhlak Tasawuf (Sidoarjo: CV Dwiputra Pustaka Jaya, 2012).

Amran YS Chaniago. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Cet. V; Bandung: Pustaka Setia, 2002).

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996).

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2006).

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

1982).

Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I; Jakarta:

Mediyatama Sarana Perkasa, 1946).

As’ad thoha, Aqidah Akhlaq Untuk SMA/SMK Kelas 10, (Sidoarjo: Al Maktabah.

2007).

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 2002).

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011)

Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997).

Djanlinus Syah dkk, Kamus Pelajar Kata Serapan Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1993).

Faqih arifin, Aqidah Akhlak Untuk SMA/SMK Kelas 11, (Sidoarjo: Al Maktabah. 2008).


(5)

Herri Zan Pieter dan Namora Lamongga Lubis, Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta: Kencana Prenata Media Group, 2010).

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-pengaruh-menurut-para-ahli.html. Diakses pada 15 Desemeber 2016

http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-perilaku-konsep.html. Diakses pada 17 Desember 2016

Ibn Miskawaih, Tahdzib al – Akhlak fi al-Tarbiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

1985).

Ine I dkk, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).

Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: CV Sinar

Baru, 1989).

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2008).

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005).

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya, 2006)..

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008

Pius A. Partanto, et.al., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994).

Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengkurunnya, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011).

Salim dan Said, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005). Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2015).

Suharsimi Arikunto. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). (Cet.IX;

Jakarta: Bumi Aksara,2009).

Tim Penyusun Buku Pedoman UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Proposal dan


(6)

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Pess.2013).

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya:

UIN Sunan Ampel Press.2013).

W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,