Pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa di Madrasah Ibtidaiyah Persis Burungayun Sukakarya Banyuresmi Garut

(1)

BANYURESMI GARUT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

HENDI SOPANDI NIM : 1810011000030

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

Kata kunci : Pembelajaran Aqidah Akhlak, Perilaku Siswa

Pembelajaran Akidah akhlak termasuk faktor penting dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Kerapkali kemunduran anak disekolah sering disebabkan oleh keadaan pembelajaran di sekolah. melalui pembelajaran akidah akhlak maka akan sangat membantu anak untuk berperilaku yang baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya pembelajaran akidah akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak, berdasarkan study penelitian di MI Perisi Burungayun Banyuresmi Garut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Realitas pembelajaran Akidah akhlak, 2 ) realitas Perilaku siswa, 3) realitas pengaruh antara pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa.

Dalam penelitian ini di asumsikan bahwa perilaku siswa memiliki ketergantungan terhadap pembelajaran akidah akhlak . Dari asumsi tersebut, maka diajukan suatu hipotesis bahwa “ pembelajaran akidah akhlak harus diterapkan sebagai pondasi dasar siswa supaya menjadi manusia baik yang beriman dan beramal shaleh“.Untuk membuktikan hipotesis tersebut, di adakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan angket dan Kuesioner. Sedangkan tehnik analisis datanya melalui pendekatan statistik Spearmen Corelation

Berdasarkan hasil analisis data di peroleh hasil bahwa : 1 pembelajaran akidah akhlak mencapai kualifikasi tinggi ( skor 4.35); 2) realitas perilaku siswa mencapai kualifikasi tinggi ( skor 4.38 ); realitas pengaruh antar keduanya : a) relitas korelasinya termasuk tinggi ( skor 0,97 ); b) kadar pengaruhnya 59 % dan masih ada 41 % di pengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhinya; c) hipotesisnya di terima ( thitung 32.1 > ttable 1.65 ).


(7)

vii

Rasa syukur tak mampu hamba ucapkan dengan kata – kata ya Alloh, ketika kau begitu setia menggerakkan tangan hamba hingga kata-kata menggunung dalam tulisan ini hamba yakin tidak ada daya dan upaya yang hamba miliki selain idzinmu.

Rasa cinta yang bermuara dalam sukma tak cukup untuk menghantarkan hamba ketika kerinduanku kepada Rosulmu ya Alloh, kadang hadir disetiap sudut hidupku, kadang ada di saat kuterlena dalam dosa, rindu akan pesona akhlaknya yang senantiasa jadi panutan sepanjang masa selalu abadi sepanjang hari semoga shalawatmu dan keselamatan darimu senantiasa engkau curahkan kepadanya ya Alloh, tak lupa kepada shabatnya, keluarganya, seluruh ummat yang taat dan patuh di jalanmu hingga akhir waktu..

Sebagai hamba yang sangat lemah hamba ingin sekali menyampaikan rasa terima kasih dan rasa syukur kepadamu ya Alloh dan kepada berbagai fihak yang membantu dan mendukung hamba dalam menyelesaikan tulisan ini, hamba sadari dan hamba akui betapa banyak terjal yang ada tapi atas motivasi dan atensi mereka hingga akhirnya sampai juga pada ujung harapan. Terutama hamba sampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Hj, Dra, Nurlena Rifa’i MA. P.hd. selaku Dekan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta segenap curahan atensinya.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag. Selaku Dekan Ketua jurusan/ sekretaris PAI yang telah memberikan motivasi, nasihat serta aspirasinya.

3. Pembimbing Bpk Drs. H. Ghufron Ihsan MA. atas, perhatian dan dorongan banyak waktu, pikiran tenaga yang hamba sita atas kesabarannya hamba mampu menyelesaikan tulisan ini.


(8)

viii

tu setia menjelma dalam bingkai hati, atas do’a yang terucap atas asa yang terpatri lewat do’anya dan linangan airmatanya senantiasa mengiringi hari-hariku tak kenal masa tak kenal waktu bak mentari tak pernah absen sepanjang hari.

6. Kepala Sekolah MI Persis Burungayun yang telah memberikan idzin kepada hamba untuk penelitian dalam skripsi ini.

7. Kawan-kawanku di UIN Syarif Hidayatullah Kls B yang telah banyak membantu penulis terutama yaitu Cepy Zulkifli, Suparno, Dian Hendiana, Ahmad Asrori dll

8. Sang Queen heart istri serta anak- anakku Hadwa dan Yamni atas keberadaan mereka menjadi pemicu di kala putus asa jadi penerang di kala gulita jadi pendorong kala onak dan duri bertaburan di depan mata.

9. Terakhir hamba sampaikan terima kasih sobatku Awan Setiawan yang banyak sekali apresiasi dan atensi darinya kala hamba menyusun dan menyelesaikan tulisan ini.

Hamba yakin betul tulisan ini masih sangat jauh dari harapan tentunya hamba mengharapkan koreksi dan masukan semua fihak untuk perbaikan akhirnya kepada Allah jualah penulis serahkan atas apa yang telah di usahakan semoga Allah memberikan kebaikan kepada kita semua.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis

Hendi Sopandi


(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAPTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI PENELITIAN A. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8

1. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak ... 8


(10)

x

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Siswa... 16

3. Indikator perilaku Siswa ... 18

C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa ... 28

D. Hiptesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempet Penelitian ... 30

B. Variabel Peneltiian ... 31

C. Populasi dan Sample ... 32

D. Metode Penelitian ... 33

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 34

F. TabelAnalisa Data ... 35

G. Hipotesis Stastistik ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAKTERHADAP PERILAKU SISWA A. Kondisi Objektif MI Persis Banyuresmi Garut ... 38

1. Sejarah Singkat ... 38


(11)

xi

MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut ... 40

C. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 42

D. Analisa Data ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan-Kesimpulan ... 55

B. Saran –saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA57 LAMPIRAN – LAMPIRAN A.Angket Variabel X ... 59

B. Angket Variabel Y ... 63

C . Kisi-Kisi Penelitian ... 67

D. Struktur Organisas sekolah ... 68

E. Surat Izin/Keterangan Telah melakukan penelitian ... 69 BIODATA PENULIS

A. Dapatar Riwayat B. Lembaran persembahan


(12)

xii

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Keseluruhan ... 32

Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan keimanan ... 41

Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial ... 42

Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Ibadah ... 42

Tabel 4.4 Jumlah Rata-rata jawaban indikator Pembelajaran aqidah akhlak terhadap pembinan Sosial Anak ... 43

Tabel 4.5 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel X ... 44

Tabel 4.6 Hasil secara Riciannya X ... 44

Tabel 4.1 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah khlak Terhadap Perilaku Hubungan Manusia dengan Allah Dalam ibadah Shalat dan Shaum ... 45

Tabel 4.2 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia Dengan Sesama ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Rata-rata Jawaban Indikator Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa dalam Hubungan Manusia dan alam sekitar ... 46

Tabel 4.4 Daptar Jawaban Responden untuk Variabel Y ... 47

Tabel 4.5 Hasil secara Riciannya Y. ... 48


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. 1

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia

1

Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar

Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke-2, h. 11


(14)

menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai sistem maupun institusinya , merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia.

Banyak hal yang melatarbelakangi perubahan atau kemerosotan perilaku mental aqidah dan akhlaknya tidak sesuai dengan ajarann Islam yang ironisnya lagi melanda siswa dimana nilai-nilai akhlakul karimah atau akhalak terpuji sudah sering ditinggalkan seperti adab kepada Allah, orang tua, guru, temen, mahluk lainnya, kurang sopan, berkata kasar/jorok berbohong, rasa takut selain kepada Allah yang berlebihan dan lain-lain. Dalam hal ini perlu diterapkan suatu metode pembelajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar aqidah akhlak dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan pembelajaran yang menyenangkan dan juga aktif.

Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran aqidah akhlak merupakan tahap dasar penerapan keyakinan dan juga bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan

2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005)


(15)

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Tujuan pendidikan suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandang hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bengsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai keterampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan keimanan sempurna.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. 4

Dalam firman Allah SWT mengatakan:































Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)5

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu

3

Ibid, h. 310

4. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004),hln . 1

5. Departemen Agama Republik Indonesia ,Al Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Toha


(16)

pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak. 6

Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antra hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan orang tua murid.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanua. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya.

Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental. Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

Menurut M. Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah Pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohanidan jasmaninya akhlak dan ketrampilanya untuk menghadapi berbagai keadaan.7 Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki

6

. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2

h. 76 7

Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisidan odernisasi menuju Meleniu Baru (Jakarta: LogosWacana Ilmu .th 2002) hlm 5


(17)

nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai-nilai-nilai Islam.8

Pendidikan akidah akhlak sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.9

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Agar anak-anak mempunyai akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik.

Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah islamiyah. Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap Pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis Burungayun,banyuresmi Garut Jawa Barat. Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Akidah akhlak adalah menanamkan tauhid dan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga iman dan akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.

2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia. Sabda Nabi Muhammad SAW

“Sesunguhnya” aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budi

8

. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998)

9


(18)

pekerti) . (HR. Bukhori)

3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan akidah akhlak terhadap perilaku Siswa di MI Persis Burungayun Garut.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang di atas maka penulis dapat identifikasi masalah – masalah pada penelitian ini yaitu fakktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku siswa, baik faktor yang dapat menjadikan perilaku yang baik atau faktor yang dapat menjadikan perilaku buruk. Masalah – masalah yang dapat mempengaruhi perilaku siswa dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Suasana keluarga yang agamis atau Islami 2. Lingkungan masyarakat

3. Tempat belajar atau sekolah 4. Teman bermain siswa 5. Pergaulan sehari – hari 6. Guru – guru di sekolah 7. Keadaan ekonomi siswa

8. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pembelajaran akidah akhlak.

C.Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas terdapat berbagai penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas dan pembahasannya lebih terarah maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada “ Pengaruh pembelajaran akidah Akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis burungayun, kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut tahun 2014.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:


(19)

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persi Burungayun Banyuresmi Garut?

2. Bagaimana perilaku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi Kabupaten Garut?

3. Bagaimana hubungan pendidikan aqidah akhlak terhadap perilaku siswa di MI Persis burungayun Banyuresmi Garut?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak di MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut.

2. Untuk mengetahui tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut.

3. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di MI Persis Burungayun Banyuresmi Garut.

F. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini akan berguna untuk :

a) MI Persis Burungayun Garut, dalam mengetahui pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhadap perilaku siswa

b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh terhadap perilaku siswa di MI Persis burungayun.


(20)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkunan belajar.1 Dalam pembelajaran aqidah akhlak pembelajaran yang berisi yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk memahami rukun iman dengan serderhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Aqidah adalah berasal dari kata “ „aqudz, yang berarti pengikatan. Banyak sekali Bahasa Arab yang berkaitan dengan kata aqidah, seperti “I‟tiqad yang berarti kepercayaan hati “ Mu‟aqid”yang berarti yang beri‟tiqad”(yang mempercayai). Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati.Dengan demikian dapat diartikan bahwa aqidah menurut bahasa adalah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu atau sesuatu yang

1. Abd. Rozak, M. Si, Fauzan MA. Dan Drs. H. Ali Nurdin M. Pd. Kompilasi undang-


(21)

dipercayai hati. Sedangkan menurut istilah aqidah adalah suatu kesatuan keyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya,Kitab-Nya ,Rasul-Nya,hari pembalasan danTakdir baik dan buruk semuanya dari Allah.2 Dan menurut pendapat yang lainnya aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.3

M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.

4

Adapun aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan. Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.5 S edangkan Syekh Hasan Al-Banna menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.6

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam kamus Dairatul Ma‟arif disebutkan bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. Dengan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang sudah tertanam dalam diri manusia, ada yang berupa perbuatan yang baik dan mulia akhlak al- karimah) dan ada pula perbuata yang buruk dan tercela (al-akhlak al madzmumah). Sedangkan menurut istilah dalam kitab Ihya Ulum al-Din Akhlak dikemukakan oleh Imam al-Ghajali yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa

2

Sutrisna Sumadi, Rafi‟uddin. Pedoman pendidikan Aqidah Remaja (Jakarta: Pustaka

Quantum, 2002) Hlm. 31-33 3

Abdullah bin „Abdil Hamid al-Atsari, Panduan Aqidah Lengkap (Bogor: Pustaka Ibnu

Katsir, 2005) Hlm. 28 4

Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam (Surabaya: Al Ikhlas, 1983) Hlm. 51

5

Syaikh Mahmoud Syaltout, Islam sebagai Aqidah dan Syari’ah (1) (Jakarta: Bulan

Bintang, 1967) hlm. 28-29 6


(22)

yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.7 Selanjutnya Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak ia yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.8

Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu”.9

Adapun Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Dalam penjelasannya, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. apa yang bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak.10

Dengan demikian pembelajaran aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan Qur‟an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ,latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dan hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11

Sedangkan Pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,menghayati, meyakini

7

Drs.H.Badri Yatim MA Pelajaran Akhlak bagian I,(Bapinroh .Jakarta 1996) hlm. 9-10

8

Ibid., Hlm. 243 9

Depag, Panduan Pesantren Kilat (Untuk Sekolah Umum) Op. Cit., hlm. 72

10

Tim Dosen Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Malang: IKIP

Malang, 1995) hlm. 170 11

Depag, Kurikulun dan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (Jakarta:


(23)

kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.12

Dari berbagai pendapat di atas meskipun terjadi perbedaan dalam memformulasikannya namun pada hakekatnya yang membuat rumusan itu mempunyai titik tekan yang sama tentang apa pendidikan aqidah akhlak itu sendiri. Bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan suatu sarana pendidikan agama Islam yang didalamnya terdapat bimbingan dari pendidik kepada peserta didik agar mereka mampu memahami, menghayati, dan meyakini kebenaran ajaran agama Islam, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih penting, mereka dapat terbiasa melakukan perbuatan dari hati nurani yang ikhlas dan spontan tanpa harus menyimpang dari Al-Qur‟an dan Hadist.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup merupakan obyek utama dalam pembahasan pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

a. Aspek akidah ( keimanan) meliput:

1. kalimat thayyibah sebagai meteri pembiasaan seperti laa ilaahaillaah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Alluhu Akbar,ta’awwudz,Maasya Allah, Assalamu „alaikum, laa haula walaa quwwata illaa billah dan istighfaar

2. Al- Asma al-husna sebagai materi pembiasaan seperti al-Ahad, al-Khalik, ar-ahman ar Rahiim al-hamiid, asy-Syukur, al-Quduus, as-Shammad dan sebagainya.

3. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah al-asma al-husna dan pengenala terhadap shalat lima waktu sebagai menifestasi iaman kepada Allah.

4. Meyakini ruku iman ( iman kepada Allah , Malaikat, itab, Rasul, hari akhir serta qada dan qadar Allah)

12

Moh. Rifai, Aqidah Akhlak (Untuk Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 1994 Jilid 1


(24)

b. Aspek akhlak meliputi:

1. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) seperti: sopan santun, disipln hidup bersih, patuh, tolong menolong, dan sebagainya.

2. Menhindari akhlak tercela (madzmumah) seperti: hidup kotor, berbicara kotor / kasar, bohong, sombong, malas, durhaka putus asa dan sebagainya.

c. Aspek adab Isalami,meliputi:

1. Adab terhadap diri sendiri Yaitu: adab mandi,Tidur, buang air besar/ kecik, berpakaian dan sebagainya,

2. Adab terhadap Allah yaitu: adab di mesjid, mengaji beribadah.

3. Adab terhadap sesama yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, temen dantetangga.

4. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang, tumbuhan, di tempat umum dan di jalan.

d. Aspek kisah teladan, Meliputi:

kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengantentara semut dan umatnya, nabi Muhammad di masa kecil dan remaja, Ashabul Kahfi, kelicikan saudara-saudara nabi Yusuf AS dan sebagainya. 13

Dan menurut ruang lingkup pendidikan aqidah akhlak menurut Moh. Rifai meliputi:

a. Hubungan manusia dengan Allah.

Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliqnya mencakup dari segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, dan iman kepada rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha- qadarNya.

b. Hubungan manusia dengan manusia.

Materi yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan lingkungannya.

Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam


(25)

lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.14

Menurut buku yang dikutip oleh Departemen Agama, pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasannya antara lain sebagai berikut:

a. Aspek aqidah, terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, rasul Allah, sifat-sifat dan mu‟jizatnya, dan hari kiamat.

b. aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, raja‟, taubat, tawadhu, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta‟aruf, ta‟awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.

c. Aspek akhlak tercela meliputi kompetensi dasar kufur, syirik, munafik, namimah, takabur, tamak dan ghadab.15

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa objek pendidikan aqidah akhlak tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan hubungan manusia dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungannya. Sehingga terwujudlah keyakinan yang kuat, yang pada akhirnya terbentuklah akhlak yang luhur yakni akhlak terpuji.

3.Tujuan Pembelajaan Aqidah Akhlak

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk menuju kesuatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, sebab dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik itu dibawa. Karena pengertian dari tujuan itu sendiri yaitu suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.16

14

Ibid., hlm., 51

15.Mulyadi dan Masan Alfat, Aqidah Akhlak( Semarang. PT Karya Toha Putra 2003) hlm

33-46 16


(26)

Maka pembelajaran akidah akhlak di madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah isla sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keiman dan ketakwaan kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhalk mulia dan menghinari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-haribaik dalam kehidupan intividu maupun sosial, sebagai menifestasi dari ajaran nilai-nilai akidah Islam.17

Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut:

Tujuan akhlak menurut Barmawie Umary yaitu supaya orang dapat terbiasa atau melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela. Dan supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.18

Menurut Mohd. Athiyah Al-Abrasyi tujuan dari pendidikan moral atau akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kamauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.19

Sedangkan Menurut Moh. Rifai tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.

b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam

17. Ibid, Abd Rozk, hlm, 548

18

Barmawie Umary, Materi Akhlak (Solo: CV. Ramadhani 1991) hlm. 2

19

Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan


(27)

hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.

c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.20

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat penulis ambil suatu kesimpulkan bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sangat menunjang peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT serta dapat memberikan pengetahuan sekitar pendidikan agama Islam ke arah yang lebih baik.

B. Perilaku Siswa

1. Pengertian Perilaku Siswa

Perilaku siswa terbentuk dari dua kata, yaitu kata “ perilaku” dan kata ”siswa”. Untuk memberi arti keseluruhan kata tersebut, penulis terlebih dahulu akan menguraikan pengertian perilaku.

Secara etimologi kata perilku merupakan kata benda abstrak ( noun ), yang menurut kamus besar Bahasa Indonesia di artikan gerak ,olah, laku, sikap atau perbuatan. Perilaku atau tingkah laku ( behavior ) merupakan daya gerak (gerakan ) manusia biologis yang didasarkan pada sistem syaraf yang terdiri atas komposisi sel-sel yang di sebut “ neurons” . Apabila mendapat stimulasi, neurons dorongan-dorongan elektronis yang merangsang gerakan elektronis lainnya guna merangsang gerakan neurons lainnya guna merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.

Lebih lanjut di katakana bahwa perilku atau tingkah laku manusia secara umum terbagi atas dua bentuk,yaitu:

a. Responden Behavior, yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak sengaja selalu bergantung stimuli.

20


(28)

b. Opent Behavior, Yaitu tingkah laku yang disengaja dan tidak selalu bergantung pada stimuli.21

Sedangkan perilaku adalah reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap). Menurut Hamzah ya‟qub “ perilaku mengandung persamaan arti dalam bahasa Indonesia dengan perkataan akhlak22Perilaku mencakup pernyataan hidup individu yang meliputi asfek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan perilaku adalah gejala tindak tanduk seseorang yang tidak hanya meliputi asfek psikis tetapi juga berbentuk ucapan atau fisik yang bertolak dari asfek kognitif, afektif dan fsikomotornya sebagai cermin dari kepribadiannya.

Adapun kata “ siswa” artinya pelajar atau di identikan dengan seseorang yang sedang sekolah yang menggali ilmu..

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Siswa

Perilaku individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari lingkungan di luar dirinya bahwa dalam tingkah laku organisme tidak lepas dari dari pengaruh organisme itu sendiri. Sedangkan menurut Hamzah ya‟qub faktor- faktor yang turut mencetak dan mempengaruhi perikalu manusia dalam pergaulannya meliputi masalah manusia sebagai pelaku akhlak, insting (naluri) kebiasaan, keturunan, lingkungan, kehendak, suara hati, dan pendidikan.23

Manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah memiliki banyak keunikan dalam berperilaku. Keunikan yang dimaksud di karenakan adanya perpaduan antara perbedaan fisik dan mental ini akan melahirkan perilaku yang beralasan.

Untuk melahirkan perilaku yang baik yang dapat dirasakan oleh orang lain dalam berinteraksi memerlukan persiapan fisik dan mental yang selaras, karena apabila keselarasan tidak terjadi akan menciptakan ketidakseimbangan antara kesanggupan penghayatan dan kesanggupan pengamalan Agama. Setiap kelakuan

21 Maila Dinia Husni Rahim. Psikologi Perkembangan peserta Didik. (Jakarta: Diktat

perkuliahan 2011) hlm 117

22Hamzah Ya‟qub,Etika Islamakhlak muli

a. (Bandung: Diponegoro, 1996)hlm 151 23


(29)

dan tindakaan manusia berasal dari sebuah kehendak yang di gerakan oleh naluri. Naluri ini merupakan sesuatu yang di bawa manusia sejak lahir dan merupakan pembawaan asli manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia harus menyalurkan nalurinya sesuai dengan norma dan ajaran agama untuk menghasilkan perilaku yang baik. Apabila manusia menyalurkan nalurinya dengan salah akan menghasilkan perilaku yang buruk dan akibat yang merugikan.

Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya adalah berupa naluri bertuhan. Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya, naluri ini disalurkan kedalam hidup beragama”24 . Dengan demikian, kebutuhan manusia untuk beragama tidak dapat dihindarkan. Karena pada dasarnya manusia akan merasakan ada sebuah kekuatan yang lebih dari selain dirinya. Ketika ia sedang berada dalam kesulitan dan orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah Allah secara kaffah yang di realisasikan dalam perilaku.

Adapun dengan kebiasaan itu, di maksudkan dengan perbuatan yang selalu di ulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk di kerjakan. Karena seseorang ingin merubah kebiasaan lama dengan sebuah perilaku yang baru yang lebih baik, tentu akan membutuhkan waktu dalam pelaksanaanya. Hal itu dikarenakan kuatnya pengaruh kebiasaan lama yang apabila ada perubahan akan menimbulkan reaksi dari dalam pribadi itu sendiri.

Dalam berperilaku, reaksi yang timbul itu diredam dengan usaha pemahaman terhadap ajaran Agama, dengan demikian maka kesadaran pengamalannya dalam hal ini berperilaku akan terlaksana dengan baik juga.

Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung pada hatinya, bila hatinya baik maka akan baik seluruh perilakunya, dan bila hatinya buruk akan buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak akan terlihat kebaikannya apabila pemilik nya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, hal ini akan menyebabkan hati tertutup dalam menerima pancaran cahaya kebenaran, sedangkan hati yang selalu

24


(30)

di tuntun untuk meninggalakan kegelapan akan menjadi landasaan bagi pola tingkah laku yang baik.

Manusia dilahirkan dengan mewarisi sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya, adapun yang diturunkan bukanlah sifat yang di miliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan., adat atau pendidikan, melainkan bawaan sifat-sifat sejak lahir, sifat-sifat ini berupa sifat jasmaniah dan sifat rohaniah. Orang yang memiliki mewarisi kekuatan fisik tentunya berbeda dengan orang yng tidak memiliki kekuatan fisik dalam bertindak. Demikian pula orang yang memiliki kekuatan rohaniah dengan orang yang tidak memiliki kekuatan rohaniah akan memperlihatkan perbedaan dalam bersikap. Orang yang memiliki kekuatan fisik dan kesehatan rohani akan memiliki perilaku yang diwujudkan dalam aktifitas yang energik,cerdas dan terkendali.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan sekitar nya, lingkungan yang di maksud adalah lingkungan alam dan lingkungan pergaulan, orang yang hidup di lingkungan alam yang subur akan berbeda dengan orang yang hidup di lingkungan alam tidak subur, orang yang hidup di lingkungan yang kurang subur akan cenderung lebih bisa menghadapi kesulitan dan tantangan hidup, begitupun dalam kehidupan pergaulan, setiap lingkungan di mana individu berada akan mempengaruhi karakter dan perilakunya. Perilaku akan muncul bila lingkungan pergaulannya mendukung.

Dengan gambaran di atas dapat difahami faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pada seseorang meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Yang termasuk kedalam intern adalah manusia sebagai pelaku akhlak,insting, kehendak, dan suara hati, sedangkan faktor ekstern mencakup keturunan, lingkungan dan pergaualan.

3. Indikator Perilaku Siswa

Agama Islam sebagai agama yang selamat memiliki seorang Rasul yang sangat mulia, Rasulullah Saw di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Di dalam Islam akhlak atau perilaku itu terbagi menjadi tiga yang meliputi, hubungan individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesama manusia, dan hubungan individu dengan lingkungan.


(31)

Perilaku yang religius atau Islami sepanjang ajaran agama berkisar pada perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal terhadap Tuhan maupun secara horizontal terhadap sesama makhluk25. Adapun indikator perilaku antara lain sebagai berikut :

a. Hubungan individu dengan Allah di antaranya Shalat dan shaum.

b. Hubungan manusia dengan sesama anatara lain berbuat baik kepada orang tua, berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada diri sendiri.

c. Hubungan manusia dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan, dan memelihara tanaman dan tumbuhan.26

Berdasarkan pendapat di atas dapat di tentukan bahwa indikator perilaku siswa yaitu :

1. Hubungan Individu dengan Allah Swt.

Kedudukan manusia di alam jagat raya ini disamping sebagai seorang khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam dengan segenap daya potensi yang di milikinya, juga sebagai „abdi Allah, yang seluruh usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam ranggka ibadah kepada Allah.

“Kewajiban manusia pada kholiqnya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai wujud dan maujud “27

. Pengabdian kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim pengabdian kepada Allah Swt mengandung arti beribadah atau membaktikan diri ke hadirat Allah Swt, beibadah kepada Allah yakni melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholik. Dalam masalah ketergantungan, manusia selalu memiliki ketergantungan kepada orang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan adalah ketergantungan kepada Yang Maha Kuasa.

Dari penjelasan di atas maka wajiblah manusia mengadakan hubungan dengan Allah yanag mencerminkan penghambaan diri, tunduk, dan menyerahkan

25

M. Hafi Anshari.Dasar-dasar Ilmu jiwa, (Surabaya.Usaha Nasional. 1991) hlm 48

26 Moh.Ardani. Akhlak Tasawuf. Nilai-nilai Akhlak / Budipekerti dalam Ibadah dan

Taswuf (Jakarta: CV Karya Mulia 2005) hlm 49-57 27


(32)

semua keputusan di dalam kehidupannya kepada Allah, sifat keesaan Allah dan pe nghambaan makhluk ini sesuai dengan Al-Qur‟an surat al-Ikhlas ayat 1-4



























: صاخاا

۱

Katakanlah Dia-lah Allah, yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia( Q.S. Al Ikhlas1-4).28

Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama direlisasikan dalam ibadah dengan bentuk yang bermacam-macam, dan sebagai bukti penghambaan diri, ibadah ini hendaknya di sertai dengan ketaatan dan keikhlasan karena Allah semata. Karena apabila tidak dibarengi dengan perasaan itu maka nilai ibadah itu hanya berupa gerakan saja tanpa ada nilai lain dalam pandangan Allah.

Adapun bentuk hubungan individu dengan Allah terimplementasi dalam bentuk, diantaranya adalah ibadah shalat, shaum, dan lainya.

a. Shalat

Secara bahasa shalat adalah do‟a adapun arti secara istilah adalah perbuatan yang di ajarkan oleh syara yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam29.

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang di wajibkan bagi setiap orang yang mukallaf, Shalat fardu sebagai ibadah yang paling utama yang banyak mengandung faidah dan hikmah bagi yang mengerjakannya, diantaranya adalah shalat dapat memberikan ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatan keji dan munkar serta menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Ankabut ayat 45.

28

Depag RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya ( Jakarta: Samara Mandiri Tahun 1999) hlm

,1118 29


(33)























































: ت بك اا (

٤٤

)

Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al Ankabut 45) 30

b. Shaum

Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat31. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 187:







































































































































































Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahannafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu

30

Depag RI. Op Cit. hlm 635 31


(34)

sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.(QS. Al Bakarah: 187) 32

Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagai mana Firman Allah swt:











































Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. Al Bakarah:183).33

Perintah yang terkandung dalam ayat di atas adalah puasa Ramadhan itu di wajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, adapun hikmahnya yang dapat di ambil sebagai berikut :

1. Disiplin rohani

2. Pembentukan akhlak karimah 3. pengembangan Nili-nilai sosial

4. penjelasan tentang kondisi psikologis manusia yang berpengaruh terhadapkondisi fisiknya.34

2. Hubungan Manusia Dengan Sesama

Untuk membatasi pembahasan, maka berbuat baik atau hubungan manusia kepada sesama di batasi pada berbuat baik , berbuat kepada orang tua, guru, teman sebaya, dan kepada diri sendiri.

a. Berbuat baik kepada Orang tua

Orang tua adalah dua insan utama yang sangat menentukan keberadaan anak di dunia, sebab dengan cinta kasihnya, anak dapat mengenal dunia dan kehidupannya, ibu telah mengandung dengan susah payah, bahkan sampai mempertaruhkan nyawa dan jasadnya, tiada yang mampu menyamainya oleh karena itulah seseorang harus berbuat baik kepada orang tua “ Ibu dan ayah adalah

32

Depag RI. Op Cit .hlm 45 33

Ibid., hlm., 44 34


(35)

kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya jasanya tidak dapat di hitung dan di bandingkan dengan harta sekalipun” 35 . sebagaimana firman Allah Swt :

























































































Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.( Q.S Al Bakarah: 83) 36

Seorang anak harus mematuhi ibu dan bapaknya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam sesuai dengan firman Allah Swt :



























































Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

(QS.Lukman:15)37

35

M. Hafi Anshari.,Op Cit., hlm 32 36

Depag RI. Op Cit., hlm 23 37


(36)

Ayah dan ibu lebih berhak dari segala manusia lainnya untuk di cintai dan di hormati karena keduanya memelihara, mengasuh, dan mendidik. Berbuat baik terhadap harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran islam yaitu “

Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang perlu di tunaikan oleh anak kepada orang tuanya, yaitu mematuhinya, ikhlas, lemah lembut, merendah diri, berterima kasih, memohon rahmat dan magfiroh, setelah wafat menyolatkan nya, memohon rahmat dan ampunan Allah, menyempurnakan janjinya, menghormati sahabatnya, dan melanjutkan jalinan pertalian tali silaturrahmi yang sudah terjalin selama orang tuanya masih hidup”38

b. Berbuat baik kepada Guru

Selain kepada orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik kepada guru. Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk kepentingan anak didik, di akui atau tidak jasanya tak ternilai yakni mendidik siswa sampai tahu segala hal, melalui tangan halus dan sikap lemah lembut mereka, siswa yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa, memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan. Guru mengajar anak didiknya menulis, membaca, mengajarkan aneka pengetahuan, melatih berbagai ilmu keterampilan, dan lain sebagai nya. Oleh Karena itulah sepatutnya seorang siswa hen daklah mentaati, mematuhi, danb menghormati gurunya, terlebih lagi kepada guru agama, karena guru agama selain mengjarkan membaca, menulis juga telah mengenalkan kepada Allah Sang Pencipta Alam, mengajarkan kita cara beribadah, menunjukan segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji. Perbuatan baik kepada guru adalah hendaklah seseorang mentaati, mematuhi dan menghormati gurunya, sebagaimana sabda Nabi Saw :

) ملسم ا ر ( ى مرْكا ْدقف ْم مرْكا ْ ف اْرقْلا تْل ح اْ مرْكا

Muliakanlah guru-guru agama, karena barang siapa memuliakan mereka, maka berarti memuliakan aku ( HR. Muslim )39

c. Berbuat baik terhadap Teman

38Hamzah Ya‟qub,

Etika Islam akhlak mulia. (Bandung: Diponegoro tah 1996) hlm 153-154

39


(37)

Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu muslim yang lainnya, manusia sebagai makhluk sosial memerl;ukan orang lain dalam kehidupannya, manusia membutuhkan teman untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar pengaruhnya b agi seseorang b ahkan Rosululloh Saw pernah mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa temannya . dalam Al-Qur‟anpun Allah Swt berfirman :

























































































Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Q,S. An Nissa:36) 40

d. Berbuat baik terhadap Diri sendiri

Manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri, mereka sering lupa bahwa ia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Islam melarang manusia mencelakakan dirinya tidak peduli dengan keadaan diri dan masa depannya, dengan menjaga dirinya dari hal-hal buruk, itu menandakan manusia sedang mensyukuri karunia Allah, berbuat kepada diri sendiri ini meliputi aspek jasmani dan rohani, manusia dilarang membiarkan jasmaninya kotor dan rusak juga tidak menjaga jasmaninya, membiarkan diri tidak bertambah ilmu dan mengikuti hawa nafsu adalah merupakan hal yang menyebabkan rohani tidak sehat, perintah berbuat baik terhadap diri sendiri tercantum dalam Al-Qur‟an :

40


(38)







































































Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan(Q.S.At Tahrim:6)41

3. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

Alam sekitar di ciptkan allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, alam inipun di fungsikan Allah bagi manusia sebagai upaya menjalankan tugas manusia di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah, semua makhluk mengambil tempat dan waktu dalam suatu lingkungan di alam sekitarnya. Dan makhluk hidup sangat tergantung akan keberadan alam dalam mempertahankan kehidupannya. Di alam ini antara makhluk hidup dan makhluk tidak hidup memiliki saling ketergantungan adakalanya kehidupan manusia bergantung kepada benda-benda mati seperti air, udara,tanah sinar matahari, barang tambang dan lain sebaiginya. Karena dengan akal yang dimiliki, manusia dapat mengolah dan memanfaatkan benda-benda mati itu yang mengakibatkan kebutuhan hidupnya terpenuhi. Selain manusia tergantung sama makhluk hidup yang lainnya berupa tumbuhan bahan makanan, tumbuhan yang di pakai bahan pakaian, obat-obatan yang berasal dari tanaman, serta binatang untuk membantu pekerjaan, pelengkap gizi dan kesenangan.

Apabila salah satu komponen di alam ini hilang atau rusak akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan ini akan berpengaruh besar kepada manusia, karena manusia akan tidak merasa nyaman dalam kehidupannya dan kesulitan mengatur keselarasan alam.

Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan, bukan saja terhadap manusia tapi juga terhadap makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, oleh karena itu keserasian alam harus tetap terjaga,

41


(39)

sehingga secara kesinambungan tetap dalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan, akhlak terhdap lingkungan ini dapat terwujud dalam bentuk perbuatan ihsan yaitu menjaga keserasian dan kelestariannya dengan tidak merusak lingkungan hidup, sebagaiman firman Allah Swt:

































































Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S Al Qashash:77)42

Dari ayat di atas jelaslah bahwa perusak tanaman, pemusnahan binatang dan segala perbuatan yang merusak lingkungan hidup merupakan larangan agama bahayakan, seharusnya manusia menjaga dan memeliharanya. Akhlak terhadap lingkungan alam dapat dilakukan dengan cara :

1. Memiliki perasaan kasih dan sayang terhadap semua makhluk Allah yang ada di alam, tidak menyakiti badan dan perasaanya walaupun terhadap binatang, bukankah Nabi Sulaiman A.S juga bersifat demikian tidak mau menyakiti semut yang akan terinjaknya.

2. Memelihara hewan yang di muliakan oleh agama

3. Menjaga kelestarian alam dengan melakukan penghijauan, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan bahan-bahan alami atau yang dapat di daur ulang

C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa

Pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap perilaku siswa di sekolah adalah keadaan sesuatu yang kita ajarkan atau aktifitas dimana ada efek dari hasil pembelajaran kepada siswa di sekolah maupun diluar sekolah, obyek yang kita

42


(40)

berikan pengajaran aqidah akhlak supaya akan melahirkan sebuah tanggapan atau anggapan qolbaniyyah ( hati ) zhahirnya sering di sebut keimanan, jika kita perhatikan keimanan bersumber dari hati seseorang tetapi yang menyebabkan keimanan itu berasal dari apa yang bisa di rasakan oleh panca indera misalnya pendengaran, penglihatan, dan perasaan.

Secara psikologis, manusia akan menyukai suatu objek apabila objek tersebut di tanggapi dengan positif, begitupun sebaliknya ia tidak menyukai suatu objek jika di tanggapi dengan negatif, rasa suka dan tidak suka merupakan hasil dari tanggapan terhadap objek. Anak akan cenderung menangkap terhadap apa yang ia rasakan di sekolah maupun di luar sekolah, baik itu yang di dengar, yang di lihat, dan yang di rasakan dan itu akan menjadi sebuah keyakinan dan akan membentuk karakter, watak. Sikap, dan perilaku di kemudian hari, oleh karena itu apabila suasana dalam sekolah, keluarga,lingkungan sangat bagus, religius, Islami.

Hal tersebut akan mendorong kepada anak untuk berperilaku dengan baik suatu kehidupan seseorang yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah, oleh karena melalui pembelajaran aqidah akhlak yang demikian itu tumbuh perkembangan efektif anak secara benar sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar43 Kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada siswa dengan contoh kisak-kisah yang menpengaruhi aqidah akhlak yang baik, akan menjadi perilaku siswa dan bekal (nasihat) yang dilaksanakan secara terus menerus dalam kehidupannya dapat mentranspormasikan, menginternalisasikan nilai-nilai secara baik pada diri anak, sehingga pembelajaran akidah akhlak menjadi sumber nilai dan pegangan dalam bersikap dan berperilaku baik dalam ruang lingkup pergaulan, belajar dan lain sebagainya., lebih jelasnya semakin baik penerapan pembelajaran aqidah akhlak terhadap perilaku siswa maka akan semakin bagus pula perilaku siswa, baik di sekolah atau di luar sekolah.

43


(41)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu pembelajaran aqidah akhlak di sekolah sebagai variabel pertama atau variabel bebas, dan perilaku siswa sebagai variabel kedua atau variabel terikat. Berdasarkan pemikiran-pemikiran sebelumnya dapat di identifikasi secara teoritik dan ditarik asumsi perilaku siswa tidak dapat di lepaskan dari siapa yang menberikan pendidikan. Beranjak dari asumsi dasar tersebut maka hipotesis dari penelitian ini

Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak terhadap perilaku siswa di MI persis Burungayun Banyuresmi Garut


(42)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Mai 2014

2.Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di MI Persis Burungayun, Jalan Burungayun Indah RT 004/ RW 07 No. 01, Kel. Sukakarya, Kec.Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, 44191.

Alasan penulis memilih MI Persis Burunayun, Sukakarya, Banyuresmi, Garut, Jawa Barat sebagai tempat penelitian adalah:

a. Sebagai tempat kelahiran penulis sehingga penulis mengetahui kondisi sekolah sebut.

b. Keadaan siswa yang masih kurang daya belajarnya, membuat penulis tertarik melakukan penelitian di MI Persis Burungayun.

c. Berdasarkan pengamatan penulis mengenai kondisi sekolah, penulis merasa tertarik untuk memberikan kontribusi positif bagi sekolah dan bagi para siswa di MI Persis burungayun


(43)

d. Penulis menginginkan MI Persis Burungayun lebih maju dan setara dengan sekolah umum lainnya.

B.Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan; berat badan, karena ada berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.38 Jadi variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian “Pengaruh Pembelajaran Akidah akhlak Terhadap perilaku

Siswa”. Selanjutnya sebagai variabel penelitiannya adalah Pembelajaran Akidah akhlak (variabel bebas) dan peilaku Siswa (variabel terikat). Agar lebih jelas dapat di perhatikan sesuai dengan diagram di bawah ini:

Diagram 1

Pengaruh Pembelajaran Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa di

MI Persis Burungayun Sukakarya Banyuresmi Garut

38 . Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif ,( Bandung: Alfabetath 2008) hlm

80

Pembelajaran Akidah Akhlak

( Variabel X )

Proses belajar mengajar dalam mata pelajaran aqidah Akhlak

Perilaku Siswa (Variabel Y )

a. Hubungan individu dengan Allah di antaranya Shalat dan shaum. b. Hubungan Manusia dengan sesama

anatara lain berbuat baik kepada orang tua, berbuat baik kepada


(1)

(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hendi Sopandi dilahirkan di Garut, tepatnya di sebuah Kampung bernama Kampung Burungayun, desa Sukakarya, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut. Pada hari Ahad Tanggal 04 Januari Tahun 1984. Penulis terlahir sebagai anak keempat dari 7 bersaudara pasangan suami isteri Bapak Nandang dan Ibu Omas Masithoh.

Adapun Jenjang pendidikan yang pernah di lalui penulis adalah : 1. SDN Sukakarya tahun 1991 – 1997

2. Tajhijiyah 1997-1998

3. Mts Pesantren Persatuan Islam 96 Tahun 1998 – 2001

4. Muallimin ( Aliyah ) Pesantren Persatuan Islam 96 Tahun 2001 – 2004

Setelah menyelesaikan Pendidikan tingkat lanjutan atas penulis sempat bekerja sebagai tenaga pendidik di SMP swasta di Jakarta. Kemudian sambil mengajar penulis melanjuatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di UIN jakarta Syarif Hidayatullah pada jurusan Pendidikan Agama Islam pada tahun 2011. dalam penyelesaian tugas akhir yakni tahun 2014 penulis melakukan penelitian yang di tuangkan dalam skripsi dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa di MI Persis Burungayun “ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.


(5)

Curahan Rasa Nan Terbuai

Seputih salju curahan sayangmu, sebening embun jutaan kasihmu

Tanpa harap tanpa balas kau ukirkan jasamu dalam derai nafasku

Kau bentangkan selendang belamu di setiap derap

langkah-langkahku

Buaian rindu kau sulamkan dalam asaku, pelangi indah kau

lukiskan dalam sukmaku

Air mata selalu kau ubah jadi permata, tangisan sendu kau jadiakn

nyanyian syahdu

Duhai mama! duhai ayah! begitulah engkau membesarkan diriku,

Baru kemarin rasanya mama antar aku ke sekolah!

Baru kemarin ayah mengajariku membaca!

Restukan anakmu agar bisa berbakti kepadamu duhai mama! duhai

ayah!


(6)

Tulisan ini kupersembahkan untukmu duhai mama!, duhai ayah!

terimalah persembahanku ini

“Ya Allah ya Rab, a

mpunilah aku

dan ampunilah kedua orang tuaku, sayangi mereka berdua

sebgaimana mereka

menyayangiku di waktu aku masih kecil “

Amin!.