Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Sumaga | GeoTadulako 2595 7780 1 PB

(1)

KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BALGIS SUMAGA A 351 08 041

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(2)

ABSTRACT

This research was conducted in Kasimbar and concerned with the parents who have drop-out school years at secondary schools/equivalent. The problems are that the first, what is the parents’ perception on their drop-out school years at secondary schools/equivalent in Kasimbar; the second, the causing factors of drop-out school years at secondary schools/equivalent in Kasimbar.

The method used was descriptive-qualitative. The population was all the parents of the drop-out school years at secondary school/equivalent, totalling 147 families and the sample was 30 families by employing non-random sampling technique (quota sampling). The data were collected through questionnaire, interview, and documentation. The data from the questionnaire were analysed by using percentages and the interview results were analysed through three phases: data reduction, data presentation, and conclusion/data verification.

The research shows that there are two kinds of the parents’ perceptions on their drop-out school years at secondary schools/equivalent; they are less good and not good. The less good response was overlooked with the positive effect rather than the negative one. The positive one was that their children could help them to have a living. In contrast, the less good response was caused by the negative effect rather than the positive one. The positive one was that many parents feel that it is difficult for their children to get a job. In addition, the causing factors of the drop-out school years were that 1) economy, that is, their job as farmers who have low income under the expensive cost for education made them unable to provide school fees for their children; moreover, their busy activities in providing a living for their family caused them not to have time to give motivation to their children; 2) the environment, that is, many school years were influenced by their drop-out peers.


(3)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan bangsa serta kehidupan yang layak dan bermutu dapat dicapai. Langkah awal untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan benar. Pendidikan pertama kali yang didapatkan yaitu di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Hasbullah (2005:1) memberikan pengertian pendididkan bahwa “Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa “.

Peranan orang tua terhadap pendidikan anak berbeda antara orang tua yang satu dengan orang tua lainnya. Ada orang tua yang menjalankan peranannya dengan baik dan berhasil dalam meyukseskan pendidikan anak, tapi tidak sedikit pula yang belum bahkan gagal menjalankan peranannya dengan baik. Kemampuan dan kesuksesan orang tua menjalankan perannya dalam menyekolahkan anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor ekonomi. Perlu ditegaskan bahwa tingkat ekonomi yang tinggi memang sangat menentukan dalam menjalankan peranan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan. Namun hal ini bukan berarti bersifat mutlak. Diakui banyak orang tua bisa berhasil menyekolahkan anak karena ditopang ekonomi yang mapan, tetapi tidak sedikit pula yang gagal meski didukung ekonomi yang kuat.

Berkaitan dengan tanggapan orang tua terhadap anak putus sekolah, maka penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang persepsi orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dengan mengambil lokasi di desa Kasimbar. Desa Kasimbar merupakan desa yang mayoritas penduduknya adalah petani dan nelayan. Saat ini banyak masyarakat petani yang hanya menggarap ladang orang lain dengan hasil tersebut dibahagi dua. Memang di desa ini sudah ada pasar mingguan tapi pasar tersebut aktivitasnya lebih didominasi oleh pedagang dari luar desa Kasimbar. Keuntungan yang positif yakni masyarakat dapat memasarkan hasil kebun mereka.


(4)

Hadirnya Sekolah Menengah Atas/Sederajat di Desa Kasimbar tak membuat pendidikan di Desa ini membaik. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya angka anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat. Berdasarkan observasi awal, dari tahun 2004-2011 ada 164 jumlah anak yang putus sekolah (sumber:data kantor Desa dan data sekolah). Anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat mempunyai persepsi tersendiri dimata pemerintah, masyarakat maupun orang tua anak itu sendiri tergantung sejauh mana anak tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya.

Putus sekolah akan berdampak besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak yang putus sekolah akan membawa keresahan sosial, ekonomi, moral dan masa depan. Keresahan sosial ialah semakin banyaknya jumlah penggangguran sehingga kadang-kadang menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk, menodong dan lain sebagainya. Akibat lainnya juga adalah sang anak sulit mendapatkan pekerjaan karena anak yang tidak mempuyai ijazah maupun tidak adanya pembekalan kemampuan bagi mereka yang putus sekolah. Akan tetapi anak putus sekolah tak selamanya akan berdampak demikian tetapi ada juga yang dapat membantu orang tua bekerja sehingga dapat menggurangi beban orang tua dari segi ekonomi. Hal inilah yang sangat dirasakan oleh orang tua anak anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar. Dampak yang dirasakan oleh orang tua akan menimbulkan suatu tanggapan terhadap anak mereka yang putus sekolah baik bersifat negatif maupun positif semua tergantung dari apa yang mereka rasakan.

Kesulitan ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa ini. Hal ini dikarenakan minimnya penghasilan orang tua ditengah mahalnya biaya pendidikan. Penghasilan yang kecil membuat orang tua bekerja keras demi mencukupi kebutuhan rumah tangga akibatnya minim pula pemberian motivasi terhadap anak yang menyebabkan anak tidak berprestasi sehingga anak malas untuk bersekolah bahkan tak jarang putus sekolah. Selain itu, minimnya pendapatan orang tua juga dapat membuat hati anak tergerak untuk mencari nafkah tambahan. Selain kesulitan ekonomi, salah satu faktor penyebab anak putus disebabkan faktor lingkungan. anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa ini karena siswa tersebut berteman dengan anak yang tidak bersekolah dan terbawa-bawa oleh kebiasaan temannya tersebut. Dengan terbawa-bawa oleh kebiasaan teman yang tidak bersekolah tersebut akan membuat siswa malas untuk sekolah.


(5)

Berdasarkan latar belakang di atas dan latar belakang peneliti yang meggeluti ilmu pendidikan geografi dimana interaksi manusia dalam lingkungan baik itu akan berdampak positif maupun negatif merupakan salah satu kajian dari ilmu pendidikan geografi, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap orang tua anak yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang berjudul “ Persepsi Orang Tua Terhadap Anak mereka yang Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kec.Kasimbar Kab.Parigi-Moutong“.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak tersebut putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Meliputi permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kec. Kasimbar Kab. Parigi-Moutong.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak tersebut putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kec. Kasimbar Kab. Parigi-Moutong.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Menurut west dalam Sukardi (2003:157) “Penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya “. Dalam hal ini peneliti ingin manggambarkan tentang persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dan faktor-faktor yang menyebabkan anak tersebut putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang berada di Desa Kasimbar.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) bahwa “ populasi adalah keseluruhan subjek Penelitian ". Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa populasi merupakan individu-individu keseluruhan subjek yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu orang tua


(6)

yang mempunyai anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang berjumlah 147 KK yang terdapat di Desa Kasimbar. Populasi ini tersebar didelapan Dusun.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Berdasarkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni angket dan wawancara maka penetapan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu kuota sampling dan purposive sampling. Kuota sampling yaitu memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. Ciri-ciri yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang esensial dari populasi. Adapun jumlah sampel yang ditentukan yaitu berjumlah 30 KK, dan pengambilan data menggunakan angket. Sedangkan purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan sengaja. Adapun jumlah sampel yang dimaksud yaitu 4 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dan 2 informan kunci yakni Kepala Desa dan KUPTD yang pengambilan data melalui wawancara. Hal ini dilakukan sebagai pelengkap informasi dari angket.

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui angket dan wawancara sebagaimana metode yang akan dilakukan oleh peneliti dalam mencari sumber data. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan yang merupakan data yang diolah yaitu berupa dokumen-dokumem yang memuat tentang keadaan geografis, keadaan demografis, keadaan kondisi ekonomi serta sosial budaya dan keterangan–keterangan yang erat kaitannya dengan kasus yang diteliti .

Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yakni melalui angket yang akan diberikan kepada orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat, wawancara yakni terhadap para informan dan informan kunci, dan dokumentasi.

Jenis angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup. Angket ini diberikan kepada orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yakni berjumlah 30 KK. Angket ini bertujuan menggali informasi berupa persepsi orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi anak mereka putus sekolah. Pemberian angket ini dengan cara disebarkan dan ada sebahagian diisi langsung oleh sipeneliti karena responden tersebut buta aksara.


(7)

Jenis wawancara yang digunakan dalam peneliti ini adalah jenis wawancara kombinasi wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Wawancara dimaksudkan untuk menjaring data yang tidak terjaring dari daftar pertanyaaan. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data yakni mengenai lebih dalam persepsi orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah dan faktor-faktor penyeban anak mereka yang putus sekolah dengan cara melakukan tanya jawab atau wawancara tatap muka dengan para informan yang sudah ditentukan yakni 4 orang tua anak putus sekolah dan informan kunci Kepala Desa dan KUPTD.

Suatu metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan dengan penelitian ini, yaitu mencatat dokumen-dokumen atau mencatat arsip-arsip yang dapat memberikan informasi akurat yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dokumen yang dimaksud yaitu data anak putus sekolah, profil Desa dan peta.

Analisis data yang dilakukan adalah melalui data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket. Kemudian diolah dengan cara menentukan jumlah frekwensi jawaban responden dari masing–masing kategori jawaban dan membaginya dengan jumlah sampel.

Hasil pembagian antara frekwensi dan sampel dikalikan dengan 100 % untuk memproleh presentase tanggapan responden. Rumus Presentase ( % ) diformulasikan Sudjana, (1991 ; 130 ) sebagai berikut :

P = F

N x 100 % = %

Keterangan :

P = Presentase yang akan dicapai

F = Jumlah jawaban benar dan setiap alternatif N = Jumlah sampel responden

Berikutnya setelah menentukan presentase terhadap masing – masing ketegori jawaban untuk setiap tanggapan, maka dilakukan interpretasi (pemahaman) secara mendalam dengan memberikan penjelasan terhadap besaran–besaran presentase, yang dituangkan dalam pembahasan untuk memecahkan permasalahan yang ada.

Sedangkan untuk menganalisis data wawancara dalam penelitian ini berdasarkan teori Miles dan Huberman (1992:16-19) yaitu terdiri dari tiga tahap:


(8)

1. Reduksi Data

Reduksi dilakukan sebagai proses memilih, menyederhanakan data dan transformasi data kasar yang terdapat dalam catatan penelitian, mengelompokan, mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data menurut permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan adalah penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh informasi dari data yang tersusun melalui penyajian data.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan mengenai tanggapan orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah yakni ada dua yakni kurang baik dan tidak baik. Untuk lebih jelasnya akan di rincikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Anak mereka yang Putus Sekolah

No Pernyataan F (%)

a. Kurang Baik 4 13,33

c. Tidak Baik 26 86,67

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa masih ada orang tua yang menanggapi anak mereka yang putus sekolah itu kurang baik. Hal ini disebabkan dampak positif yang dirasakan orang tua masih besar pengaruhnya dari pada dampak negati. Sebalinya, pada tanggapan tidak baik dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkan anak putus sekolah lebih besar dari dampak positif. Dari tabel ini juga dapat diketahui bahwa orang tua di Desa Kasimbar mengetahui tentang makna mengenai pentingnya arti pendidikan bagi masa baik anak itu sendiri maupun untuk orang lain. Akan tetapi, hal ini yaitu putus sekolah tidak bisa mereka cegah disebabkan faktor-faktor yang mendorong anak putus sekolah sangat banyak terutama pada konidisi ekonomi. Untuk lebih jelasnya akan di rincikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


(9)

Tabel 4.9 Faktor Dominan yang Turut Menyebab Anak Putus Sekolah pada Jenjang SLTA/Sederajat

No Pernyataan F (%)

a. Faktor Pekerjaan 2 6,67

b. Faktor Ekonomi 18 60,00

c. Faktor Motivasi 4 13,33

d. Faktor Lingkungan 6 20,00

Jumlah 30 100

Tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap angka anak putus sekolah di Desa Kasimbar. Faktor ekonomi ini berpengaruh karena pekerjaan orang tua yang hanya sebagai petani dimana mempunyai penghasilan yang minim sangat sulit dirasakan dalam menyekolahkan anak apalagi saat ini biaya pendidikan sangat mahal. Selain itu, pendapatan yang minim membuat orang tua bekerja keras demi memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga waktu yang diluangkan orang tua untuk memberikan motivasi kepada anak menjadi minim.

1. Persepsi Orang Tua Terhadap Anak mereka yang Putus Sekolah pada Jenjang SLTA/Sederajat

Suatu persepsi akan terbentuk ketika objek yang diinterprestasikan melakukan suatu hal. Informasi yang diperoleh akan mempengaruhi dalam memberikan arti atau makna terhadap objek yang akan dipersepsikan. Hal ini juga terjadi pada orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar.

Berdasarkan hasil pengelolahan data nomor demi nomor pada angket bahwa persepsi orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yakni ada dua yaitu kurang baik dan tidak baik (Tabel 4.6). Dari 30 sampel yakni ada 4 KK atau orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang menyatakan tanggapan kurang baik. Hal ini dikarenakan dampak positif anak putus sekolah lebih berpengaruh dibandingkan dampak negatif. Adapun dampak positif yang lebih sering dirasakan orang tua yakni anak tersebut dapat membentu mereka bekarja (Tabel 4.7). Hal ini juga benarkan oleh salah satu informan yakni Ibu Hasia. Sedangkan tanggapan tidak baik disebabkan dampak negatif yang dirasakan orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat lebih berpengaruh dibandingkan dampak positif. Dampak positif yang lebih sering dirasakan orang tua yakni anak sulit mendapatkan lapanngan kerja yang baik (Tabel 4.8).


(10)

dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka lebih besar dibandingkan pengetahuan mereka tentang arti penting pendidikan.

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Putus Sekolah pada Jenjang SLTA/Sederajat

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kasimbar menunjukkan bahwa anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat disebabkan oleh 4 faktor yakni faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor motivasi, dan faktor pekerjaan. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang turut menyebabkan anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar. Hal ini dikarenakan pekerjaan orang tua yang hanya sebagai petani. Bardasarkan data angket dari 30 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat ada 19 responden yang berprofesi sebagai petani (Tabel 4.10). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang tertera dalam profil Desa Kasimbar dimana sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani. Untuk lebi jelasnya akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian/ Pekerjaan

No Dusun Petani Ne layan Pe d agan g

PNS Swas

ta M ed is T NI Pol ri K ep ad at an Ladan g Sawah

1 Kas-Teng 157 79 27 15 27 7 4 2 318

2 Tompis 43 47 31 5 15 4 1 - 146

3 Bagis 207 85 38 15 11 6 2 3 367

4 Palapi 112 84 15 8 6 4 1 - 230

5 Ogoteng 90 141 - 3 2 5 1 - 242

6 Gunung Tagali 74 96 - 10 2 4 1 - 187

7 Lemo 242 42 - 12 4 8 3 2 313

8 Toreapes 217 11 - 4 2 3 1 - 238

9 Trans Nelayan 6 4 73 2 1 - - - 86

Jumlah

1.148 589 18

4 74 70 41 14 7 2.127 Sumber : kantor Desa Kasimbar, 2011

Pekerjaan yang hanya sebagai petani, nelayan, pedagang an lain-lain dirasakan sangat sulit bahkan banyak orang tua menyatakan tidak mampu menyekolahkan anak mereka pada jenjang SLTA/Sederajat. Dari hasil pengelolaan data angket nomor 7 pada tabel 4.11 dari 30


(11)

orang tua anak putus sekolah yakni 18 orang tua menyatakan ketidakmampuan mereka menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat disebabkan minimnya pendapatan yakni berkisar Rp100.000Rp300.000 per bulan. Berdasarkan hasil angket nomor 8 pada tabel 4.12 ada 18 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang memiliki pendapatan berkisar Rp 100.000  Rp300.000 perbulan dari 30 orang tua yang dijadikan responden. Jadi dapat dikatakan mereka tergolong masyarakat tidak mampu atau miskin. Penelitia ini sesuai dengan apa yang tertera dalam data kantor Desa Kasimbar dimana pendapatan masyarakat miskin berkisar Rp100.000  Rp350.000 perbulan. Untuk lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.

4.19 Tabel Kategori Pendapatan Masyarakat Desa Kasimbar

No

Kategori

Banyaknya pendapatan perbulan

1 Masyarakat golongan bawah/miskin Rp100.000Rp350.000 2 Masyarakat golongan menengah Rp400.000Rp700.000 3 Masyarakat pra sejahtera > Rp1.000.000

Sumber : Data kantor Desa 2011

Pendapatan orang tua yang minim ditengah mahalnya biaya pendidikan merupakan suatu beban dalam menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat. Beban yang sangat berat bagi orang tua yaitu biaya sehari-hari anak (Tabel 4.13). Selain itu penghasilan yang minim membuat orang tua bekerja keras demi mencukupi kebutuhan rumah tangga sehingga pemberian motivasi terhadap anak menjadi minim. Dari hasil pengeloaan angket nomor 10 pada tabel 4.14 ada 21 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat hanya kadang-kadang saja memberikan motivasi kepada anaknya sewaktu sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi dalam penelitian ini yakni dikaji dari segi mahalnya biaya pendidikan dengan pekerjaan sebagai petani yang memiliki penghasilan minim dirasakan tidak mampu menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat. Pendapatan yang kecil pula menyebabkan kesibukan orang tua lebih bertambah sehingga minim pula pemberian motivasi terhadap anak.

Selain faktor ekonomi berpengaruh terhadap faktor pekerjaan dan faktor motivasi, dalam penelitian ini faktor ekonomi juga berpengaruh atau berkaitan dengan faktor lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis angket nomor 14 dimana orang tua pada Dusun Palapi, Dusun Ogoteng dan Dusun Lemo menyatakan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap


(12)

putus sekolahnya anak mereka pada jenjang SLTA/Sederajat dikarenakan tempat tinggal yang jauh dari sekolah. Dengan pendapatan yang minim membuat orang tua tak mampu membalikan alat transportasi berupa motor, sebab ketiga dusun ini jarang dilalui angkutan umum. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu informan kunci yakni Kepala Desa mengataakan bahwa “ anak yang berada di Dusun Palapi dan Ogoteng banyak putus sekolah dikarenakan sulitnya alat transportasi menuju sekolah sebab dusun ini jarang dilewati angkutan umum. Adapun angkutan umum hanya pada hari-hari tertentu seperti pada saat pasar di Desa Ranang”.

Adapun alasan lain yang berpengaruh yakni disebabkan anak mereka terbawa-bawa oleh teman sebaya yang tidak sekolah/putus sekolah dan juga banyak terdapatnya anak putus sekolah disekitar tempat tinggal mereka.

VI KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah pada jenjag SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar berada pada kategori kurang baik dan tidak baik. Berdasarkan hasil analisis angket 4 orang tua yang berpandangan kurang baik dikarenakan dampak positif yang timbulakan anak lebih berpengaruh dibandingkan danpak negatif. Sebaliknya tanggapan yang tidak baik disebabkan dampak negatif yang ditimbulkan anak lebih berpengaruh dibandingkan dampak positif. Tanggapan tidak baik ini dinyatakan orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat sebanyak 26 responden. Dari uraian ini dapat disimpulakan bahwa orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar memahami tentang arti penting pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka yakni faktor ekonomi lebih besar pengaruhnya dibandingkan pengetahuan mereka tentang arti penting pendidikan.

2. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar meliputi:


(13)

(1) Faktor ekonomi, yang merupakan faktor terbesar yang turut menyebabkan anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dan juga mempengaruhi faktor motivasi. Faktor ini disebabkan pekerjaan orang tua yang hanya sebagai petani dimana pendapatan mereka yang minim yakni berkisar Rp100.000  Rp300.000 perbulan ditengah mahalnya biaya pendidikan sehingga banyak orang tua yang tiak mampu menyekolahkan anak mereka dan pendapatan yang minim pula yang menyebabkan kesibukan orang tua bertambah sehingga perhatian terhadap anak menjadi terbengkalai.

(2) Faktor lingkungan, yakni anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dikarenakan mereka terbawa oleh teman sebaya yang putus sekolah. Akan tetapi ada pula disebabkan jauhnya tempat tinggal mereka dengan sekolah dimana alat transportasi menuju sekolah sangat langka.

4.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan, dikaitkan dengan bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat pula dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna sebagai bahan pertimbangan atau informasi dalam rangka mengatasi atau mencegah agar tidak terjadinya lagi anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar. Saran-saran dari penulis adalah :

1. Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar memahami tentang arti penting pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka yakni faktor ekonomi lebih besar pengaruhnya dibandingkan pemahaman mereka. Jadi sebaiknya pemerintah membuka lapangan pekerjaan khususnya bagi para orang tua yang memiliki anak yang sedang sekolah. Tetapi pemerintah juga sebaiknya membekali mereka dengan skil agar nantinya dapat bersaing.

2. Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para petani dengan memberikan penyuluhan serta mendorong para petani untuk mengaplikasikan ilmu tersebut. Selain itu, memberikan pengetahuan kepada anak-anak yang putus sekolah tentang pentingnya arti pendidikan agar anak yang sedang sekolah ketika berteman dengan anak yang putus


(14)

sekolah tidak hanya memberikan dampak negatif akan tetapi mereka dapat memberikan dorongan terhadap teman mereka yang sedang sekolah.

V DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan paraktik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Asiki, R. 2000. Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata

Pelajaran Sejarah di SMP Negeri Se-Kota Palu. Skripsi. FKIP Untad.

Beeby, C. E. ( Departeman P dan K dan yayasan ilmu-ilmu sosial ) 1989. Pendidikan di Indonesia. Penerbit LP3ES. Jakarta.

Ensiklopedia Indonesia, 1984.Balai Pustaka. Jakarta. Gulo, D. 1982. Kamus Psycology. Tonis. Bandung.

Haris. (2011)://ariesilmiah.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.htm. (Diakses 06-06-2013.

Hasbullah, 2005. Dasar- dasar ilmu pendidikan edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kasirah, 2000. Studi Tentang Remaja Putus Sekolah dan Cara Penanggulangannya di Desa Padei Barat Kecamatan Manui Kepulauan Kabupaten Morowali. Skripsi. FKIP Untad.

Kusuma, D. 2000. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan formal di desa Salua kecamatan kulawi Kabupaten Donggala. Skripsi. FKIP Untad.

Listanti. (2012). artikelterbaru.com. Online: (http:arti-dan-tujuan-pendidikan-keluarga.html. Diakses 24-01-2013 ).

Miles, Matthew & Hubermen, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tejetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Paul B. Horton, 1999. Buku Sosiologi. Jakarta. Erlangga Suyanto, B. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta. Kencana.

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum.-Ed.IV. Yogyakarta : Andi

Sudjana, N. 1991. Penelitian hasil belajar mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sukardi, 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara.


(15)

Usman H.B. Dkk. 2006. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu ; Universitas Tadulako.

Susanto, E. (2011). Artikel pendidikan. Online: (http:// hal-hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html. (Diakses 27-01-2013).


(1)

dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka lebih besar dibandingkan pengetahuan mereka tentang arti penting pendidikan.

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Putus Sekolah pada Jenjang SLTA/Sederajat

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kasimbar menunjukkan bahwa anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat disebabkan oleh 4 faktor yakni faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor motivasi, dan faktor pekerjaan. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang turut menyebabkan anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar. Hal ini dikarenakan pekerjaan orang tua yang hanya sebagai petani. Bardasarkan data angket dari 30 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat ada 19 responden yang berprofesi sebagai petani (Tabel 4.10). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang tertera dalam profil Desa Kasimbar dimana sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani. Untuk lebi jelasnya akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.18 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian/ Pekerjaan

No Dusun Petani Ne layan Pe d agan g

PNS Swas

ta M ed is T NI Pol ri K ep ad at an Ladan g Sawah

1 Kas-Teng 157 79 27 15 27 7 4 2 318

2 Tompis 43 47 31 5 15 4 1 - 146

3 Bagis 207 85 38 15 11 6 2 3 367

4 Palapi 112 84 15 8 6 4 1 - 230

5 Ogoteng 90 141 - 3 2 5 1 - 242

6 Gunung Tagali 74 96 - 10 2 4 1 - 187

7 Lemo 242 42 - 12 4 8 3 2 313

8 Toreapes 217 11 - 4 2 3 1 - 238

9 Trans Nelayan 6 4 73 2 1 - - - 86

Jumlah

1.148 589 18

4 74 70 41 14 7 2.127

Sumber : kantor Desa Kasimbar, 2011

Pekerjaan yang hanya sebagai petani, nelayan, pedagang an lain-lain dirasakan sangat sulit bahkan banyak orang tua menyatakan tidak mampu menyekolahkan anak mereka pada jenjang SLTA/Sederajat. Dari hasil pengelolaan data angket nomor 7 pada tabel 4.11 dari 30


(2)

orang tua anak putus sekolah yakni 18 orang tua menyatakan ketidakmampuan mereka menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat disebabkan minimnya pendapatan yakni berkisar Rp100.000Rp300.000 per bulan. Berdasarkan hasil angket nomor 8 pada tabel 4.12 ada 18 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang memiliki pendapatan berkisar Rp 100.000  Rp300.000 perbulan dari 30 orang tua yang dijadikan responden. Jadi dapat dikatakan mereka tergolong masyarakat tidak mampu atau miskin. Penelitia ini sesuai dengan apa yang tertera dalam data kantor Desa Kasimbar dimana pendapatan masyarakat miskin berkisar Rp100.000  Rp350.000 perbulan. Untuk lebih jelasnya akan disajikan pada tabel berikut.

4.19 Tabel Kategori Pendapatan Masyarakat Desa Kasimbar No

Kategori

Banyaknya pendapatan

perbulan

1 Masyarakat golongan bawah/miskin Rp100.000Rp350.000 2 Masyarakat golongan menengah Rp400.000Rp700.000 3 Masyarakat pra sejahtera > Rp1.000.000

Sumber : Data kantor Desa 2011

Pendapatan orang tua yang minim ditengah mahalnya biaya pendidikan merupakan suatu beban dalam menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat. Beban yang sangat berat bagi orang tua yaitu biaya sehari-hari anak (Tabel 4.13). Selain itu penghasilan yang minim membuat orang tua bekerja keras demi mencukupi kebutuhan rumah tangga sehingga pemberian motivasi terhadap anak menjadi minim. Dari hasil pengeloaan angket nomor 10 pada tabel 4.14 ada 21 orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat hanya kadang-kadang saja memberikan motivasi kepada anaknya sewaktu sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi dalam penelitian ini yakni dikaji dari segi mahalnya biaya pendidikan dengan pekerjaan sebagai petani yang memiliki penghasilan minim dirasakan tidak mampu menyekolahkan anak pada jenjang SLTA/Sederajat. Pendapatan yang kecil pula menyebabkan kesibukan orang tua lebih bertambah sehingga minim pula pemberian motivasi terhadap anak.

Selain faktor ekonomi berpengaruh terhadap faktor pekerjaan dan faktor motivasi, dalam penelitian ini faktor ekonomi juga berpengaruh atau berkaitan dengan faktor lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis angket nomor 14 dimana orang tua pada Dusun Palapi, Dusun Ogoteng dan Dusun Lemo menyatakan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap


(3)

putus sekolahnya anak mereka pada jenjang SLTA/Sederajat dikarenakan tempat tinggal yang jauh dari sekolah. Dengan pendapatan yang minim membuat orang tua tak mampu membalikan alat transportasi berupa motor, sebab ketiga dusun ini jarang dilalui angkutan umum. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu informan kunci yakni Kepala Desa mengataakan bahwa “ anak yang berada di Dusun Palapi dan Ogoteng banyak putus sekolah dikarenakan sulitnya alat transportasi menuju sekolah sebab dusun ini jarang dilewati angkutan umum. Adapun angkutan umum hanya pada hari-hari tertentu seperti pada saat pasar di Desa Ranang”.

Adapun alasan lain yang berpengaruh yakni disebabkan anak mereka terbawa-bawa oleh teman sebaya yang tidak sekolah/putus sekolah dan juga banyak terdapatnya anak putus sekolah disekitar tempat tinggal mereka.

VI KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah pada jenjag SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar berada pada kategori kurang baik dan tidak baik. Berdasarkan hasil analisis angket 4 orang tua yang berpandangan kurang baik dikarenakan dampak positif yang timbulakan anak lebih berpengaruh dibandingkan danpak negatif. Sebaliknya tanggapan yang tidak baik disebabkan dampak negatif yang ditimbulkan anak lebih berpengaruh dibandingkan dampak positif. Tanggapan tidak baik ini dinyatakan orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat sebanyak 26 responden. Dari uraian ini dapat disimpulakan bahwa orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar memahami tentang arti penting pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka yakni faktor ekonomi lebih besar pengaruhnya dibandingkan pengetahuan mereka tentang arti penting pendidikan.

2. Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar meliputi:


(4)

(1) Faktor ekonomi, yang merupakan faktor terbesar yang turut menyebabkan anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dan juga mempengaruhi faktor motivasi. Faktor ini disebabkan pekerjaan orang tua yang hanya sebagai petani dimana pendapatan mereka yang minim yakni berkisar Rp100.000  Rp300.000 perbulan ditengah mahalnya biaya pendidikan sehingga banyak orang tua yang tiak mampu menyekolahkan anak mereka dan pendapatan yang minim pula yang menyebabkan kesibukan orang tua bertambah sehingga perhatian terhadap anak menjadi terbengkalai.

(2) Faktor lingkungan, yakni anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat dikarenakan mereka terbawa oleh teman sebaya yang putus sekolah. Akan tetapi ada pula disebabkan jauhnya tempat tinggal mereka dengan sekolah dimana alat transportasi menuju sekolah sangat langka.

4.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan, dikaitkan dengan bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat pula dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna sebagai bahan pertimbangan atau informasi dalam rangka mengatasi atau mencegah agar tidak terjadinya lagi anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar. Saran-saran dari penulis adalah :

1. Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa orang tua anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar memahami tentang arti penting pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tanggapan orang tua yang menanggapai anak mereka yang putus sekolah itu tidak baik. Akan tetapi, faktor yang menyebabkan putusnya sekolah anak mereka yakni faktor ekonomi lebih besar pengaruhnya dibandingkan pemahaman mereka. Jadi sebaiknya pemerintah membuka lapangan pekerjaan khususnya bagi para orang tua yang memiliki anak yang sedang sekolah. Tetapi pemerintah juga sebaiknya membekali mereka dengan skil agar nantinya dapat bersaing.

2. Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan para petani dengan memberikan penyuluhan serta mendorong para petani untuk mengaplikasikan ilmu tersebut. Selain itu, memberikan pengetahuan kepada anak-anak yang putus sekolah tentang pentingnya arti pendidikan agar anak yang sedang sekolah ketika berteman dengan anak yang putus


(5)

sekolah tidak hanya memberikan dampak negatif akan tetapi mereka dapat memberikan dorongan terhadap teman mereka yang sedang sekolah.

V DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan paraktik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Asiki, R. 2000. Persepsi Guru Sejarah Terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata

Pelajaran Sejarah di SMP Negeri Se-Kota Palu. Skripsi. FKIP Untad.

Beeby, C. E. ( Departeman P dan K dan yayasan ilmu-ilmu sosial ) 1989. Pendidikan di Indonesia. Penerbit LP3ES. Jakarta.

Ensiklopedia Indonesia, 1984.Balai Pustaka. Jakarta.

Gulo, D. 1982. Kamus Psycology. Tonis. Bandung.

Haris. (2011)://ariesilmiah.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.htm. (Diakses 06-06-2013.

Hasbullah, 2005. Dasar- dasar ilmu pendidikan edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kasirah, 2000. Studi Tentang Remaja Putus Sekolah dan Cara Penanggulangannya di Desa Padei Barat Kecamatan Manui Kepulauan Kabupaten Morowali. Skripsi. FKIP Untad.

Kusuma, D. 2000. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan formal di desa Salua kecamatan kulawi Kabupaten Donggala. Skripsi. FKIP Untad.

Listanti. (2012). artikelterbaru.com. Online: (http:arti-dan-tujuan-pendidikan-keluarga.html. Diakses 24-01-2013 ).

Miles, Matthew & Hubermen, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tejetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Paul B. Horton, 1999. Buku Sosiologi. Jakarta. Erlangga Suyanto, B. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta. Kencana.

Walgito, B. 2003. Pengantar Psikologi Umum.-Ed.IV. Yogyakarta : Andi

Sudjana, N. 1991. Penelitian hasil belajar mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sukardi, 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara.


(6)

Usman H.B. Dkk. 2006. Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu ; Universitas Tadulako.

Susanto, E. (2011). Artikel pendidikan. Online: (http:// hal-hal-yang-menjadi-faktor-penyebab.html. (Diakses 27-01-2013).


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45